Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia tidak mungkin terlepas dari adanya gempa bumi. Gempa dapat terjadi disemua daerah. Beberapa lempeng bumi bertemu dan beradu atau berbenturan sejak dahulu, di kepulauan Indonesia ini. Banyak tempat rawan akan gempa dan tsunami di Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia secara geografis maupun geologi merupakan negara kepulauan yang terletak pada empat lempeng tektonik yang bertemuan, yaitu: lempeng Euroasia, Australia, Pasifik, dan Filipina. Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara tanggal 26 Desember 2004 lalu sangatlah luar biasa. Hempasan ombak yang merasuk jauh ke pantai menghancurkan daratan. Kota-kota yang terletak di sepanjang pantai Barat Aceh dan Sumatra Utara, terutama dari Banda Aceh hingga Meulaboh, dibuat porak poranda. Peristiwa ini menyebabkan kerusakan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Hampir 230,000 orang tewas 160,000 di Provinsi Aceh kebanyakan mereka adalah wanita dan anak-anak 1 . Masyakarat terkoyak, mata pencaharian hilang, keluarga, sekolah dan fasilitas kesehatan hilang terbawa arus besar. Selain itu, terdapat kerusakan skala besar dan sumber daya yang besar pula. Sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama dalam rehabilitasi daerah tersebut dan memulihkan dengan lebih baik. Tidak hanya Indonesia yang mengalami kerusakan akibat gempa 8,9 skala richter dengan episentrum di sekitar Meulaboh itu, tetapi juga negara-negara yang terletak di teluk Banggali dan juga jauh hingga Benua Afrika. Gempa bumi ini tergolong terbesar keempat sepanjang sejarah. Efek dari gempa bumi dan tsunami ini bukan hanya seketika, tetapi mendunia. Istilah tsunami begitu sering diungkapkan oleh warga. Selain itu dampak buruk tsunami yang diakibatkan oleh gelombang yang sangat dahsyat dengan ketinggian ketika masuk ke daratan bisa mencapai 15 meter dan kecepatan bagai pesawat tempur. Keadaan pesisir pantai pasca tsunami mengalami kerusakan, sebagian besar vegetasi pelindung kawasan pesisir mati akibat hantaman gelombang. Vegetasi yang mati meliputi hutan mangrove, hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah. Akibatnya, hutan 1 UNICEF Indonesia

Transcript of Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

Page 1: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia tidak mungkin terlepas dari adanya gempa bumi. Gempa dapat terjadi

disemua daerah. Beberapa lempeng bumi bertemu dan beradu atau berbenturan sejak dahulu,

di kepulauan Indonesia ini. Banyak tempat rawan akan gempa dan tsunami di Indonesia. Hal

ini dikarenakan wilayah Indonesia secara geografis maupun geologi merupakan negara

kepulauan yang terletak pada empat lempeng tektonik yang bertemuan, yaitu: lempeng

Euroasia, Australia, Pasifik, dan Filipina.

Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda Nanggroe Aceh

Darussalam dan Sumatra Utara tanggal 26 Desember 2004 lalu sangatlah luar biasa.

Hempasan ombak yang merasuk jauh ke pantai menghancurkan daratan. Kota-kota yang

terletak di sepanjang pantai Barat Aceh dan Sumatra Utara, terutama dari Banda Aceh

hingga Meulaboh, dibuat porak poranda.

Peristiwa ini menyebabkan kerusakan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Hampir 230,000 orang tewas — 160,000 di Provinsi Aceh — kebanyakan mereka adalah

wanita dan anak-anak1. Masyakarat terkoyak, mata pencaharian hilang, keluarga, sekolah

dan fasilitas kesehatan hilang terbawa arus besar. Selain itu, terdapat kerusakan skala besar

dan sumber daya yang besar pula. Sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama dalam

rehabilitasi daerah tersebut dan memulihkan dengan lebih baik. Tidak hanya Indonesia yang

mengalami kerusakan akibat gempa 8,9 skala richter dengan episentrum di sekitar Meulaboh

itu, tetapi juga negara-negara yang terletak di teluk Banggali dan juga jauh hingga Benua

Afrika.

Gempa bumi ini tergolong terbesar keempat sepanjang sejarah. Efek dari gempa

bumi dan tsunami ini bukan hanya seketika, tetapi mendunia. Istilah tsunami begitu sering

diungkapkan oleh warga. Selain itu dampak buruk tsunami yang diakibatkan oleh

gelombang yang sangat dahsyat dengan ketinggian ketika masuk ke daratan bisa mencapai

15 meter dan kecepatan bagai pesawat tempur.

