Kesehatan Lingkungan Bencana

56
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN LINGKUNGAN DISASTER (BENCANA) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002 DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10 Clara Chintia H1E113057 M. Yasir Arafat H1E113058 Wendy Noviantoro H1E113225 Rifqi Maulid Rizki H1E113233 Rifda Iklila Amanada H1E113236 Betina Surya H1E113242 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU 2015

Transcript of Kesehatan Lingkungan Bencana

Page 1: Kesehatan Lingkungan Bencana

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

KESEHATAN LINGKUNGAN DISASTER (BENCANA)

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST,M.Kes

NIP. 19780420 200501 2 002

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

Clara Chintia H1E113057

M. Yasir Arafat H1E113058

Wendy Noviantoro H1E113225

Rifqi Maulid Rizki H1E113233

Rifda Iklila Amanada H1E113236

Betina Surya H1E113242

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

BANJARBARU

2015

Page 2: Kesehatan Lingkungan Bencana

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya ,

sehingga makalah kami yang berjudul: “Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan ”.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam

pengerjaan makalah ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc selaku Rektor Universitas Lambung

Mangkurat.

3. Bapak Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST. MT selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Lambung Mangkurat.

4. Bapak Chairul Irawan, ST., MT., Ph.D selaku Dekan I Dekan Fakultas Teknik

Universitas Lambung Mangkurat.

5. Ibu Maya Amalia, M.Eng selaku Dekan II Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lambung Mangkurat.

6. Bapak Nurhakim, ST.MT selaku Dekan III Fakultas Teknik Dekan Fakultas

Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

7. Bapak Dr. Rony Ridwan ST.MT selaku kepala prodi Teknik Lingkungan Fakultas

Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

8. Ibu Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp,ST,.M.Kes selaku dosen mata kuliah

Kesehatan Lingkungan.

9. Teman-teman yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

10.Semua Pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

Banjarbaru, Mei 2015

Page 3: Kesehatan Lingkungan Bencana

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Tujuan ....................................................................................... 1

1.2. Latar Belakang .......................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3

BAB III. PEMBAHASAN ............................................................................ 28

BAB IV. PENUTUP ..................................................................................... 43

4.1.Kesimpulan .............................................................................. 43

4.2. Saran ........................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA

INDEKS

Page 4: Kesehatan Lingkungan Bencana

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1. Siklus Managemen Disaster ............................................... 15

2. Gambar 2.2. Diagram Proses Pemulihan Pasca Bencana ...................... 19

Page 5: Kesehatan Lingkungan Bencana

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kesehatan lingkungan

2. Memberi informasi tentang prinsip dan konsep dasar kesehatan lingkungan

sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana

1.2 Latar Belakang

Bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan

kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah

bencana yang disebabkan oleh alam . Bencana alam adalah konsekuensi dari

kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia, seperti letusan gunung, gempa

bumi, tanah longsor dan lain- lain. Karena ketidak berdayaan manusia, akibat kurang

baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang

keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan

tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya

tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul

bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidak berdayaan”. Dengan demikian,

aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa

ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni.

Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut

bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi

kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang

mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang

berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)

serta memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan

memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki

ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana

Page 6: Kesehatan Lingkungan Bencana

merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastruktur- infrastruktur untuk

mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan

demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang

besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

Terjadinya bencana alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan

surveilans untuk meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan

sebelum bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya bencana.

Page 7: Kesehatan Lingkungan Bencana

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu

yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.

Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam .

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan

pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang

dipicu oleh suatu kejadian. Bencana didefinisikan sebagai suatu gangguan serius

terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang

meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan

menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Bencana merupakan hasil dari kombinasi:

pengaruh bahaya (hazard), kondisi kerentanan (vulnerability) pada saat ini,

kurangnya kapasitas maupun langkah- langkah untuk mengurangi atau mengatasi

potensi dampak negative .9

Berikut ini adalah macam-macam bencana :

- Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

langsor.

- Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

- Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Kejadian

Page 8: Kesehatan Lingkungan Bencana

Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan

tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika

terjadi bencana pada tanggalyang sama dan melanda lebih dari satu wilayah,

maka dihitung sebagai satu kejadian.

- Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi

yang disebabkanoleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas

gunung api atau runtuhan batuan.17

- Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal

dengan istilah “erups”. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas,

lontaran material (pijar), hujan abu vulkanik, lava, gas beracun, tsunami dan

banjir lahar.

- Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,

ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat tergangg

unya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. 12

- Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan

(‘tsu’ berarti lautan, ‘nami’ berarti gelombang ombak). Tsunami adalah

serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya

pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.

- Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau

daratan karena volume air yang meningkat.

- Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air

yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

- Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk

kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang

dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi

dilahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung,kedelai dan lain- lain) yang

sedang dibudidayakan .

- Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti

rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain- lain dilanda api yang

menimbulkan korban dan/atau kerugian.

- Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan

dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang

Page 9: Kesehatan Lingkungan Bencana

menimbulkan kerugian ekonomis danatau nilai lingkungan. Kebakaran hutan

dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yangdapat mengganggu

aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.

- Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba,

mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan

40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam

waktu singkat (3-5 menit). 5

- Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan

karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan

berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan

siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat

terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.

- Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus

laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.

Kerusakan garis pantai akibat abrasi inidipicu oleh terganggunya

keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan

oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama

abrasi.

- Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di

darat, laut dan udara.

- Kecelakaan industry adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor,

yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang

berbahaya (unsafe conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat

bergantung pada macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja

yang dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang

terlibat di dalamnya.

- Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian

kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.949/MENKES/SK/VII/2004.

- Konflik Sosial atau kerusuhan social atau huru hara adalah suatu gerakan

massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang

Page 10: Kesehatan Lingkungan Bencana

dipicu oleh kecemburuan sosial, budayadan ekonomi yang biasanya dikemas

sebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).

- Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja

menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan

suasana teror atau rasa takut terhadaporang secara meluas atau menimbulkan

korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga

mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan

atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan

hidup atau fasilitas publik internasional.

- Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui

subversi, penghambatan, pengacauan dan atau penghancuran. Dalam perang,

istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang

tidak berhubungan dengan militer, tetapidengan spionase. Sabotase dapat

dilakukan terhadap beberapa sruktur penting, sepertiinfrastruktur, struktur

ekonomi, dan lain-lain .5

Komponen yang mempengaruhi bencana ada 4 (empat), yaitu:

1. Resiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia,

kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu disuatu

daerah pada suatu waktu tertentu.2

2. Bahaya adalah sebuah kondisi atau peristiwa yang memiliki potensi untuk

menyebabkan cedera atau kerusakan/kerugian.Bahaya alam (natural hazards) dan

bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang menurut United Nations

International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan

menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi

(hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya

teknologi(technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan

(environmental degradation)

3. Kerentanan adalah sekumpulan kondisi/akibat keadaan yang berpengaruh buruk

terhadap upaya--‐upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Kerentanan

juga bias diartikan sebagai kemungkinan terganggunya are geografis karena

dampak bahaya tertentu, misal: dengan dengan daerah rawab bencana. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kerentanan, meliputi: (1) Fisik: kekuatan struktur

Page 11: Kesehatan Lingkungan Bencana

bangunan rumah, jalan dan jembatan terhadap ancaman bencana; (2) sosial:

kondisi demografi jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat

terhadap ancama bencana; (3) ekonomi: kemampuan financial masyarakat dalam

menghadapi ancaman di wilayahnya; (4) lingkungan: tingkat

ketersediaan/kelangkaan sumber daya lahan, air, Dan udara, serta kerusakan

lingkungan. Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur

serta elemen-elemen didalam kota/ kawasan yang berisiko bencana

4. Kapasitas adalah kemampuan, kekuatan, potensi dari perorangan, keluarga,

dan/atau masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap

siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pullih dari suatu situasi kedaruratan

dan kekacauan atau“chaos” akibat bencana. Kapasitas yang rendah dari berbagai

komponen di dalam masyarakat.2

Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas komponen

ancaman (hazard) yang berupa fenomena alam dan atau buatan di satu pihak, dengan

kerentanan (vulnerability) komunitas di pihak lain. Bencana terjadi apabila

komunitas mempunyai tingkat kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan

tingkat ancaman yang mungkin terjadi padanya. Ancaman menjadi bencana apabila

komunitas rentan, atau memiliki kapasitas lebih rendah dari tingkat bahaya tersebut,

atau bahkan menjadi salah satu sumber ancaman tersebut.15 Bencana alam (natural

disaster) seringkali dianggap sama dengan bahaya alam (natural hazard). Bahaya

alam merupakan satu kondisi atau peristiwa alam yang tidak normal seperti banjir,

gempa bumi, letusan gunung berapi, dll. Sebagai bagian dari lingkungan, bahaya

alam dapat terjadi dimana saja tidak selalu menimbulkan bencana alam. Bencana

alam dengan demikian merupakan suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh bahaya

alam dan atau perilaku manusia sehingga menyebabkan jatuhnya korban, kecelakaan,

atau kematian pada manusia, kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana

lingkungan hidup, kemerosotan mutu sumberdaya alam, serta berubahnya ekosistem

secara drastis.24

University of Wisconsin mendefinisikan manajemen bencana sebagai “the

range of activities designed to maintain control over disaster and emergency

situation and to provide a framework for helping at-risk persons to avoid or recover

from the impact of disaster. Disaster management deals with situation that occurs

Page 12: Kesehatan Lingkungan Bencana

prior to, during, and after the disaster.(serangkaian kegiatan yang didesain untuk

mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka

untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi

dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi

sebelum, selama, dan setelah bencana). Universitas British Columbia merumuskan

definisi bencana (disaster) dengan memperhatikan tiga hal. (1). Bencana

dipertentangakan dengan darurat (emergency). Bencana tidak sama dengan

emergensi. Istilah emergensi biasanya dikaitkan dengan bencana mini, seperti

kebakaran, robohnya sebuah rumah, dan sejenisnya. Sedangkan bencana dikaitkan

dengan kejadian yang tidak biasa, sulit direspon, dan dampaknya bisa sampai

beberapa generasi, (2). Bencana dikaitkan dengan kemampuan mereka yang

mengalami bencana untuk mengatasinya. Sesuatu disebut bencana bila yang

mengalami masalah atau masyarakat lokal tidak mampu menanganinya. Oleh karena

itu, perlu keterlibatan masyarakat secara regional atau nasional, bahkan internasional.

