Kesehatan Reproduksi

download Kesehatan Reproduksi

If you can't read please download the document

description

Kumpulan Data

Transcript of Kesehatan Reproduksi

MENGENAL, MENCEGAH DAN MENANGGULANGI ANEMIA GIZI BESI DI MASYARAKAT

PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan bidang kesehatan adalah terwujudnya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut , titik berat perhatian pemerintah terletak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut, maka derajat kesehatan harus ditingkatkan antara lain melalui percepatan penurunan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI) serta penanggulangan masalah gizi masyarakat. AKB diturunkan dari 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, dan AKI diturunkan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan anemia pada ibu hamil diharapkan turun dari 63,5% dan GAKY dari 27,7% menjadi 18%.

Sebagai tindak lanjut dari Kesepakatan Dunia MDGs mengenai pembangunan manusia dalam hal meningkatkan kesehatan ibu, diupayakan agar setiap ibu di Indonesia mendapat kesempatan untuk melahirkan bayi sehat dengan selamat baik ibu maupun bayinya. Selanjutnya dari bayi yang telah lahir dengan sehat dan selamat ini diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Untuk dapat melahirkan bayi sehat dengan selamat hanya mungkin apabila kesehatan ibu dalam kondisi yang baik. Saat ini masih banyak ibu hamil dan ibu pra hamil yang menderita gizi kurang yaitu Kurang Energi Kronis (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Gizi. Kondisi ibu yang demikian merupakan faktor resiko kematian ibu mendadak pada masa persalinan dan pasca persalinan serta resiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Dalam makalah ini akan dibahas masalah anemia atau menurut istilah awamnya kurang darah. Anemia merupakan masalah kesehatan yang penting karena berperan dalam tingginya AKI, AKB serta rendahnya produktivitas kerja, prestasi olah raga dan kemampuan belajar. Penurunan prevalensi anemia sudah menjadi kesepakatan nasional sehingga penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program prioritas untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Upaya penanggulangan anemia yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini adalah melakukan penyuluhan gizi untuk meningkatkan kesadaran konsumsi gizi seimbang sesuai dengan kebutuhaan setiap individu dan kelompok sasaran melalui nasehat gizi di meja 4 Posyandu. Selain itu juga dilaksanakan pemberian zat besi bagi kelompok sasaran yang paling rentan yaitu ibu hamil. Pemberian zat besi merupakan suplemantasi langsung yang dapat memperbaiki status anemia dalam waktu singkat. Sejalan dengan upaya pembangunan nasional maka sasaran pemberian zat besi diperluas pada balita, anak sekolah dan tenaga kerja wanita.

Suplementasi besi atau pemberian tablet/sirup besi merupakan salah satu upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia, karena jenis anemia yang terbanyak di Indonesia adalah Anemia Kekurangan Besi. Selain itu, suplemantasi besi merupakan cara yang efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat. Cara ini juga efisien karena tablet besi harganya murah dan dapat terjangkau oleh masyarakat luas serta mudah didapat.

Anemia tergantung derajat beratnya dapat mengakibatkan gangguan ringan sampai berat. Anemia pada ibu hamil akan menambah resiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), resiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya bilamana ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah, pusing, yang bila terjadi pada anak sekolah akan mengurangi kapasitas dan kemampuan belajar. Sedangkan pada orang dewasa akan menurunkan produktivitas kerja. Disamping itu penderita anemia akan mudah terserang penyakit infeksi. Hal ini tentunya sangat merugikan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia.

PENGERTIAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Haemoglobin (Hb) di dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin, yaitu :

* Anak Balita : 11 gram %

* Anak Usia Sekolah : 12 gram %

* Wanita Dewasa : 12 gram %

* Laki-laki Dewasa : 13 gram %

* Ibu Hamil : 11 gram %

* Ibu Menyusui > 3 bulan : 12 gram %

Anemia pada masyarakat dikenal sebagai penyakit kurang darah sehingga tablet besi yang diberikan disebut juga tablet tambah darah.

PERMASALAHAN

Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia. Prevalensi anemia pada kelompok rentan masih tinggi yang menurut data pada tahun 1992 adalah sebagai berikut :

* Ibu Hamil : 63,5 %

* Anak Balita : 55,5 %

* Anak Usia Sekolah : 24 35 %

* Wanita Dewasa : 30 40 %

* Pekerja berpenghasilan rendah : 20 30 %

Mengingat dampak anemia yang luas dan khususnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka diperlukan upaya-upaya untuk mencegah dan menanggulangi masalah anemia tersebut.