Keadaan pesisir pantai pasca tsunami mengalami kerusakan, sebagian besar vegetasi

pelindung kawasan pesisir mati akibat hantaman gelombang. Vegetasi yang mati meliputi

hutan mangrove, hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah. Akibatnya, hutan

1 UNICEF Indonesia

Page 2: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

2

kawasan pesisir yang rusak tersebut secara alami juga akan mengalami perubahan. Hal ini

disebabkan karena pusat terjadinya gempa berada di sekitar Samudera Hindia (Suryawan

dan Mahmud, 2005). Secara fisik hutan mangrove berfungsi sebagai peredam hempasan

gelombang.

Banyak orang menjadi sangat takut dengan tsunami, seperti semua gempa yang

terjadi segera dianggap dan dihubungkan dengan akan terjadinya gelombang tsunami. Dari

hal ini menjadi penting agar segera melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi mengenai

bencana alam yang benar kepada masyarakat. Masyarakat dipersiapkan dan diwaspadai

terhadap setiap ancaman yang akan terjadi. Akan tetapi, sikap ini harus disertai dengan

pemahaman yang benar. Saatnya secara sadar diberikan pengajaran kepada seluruh

masyarakat tentang apa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana, karena

pemahaman yang keliru bukan hanya merugikan, tetapi dapat membahayakan diri sendiri.

Bencana berlalu, namun masih menyisahkan duka yang mendalam menyelimuti

Indonesia. Banyaknya korban jiwa, yang telah terindetifikasi maupun hanyut dilaut luas.

Bukan hanya itu, kehancuran sendi-sendi perekonomian di Aceh serta permasalan

lingkungan yang sangat kompleks. Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.

Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang

serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi bertujuan

membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Karya ilmiah ini akan dibagi beberapa pokok masalah berdasarkan uraian latar

belakang di atas, yaitu:

Siklus tsunami

Kerusakan pasca tsunami

Upaya-upaya penanggulangan pasca tsunami

Upaya perencanan tata ruang pasca tsunami

1.3 Tujuan

Berdasarkan pada latar belakang, maka makalah ini bertujuan untuk dapat

memahami bagaimana siklus tsunami, bagaimana karusakan pasca tsunami yang berdampak

pada kesehatan lingkungan serta kesehatan korban. Selain itu memberikan informasi upaya-

upaya penanggulangan pasca tsunami dan mengetahui upaya perencanan tata ruang pasca

tsunami .

Page 3: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

3

Dengan demikian kita sebagai warga negara Indonesia dapat paham ataupun

mengenal kriteria bencana dalam negaranya sendiri. Selain itu, kita juga dapat menilai dan

menganalisis bagaimana perkembangan serta pengawasan akan bencana yang akan terjadi

maupun yang telah terjadi.

1.4 Manfaat

Penulisan makalah ini diaharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pembaca

atas pemberikan informasi ini, serta memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih rinci

kepada pembaca terutama dengan adanya tafsir ilmi yang dapat menambah ketaqwaan kita

kepada Sang Pencipta atas tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang dapat

dipahami oleh orang-orang yang berakal.

Hal ini telah dijelaskan pada surah Āli ‘IMRĀN (3:190) “Sesungguhnya dalam

penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi

orang-orang yang berakal,”

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis serta pembacanya.

Page 4: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Bencana

Bencana adalah suatu kejadian peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor

alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Bencana Alam ialah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

Daerah rawan bencana yaitu Suatu daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap suatu

bencana akibat kondisi geografis, geologis, dan demografis serta akibat ulah manusia.

Sedangkaan rawan bencana merupakan kondisi atau karakteristik geologis, biologis,

hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada

suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang Pedoman Teknis xvi Penanggulangan Krisis

Kesehatan Akibat Bencana mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai

kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

2.2. Sejarah singkat bencana alam terbesar di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, maupun

letusan gunung berapi dll. Sejarah bencana yang tergolong besar di Indonesia seperti, pada

27 Agustus 1983 terjadi bencana alam berupa meletusnya gunung Krakatau di selat sunda.

Selain itu sejarah baru ditorehkan yaitu bencana alam gempa besar di Aceh pada 26

December 2004, mengakibatkan tsunami berskala 8,7 pada skala Richter di barat Aceh dan

oleh dua gempa besar di Kepulauan Nicobar dan Andaman, India, yang terjadi dalam selang

waktu dua jam kemudian. Bencana ini menewaskan sekitar 150.000 penduduk di kawasan

Asia Tenggara dan Asia Selatan.

2.3. Jenis Kegiatan atau Upaya Penanggulangan Pasca Bencana

Penanggulangan Bencana adalah Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan

pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap

darurat dan rehabilitasi.