(3). Bencana berkaitan dengan isu yang luas, bukan saja masalah ekonomi, tetapi

masalah sosial, ekologi, bahkan merambah ke wilayah politik. Ketidakmampuan

menangani bencana bisa berakibat fatal terhadap kepercayaan masyarakat kepada

penguasa.

Dengan demikian, Universitas British Columbia mendefiniskan manajemen

bencana (disaster)sebagai “process of forming common objectives and common

value in order to encourage participants to plan for and deal with potential and

actual disaster” ( proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai

bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan)

untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun aktual).14

Siklus managemen disaster (bencana) terdiri dari pencegahan dan mitigasi;

kesiapsiagaaan; tanggap darurat; rehabilitasi dan rekonstruksi

1. Pencegahan dan Mitigasi

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencan. Proses mitigasi adalah beberapa tindakan yang

seharusnya diambil sebelum terjadinya suatu bencana dalam rangka pengurangan

resiko bencana yang terintegrasi dengan menggunakan system pengembangan

Page 13: Kesehatan Lingkungan Bencana

yang berkelanjutan /sustainable development (Haifani).Penanggulangan bencana

alam bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bencana dan dampak yang

ditimbulkannya. Karena itu, dalam penanggulangannya harus memperhatikan

prinsip-prinsip penanggulangan bencana alam.

Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan yaitu:

a. Cepat dan Tepat

Yang dimaksud dengan prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam

penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai

dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan

berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.

b. Prioritas

Yang dimaksud dengan prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi

bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan

pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

c. Koordinasi dan Keterpaduan

Yang dimaksud dengan prinsip koordinasi adalah bahwa

penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling

mendukung. Yang dimaksud dengan prinsip keterpaduan adalah bahwa

penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang

didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.

d. Berdaya Guna dan Berhasil Guna

Yang dimaksud dengan prinsip berdaya guna adalah bahwa dalam

mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,

tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan prinsip berhasil

guna adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna,

khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang

waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

e. Transparansi dan Akuntabilitas

Yang dimaksud dengan prinsip transparansi adalah bahwa

penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas adalah

Page 14: Kesehatan Lingkungan Bencana

bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

f. Kemitraan

Penanggulangan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.

Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah

dengan masyarakat luas termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

maupun dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya. Bahkan,

kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar negeri

termasuk dengan pemerintahannya.

g. Pemberdayaan

Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk mengetahui, memahami dan melakukan langkah- langkah antisipasi,

penyelamatan dan pemulihan bencana. Negara memiliki kewajiban untuk

memberdayakan masyarakat agar mengurangi dampak dari bencana.

h. Non Diskriminatif

Yang dimaksud dengan prinsip nondiskriminatif adalah bahwa negara

dalam penanggulangan bencana tidak memberi perlakuan yang berbeda

terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.

i. Non Proletisi

Yang dimaksud dengan prinsip proletisi adalah bahwa dilarang

menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana,

terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana. Badan

Penanggulangan Bencana dan Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah

merupakan unsur pendukung dan pelaksana tugas dalam penyelenggaraan

pemerintahan di bidang penanggulangan bencana dan perlindungan

masyarakat terhadap bencana alam, non alam dan sosial.

Penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan

meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi

dan rekonstruksi, baik sebelum bencana, pada saat terjadinya bencana maupun

setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi. Upaya

penanggulangan dampak bencana dilakukan melalui pelaksanaan tanggap darurat

dan pemulihan kondisi masyarakat di wilayah bencana. Upaya penanggulangan

Page 15: Kesehatan Lingkungan Bencana

dampak bencana tersebut dilakukan secara sistematis, menyeluruh, efisien dala m

penggunaan sumberdaya dan efektif dalam memberikan bantuan kepada

kelompok korban. Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan

dengan pendekatan secara utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap

darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pelaksanaan penanggulangan dampak

bencana.1

2. Kesiap siagaan

Menurut Undang-Undang RI No.24 Tahun 2007, kesiap siagaan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna

(Presiden Republik Indonesia, 2007). Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara

umum adalah : (1) kemampuan menilai resiko; (2) perencanaan siaga; (3)

mobilisasi sumberdaya; (4) pendidikan dan pelatihan; (5) koordinasi; (6)

mekanisme respon; (7) manajemen informasi; (8) gladi atau simulasi.

Kesiap siagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa,

kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Sebaiknya

suatu kabupaten kota melakukan kesiap siagaan. Kesiap siagaan menghadapi

bencana adalah suatu kondisi suatu masyarakat yang baik secara invidu maupun

kelompok yang memiliki kemampuan secara fisik dan psikis dalam menghadapi

bencana. Kesiap siagaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen

bencana secara terpadu. Kesiap siagaan adalah bentuk apabila suatu saat terjadi

bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi, maka cara yang terbaik

adalah menghindari resiko yang akan terjadi, tempat tinggal, seperti jauh dari

jangkauan banjir. Kesiap-siagaan adalah setiap aktivitas sebelum terjadinya

bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas operasional dan

memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi.

Perubahan paradigma penanggulangan bencana yaitu tidak lagi memandang

penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat tetapi

penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase pra bencana yang

bertujuan untuk mengurangi resiko bencana sehingga semua kegiatan yang

berada dalam lingkup pra bencana lebih diutamakan.

Page 16: Kesehatan Lingkungan Bencana

Sesuai dengan yang disampaikan oleh Priyanto (2010) bahwa pada

masyarakat yang berpendidikan tinggi lebih mampu dalam mengurangi risiko,

meningkatkan kemampuan dan menurunkan dampak terhadap kesehatan

sehingga akan berpartisipasi baik sebagai individu atau masyarakat dalam

menyiapkan diri untuk bereaksi terhadap bencana. Aktifitas pendidikan

disamping untuk penyediaan informasi adalah mempelajari keterampilan dan

pemberdayaan diri sedemikian rupa sehingga mampu melakukan tindakan yang

memungkinkan untuk mengurangi resiko bahaya bencana.

Perkembangan baru kebijakan penanggulangan bencana dalam dekade

terakhir adalah memberikan prioritas utama pada upaya pengurangan resiko

bencana seperti kegiatan pencegahan, kegiatan mengurangi dampak bencana

(mitigasi) dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana (Bappenas, 2006).

Kesiap siagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna.Kesiap siagaan menghadapi bencana adalah suatu

kondisi suatu masyarakat yang baik secara invidu maupun kelompok yang

memiliki kemampuan secara fisik dan psikis dalam menghadapi bencana.

Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen bencana

secara terpadu. Kesiap siagaan adalah bentuk apabila suatu saat terjadi

bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi, maka cara yang terbaik

adalah menghindari resiko yang akan terjadi, tempat tinggal, seperti jauh dari

jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas sebelum terjadinya

bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas operasional dan

memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi.

Pada tingkat pengembangan dan pemeliharaan kesiapsiagaan, berbagai usaha

perlu dilakukan untuk mengadakan elemen-elemen penting seperti:

a. Kemampuan koordinasi semua tindakan (adanya mekanisme tetap

koordinasi)

b. Fasilitas dan sistim operasional

c. Peralatan dan persediaan kebutuhan dasar atau supply

d. Pelatihan

e. Kesadaran masyarakat dan pendidikan

Page 17: Kesehatan Lingkungan Bencana

f. Informasi

g. Kemampuan untuk menerima beban yang meningkat dalam situasi darurat

atau krisis.

Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir akan maksimal untuk itu

pengetahuan, sikap, pendidikan dan pendidikan petugas merupakan faktor yang

menjadi perhatian dalam menghasilkan kesiapsiagaan yang baik dalam

menghadapi bencana banjir.1

3. Tahap Tanggap Darurat

Tahap ini telah selesai dilaksanakan oleh Pemerintah melalui BNPB, BPBD

serta LSM dan masyarakat baik lokal maupun internasional juga beberapa

instansi terkait di pusat. Tahap ini bertujuan membantu masyarakat yang terkena

bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling

minimal. Sasaran utama dari tahap tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan

pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap tanggap darurat ini, diupayakan pula

penyelesaian tempat penampungan sementara yang layak, serta pengaturan dan

pembagian logistik yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.

Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk

dari bencana. Contoh-contoh kegiatan pada tahap ini adalah:

a. Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan

b. Penanaman pohon bakau atau mangrove di sepanjang pantai untuk

menghambat gelombang tsunami

c. Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir

d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk ke wilayah

e. Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir

Pada tahap tanggap darurat, hal yang paling pokok yang sebaiknya dilakukan

adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap

darurat. Selain itu, tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena

bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling

minimal.

Para korban juga perlu dibawa ke tempat sementara yang dianggap aman dan

ditampung di tempat penampungan sementara yang layak. Pada tahap ini

dilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan yang

Page 18: Kesehatan Lingkungan Bencana

cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana. Secara operasional, pada

tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan:

a. Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal dan

menangani korban yang luka-luka

b. Penanganan pengungsi

c. Pemberian bantuan darurat

d. Pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih

e. Penyiapan penampungan sementara

f. Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara serta

memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan

yang memadai untuk para korban 1

4. Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik

atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana

dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua

aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pascabencana.Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi

bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti

tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah,

infrastruktur sosial dasar, serta prasarana dan sarana perekonomian yang sangat

diperlukan. Sasaran utama dari tahap rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki

pelayanan publik hingga pada tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi

ini, juga diupayakan penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan

aspek psikologis melalui penanganan trauma korban bencana.

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,

kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan

maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan

perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan

bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat

pada wilayah pascabencana.Tahap ini bertujuan membangun kembali daerah

bencana dengan melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya

masyarakat, dan dunia usaha. Pembangunan prasarana dan sarana haruslah

Page 19: Kesehatan Lingkungan Bencana

dimulai dari sejak selesainya penyesuaian tata ruang (apabila diperlukan) di

tingkat kabupaten terutama di wilayah rawan gempa (daerah patahan aktif).

Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali masyarakat dan

kawasan wilayah bencana. 1

Gambar 2.1 Siklus managemen disaster

Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek

perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi

bencana yang dikenal sebagai Siklus Manajemen Bencana (seperti terlihat dalam

Gambar Siklus Manajemen Bencana), yang bertujuan untuk (1) mencegah

kehilangan jiwa; (2) mengurangi penderitaan manusia; (3) memberi informasi

masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4) mengurangi kerusakan

infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.16

Selain upaya yang bersifat preventif, perlu juga ada upaya-upaya yang

sifatnya represif. Tentunya upaya-upaya tersebut harus dikoordinasikan secara baik

dengan pemerintah. Beberapa contoh upaya-upaya tersebut adalah:

a. Melaksanakan tindakan darurat dengan mengutamakan keselamatan manusia dan

harta bendanya

b. Segera membentuk posko-posko penanggulangan bencana, regu penyelamat,

dapur umum, dan lain-lain

c. Melakukan pendataan terhadap faktor penyebab timbulnya bencana alam maupun

besarnya kemungkinan korban yang diderita untuk bahan tindakan selanjutnya

serta berkoordinasi dengan instansi- instansi terkait.