PENYEBAB

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Haemoglobin, sehingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi. Kekurangan zat besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena :

* Kurangnya konsumsi makanan kaya zat besi, terutama yang berasal dari sumber hewani.

* Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masa tumbuh kembang serta pada penyakit infeksi (malaria dan penyakit kronis lain misal TBC).

* Kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang berlebihan, sering melahirkan dan pada infeksi cacing.

* Ketidak-seimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat besi dibandingkan dengan penyerapan dari makanan.

AKIBAT ANEMIA KEKURANGAN ZAT BESI

1. Kekurangan besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga :

* Pada ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, Bayi Berat Lahir Rendah, perdarahan sebelum dan pada waktu melahirkan serta pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi.

* Anak mengalami gangguan pertumbuhan, tidak dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas.

2. Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang di transport ke sel tubuh maupun otak, sehingga menimbulkan gejala-gejala : letih,lesu dan cepat lelah yang akibatnya :

* Pada atlet : menurunkan kebugaran, stamina dan prestasi.

* Pada balita dan anak sekolah : menurunkan kecerdasan dan prestasi belajar.

* Pada pekerja : menurunkan produktivitas kerja.

3. Penderita anemia kekurangan zat besi akan turun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terserang penyakit infeksi.

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Mengingat dampak anemia seperti tersebut di atas yang dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka perlu penanganan segera. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya adalah mengatasi penyebabnya. Pada anemia berat (kadar Hb < 8 gr %) biasanya ada penyakit yang melatar-belakangi yaitu antara lain penyakit TBC, infestasi cacing atau malaria, sehingga selain penanggulangan pada anemianya harus dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan konsumsi zat besi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami melalui penyuluhan, terutama makanan sumber hewani yang mudah diserap seperti hati, ikan, daging dan lain-lain. Selainitu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.

2. Fortifikasi bahan makanan yaitu : menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran.

3. Suplementasi zat besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat.Dengan demikian suplemantasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang perlu diikuti dengan cara lain.

PENATALAKSANAAN ANEMIA DENGAN PEMBERIAN ZAT BESI

Pengadaan dan pemberian preparat besi dalam bentuk tablet dan sirup dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan pihak swasta/masyarakat. Dewasa ini tidak seluruh pengadaan dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah melalui jalur kesehatan hanya menyediakan sekitar 50% kebutuhan tablet besi untuk ibu hamil dan sekitar 25% kebutuhan sirup besi untuk balita. Hal ini membuka kesempatan untuk sektor lain, pihak swasta dan masyarakat untuk berperan serta dalam menyediakan tablet/sirup besi secara swadaya. Pengadaan dari pemerintah diutamakan diberikan kepada sasaran di daerah tertinggal, pemegang kartu sehat dan pada masyarakat yang berpenghasilan rendah.

S A S A RAN

1. Ibu Hamil sampai Masa Nifas.

Dalam hal ini Ibu Hamil mendapat prioritas utama karena kelompok ini mempunyai prevalensi anemia yang tertinggi yaitu 63,5%. Juga kelompok ini yang paling rentan, karena anemia dapat membahayakan ibu dan bayinya. Sedangkan ibu nifas yang memerlukan besi yang cukup dalam ASI-nya untuk diberikan pada bayinya, tidak diberikan secara tersendiri, karena pemberian pada masa kehamilan sudah dianggap cukup. Pada ibu hamil yang pemberian Fe 1 pada trimester III, dapat diteruskan sampai Fe 3 pada masa nifas.

2. Balita ( 6 60 bulan ).

Balita memerlukan konsumsi besi yang cukup untuk proses tumbuh kembangnya, disamping itu prevalensi anemia pada balita juga tinggi (55,5%). Oleh karena itu, kelompok ini perlu mendapat prioritas juga.

3. Anak Usia Sekolah ( 6 12 tahun ).

Prevalensi anemia pada kelompok ini juga relatif tinggi ( 24 35% ). Disamping itu kelompok ini mempunyai aktivitas fisik yang cukup tinggi dan masih dalam proses belajar. Dengan demikian untuk mendapatkan kondisi yang prima guna meningkatkan prestasi belajarnya diperlukan kadar Hb yang normal.

