ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

149
ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PISANG KEPOK (MUSA ACUMINATA COLLA) DIDASARKAN CUACA (STUDI KASUS: KABUPATEN BOGOR) Oleh: RUSDI 203093002040 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Transcript of ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

Page 1: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

ANALISIS SPASIAL

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PISANG KEPOK

(MUSA ACUMINATA COLLA)

DIDASARKAN CUACA (STUDI KASUS: KABUPATEN BOGOR)

Oleh:

RUSDI

203093002040

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 2: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

ANALISIS SPASIAL

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PISANG KEPOK

(MUSA ACUMINATA COLLA)

DIDASARKAN CUACA (STUDI KASUS: KABUPATEN BOGOR)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar

Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

R U S D I

203093002040

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 3: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

ii

Page 4: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

iii

Page 5: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 31 Agustus 2010

Rusdi

203093002040

Page 6: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

v

ABSTRAK

Rusdi, NIM: 203093002040/Analisis Spasial Kesesuaian Tanaman Pisang

Kepok (Musa Acuminata Colla) Didasarkan Cuaca (Studi Kasus: Kabupaten

Bogor). Di bawah bimbingan Zainul Arham dan Nur Aeni Hidayah.

Era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam

pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang dipresentasikan

diproses sedemikian rupa dan disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana dan

sesuai kebutuhan. Sesuai dengan perkembangan teknologi yang sudah dapat

dicapai hingga saat ini, khususnya dibidang basisdata, teknologi informasi dan

teknologi satelit inderaja, maka kebutuhan penyimpanan, analisis dan penyajian

informasi semakin mendesak. Struktur data yang kompleks mencakup data spasial

dan data non-spasial. SIG adalah suatu teknologi yang dapat menjadi alat bantu

(tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan

menampilkan kondisi alam, seperti kondisi agroklimat suatu wilayah dengan

bantuan data spasial dan data non-spasial. Indonesia sebagai salah satu negara

tropika di kawasan Asia Tenggara, memiliki keragaman Sumber Daya Alam

(SDA) hayati berbagai varietas pisang seperti Barangan, Ambon Kuning, Raja

Bulu dan lain-lain. SDA agroekologi humid-tropic serta Sumber Daya Manusia

(SDM) petani dan swasta yang cukup besar. Hal ini menggambarkan peluang

yang besar untuk pengembangan dan peningkatan produksi pisang dengan pola-

pola pengembangan yang terintegrasi secara lintas sektoral. Metode penelitian ini

menggunakan SDLC (System Development Life Cycle). Hasil dari penelitian ini

adalah peta kesesuaian agroklimat tanaman pisang di Kabupaten Bogor, sehingga

dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan pengelolaan budidaya tanaman pisang.

Kabupaten Bogor didominasi oleh kesesuaian sedang (S2) sehingga Kabupaten

Bogor lebih sesuai untuk budidaya tanaman pisang ditinjau dari segi iklim yang

meliputi curah hujan yang berkisar antara 2.900–3.200 mm/tahun, suhu udara

mencapai 23-25 derajat celcius dan kelembaban udara mencapai 74-80 %.

Wilayah yang termasuk ke dalam kesesuaian sedang yaitu Rumpin, Gunung

Sindur, Sawangan, Depok, Cimanggis, Gunung Putri, Bojong Gede dan Cibinong,

sehingga peran kesesuaian agroklimat pada kesesuian sedang (S2) untuk tanaman

pisang adalah 78 %.

Kata Kunci: Sistem Informasi Geografis (SIG), Pisang Kepok (Musa Acuminata

Colla), Agroklimat, Kabupaten Bogor, ModelBuilder

V Bab + 130 hal + XVIII + 8 tabel + 57 gambar + 13 lampiran

Daftar Pustaka: 22 (2007 – 2009)

Page 7: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa peneliti panjatkan kepada junjungan Nabi

Muhammad S.A.W, para sahabat, keluarga serta muslimin dan muslimat, semoga

kita mendapat syafaat-Nya di akhirat kelak. Amin.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalam peneliti panjatkan kepada semua

pihak yang ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Syopiansyah Jaya Putera, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains &

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Aang Subiyakto, S.Kom, selaku Ketua Program Studi Sistem

Informasi Non-Reguler.

3. Dr. Zainul Arham, S.Kom, M.si, selaku pembimbing I dan Nur Aeni

Hidayah, M MSI, selaku pembimbing II.

4. Winarno, Ssi, kepala Sub Bidang Manajemen Data Balai Besar

Meteorologi dan Geofisika wilayah II dan Seluruh staf BBMG

Wilayah II Ciputat, khususnya Bapak Setyaris, SP.

5. Drs. H. Alamsyah Daulay, MM, selaku Kepala Kantor Kesbang dan

Linmas Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor beserta para

staf-nya.

6. Manusia superku Umi Rosadah dan almarhum Mulia ayanda.

Page 8: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

vii

7. Seluruh teman mahasiswa angkatan 2003, khususnya Anissa yang

selalu membantu dan memberikan semangat, juga Boy, Vita dan Siti.

Dan sobatku Reynaldi dan Zainal sebagai inspirator dan motivator

hidup.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kelemahan dan

kekurangan pada laporan ini yang masih harus diperbaiki, oleh karena itu semua

kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati.

Demikian laporan ini peneliti susun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak

dan dapat menambah wacana pembaca.

Jakarta, Agustus 2010

Rusdi

203093002040

Page 9: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................. vi

Daftar Isi ......................................................................................................... viii

Daftar Gambar ................................................................................................... xi

Daftar Tabel .................................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ............................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 5

1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

1.6 Metode Penelitian ....................................................................... 7

1.7 Sistematika Penulisan ................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9

2.1 Tanaman Pisang .......................................................................... 9

2.2 Definisi Agroklimat untuk Tanaman Pisang ............................. 15

2.3 Klasifikasi Kesesuaian Iklim Tanaman Pisang ......................... 19

2.4 Iklim .......................................................................................... 21

2.5 Pemanfaatan SIG pada Penyebaran Produksi Hortikultura ..... 32

Page 10: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

ix

2.7 Data Spasial ............................................................................. 40

2.8 Analisis Spasial ........................................................................ 43

2.9 Profil Umum Kabupaten Bogor ............................................... 45

2.10 Studi Sejenis (Literatur) .......................................................... 47

2.11 SDLC (System Development Life Cycle) ................................ 47

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 53

3.1 Tempat dan Waktu .................................................................... 53

3.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 53

3.3 Metode Pengumpulan Data …................................................... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 58

4.1 Perencanaan (Planning) ........................................................... 58

4.2 Analisis (Analysis) .................................................................... 65

4.3 Perancangan (Design) ….....................................................….. 66

4.4 Evaluasi (Evaluation) …...................................................….. 101

4.5 Penerapan (Implemention) …...........................................….. 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 117

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 117

5.2 Saran ....................................................................................... 117

Page 11: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

x

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 119

LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Grafik Produksi Pisang Jasinga Tahun 2001-2008 ................................... 3

1.2 Grafik Produksi Pisang Gunung Sindur Tahun 2001-2008 ...................... 4

2.1 Iklim Matahari .......................................................................................... 25

2.2 Rancangan Diagram Sistem Kerja ModelBuilder .................................... 32

2.3 Komponen SIG ......................................................................................... 34

2.4 Design Review Layout .............................................................................. 38

2.5 Perbedaan Objek Feature (a) dan Grid (b) .............................................. 44

2.6 Menu Extentions pada Spatial Analyst ..................................................... 44

2.7 Peta Kabupaten Bogor .............................................................................. 46

2.8 Siklus Metode SDLC Model Waterfall .................................................... 49

2.9 Design Review Peta Agroklimat Pisang ................................................... 52

3.1 Diagram Alir Penelitian Metode SDLC ................................................... 57

4.1 Struktur Organisasi Deputi Klimatologi .................................................. 60

4.2 Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor .. 63

4.3 Struktur Organisasi Badan Koordninasi Survei dan Pemetaan Nasional . 65

4.4 Menu Add Theme ..................................................................................... 67

4.5 Hasil Add Theme ...................................................................................... 68

4.6 Menu Extensions ...................................................................................... 69

4.7 Menu Convert to Grid .............................................................................. 70

4.8 Menu Conversion Extent .......................................................................... 70

Page 13: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

xii

4.9 Menu Conversion Field ............................................................................ 71

4.10 Hasil Convert to Grid ............................................................................... 72

4.11 Menu Analysis Properties ........................................................................ 73

4.12 Menu Add Table ....................................................................................... 74

4.13 Menu Add Event Theme ........................................................................... 75

4.14 Point Curah Hujan .................................................................................... 76

4.15 Menu Output Grid Spesification .............................................................. 76

4.16 Menu Interpolate Surface ........................................................................ 77

4.17 Hasil Interpolate Surface ......................................................................... 78

4.18 Menu Add Theme ..................................................................................... 79

4.19 Garis Batas Kecamatan di Kabupaten Bogor ........................................... 79

4.20 Menu Build Thiessen Polygons ................................................................ 81

4.21 Thiessen Curah Hujan .............................................................................. 82

4.22 Menu ModelBuilder pada Model Defaults ............................................... 83

4.23 Menu Model Defaults ............................................................................... 84

4.24 Menu Project Theme ................................................................................ 85

4.25 Entity Thiessen Curah Hujan .................................................................... 86

4.26 Proses Vector to Grid ............................................................................... 86

4.27 Menu Derived Theme GridCH ................................................................. 87

4.28 Relasi Thiessen dengan Grid .................................................................... 88

4.29 Peta Interpolated Grid Curah Hujan ...................................................... 89

4.30 Menu Derived Theme Reclass CH ........................................................... 91

4.31 Relasi Thiessen, Grid dan Reclass ........................................................... 92

Page 14: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

xiii

4.32 Menu ModelBuilder pada Tahap Weighted Overlay ............................... 93

4.33 Diagram Sistem Kerja ModelBuilder ....................................................... 94

4.34 Scoring dan Pembobotan Parameter Iklim pada Weighted Overlay ........ 95

4.35 Peta Kesesuaian Agroklimat untuk Tanaman Pisang ............................... 97

4.36 Menu Graticule and Grid Wizard pada View .......................................... 98

4.37 Menu Graticule and Label ....................................................................... 99

4.38 Menu Graticule and Border Arround The Viewframe ............................. 99

4.39 Hasil Graticule and Grid Wizard ........................................................... 100

4.40 Menu Export ........................................................................................... 101

4.41 Peta Curah Hujan ................................................................................... 108

4.42 Peta Suhu Udara ..................................................................................... 109

4.43 Peta Kelembaban Udara ......................................................................... 110

4.44 Peta Kesesuaian Agroklimat Pisang ....................................................... 111

4.45 Peta Kesesuaian Agroklimat Pisang ....................................................... 116

Page 15: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Skor Parameter Curah Hujan .................................................................... 28

2.2 Skor Parameter Suhu Udara ..................................................................... 29

2.3 Skor Parameter Kelembaban Udara ......................................................... 29

2.4 Bobot Parameter Iklim yang Mendukung Pertumbuhan Pisang .............. 30

4.1 Produksi Pisang Kecamatan Gunung Sindur ......................................... 103

4.2 Produksi Pisang Kecamatan Cimanggis ............................................... 104

4.3 Produksi Pisang Kecamatan Cileungsi ................................................. 105

4.4 Produksi Pisang Kecamatan Jasinga ..................................................... 106

Page 16: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

xv

DAFTAR ISTILAH

No Istilah Keterangan

1 Analisis Spasial Fasilitas yang disediakan oleh ArcView untuk

mencari dan menganalisis hubungan spasial antar

objek

2 Buffer Menentukan daerah yang berpengaruh

berdasarkan radius jarak yang ditentukan dari

sumber yang telah ditentukan

3 Data spasial Data yang memiliki sifat-sifat keruangan seperti

posisi, arah, bentuk, luas atau volume yang

menunjukan keadaan obyek

4 Data conversion Konversi data theme shapefile (vector seperti

titik, line dan polygon) ke theme grid (raster).

5 Ekstension Program-program add-on (tambahan) yang

menyediakan fungsi-fungsi Sistem Informasi

Geografis khusus atau tertentu

6 Interpolasi data Suatu prosedur perhitungan nilai pada suatu

lokasi yang tidak memiliki titik sampel yang di

dasarkan pada nilai-nilai pengamatan yang telah

diketahui lokasinya

7 Layout Tempat mengatur tata letak dan rancangan dari

peta akhir. Penambahan berbagai simbol, label,

dan atribut peta lain dapat dilakukan pada layout

8 ModelBuilder Sekumpulan proses yang dilakukan pada data

spasial untuk menghasilkan suatu informasi

umumnya dalam bentuk peta

Page 17: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

xvi

9 Overlay Analisis yang merupakan hasil interaksi atau

gabungan dari beberapa peta. Gabungan

beberapa peta tersebut akan menghasilkan suatu

informasi baru dalam bentuk luasan atau poligon

yang terbentuk dari irisan beberapa polygon dari

peta-peta tersebut

10 Reklasifikasi Mengelompokkan kembali nilai sel berdasarkan

kisaran kriteria yang ditentukan. Reklasifikasi

digunakan untuk mengklasifikasikan data spasial

atau data atribut menjadi data spasial baru

dengan memakai kriteria tertentu, untuk

mempermudah dalam proses analisis selanjutnya

11 Tabel Merupakan data atribut dari data spasial. Data

atribut ini digunakan sebagai dasar analisis dari

data spasial tersebut

12 Terrain Proses pembuatan peta medan yang berupa

lereng (slope), peta arah lereng (aspect) dan

membuat garis yang menghubungkan nilai sel

yang sama (contour)

13 Theme Grid Layer geografis yang menampilkan kenampakan

objek dalam bentuk segi empat dalam view.

14 Theme Kumpulan yang logis dari detail geografi dengan

karakteristik yang sama

Page 18: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

xvii

15 View Tampilan peta yang berisi beberapa layer

informasi spasial

Page 19: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

xviii

LAMPIRAN

Lampiran

1 Produksi Pisang Nasional tahun 2008

2 Produksi Pisang Propinsi Jawa Barat tahun 2008

3 Data Produksi Pisang Kabupaten Bogor Tahun 2001-2008

4 Curah Hujan rata-rata Bulanan (Milimeter) Periode 1971-2000

5 Suhu Udara rata-rata Bulanan (Derajat Celcius) Periode 1998-2007

6 Kelembaban Udara rata-rata Bulanan (Persen) Periode 1998-2007

7 Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pisang

8 Gambar Hasil Interpolasi pada Parameter Curah Hujan

9 Gambar Hasil Interpolasi pada Parameter Suhu Udara

10 Gambar Hasil Interpolasi pada Parameter Kelembaban Udara

11 Gambar Peta Agroklimat Tanaman Pisang

12 Surat Keterangan Pembimbing Skripsi

13 Surat Keterangan Penelitian/Riset dari BBMG Wilayah II Ciputat

Page 20: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

2

dan user friendly (Prahasta, 2008: 7).

Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor menetapkan kebijakan pembangunan

pertanian dengan visinya untuk mewujudkan pembangunan yang berorientasi

agribisnis. Adapun kawasan sentra produksi pertanian menjadi pemasok utama

komoditas pertanian Kabupaten Bogor (Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor, 2008: 15).

Perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor bidang pertanian

khususnya produksi pertanian pisang menetapkan beberapa Kecamatan menjadi

sentra produksi pisang, yaitu Gunung Sindur, Jasinga, Cimanggis dan Cileungsi.

Kebijaksanaan penetapan sentra pruduksi pisang sebagai komoditas unggulan

berdasarkan pada akses pemasaran komoditas pertanian terutama hortikultura,

topografi yang baik (potensi sumberdaya lahan), lahan yang luas dan ketersediaan

air yang mendukung pertanian, preferensi masyarakat terhadap komoditas

hortikultura ini serta prospek pengolahan pasca panen yang mampu meningkatkan

nilai tambah guna pengembangan produksi pisang.

Beberapa varietas pisang yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor antara

lain jenis pisang kepok, susu, mas, raja, ambon, barangan serta pisang tanduk.

Namun varietas yang banyak diusahakan oleh petani dan masyarakat adalah

pisang kepok yang oleh masyarakat setempat disebut pisang cau kole (Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 18).

Berdasarkan data produksi pisang Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor yang diambil dari data produksi sentra pisang Kecamatan

Jasinga menunjukan penurunan produksi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008

Page 21: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

3

menunjukkan produksi real-nya hanya mencapai 47% dari target yang telah

ditetapkan, jika dibanding sentra produksi pisang yang lain seperti Gunung Sindur

menunjukkan produksi real-nya mencapai 88% dari target yang ditetapkan.

Gambar 1.1 menunjukkan grafik produksi sentra pisang Jasinga tahun 2001-2008.

Gambar 1.1 Grafik Produksi Pisang Jasinga Tahun 2001-2008

(Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten. 2008)

Pada Gambar 1.1 dapat dilihat produksi pisang Jasinga mengalami

penurunan produksi jika dilihat dari prosentase target produksi pisang dari tahun

ke tahun. Sedangkan produksi pisang di sentra pisang yang lain misalkan Gunung

Sindur mengalami kenaikan produksi dari tahun ke tahun. Gambar 1.2

menunjukkan grafik produksi sentra pisang Gunung Sindur tahun 2001-2008.

Page 22: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

4

Gambar 1.2 Grafik Produksi Pisang Gunung Sindur Tahun 2001-2008

(Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2007)

Gambar 1.2 menunjukkan produksi sentra pisang Gunung Sindur

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Prosentase tertinggi menunjukkan angka

92% dari target yang ditetapkan pada tahun 2004.

Dalam perencanaan pertanian suatu daerah sentra produksi tanaman,

kiranya memerlukan analisis spasial sebagai pendukung keberhasilan perencanaan

tersebut (Djaenudin, 2009: 12). Dan suatu analisis spasial tidak terlepas dari

faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama kondisi iklim dan cuaca.

Kebutuhan informasi spasial yang tepat guna semakin dirasakan strategis

dalam menunjang program pertanian hortikultura saat ini. Oleh karena itu, usaha

yang paling bijaksana adalah menyesuaikan pola tanam dan jenis tanaman dengan

pola iklim setempat. Penyesuaian tersebut didasarkan pada identifikasi dan

Page 23: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

5

pemahaman yang tepat mengenai iklim dan lokasi yang spesifik atau lahan dari

setiap agroekosistem.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian: “Analisis Spasial Kesesuaian Lahan Tanaman Pisang Kepok (Musa

Acuminata Colla) Didasarkan Cuaca (Studi Kasus: Kabupaten Bogor)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dengan masalah yang diangkat pada latar belakang masalah,

maka masalah yang dibahas adalah:

a. Apakah kondisi cuaca dan unsur agroklimat cocok untuk kecamatan

yang menjadi sentra produksi pisang khususnya sentra produksi

Jasinga di Kabupaten Bogor?

b. Kecamatan mana sajakah yang berpotensi selain kecamatan sentra

produksi untuk ditanami pisang berdasarkan kesesuaian agroklimat di

Kabupaten Bogor?