Page 20: Kesehatan Lingkungan Bencana

d. Sesuai dengan situasi dan perkembangan bencana alam serta kemajuan yang

dicapai dari upaya-upaya penanggulangan darurat, segera menetapkan program

rehabilitasi baik bidang fisik, sosial, dan ekonomi.

e. Perlunya melaksanakan sebuah program pemantapan terhadap semua faktor

kehidupan yang realisasinya dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan demi

terwujudnya konsolidasi dan normalisasi secara penuh.

Disaster kesehatan (health disaster) adalah penurunan status kesehatan

masyarakat secara keseluruhan yang tidak sanggup diatasi. Ilmu kedokteran disaster

disebut juga humanitarian medicine yang merupakan cabang ilmu kedokteran dalam

artian bantuan kesehatan segera (emergency) dan aktivitas kesehatan pada

penanggulangan bencana tanpa memandang ideologi politik maupun kenegaraan.

Patofisiologi atau mekanisme kejadian disaster selalu dimulai dengan hazard untuk

menimbulkan bencana (event) dan apabila bencana tersebut mengalami kontak

dengan masyarakat dan lingkungan di tempat kejadian (impact) akan berakibat

kerusakan (damage) seperti pada algoritma berikut. Manifestasi hazard akan

berdampak pada kehidupan dan lingkungan yang disebut bencana. Hazard dapat

diartikan sebagai isyarat bahaya sebelum terjadi bencana seperti turunnya binatang

buas dari puncak gunung Merapi akibat temperatur di daerah tersebut meningkat

sebagai tanda gunung itu mulai aktif. Hazard dapat juga diartikan sesuatu yang

berakibat negatif terhadap kesehatan manusia, perumahan, aktivitas dan lingkungan

atau sesuatu yang membahayakan sehingga dapat digolongkan sebagai berikut.3

Dengan koondisi lingkungan, kelelalahan fisik, serta kecemasan psikologis,

pada saat terjadi banjir ataupun setelah banjir surut, umumnya akan muncul berbagai

jenis penyakit yang bisa menghinggapi masyarakat korban bajir. Penyakit-penyakit

tersebut, seperti: Diare, Cholera, Psikosomatik, Penyakit Kulit, Penyakit

Leptospirosis, Penyakit saluran Napas, dan banyak lagi lainnya.

a. Diare

Diare merupakan penyakit yang paling sering terjadi saat bencana banjir

datang. Diare dapat menjangkit semua orang, baik anak-anak, remaja, dewasa,

bapak-bapak, ibu- ibu, dan orang tua. Gejala diare diantaranya adalah mulut kering,

mata cekung, perut kram dan kembung, mual dan muntah, sakit kepala, keringat

dingin dan demam. Jika ada diantara keluarga korban yang menderita penyakit diare,

Page 21: Kesehatan Lingkungan Bencana

sebaiknya segera dilakukan Pertolongan Pertama Pada Diare, Memberikan cairan

gula dan garam agar dapat mengatasi dehidrasi. Memberikan suplemen makanan

yang dapat membantu stamina dan mengembalikan fungsi organ-organ tubuh secara

maksimal, Memberikan obat anti diare yang dapat membantu. Menormalkan

pergerakan saluran pencernaan pada saat diare, melawan dehidrasi dan mencegah

terjadinya kram perut, obat yang biasa digunakan, misalnyha immudium, dan

antibiotik.

b. Psikosomatik

Kondisi lingkungan yang berubah tiba-tiba dan merasakan kecemasan

orangtua. Demikian pula trauma karena kehilangan orang yang dicintai, atau harta

benda yang diperjuangkan dengan susa payah, meyebabkan perasaan pilu yang luar

biasa. Selanjutnya kondisi kecemsan itu akan menekan alam bawah sadar maryakat,

sehingga senantiasa merasa banjir akan datang lagi, dan berbagai kondisi psikologis

sebagai pencetus penyakit ini. Pencegahan dan pengobatan gangguan ini dapat

diatasi dengan pemberian makanan dan minuman sehat yang cukup, serta istrihat

yang cukup. Demikian pula dapat diberikan obat anticemas, misalnya: Valium,

Diazepam, dan berbagai suplemen lainnya.

c. Penyakit Kulit

Pada umumnya menghinggapi atau menjangkiti para korban banjir. Penyakit

kulit ini disebabkan oleh: Infeksi kulit karena bakteri, virus atau jamur. Demikian

pula dapat diakibatkan oleh Parasit, kutu, larva dan Alergi kulit.Pencegahannya

dapat dilakukan dengan: Seminimal mungkin menghindari kontak langsung dengan

air dengan menggunakan sepatu boot. Jagalah kebersihan dan selalu gunakan

pakaian yang kering.

d. Leptospirosis

Penyakit ini diakibatkan oleh parasit bernama Leptospyra Batavie.

Penyebarannya melaui air yang tergenang dan bersumber dari air kencing tikus, babi,

anjing, kambing kuda, kucing, kelelawar dan serangga tertentu. Penyakit ini terkenal

dengan penyakit kencing tikus, parasit ini berbentuk seperti cacing spiral yang sangat

kecil. Gejala Leptospirosis Stadium awal, demam tinggi, badan menggigil

(kedinginan), mual, muntah, iritasi mata, nyeri otot betis dan sakit bila tersentuh.

Stadium dua, parasit membentuk antibodi ditubuh sehingga mengakibatkan jantung

Page 22: Kesehatan Lingkungan Bencana

berdebar debar dan tidak beraturan, bahkan jantung bisa mengalami pembengkakan

dan gagal jantung. Pembuluh darah dapat mengalami perdarahan ke saluran

pernapasan dan pencernaan hingga bisa mengakibtkan kematian. Parasit dapat masuk

melalui bagian tubuh yang terbuka seperti luka. Pengobatan penyakit Leptospirosis

dengan pemberian antibiotik, misalya: doksisiklin, cephalosporin, dan obat-obat

antibiotik turunan quinolon. Demikian pula dapat diberikan penisilin, ampisilin atau

antibiotik lainnya yang serupa. Pemberian antibiotik sebaiknya secara intrevena

(infus).

e. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA juga sangat banyak diderita oleh masyarakat korban bencana banjir.

Kondisi lingkungan yang buruk dan cuaca yang tak menentu, membuat sejumlah

pengungsi korban banjir mulai terserang penyakit. Gangguan infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA), berupa: flu, demam, dan batuk. Hal ini terjadi karena

asupan makanan, kurangnya air bersih, dan masih tingginya aktivitas pengungsi guna

mengecek rumah sekaligus mengambil barang-barang yang tertinggal membuat daya

tahan tubuh mereka cepat turun. Pada saat terserang penyakit ISPA, sebaiknya

penderita mengusahakan kondisi dalam keadaan yang hangat, serta makan-makanan

yang banyak mengandung energi, serta perlu diberikan beberapa obat lainnya seperti

: Parasetamol, Antihistamin, dan antibiotik jika terjadi infeksi bakteri.

f. Demam Berdarah

Saat musim hujan, terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes

aegypti karena banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, dan tempat-

tempat tertentu terisi air sehingga menimbulkan genangan, tempat berkembang biak

nyamuk tersebut.

g. Penyakit Saluran Cerna Lain

Penyakit yang dimaksud misalnya seperti demam tifoid. Dalam hal ini,

faktor kebersihan makanan memegang peranan penting.

h. Memburuknya penyakit kronis

Hal ini hanya terdapat pada korban yang mempunyai penyakit yang

sebelumnya sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat

musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir yang terjadi selama berhari-hari .25

Page 23: Kesehatan Lingkungan Bencana

Gambar2.2 Diagram proses pemulihan pasca bencana

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) telah

mengembangkan suatu metodologi untuk perencanaan kedaruratan terpadu yang

dikenal dengan APELL (Awarness and Preparedness for Emergency at Local Level)

atau kepedulian dan kesiapsiagaan saat darurat di tingkat local (Gambar 1). APELL

adalah metode (alat) yang dikembangkan oleh UNEP bekerja sama dengan pihak

pemerintah dan industri dengan tujuan utama adalah meminimalkan jumlah kejadian

dan efek buruk akibat bencana (kecelakaan teknologi/industri). APELL dibentuk

tahun 1988 atas dasar banyaknya kejadian kecelakaan industri yang mengakibatkan

banyak korban gangguan kesehatan dan kerusakan lingkungan. Prinsip dasar APELL

berupaya meningkatkan (1) kesadaran, kepedulian dari masyarakat, industri/

usahawan dan pemerintah daerah maupun pusat, (2) meningkatkan kesiapsiagaan

penanggulangan bencana melibatkan seluruh masyarakat, bersama industri dan

pemerintah lokal apabila terjadi keadaan darurat akibat kecelakaan atau bencana

industri yang mengancam keselamatan lingkungan. Fokus APELL mengutamakan

peningkatan kesadaran menghadapi situasi darurat bersama-sama dengan semua

pihak stakeholder setempat (lokal) atas adanya dampak yang ditimbulkan.23

Kiat kiat mengahadapi bencana antara lain :

1. Gempa Bumi

Page 24: Kesehatan Lingkungan Bencana

Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang

dapat dijadikan pegangan di manapun kita berada.

Di dalam rumah Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu,

anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda.

Masuklah ke bawah meja yang kokoh untuk melindungi tubuh anda dari

jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda

dengan bantal. Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera

untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Di kantor Berlindunglah di bawah meja. Lindungi kepala, leher dan mata.

Hindari pembatas kaca, jendela, lemari dan barang-barang yang belum

diamankan. Jaga posisi hingga guncangan berhenti.

Di sekolah Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas

atau buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari

jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat

gedung, tiang dan pohon.

Di luar rumah Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di

daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya

kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan

menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall Jangan menyebabkan

kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau

satpam.

Di dalam lift Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau

kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam

lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat

keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi

manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.

Di kereta api Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak

akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap

tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap

informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

Page 25: Kesehatan Lingkungan Bencana

Di dalam mobil Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-

akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil

dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di

kiri jalan dan berhentilah, tapi janganlah berhenti di bawah jembatan.

Matikan mesin dan gunakan rem tangan. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika

harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

Di gunung/pantai Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung.

Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang

dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak,

cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

Beri pertolongan Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera

saat terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah

sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah

memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di sekitar

anda.

Dengarkan informasi Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul

kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang

bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda

dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang berwenang atau

polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas. 21

2. Banjir

Yang harus dilakukan sebelum banjir tiba sesuai tempat adalah sebagai

berikut :

Di Tingkat Warga :

Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan

sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah.

Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan

fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui

koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan

Anda.

Page 26: Kesehatan Lingkungan Bencana

Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim

penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung

Jawab Posko Banjir.

Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk

pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi.

Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan

mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.

Di Tingkat Keluarga :

Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga

tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air.

Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek

gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.

Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras,

makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.

Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.

Amankan dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu keluarga, buku

tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan

jahil.

Yang harus dilakukan saat banjir adalah :

Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan

aliran listrik di wilayah yang terkena bencana,

Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih

memungkinkan untuk diseberangi.

Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.

Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.

Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan

bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.

Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir adalah :

Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup

lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.

Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare

yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.

Page 27: Kesehatan Lingkungan Bencana

Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau

binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.

Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan. 21

3. Kebakaran

Kiat Mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan adalah :

Bagi Warga :

Bila Melihat Kebakaran Hutan Dan Lahan, Segera Laporkan Kepada Ketua

RT dan/atau Pemuka Masyarakat Supaya Mengusahakan Pemadaman Api.

Bila Api Terus Menjalar, Segera Laporkan Kepada Posko Kebakaran

Terdekat

Bila Terjadi Kebakaran Gunakan Peralatan Yang Dapat mematikan api secara

cepat dan tepat

Tidak Membuang Puntung Rokok Sembarangan.

Matikan Api Setelah Kegiatan Berkemah Selesai

Gunakan Masker Bila Udara Telah Berasap, Berikan Bantuan Kepada

Saudara-Saudara Kita Yang Menderita

Bagi Peladang :

Hindari Sejauh Mungkin Praktek Penyiapan Lahan Pertanian Dengan

Pembakaran, Apabila Pembakaran Terpaksa Harus Dilakukan, Usahakan

Bergiliran (Bukan Pada Waktu Yang Sama), Dan Harus Terus Dipantau.

Bahan Yang Dibakar Harus Sekering Mungkin Dan Minta Pimpinan

Masyarakat Untuk Mengatur Giliran Pembakaran Tersebut 21

4. Kegagalan Teknologi

Kiat-kiat Penanganan dan Upaya Pengurangan Bencana sebagai berikut :

Kurangi atau hilangkan bahaya yang telah diidentifikasikan

Tingkatkan ketahanan terhadap kebakaran dengan menggunakan material

bangunan ataupun peralatan yang tahan api.

Bangun daerah penyangga atau penghalang api serta penyebaran

asap/pengurai asap.

Tingkatkan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini.

Page 28: Kesehatan Lingkungan Bencana

Perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan pemadaman

kebakaran dan penanggulangan asap, tanggap darurat dan evakuasi bagi

pegawai serta penduduk disekitar.

Sosialisasikan rencana penyelamatan kepada pegawai dan masyarakat

sekitarnya bekerja sama dengan instansi terkait.

Tingkatkan Kemampuan pertahanan sipil dan otoritas kedaruratan.

Batasi dan kurangi kapasitas penampungan bahan-bahan kimia yang

berbahaya dan mudah terbakar.

Tingkatkan standar keselamatan di pabrik dan desain peralatan.

Antisipasi kemungkinan bahaya dalam desain pabrik

Buat prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan teknologi.

Pindahkan bahan/material yang berbahaya dan beracun.

Secara proaktif melakukan monitoring tingkat pencemaran sehingga standar

keselamatan tidak terlampaui.

Persiapkan rencana evakuasi penduduk ke tempat aman. 21

5. Kerusuhan Sosial / Disintegrasi Bangsa

Kiat-kiat Penanggulangan kerusuhan sosial / disintegrasi bangsa. Adapun

kiat-kiat yang digunakan dalam penanggulangan disintegrasi bangsa antara lain

adalah :

Menanamkan nilai-nilai bela negara, patriotisme, nasionalisme,nilai-nilai

Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan, agar tercipta

kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.

Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primodialisme sempit

pada setiap kebijaksanaan dan kegiatan, agar tidak terjadi KKN.

Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha

pemecahbelahan dari anasir luar dan kaki tangannya.

Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi

butir-butir Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan

kepada ideologi bangsa.

Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.

Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan

Polri dalam memerangi separatis.

Page 29: Kesehatan Lingkungan Bencana

Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk

menggunakan kekuatan massa.

Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijaksanaan dan strategi

pertahanan disarankan :

Penyelesaian konflik vertikal yang bernuansa separatisme bersenjata harus

diselesaikan dengan pendekatan militer terbatas dan professional guna

menghindari korban dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek

ekonomi dan sosial budaya serta keadilan yang bersandar pada penegakan

hukum.

Penyelesaian konflik horizontal yang bernuansa SARA diatasi melalui

pendekatan hukum dan HAM.

Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan faktor

perbedaan, disarankan kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan

memberlakukan reward and punishment dari strata pimpinan diatasnya.

Guna mengantisipasi segala kegiatan separatisme ataupun kegiatan yang

berdampak disintegrasi bangsa perlu dibangun dan ditingkatkan institusi

inteligen yang handal. 21

6. Letusan Gunung Api

Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi diantaranya :

Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk

mengungsi.

Membuat perencanaan penanganan bencana.

Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.

Mempersiapkan kebutuhan dasar

Saat Terjadi Letusan Gunung Berapi yang perlu dilakukan adalah :

Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah

aliran lahar.

Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan

diri untuk kemungkinan bencana susulan.

Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang,

celana panjang, topi dan lainnya.

Jangan memakai lensa kontak.

Page 30: Kesehatan Lingkungan Bencana

Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung

Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua

belah tangan.

Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi adalah :

Jauhi wilayah yang terkena hujan abu

Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau

meruntuhkan atap bangunan.

Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa

merusak mesin 21

7. Tanah Longsor

Strategi dan upaya penanggulangan bencana tanah longsor diantaranya :

Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan

fasilitas utama lainnya

Mengurangi tingkat keterjalan lereng

Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan

maupun air tanah. (Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan airn dari lereng,

menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng

ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau

meresapkan air ke dalam tanah).

Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling

Terasering dengan sistem drainase yang tepat.(drainase pada teras - teras

dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah)

Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak

tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari

40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta

diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan , di bagian

dasar ditanam rumput).

Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat

Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan

Pengenalan daerah rawan longsor

Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall)

Page 31: Kesehatan Lingkungan Bencana

Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat

kedalam tanah.

Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya

liquefaction(infeksi cairan).

Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel

Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. 21

8. Tsunami

Penyelamatan Diri Saat Terjadi Tsunami

Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat.

Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati

pantai dan lautan.Namun jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan

gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut

terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau

bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.

Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar

berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan

perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali,

jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya

akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan

pertolongan pertama pada korban. 21

Page 32: Kesehatan Lingkungan Bencana

BAB 3

PEMBAHASAN

Apapun jenis bencana yang terjadi, selalu menimbulkan kerugian, baik

kerugian jiwa dan materi. Bencana juga mengakibatkan banyak masalah, seperti:

pengungsi, wabah penyakit, logistic tidak cukup, dan lain- lain. Maka, lembaga

pemerintah dan lembaga masyarakat yang terlibat sangat membutuhkan pengetahuan

tentang karakter, jenis, sifat bencana, dan manajemen bencana sebagai salah satu

upaya untuk mengelola dan menanggulangi bencana. Sejak tahun 2004 bencana

besar seolah-olah menjadi bagian yang tak terelakkan di Indonesia, di mulai dengan

terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan Kepulauan Nias, Sumatera Utara, selanjutnya gempa bumi di

wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah pada Mei 2006, serta

beberapa kejadian bencana lainnya pada tahun 2007. Kejadian bencana tersebut

menuntut upaya tanggap darurat secara cepat dan menyeluruh bagi korban dan

wilayah yang terkena dampak bencana, serta upaya pemulihan kehidupan masyarakat

dan daerah pasca bencana.

Bencana alam merupakan keluaran dari interaksi antara bahaya alam dengan

kerentanan (vurnerability) suatu kawasan atau wilayah. Kerentanan suatu wilayah

dibentuk oleh kondisi fisik atau lingkungan, sosial, ekonomi, politik, kelembagaan,

dan sistem serta praktek yang tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan di wilayah

tersebut yang umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Selain kerentanan,

faktor lain yang sering berpengaruh terhadap bencana adalah capacities (kapasitas

atau ketahanan). Faktor ini merupakan aspek positif dari situasi yang ada yang bila

dimobilisasi dapat mengurangi kerentanan dan mengurangi resiko wilayah terhadap

bencana. Salah satu hal yang penting untuk dilakukan agar terhindar dari bencana

alam adalah dengan menjaga kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu

perencanaan matang dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan fisik

Kerentanan suatu wilayah dibentuk oleh kondisi fisik atau lingkungan, sosial,

ekonomi, politik, kelembagaan, dan sistem serta praktek yang tidak memperhatikan

prinsip keberlanjutan di wilayah tersebut yang umumnya diakibatkan oleh kegiatan

manusia. Selain kerentanan, faktor lain yang sering berpengaruh terhadap bencana

Page 33: Kesehatan Lingkungan Bencana

adalah capacities (kapasitas atau ketahanan). Faktor ini merupakan aspek positif dari

situasi yang ada yang bila dimobilisasi dapat mengurangi kerentanan dan

mengurangi resiko wilayah terhadap bencana. Salah satu hal yang penting untuk

dilakukan agar terhindar dari bencana alam adalah dengan menjaga kualitas

lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu perencanaan matang dalam pengelolaan dan

pelaksanaan pembangunan fisik.

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia,

lempeng Samudera Hindia danSamudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanicarc) yang memanjang dari Pulau

Sumatera, Jawa - Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan

vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi

tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi,

gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia

merupakansalah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia,

lebih dari 10 kali lipattingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986). Gempa

bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan

gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipenga

ruhi oleh pergerakanlempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami.

Tsunami yang terjadi di Indonesiasebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa

tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerahseismik aktif lainnya (Puspito,

1994). Selama kurun waktu 1600?2000 terdapat 105 kejadiantsunami yang 90 persen

di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusangunung berapi

dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000). Wilayah pantai di Indonesia

merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat

Sumatera, pantaiselatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa

Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hamper seluruh

pantai di Sulawesi.

Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu

tahun 1600?2000, di daerah ini telah terjadi 32tsunami yang 28 di antaranya

diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah

laut.Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas

Page 34: Kesehatan Lingkungan Bencana

dan hujandengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup

ekstrim. Kondisi iklimseperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan

dan batuan yang relative beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan

kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisiitu dapat menimbulkan beberapa akibat

buruk bagi manusia seperti terjadinya bencanahidrometeorologi seperti banjir, tanah

longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan

meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidupcenderung semakin

parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana

hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih

berganti di banyak daerah di Indonesia. Pada tahun 2006 saja terjadi bencana

tanah longsor dan banjir bandang di Jember, Banjarnegara, Manado, Trenggalek

dan beberapa daerah lainnya.

Indonesia dikenal sebagai negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, letusan

gunung berapi, dll. Sejarah bencana yang tergolong besar di Indonesia seperti, pada

27 Agustus 1983 terjadi bencana alam berupa meletusnya gunung Krakatau di selat

sunda. Selain itu sejarah baru ditorehkan yaitu bencana alam gempa besar di Aceh

pada 26 December 2004, mengakibatkan tsunami berskala 8,7 pada skala Richter di

barat Aceh dan oleh dua gempa besar di Kepulauan Nicobar dan Andaman, India,

yang terjadi dalam selang waktu dua jam kemudian. Bencana ini menewaskan sekitar

150.000 penduduk di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Siklus managemen disaster antara lain tahap pencegahan dan mitigasi; tahap

kesiapsiagan; tahap tanggap darurat; tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap

pencegahan dan mitigasi dilakukan sebelum terjadinya bencana (pra-bencana).

Tujuan dari mitigasi bencana gempabumi ini adalah untuk mengembangkan strategi

mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan manusia dan alam sekitarnya

serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan biaya yang

diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh bahaya

gempabumi.. Tindakan yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah memasang

rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah rawan bencana,

mengembangkan sumber daya manusia satuan pelaksana, mengadakan pelatihan

penaggulangan bencana kepada warga, menyiapkan tempat penampungan sementara

Page 35: Kesehatan Lingkungan Bencana

di jalur-jalur evakuasi jiga bencana terjadi, memindahkan masyarakat yg tinggal di

wilayah bencana ke tempat yg aman.

Tahap kesiapsiagaan juga dilakukan seblum tejadinya bencana . Tahap ini

bertujuan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian

bencana.Tindakan yang dapat dilakukan dalam tahap kesiapsigaan adalah

penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana,

pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini,

pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap

darurat. Tahap tanggap darurat terjadi saat bencana itu terjadi, tahap ini sangat

penting dalam magemen peanggulangan bencana . Tahap tanggap darurat bertujuan

agar menyelamatkan kelangsungan kehidupan manusia, mengurangi penderitaan

korban bencana, meminimalkan kerugian material. Dalam tahapan ini serangkaian

kegiatan dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani

dampak buruk yang ditimbulkan. Kegiatan ini meliputi: penyelamatan dan evakuasi

korban maupun harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan saranaz. Tahap rehabilitasi

dan rekonstruksi merupakan tahap yg dilakukan setelah bencana tejadi (pasca

bencana) . Tahap ini berperan penting dalam pemulihan pasca bencana baik

infrastruktur maupun korban bencana.

Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan yaitu Cepat dan Tepat;

Prioritas; Koordinasi dan Keterpaduan; Berdaya Guna dan Berhasil Guna;

Transparansi dan Akuntabilitas; Kemitraan; Pemberdayaan; Non Diskriminatif; Non

Proletisi. Prinsip prinsip ini harus dilakukan agar proses penaggulangan bencana

berjalan baik dan lancer. Menurut laporan WHO, angka probabilitas kematian akibat

bencana setiap decade dari tahun 1951 sampai 2000 selalu menurun walaupun

jumlah kejadian bencana dan korban mengalami kenaikan. Demikian juga data

probabilitas kematian karena bencana gempa dari tahun 1960 sampai 2001 ikut

mengalami penurunan. Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh perkembangan

kedokteran disaster berupa peningkatan aktivitas pencegahan, mitigasi dan system

koordinasi, perubahan variasi alam, atau kombinasi antara menajemen dan sistem

koordinasi dengan perubahan variasi alam, tetapi dapat juga akibat data laporan tidak

Page 36: Kesehatan Lingkungan Bencana

memadai.Prinsip dasar penanggulangan bencana dapat dilakukan dengan cara

meniadakan bencana (preventif), meniadakan maupun mengurangi kerusakan yang

ditimbulkan bencana tersebut terhadap populasi dan lingkungan (terapi), atau

kombinasi preventif dan terapi. Untuk hal tersebut, tim harus memahami

patofisiologi atau mekanisme terjadinya disaster dari awal adanya hazard sampai

terjadinya disaster

Mereka harus dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan

kedokteran disaster agar tercapai pengelolaan atau manajemen yang tepat, efektif

dan efisien. Oleh sebab itu, tujuan manajemen setelah terjadi bencana adalah

pengembalian status kesehatan korban seperti semula atau melawan dampak bencana

terhadap kesehatan korban ataupun mencegah tidak terjadi bencana. Strategi

menajemen disaster yang harus dimiliki oleh tim adalah: (1) memodifikasi hazard

agar tidak terjadi bencana atau mengurangi faktor risiko sehingga terjadi

penguranganefek negatif pada masyarakat dan lingkungan; (2) mengurangi

kerawanan (vulnerability) dan kerentanan masyarakat dan lingkungan untuk masa

depan; dan juga (3) memperbaiki kesiapan menghadapi disaster agar kerusakan

minimal.1,7-,9 Dapat disimpulkan bahwa tim harus dapat melakukan pencegahan,

mitigasi, menghilangkan faktor risiko agar tidak terjadi bencana atau menyiapkan

masyarakat dan lingkungan agar tidak terjadi korban atau mengurangi kerusakan

sehingga tidak menimbulkan disaster.

Pada prinsipnya, manajemen dilakukan sejak sebelum bencana terjadi, bukan

pada saat dan setelah bencana menimpa. Tujuan manajemen bencana yang baik

adalah:

1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara melalui

tindakan dini (sebelum bencana terjadi).

Tindakan ini termasuk pencegahan. Tindakan ini efektif sebelum

bencana itu terjadi. Dalam kaitan bencana gempa bumi yang terjadi di

Yogyakarta, atau tsunami di Aceh, tindakan ini sudah terlambat. Tetapi

tindakan ini masih tetap efektif untuk mengantisipasi bencana yang bisa

terjadi di kemudian hari, termasuk bencana yang mungkin lebih besar akibat

ulah Gunung Merapi. Tindakan penghindaran biasanya dikaitkan dengan

beberapa upaya. Pertama, penghilangan kemungkinan sebab. Kalau bencana

Page 37: Kesehatan Lingkungan Bencana

itu bisa disebabkan oleh kesalahan manusia, tindakan penghilangan sebab

tentunya bisa dilakukan. Tetapi hal ini akan sulit bila penyebabnya adalah

alam yang memiliki energi di luar kemampuan manusia untuk melakukan.

Pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi tektonik,

misalnya, merupakan sebab yang sampai saat ini belum bisa diatasi o leh

manusia. Belum ada satu teknologi yang mampu menghambat pergeseran

lempeng bumi, atau mengatur pergeseran supaya bergerak pelan-pelan dan

tidak menimbulkan getaran hebat. Oleh karena itu, tindakan penghindaran

bencana alam lebih diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi kondisi,

yang dapat mewujudkan bencana. Contoh “kondisi” yang dimaksud adalah

struktur bangunan. Kondisi bangunan yang baik bisa meminimalisasi atau

menghilangkan risiko bencana.

Struktur bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa menyebabkan

bangunan tahan terhadap goncangan, sehingga kerugian manusia, fisik,

ekonomi, dan lingkungan bisa dihindari.

2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara berupa

kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila

bencana tersebut terjadi.

Tindakan meminimalisasi kerugian akan efektif bila bencana itu telah

terjadi. Tetapi perlu diingat, piranti tindakan meminimalisasi kerugian itu

telah dilakukan jauh sebelum bencana itu sendiri terjadi. Contoh, bencana

alam dengan cepat akan menimbulkan masalah pada kesehatan akibat luka

parah, bahkan meninggal. Maka tindakan minimalisasi yang harus dilakukan

sejak dini adalah penyebaran pusat-pusat medis ke berbagai wilayah, paling

tidak sampai ke tingkat kecamatanan.

Di Inggris, pemadam kebakaran disebar hingga ke tingkat distrik dan

kota (setara dengan kabupaten) dengan koordinasi di tingkat county (setara

dengan propinsi). Bila terjadi bencana kebakaran di satu lokasi, pemadam

kebakaran di berbagai daerah bisa dengan cepat dikerahkan sehingga

kerugian bisa diminimalisasi.

3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat

yang terkena bencana.

Page 38: Kesehatan Lingkungan Bencana

Ada juga yang menyebut tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan

utamanya adalah membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana

supaya bisa bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang

langsung dialami. Bantuan tenda, pembangunan kembali perumahan yang

hancur, memberi subsidi, termasuk dalam kategori ini. Tindakan yang juga

termasuk kategori ini adalah pemulihan kondisi psikis individu dan

masyarakat yang terkena bencana. Tujuannya adalah untuk mengembalikan

optimisme dan kepercayaan diri. Dengan sikap yang positif tersebut,

pemulihan individu dan masyarakat akan menjadi semakin cepat karena

korban secara aktif membangkitkan diri sendiri.

4. Untuk memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat

mengatasi permasalahan akibat bencana.

Perbaikan kondisi terutama diarahkan pada perbaikan infrastruktur

seperti jalan, listirk, penyediaan air bersih, sarana komunikasi, dan

sebagainya. Dalam kasus Yoygakarta, jalan merupakan salah satu

infrastruktur yang perlu mendapat perhatian sekalipun (tampaknya) tidak

terlalu parah. Selain itu, berbagai fasilitas masyarakat seperti pasar, terminal,

dan sejenisnya juga termasuk dalam tindakan ini untuk membuat perputaran

ekonomi masyarakat kembali bergulir.

5. Untuk mempercepat pemulihan kondisi sehingga individu dan masyarakat

bangkit ke kondisi sebelum bencana, atau bahkan mengejar ketinggalan dari

individu atau masyarakat lain yang tidak terkena bencana.