4. Remaja Puteri ( 12 18 tahun ) dan Wanita Usia Subur (WUS).

Dengan pemberian tablet besi pada kelompok ini, yang mendekati masa perkawinannya akan berguna bagi mereka untuk mempersiapkan masa kehamilannya selain bermanfaat untuk meningkatkan prestasi belajar dan kerjanya.

TEMPAT PEMBERIAN

Tablet atau sirup besi diberikan kepada sasaran melalui sarana-sarana pelayanan pemerintah maupun swasta sebagai berikut :

1. Puskesmas/Puskesmas Pembantu.

2. Polindes (Pondok Bersalin Desa)/Bidan Di Desa.

3. Posyandu.

4. Dukun Bayi.

5. Rumah Sakit Pemerintah/Swasta.

6. Pelayanan Swasta (Dokter, Bidan praktek swasta dan ploiklinik).

7. Apotek/Toko Obat.

8. Pos Obat Desa (POD).

Untuk sasaran anak sekolah dan Nakerwan, tablet/sirup besi dapat diberikan melaui poliklinik UKS atau Poliklinik Perusahaan.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

1. Dosis Pencegahan

Diberikan kepada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan kadar Hb.

* Ibu Hamil sampai Masa Nifas

* Sehari 1 tablet berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan. Pemberian mulai pada waktu pertama kali ibu hamil memeriksakan kehamilan (K1).

* Balita 6 12 bulan : sehari sendok takar berturut-turut selama 60 hr, balita 12 60 bulan : sehari 1 sendok takar berturut-turut selama 60 hr

* Anak Usia Sekolah (6 12 tahun) sehari tablet 2 kali seminggu selama 3 bulan.

* Remaja Puteri dan WUS sehari 1 tablet selama 10 hari pada waktu haid.

2. Dosisi Pengobatan

Diberikan pada sasaran yang anemia (kadar Hb kurang dari batas ambang).

a. Ibu Hamil sampai Masa Nifas

Bila kadar Hb < 11 gr% pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari pada kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan.

b. Balita

Bila kadar Hb < 11 gr% pemberian menjadi :

6 12 bulan : 3 x sendok takar selama 60 hari.

12 60 bulan : 3 x 1 sendok takar selama 60 hari.

c. Anak Usia Sekolah

Bila kadar Hb < 12 gr% pemberian menjadi 3 x tablet seminggu 2 kali selama 3 bulan.

d. Remaja Puteri dan WUS

Bila kadar Hb < 12 gr% pemberian 3 tablet sehari selama 10 hari pada waktu haid.

Tabel cara pemberian zat besi pada tiap kelompok sasaran

Kelompok sasaran

Ibu Hamil sampai Masa Nifas

Bayi

(612 bln)

Anak Balita (12-60 bln)

Anak Usia Sekolah

(6-12 th)

Remaja Puteri

(12-18 th) WUS

Saat/waktu pemberian

Setiap hari minimal 90 hari

Setiap hari selama 60 hari

2 kali/mg selama 60 hari

2 kali/mg selama 90 hari

1 kali/mg selama 16mg

Dosis pencegahan

1 x 1 tablet

1 x sendok takar

1 x 1 sendok takar

1 x tablet

1 x 1 tablet

Dosis pengobatan

3 x 1 tablet

3 x sendok takar

3 x 1 sendok takar

3 x tablet

1 x 1 tablet

Catatan yang perlu diperhatikan :

* Pengukuran kadar Hb menggunakan metode Cyanmethemoglobin.

* Pada anemia berat (kadar < 8 gr%) agar dirujuk ke RS untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut sambil diberikan 3 x 1 tablet dosis pencegahan.

* Pada beberapa orang pemberian tablet/sirup besi ini dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, muntah kadang-kadang terjadi diare atau malah sulit buang air besar. Untuk mencegah timbulnya gejala ini dianjurkan minum tablet atau sirupnya setelah makan pada malam hari.

* Untuk meningkatkan penyerapan besi tidak dianjurkan minum tablet/sirup bersama-sama dengan susu, teh, kopi, tablet kalk atau obat sakit mag.

* Setelah minum tablet/sirup besi kotoran/tinja akan menjadi hitam, hal ini sama sekali tidak membahayakan.

* Pada balita dan anak sekolah yang diduga menderita kecacingan selain pemberian tablet/sirup besi, juga dianjurkan diberikan obat cacing.