1.3 Batasan Masalah

1.3.1 Operasional

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba membahas analisis spasial

kesesuaian agroklimat hortikultura jenis pisang berdasarkan cuaca, adapun

batasan masalah yang akan dibahas meliputi curah hujan, suhu udara dan

kelembaban udara yang didapat dari Balai Besar Meteorologi dan Geofisika

Page 24: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

6

Wilayah II Ciputat. Sedangkan untuk faktor Geomorfologi (Tanah), teknik

pengairan dan SDM tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan perangkat lunak ArcView 3.2 yang

diintegrasikan dengan Microsoft Excel sebagai aplikasi database.

1.3.2 Wilayah

Penelitian ini hanya dilaksanakan di kecamatan yang ada di Kabupaten

Bogor, khususnya kecamatan yang menjadi sentra produksi tanaman pisang.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi mengenai kesesuaian iklim terhadap komoditas tanaman pisang,

sehingga dapat dimanfaatkan dalam perencanaan dan pengelolaan budidaya

tanaman tersebut.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menampilkan:

1. Gambaran kesesuaian lahan dilihat dari keadaan cuaca dan agroklimat

pada kecamatan sentra produksi pisang terutama sentra produksi

Jasinga Kabupaten Bogor.

2. Gambaran kecamatan non-sentra produksi pisang yang baik dan sesuai

untuk budidaya tanaman pisang di Kabupaten Bogor berdasarkan

kesesuaian agroklimatnya.

Page 25: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

7

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, terutama:

a. Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengetahuan praktis

dalam menganalisis permasalahan iklim dan cuaca dalam kaitannya

dengan bidang pertanian.

b. Bagi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, diharapkan

layak menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan untuk menentukan

kebijakan sektor pertanian yang telah dicanangkan untuk dilaksanakan

di masa yang akan datang.

c. Bagi petani dan investor yang akan memulai usaha dapat menjadi bahan

pertimbangan yang jelas tentang wilayah tersebut, sehingga dapat

menentukan komoditi yang sesuai dengan karakteristik iklim di wilayah

tersebut.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode SDLC (System Development Life Cycle) dengan menggunakan

pendekatan model Waterfall. Metode SDLC memiliki fase-fase dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

2. Analisis (Analysis)

3. Perancangan (Design)

4. Evaluasi (Evaluation)

Page 26: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

8

5. Penerapan (Implementation) (Al fatta, 2008: 33)

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi gambaran mengenai penyusunan skripsi yang

terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian

tersebut.

Bab III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan teknik atau metode yang digunakan dalam

penelitian termasuk lokasi dan waktu penelitian, bahan dan alat.

Bab IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini adalah penjelasan kongkret dari rangkaian tahapan

penelitian yang berupa hasil akhir dari sebuah penelitian.

Bab V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk

pihak-pihak yang terkait.

Page 27: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam

pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang dipresentasikan

diproses sedemikian rupa dan disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana dan

sesuai kebutuhan. Sesuai dengan perkembangan teknologi yang sudah dapat

dicapai hingga saat ini, khususnya di bidang basisdata, teknologi informasi dan

teknologi satelit inderaja, maka kebutuhan penyimpanan, analisis dan penyajian

informasi semakin mendesak. Struktur data yang kompleks mencakup data spasial

dan data non-spasial. Dengan demikian untuk mengelola data yang kompleks ini,

diperlukan suatu sistem informasi yang secara integrasi mampu mengolah data

spasial dan data non-spasial secara efektif dan efisien. Dan salah satu sistem yang

menawarkan solusi-solusi untuk masalah tersebut adalah GIS (Geographic

Information System). GIS adalah suatu teknologi yang dapat menjadi alat bantu

(tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan

menampilkan kondisi alam, seperti kondisi agroklimat suatu wilayah dengan

bantuan data spasial dan data non-spasial (Prahasta, 2008: 3).

Hampir semua aplikasi dalam GIS dapat di-customize dengan

menggunakan perintah-perintah dalam bahasa skrip yang dimiliki oleh perangkat

lunak GIS yang bersangkutan, misalnya ArcView GIS sedemikian rupa untuk

memenuhi kebutuhan pengguna secara otomatis, cepat, lebih menarik, informatif

Page 28: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

10

Bagian bonggol pohon pisang berupa rhizoma, yang dapat hidup hingga 15

tahun atau bahkan lebih. Sedangkan untuk satu tandan pisang sendiri terdiri atas

5–20 sisir, yang masing-masing sisir terdiri lebih dari 20 buah pisang. Berat satu

tandan pisang bisa mencapai 30–50 kg. Sedangkan berat satu buah pisang rata-

rata adalah 125 gr (Munadjim, 2009: 10).

Adapun sentra produksi pisang di Kabupaten Bogor tersebar dibeberapa

kecamatan, antara lain Gunung Sindur, Jasinga, Cimanggis dan Cileungsi (Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 10).

Indonesia merupakan salah satu negara pusat asal-usul tanaman pisang.

Jumlah jenis pisang di Indonesia sangat melimpah. Sebanyak 250 jenis pisang

ditemukan di Indonesia. Tanaman pisang ditemukan mulai dari lembah alas (Aceh

Tenggara) sampai ke daerah Papua bagian utara. Jenis-jenis pisang dan daerah

penyebarannya di Indonesia (Rismunandar, 2009: 17):

1. Musa acuminata Colla

Jenis ini mempunyai beberapa nama lokal, antara lain cau kole (Sunda),

pisang cici alas (Jawa), pisang rimbo (Minangkabau), pisang harangan (Batak),

nuka nuibo (Kaili), unti darek (Bugis) atau yang populer disebut pisang kepok.

Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 1800 m dpl dan juga tumbuh di

hutan sekunder. Pisang ini ditemukan di Sulawesi, Jawa Barat, Bali dan Sumatera.

2. Musa balbisiana Colla

Masyarakat Indonesia mengenalnya secara umum dengan sebutan pisang

batu, pisang biji, atau pisang klutuk. Jenis ini belum pernah dilaporkan dan

Page 29: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

11

ditemukan tumbuh secara liar di Indonesia. Akan tetapi secara luas telah ditanam

di kebun-kebun Indonesia.

3. Musa borneensis Becc

Pisang yang dikenal dengan pisang hutan oleh masyarakat Indonesia ini

tumbuh sepanjang sungai Mahakam dan di Kabupaten Tabalong, Kalimantan

Selatan. Masyarakat Serawak mengenalnya dengan sebutan pisang unkaok atau

pisang unkadan.

4. Musa celebica Warb

Dikenal oleh masyarakat Toraja dengan sebutan punti lampung. Jenis ini

ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah.

5. Musa lolodensis Cheesman

Ditemukan menyebar mulai dari Halmahera, Maluku sampai ke Papua

bagian utara. Masyarakat setempat menyebutnya dengan pisang hias.

6. Musa ornata Roxb

Berasal dari Himalaya bagian tenggara dan diintroduksi ke Indonesia

melalui Kebun Raya Bogor. Seperti halnya Musa lolodensis Cheesman, jenis ini

disebut juga dengan pisang hias.

7. Musa salaccensis Zoll

Masyarakat Minangkabau mengenalnya dengan pisang monyet dan pisang

karok, masyarakat Mandailing mengenalnya dengan sebutan pisang sitata. Jenis

ini ditemukan di sepanjang lereng barat Pegunungan Bukit Barisan Sumatera,

mulai dari Aceh sampai Tapanuli, Sumatera Barat dan Bengkulu.

Page 30: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

12

8. Musa schizocarpa Simmonds

Ditemukan di dataran rendah terbuka di Papua dan disepanjang sisi jalan

antara Arso dan Genyem. Selain itu jenis ini ditemukan juga tumbuh di Niugini.

Masyarakat setempat menyebutnya sebagai pisang utan.

9. Musa textilis Nee

Jenis ini dapat ditemukan di dalam koleksi tumbuhan Badan Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Industri di Bogor. Dikenal sebagai pisang manila atau

pisang abaka.

10. Musa troglodytarum L

Asli dari Maluku dan belum pernah dilaporkan dan ditemukan tumbuh liar

di tempat lain. Dikenal dengan sebutan pisang tongkat langit atau pisang tunjuk

langit. Masyarakat Seram ada yang menyebutnya dengan tema tenala langit.

11. Musa uranoscopos Lour

Jenis ini merupakan asli dari Cina Selatan, Vietnam, Laos dan diintroduksi

ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor. Masyarakat Indonesia menyebutnya

dengan pisang hias.

12. Musa velutina Wendl and Drude

Jenis yang dikenal dengan sebutan pisang hias ini, bukan asli Indonesia

melainkan berasal dari Assam, India dan diintroduksikan ke Indonesia melalui

Kebun Raya Bogor (Rismunandar, 2009: 17-18).

Musa acuminata colla dan Musa balbisiana colla merupakan nenek moyang

dari pisang-pisang budidaya yang ada di Indonesia. Beberapa jenis pisang

budidaya merupakan hasil persilangan dari kedua jenis pisang tersebut. Jenis-jenis

Page 31: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

13

pisang liar lainnya juga diketahui mempunyai potensi sebagai induk dalam

persilangan untuk menciptakan kultivar-kultivar yang unggul (Stover, 2009: 33).

Sumber serat Musa textilis Nee telah diketahui mempunyai kandungan serat

dalam batang semunya yang secara fisik kuat, tahan lembab dan air asin, sehingga

baik untuk digunakan sebagai bahan baku kertas berkualitas tinggi yang tahan

simpan (seperti uang, kertas dokumen, kertas cek), kertas filter, pembungkus teh

celup, bahan pakaian, pembungkus kabel dalam laut, serta tali-temali lainnya

(Rismunandar, 2009: 20).

Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka perbanyakan

dan perbaikan kualitas serat dari pisang abaka ini. Di tengah maraknya trend

tanaman hias di masyarakat Indonesia, beberapa jenis pisang liar dapat

dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena secara morfologi, beberapa jenis

pisang khususnya yang tumbuh di Indonesia mempunyai penampakan morfologi

yang menarik, diantaranya Musa lolodensis cheesman, Musa ornata roxb., Musa

uranoscopos lour dan Musa velutina wendl and drude. Dari potensi-potensi yang

dimiliki oleh pisang tersebut, potensi yang lainnya adalah potensi sebagai sumber

plasma nutfah (Munadjim, 2009: 20).

Keberadaan plasma nutfah ini penting untuk meningkatkan kualitas pisang-

pisang budidaya yang ada di Indonesia. Pisang liar banyak digunakan sebagai

sumber plasma nutfah. Banyaknya jenis dan varietas dari pisang-pisang liar

menunjukkan banyaknya keanekaragaman genetik yang ada didalam jenis

tersebut. Keanekaragaman hayati yang ada dapat digunakan sebagai sumber

plasma nutfah, kaitannya dengan usaha perakitan varietas unggul.

Page 32: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

14

Keanekaragaman genetik tersebut harus dipertahankan dan diperluas

keberadaannya, sehingga bahan untuk perakitan varietas unggul selalu tersedia

(Munadjim, 2009: 22).

Beberapa pisang telah diketahui mempunyai ketahanan terhadap penyakit

layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporium f. cubense. Jamur ini

mampu bertahan lama di dalam tanah sebagai klamidospora sehingga sulit untuk

dikendalikan. Penyakit layu Fusarium telah merusak perkebunan pisang di Bogor

dan Lampung yang menyebabkan petani pisang harus menanggung kerugian yang

cukup besar. Tidak hanya di Indonesia, penyakit ini juga telah menyerang

perkebunan-perkebunan pisang di Taiwan, Kepulauan Kanari, Afrika Selatan,

Australia, Amerika Tengah dan Selatan (Stover, 2009: 32).

Musa acuminata colla merupakan salah satu nenek moyang pisang budidaya

di Indonesia. Jenis ini mendonorkan genom ”A”. Pisang budidaya yang

merupakan turunan dari jenis ini antara lain pisang ambon, pisang kepok, (AAA),

pisang ambon lumut (AAA), pisang mas (AA) dan pisang berangan (AAA). Musa

acuminata var malaccensis, salah satu varietas dari Musa acuminata colla yang

ditemukan di Jawa Barat dan Sumatera, diketahui mempunyai resistensi terhadap

jamur layu Ras 1 dan Ras 2, serta Sigatoka. Resistensi terhadap sigatoka juga

ditunjukkan oleh Musa acuminata colla (Stover, 2009: 34).

Pisang lain yang juga merupakan nenek moyang pisang budidaya di

Indonesia adalah Musa balbisiana colla. Jenis ini mendonorkan genom ”B”.

Beberapa kultivar turunannya antara lain pisang siem dan pisang cepatu (ABB).

Page 33: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

15

Musa balbisiana colla mampu tumbuh di daerah kering karena jenis ini agak

toleran terhadap kekeringan (Stover, 2009: 36).

Menurut Badan Pusat Statistik, Indonesia menghasilkan sekitar 5.741.351

ton pisang di tahun 2008, produksi tertinggi diantara produksi hortikultura yang

lain. Kebanyakan dihasilkan di Propinsi Jawa Barat sekitar 1.415.694 ton atau

menyumbang 25% dari produksi nasional. Penghasil terbesar kedua Propinsi Jawa

Timur sekitar 1.020.773 ton (18%) (Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat,

2008: 6).

Pisang berkembang dengan subur pada daerah tropis yang lembab, terutama

di dataran rendah. Di daerah yang hujannya turun merata sepanjang tahun,

produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim (Direktorat Budidaya

Tanaman Buah, 2008: 3). Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan pisang

berkisar 2.300-2.900 mm per tahun, suhu udara 25-26 oC dan kelembaban udara

80–84% (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 21).

2.2 Definisi Cuaca, Iklim dan Agroklimat untuk Tanaman Pisang

Faktor-faktor iklim seperti cuaca dan iklim benar-benar dipertimbangkan

dalam mengembangkan sumberdaya lahan. Kondisi suhu, curah hujan dan pola

musim sangat menentukan kecocokan dan optimalisasi pembudidayaan tanaman

pertanian (Sitorus, 2009: 5).

Cuaca adalah keadaan udara pada suatu tempat dalam waktu yang

singkat (24 jam) dalam wilayah yang sempit. Ilmu yang mempelajari cuaca

disebut meteorologi. Sedangkan iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu

Page 34: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

16

yang panjang (biasanya dalam periode 30 tahun). Ilmu yang mempelajari iklim

disebut Klimatologi. Sedangkan agroklimat merupakan aplikasi dari ilmu iklim

terhadap pertanian, dengan kata lain agroklimat merupakan ilmu yang

mempelajari interaksi iklim terhadap tanaman. Dalam agroklimat unsur iklim

dipelajari untuk mengetahui pengaruh dan kesesuaian iklim terhadap tanaman

(Anonim, 2009: 36).

Aplikasi agroklimatologi yang paling menonjol adalah

menganalisis spasial iklim disuatu daerah, karena dengan analisis spasial iklimnya

dapat ditentukan komoditi apa yang cocok untuk dikembangkan

(Prawirowardoyo, 2008: 26).

Oleh karena itu, unsur iklim harus mendapat perhatian khusus dalam

menentukan suatu kawasan sentra produksi hortikultura dan menghindari

kemungkinan resiko yang akan dihadapi.

Unsur iklim sebagai berikut:

a. Curah hujan

Hujan merupakan bentuk presipitasi berbentuk cair atau padat yang jatuh ke

permukaan bumi. Di Indonesia yang dimaksud dengan presipitasi umumnya

adalah hujan. Jumlah curah hujan dicatat dalam inchi atau milimeter (1 inchi=25,4

mm).

Berdasarkan proses terjadinya, hujan terbagi menjadi hujan siklonal, hujan

zenithal, hujan orografis dan hujan frontal. Penjelasan definisi masing-masing

hujan tersebut adalah:

a) Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik

disertai dengan angin berputar.

Page 35: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

17

b) Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator,

akibat pertemuan Angin Timur Laut dengan Angin Tenggara. Kemudian

angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar

ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.

c) Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung

uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju

pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi.

Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.

d) Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin

bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara

kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara

dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi

hujan lebat yang disebut hujan frontal.

e) Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin

Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah

karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik

Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan

Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan

Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya

musim penghujan dan musim kemarau (Hardjowigeno, 2009: 23).

Curah hujan mempengaruhi dalam pemilihan waktu tanam yang tepat, salah

pemilihan waktu akan berakibat fatal dalam usaha pertanian khususnya untuk

daerah non-irigasi yang bergantung pada keberadaan curah hujan. Dengan

Page 36: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

18

memperhatikan unsur hujan suatu daerah, dapat ditentukan jenis tanaman apa

yang sesuai dengan daerah tersebut, serta dapat direncanakan dan disusun pola

tanam yang tepat (Hardjowigeno, 2008: 29).

Kebutuhan pisang akan intensitas curah hujan suatu wilayah sentra produksi

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi pisang, karena tanaman

pisang termasuk salah satu tanaman tropis namun membutuhkan curah hujan yang

merata sepanjang tahun (Djaenudin, 2009: 7). Curah Hujan yang merata antara

2.300-2.900 mm per tahun dengan 10 bulan basah dalam setahun sangat disukai

tanaman pisang (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 20).

b. Suhu udara

Suhu merupakan besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin suatu

zat, besaran ini diukur dengan menggunakan termometer, berdasarkan skala

tertentu. Pengukuran suhu udara hanya satu nilai yang menyatakan nilai rata-rata

suhu atmosfer.

Untuk menyatakan suhu udara digunakan berbagai skala, seperti skala

Fahrenheit (F), Celcius (C) dan Kelvin (K). Untuk mengetahui suhu udara disuatu

tempat dapat diukur berdasar perioditasnya, antara lain: suhu udara harian rata-

rata, yaitu rata-rata pengamatan selama 24 jam yang dilakukan tiap jam

(Hardjowigeno, 2009: 24).

Selain itu terdapat suhu udara bulanan rata-rata, yaitu jumlah dari suhu

harian rata-rata dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari dalam bulan tersebut.

Suhu udara tahunan rata-rata, yaitu jumlah suhu bulanan rata-rata dibagi dengan

Page 37: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

19

12. Sedangkan suhu normal, yaitu angka rata-rata suhu yang diambil dalam waktu

30 tahun.