Page 5: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

5

Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah Serangkaian kegiatan bidang

kesehatan untuk mencegah, menjinakkan (mitigasi) ancaman/bahaya yang berdampak

pada aspek kesehatan masyarakat, mensiapsiagakan sumber daya kesehatan, menanggapi

kedaruratan kesehatan, dan memulihkan (rehabilitasi), serta membangun kembali

(rekonstruksi) infrastruktur kesehatan yang rusak akibat bencana secara lintas‐program

dan lintassektor.

Rehabilitasi adalah Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau

masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran

utama untuk normalisasi atau berjalannya secara Pedoman Teknis xxiv Penanggulangan

Krisis Kesehatan Akibat Bencana wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan

masyarakat pada wilayah pasca bencana.

Rekonstruksi adalah Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan

pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan

sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,

tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala

aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

2.4. Jenis-jenis kegiatan waspada bencana

Kegiatan Pencegahan Bencana adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai

upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.

Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana

dan/atau bila memungkinkan meniadakan sebagian atau seluruh bencana yang mungkin

terjadi.

Mitigasi adalah Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

bencana.

Kesiapsiagaan adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi

bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya

guna.

Penilaian risiko adalah Suatu evaluasi terhadap semua unsure yang berhubungan dengan

pengenalan bahaya serta dampaknya terhadap lingkungan tertentu.

Page 6: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gempa besar pemicu tsunami di NAD dan Sumut

Dalam Al-Qur’an telah diberikan penjelasan tentang bumi yang bergerak dan sering

menimbulkan gempa bumi, Allah SWT member beberapa isyarat dan petunjuk, misalnya

dalam QS az-Zalzalah (99:1-4)

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Apabila bumi digoncangkan

dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang

dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", pada hari itu

bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang

sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan

bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat

(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia

akan melihat (balasan)nya pula.

QS az-Zalzalah (99:1-4)

Menurut peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi dan Geofisika, gempa berskala

kecil dan besar banyak melanda Indonesia, mulai dari Nusa Tenggara hingga Sumatera. Pusat

gempa sebagian besar di perairan yang relatif dekat dengan pulau-pulau tersebut. Hal ini

berhubungan dengan adanya pertemuan lempeng benua di dasar laut, dan diketahui bahwa

sebagai tempat bertemunya tiga lempeng benua terdapat di bawah perairan Indonesia. tiga

lempeng benua tersebut ialah, lempeng Hindia atau Indo-Australia di sebelah selatan,

lempeng Eurasia di utara, dan lempeng Pasifik di timur.

Page 7: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

7

Gempa yang terjadi di perairan barat Nanggroe Aceh Darussalam, Nicobar, dan

Andaman, hari minggu 26 Desember lalu merupakan akibat dari interaksi lempeng Indo-

Astralia dan Eurasia. Gempa-gempa besar pada skala magnitudo 5,8 hingga 9,0 berpusat di

dasar laut pada kedalaman 10 kilimeter tergolong gempa dangkal, namun telah

menimbulkan gelombang tsunami yang menerjang wilayah pantai di Asia Tenggara dan

Asia Selatan, yang berada di sekitar tiga pusat gempa tersebut

Gempa berskala besar, kata Dr.Prih Haryadi kepala Pusat Sistem Data dan Informasi

Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), menimbulkan patahan berdimensi

ratusan kilometer jaraknya dari pusat gempa hingga memicu gempa lain. Gempa di Aceh

menimbulkan dampak kegempaan hingga radius 200 kilometer. Diantaranya memicu gempa

di Kepulauan Nicobar di sebelah utara pusat gempa pada jarak 550 kilometer serta

mengguncang Pulau Andaman.

Selain menimbulkan getaran yang kuat, gempa kali ini juga menyebabkan timbulnya

deformasi vertikal di sumber gempa. Deformasi berupa penurunan permukaan dasar laut

tersebut mengakibatkan penjalaran energi kinetik menjadi gelombang tsunami di pantai.

Daerah yang rawan tsunami adalah daerah yang berpantai landai dan berupa teluk. Pada

daerah teluk, energi gelombang terperangkap hingga naik ke darat.

Ancaman gempa tsunami berada sepanjang pertemuan lempeng mulai dari timur

kepulauan Maluku, selatan Nusa Tenggara dan Jawa, hingga barat Sumatera. Umumnya,

gempa subduksi di laut yang berkekuatan minimal 6,2 pada skala Richter sudah dapat

menimbulkan gelombang tsunami. Namun, yang lebih kecil dari itupun dapat menimbulkan

gelombang pasang, bergantung pada lokasinya dan pola subduksi serta topografi dasar laut.