* Pada daerah endemik malaria dipikirkan kemungkinan adanya penyakit malaria yang memperberat keadaan aneminya, sehingga perlu diberikan pengobatan terhadap malarianya.

Daftar Pustaka :

Dinkes. Prop. DIY. 2008. Anemia Gizi Besi Dalam Pedoman Kerja Petugas Gizi Puskesmas. Jogjakarta

Kemenkes RI. 2010. Rapor Hijau Untuk Kementerian Kesehatan. Dalam Mediakom. Ed. XXII. Jakarta

Kemenkes RI. 2010. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat 2010--2014. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Supriyana. D. 2009. Anemia Gizi Dalam Pembinaan Petugas Kesehatan Puskesmas. Bambanglipuro. Bantul. Disampaikan 29 Desember 2009

http.//anemia-gizi-besi-agb.html diakses 23 Desember 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada WUS dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau produktivitas kerja. Bagi ibu hamil. Anemia berperan pada peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bagi bayi dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi, serta BBLR.

Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di Negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Pada kelompok dewasa, anemi terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita menyusui karena mereka banyak yang mengalami defisiensi Fe. Secara keseluruhan, anemia terjadi pada 45 persen wanita di Negara berkembang dan 13 persen di Negara maju (developed countries). Di amerika, terdapat 12 persen wanita usia subur (WUS) 15-49 tahun, 11 persen wanita hamil usia subur mengalami anemia. Sementara persentase wanita hamil dari keluarga miskin terus meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan (8 persen anemia di trimester I, 12 persen anemia di trimester II, dan 29 persen anemia di trimester III). Anemia pada wanita masa nifas (Pascapersalinan) juga umum terjadi, sekitar 10 persen dan 22 persen terjadi pada wanita post- partum dari keluarga miskin.

Anemia defisiensi zat gizi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Perkiraan prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Bandingkan dengan prevalensi untuk balita yang sekitar 43% anak usia sekolah 37%, pria dewasa hanya 18% dan wanita tidak hamil 35%. Di tahun 1990,prevalensi anemia kurang besi pada ibu hamiljustru meningkat sampai 55% (WHO, 1990); yang menyengsarakan sekitar 44% wanita diseluruh Negara sedang berkembang (kisaran angka 13,4-87,5%). Angka tersebut terus membengkak hingga 74% (1997) yang bergerak dari 13,4% (Thailand) ke 85,5% (India).

anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di Negara sedang berkembang , ketimbang Negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen atau kira-kra 1400 juta orang dari perkiraan populasi 3800 juta orang di Negara sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di Negara maju hanya sekitar 8% atau kira-kira 100 juta orang dari perkiraan populasi 1200 juta orang.

Di Indonsia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, disamping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defesiensi vitamin A, dan gondok endemic. Dampak kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat diamati dari besrnya angka kesakitan dan kematian maternal, peninkatan angka kesakitan dan kematiaan janin, serta peningkata resiko terjadinya BBLR. Penyebab utama kematian maternal, antara lain pendarahan pascapartum (disamping eklamsia, dan penyakit infeksi) da plasenta previa yang semuanya bersumber pada anemia defisiensi.

anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat gizi besi, asam folat, dan atau vitamin B12. Semuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah buruk, dan kecacingan yang masih tinggi. Dari ketiga penyebab tersebut, defisiensi vitamin B12 (anemia parnisiosa) merupakan penyebab yang paling jarang terjadi selama kehamilan. Jenis snemia lain yang juga kerap terjadi selama kehamilan adalah anemia aplastic dan anemia hemolitik yang diimbas oleh obat. Namun, yang akan dibahas dalam tulisan ini hanya anemia akibat defisiensi zat besi.

Defenisni Fe yang umum terjadi di dunia merupakan penyebab utama terjadinya anemia gizi. Di Negara-negara di mana prevalensi anemia lebih besar dari 20 persen, penyebab anemia adalah defisiensi Fe atau kombinasi defisiensi Fe dengan kondisi lainnya seperti status sosio-ekonomi. Sebuah penelitian yang dilakukan di manado pada Oktober 2002 terdapat 30 ibu hamil menunjukkan adanya hubungan positif antara status social ekonomi ibu hamil dengan kadar serum ferritin darahnya.