Sama halnya dengan curah hujan, suhu udara juga sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tropis ini (Djaenudin, 2009: 7).

Tanaman pisang membutuhkan suhu berkisar antara 25-26 oC (Dinas Pertanian

dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 20).

c. Kelembaban udara

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air

selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat

lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak

mengandung uap air didinginkan, maka suhunya turun dan udara tidak dapat

menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara

yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh

(Hardjowigeno, 2009: 25).

Kelembaban udara cukup mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman pisang (Djaenudin, 2009: 8). Kesesuaian parameter iklim kelembaban

udara untuk tanaman pisang berkisar sekitar 80–84% (Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 21).

2.3 Klasifikasi Kesesuaian Iklim Tanaman Pisang

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan dalam suatu

wilayah untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk

kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan

Page 38: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

20

(kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan

berdasarkan data iklim dan sumber daya lahan. Data biofisik tersebut berupa

karakteristik iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang

akan dievaluasi (Hardjowigeno, 2008: 22). Adapun kebutuhan iklim pisang adalah

curah hujan sekitar 2.300–2.900 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Suhu

udara berkisar antara 25–26 o

C dan kelembaban udara 80-84 % (Dinas Pertanian

dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 21).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat

dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.

Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo

kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan

lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable).

1. S1 (Kesesuaian Tinggi): Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang

berarti terhadap penggunaan secara berkelanjutan atau faktor pembatas

yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktivitas lahan secara

nyata.

2. S2 (Kesesuaian Sedang): Lahan mempunyai faktor pembatas dan faktor

pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Memerlukan

tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh

petani.

3. S3 (Kesesuaian Rendah): Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat.

Faktor pembatas ini akan mempengaruhi produktivitas sehingga

Page 39: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

21

memerlukan tambahan masukan lebih banyak daripada lahan yang

tergolong S2.

4. N (Tidak sesuai): Lahan yang tidak sesuai (N), karena mempunyai faktor

pembatas yang sangat berat dan sulit di atasi (Hardjowigeno, 2008: 23).

2.4 Iklim

Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi.

Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak

geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang

menengah dan lintang tinggi.

Iklim yang di kenal di Indonesia ada tiga iklim antara lain terdiri dari iklim

musim (muson), iklim tropika (Iklim Panas) dan iklim laut (Prawirowardoyo,

2008: 11).

1. Iklim Musim (Iklim Muson)

Iklim Muson terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti

arah tiap-tiap setengah tahun sekali. Angin musim di Indonesia terdiri atas Musim

Barat Daya dan Angin Musim Timur Laut.

a. Angin Musim Barat Daya

Angin Musim Barat Daya adalah angin yang bertiup antara bulan

Oktober sampai April sifatnya basah. Pada bulan-bulan tersebut,

Indonesia mengalami musim penghujan

Page 40: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

22

b. Angin Musim Timur Laut

Angin Musim Timur Laut adalah angin yang bertiup antara bulan April

sampai Oktober, sifatnya kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut,

Indonesia mengalami musim kemarau.

2. Iklim Tropika (Iklim Panas)

Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa. Akibatnya, Indonesia

termasuk daerah tropika (panas). Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas

mengakibatkan negara Indonesia beriklim tropika (panas), Iklim ini berakibat

banyak hujan yang disebut Hujan Tropika.

3. Iklim Laut

Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagian besar tanah daratan

Indonesia dikelilingi oleh laut atau samudera. Itulah sebabnya di Indonesia

terdapat iklim laut. Sifat iklim ini lembab dan banyak mendatangkan hujan

(Prawirowardoyo, 2008: 12).

Cuaca merupakan keadaan udara atau atmosfir dalam periode yang relatif

singkat. Sedangkan ilmu yang mempalajari cuaca disebut meteorologi. Dan iklim

adalah keadaan udara rata-rata pada suatu daerah yang lebih luas cakupannya dan

dalam periode yang lebih lama minimal 30 tahun.

Agroklimat merupakan aplikasi dari ilmu iklim terhadap pertanian, dengan

kata lain agroklimat merupakan ilmu yang mempelajari interaksi iklim terhadap

tanaman. Dalam agroklimat unsur iklim (curah hujan, suhu udara dan kelembaban

udara) dipelajari untuk mengetahui pengaruh dan kesesuaian iklim terhadap

tanaman (Djaenudin, 2009: 20).

Page 41: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

23

Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Bogor termasuk tipe

iklim A dalam klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson (Sitorus, 2009: 39).

2.4.1 Klimatologi

Definisi klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan

sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda dan bagaimana

kaitan antara iklim dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan

interpretasi dari data yang banyak sehingga memerlukan statistik dalam

pengerjaannya, dapat diartikan juga bahwa klimatologi sebagai meteorologi

statistik.

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim dan merupakan sebuah

cabang dari ilmu atmosfer. Dikontraskan dengan meteorologi yang mempelajari

cuaca jangka pendek yang berakhir sampai beberapa minggu, klimatologi

mempelajari frekuensi dimana sistem cuaca ini terjadi (Prawirowardoyo, 2008:

27).

Klimatologi tidak mempelajari fenomena atmosfer secara tepat (misalnya

pembentukan awan, curah hujan dan petir), tetapi mempelajari kejadian rata-rata

selama beberapa tahun sampai seabad dan juga perubahan dalam pola cuaca

jangka panjang dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer.

Klimatologis adalah orang yang mempelajari klimatologi, mempelajari baik

sifat alam dari iklim lokal, regional atau global dan faktor yang disebabkan oleh

alam atau manusia yang menyebabkan perubahan iklim. Klimatologi

memperhatikan perubahan iklim masa lalu dan masa depan (Prawirowardoyo,

2008: 30).

Page 42: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

24

Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing-

masing berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan

logos sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi klimatologi adalah ilmu yang mencari

gambaran dan penjelasan sifat iklim (Hardjowigeno, 2009: 45).

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi

tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh

posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini

yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya

sebagai iklim tropis, lintang tengah dan lintang tinggi. Ilmu yang mempelajari

tentang iklim adalah klimatologi.

Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau

sebuah planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena

dalam waktu beberapa hari. Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama

dikenal sebagai iklim. Aspek cuaca ini diteliti lebih lanjut oleh ahli klimatologi,

untuk tanda-tanda perubahan iklim (Prawirowardoyo, 2008: 33).

2.4.2 Klasifikasi

Klasifikasi adalah proses pengelompokan ke dalam bagian kelas, grup dan

tipe (Badan Meteorologi dan Geofisika, 2008: 3). Unsur-unsur iklim yang

menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam pembentukan

iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu udara, curah hujan dan

kelembaban udara. Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan

atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.

Page 43: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

25

Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim

sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang

berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam

bidang-bidang tersebut (Prawirowardoyo, 2008: 34).

2.4.3 Klasifikasi Iklim Matahari

Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar

matahari atau berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap permukaan

bumi.

Kedudukan matahari dalam setahun adalah (Hardjowigeno, 2009: 55):

1. Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0º) tanggal 21

Maret

2. Matahari beredar pada garis balik utara (23,5º LU) tanggal 21 Juni

3. Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0º) tanggal 23

September

4. Matahari beredar pada garis balik selatan (23,5º LS) tanggal 22

Desember

Gambar 2.1 Iklim Matahari

(Sumber: Hardjowigeno, 2009: 55)

Page 44: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

26

Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan letak lintang adalah sebagai

berikut:

1. Daerah iklim tropis

Iklim Tropis terletak antara 0°-23½° LU dan 0°-23½° LS. Ciri–ciri

iklim tropis adalah sebagai berikut:

a. Suhu udara rata–rata tinggi, karena matahari selalu vertikal.

Umumnya suhu udara antara 20°-23° C. Bahkan di beberapa

tempat suhu tahunannya mencapai 30° C.

b. Amplitudo suhu rata–rata tahunan kecil. Di khatulistiwa antara

1°-5° C, sedangkan amplitudo hariannya besar.

c. Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara perlahan

dan beraturan.

d. Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di

dunia.

2. Daerah iklim subtropis

Iklim subtropis terletak antara 23½°-40° LU dan 23½°-40° LS.

Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang.

Ciri-ciri iklim subtropis adalah sebagai berikut:

a. Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah

peralihan dari daerah iklim tropis dan iklim sedang.

b. Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim

gugur dan musin dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak

terlalu panas dan musim dingin tidak terlalu dingin.

Page 45: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

27

c. Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

d. Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin

dan musim panasnya kering disebut daerah Iklim Mediterania.

Jika hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering

disebut Daerah Iklim Tiongkok.

3. Daerah iklim sedang

Iklim sedang terletak antara 40°-66½° LU dan 40°-66½° LS. Ciri-ciri

iklim sedang adalah sebagai berikut:

a. Banyak terdapat gerakan-gerakan udara siklonal, tekanan udara

yang sering berubah-ubah, arah angin yang bertiup berubah-ubah

tidak menentu dan sering terjadi badai secara tiba-tiba.

b. Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian

lebih kecil dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim

tropis.

4. Daerah iklim dingin

Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut

pula sebagai iklim kutub. Ciri-ciri iklim dingin adalah sebagai berikut:

a. Musim dingin berlangsung lama.

b. Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.

c. Udaranya kering.

d. Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.

Page 46: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

28

e. Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.

f. Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat

mencairnya es di permukaan tanah.

g. Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.

h. Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara

Kanada, pantai selatan Greenland dan pantai utara Siberia

(Hardjowigeno, 2009: 55-56).

2.4.4 Scoring

Scoring adalah pemberian nilai terhadap masing-masing kelas dalam tiap

parameter. Pemberian skor ini didasarkan pada pengaruh kelas tersebut terhadap

pertumbuhan pisang. Semakin tinggi pengaruhnya terhadap pertumbuhan

hortikultura, maka skornya akan semakin tinggi. Adapun pemberian skor pada

parameter iklim mengacu pada kesesuaian lahan agroklimat pisang yang didapat

dari Dinas Pertanian dan Kabupaten Bogor (Lampiran 7).

1. Scoring untuk parameter curah hujan untuk hortikultura jenis pisang.

Untuk hasil optimal pisang membutuhkan curah hujan yang merata

sepanjang tahun.

Tabel 2.1

Skor Parameter Curah Hujan Untuk Pisang

No Kelas Skor

1 2300-2900 4

2 2900-3200 3

3 3200-3900 2

4 3900-4500 1

Page 47: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

29

2. Scoring untuk parameter suhu udara untuk hortikultura jenis pisang

Tabel 2.2

Skor Parameter Suhu Udara Untuk Pisang

No T (ºC) Skor

1 21-23 2

2 23-25 3

3 25-26 4

4 26-35 1

3. Scoring untuk parameter kelembaban udara untuk hortikultura jenis

pisang.

Tabel 2.3

Skor Parameter Kelembaban Untuk Pisang

No RH (%) Skor

1 74-80 3

2 80-84 4

3 84-85 2

4 85-90 1

2.4.5 Pembobotan

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembobotan

terhadap parameter iklim, yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara.

Bobot terbesar menunjukkan tingkat pengaruhnya tinggi terhadap produksi

tanaman, begitupun sebaliknya bobot terendah menunjukkan pengaruh yang

rendah juga.

Pembobotan merupakan bobot yang diberikan kepada masing-masing

variabel iklim yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman pisang karena

semakin besar pengaruh parameter tersebut, maka bobot yang diberikan semakin

tinggi begitupun sebaliknya. Pembobotan parameter iklim yang mendukung

pertumbuhan pisang seperti tampak pada Tabel 2.4.

Page 48: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

30

Tabel 2.4

Pembobotan Paramater Iklim yang Mendukung Pertumbuhan Pisang

No Parameter Bobot

1 Curah hujan 0.4

2 Suhu Udara 0.4

3 Kelembaban Udara 0.2

2.4.6 ModelBuilder

ModelBuilder adalah rangkaian proses dalam pembentukan atau pembuatan

suatu proyek, seperti pembuatan peta kesesuaian, lahan kritis dan lain sebagainya,

sehingga menjadi sebuah informasi untuk pengambilan keputusan. ModelBuilder

adalah sebuah sistem kerja yang terdapat dalam perangkat lunak ArcView.

ModelBuilder terdiri atas diagram atau flowchart. Model sederhana terdiri

dari input, proses dan output.

Adapun metode yang terdapat dalam ModelBuilder dibagi menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Aritmetic Overlay adalah proses penambahan, pengurangan, perkalian

atau pembagian satu theme atau lebih.

2. Weighted Overlay adalah proses penjumlahan beberapa scoring dengan

menggunakan proporsi tertentu. Biasanya dilakukan pembobotan terlebih

dahulu dan contohnya pembobotan untuk parameter iklim.

Komponen-komponen ModelBuilder (Puntodewo, 2009: 34):

a. Data Conversion

Konversi data vector dilakukan pada data point dalam hal ini data

iklim, line dan polygon ke data raster berupa theme grid. Proses konversi

menggunakan metode point interpolasi.

Page 49: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

31

b. Terrain

Pembuatan peta lereng (slope), peta arah lereng (aspect) dan

membuat garis yang menghubungkan nilai yang sama (contour).

c. Reclassification

Digunakan untuk mengelompokkan kembali nilai sel berdasarkan

kisaran kriteria yang ditentukan.

d. Buffer

Adalah menentukan daerah yang berpengaruh berdasarkan radius

jarak yang ditentukan dari sumber yang telah ditentukan.

e. Overlay

Merupakan suatu proses dalam ModelBuilder yang meliputi

penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian satu theme atau

lebih (Arithmatic Overlay) dan penjumlahan beberapa theme

menggunakan proporsi tertentu (Weighted Overlay).

Rancangan diagram atau flowchart sistem kerja ModelBuilder dapat dilihat

pada Gambar 2.2.

Page 50: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

32

Gambar 2.2 Rancangan Diagram Sistem Kerja ModelBuilder

2.5 Pemanfaatan SIG pada Penyebaran Produksi Tanaman Pisang

2.5.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pada dasarnya Sistem Informasi Geografis, terdiri dari tiga unsur kata, yaitu

Sistem, Informasi dan Geografis. Sistem adalah sekumpulan jaringan dari

prosedur-prosedur yang saling berhubungan untuk melakukan suatu kegiatan

untuk mencapai target tertentu. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi

bentuk yang lebih sempurna (Prahasta, 2008: 9).

Dan Sistem Informasi adalah suatu sistem didalam sebuah organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,

Page 51: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

33

bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan

pihak luar tertentu dengan laporan-laporan tertentu.

Geografi berasal dari bahasa Yunani, gabungan dari dua suku kata, yaitu

Geo yang berarti bumi dan Graphein yang berarti lukisan. Dengan demikian jika

diartikan, maka Geografi berarti lukisan bumi. Sedangkan pengertian secara luas,

yaitu suatu ilmu yang mempelajari masalah-masalah bumi secara luas dalam

hubungannya dengan keruangan.

Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang berbasiskan komputer yang

digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi sistem informasi geografi. SIG

dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek dan

fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis

untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang

memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi

geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data),

(c) analisis dan manipulasi data dan (d) keluaran (Prahasta, 2008: 11).

Page 52: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

34

2.5.2 Komponen SIG

Gambar 2.3 Komponen SIG

(Sumber: Prahasta, 2008: 57)

Keterangan:

a. Komponen perangkat keras

Pada komponen Sistem Informasi Geografis menangani data yang

berbeda bentuknya dari aplikasi umum, baik bentuk data masukan

maupun keluaran. Secara umum perangkat keras Sistem Informasi

Geografis terdiri dari empat unit utama, yaitu:

1. Komputer (PC): CPU (Central Proccessor Unit) dan Memory.

2. Media Penyimpanan Data: Harddisk, disk drive, Flashdisk dan CD-

ROM.

3. Media Perekaman Data: Keyboard, mouse dan scanner.

4. Media Penampilan Data: Printer, Monitor dan LCD.

SIG DATA

Perangkat Keras

Manajemen

Perangkat Lunak

Data dan

Informasi

Page 53: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

35

b. Komponen perangkat lunak

Komponen perangkat lunak Sistem Informasi Geografis pada umumnya

terdiri dari empat modul utama. Modul-modul tersebut merupakan

subsistem yang terintegrasi didalam suatu paket Sistem Informasi

Geografis dan berfungsi untuk data input, penyimpanan dan database

management, data output, analisis dan manipulasi data.

c. Pemakai (User)

Pemakai Sistem Informasi Geografis adalah seorang yang

berkemampuan minimal dapat mengoperasikan Sistem Operasi Windows

(Prahasta, 2008: 27).

2.5.3 ArcView GIS

ArcView adalah salah satu software pengolah Sistem Informasi Geografi

(SIG/GIS). Sistem Informasi Geografi sendiri merupakan suatu sistem yang

dirancang untuk menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menyajikan

informasi geografi. Mungkin anda sudah kenal dengan yang namanya peta. Perlu

diketahui bahwa peta juga bisa disebut SIG atau istilahnya SIG Konvensional.

Terdapat beberapa perbedaan antara peta diatas kertas (peta analog) dan SIG yang

berbasis komputer. Perbedaannya adalah bahwa peta menampilkan data secara

grafis tanpa melibatkan basisdata.

Sedangkan SIG adalah suatu sistem yang melibatkan peta dan basisdata.

Dengan kata lain peta adalah bagian dari SIG. Sedangkan pada ArcView anda

dapat melakukan beberapa hal yang peta biasa tidak dapat melakukannya.

Perbedaan pokok antara Peta Analog dengan ArcView adalah bahwa Peta itu

Page 54: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

36

Perbedaan pokok antara Peta Analog dengan ArcView adalah bahwa Peta itu

statis sedangkan ArcView dinamis. ArcView biasa digunakan antara lain untuk

(Prahasta, 2007: 30):

1. Digitasi data citra dari layar monitor (on screen digitizing)

2. Reaktifikasi citra dengan bantuan ekstensi image analysis

3. Editing tema dengan drag and drop atau cut and paste

4. Editing tema dengan query item pada tabel

5. Konversi data dari MS-EXCEL atau MS-ACCESS menjadi tema baru

pada data spasial yang telah ada

6. Pembuatan kontur dengan bantuan ekstensi image analysis dan spasial

analis

7. Pembuatan peta 3D dan perhitungan volume dengan bantuan 3D analysis

8. Pengubahan sistem proyeksi dengan projection utility

9. Kemudahan konversi data ke perangkat lunak lain, seperti Autocad dan

Mapinfo

Extensions bekerja atau berperan sebagai perangkat lunak yang dapat dibuat

sendiri, telah ada atau dimasukkan (di-install) ke dalam perangkat lunak ArcView

untuk memperluas kemampuan-kemampuan kerja dari ArcView itu sendiri.