Perbaikan infrastruktur tidaklah cukup. Itu hanya mengembalikan ke

kondisi semula sehingga aktivitas ekonomi dan sosial berjalan sebagaimana

layaknya sebuah wilayah. Daerah yang terkena bencana menjadi jauh

tertinggal dibanding daerah lain. Kabupaten Bantul misalnya, telah

kehilangan banyak kesempatan untuk mengembangkan ekonominya. Itu

menyebabkan pertumbuhan ekonominya akan lambat. Apa yang perlu

dilakukan adalah penerapan berbagai kebijakan, termasuk kebijakan fiskal,

supaya orang tertarik untuk mengembangkan wilayah tersebut. Seperti yang

dilakukan pemerintah Jerman Bersatu pada saat baru menggabungkan diri

antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Salah satu bentuk tindakan yang

Page 39: Kesehatan Lingkungan Bencana

dilakukan pemerintah pada saat itu adalah memberi insentif pajak bagi

perusahaan yang bersedia menanamkan laba bersih mereka di wilayah Jerman

Timur. Pemerintah telah menetapkan bahwa yang memiliki tanggung jawab

terhadap pengelolaan bencana adalah lembaga pemerintah non departemen

(LPND) yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat

pusat. Sedangkan din tingkat daerah ada 29 buah BPBD di tingkat provinsi

dan 171 BPBD di tingkat Kabupaten / Kota. Untuk provinsi DKI, Papua dan

Riau belum ada BPBD Kabupaten / Kota. Sedangkan yang bertanggung

jawab terhadap masalah kesehatan pada korban bencana adalah kementerian

kesehatan : Krisis Center(Critical Center). Terdapat 9 regional (Jakarta,

Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Banjarmasin, Makasar

dan Manado) dan 2 subregional ( Padang dan Jayapura) krisis center.

Skala dan status bencana menurut UU nomor 24 tahun 2007, ditentukan oleh

presiden. Penentuan skala dan status bencana ditentukan berdasarkan kriteria jumlah

korban dan material yang dibawa oleh bencana, infrastruktur yang rusak, luas area

yang terkena, sarana umum yang tidak berfungsi, pengaruh terhadap sosial ekonomi

dan kemampuan sumber daya lokal untuk mengatasinya. Manajemen perkemahan

perlu didisain sebagai tempat pengungsian yang sehat, tertata rapih dan indah.

Lingkungan yang sehat yang memiliki sanitasi air, udara dan lingkungan pada

umumnya yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Tertata rapih dan indah yang

memungkinkan alur evakuasi dan transportasi korban serta penghuni pengungsian

melaksanakan mobilitas dan aktivitas sehari-hari. Pramuka sebagai masyarakat

awam khusus ditantang untuk dapat mengimplementasikan manajemen perkemahan

yang memenuhi syarat hidup sehat dan memudahkan mobilitas, bukan sekedar tenda

berdiri dan bisa digunakan untuk tidur. Aktivitas keseharian korban perlu segera

dinormalisasi, seperti warung atau pasar, sekolah, bekerja disamping aktivitas lain

yang juga besar yaitu membersihkan puing-puing reruntuhan atau material,

memperbaiki jalan dan sarana pembuangan limbah. Dapur umum dibuka untuk

melayani warga yang membutuhkan bantuan dengan tetap memperhatikan kearifan

lokal.

Reduksi stress atau trauma healing dilaksanakan sedini mungkin, terutama

pada anak-anak dan wanita hamil atau menyusui. Reduksi stres atau trauma healing

Page 40: Kesehatan Lingkungan Bencana

dilaksanakan sedini mungkin agar rehabibiltasi mental korban bencana bisa

dipulihkan untuk menerima kenyataan dan melakukann aktivitasnya yang baru.

Menanamkan nilai-nilai atau re-orientasi budaya termasuk didalam keterampilan

yang diperlukan untuk melanjutkan hidupnya.

Strategi re-orientasi budaya pada korban bencana dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Strategi akomodasi budaya

2. Strategi negosiasi budaya

3. Strategi restrukturisasi budaya

Strategi akomodasi budaya, dilakukan bila korban bencana telah memiliki

nilai-nilai, norma-norma dan perilaku yang positif untuk keberlanjutan hidupnya

dimasyarakat. Nilai, norma dan perilaku tersebut agar dipertahankan dan korban

bencana pada kategori ini perlu dilibatkan secara aktif dalam pemulihan korban

bencana yang lain. Pengalaman menolong korban bencana, mereka pada umumnya

memiliki persepsi yang menyempit, untuk itu bahasa yang mungkin tepat adalah

instruktif dengan persuasif yang santun. Strategi negosiasi budaya dilakukan bila

korban bencana telah memiliki nilai-nilai, norma-norma dan perilaku yang kurang

menguntungkan untuk keberlanjutan hidupnya di masyarakat. Misalnya, terdapat

korban bencana yang mempunyai kebiasaan merokok, pemenuhan kebutuhan

membeli rokok yang kurang menguntungkan tersebut perlu diganti dengan membeli

bahan makanan untuk dirinya dan keluarganya. Petugas trauma healing

menegosiasikan contoh-contoh budaya seperti ini. Strategi restrukturisasi budaya,

dilakukan bila korban bencana telah memiliki nilai-nilai, norma-norma dan perilaku

yang merugikan untuk keberlanjutan hidupnya di masyarakat. Misalnya, kebiasaan

tangan dibawah, malas berusaha, hobi mencuri barang milik orang lain. Pada siatuasi

ini, petugas merestrukturisasi budaya korban bencana dengan budaya baru yang jauh

lebih baik.

Bila ketiga strategi ini dapat diterapkan oleh petugas bencana, maka saat

memasuki tahap rekonstruksi akan lebih tertib dan pada saat telah tertata masyarakat

korban bencana memiliki budaya baru yang lebih unggul. Pada sisi ini, kita

memandang bencana sebagai peluang emas menata kembali budaya Indonesia yang

sudah mulai runtuh. Re-orientasi budaya perlu menjadi pertimbangan membangunan

Page 41: Kesehatan Lingkungan Bencana

Indonesia yang lebih baik agar mampu mandiri dan bersaing sehat serta cerdas

hidupnya.

Strategi persiapan berarti menyiapkan masyarakat, tim dan rumah sakit untuk

mengelola korban pasca bencana, kemampuan untuk mitigasi sesegera mungkin

terhadap korban, kemampuan mengurangi penderitaan dan meningkatkan

penyembuhan serta rehabilitasi. Persiapan juga meliputi sistem peringatan, evakuasi

dan relokasi tempat yang aman, persiapan makanan, obat, air bersih, pembiayaan,

tenda untuk korban, tenaga, dan latihan- latihan simulasi oleh tim, masyarakat dan

rumah sakit. Contoh persiapan daerah gunung Merapi di Yogjakarta dengan

melakukan evakuasi penduduk dan menentukan daerah/relokasi bila terjadi

peningkatan aktivitas Merapi dengan latihan simulasi di Rumah Sakit Sardjito.

Menghilangkan faktor risiko adalah membebaskan kemungkinan terjadinya efek

negatif, karena dari itu tim harus dapat memahami cara menghilangkan faktor risiko.

Faktor risiko disebut risk maker, seperti tumpukan salju di puncak gunung dapat

menjadi banjir dan tanah longsor apabila salju tersebut mencair. Beberapa penelitian

atau observasi menunjukkan perubahan prilaku binatang di daerah gunung Merapi

adalah pertanda atau peringatan akan peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Tim

harus dapat menghilangkan faktor risiko yang dibentuk oleh behavior pribadi, gaya

hidup, kultur, faktor lingkungan, karakteristik keturunan masyarakat yang

berhubungan dengan kesehatan. Sebagai contoh kecelakaan bus terjadi akibat para

supir sering mengkonsumsi minuman alkohol yang berlebihan, karena itu perlu

dilakukan pemeriksaan kadar alkohol dalam tubuh supir secara berkala agar

kecelakaan bus dapat dicegah atau dikurangi.

Tim perlu menentukan katagori korban pada pengelolaan disaster sebagai

berikut:

a. Korban Luka Ringan(walking wounded)

Umumnya korban luka ringan diakibatkan benturan atau himpitan benda

yang ringan. Korban meninggalkan daerah bencana ke tempat yang lebih aman atau

keluarga maupun masyarakat/relawan membawanya ke tempat pelayanan kesehatan

yang telah disediakan oleh tim maupun rumah sakit terdekat. Lesi kebanyakan adalah

kontusi, laserasi, fraktur maupun dislokasi, strain, sprain, trauma kepala ringan,

sindrom kompartemen dan adanya benda asing di luka seperti kayu, pasir atau

Page 42: Kesehatan Lingkungan Bencana

pecahan kaca. Tim harus dapat melakukan pengobatan pada korban seperti

perawatan luka, pemberian antibiotik, anti tetanus atau analgetik, immobilisasi dan

resusitasi serta pengobatan komorbiditas korban itu sendiri.

b. Korban Luka Berat atau Terhimpit oleh Benda Berat atau Bangunan

Korban luka berat atau korban terhimpit oleh benda berat atau bangunan

sangat memerlukan pertolongan resusitasi secepatnya. Artinya, tim harus mempunyai

ketrampilan melakukan resusitasi sebagai life-saving bersamaan dengan

pembebasankorban dari himpitan benda berat dan membawa ke tempat pelayanan

yang telah disiapkan. Khusus pada pembebasan korban yang terisolasi di tempat

reruntuhan akibat gempa harus selalu dibarengidengan prosedur resusitasi. Prosedur

ini memiliki beberapa kesulitan seperti posisi korban dan ruangan yang sangat

terbatas untuk melakukan manuver oksigenasi.