Gempa di Meulaboh dilaporkan bukan saja telah menimbulkan tsunami di daerah

barat NAD, tetapi juga menerjang pulau Sabang. Gempa di Nicobar yang berkekuatan 7,3

skala Richter ini yang dipicu oleh gempa meulaboh, dan gempa tersebut pula menyebabkan

timbulnya tsunami di Songla dan Phuket (Thailand),menurut perkiraan Dr.Prih.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr. Heri Haryono, gempa yang

posisinya di dekat Pulau Simeulue (NAD) itu terjadi karena mekanisme kompresi atau

subduksi, yaitu lempeng Samudra Hindia menujam bagian bawah lempeng Asia Tenggara

(yang merupakan subduksi lempeng Benua Eurasia). Karena hal yang terjadi adalah gempa

subduksi, yang menyebabkan menunnya permukaan dasar laut di tempat pertemuan lempeng

tersebut, maka akan timbul gelombang laut yang merambat dan menerjang pantai di

dekatnya.

Page 8: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

8

Sebelum penurunan permukaan dasar laut, terjadi pecahnya batuan dibawah lempeng

benua yang tidak kuat menahan subduksi lempeng dan terjadi pergeseran. Dengan adanya

pergeseran, tiba-tiba menimbulkan guncangan tanah (gempa bumi) disertai pelentingan

batuan, terjadi di bawah pulau dan dasar laut. Hal ini menggoyangkan air laut hingga

menimbulkan gelombang laut yang lebih akrab disebut sebagai tsunami. Tsunami biasanya

ditandai dengan air laut yang surut setelah gempa bumi. Beberapa menit setelah pantai surut

terjadilah gelombang membalik yang sangat besar.

Gambar 1 Proses Terjadinya Gempa Dan Stunami

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, ayat pertama Surah az-

Zalzalah dengan amat jelas menyebutkan goncangan bumi akibat gempa bumi yang dahsyat.

Gempa bumi dengan magnitude sekitar 9,2 seperti terjadi di Provinsi Nangroe Aceh

Darussalam (NAD) yang menimbulkan tsunami, menghancurkan dalam sekejap sebagian

wilayah NAD dan bahkan menerjang sebagian pantai dikawasan lautan hindia. Dasar laut

terkoyak dengan panjang hamper 1000 km.

Pada ayat kedua dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang

dikandung)nya, secara ilmiah memang demikian keadaanya seperti pembahasan diatas yang

telah dijelaskan oleh para ahli mengenai pecahnya batuan bawah lempeng akibat subduksi.

Kemudian ayat ketiga, Dan manusia bertanya, “apa yang terjadi pada bumi ini?”.

Pertanyaan ini sering terucapkan ketika terjadi gempa bumi. Saat gempa bumi dahsyat di

Page 9: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

9

Aceh, hamper semua berfikir dan bertanya apakah ini kiamat?. Selanjutnya pada ayat

keempat Allah berfirman “ Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya”. Peristiwa gempa

bumi dapat terekam dalam tubuh batuanatau ditubuh tanah (soil). Berita-berita yang

tersimpan dalam formasi geologi itu dibaca kembali oleh para ahli geologi, seperti tubuh

fosil terumbu karang ataupun tsunami yang terekam pada bentuk endapan sendimen.

Sebagian mufassir memahami ayat 1-4 QS az-Zalzalah sebagai gambaran awal

kiamat, sebagian lain berpendapat bahwa itu merupakan gambaran yang dapat terjadi

sekarang, sebelum kiamat sebagai peringatan bagi manusia.

3.2 Berbagai permasalah pada kesehatan lingkungan pasca tsunami

Peristiwa besar yang dialami daerah Nanggro Aceh Darussalam (NAD) 26 Desember

2004 lalu, tetutama dalam permasalahan kesehatan. Permasalahan yang ada sangatlah

beragam, seperti terganggunya kesehatan masyarakat Aceh maupun kesehatan lingkungan

setelah terjadinya tsunami. Dalam hal ini akan lebih banyak pembahasan mengenai

kesehatan lingkungan, karena faktor penyebab yang paling banyak mempengaruhi kesehatan

korban ialah adanya gangguan lingkungan yang diakibatkan oleh gelombang besar tsunami.

Selain itu, lingkungan sekitar harus segera di perbaikan darurat (sementara) untuk

pengungsian, pelayanan kesehatan maupun kegiatan lainnya yang dibutuhkan bagi para

korban.

Gangguan kesehatan lingkungan serta dampaknya.

a. Jenazah dan bangkai hewan

Menurut buku terbitan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), Environmental Health

in Emergencies and Disaster: a Practical Guide, menggungkapkan bahwa jenazah

umumnya tidak menimbulkan gangguan kesehatan serius, kecuali jika mencemari sumber

air minum dengan tinja atau terinfeksi oleh tifus atau pes yang bisa disebarkan lalat atau

kutu

Jenazah tidak menimbulkan ancaman kesehatan jika ditangani secara benar,

dikarenakan kuman penyakit tidak bertahan lama dalam tubuh manusia yang telah mati,

kecuali HIV yang bisa bertahan sampai enam hari. Selain itu, petugas yang menangani

jenazah berisiko tertulartuberkulosis, penyakit yang menular lewat darah (hepatitis B dan C

serta HIV) serta infeksi pencernaan. Tuberkilosis bisa menular melalui udara jika kuman

terbang ke udara dari sisa udara di paru jenazah, paparan penyakit melalui darah terjadi jika

ada kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah korban.