Contoh-contoh extensions ini seperti Spatial Analyst, Edit Tools v3.1,

Geoprocessing, JPEG (JFIF) Image Support, ModelBuilder, Legend Tool,

Projection Utility Wizard, Register and Transform Tool dan XTools Extensions.

Komponen ArcView 3.2 adalah sebagai berikut (Prahasta, 2007: 31):

Page 55: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

37

1. View

View mengorganisasikan theme, sebuah view merupakan representasi

grafis informasi spasial dan dapat menampung beberapa layer atau theme

informasi spasial (titik, garis, polygon dan citra raster). Sebagai contoh

posisi-posisi kota ataupun bangunan (titik), sungai-sungai dan jaringan

atau saluran (garis) dan batas administrasi ataupun tata guna lahan (land

use) suatu wilayah (polygon) dapat membentuk sebuah theme dalam

sebuah view.

2. Tabel

Dokumen ini tempat dilakukan antara lain input data atribut, perhitungan

data serta pemilihan data menggunakan data tabular. Tabel yang tampil

adalah tabel dari tema yang aktif pada dokumen view yang dipilih. Tabel

merupakan representasi data ArcView dalam bentuk sebuah tabel.

Sebuah tabel akan berisi informasi deskriptif mengenai layer tertentu.

Setiap baris data (record) mendefinisikan sebuah entry (misalnya

informasi mengenai salah satu polygon baik batas administrasi maupun

polygon batas tata guna lahan (land use) di dalam basisdata spasial-nya,

setiap kolom (field) mendefinisikan atribut atau karakteristik dari entry.

3. Grafik

Grafik merupakan representasi grafis dari resume tabel data. Chart juga

biasanya merupakan hasil suatu query terhadap suatu tabel data. Bentuk

chart yang didukung oleh ArcView adalah line, bar, column, xy scatter,

area dan pie.

Page 56: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

38

4. Layout

Layout digunakan untuk mengintegrasikan dokumen (view, table, chart)

dengan elemen-elemen grafik yang lain di dalam suatu window tunggal

guna membuat peta yang akan dicetak. Pada design review layout dapat

dilakukan proses penataan peta serta merancang letak-letak property peta

seperti judul, logo, legenda, orientasi, skala, sumber dan sebagainya.

Gambar 2.4 menunjukkan design review peta pada penelitian ini.

Gambar 2.4 Design Review Layout

5. Extentions

Program tambahan yang dapat membantu menyelesaikan proyek dan

dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan proyek yang sedang dibuat.

Pada ArcView biasanya sudah tersedia beberapa ekstensi standar, namun

jika perlu menambahkan ekstensi yang lain dapat menambahkannya pada

bin32 yang terdapat dalam sistem perangkat lunak ArcView.

Logo

Legenda

Sumber Data

Peta

Judul Peta

Page 57: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

39

6. Sumber Data

Data berupa data atribut biasanya harus berformat .dbf agar dapat di

proses oleh Arcview. Dan data lain berupa peta biasanya berformat .shp.

Proses akhir yang disajikan bisa berupa layout atau peta.

7. Reklasifikasi

Reklasifikasi adalah proses pengelompokan kembali ke dalam bagian

kelas, grup dan tipe yang ditentukan.

8. Overlay

Proses penggabungan database dengan sebuah atau beberapa peta.

Overlay menganalisis interaksi dari database yang ada dengan data yang

lain.

9. Polygon Thiessen

Polygon thiessen merupakan salah satu ekstensi yang ada di perangkat

lunak ArcView (Created Polygon Thiessen). Ekstensi ini adalah alat

untuk mempresentasikan area atau polygon iklim (Prahasta, 2007: 33).

2.5.4 Alasan Penggunaan SIG

Adapun penggunaan aplikasi dan konsep GIS dalam penelitian ini, karena

beberapa alasan seperti berikut (Puntodewo, 2009: 30):

a. Hampir semua aplikasi yang terdapat dalam SIG dapat di-customize,

dengan menggunakan beberapa skrip yang ada di perangkat lunak SIG,

sehingga dengan mudah dapat memenuhi kebutuhan pengguna secara

otomatis, cepat, lebih menarik, informatif dan user friendly.

Page 58: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

40

b. SIG menggunakan baik data spasial maupun atribut secara terintegrasi

hingga dapat menjawab pertanyaaan spasial dan non-spasial.

c. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat

dipermukaan bumi ke dalam beberapa layer atau data spasial. Dengan

layer ini permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali atau dimodelkan

dalam bentuk nyata dengan menggunakan data ketinggian berikut layer

thematic yang diperlukan.

d. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan

data spasial berikut atribut-atributnya. Seperti modifikasi warna, bentuk

dan ukuran simbol yang diperlukan untuk mempresentasikan unsur-unsur

permukaan bumi dapat dilakukan dengan mudah.

2.5.5 Manfaat SIG

Pemanfaatan SIG dilakukan sebagai alat untuk menganalisis peta distribusi

iklim dengan membuat analisis tumpang tindih (overlay) dengan peta agroklimat

hortikultura. Dengan SIG data agroklimat hortikultura dapat dianalisis

berdasarkan kecamatan yang dihubungkan dengan curah hujan, suhu udara dan

kelembaban udara (Puntodewo, 2009: 33).

2.6 Data Spasial

Data spasial adalah kumpulan data yang terorganisasi untuk melayani

berbagai aplikasi pada saat bersamaan dengan melakukan penyimpanan dan

pengelolaan data komponen keruangan (bergeoreferensi) dalam arti mempunyai

Page 59: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

41

informasi letak baik terhadap garis bujur maupun garis lintang, sehingga data

tersebut nampak di satu lokasi.

Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial

dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid

(Prahasta, 2008: 21). Kumpulan piksel-piksel yang menggambar suatu obyek

spasial dapat disebut sebagai dataset obyek. Setiap piksel dalam dataset raster

mempunyai informasi atau sekumpulan data yang unik. Informasi yang terdapat

dalam satu piksel dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu data atribut

(informasi mengenai obyek, misal: sawah, kebun, pemukiman dan lain lain) dan

koordinat data yang menunjukkan posisi geometris dari data tersebut.

Adapun karakteristik layer (s) raster menunjukkan bahwa data tersebut

adalah data raster. Karakteristik-karakteristik model data raster adalah sebagai

berikut (Prahasta, 2008: 22):

a. Resolusi; resolusi spasial dapat diartikan sebagai suatu dimensi linear

minimum dari satuan jarak geografi terkecil yang dapat direkam oleh

data. Satuan terkecil dalam data raster pada umumnya ditunjukkan oleh

panjang sisi suatu bidang bujur sangkar piksel. Semakin luas suatu area

di permukaan bumi yang dipresentasikan oleh ukuran piksel, maka data

tersebut beresolusi kecil, sebaliknya jika semakin kecil suatu area di

permukaan bumi yang direpresentasikan oleh ukuran piksel, maka

dikatakan bahwa data tersebut beresolusi besar.

b. Orientasi; Orientasi dalam model data raster dibuat untuk

mempresentasikan arah utara grid. Secara umum, untuk mendapatkan

Page 60: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

42

orientasi model data raster dilakukan penghimpitan arah utara grid

dengan arah utara sebenarnya pada titik asal dari dataset yang biasanya

adalah titik dibagian kiri atas.

c. Zone; Setiap zone pada model data raster adalah sekumpulan lokasi-

lokasi yang memperlihatkan nilai/ID yang sama. Misalnya untuk suatu

raster data sawah, maka ID pada tiap pixel sawah akan mempunyai

nilai/ID yang sama.

d. Nilai-nilai; Nilai adalah item informasi (attribute) yang disimpan dalam

sebuah layer untuk setiap piksel. Sehingga pada ID yang sama pada

beberapa piksel dapat mempunyai nilai yang berbeda.

Representasi model data vector terdiri dari titik (points), garis (lines) dan

area (polygons) (Prahasta, 2008: 25).

a. Titik (points)

Meliputi semua objek geografis yang dikaitkan dengan koordinat (x,y)

sudut property suatu batas (polygon) juga merupakan titik. Contoh:

SPBU, Pasar dan Kantor polisi.

b. Garis (lines)

Garis merupakan semua unsur linier yang dibangun dengan

menggunakan segmen garis lurus yang dibentuk oleh dua titik koordinat

atau lebih. Contoh: Rel kereta.

c. Area (polygons)

Area merupakan representasi semua objek dalam satu dimensi, contoh:

Danau dan Sawah.

Page 61: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

43

2.7 Analisis Spasial

ArcView Spatial Analyst digunakan untuk menemukan dan mengerti lebih

baik hubungan spasial dari data, sehingga dapat ditampilkan dan menjalankan

query guna menghasilkan suatu aplikasi yang diinginkan. Spatial Analyst sangat

berguna terutama karena kemampuannya untuk menggabungkan data raster dan

data vector. Spatial Analyst menyediakan alat untuk membuat surface

(penampakan 3-dimensi) dan menganalisis karakteristiknya. Berikut adalah

beberapa contoh masalah yang bisa dipecahkan dengan menggunakan Spatial

Analyst (Sitorus, 2009: 28):

a. Inventarisasi pembangunan gedung perbelanjaan. Prosesnya adalah

penetapan beberapa unsur yang berkaitan dengan letak proyek

pembangunan, seperti aksesbilitas lokasi, daya beli dan animo

masyarakat yang ada di sekitar lokasi pembangunan.

b. Inventarisasi lahan pertaninan dan perkebunan.

c. Inventarisasi pembangunan SPBU, pertimbangannya antara lain riset

lokasi seperti lokasi harus terhindar dari banjir, lokasi tepat berada di sisi

jalan raya.

d. Lokasi rawan kecelakaan, hal yang dinyatakan adalah relasi atau

hubungan (relationship), pola (patern) dan kecenderungan (trend).

Adapun fungsi-fungsi Spatial Analyst adalah sebagai berikut:

a. Fungsi-fungsi yang bisa dijalankan oleh Spatial Analyst.

b. Jenis-jenis permasalahan yang bisa dipecahkan oleh masing-masing

fungsi tersebut.

Page 62: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

44

c. Cara masing-masing fungsi tersebut memecahkan permasalahan.

Berikut ini adalah contoh perbedaan antara objek shapefile (feature) yang

berbasis vector dan grid yang berbasis raster.

a. b.

Gambar 2.5 Perbedaan Objek Feature (a) dan Grid (b)

(Sumber: Sitorus, 2009: 22)

Aktifkan Extentions Spatial Analyst pada ArcView. Dari menu File pilih

Extensions. Pada kotak dialog Extentions, isilah tanda cek list pada pilihan

Spatial Analyst untuk men-load ekstensi tersebut seperti pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Menu Extentions pada Spatial Analyst

Pemetaan jarak adalah menghitung berapa jauh masing-masing sel dari

obyek terdekat yang anda pilih, misalnya jalan, sawmill, rumah sakit. Jarak bisa

diukur berdasarkan Euclidean (jarak dari satu obyek ke obyek lain) atau

Page 63: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

45

berdasarkan usaha yang diperlukan untuk mencapai satu titik dari titik lain

(biaya). Dua fungsi utama yang disediakan oleh Spatial Analyst menggunakan

sistem Euclidean untuk menentukan jarak adalah:

a. pemetaan jarak (distance mapping)

b. pemetaan kedekatan (proximity mapping).

Sedangkan dua fungsi penting yang bisa dilakukan menggunakan biaya

sebagai sistem pengukuran adalah:

a. pemetaan jarak dengan pembobotan (weighted-distance mapping)

b. analisis path (path analyst) (Sitorus, 2009: 30).

2.8 Profil Umum Kabupaten Bogor

Luas wilayah Kabupaten Bogor mencapai 2.371,21 km2. Kabupaten Bogor

terdiri dari 27 Kecamatan dan 425 Desa. Luas lahan pertanian Kabupaten Bogor

terdiri dari hutan negara (27%), tegalan (18%), persawahan (16%), pekarangan

(13%), hutan rakyat (5%), perkebunan rakyat (5%), perkebunan swasta (3%),

Ladang/huma (2%), penggembalaan/padang (1%) dan lain-lainnya (7%).

Adapun letak geografis Kabupaten Bogor adalah Bujur Timur 1060 1°-

1070 103° dan Lintang Selatan 60 19° – 60 47°.

Batas wilayah Kabupaten Bogor adalah (Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor, 2008: 11):

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabapaten Lebak

Page 64: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

46

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Gambar 2.7 Peta Kabupaten Bogor

Pada Gambar 2.7 Kabupaten Bogor terdiri atas 27 kecamatan dari

Kabupaten Bogor bagian barat, yaitu Jasinga, Parung Panjang, Cigudeg,

Nanggung, Rumpin, Leuwiliang, Ciampea dan Cibungbulang. Dari Kabupaten

Bogor bagian tengah, yaitu Gunung Sindur, Parung, Semplak, Ciawi, Ciampea,

Sawangan, Bojong Gede, Depok, Cimanggis, Ciomas, Kedung Halang, Cijeruk

dan Caringin. Dan Kabupaten Bogor bagian timur, yaitu Kecamatan Cariu,

Cibinong, Cisarua, Citeureup, Gunung Putri, Jonggol dan Kadunghalang.

Kecamatan yang menjadi sentra produksi tanaman pisang antara lain

kecamatan Gunung Sindur, Jasinga, Cimanggis dan Cileungsi (Dinas Pertanian

dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 15).

Page 65: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

47

Berdasarkan data statistik BPS Kabupaten Bogor jumlah penduduk wilayah

Kabupaten Bogor tahun 2008 adalah sebesar 949.990 jiwa yang terdiri dari

482.194 jiwa penduduk perempuan dan 466.799 jiwa penduduk laki-laki. Pola

sebaran penduduk terbanyak adalah Kecamatan Leuwiliang sebanyak 121.104

jiwa, Rumpin 108.431 jiwa, Cibungbulang 106.553 jiwa dan Kecamatan Cigudeg

sebanyak 105.148 jiwa (Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat, 2008: 12).

2.9 Studi Sejenis (Literatur)

Dalam penelitian Siti Muhajaroh dalam skripsi yang berjudul Kesesuaian

Agroklimat Hortikultura Jenis Manggis dengan Pendekatan Analisis Spasial tahun

2010 lebih menggunakan pendekatan iklim sebagai salah satu faktor penting yang

mempengaruhi produksi tanaman. Metode yang digunakan dalam penelitiannya

menggunakan Analisis Spasial dan sistem kerja ModelBuilder dengan metode

Weighted Overlay (Pembobotan) dan Scoring pada peta digital yang dilakukan

dalam software ArcView GIS 3.2. Sedangkan metode penelitian yang digunakan

adalah metode pengembangan sistem SDLC (System Development Life Cycle).

2.10 SDLC (System Development Life Cycle)

SDLC (System Development Life Cycle) adalah suatu proses rasional dan

sistem analis yang digunakan untuk mengembangkan sistem informasi. Metode

SDLC adalah keseluruhan proses dalam membangun sistem melalui beberapa

langkah. Ada beberapa model SDLC. Model yang cukup populer dan banyak

digunakan adalah Waterfall. Model Waterfall berisi rangkaian aktivitas proses

Page 66: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

48

digunakan adalah Waterfall. Model Waterfall berisi rangkaian aktivitas proses

seperti spesifikasi kebutuhan dalam tahap perencanaan (planning), proses

menghimpun, menganalisis, mengakurasi dan menspesifikasikan kebutuhan dalam

tahap analisis (analysis), implementasi desain perangkat lunak dalam tahap

perancangan (design) dan terakhir tahap penerapan (implementation). Setiap

tahapan didefinisikan, lalu tahapan tersebut di sign off dan pengembangan

dilanjutkan pada tahapan berikutnya. Model ini menawarkan cara pembangunan

sistem informasi secara lebih nyata.

Model Waterfall menggambarkan proses pengembangan sistem dalam

sebuah alur urutan linier. Dalam model Waterfall tiap tahap dalam pengembangan

sistem dilakukan hanya jika tahap-tahap sebelumnya telah selesai. Contoh jika

kita ingin memulai proses design harus dipastikan bahwa proses sebelumnya

yakni proses analysis telah selesai dilakukan, jika tidak kita tidak boleh memulai

tahap design atau tahap selanjutnya.

Selain itu dalam model Waterfall, ketika langkah pengembangan proyek

maju ke tahap berikutnya, kita tidak bisa kembali ke tahap yang sebelumnya.

Model Waterfall mendefinisikan proses pengembangan sistem ke dalam lima

tahapan (Al fatta, 2008: 32):

a. Perencanaan (Planning)

b. Analisis (Analysis)

c. Perancangan (Design)

d. Evaluasi (Evaluation)

e. Penerapan (Implementation)

Page 67: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

49

Model Waterfall umumnya digunakan dalam pembuatan proyek sederhana

dan berskala kecil dimana kebutuhan-kebutuhan didefinisikan di awal. Model ini

mengasumsikan bahwa kebutuhan bersifat stabil dan tidak berubah sepanjang

pengerjaan proyek. Hal ini umumnya menyebabkan model Waterfall tidak dapat

digunakan untuk kasus proyek skala besar dimana kebutuhan kemungkinan selalu

berubah dan bertambah selama proses pengembangan.

Beberapa model lain SDLC adalah Fountain, Spiral, Rapid, Prototyping,

Incremental, Build and Fix, Synchronize dan Stabilize.

Gambar 2.8 Siklus Metode SDLC Model Waterfall

(Sumber: Al fatta, 2008: 33)

Adapun tahapan-tahapan SDLC dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini dimulai dengan menentukan proyek sistem yang akan

dikembangkan, kemudian mendifinisikan masalah dan pelaksanannya berupa

1. Perencanaan

2. Analisis

3. Perancangan

4. Evaluasi

5. Penerapan

Page 68: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

50

inventarisasi data yang diperlukan dalam proyek sistem yang akan dibuat, serta

dimana mendapatkan informasi tentang data tersebut bisa diperoleh.

Perencanaan sistem menyangkut estimasi dari kebutuhan-kebutuhan fisik,

tenaga kerja dan dana yang dibutuhkan untuk mendukung operasi. Termasuk

mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup proyek tersebut (Al fatta, 2008: 34).

2. Analisis (Analysis)

Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem

informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-

kesempatan dan hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang

diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan dan memahami

kembali sistem kerja yang digunakan. Contohnya pemilihan perangkat lunak

(software) dan perangkat keras (hardware) yang digunakan (Al fatta, 2008: 34).

Menganalisis teknologi apa yang digunakan dalam proyek ini, misalkan

proyek analisis agroklimat hotikultura dalam SIG, maka memerlukan aplikasi

seperti ArcView 3.2.Memerlukan pengolahan dan penyimpanan data secara

informasi produk, informasi berita digunakan database seperti Microsoft Excel

atau Microsoft Acces.