Oleh karena itu tim harus mempunyai ketrampilan dan alat khusus untuk

membebaskannya. Masalah lain yang perlu dipikirkan bila terhimpit bangunan

adalah stabilitas bangunan tersebut, karena sewaktu-waktu dapat roboh lagi. Bantul

adalah daerah dengan sistem arsitektur tradisional terdiri dari bambu dan kayu,

sebagian tembok tanpa beton bertulang. Kebanyakan korban kejatuhan bahan

tersebut atau tembok rumah yang lantai dasarnya beralas tanah sehingga terjadi

inhalasi debu pada korban. Keluarga korban atau tetangga yang tidak terluka secara

otomatis membebaskan korban dengan alat seadanya dan tanpa pengetahuan

kedokteran disaster. Korban segera dibawa ke tempat yang lebih aman atau ke

tempat pelayanan kesehatan yang telah dipersiapkan oleh tim tanpa memikirkan

resusitasi. Tim sebagai triase mengirim korban ke rumah sakit yang tidak sesuai

dengan pengetahuan life saving atau tanpa fasilitas yang memadai. Sebagian

masyarakat juga membawa korban ke rumah sakit dengan transportasi memakai

kendaraan pribadi, truk atau bus tanpa memikirkan pertolonganpertama. Terdapat

pula Isu yang mengakibatkan korban terlambat mendapatkan bantuan life saving,

seperti isu tsunami pada kejadian gempa di Yogyakarta,sehingga masyarakat yang

tidak terluka berusaha meninggalkan korban ke tempat yang lebih aman dan korban

meninggal tanpa pertolongan.

c. Masalah Jalan Napas dan Ventilasi

Page 43: Kesehatan Lingkungan Bencana

Tim harus segera mengamankan jalan napas (airway) dan ventilasi untuk

kebutuhan oksigen dan rehidrasi agar tidak terjadi komplikasi hidrasi. Menurut

laporan disaster di Kobe pada tahun 1995 dan gempa di Turki pada tahun 1999

ditemukan 12,9%-25% korban dengan trauma torak yang menimbulkan gangguan

pernapasan.Di Yogyakarta pada tahun 2006 ditemukan 63 korban akibat trauma

torak sehingga konsentrasi oksigen di jaringan berkurang. Tim harus dapat

mengidentifikasi adanya gas beracun, gas kimiawi, atau karbon monoksida maupun

inhalasi debu pada bencana gempa gunung berapi, gempa tektonik, tertimbun tanah

atau terperangkap di ruangan tertutup. Semua masalah tersebut dapat menimbulkan

kerusakan fungsi paru-paru atau gangguan pertukaran gas. Akibatnya korban

menjadi hipoksia, hiperkrabia, asidosis respirasi, syok, dan penurunan kesadaran

Korban harus diberi masker oksigen atau dilakukan intubasi dan mengukur

konsentrasi saturasi oksigen di perifer dengan oksimeter. Umumnya korban pada

posisi tertelungkup, ruang korban terbatas untuk melakukan intubasi, dan biasanya

korban tidak sadar (koma) atau setengah sadar tim harus mempunyai keterampilan

dan alat-alat khusus pada situasi tersebut. Banyak obat induksi pada intubasi

tergantung tekanan darah dan trauma kepala yang diderita korban. Tim sering

menggunakan thiopental, etomidate, ketamine dan succinylcholine. Obat-obat

tersebut perlu dipertimbangkan keuntungan dan kerugian terhadap komsumsi

oksigen di otak, aktivitas jantung dan respirasi serta kondisi vascular korban.

Penggunaan succinylcholine dapat menghasilkan paralysis, karena itu penggunaan

obat ini harus hati-hati.

d. Crush Syndrome

Tim harus memprediksi adanya crush syndrome pada korban akibat

kompressi dalam jangka waktu cukup lama oleh benda berat. Lebih dari 40% korban

disaster yang hidup menderita crush syndrome akibat tertimpa objek berat. Laporan

gempa di San Francisco, Armenia (1988), Iran (1990), gempa di Great Hanshin

Awaji, Jepang (1995), dan Marmara, Turki (1999) menemukan crush syndrome

sehingga ada yang membutuhkan dialisis dan meninggal. Ada juga laporan disaster

tidak menemukan kelainan tersebut seperti gempa di kota Meksiko pada tahun 1985

dan di Filipina pada tahun 1990.

Page 44: Kesehatan Lingkungan Bencana

Tim harus dapat mendiagnosis crush syndrome. Peningkatan keregangan otot

akan mempengaruhi permeabilitas sarkolema sehingga cairan ekstraselular dan hasil

metabolism masuk ke dalam sarkolema yang akan menimbulkan pembengkakan

selular dan gangguan fungsi sehingga berakhir kematian sel otot. Pembengkakkan

otot akanmenimbulkan sindrom kompartemen. Kematian intraselular dan otot masuk

kedalam sirkulasi. Akhir dari proses ini, korban akan mengalami hiperkalemia,

hipokalsemia, hiperfosfatemia, asidosis metabolik, dan myoglobinemia atau

myoglobinuria. Korban akan meninggal mendadak (cardiac arrest) atau gagal ginjal

akut (acute renal failure). Korban bencana gempa atau peperangan yang

menggunakan alat ledak hebat dapat menimbulkan crush syndrome, kerusakan berat

jaringan lunak dan otot, syok hipovolemik, dan infeksi. Oleh sebab itu, tujuan

manajemen korban crush syndrome adalah meningkatkan hidrasi dan pengeluaran

urin (diuresis) agar hasil metabolisme toksis dan mioglobin tidak menimbulkan gagal

ginjal akut dengan melakukan hemodialisis. Pengobatan rehidrasi adalah

memberikan cairan Ringer dengan dosis 20 ml/kg/jam untuk anak-anak dan dewasa

atau 10 ml/kg jam untuk orang tua atau 1 1.5 L pada jam pertama dikombinasi

dengan pemberian bikarbonas dengan dosis 44 mEg/per liter dan maksimum 300 ml

untuk korban yang mengalami anuri. Kadangkala dibutuhkan Mannitol bila

pengeluaran urin (output urine) < 200 ml/jam. Pemberian manitol 20% dengan

kombinasi Furosemide. Bila urin mulai keluar, infuse harus dikurangi. Tim harus

memonitor terapi dengan urin keluar, mengukur tekanan darah, dan memeriksa

konsentrasi oksigen perifer, respirasi dan auskultasi dada.

Tim harus dapat mengidentifikasi penyebab crush symdrome seperti

kerusakan otot masif akibat trauma, terlambatnya sampai di rumah sakit rujukan, dan

resusitasi tidak memadai selama transportasi dan di rumah sakit rujukan serta

ketrampilan personel tim sangat minimal.

e. Trauma Kepala

Trauma kepala akibat benturan atau terhimpit bangunan harus diprediksi

walaupun korban tak terlihat di dalam ruangan himpitan tersebut akan mengalami

hipoksia, hipertensi, dan dehidrasi. Tanda-tanda klinis trauma kepala adalah

penurunan kesadaran, tanda lateralisasi, dan konvulsi. Bila ada trauma kepala maka

Page 45: Kesehatan Lingkungan Bencana

tim selalu memperkirakan adanya trauma tulang belakang terutama daerah servikal

sampai tidak terbukti pada pemeriksaan berikutnya.

Tujuan pengobatan trauma kepala adalah mencegah agar tidak terjadi

hipoksemia dan menurunkan tekanan darah. Pengobatan prehospital trauma kepala

berat harus mencapai tekanan darah rata-rata 90-110 mmHg dengan saturasi (SaO2

=100%). Korban yang terhimpit benda berat perlu pemberian oksigen bahkan kalau

perlu dilakukan intubasi dengan prosedur hiperventilasi dengan menggunakan sedasi

narkotika. Bila terdapat gejala kejang-kejang, korban harus diberikan diazepam

intravenas 10 mg atau fenobarbital lebih dari 10 mg/kg dan diikuti 1mg/kg/ jam.

Menurunkan tekanan darah diberikan Mannitol intravenous 25-50 g dan Furosemide

20-40 mg tiap 4 jam. Obat antikovulsi jangan diberikan pada korban yang masih

terhimpit di bawah bangunan atau benda berat.

f. Hipotermia

Hipotermia perlu diperkirakan pada korban yang masih berada di bawah

himpitan benda berat atau bencana lainnya, karena sulit dikoreksi walaupun

temperatur lingkungan tinggi. Oleh karena itu, membuka pakaian korban untuk

melakukan pemeriksaan awal hanya dilakukan bila ada indikasi life-saving. Korban

harus segera diselimuti agar tidak terjadi hipotermia.

Hipotermia mempunyai keuntungan terhadap korban seperti daya pertahanan

tubuh korban meningkat tapi juga mempunyai kerugian terhadap kesehatan.

Temperature 32o - 33o C dapat mengurangi kerusakan neuronal setelah trauma

kepala, tetapi mempunyai efek negatif terhadap metabolisme dan fungsi hemostatik.

Kebutuhan oksigen meningkat, aktivasi platelet dan kerja enzim pembekuan darah

terhambat. Dapat disimpulkan hipotermia adalah faktor risiko independen kematian

awal korban disaster atau akibat himpitan. Penggunaan pemanasan, menyelimuti

korban, dan infuse cairan yang dipanaskan tidak dapat mencegah penurunan

temperatur korban.

g. Luka Bakar dan Inhalasi Debu

Luka bakar, inhalasi debu, dan kerusakan penglihatan mata pada korban yang

terhimpit atau akibat bencana ledakan gas dan listrik perlu jadi perhatian. Tim harus

dapat melakukan debridemen luka bakar kemudian menutup luka dengan kasa steril,

antibiotik dan profilaksis antitetanus seperti toksoid tetanus 0.5 ml dan life-saving.

Page 46: Kesehatan Lingkungan Bencana

h. Korban Mati

Kematian korban dan juga penyebab kematian merupakan dokumen yang

sangat beharga untuk dianalisis. Umumnya, penyebab kematian prehospital tidak

dapat ditentukan karena tim hanya terfokus pada morbiditas. Menurut Coupland 20

24% kematian mendadak dapat dicegah di lokasi disaster dengan manajemen yang

tepat dan terarah. Tim dan staf medis rumah sakit harus dapat mempersiapkan

transportasi mereka ke tempat yang disediakan guna mengurangi penumpukkan di

lokasi disaster tersebut.

Page 47: Kesehatan Lingkungan Bencana

BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik

oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Siklus managemen bencana terdiri dari pencegahan dan mitigasi;

kesiapsiagaaan; tanggap darurat; rehabilitasi dan rekonstruksi

3. Prinsip penanggulangan bencana antara lain cepat dan tepat; prioritas;

koordinasi dan keterpaduan; berdaya gunna dan berhasil guna; transparansi

dan akuntabilitas; kemitraan; pemberdayaan; non diskrimatif; non prolitisi

4.2. Saran

1. Dalam penaggulangan dan pencegahan bencana sangat dibutuhkan sinergi

dari semua pihak baik pemerintah, masyarakat, bahkan pihak swasta agar

tercapainya tujuan dari pencegahan dan penaggulangan bencana tersebut

2. Tindakan/kegiatan penanggulangan harus ditingkatkan lagi agar bisa

mengurangi dampak bencana tersebut

3. Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi harus benar-benar terealisasi dan

dilakukan sebaik-baiknya supaya dapat mengembalikan keadaan korban bisa

seperti semula, sebelum terjadinya bencana. Dan bahkan bisa menjadikan

korban menjadi pribadi yang lebih baik.