Page 10: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

10

Sedangkan infeksi pencernaan terjadi karena pada umumnya jenazah mengekuarkan

tinja. Penularan kuman bisa terjadi jika petugas tidak mencuci tangan dengan sabun secara

bersih. Mayat yang mencemari sumber air juga bisa menyebabkan infeksi pencernaan.

b. Kondisi tempat pengungsian

Terbatasnya tempat pengungsian terutama dalam hal daya tampung korban,

menjadikan banyaknya orang berkumpul dipenampungan, keadaan yang lelah, stress

ditambah cuaca dingin, berangin, dan hujan akan memudahkan terjadinya wabah infeksi

saluran pernapasan, mulai dari pilek, bronchitis, sampai pneumonia (radang paru). Masalah

tuberkolusis juga bisa bertambah dalam jumlah dan keparahan.

c. Sanitasi air

Adanya genangan air dan kotoran sisa bencana serta kekurangan pasokan air bersih

merupakan beberapa pencemaran air yang terjadi pasca bencana tsunami. Selain itu

menurunnya kualitas kebersihan akan menimbulkan berbagai penyakit kulit.

Menurut salah satu pengajar di Department Kedokteran Komunitas FKUI,

gelombang laut yang membanjiri dan menyapu berbagai kotoran berpotensi mencemari

sumber air bersih. Karena itu, perlu diwaspadai penyakit yang ditimbulkanoleh tercemarnya

air (waterborne disease), seperti diare atau muntaber dan kolera.

d. Pencemaran makanan dan minuman

Menurut sebuah artikel mengenai dampak tsunami terhadap hygiene sanitasi

makanan dan air, terbitan media Media Litbang Kesehatan. Terdapat laporan Kejadian Luar

Biasa (KLB), kasus keracunan makanan diderah Tanah Pasir yang menyebabkan 274

penderita mengalami keracunan makanan. Jumlah penderita yang dirawat sebanyak 38 orang

dengan tanda-tanda pusing, dan muntah. Dari hasil penelitian dampak tsunami terhadap

higiene dan sanitasi tempat pengolahan makanan di beberapa Barak pengungsi Nanggroe

Aceh Darussalam antara lain, 166 spesimen diperiksa ternyata 35,5% terkontaminasi kuman

pathogen. Perilaku penjamah 55,1% belum melakukan higiene sanitasi dengan benar,

kemungkinan disebabkan kondisi rumah/tempat tinggal (barok) masih dalam keadaan

darurat. kondisi barak satu dengan barak lain hanya dibatasi oleh dinding, 5-12 keluarga

menggunakan dapur bersama-sama, sehingga kemungkinan terjadi pertukaran/pinjam

meminjam alat masak. Kemudian dari hasil pemeriksa laboratorium, penyebab keracunan

makanan tersebut adalah kuman Staphylococcus aureus dan keracunan zat kimia nitrit.2

2 Pusat penelitian biomedis dan farmasi

Page 11: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

11

Terjadinya keracunan dapat disebabkan oleh tercemarnya air yang digunakan untuk

mengolah ataupun mencuci bahan dan peralatan makanan/masak atau oleh faktor lain,

seperti sarana dan prasarana tempat pengolahan makanan, pemilihan bahan, serta cara

penyajian yang tidak higienis.

Gambar 2. Gangguan Kesehatan Lingkungan( Penyebab Polusi Dan Penyakit Pascabencana)

3.3 Upaya penanggulanagan dan pencegahan permasalahan kesehatan pasca

tsunami

a. Penanganan jenazah

Petugas yang menangani jenazah harus memerhatikan pencegahan universal untuk

menghindari tertular penyakit dari darah dan cairan tubuh ataupun faktor lain-lain. Pengurus

jenazah sebaiknya menggunakan alat pelindung diri, seperti baju pelindung, sarung tangan,

sepatu bot, topi, masker dan lainnya. Untuk menghindari ancaman tertular hepatitis A, B, C,

para petugas perlu mendapat vaksinasi terhadap penyakit tersebut. Setelah mengurus

maupun mengubur jenazah serta sebelum makan, petugas perlu mencuci tangan dengan

sabun. Peralatan seperti usungan mayat dan kendaraan harus dibersihkan dan diberi

disinfektan secara rutin.