Untuk menghasilkan peta agroklimat hotikultura menggunakan proses kerja

Spatial Analyst yang ada dalam extentions ArcView GIS 3.2 dan sistem kerja

ModelBuilder yang terdapat dalam software ArcView GIS 3.2.

Page 69: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

51

3. Perancangan (Design)

Setelah mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan.

Tiba waktunya untuk membentuk sistem tersebut. Tahap ini disebut dengan

perancangan sistem (design). Tahap perancangan (design) meliputi kegiatan

pemrosesan data yang dibutuhkan oleh sistem yang baru dengan konfigurasi dari

perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang telah ditentukan

yang akan membantu dalam proses perancangan (design) (Al fatta, 2008: 35).

4. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan untuk

menentukan keberhasilan implementasi suatu sistem informasi. Evaluasi

dilakukan untuk menentukan kriteria evaluasi, parameter evaluasi dalam

membangun kerangka kerja evaluasi. Contohnya evaluasi paramater iklim dan

evaluasi produksi tanaman.

Evaluasi perlu dilakukan untuk menghasilkan bahwa pelaksanaan

pengembangan sistem sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Al fatta,

2008: 35). Evaluasi yang dimaksud disini adalah evaluasi yang dilakukan oleh

user (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor) contohnya evaluasi

produksi tanaman, sedangkan evaluasi yang dilakukan tim koordinasi/analisis

bersifat lebih teknis contohnya evaluasi parameter iklim untuk tanaman di daerah

tertentu.

5. Penerapan (Implementation)

Tahap penerapan sistem merupakan tahap meletakkan sistem agar siap

untuk dioperasikan. Tahap ini masuk kedalam proses design review dari sistem

Page 70: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

52

yang telah dibuat. Design review adalah proses integrasikan property (view, table,

chart) kedalam satu window tunggal sebagai hasil akhirnya. Secara umum design

review bertujuan agar sistem lebih menarik, mudah dipahami dan informatif (Al

fatta, 2008: 36).

Design review untuk peta agroklimat pisang dapat dilakukan proses

penataan peta serta merancang letak-letak property peta seperti judul, logo,

legenda, orientasi, skala, sumber dan sebagainya. Design review dapat dilihat pada

Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Design Review Peta Agroklimat Pisang

Siklus SDLC dijalankan secara berurutan, mulai dari langkah pertama

hingga langkah kelima. Setiap langkah yang telah selesai harus dikaji ulang untuk

memastikan bahwa langkah telah dikerjakan dengan benar dan sesuai harapan.

Semua langkah dalam siklus harus terdokumentasi. Dokumentasi yang baik akan

mempermudah pemeliharaan dan peningkatan fungsi sistem.

Logo UIN

Legenda

Sumber Data

Peta Kesesuaian Agroklimat

untuk Tanaman Pisang

Judul Peta

Page 71: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tanaman Pisang

Asal-usul nama pisang masuk kedalam marga Musa, suku Musaceae.

Beberapa ahli botani berpendapat bahwa nama Musa diambil dari nama Antonius

Musa, salah seorang dokter kaisar Octavius Augustus dari Roma, sementara itu

beberapa ahli botani lainnya berpendapat bahwa nama Musa berasal dari bahasa

Arab yaitu mouz atau mouwz yang berarti pisang. Pisang dikelompokkan menjadi

pisang liar dan pisang budidaya. Pisang liar pada umumnya ditemukan tumbuh

liar di alam, mempunyai banyak biji dan bersifat diploid. Sedangkan pisang

budidaya pada umumnya tumbuh di pekarangan, bijinya sedikit dan bersifat

triploid atau kadang diploid. Jenis pisang budidaya inilah yang sering kita

manfaatkan secara ekonomi (Rismunandar, 2009: 14).

Menurut literatur, pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu

berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Ada juga yang menyebutkan

bahwa pisang berasal dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga

ke daerah Pasifik (Rismunandar, 2009: 16).

Umumnya performance tanaman pisang antara lain tinggi tanaman pisang

dewasa berkisar antara 2-8 m, dengan daun-daun yang panjangnya ada yang

mencapai 3,5 m. Setiap batang (pseudostem) tanaman pisang akan menghasilkan

satu tandan buah pisang sebelum dia mati dan digantikan oleh batang pisang baru

(Haryadi, 2009: 11).

Page 72: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

54

a. Perangkat lunak: Microsoft Windows XP Profesional SP2, ArcView 3.2

dengan ekstensi JPEG (JFIF) Image Support, Spatial Analyst untuk

penginputan dan pengolahan data spasial maupun data atribut dan

Polygon Thiessen untuk membuat peta kesesuaian atau peta agroklimat.

Microsoft Excel untuk pengolahan data atribut dan Global Mapper 8

untuk digitasi peta yang digunakan oleh Bakosurtanal.

b. Perangkat keras: komputer Pc Pentium(R) IV 1.80 HGz dengan memori

256 MB DDR, Harddisk 1.79 GHz, Thermometer, penakar hujan tipe

Obsevatorium, Psychrometer.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Metode Penelitian

a. Metode Observasi

Melakukan pengumpulan data yang bersumber dari Balai Besar

Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat, data yang diberikan

berupa data iklim Kabupaten Bogor. Kemudian pengumpulan data

kesesuaian agroklimat pisang dan data produksi pisang dari Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor tahun 2008. Semua data ini

diperlukan untuk menganalisis kesesuaian lahan pisang didasarkan iklim

di Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dimulai dari bulan Oktober

2009. Data ini merupakan data sekunder.

Observasi dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bogor yang beralamat di Jl. Bersih Kompleks PEMDA Kabupaten

Page 73: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

55

Bogor, Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Dan di Balai Besar Meteorologi

dan Geofisika Wilayah II yang berlokasi di Jl. H. Abdulgani No. 05,

Kampung Bulak, Cempakaputih, Ciputat, Jakarta.

Pengumpulan data dengan metode observasi kepada pihak staf Distanhut

Kabupaten Bogor dan staf BBMG Wilayah II dilakukan dengan dua cara

yaitu dengan cara pengamatan langsung dan tidak langsung.

Pengamatan langsung dilakukan dengan cara mengamati secara langsung

pada Bidang Produksi Distanhut Kabupaten Bogor, seperti mengamati

apa saja yang dikerjakan, sistem dan aplikasi apa saja yang digunakan,

bagaimana keadaan hardware yang digunakan untuk mendukung proses

kerja di Bidang Produksi Pertanian Kabupaten Bogor. Sedangkan

pengamatan yang dilakukan di BBMG Wilayah II khususnya Bagian

Data dan Informasi Iklim meliputi aplikasi dan alat apa saja yang

digunakan untuk mendukung proses kerja Bagian Data dan Informasi.

Pengamatan secara langsung ini diuraikan di Bab IV Hasil dan

Pembahasan pada tahap Analisis (Analysis).

Sedangkan pengamatan tidak langsung peneliti mengumpulkan dan

mengamati dokumen-dokumen yang ada antara lain dari Distanhut

Kabupaten Bogor berupa Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bogor Tahun 2008 berupa data produksi (Lampiran 3) dan data

kesesuaian agroklimat tanaman pisang (Lampiran 7). Sedangkan data

yang didapat dari BBMG Wilayah II berupa data iklim (curah hujan,

suhu udara dan kelembaban udara) (Lampiran 4,5,6).

Page 74: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

56

b. Metode Pustaka

Metode ini digunakan sebagai referensi dalam penyusunan penelitian ini.

Pada studi pustaka ini peneliti mempelajari buku-buku yang berhubungan

dengan analisis spasial agroklimat pisang serta buku-buku yang

mendukung dengan topik yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi

ini, untuk daftar mengenai referensi buku–buku yang digunakan, peneliti

lampirkan dalam Daftar Pustaka.

3.3.2 Pengolahan Data

Data yang akan di olah adalah data sekunder dari Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor dan Balai besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah

II Ciputat dengan menginput menggunakan Microsoft Excel 2003, kemudian

disimpan dalam format dBase IV.

Data pertanian yang akan diolah berupa data kesesuaian agroklimat pisang

Kabupaten Bogor dan data iklim yang akan diolah berupa data curah hujan, suhu

udara dan kelembaban udara.

3.3.3 SDLC (System Development Life Cycle)

Dalam metode penelitian ini menggunakan SDLC (System Development

Life Cycle) dengan model Waterfall. Dalam model Waterfall setiap tahapan

didefinisikan, lalu tahapan tersebut di sign off dan pengembangan dilanjutkan

pada tahapan berikutnya. Kemudian tahapan yang telah selesai harus dikaji ulang

(review), terutama dalam langkah perencanaan dan desain untuk memastikan

bahwa langkah telah dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan harapan. Jika

tidak maka langkah tersebut perlu diulangi lagi atau kembali ke langkah

Page 75: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

57

sebelumnya. Tetapi kadang-kadang ada beberapa langkah yang dapat dilakukan

secara bersamaan (overlapping), hal ini dilakukan untuk mempercepat

mendapatkan hasil yang diinginkan dan memuaskan (Al fatta, 2008: 30).

Adapun siklus metode SDLC dapat gambarkan dalam diagram alir

penelitian pada Gambar 3.1.

Mulai

Perencanaan

Pengumpulan

Data

Data Kesesuaian

AgroklimatData Spasial

Peta Kab. Bogor

Data Non-spasial

Data IklimBBMG

BakosurtanalDinas Pertanian dan

Kehutanan Kab.Bogor

CH,SH,RH

Peta CH Peta SH Peta RH

Analisis Spasial

Weight

Overlay

Evaluasi

Agroklimat Pisang

Perencanaan

Perancangan

Analisis

Evaluasi

Penerapan

Data Produksi Pisang

ArcView 3.3Microsoft Excel

mengolah

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode SDLC

Page 76: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

53

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor (khususnya Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor), sedangkan pengolahan data dilaksanakan di kantor

BBMG Wilayah II Ciputat, yang dimulai dari bulan Oktober 2009 sampai dengan

Juli 2010.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Penelitian menggunakan data iklim dari stasiun Klimatologi, Pos hujan

kerjasama dan stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK). Selain itu yang

harus dipersipakan adalah peta potensi Kabupaten Bogor dalam vector dengan

skala 1:500.000, meliputi peta keadaan wilayah dan peta pertanian yang

diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)

tahun 2002 dalam format shapefile dengan extentions .shp, data curah hujan, suhu

udara, kelembaban udara bulanan Kabupaten Bogor.

3.2.2 Alat

Perlengkapan yang digunakan untuk mengolah data spesifikasinya adalah

sebagai berikut:

Page 77: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

59

adalah data iklim, Sumber Daya Manusia (SDM), Stasiun Hujan (pada Sub

Manajemen Data), GPS untuk menentukan koordinat, alat penangkar hujan untuk

mengukur curah hujan, thermometer untuk mengukur suhu, bola basah dan bola

kering untuk mengukur kelembaban udara dengan cara dibaca selisihnya,

seperangkat PC dan software ArcView. Kemudian layout peta yang sudah selesai

disimpan dalam bentuk Atlas dan CD.

Rencana stratejik Pusat Sisdatin Klimatologi dan Kualitas Udara disusun

berdasarkan Rencana Stratejik Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Tahun

2005–2009. Dengan demikian rencana stratejik Pusat Sisdatin Klimatologi dan

Kualitas Udara telah menjangkau tugas dan fungsi BBMG (BMG, 2008: 10).

Gambar 4.1 adalah struktur organisasi yang sedang berjalan pada bagian Deputi

Klimatologi BBMG.

Page 78: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

60

Struktur Kerja BBMG Wilayah II Jakarta

BALAI BESAR METEOROLOGI

DAN GEOFISIKA

BBMG Wilayah II

KEPALA

BAGIAN

TATA USAHA

SUBBAGIAN

KEUANGAN DAN

PERLENGKAPAN

SUBBAGIAN

KEUANGAN DAN

PERLENGKAPAN

BIDANG

OBSERVASI

SUBBAGIAN

PENGUMPULAN

DAN PENYEBARAN

SUBBAGIAN

INSTRUMENTASI

DAN PENYEBARAN

BAGIAN

DATA DAN INFORMASI

SUBBAGIAN

MANAJEMEN

SUBBAGIAN

PELAYANAN JASA

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Deputi Klimatologi

(Sumber: BBMG Wilayah II Balai Besar Meteorologi dan Geofisika, 2009: 12)

Page 79: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

61

a. Visi dan Misi Pusat Sisdatin Klimatologi

1. Visi

Visi Pusat Sisdatin Klimatologi dan Kualitas Udara Tahun 2005–2009

adalah ”Terwujudnya pelayanan jasa klimatologi dan kualitas udara

yang cepat, tepat dan akurat guna menjamin keselamatan masyarakat

dan menunjang pembangunan diberbagai sektor”.

2. Misi

Misi Pusat Sisdatin Klimatologi dan Kualitas Udara tahun 2005-2009

adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan data dan informasi klimatologi dan kualitas udara.

b. Menyediakan jaringan pelayanan klimatologi dan kualitas udara

bagi pengguna.

c. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang profesional.

d. Melaksanakan kerjasama nasional dan internasional di bidang

klimatologi dan kualitas udara (BBMG, 2009: 10).

b. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika

Nomor: KEP 001 Tahun 2004 tugas dan fungsi Balai Besar Meteorologi dan

Geofisika (BBMG) adalah sebagai berikut:

a. Tugas

Melaksanakan tugas kepemerintahan di bidang Meteorologi dan

Geofisika, klimatologi dan kualitas udara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 80: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

62

b. Fungsi

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.

2. Koordinasi kegiatan fungsional di bidang meteorologi,

klimatologi, kualitas udara dan geofisika.

3. Penyelenggaraan kegiatan fungsional di bidang meteorologi,

klimatologi, kualitas udara dan geofisika.

c. Penyelenggaraan kegiatan kerjasama di bidang meteorologi,

klimatologi, kualitas udara dan geofisika.

B. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor

Adapun data yang diperlukan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor adalah data non spasial yaitu data kesesuaian agroklimat

tanaman pisang dan data produksi tanaman pisang dalam Monografi Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor terdiri dari empat bidang,

yaitu Bidang Program dan Pengendalian yang membawahi Seksi Program dan Seksi

Pengendalian, Bidang Sumber Daya yang membawahi Tataguna Lahan dan Air dan

Seksi Reboisasi, Bidang Bina Usaha yang membawahi Seksi Pelayanan Usaha dan

Seksi Pengembangan Kelembagaan dan Bidang Produksi yang membawahi Seksi

Produksi dan Seksi Perlindungan Tanaman.

Secara garis besar Bidang Produksi khususnya Seksi Produksi menangani

pendataan hasil produksi pertanian dan perkebunan yang terdiri dari hasil

produksi padi, palawija, hortikultura, tanaman hias dan hasil produksi perkebunan

seperti kopi, teh, lada, vanila dan kelapa hibrida.

Page 81: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

63

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor: 25 Tahun 2000 BAB II Pasal 2 ayat

2 tentang “ Pembentukan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor”, maka tugas Bidang

Produksi adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan data potensi dan produksi pertanian dan kehutanan

Kabupaten Bogor tahunan.

2. Menyediakan data pembangunan pertanian dan kehutanan Kabupaten

Bogor tahunan (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008:

1).

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor

(Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 5)

Page 82: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

64

C. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data spasial yaitu

berupa peta dasar Propinsi Kabupaten Bogor tahun 2002 yang sudah berbentuk

shapefile atau .shp. Data diperoleh dari Deputi Bidang Pemetaan Dasar terutama

pada Subbidang Pusat Pemetaan Rupabumi.

Bakosurtanal dipimpin oleh seorang Kepala setingkat pejabat eselon I yang

membawahi Sekretaris Utama dan Inspektur setingkat pejabat eselon II. Adapun

Sekretaris Utama bertanggung jawab atas Deputi Bidang Infrastruktur Data

Spasial. Dan Inspektur membawahi Deputi Bidang Survei Sumber Daya Alam

dan Deputi Bidang Pemetaan Dasar.

Berdasarkan Keppres No. 63 tahun 1969 tanggal 17 Oktober 1969, maka

tugas dan fungsi Bakosurtanal adalah sebagai berikut:

a. Tugas:

Bakosurtanal mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di

bidang survei dan pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Fungsi:

1. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang survei dan

pemetaan.

2. pembangunan infrastruktur data spasial nasional.

3. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Bakosurtanal.

4. pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

instansi pemerintah di bidang survei dan pemetaan nasional.

Page 83: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

65

5. pelaksanaan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan

dan rumah tangga.

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

(Sumber: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, 2010: 6)

4.2. Analisis (Analysis)

Analisis teknologi yang akan digunakan dalam analisis kesesuaian

agroklimat pisang berupa pemilihan aplikasi yang akan digunakan seperti

Microsoft Wndows XP Profesional SP2, Arcview 3.2 dengan ekstensi JPEG

(JFIF) Image Support, Spatial Analyst untuk penginputan dan pengolahan data

Page 84: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

66

spasial maupun data atribut dan Polygon thiessen untuk membuat peta kesesuaian

atau peta agroklimat dan Microsoft Excel untuk pengolahan dan penyimpanan

data atribut.

Perangkat keras seperti komputer Pc Pentium (R) IV 1.80 HGz dengan

memory 256 MB DDR, Harddisk 1.79 GHz, Microsoft Excel digunakan oleh

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor khususnya Bidang Produksi

untuk mengolah dan menyimpan data produksi dan pembangunan pertanian

Kabupaten Bogor dan sebagai dasar untuk membuat laporan pertanian dan

kehutanan tahunan (Monografi Pertanian dan Kehutanan Tahunan).

Aplikasi ArcView dan Microsoft Excel, Thermometer untuk mengukur suhu

udara, penakar hujan tipe Obsevatorium, bola basah dan bola kering untuk

mengukur kelembaban udara, GPS untuk menentukan koordinat, Psychrometer

yang digunakan oleh BBMG untuk mencatat data iklim sebagai bahan dasar

pengolahan dan pembuatan laporan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan

geofisika. Contohnya Pelaporan Data Iklim dan Agroklimat tahunan.

4.3. Perancangan (Design)

Tahap perancangan adalah proses input data ke dalam database yaitu data

iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara sehingga pada

akhirnya menghasilkan peta curah hujan, peta suhu udara dan peta kelembaban

udara. Unsur iklim yang digunakan sebagai dasar adalah curah hujan, dengan data

hujan bulanan paling sedikit 10 tahun yang didasarkan pada panjang periode

Page 85: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

67

bulan kering dan bulan basah berturut-berturut (Badan Meteorologi dan Geofisika,

2009: 4).

Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, dimana peta Kabupaten Bogor

yang ada di Arcview dibuat peta curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara,

kemudian dibuat peta kesesuaian agroklimat pisang Kabupaten Bogor tahun 2008.

Adapun langkah-langkah pembuatan aplikasi tersebut, dapat diuraikan lebih

jelas lagi sebagai berikut:

4.3.1. Menentukan Peta Kabupaten Bogor

a) Buka ArcView GIS 3.2.

b) Buka View baru, dengan meng-klik New pada Toolbox View.

c) Klik atau Add Theme, maka akan muncul Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Menu Add Theme

Page 86: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

68

d) Pilih file kab_bogor.shp, lalu klik OK.

Langkah pertama dalam analisis kesesuaian agroklimat pisang adalah

menentukan peta Kabupaten Bogor yang didapat dari Bakosurtanal

dalam format shapefile atau .shp.

e) Setelah itu check list kab_bogor.shp

Gambar 4.5 Hasil Add Theme

Gambar 4.5 tampak hasil dari peta Kabupaten Bogor yang telah di check

list. Peta dasar Kabupaten Bogor inilah yang akan diolah menjadi peta

iklim dan peta agroklimat tanaman pisang.

Page 87: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

69

f) Kemudian klik file pilih Extensions.

Gambar 4.6 Menu Extensions

Setelah menentukan peta Kabupaten Bogor, maka langkah selanjutnya

adalah mengaktifkan Extentions yang ada dalam software ArcView GIS

3.2. Extentions tersebut yang akan membantu proses pembuatan peta

agroklimat pisang. Extentions tersebut antara lain Geoprocessing,

Graticules and Measured Grids, JPEG (JFIF), ModelBuilder, Image

Support, Spatial Analyst untuk penginputan dan pengolahan data spasial

maupun data atribut dan Polygon Thiessen untuk membuat peta

kesesuaian agroklimat.

d) Kemudian klik Theme lalu pilih Convert to Grid, pada menu Grid Name

tuliskan “Nwkab_bogor”, letakkan pada folder yang sudah dibuat lalu

klik OK.

Page 88: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

70

Gambar 4.7 Menu Convert to Grid

Langkah selanjutnya adalah meng-grid peta Kabupaten Bogor. Hal ini

dilakukan untuk menentukan wilayah penelitian hanya di Kabupaten

Bogor.

e) Pada menu Output Grid Extent: same As kab_bogor.shp dan pada menu

output grid cell size: 0.009, klik enter lalu OK.

Gambar 4.8 Menu Conversion Extent

Page 89: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

71

Output Grid Extent artinya seberapa besar theme grid akan dibuat. Ada

beberapa pilihan, diantaranya Same as View berarti sebesar View, Same

as Display sesuai dengan tampilan dilayar dan Same as sebesar theme

lain yang ada pada View tersebut (kab_bogor.shp).

Output Grid Cell Size menunjukkan ukuran sel atau resolusi spasial.

Semakin kecil nilai yang digunakan semakin detail informasi yang dapat

disimpan dan semakin besar ukuran file hasil konversinya dan begitupun

sebaliknya. Number of Rows dan Number of Columns akan

menyesuaikan dengan ukuran sel yang digunakan.

f) Pada menu Pick field for cell values: klik “Nm_kec” lalu klik OK,

kemudian klik Yes dan pindahkan hasil yang telah di convert ke bagian

paling bawah.

Gambar 4.9 Menu Conversion Field

Tampilan grid peta Kabupaten Bogor didasarkan pada kecamatan. Hal ini

dilakukan karena analisis spasial agroklimat pisang adalah seluruh

Page 90: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

72

kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Gambar 4.10 menunjukan

hasil dari grid peta Kabupaten Bogor berdasarkan kecamatan.

Gambar 4.10 Hasil Convert to Grid

g) Kemudian langkah selanjutnya yaitu pilih Analysis Properties

Analysis Mask Grid name OK seperti tampak pada Gambar 4.11.

Page 91: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

73

Gambar 4.11 Menu Analysis Properties

Analysis Properties berfungsi untuk membatasi ukuran output sesuai

dengan daerah yang ditentukan, dalam hal ini pada Analysis Mask

menggunakan ukuran output sesuai dengan daerah pada theme grid

yang dipilih pada view, yaitu “Nwkab_bogor”.

4.3.2. Membuat Peta Curah Hujan, Peta Suhu Udara dan Peta Kelembaban

Udara

a) Klik Add Table (nama file data.dbf), contoh “rekap hujan kab

bogor1.dbf.”

Page 92: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

74

Gambar 4.12 Menu Add Table

Setelah menentukan peta dasar Kabupaten Bogor, langkah selanjutnya

adalah membuat peta curah hujan, peta suhu udara dan peta kelembaban

udara. Peta-peta iklim ini yang akan membantu mengevaluasi kondisi

iklim Kabupaten Bogor khususnya kecamatan yang menjadi sentra

produksi pisang.

Untuk membuat peta iklim tersebut, data yang diperlukan adalah data

iklim (curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara) yang didapat dari

BBMG Wilayah II. Data curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara

disimpan dalam Microsoft Excel dengan format dBase IV agar dapat

diolah oleh ArcView GIS. Contohnya “rekap hujan kab bogor1.dbf”.

b) Selanjutnya pilih View Add Event Theme Pada X = Pilih Bujur dan

Y = Pilih Lintang, kemudian klik OK.

Page 93: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

75

Gambar 4.13 Menu Add Event Theme

Setelah memilih database curah hujan (rekap hujan kab bogor1.dbf),

kemudian tetapkan bujur dan lintangnya. Hasil dari point curah hujan

seperti pada Gambar 4.14. Point curah hujan menunjukkan pos hujan

kerjasama yang ada di Kabupaten Bogor. Data spasial yang ditampilkan

oleh ArcView adalah data tipe titik (Point). Point disajikan dalam

sebaran titik objek curah hujan sesuai dengan koordinatnya.

Page 94: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

76

Gambar 4.14 Point Curah Hujan

h) Langkah selanjutnya yaitu data curah hujan diinterpolasi (aktifkan data

koordinat.dbf), Misalnya: “rekap hujan kab bogor1.dbf”

i) Surface Interpolate grid OK.

Gambar 4.15 Menu Output Grid Spesification

Page 95: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

77

Langkah selanjutnya adalah meng-interpolated grid database curah

hujan (rekap hujan kab bogor1.dbf), proses inilah yang akan

menghasilkan peta curah hujan. Kemudian tentukan surface peta curah

hujan yaitu berdasarkan jumlah curah hujan dalam setahun seperti pada

Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Menu Interpolate Surface

j) Aktifkan hasil interpolasi.

k) Klik dua kali pada hasil interpolasi.

l) Classify (isi jumlah klasifikasi yang diinginkan mis=7) OK dan hasil

interpolasinya seperti tampak pada Gambar 4.17.

Page 96: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

78

Gambar 4.17 Hasil Interpolate Surface

Setelah melalui beberapa proses Gambar 4.17 adalah peta curah hujan

Kabupaten Bogor. Klasifikasi besaran curah hujan ditiap kecamatan

dapat dilihat dari klasifikasi warna berdasarkan besaran nilai curah hujan.

Untuk membuat peta suhu udara dan kelembaban udara sama seperti

proses yang dilakukan pada curah hujan.

m) Tambahkan theme “kab_bogorline”. Klik Add theme kemudian pilih

theme “kab_bogorline”.

Page 97: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

79

Gambar 4.18 Menu Add Theme

Menambahkan theme “kab_bogorline” bertujuan untuk membatasi

wilayah antar kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dan agar peta

lebih informatif dan menarik. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Garis Batas Kecamatan di Kabupaten Bogor

Page 98: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

80

4.3.3. Menggunakan Sistem Kerja ModelBuilder

Untuk menghasilkan peta kesesuaian agroklimat tanaman pisang adalah

proses sistem kerja ModelBuilder dengan memilih metode weighted overlay

(overlay terbobot), hingga diharapkan pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor dapat memahami peta kesesuaian agroklimat tanaman pisang

dengan harapan pada saat penyampaian informasi kepada pelaku usaha dan

investor yang akan memulai usaha, mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

wilayah mana saja yang sesuai untuk ditanami pisang berdasarkan kesesuaian

agroklimat, sehingga budidaya tanaman pisang dapat dikembangkan dan bisa

menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas baik.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Check list theme titik iklim, yaitu curah hujan, suhu udara dan

kelembaban udara, kemudian klik menu Thiessen Polygon atau , pilih

tampilan thiessen iklim contohnya curah hujan berdasarkan jumlah curah

hujan selama setahun, kemudian disimpan ke dalam folder yang sudah

ditentukan.

Page 99: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

81

Gambar 4.20 Menu Build Thiessen Polygons

Setelah membuat peta curah hujan, peta suhu udara dan peta kelembaban,

langkah selanjutnya adalah membuat polygon thiessen iklim dari point

“rekap hujan kab bogor1.dbf”, “rekap suhu udara kab bogor1.dbf” dan

“rekap kelembaban kab bogor1.dbf”. Simpan polygon thiessen iklim

dengan nama seperti “thiessenhj.shp” (curah hujan), “thiessensh.shp”

(suhu udara) dan “thiessenkl.shp” (kelembaban udara). Polygon thiessen

bertujuan untuk mempresentasikan area atau polygon iklim dan juga

sebagai salah satu proses untuk membuat peta agroklimat pisang.

Page 100: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

82

Kemudian akan muncul peta iklim yaitu curah hujan, suhu udara dan

kelembaban udara yang sudah di thiessen seperti tampak pada Gambar

4.21 adalah thiessen curah hujan.

Gambar 4.21 Thiessen Curah Hujan

Page 101: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

83

b) Model pilih Start ModelBuilder, Model: Model default

Gambar 4.22 Menu ModelBuilder pada Model Defaults

Setelah menentukan polygon thiessen pada semua parameter iklim, maka

langkah selanjutnya adalah sistem kerja ModelBuilder. Pada sistem

inilah keseluruhan langkah-langkah yang telah dijalankan seperti

interpolated grid dan polygon thiessen akan diproses disini. Untuk

membuat peta agroklimat pisang adalah dengan menentukan data

kesesuaian agroklimat pisang yang didapat dari Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor.

Page 102: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

84

c) Pada Menu The extent of this theme: Kab_Bogor. Shp.

Gambar 4.23 Menu Model Defaults

Tahap awal dalam sistem kerja ModelBuilder adalah menentukan

wilayah yang menjadi lokasi penelitian. Dalam hal ini adalah Kabupaten

Bogor (Kab_bogor.shp) seperti tampak pada Gambar 4.23.

d) Klik Add data pada menu bar ModelBuilder, letakkan pada jendela

ModelBuilder. Kemudian klik kiri dan pilih theme, lalu klik kiri lagi dan

pilih properties. Kemudian mucul jendela seperti pada Gambar 4.24.

Page 103: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

85

Gambar 4.24 Menu Project Theme

Sistem kerja ModelBuilder terdiri dari input, proses dan ouput yang

dituangkan pada diagram atau flowchart ModelBuilder. Tahap awal

menentukan thiessen curah hujan terlebih dahulu sebagai input data

curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara.

Berdasarkan Gambar 4.24 nama thiessen adalah “ThCH” (thiessen curah

hujan), kemudian pilih “thiessenhj.shp” (polygon thiessen curah hujan),

yang terakhir curah hujan didasarkan pada jumlah hujan dalam setahun,

maka pilih “Sthn” (jumlah curah hujan dalam setahun). Gambar 4.25

adalah hasil thiessen curah hujan.

Page 104: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

86

Gambar 4.25 Entity Thiessen Curah Hujan

e) Klik Add Function, letakkan disamping thiessen curah hujan (ThCH). Pada

function klik kiri kemudian klik Data Conversion Vector to Grid.

Gambar 4.26 Proses Vector to Grid

Page 105: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

87

Ubah Function menjadi Vector to Grid. Proses ini sama halnya dengan

interpoated grid yang telah dijelaskan diatas. Tujuannya adalah

membatasi wilayah penelitian.

f) Klik kiri Vector Conversion Map, maka muncul jendela seperti Gambar

4.27 lalu klik OK.

Gambar 4.27 Menu Derived Theme GridCH

Interpolated grid curah hujan menjadi bagian dari proses layout peta

agroklimat pisang Kabupaten Bogor. Beri nama interpolated grid ini

dengan nama “GridCH” (interpolated grid curah hujan). Kemudian

untuk mendapatkan relasi antara data (ThCH) dengan proses (GridCH)

klik Add Connection dan hubungkan dengan garis dari data (ThCH) ke

proses (GridCH). Relasi tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.28.

Page 106: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

88

Gambar 4.28 Relasi Thiessen dengan Grid

Relasi ini akan menghasilkan peta interpolated grid polygon thiessen

curah hujan, caranya dengan mengklik kiri Run pada Vector Conversion.

Peta interpolated grid ini ditujukkan untuk mengevaluasi keadaan iklim

Kabupaten Bogor terutama kecamatan yang menjadi sentra produksi

pisang berdasarkan kesesuaian lahan.

Page 107: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

89

Gambar 4.29 Peta Interpolated Grid Curah Hujan

Dari peta hasil interpolated grid curah hujan menununjukkan kontribusi

curah hujan Kabupaten Bogor. Peta interpolated grid iklim ini selain

sebagai proses untuk membuat peta kesesuaian agroklimat juga sebagai

evaluasi kondisi iklim perkecamatan yang ada di Kabupaten Bogor,

terutama kecamatan yang menjadi sentra produksi pisang. Evaluasi iklim

dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan agroklimat pisang.

Berdasarkan klasifikasi peta curah hujan Gambar 4.29, curah hujan

2.390-2.795 mm berdasarkan teori agroklimat adalah kesesuaian lahan

S1 (Kesesuaian Tinggi), meliputi kecamatan Depok, Cimanggis, Gunung

Puteri, Bojong Gede, Gunung Sindur, Cileungsi, Cibinong, Sawangan

Page 108: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

90

dan sebagian wilayah Parung Panjang, dimana curah ini yang sesuai

untuk tanaman pisang.

Curah hujan 2.795-3.200 mm berdasarkan teori agroklimat adalah

kesesuaian lahan S2 (kesesuaian Sedang), meliputi kecamatan

Cibungbulang, sebagaian kecil wilayah Leuwiliang, sebagian Ciampea,

sebagian Ciomas dan sebagian kecil wilayah Cijeruk.

Curah hujan 3.200-4.011 mm S3 (Kesesuaian Rendah) ada di Cariu,

Jonggol, sebagian Citeurep, Cigudeg, Jasinga, Nanggung, sebagian kecil

Leuwiliang, Caringin, Ciawi dan Cisarua.

Dan curah hujan 4.011-4.471 mm N (Tidak Sesuai) berada di Kecamatan

Semplak, Rumpin, sebagian Parung, Bogor Kota dan Kedunghalang.

g) Klik Add Function kembali letakkan disamping “GridCH”. Kemudian

pada Function klik kiri pilih Reclasification dan klik kiri pada Reclass

Map ganti nama menjadi “Reclass CH”.

Page 109: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

91

Gambar 4.30 Menu Derived Theme Reclass CH

Setelah mendapatkan peta interpolated grid parameter curah hujan,

menyambung diagram selanjutnya adalah membuat reclassification curah

hujan. Reklasifikasi bertujuan untuk mengelompokkan tahapan-tahapan

yang telah dilakukan seperti “ThCH” (thiessen curah hujan) dan

“GridCH” (grid curah hujan) berdasarkan paramater iklim yang telah

ditentukan.

Page 110: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

92

Gambar 4.31 Relasi Thiessen, Grid dan Reclass

Hubungkan “reclass CH” dengan diagram sebelumnya dengan Add

Connect. Dan proses input data untuk parameter curah hujan dalam

sistem kerja ModelBuilder telah selesai. Dan lakukan proses yang sama

untuk paramater iklim yang lain seperti suhu udara dan kelembaban

udara hingga dapat diproses ke tahap selanjutnya yaitu weighted overlay

untuk mendapatkan peta agroklimat pisang.

Page 111: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

93

h) Klik menu add function lalu Overlay: Weighted Overlay, seperti tampak

pada Gambar 4.32.

Gambar 4.32 Menu ModelBuilder pada Tahap Weighted Overlay

Setelah semua parameter iklim diinput dalam sistem kerja ModelBuilder,

langkah selanjutnya meng-overlay data tersebut dengan menggunakan

metode weighted overlay yaitu pemberian bobot dan skor pada parameter

iklim yang mengacu pada data kesesuaian agroklimat pisang yang

didapat dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

Caranya klik add function, lalu letakkan di samping data iklim, kemudian

klik kiri add function pilih overlay selanjutnya weighted overlay seperti

pada Gambar 4.32. Setelah itu hubungkan data curah hujan, suhu udara

Page 112: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

94

dan kelembaban udara dengan Add Connection seperti yang telah

dijelaskan diatas ke weighted overlay.

i) Diagram ModelBuilder seperti Gambar 4.33.

Gambar 4.33 Diagram Sistem Kerja ModelBuilder

Hasil dari proses yang telah dilakukan akan tampak pada diagram atau

flowchart ModelBuilder pada Gambar 4.33 diatas. Langkah selanjutnya

adalah proses Weighted Overlay, caranya klik kiri Weighted Overlay lalu

pilih properties maka akan muncul jendela seperti Gambar 4.34.

Weighted Overlay dilakukan untuk memberikan bobot dan skor pada

paramater iklim curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara

berdasarkan acuan data kesesuaian agroklimat pisang. Kesesuaian

agroklimat pisang S1 (Kesesuaian tinggi) untuk curah hujan berkisar

Page 113: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

95

2300-2900 mm per tahun, suhu udara berkisar 25-26 oC dan kelembaban

udara berkisar antara 80–84%. Sedangkan pemberian bobot parameter

iklim antara lain curah hujan 40%, suhu udara 40% dan kelembaban

udara 20%.

j) Hasil Pembobotan pada kotak weighted overlay seperti tampak pada

Gambar 4.34.

Gambar 4.34 Scoring dan Pembobotan Parameter Iklim pada Weighted Overlay

Pemberian skor pada masing-masing parameter iklim mengacu pada data

kesesuaian agroklimat tanaman pisang yang didapat dari Dinas Pertanian

dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Semakin tinggi tingkat kesesuaiannya,

Page 114: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

96

maka nilai yang diberikan semakin tinggi. Adapun pemberian skor

berkisar dari angka 1 sampai 4 pada scala value-weighted overlay.