Page 48: Kesehatan Lingkungan Bencana

SOAL - SOAL

1. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau

faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis disebut ……..

a. Tsunami

b, Gempa bumi

c. Kerusuhan

d. Tanah longsor

e. Bencana

Jawaban : e. Bencana

Penjelasan :

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor

non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

2. Komponen-komponen yang mempengaruhi bencana atara lain, kecuali

a. Resiko

b. Bahaya

c. Pengungsi

d. Kerentanan

e. Kapasistas

Jawaban : c. Pengungsi

Penjelasan :

Komponen – komponen yang mempengaruhi bencana ada 4 antara lain Resiko,

bahaya, kerentanan, dan kapasitas

Page 49: Kesehatan Lingkungan Bencana

3. Sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas

membantu Presiden Republik Indonesia dalam: mengkoordinasikan perencanaan

dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu;

serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum,

pada saat, dan setelah terjadi bencana adalah ……..

a. KPK

b, BNPB

c. KPU

d. PSSI

e. MA

Jawaban : b. BNPB

Penjelasan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (disingkat BNPB) adalah

sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas

membantu Presiden Republik Indonesia dalam: mengkoordinasikan perencanaan

dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu;

serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum,

pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan,

penanganan darurat, dan pemulihan, dibentuk berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 8 Tahun 2008.

4. ………. adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencan.

a. Mitigasi

b. rehabilitasi

c. kesiapsiagaan

d. tanggap darurat

e. rekonstruksi

jawaban : b. rehabilitasi

Penjelasan :

Page 50: Kesehatan Lingkungan Bencana

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencan.

5. Lembaga Pemerintah Nonkementrian yang bertugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan adalah ……

a. BASARNAS

b. KPI

c. DPR

d. PERBASI

e. Komisi Yudisial

Jawaban : a. BASARNAS

Penjelasan :

Badan SAR Nasional (disingkat Basarnas) adalah Lembaga Pemerintah

Nonkementrian yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pencarian dan pertolongan

6. Undang undang Republik Indonesia No 27 Tahun 2007 mengatur tentang …….

a. Ketahanan Pangan

b. Penanggulangan Bencana

c. Pertahanan

d. Pengungsi bencana

e. Bantuan sosial

Jawaban : b. Penanggulangan bencana

Penjelasan :

Undang undang Republik Indonesia no 27 Tahun 2007 mengatur tentang

penanggulangan bencana

7. Prinsip-prinsip penanggulangan bencana antara lain, kecuali ……….

a. Diskrimatif

b. Prioritas

c. Kemitraan

Page 51: Kesehatan Lingkungan Bencana

d. Pemberdayaan

e. Non proletisi

Jawaban : a. Diskrimatif

Penjelasan :

Prinsip penanggulangan bencana antara lain cepat dan tepat; prioritas; koordinasi

dan keterpaduan; berdaya gunna dan berhasil guna; transparansi dan

akuntabilitas; kemitraan; pemberdayaan; non diskrimatif; non prolitisi

8. Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai

tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk

normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan

kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana disebut ……..

a. Rekonstruksi

b. Kerentanan

c. Rehablitasi

d. Bahaya

e.Disaster

Jawaban : c. Rehabilitasi

Penjelasan :

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau

masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan

sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek

pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana

9. Kegiatan kesiapsiagaan yaitu, kecuali …………

a. Perencanaan siaga

b. mobilisasi sumberdaya

c. pendidikan dan pelatihan

d. galadi atau simulasi

e. pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih

jawaban : e. pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih

Penjelasan :

Page 52: Kesehatan Lingkungan Bencana

Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah : (1) kemampuan menilai

resiko; (2) perencanaan siaga; (3) mobilisasi sumberdaya; (4) pendidikan dan

pelatihan; (5) koordinasi; (6) mekanisme respon; (7) manajemen informasi; (8)

gladi atau simulasi.

10. Tahap yang bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung

untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal serata sasaran

utama dari tahap ini adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan. Tahap

ini adalah tahap ………

a. Mitigasi

b. Kesiapsiagaan

c. Rekonstruksi

d. Tanggap darurat

e. Rehablitasi

Jawaban : d. Tanggap darurat

Penjelasan :

Tahap tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana

langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal.

Sasaran utama dari tahap tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan

pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap tanggap darurat ini, diupayakan pula

penyelesaian tempat penampungan sementara yang layak, serta pengaturan dan

pembagian logistik yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.

Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk

dari bencana.

Page 53: Kesehatan Lingkungan Bencana

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, A . 2013. “Penanggulanagan bencana” . Makalah pada Universitas

Sumatera Utara: Medan

2. Anonim . 2011. Modul 5 Surveilans dan managemen bencana. Pusat Kebijakan

dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada : Yogyakarta

3. Anonim. 2009. “Kedokteran Disaster” . Jurnal dari Bagian Bedah Orthopaedi

dan Traumatologi RS Dr. Sardjito :Yogyakarta

4. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010). Buku Panduan Pengenalan

Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia . Jakarta :BNPB

5. Badan Nasional Penaggulangan Bencana (2012). Pedoman Pengelolaan Data

dan Informasi Bencana Indonesia. Jakarta : BNPB

6. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral,RI (2009). Panduan Pengenalan

Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia.

7. Elnasai, A.S., Kim, S.J. Yun, G.J., and Sidharta, D, 2010, “The Yogyakarta of

May 27, 2006”, MAE Center Report No. 07- 02, University of Illinois at

Urbana- Champaign, 57 pp.

8. Emami MJ, Tavakoli, AR, Alemzadeh H, Abdimejad F, et al. 2009. Strategies in

Evaluation and Management of Bam Earthquake Victims. J Prehosp and Disast

Med .20(5):327-30.

9. Fadillah, Adi Yanuar . 2010 . Penentuan Variabel Bencana pada Universitas

Indonesia Jakarta : Tidak Diterbitkan

10. Gunn SWA. 2010. Multilingual Dictionary of Disaster Medicine and

International Relief. Boston: Kluwer Academic Publishers.p. 23-24

11. Haifani, Akhmad Muktaf. 2009. “Managemen Resiko Bencana Gempa Bumi”.

Jurnal pada Seminar Nasional IV Sumber Daya Teknologi N uklir :

Yogyakarta

12. Hidayat, Aep Nurul . 2014. “Pengertian Bencana”. Makalah pada Politeknik

TEDC Bandung : Bandung

Page 54: Kesehatan Lingkungan Bencana

13. Kertapati, E. K., Januari 2009; ”Aktivitas Gempabumi di Indonesia, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi”, Jurnal dari Badan Penelitian dan

Pengembangan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral : Jakarta

14. Oktiavenny, Rizky, 2010, “Definisi dan Jenis Bencana” ,Makalah pada

UNiversitas Negeri Yogyakarta , Yogyakarta

15. Paripurno, Eko Teguh. 2010. “Mereduksi Resiko Bencana dan Konflik dalam

Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Daya Alam” Jurnal dari UPN Veteran

Yogyakarta : Yogyakarta

16. Rahmat, Agus. 2009. “Manajemen dan Mitigasi Bencana” Jurnal dari Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat : Bandung

17. Republik Indonesia . 2007 . Undang undang no 27 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Benacana.

18. Saunder KO, Birnbaum ML. 2009. Health disaster Management Guidelines for

Evaluation and Research in the Utstein Style. Prehospital and Disaster Medicine

19. Set BAKORNAS PBP dan Gempa bumi dan Tsunami, Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi (2010). Buku Panduan Pengenalan Karakteristik

Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia Edisi 2. Jakarta : BNPB

20. Smith J, Greaves I. 2009. Crush injury and crush syndrome: A review. J Trauma

;54:S226-S230.

21. Sudiharto,SKp.M.Kes. 2011. “Managemen disaster” . Jurnal dari Badan

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan : Jakarta

22. UNISDR, 2009. ” Terminologi on Disaster Risk Reduction”. United Nations

International Strategy for Disaster Reduction: Geneva.

23. Widodo, Amien. 2010. “Belajar dari Bencana Luapan Lumpur Sidoarjo”. Jurnal

dari UPN Veteran Yogyakarta : Yogayakarta

24. Wilonoydho, Saratri. 2009. “Perencanaan Kota Berbasis Manajemen Bencana”.

Jurnal dari Universitas Negeri Semarang : Semarang

25. Wulan, Retno. 2014. “Epidemologi Bencana dan Kedaruratan" . Makalah pada

Universitas Jember : Jember

Page 55: Kesehatan Lingkungan Bencana

Indeks

A

Abrasi · 5

Aksi Teror · 6

Angin puting beliung · 5

B

Bahaya · 4, 6

Banjir · 4, 21, 22

bencana · 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,

16, 18, 19, 22, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,

34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 43, 45, 46, 47, 48, 49

Bencana alam · 3

Bencana nonalam · 3

Bencana sosial · 3

Berdaya Guna dan Berhasil Guna · 9, 31

biological hazards · 6

C

Cepat dan Tepat · 9, 31

chaos · 7

D

Demam Berdarah · 18

Diare · 16

disaster · 7, 8, 15, 16, 30, 31, 32, 37, 38, 39, 41, 42,

50

E

emergency · 7, 8, 16

environmental degradation · 6

erups · 4

F

fase pra bencana · 11

G

Gelombang pasang · 5

Gempa bumi · 4, 29, 50

geografis Indonesia · 29

geological hazards · 6

H

hazard · 3, 16, 32

hydrometeorological hazards · 6

I

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) · 18

K

Kapasitas · 7

Kebakaran · 4, 23

Kecelakaan industry · 5

Kecelakaan transportasi · 5

Kejadian Luar Biasa · 5

Kekeringan · 4

Kemitraan · 10, 31

Kerentanan · 6

Kesiap siagaan · 11, 12

Konflik Sosial · 5

Koordinasi dan Keterpaduan · 9, 31

L

Leptospirosis · 16, 17

Letusan gunung api · 4

M

man-made hazards · 6

Memburuknya penyakit kronis · 18

Page 56: Kesehatan Lingkungan Bencana

mitigasi · 8, 10, 12, 30, 31, 32, 37, 43

N

natural hazards · 6

Non Diskriminatif · 10, 31

Non Proletisi · 10, 31

P

Pemberdayaan · 10, 31, 50

Penanggulangan Bencana · 9, 10, 31, 35, 49

Pencegahan dan Mitigasi · 8

Penyakit Kulit · 17

Penyakit Saluran Cerna Lain · 18

pijar · 4

Prioritas · 9, 31

Psikosomatik · 16, 17

R

Rekonstruksi · 14

Resiko · 6

S

Sabotase · 6

T

Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi · 14

Tahap Tanggap Darurat · 13

Tanah longsor · 4

technological hazards · 6

Transparansi dan Akuntabilitas · 9, 31

Tsunami · 4, 27, 29, 50

V

vulnerability · 3, 7, 32