Menurut panduan teknis WHO mengenai penanganan jenazah setelah bencana,

bahwa syarat lokasi pemakaman sedikitnya 30 meter dari sumber air minum dan dasar

kuburan 1,5 meter di atas permukaan air tanah.

Page 12: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

12

b. Perbaikan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih

Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan, Allah SWT telah memberikan

banyak penjelasan tentang air dan peranannya sebagai zat yang vital untuk kehidupan.

Dijelaskan dalam QS Az-Zumar (39:21), peranan air.

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit,

maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air

itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu

melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang

yang mempunyai akal. QS Az-Zumar (39:21)

Pada QS Al-Baqarah (2:29), Allah SWT juga menjelaskan bahwa Allah telah menyediakan

semua yang ada di bumi ini untuk dimanfaatkan manusia.

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak

(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala

sesuatu. QS Al-Baqarah (2:29)

Dengan demikian, masyarakat pengungsi harus dapat terjangkau oleh ketersediaan

air bersih yang memadai untuk memelihara kesehatannya. Pada tahap awal kejadian bencana

atau pengungsian ketersediaan air bersih perlu mendapat perhatian, karena tanpa adanya air

bersih sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan meningkatkan risiko terjadinya

penularan penyakit.

Page 13: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

13

Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh air bersih yang

sudah memenuhi persyaratan, oleh karena itu apabila air yang tersedia tidak memenuhi

syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis, perlu dilakukan:

buang atau singkirkan bahan pencemar;

lakukan penjernihan air secara cepat apabila tingkat kekeruhan air yang ada cukup

tinggi;

lakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan bahan bahan

desinfektan untuk air;

periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM;

lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik‐titik distribusi.

Tujuan utama perbaikan dan pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah

timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan.

Bilamana air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis

dapat dilakukan upaya perbaikan kualitas air antara lain sebagai berikut:

Penjernihan air cepat, menggunakan:

1) Alumunium sulfat (tawas)

Cara penggunaan:

o sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember 20 liter;

o tuangkan/campuran tawas yang sudah digerus sebanyak ½ sendok teh dan langsung

diaduk perlahan selama 5 menit sampai larutan merata;

o diamkan selama 10–20 menit sampai terbentuk gumpalan/flok dari kotoran/lumpur

dan biarkan mengendap. pisahkan bagian air yang jernih yang berada di atas endapan,

atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan;

o bila akan digunakan untuk air minum agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih

atau didesinfeksi dengan aquatabs.

2) Poly Alumunium Chlorida (PAC)

Lazim disebut penjernih air cepat yaitu polimer dari garam alumunium chloride yang

dipergunakan sebagai koagulan dalam proses penjernihan air sebagai pengganti alumunium

sulfat. Kemasan PAC terdiri dari:

a) Cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran/ lumpur yang

ada di dalam air;

b) Bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk menetralisir pH.

Page 14: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

14

Cara penggunaan:

sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember sebanyak 100 liter;

bila air baku tersebut ph nya rendah (asam), tuangkan kapur (kantung bubuk putih)

terlebih dahulu agar ph air tersebut menjadi netral (pH=7). bila ph air baku sudah

netral tidak perlu digunakan lagi kapur;

tuangkan larutan pac (kantung a) kedalam ember yang berisi air lalu aduk perlahan

lahan selama 5 menit sampai larutan tersebut merata;

setelah diaduk merata biarkan selama 5 – 10 menit sampai terbentuk gumpalan/flok

flok dari kotoran/lumpur dan mengendap. pisahkan air yang jernih dari endapan atau

gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan;

bila akan digunakan sebagai air minm agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih

atau di desinfeksi dengan aquatabs.

c. Pengendalian kesehatan lingkungan pengungsian

Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi

pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta

pengawasan makanan dan minuman. Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam

upaya pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti

lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan pengendalian vektor dapat berupa

penyemprotan, biological control, pemberantasan sarang nyamuk, dan perbaikan

lingkungan.

Banyaknya tenda‐tenda darurat tempat penampungan sementara para pengungsi yang

diperkirakan belum dilengkapi dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar yang sangat

diperlukan, akibatnya banyak kotoran dan sampah yang tidak tertangani dengan baik dan

akan menciptakan breeding site terutama untuk lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini

akan menambah faktor resiko terjadinya penularan berbagai penyakit.

Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan mengeringkan atau

mengisi situs, pembuangan sampah secara teratur, menjaga tempat penampungan

bersih, dan kebersihan.

b) Pengendalian secara mekanis: menggunakan bednets, perangkap, penutup makanan

c) Pengendalian biologis: menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva,

seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila, ikan mas, guppies), Bakteri (bacillus

thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap larva dan Pakis

mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain‐lain

Page 15: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

15

d. Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman

Dalam pengelolaan makanan dan minuman pada bencana (untuk konsumsi orang

banyak), harus memperhatikan kaedah hygiene sanitasi makanan dan minuman (HSMM),

untuk menghindari terjadinya penyakit bawaan makanan termasuk diare, disentri, korela,

hepatitis A dan tifoid, atau keracunan makanan dan minuman, berdasarkan pedoman WHO

Ensuring food safety in the aftermath of natural disasters antara lain yaitu:

1) semua bahan makanan dan makanan yang akan didistribusikan harus sesuai untuk

konsumsi manusia baik dari segi gizi dan budaya;

2) makanan yang akan didistribusikan sebaiknya dalam bentuk kering dan penerima

mengetahui cara menyiapkan makanan;

3) stok harus dicek secara teratur dan pisahkan stok yang rusak;

4) petugas yang menyiapkan makanan harus terlatih dalam higiene dan prinsip

menyiapkan makanan secara aman;

5) petugas yang menyiapkan makanan sebaiknya tidak sedang sakit dengan gejala berikut :

sakit kuning, diare, muntah, demam, nyeri tenggorok (dengan demam), lesi kulit

terinfeksi atau keluarnya discharge dari telinga, mata atau hidung;

6) petugas kebersihan harus terlatih dalam menjaga dapur umum dan area sekitarnya tetap

bersih;

7) air dan sabun disediakan untuk kebersihan personal;

8) makanan harus disimpan dalam wadah yang melindungi dari tikus, serangga atau hewan

lainnya;

9) daerah yang terkena banjir, makanan yang masih utuh harus dipindahkan ke tempat

kering;

10) buanglah makanan kaleng yang rusak, atau bocor;

11) periksa semua makanan kering dari kerusakan fisik, tumbuhnya jamur dari sayuran,

buah dan sereal kering;

12) air bersih untuk menyiapkan makanan; dan

13) sarana cuci tangan dan alat makan harus disiapkan.

Sebagai tambahan, WHO juga mengeluarkan panduan kunci keamanan pangan

(WHO Five Keys for Safer Food) :

1) jaga kebersihan makanan;

2) pisahkan bahan mentah dan makanan yang sudah dimasak;

3) masak secara menyeluruh;

Page 16: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

16

4) aga makanan pada suhu aman;

5) gunakan air dan bahan mentah makanan yang aman.

Termasuk dalam hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan

faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat

menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.

3.4 Perencanaan NAD pasca tsunami

Untuk mengurangi dan meredam timbulnya korban dan kerugian harta benda akibat

proses geologi yang tidak berhenti tersebut, perlu dilakukan mitigasi. Upaya mitigasi itu

antara lain menyiapkan data dan informasi daerah rawan gempa dan tsunami, pemerintah

menata daerah rentan tinggi dengan menata ulang lokasi, menyosialisasi pemahaman dan

bencana gempa dan tsunami, masyarakat perlu menyadari bahwa mereka bertempat tingal di

derah rentan bencana, memehami aktivitas apa yang harus dihindarkan sesuai dengan sifat

serta jenis bencana tersebut, dan mengetahui cara menyelamatkan diri,

Beberapa dosen dari Institut Teknologi Bandung dari departemen Teknik Geologi,

yaitu Deny Juanda, Budi Brahmantyo, dan Bandono, serta dari Departemen Perencanaan

Wilayah dan Kota, yaitu Johny Patta dan Andi Oetomo, rabu (5/1) di gedung Rektorat ITB,

menyampaikan sejumlah usulan dan pemikiran yang bisa dilakukan pemerintah serta semua

pihak untuk membangun kembali Banda Aceh.

Budi mengatakan, Aceh merupakan daratan yang datar dengan tanah alluvial yang

terbentuk karena endapan. Derah yang datar menjadikannya ideal unuk dijadikannya ibu

kota karena daerah datar sangat baik untuk dibangun dan diakses diwilayah lain cenderung

terbuka. Namun, Banda Aceh juga rawan bencana. Selain itu, menurut Deny, Aceh diapit

dua patahan. Kedua daerah patahan lebih tinggi dari Aceh. Sehingga menjadi faktor

penyebab wilayah ini rawan gempa dan rawan tsunami karena terdapat pantai.

Dengan demikian, apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai

kota yang multi bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat

memperkecil dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu memperkecil jumlah korban

saat bencana terjadi dimasa mendatang.