Berdasarkan data iklim yang didapat dari BBMG Wilayah II yang telah

peneliti olah diatas menjadi peta curah hujan menunjukkan curah hujan

Kabupaten Bogor berkisar antara 2.390-4.417 mm pertahun, sedangkan

S1 (Kesesuaian tinggi) berkisar 2.300-2.900 mm pertahun, S2

(Kesesuaian Sedang) berkisar antara 2.900-3.200 mm pertahun, S3

(Kesesuaian Rendah) berkisar 3.200-3.900 dan N (Tidak Sesuai) 3900-

4500 mm pertahun. Sedangkan suhu udara berkisar antara S1

(Kesesuaian tinggi) berkisar 25-26 ºC, S2 (Kesesuaian Sedang) berkisar

antara 23-25 ºC, S3 (Kesesuaian Rendah) berkisar 21-23 ºC dan N (Tidak

Sesuai) 26-35 ºC. Dan kelembaban udara berkisar antara S1 (Kesesuaian

tinggi) berkisar 80-84%, S2 (Kesesuaian Sedang) berkisar antara 74-

80%, S3 (Kesesuaian Rendah) berkisar 74-80% dan N (Tidak Sesuai) 85-

90%.

Page 115: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

97

k) Untuk mendapatkan peta agroklimat pisang Kabupaten Bogor, pada

jendela Weighted Overlay klik Run.

Gambar 4.35 Peta Kesesuaian Agroklimat untuk Tanaman Pisang

Peta kesesuaian agroklimat untuk tanaman pisang seperti tampak pada

Gambar 4.35. Pada Gambar 4.35 klasifikasi pada layer kesesuaian

agroklimat berkisar nilai 1 sampai 4. Berdasarkan scoring yang telah

peneliti lakukan diatas pada sistem kerja ModelBuilder, semakin tinggi

nilai kesesuaian agroklimat, maka skor semakin besar. Maka nilai 4

mewakilkan S1 (Kesesuaian Tinggi), nilai 3 mewakilkan S2 (Kesesuaian

Sedang), nilai 2 mewakilkan S3 (Kesesuaian Rendah) dan nilai 1

mewakilkan N (Tidak Sesuai).

Page 116: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

98

Selanjutnya peta kesesuaian agroklimat pisang akan dibuat layout agar

peta lebih informatif, mudah dimengerti dan menarik.

r. Klik menu layout Add Graticule or Grid lalu cek list create a

graticule, kemudian klik next.

Gambar 4.36 Menu Graticule and Grid Wizard pada View

Untuk membuat layout peta kesesuaian agroklimat dengan

memanfaatkan ekstensi Graticules and Measured Grids. Ekstensi ini

berfungsi untuk membantu mengatur design view pada peta kesesuaian

agroklimat. Agar tampilan peta kesesuaian agroklimat lebih menarik,

informatif dan mudah dimengerti oleh pengguna. Pada tahap ini pada

opsi view frame pilih “View1”. “View1” ini adalah nama view tempat

pengolahan proyek ArcView yang telah dilakukan diatas.

Page 117: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

99

s. Selanjutnya pada menu Degrees: 0, pada Minutes: 7, lalu klik next.

Gambar 4.37 Menu Graticule and Label

Menentukan garis tepi peta untuk membatasi ruang lingkup peta, fungsi

dari garis tepi ini adalah untuk menentukan angka derajat astronomis.

t. Kemudian pada menu Line Style: garis double lalu klik preview finish.

Gambar 4.38 Menu Graticule and Border Arround The Viewframe

Tahap ini untuk menentukkan ketebalan dari garis tepi peta kesesuaian

agroklimat pisang.

Page 118: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

100

u. Hasil dari Graticules and Wizard seperti tampak pada Gambar 4.37.

Gambar 4.39 Hasil Graticules and Grid Wizard

Hasil dari Graticules and Grid Wizard inilah yang disebut peta kesesuaian

agroklimat pisang. Peta ini dijadikan dasar untuk menganalis spasial sentra

produksi pisang di Kabupaten Bogor. Analisis spasial menggunakan peta

kesesuaian agroklimat pisang juga diimbangi dengan mengevaluasi hasil

produksi Kabupaten Bogor tahun 2008.

Evaluasi produksi pisang dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis lebih

akurat yaitu untuk melihat tingkat relasi antara agroklimat pisang dengan

produksi pisang di tahun 2008. Evaluasi produksi pisang dilakukan di

kecamatan yang menjadi sentra produksi pisang Kabupaten Bogor.

Pada Gambar 4.39 menunjukkan bahwa sentra produksi pisang

Kabupaten Bogor yaitu kecamatan Gunung Sindur, Cimanggis dan

Page 119: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

101

Cileungsi dari segi agroklimat berada dalam kesesuaian lahan S1

(Kesesuaian Tinggi), sedangkan sentra produksi Jasinga berada pada

kesesuaian lahan S3 (Kesesuaian Rendah).

v. Untuk menyimpan layout ke dalam bentuk jpeg, klik file lalu pilih

Export kemudian pada list files of type: pilih JPEG dan beri nama file,

lalu klik Ok.

Gambar 4.40 Menu Export

Simpan peta agroklimat pisang sebagai dokumentasi. Dokumentasi yang

baik akan mempermudah pemeliharaan dan peningkatan fungsi sistem.

4.4 Evaluasi (Evaluation)

4.4.1 Evaluasi Produksi Pisang

Perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor bidang pertanian

khususnya produksi pertanian pisang menetapkan beberapa kecamatan menjadi

sentra produksi pisang, yaitu Gunung Sindur, Jasinga, Cimanggis dan Cileungsi.

Page 120: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

102

Berdasarkan permasalahan yang ada, sentra produksi pisang Jasinga

mengalami penurunan produksi jika dibanding dengan sentra produksi yang lain.

Dan dilihat dari hasil produksi jauh dari target yang telah ditetapkan.

Parameter evaluasi produksi didasarkan pada data produksi Dinas Pertanian

dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Tujuan evaluasi produksi adalah untuk

mengetahui sejauh mana kenaikan dan penurunan produksi pada kecamatan sentra

produksi pisang sehingga dapat direlasikan kepada parameter iklim di kecamatan

tersebut.

Menurut data produksi pisang tahun 2008 dari Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor menunjukkan:

1. Kesesuaian Lahan S1 (Kesesuaian Tinggi)

a. Sentra Produksi Gunung Sindur

Kesesuaian lahan agroklimat S1 (Kesesuaian Tinggi) menunjukkan

relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Gunung

Sindur. Kecamatan Gunung Sindur dari tahun 2001-2008 menunjukkan rata-

rata produksi menghasilkan buah pisang sebesar 3.361 ton/tahun.

Sedangkan pada tahun 2008 didasarkan produksi real dapat menghasilkan

3.612 ton/tahun dan dengan faktor kesesuaian agroklimat tingkat satu

(kesesuaian tinggi) dari target produksi pisang sebesar 4.100 ton/tahun

(Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten bogor, 2008: 10). Jadi peran

kesesuaian agroklimat pada kesesuaian tinggi (S1) untuk tanaman pisang

adalah:

S1 = Produksi Real x 100 % = 3612 x 100 % = 88 %

Target 4100

Page 121: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

103

Tabel 4.1 Produksi Pisang Kecamatan Gunung Sindur (Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 35)

Produksi Pisang Kecamatan Gunung Sindur

Tahun 2001-2008

Tahun

Produksi

(Ton)

Target

(Ton) %

2001 2900 3500 83

2002 3100 3600 86

2003 3300 3700 89

2004 3500 3800 92

2005 3440 3800 91

2006 3400 3900 88

2007 3643 4000 91

2008 3612 4100 88

b. Sentra Produksi Cimanggis

Kesesuaian lahan agroklimat S1 (Kesesuaian Tinggi) menunjukkan

relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi

Cimanggis. Kecamatan Cimanggis pada tahun 2001-2008 menunjukkan

rata-rata produksi menghasilkan buah pisang sebesar 3.862 ton/tahun.

Sedangkan pada tahun 2008 didasarkan produksi real dapat menghasilkan

4.050 ton/tahun dan dengan faktor kesesuaian agroklimat tingkat satu

(kesesuaian tinggi) dari target produksi pisang sebesar 4.500 ton/tahun

(Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten bogor, 2008: 11). Jadi peran

kesesuaian agroklimat pada kesesuaian tinggi (S1) untuk tanaman pisang

adalah:

S1 = Produksi Real x 100 % = 4050 x 100 % = 90 %

Target 4500

Page 122: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

104

Tabel 4.2 Produksi Pisang Kecamatan Cimanggis (Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 36)

Produksi Pisang Kecamatan Cimanggis

Tahun 2001-2008

Tahun Produksi

(Ton) Target (Ton) %

2001 3400 4000 85

2002 3880 4100 95

2003 3770 4100 92

2004 3800 4200 90

2005 4010 4200 95

2006 3990 4300 93

2007 4000 4400 91

2008 4050 4500 90

c. Sentra Produksi Cileungsi

Kesesuaian lahan agroklimat S1 (Kesesuaian Tinggi) menunjukkan

relasi yang cukup signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi

Cileungsi. Kecamatan Cileungsi pada tahun 2001-2008 menunjukkan rata-

rata produksi menghasilkan buah pisang sebesar 4.365 ton/tahun.

Sedangkan pada tahun 2008 didasarkan produksi real dapat menghasilkan

5.000 ton/tahun dan dengan faktor kesesuaian agroklimat tingkat satu

(Kesesuaian Tinggi) dari target produksi pisang sebesar 6.500 ton/tahun

(Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten bogor, 2008: 12). Jadi peran

kesesuaian agroklimat pada kesesuaian tinggi (S1) untuk tanaman pisang

adalah:

S1 = Produksi Real x 100 % = 5000 x 100 % = 77 %

Target 6500

Page 123: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

105

Tabel 4.3 Produksi Pisang Kecamatan Cileungsi (Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 37)

Produksi Pisang Kecamatan Cileungsi

Tahun 2001-2008

Tahun

Produksi

(Ton) Target (Ton) %

2001 4212 6100 69

2002 4111 6100 67

2003 4230 6200 68

2004 4332 6300 69

2005 4200 6300 67

2006 4301 6400 67

2007 4534 6400 71

2008 5000 6500 77

2. Kesesuaian Lahan S3 (Kesesuaian Rendah)

a. Sentra Produksi Jasinga

Kesesuaian lahan agroklimat S3 (Kesesuaian Rendah) menunjukkan

relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Jasinga.

Kecamatan Jasinga pada tahun 2001-2008 menunjukkan rata-rata produksi

menghasilkan buah pisang sebesar 3.095 ton/tahun. Sedangkan pada tahun

2008 didasarkan produksi real dapat menghasilkan 3.512 ton/tahun dan

dengan faktor kesesuaian agroklimat tingkat tiga (kesesuaian rendah) dari

target produksi pisang sebesar 7.500 ton/tahun (Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten bogor, 2008: 13). Jadi peran kesesuaian agroklimat

pada kesesuaian rendah (S3) untuk tanaman pisang adalah:

S3 = Produksi Real x 100 % = 3.512 x 100 % = 47 %

Target 7.500

Page 124: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

106

Tabel 4.4 Produksi Pisang Kecamatan Jasinga (Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 38)

Produksi Pisang Kecamatan Jasinga

Tahun 2001-2008

Tahun

Produksi Real

(Ton) Target (Ton) %

2001 2700 7000 39

2002 2900 7100 41

2003 3050 7100 43

2004 3100 7200 43

2005 3200 7300 44

2006 3000 7400 41

2007 3300 7400 45

2008 3512 7500 47

4.4.2 Evaluasi Agroklimat Pisang

Unsur iklim merupakan faktor yang sangat penting bagi sektor pertanian

khususnya di daerah tropis lembab. Adapun sifat dan karakteristik iklim suatu

tempat secara umum dicerminkan oleh faktor-faktor iklim, antara lain adalah

curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara.

Pada tahap ini peneliti mencoba mengevaluasi kondisi iklim dari sentra

produksi pisang Kabupaten Bogor terutama kecamatan Jasinga menyangkut

menurunnya produksi pisang di daerah tersebut.

1. Curah hujan

Pada Gambar 4.41 menunjukkan bahwa curah hujan 2.390-2.795 mm

berada di wilayah Depok, Cimanggis, Gunung Puteri, Bojong Gede, Gunung

Sindur, Cileungsi, Cibinong, Sawangan dan sebagian wilayah Parung Panjang,

dimana curah ini yang sesuai untuk tanaman pisang. Selanjutnya curah hujan

2.795-3.200 mm berada di sekitar wilayah Cibungbulang, sebagaian kecil wilayah

Leuwiliang, sebagian Ciampea, sebagian Ciomas dan sebagian kecil wilayah

Page 125: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

107

Cijeruk. Kemudian untuk curah hujan 3.200-4.011 mm ada di Cariu, Jonggol,

sebagian Citeurep, Cigudeg, Jasinga, Nanggung, sebagian kecil Leuwiliang,

Caringin, Ciawi dan Cisarua. Dan curah hujan 4.011-4.417 mm berada di

Kecamatan Semplak, Rumpin, sebagian Parung, Bogor Kota dan Kedunghalang.

Dari segi curah hujan kesesuaian lahan sentra produksi Jasinga jika dilihat

dari data kesesuaian agroklimat termasuk kedalam kesesuaian lahan S3

(Kesesuaian Rendah), yaitu berkisar antara 3.200-4.011 mm pertahun. Hal ini

mencerminkan berdasarkan parameter curah hujan sentra produksi Jasinga

menunjukkan tingkat kecocokan tanaman pisang yang rendah atau kurang sesuai.

Sedangkan sentra produksi pisang di kecamatan lain seperti Gunung Sindur,

Cimanggis dan Cileungsi termasuk dalam kesesuaian lahan S1 (Kesesuaian

Tinggi) yaitu berkisar antar 2.300-2.795 mm pertahun. Hal ini menunjukkan

tingkat kecocokan tanaman pisang sesuai jika dilihat dari segi curah hujan.

Page 126: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

108

Gambar 4.41 Peta Curah Hujan

2. Suhu Udara

Setelah melalui proses reklasifikasi menunjukkan bahwa suhu yang berkisar

antara 25-27o

Celcius yang berdasarkan teori paling sesuai untuk tanaman pisang

yaitu meliputi seluruh wilayah Citeureup, Kedunghalang, Ciawi, Caringin,

Cijeruk, Ciomas, Ciampea dan Cibungbulang. Selanjutnya suhu yang berkisar

antara 24-25o

Celcius yang meliputi wilayah Gunung Sindur, Sawangan, Depok,

Cimanggis, Gunung Putri, Cileungsi, Rumpin, Parung dan Semplak. Kemudian

untuk suhu yang berkisar antara 22-24o

Celcius meliputi wilayah Parung Panjang,

Jasinga, Leuwiliang, Cigudeg, Nanggung. Sedangkan suhu udara 21-22 o

Celcius

Cariu, Jonggol, Cisarua, Ciawi dan Caringin. Berdasarkan Gambar 4.42

Page 127: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

109

Kabupaten Bogor sesuai untuk ditanami tanaman pisang dengan suhu yang

berkisar antara 25-27 o Celcius.

Dari segi suhu udara kesesuaian lahan sentra produksi Jasinga jika dilihat

dari data kesesuaian agroklimat termasuk kedalam S3 (Kesesuaian Rendah), yaitu

berkisar antara 22-24o Celcius. Hal ini mencerminkan berdasarkan parameter suhu

udara sentra produksi Jasinga menunjukkan tingkat kecocokan tanaman pisang

rendah atau kurang sesuai.

Sedangkan sentra produksi pisang di kecamatan lain seperti Gunung Sindur,

Cimanggis dan Cileungsi termasuk dalam kesesuaian lahan S2 (Kesesuaian

Sedang) yaitu berkisar antar 24-25o. Hal ini menunjukkan tingkat kecocokan

tanaman pisang sedang atau cukup sesuai jika dilihat dari segi suhu udara.

Gambar 4.42 Peta Suhu Udara

Page 128: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

110

3. Kelembaban Udara

Gambar 4.43 Peta Kelembaban Udara

Pada Gambar 4.43 menunjukkan bahwa tingkat kelembaban udara yang

berkisar 83% berada di Jasinga, Cigudeg, Leuwiliang, Nanggung, Cibungbulang.

Untuk kelembaban udara yang berkisar 83–84% yang berdasarkan teori sangat

sesuai untuk mendukung pertumbuhan pisang meliputi Parung Panjang, Gunung

Sindur, Rumpin, Parung, Sawangan, Bojong Gede, Depok dan beberapa wilayah

Bogor Tengah. Selanjutnya tingkat kelembaban udara 84-85% meliputi wilayah

Jonggol, Cariu, Ciawi, Cisarua dan Caringin.

Berdasarkan teori kesesuaian agroklimat utnuk parameter kelembaban udara

berkisar 80-84%. Dilihat dari segi kelembaban udara kesesuaian lahan sentra

produksi Jasinga jika dilihat dari data kesesuaian agroklimat termasuk kedalam S1

Page 129: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

111

(Kesesuaian Tinggi), yaitu berkisar antara 83%. Hal ini mencerminkan

berdasarkan parameter kelembaban udara sentra produksi Jasinga menunjukkan

tingkat kecocokan tanaman pisang tinggi atau cukup sesuai.

Sedangkan sentra produksi pisang di kecamatan lain seperti Gunung Sindur,

Cimanggis dan Cileungsi termasuk dalam kesesuaian lahan S1 (Kesesuaian

Tinggi) yaitu berkisar antar 83-84%. Hal ini menunjukkan tingkat kecocokan

tanaman pisang sesuai jika dilihat dari segi kelembaban udara.

Untuk menjawab perumusan masalah pada point terakhir yaitu akan

dijabarkan melalui peta kesesuaian agroklimat tanaman pisang yang telah di

overlay dengan menggunakan metode ModelBuilder dari data dari iklim yang

meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan data kesesuaian

agroklimat pisang seperti tampak pada Gambar 4.44.