Sebuah studi telah dilakukan tahun 2002 di manado, Provinsi Sulawesi Utara untuk menilai hubungan antara status Ferritin (Fe) ibu hamil trimester ketiga dengan level serum ferritin pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan rendah/BBLR. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi signifikan yaitu ibu hamil trimester ketiga yang tidak mengalami defisiensi Fe (Konsentrasi serum ferritin < 12 mg/ml). cenderung melahirkan bayi BBLR dengan kandungan serum ferritin dalam darah yang normal ( Nan Warouw N. dan Sugiarto W., 2005).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui besaran masalah anemia di dunia

2. Untuk mengetahui batasan anemia, defisiensi Fe, dan Anemia Defisiensi Fe

3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia

4. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan pengobatan anemi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan

Untuk mencegah dan mengobati anemia, maka penentuan factor-faktor penyebab sangat diperluaka. Jika penyebabnya adalah masalah nutrisi, penilaian status gizi dibutukhan untuk mengidentifikasi nutrient yang berperan dalam kasus anemia. Anemia gizi dapat disebabkan oleh berbagai macam nutrient penting pada pembentukan Hb.

Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi haemoglobin (Hb) atau hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan. Defisiensi Fe berperan besar dalam kejadian anemia, namun defisiensi zat gizi lainnya, kondisi nongizi, dan kelainan genetic (herediter) juga memainkan peran terhadap anemia. Defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsorpsi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh rendahnya intake Fe, karena perubahan fisiologi seperti kehamilan, dan proses pertumbuhan.

Defenisiensi Fe menunjukkan terjadinya kondisi penipisan cadangan Fe dalam tubuh yang dibuktikan adanya penurunan level serum ferritin. Pengurangan cadangan Fe tidak selalu dihubungkan dengan kejadian anemia. Namun, kondisi ini tetap rentan terhadap resiko anemia. Defisiensi Fe tanpa anemia terjadi saat deplesi Fe cukup tinggi sehingga memengaruhi kemampuan produksi Hb. Penyebab anemia antara lain penyakit cacingan, malaria, penyakit hemolitik kongenital, seperti thalassemia dan defisiensi mikro nutrient lai yaitu KVA.

Iron adalah komponen penting bagi tubuh. Haemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hb terdiri dari Fe, protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe). Pada keadaan IDA, suplai Fe tidak mencukupi bai sintesis Hb secara normal sehingga produksi eritrosit berkurang dengan ukuran kecil (mikrositik) dan berwarna pucat (hipokromik). Akibatnya, Fe berfungsi hanya untuk myoglobin, yaitu Hb berisi protein otot, hemo, dan enzim non-heme.

Kurang dari 1 persen Fe berada dalam bentuk transport iron yaitu transferrin, sisanya ditemukan sebaga cadangan dalam tubuh yaitu ferritin dan hemosiderin. Fe terutama disimpan dalam liver/hati, limpa, dan sumsum tulang. Cadangan Fe digunakan untuk memelihara keseimbangan Fe dengan mengatur absorpsi Fe dari diet makanan.

Tahapan defisiensi Fe yang mengarah pada anemia terjadi sebagai berikut: deplesi/penipisan Fe ditandai dengan penurunan cadangan Fe yang tercermin dari berkurangnya konsentrasi serum ferritin. Selanjutnya terjadi peningkatan absorpsi Fe akibat menurunnya level Fe tubuh. Manifestasi keadaan ini menimbulkan eritropoiesis defisiensi Fe (defisiensi Fe tanpa anemia), cadangan Fe menipis dan produksi Hb terganggu. Meskipun konsentrasi Hb di atas cut off point kategori anemia, namun terjadi pengurangan transferrin saturasi yaitu jumlah suplai Fe ke sumsum tulang tidak cukup, meningkatnya konsentrasi eritrosit protoporfirin karena kekurangan Fe untuk membentuk Hb. Di akhir tahapan defisiensi Fe, anemia dintandai dengan konsentrasi Hb. Di akhiri tahapan defisiensi Fe, anemia ditandai dengan konsentrasi Hb atau hematokrit di bawah range normal.

Table 1 kadar hemoglobin (Hb) dan volume hemtokrit (Ht)

sebagai Indikator anemia

Usia / jenis kelamin

Kadar Hb (gr/L)2

Hemtokrit (gr/L)

Usia 6 bulan- 2 tahun

Anak 5-11 tahun

Anak 12-14 tahun

Pria dewasa

Wanita tak hamil

Ibu hamil