Gambar 4.44 Peta Kesesuaian Agroklimat Tanaman Pisang

Page 130: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

112

Dengan menggunakan metode weighted overlay, maka dapat terlihat pada

Gambar 4.44 bahwa kesesuaian agroklimat di Kabupaten Bogor memiliki tiga

tingkat kesesuaian agroklimat yang meliputi kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang

dan kesesuaian rendah. Untuk keterangan selanjutnya dapat dilihat berikut:

1. S1 (Kesesuaian Tinggi)

Wilayah yang termasuk di dalam kesesuaian tinggi adalah wilayah yang

sesuai untuk ditanami tanaman pisang berdasarkan faktor agroklimat yaitu curah

hujan, suhu udara dan kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman Pisang. Kesesuaian tinggi terjadi apabila mempunyai tingkat

curah hujan yang berkisar antara 2.300–2.900 mm/tahun, suhu udara mencapai

25-24 o

celcius dan kelembaban udara mencapai 80-84%. Wilayah yang termasuk

kedalam kesesuaian tinggi yaitu meliputi kecamatan Gunung Sindur, Sawangan,

Depok, Cimanggis, Gunung Puteri, Bojong Gede, Cibinong, Cileungsi, sebagian

Kecamatan Rumpin dan Parung dan sebagian kecil Kecamatan Cibungbulang,

Ciampea, Ciomas dan Cijeruk.

Disini dapat dilihat bahwa sentra produksi pisang Kabupaten Bogor yaitu

kecamatan Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi dari segi agroklimat

termasuk dalam kesesuaian lahan S1 (Kesesuaian Tinggi) atau tingkat kecocokan

untuk tanaman pisang sesuai.

2. S2 (Kesesuaian Sedang)

Wilayah yang termasuk di dalam kesesuaian sedang adalah wilayah yang

sesuai untuk ditanami tanaman pisang dengan tingkat kesesuaian sedang

berdasarkan faktor agroklimat yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban

Page 131: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

113

udara yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman pisang.

Kesesuaian sedang terjadi apabila mempunyai tingkat curah hujan sedang yaitu

yang berkisar antara 2.900–3.200 mm/tahun, suhu udara mencapai 23-25 o

Celcius dan kelembaban udara mencapai 74-80%. Wilayah yang termasuk

kedalam kesesuaian sedang yaitu meliputi Kedunghalang, Citeureup, Bogor Kota,

Cijeruk, Caringin, sebagian Kecamatan Parung Panjang, Cisarua, Ciawi dan

Caringin.

3. S3 (Kesesuaian Rendah)

Wilayah yang termasuk di dalam kesesuaian rendah adalah wilayah yang

sesuai untuk ditanami tanaman pisang dengan tingkat kesesuaian rendah

berdasarkan faktor agroklimat yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban

udara yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman pisang.

Kesesuaian rendah terjadi apabila mempunyai tingkat curah hujan rendah yaitu

yang berkisar antara 3.200–3.900 mm/tahun, suhu udara mencapai 23-25 o

Celcius dan kelembaban udara mencapai 74-80%. Wilayah yang termasuk

kedalam kesesuaian rendah yaitu Jasinga, Cigudeg, Nanggung, semplak, Cariu,

Cisarua, Jonggol, sebagian besar Leuwiliang, sebagian, Rumpin, Parung, Ciomas.

Sedangkan N (Tidak Sesuai) tidak termasuk pada peta agroklimat pisang di

Kabupaten Bogor.

Disini dapat dilihat bahwa sentra produksi pisang Kabupaten Bogor yaitu

kecamatan Jasinga dari segi agroklimat termasuk dalam kesesuaian lahan S3

(Kesesuaian Rendah) atau tingkat kecocokan untuk tanaman pisang kurang sesuai.

Page 132: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

114

Berdasarkan data produksi pisang tahun 2008 dari Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor menujukkan bahwa:

1. Kesesuaian lahan agroklimat S1 (Kesesuaian Tinggi) menunjukkan relasi

yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Gunung

Sindur sebesar 3.612 ton/tahun dan mencapai prosentase 88% dari target

produksi. Begitu juga pada sentra produksi Cimanggis menunjukkan

produksi real sebesar 4.050 ton/tahun dan mencapai target sebesar 90%.

Kesesuaian lahan agroklimat S1 (Kesesuaian Tinggi) juga menunjukkan

relasi yang cukup signifikan terhadap produksi real pisang pada sentra

produksi Cileungsi sebesar 5.000 ton/tahun dan mencapai prosentase

77% dari target produksi.

2. Kesesuaian lahan agroklimat S3 (Kesesuaian Rendah) menunjukkan

relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi

Jasinga sebesar 3.512 ton/tahun dan hanya mencapai prosentase 47% dari

target produksi.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sentra produksi pisang

Jasinga ditinjau dari segi agroklimat pisang berada pada kesesuaian lahan S3

(Kesesuaian Rendah). Dengan kata lain kecamatan Jasinga merupakan wilayah

dengan tingkat kecocokan rendah untuk ditanami pisang jika dilihat dari segi

iklim dan agroklimat Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan produksi pisang di

kecamatan tersebut mengalami penurunan produksi dari tahun ke tahun jika

dibanding dengan prduksi pisang dari kecamatan yang menjadi sentra produksi

yang lain yang menunjukan kenaikan produksi dari tahun ke tahun.

Page 133: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

115

Sedangkan pada sentra produksi lain seperti Gunung Sindur, Cimanggis dan

Cileungsi berada pada kesesuaian lahan S1 (Kesesuaian Tinggi). Dengan kata lain

kecamatan Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi merupakan wilayah dengan

tingkat kecocokan tinggi untuk ditanami pisang jika dilihat dari segi iklim dan

agroklimat Kabupaten Bogor. Hal ini juga menunjukkan produksi pisang di

kecamatan tersebut mengalami kenaikan produksi dari tahun ke tahun.

Adapun kecamatan non-sentra produksi pisang Kabupaten Bogor dilihat

dari segi agroklimat pisang menunjukkan kesesuaian lahan S1 (Kesesuaian

Tinggi) meliputi kecamatan Sawangan, Depok, Cileungsi, sebagian Kecamatan

Rumpin dan Parung dan sebagian kecil kecamatan Cibungbulang, Ciampea,

Ciomas dan Cijeruk.

4.5 Penerapan (Implemention)

Tahap akhir dari penelitian ini adalah berupa layout kesesuaian agroklimat

tanaman pisang. Agar peta lebih informatif, maka dilakukan proses design review,

yaitu pengaturan tata letak property dan atribut peta lainnya seperti judul: Peta

Kesesuaian Agroklimat Pisang, logo: UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta,

legenda: Klasifikasi Kesesuaian Lahan, skala: 1:500.000, sumber data: Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Balai Besar Meteorologi dan

Geofisika (BBMG) Wilayah II Ciputat dan Badan Koordinasi Survei dan

Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).

Hasil design review peta kesesuaian agroklimat untuk tanaman pisang

tampak pada Gambar 4.45.

Page 134: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

116

Gambar 4.45 Peta Kesesuaian Agroklimat Tanaman Pisang

Page 135: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perencanaan (Planning)

Tahap awal dalam metode SDLC ini adalah perencanaan (planning), yaitu

proses pengumpulan data berupa data spasial dan data non spasial. Data spasial

yaitu peta dasar Kabupaten Bogor dalam bentuk vector dengan skala 1:500.000

yang diterbitkan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)

tahun 2002 dalam format shapefile dengan extentions .shp. Sedangkan data non

spasial yaitu data iklim yang meliputi Curah Hujan (30 tahun, 1971-2000), Suhu

Udara (10 tahun, 1998-2007) dan Kelembaban Udara (10 tahun, 1998-2007) yang

bersumber dari Balai Besar Meteorologi dan Geofisika (BBMG) (khususnya pada

Sub Bidang Analisis dan Informasi Iklim) serta data kesesuaian agroklimat

tanaman pisang dan data produksi pisang yang bersumber dari Dinas Pertanian

dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Wilayah yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu Kabupaten Bogor.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:

A. BBMG Wilayah II Ciputat (Balai Besar Meteorologi dan Geofisika)

Data yang diperoleh dari Pusat Sisdatin Klimatologi dan Kualitas udara

(BBMG) khususnya pada Bagian Data dan Informasi Iklim adalah data iklim yang

meliputi curah hujan (minimal 30 tahun), suhu udara (10 tahun) dan kelembaban

udara (10 tahun). Data iklim dikerjakan oleh tiga staf analis, tiga staf pengolah

data dan satu staf pengumpul data. Data yang dibutuhkan oleh bagian klimatologi

Page 136: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

118

1. Disamping penelitian keterkaitan dengan iklim, perlu kiranya adanya penelitian

mengenai hubungan kesesuaian parameter iklim yang lebih kompleks lagi,

teknik pengairan dan topografi alam terpadu, sehingga mendukung penentuan

Kawasan Sentra Produksi Tanaman dengan lebih spesifik.

2. Peta kesesuaian agroklimat pisang pada penelitian ini hanya terbatas

perkecamatan, lebih baik jika ditingkatkan ke pedesaan. Untuk ruang lingkup

yang kecil akan memudahkan pengguna peta dalam memahami kondisi

agroklimat di wilayah tertentu.

Page 137: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

119

DAFTAR PUSTAKA

Al Fatta, Hanif, 2008, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk

Keunggulan Perusahaan dan Organisasi Kelas Dunia, Andi Yogyakarta,

Yogyakarta

Anonim, 2009, Petunjuk Praktikum Agroklimatologi, Laboratorium Teknik

Sumberdaya Alam Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. UGM.

Yogyakarta.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). 2008. Tata Cara Pelaksanaan

Pengamatan dan Pelaporan Data Iklim dan Agroklimat. Jakarta.

Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat. 2009. Buku Pedoman

Iklim BBMG Wilayah II Ciputat. Jakarta.

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 2006-2010. Bakosurtanal

Indonesia-Jendela Informasi Nasional.

[Online]. http://www.bakosurtanal.go.id. [12 Juni 2010]

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat. 2008. Data Produksi Pertanian dan

Perkebunan Propinsi Jawa Barat.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten bogor. 2008. Monografi Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor. Bogor.

Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2008. Standard Operational Prosedur (SOP)

Pisang. Direktorat Jendral Hortikultura. Departemen Petanian. Jakarta.

Djaenudin, D. 2009. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat

Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Hardjowigeno. S. 2008. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. CV Akademika

Presindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2009. Ilmu Agroklimatologi. CV Akademika Pressindo, Jakarta.

Haryadi, S.S. 2009. Teknik Pengembangan Tanaman Pisang. PT. GERAC, Jakarta.

Munadjim, 2009. Teknologi Pengolahan Pisang. PT Gramedia. Jakarta

Prahasta, E. 2007. Tutorial Arcview. Informatika Bandung.

Prahasta, E. 2008. Sistem Informasi Geografi: Tools dan Plug-Ins. Informatika.

Bandung.

Page 138: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

120

Prawirowardoyo, Susilo. 2008. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. ITB.

Bandung.

Puntodewo, A., S. 2009. Sistem Informasi Geografi: untuk Pengelolaan

Sumberdaya Alam. ICRAF. Bogor.

Rayes, M.L. 2009. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Andi. Yogyakarta.

Rismunandar. 2008. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung.

Rismunandar. 2009. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Sinar Baru.

Bandung.

Sitorus, S.R.P. 2009. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung.

Stover, Roy. 2009. Banana. Tropical Agriculture Series. Longman Scientific and

Technical. New York.

Page 139: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

117

BAB V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari analisis spasial yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Kecamatan yang menjadi sentra produksi pisang Kabupaten Bogor yang masuk

kedalam kesesuaian lahan tingkat satu (S1) yang telah dianalisis didasarkan

pada faktor agroklimat dan evaluasi produksi pisang yaitu Gunung Sindur,

Cimanggis dan Cileungsi.

2. Kecamatan Jasinga yang menjadi sentra produksi pisang setelah melalui proses

analisis berdasarkan faktor agroklimat dan evaluasi produksi masuk kedalam

kesesuaian lahan tingkat tiga (S3) atau tingkat kecocokan tanaman pisang di

kecamatan tersebut rendah.

3. Kecamatan non-sentra produksi pisang yang berpotensi ditinjau berdasarkan

faktor agroklimat dan masuk kedalam S1 (Kesesuaian Tinggi) diantaranya

adalah kecamatan Sawangan, Depok, Gunung Puteri, Bojong Gede, sebagian

Kecamatan Rumpin dan Parung dan sebagian kecil Kecamatan Cibungbulang,

Ciampea, Ciomas dan Cijeruk.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti merasa

perlu untuk memberikan saran sebagai berikut:

Page 140: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

121

LAMPIRAN

Page 141: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

122

LAMPIRAN 1

Produksi Pisang Nasional tahun 2008

No Propinsi Produksi (ton)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 50.200

2 Sumatera Utara 300.200

3 Sumatera Barat 80.100

4 R i a u 28.345

5 J a m b i 30.200

6 Sumatera Selatan 200.500

7 Bengkulu 10.230

8 Lampung 450.300

9 Bangka Belitung 75.100

10 Kepulauan Riau 750

11 DKI Jakarta 850

12 Jawa Barat 1.415.694

13 Jawa Tengah 850.233

14 DI Yogyakarta 40.300

15 Jawa Timur 1.020.773

16 Banten 194.835

17 B a l i 153.540

18 Nusa Tenggara Barat 72.925

19 Nusa Tenggara Timur 294.770

20 Kalimantan Barat 111.728

21 Kalimantan Tengah 29.769

22 Kalimantan Selatan 91.964

23 Kalimantan Timur 103.099

24 Sulawesi Utara 5.910

25 Sulawesi Tengah 26.983

26 Sulawesi Selatan 195.973

27 Sulawesi Tenggara 1.720

28 Gorontalo 7.529

29 Sulawesi Barat 42.873

30 M a l u k u 3.311

31 Maluku Utara 2.044

32 Papua Barat 5.501

33 Papua 10.869

Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia 2008

Page 142: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

123

LAMPIRAN 2

Produksi Pisang Propinsi Jawa Barat tahun 2008

No Kab Produksi (ton)

1 Ciamis 251.667

2 Sukabumi 112.300

3 Cianjur 221.011

4 Bandung 245.000

5 Garut 25.211

6 Tasikmalaya 15.221

7 Bogor 44.554

8 Kuningan 1.540

9 Cirebon 55.000

10 Majalengka 2.101

11 Sumedang 27.500

12 Indramayu 233.200

13 Subang 85.102

14 Purwakarta 3.484

15 Karawang 12.500

16 Bekasi 80.303

Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat 2008

Page 143: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

124

LAMPIRAN 3

Data Produksi Pisang Kabupaten Bogor Tahun 2001-2008

No Kecamatan

produksi (ton)/Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Bojong Gede 3500 3700 3200 3100 4000 4100 3800 4000

2 Caringin 500 550 800 1010 450 120 750 1050

3 Cariu 120 230 120 220 110 350 400 450

4 Ciampea 250 110 230 210 340 320 120 300

5 Cibungbulang 50 20 100 78 80 90 120 200

6 Cigudeg 200 120 200 120 90 110 300 250

7 Cijeruk 110 100 90 120 150 200 110 250

8 Cileungsi 4212 4111 4230 4332 4200 4301 4534 5000

9 Cimanggis 3400 3880 3770 3800 4010 3990 4000 4050

10 Citeurep 230 120 220 90 110 300 200 350

11 Gunung Puteri 3000 3010 3100 3300 3400 3500 3400 3500

12 Gunung Sindur 2900 3100 3300 3500 3440 3400 3643 3612

13 Jasinga 2700 2900 3050 3100 3200 3000 3300 3512

14 Jonggol 10 45 78 55 80 60 90 100

15 Kedunghalang 200 150 290 120 300 450 100 230

16 Leuwiliang 200 100 300 120 200 300 120 290

17 Nanggung 210 200 300 120 100 300 120 280

18 Parung 3300 3400 3200 3600 3000 3500 3300 3500

19 Parung Panjang 1000 1100 1200 2000 1300 1000 900 1500

20 Rumpin 3000 3300 3100 3000 3000 3400 3200 3500

21 Sawangan 4000 3900 3600 4000 4100 4200 3900 4100

22 Semplak 200 210 100 200 120 130 300 350

23 Depok 3200 3000 3400 3300 3200 3400 3400 3500

24 Ciawi 70 80 120 110 66 40 90 100

25 Ciomas 10 12 35 78 60 90 90 90

26 Cibinong 110 120 150 190 120 190 180 190

27 Casarua 250 240 200 300 310 300 290 300

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2008

Page 144: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

125

LAMPIRAN 4

Curah Hujan rata-rata Bulanan (Milimeter) Periode 1971-2000

LAMPIRAN 5

Suhu Udara rata-rata Bulanan (Derajat Celcius) Periode 1998-2007

LAMPIRAN 6

Kelembaban Udara rata-rata Bulanan (Persen) Periode 1998-2007

Sumber: BBMG Wilayah II

Page 145: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

126

LAMPIRAN 7

Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pisang

Persyaratan Penggunaan/ Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperature C

25 – 26 23 – 25

23 – 26

> 40

Curah Hujan (mm)

2.300 – 2.900 2.900 – 3.200

3.200 – 3.900

>4.000

Drainase Baik ; Agak Terhambat

Agak Cepat, Sedang Terhambat

Sangat Terlambat ; Cepat

Media Perakaran (rc) Tekstur Bahan Dasar

(%) Kedalaman

Tanah (cm)

h ; ah <15

>100

S

15 - 35

75 – 100

ak

35 - 55

50 - 75

K

>55

<50

Gambut Ketebalan (cm) Dgn

Sisipan/Pengayaan

Kematangan

<60

<140

Saprik +

60 - 140

140 - 200

Saprik Hemik +

140 - 200

200 - 400

Hemik Febrik +

>200

>400

Fibrik

Retensi Hara (nr) KTK Liat (cmol) Kejenuhan Basa

(%) pH h2O

C - Organik (%)

>16

>50

5.6 - 7.5

>1.5

<16

35-50

5.2 - 5.0 6.0 - 7.5 0.8 - 1.5

<35

>5.2 <0.8

Salinitas (ds/m) <2 2 – 4 4 – 6 >6

Alkalinitas/ESP (%) <4 4 – 8 18 – 12 >12

Kedalaman Sulfidik (cm) >100 75 – 100 45 – 75 <40

Bahaya Erosi (eh) Lereng (%) Bahaya Erosi

(eh)

<8 Sr

8 – 16 r – sd

16 – 30 b

>30 Sb

Bahaya Banjir (fh) Genangan FO F1 F2 >F2

Penyiapan Lahan (lp) Batuan

Dipermukan Singkapan

Batuan

<5

<5

5 - 15

5 – 15

15 - 40

15 - 40

>40

>25

Sumber ( Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 4)

Page 146: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

127

LAMPIRAN 8

Gambar Hasil Interpolasi pada Parameter Curah Hujan

LAMPIRAN 9

Gambar Hasil Interpolasi pada Parameter Suhu Udara

Page 147: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

128

LAMPIRAN 10

Gambar Hasil Interpolasi pada Parameter Kelembaban Udara

LAMPIRAN 11

Lampiran Gambar Peta Agroklimat Tanaman Pisang

Page 148: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

129

Page 149: ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN TANAMAN …

130