Kontruksi tahan gempa

Bilamana melihat ke negara Jepang yang sering dilanda gempa, fondasi rumah

penduduknya disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya. Pada umumnya rumah-rumah

disana terdiri dari bahan kayu dan kertas. Bentuj mejanya dibuat rendah sampai mendekati

lantai sehingga tidak memerlukan kursi. Lemarinya pun kebanyakan menyatu dengan

Page 17: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

17

dinding dengan penutup yang dapat digeser. Penerapan desain rumah serta isinya tersebut

dibentuk sedemikian rupa agar bila terjadi gempa, baik bahan bangunan maupun furniturnya

sedapat mungkin tidak mencederai penghuni rumah.

Indonesia pun sebenernya merupakan negara dengan berbagai intensitas genpa

menengah sampai tinggi sehingga rancangan bangunan sepatutnya memperhitungkan

kemunginan itu. Menurut Dr. Ir Iwayan Sengara, dosen Departemen Teknik Sipil ITB,

sebenarnya ada peraturan yang membahas rancang bangun tahan gempa. Rancangan bangun

sesuai ketentuan yang dirumuskan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang

Peraturan Bangunan Tahan Gempa yang ditetapkan tahun 2002. Namun, peraturan ini

relative baru sehngga sosialisasinya masih terbatas.

Penggalakkan penanaman Bakau

Daerah yang mengalami bencana terbesar dari tsunami adalah Banda Aceh, Lhok

Nga, dan Meulabboh. Bencana tersebut selain diakibatkan oleh tingginya gelombang

tsunami, juga di perparah oleh tata ruang yang kurang ramah bencana dan rusaknya

lingkungan. Rumah dibangun dekat pantai. Tidak ada sabuk hijau (green belt). Mangrove

hanya tinggal sedikit yang hanya tumbuh di beberapa tempat. Selain itu, ada beberapa fakta-

fakta mengenai keadaan gelombang pasang yang menghantam Aceh. Pertama, gelombang

tsunami akan semakin jauh masuk ke daratan jika kondisi pesisir miskin mangrove.

Peringatan Allah SWT telah banyak dijelaskan dalam al-Qur’an, misalnya QS. ar-

Rum(30:41) untuk tidak berbuat kerusakan dibumi, kerusakan tersebut pada gilirannya akan

berbalik pada keberadaan manusia sendiri,

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan

manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,

agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ar-Rum(30:41)

Kondisi gelombang bertolak pada wilayah pesisir dengan mangrove yang intensif.

“ketebalan hutan mangrove sekitar 1200 meter mampu mengurangi gelombang tsunami

sekitar dua kilometer,” ujar widi. Kedua, gelombang tsunami semakin pendek masuk ke

daratan pada lahan pesisir dengan kebun ekstensif dan masa bangunan bertingkat yang

memenuhi persyaratan teknis bencana. Oleh karena itu, sudah saatnya digalakkan

penanaman bakau di sepanjang pesisir daerah yang potensi terkena tsunami.

Page 18: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

18

Hutan bakau memiliki perlindungan dan pengamanan kawasan pesisir yang sangat

baik. Setiap gelombang pasang yang dating mampu diredakan melalui hutan yang lebat.

Manfaat utama hutan mangrove di kawasan pesisir dan estuaria adalah untuk mencegah

erosi, penahan ombak, penahan angin, perangkap sedimen dan penahan intrusi air asin dari

laut. Sistem perakarannya dapat berperan sebagai perangkap sediment dan pemecah

gelombang. Hal ini dapat terjadi apabila didukung oleh formasi hutan mangrove yang belum

terganggu atau kondisinya masih alami. Kerapatan hutan mangrove yang cenderung

menurun maka fungsinya sebagai peredam gelombang juga akan cenderung menurun

(Tjardhana dan Purwanto, 1995).

Menurut Widi A Pratikto, Direktur Jendral Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Departemen Kelautan dan Perikanan, hutan bakau (mangrove) yang memiliki ketebalan 60

meter sampai 75 meter dari bibir pantai mampu mengurangi ketinggian gelombang laut

sekitar 3,5 meter.

“ Jika terjadi gelombang pasang setinggi 4,3 meter di suatu daerah yang memiliki

hutan bakau dengan lebar 65 meter dari bibir pantai, hamparan bakau itu ternyata mampu

menurunkan gelombang sehingga saat di bibir pantai, gelombang tsunami itu semakin

pendek, yakni tersisa satu meter “, katanya.

Gambar 3. Hutan bakau Sebagai Peredam Ombak

Page 19: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

19

A. Rencana tata ruang ramah bencana

Setelah pemulihan korban maupun pengobatan pasca bencana tsunami. Batulah

sebaiknya dilakukan perencanaan rehabilitasi yang komprehensif dan terintegrasi. Artinya

pemulihan itu bisa dimulai dari pemetaan, analisis kerusakan, analisis risiko, rencana

restrukturisasi, dan perbaikan lingkungan. Maka dalam tahap rehabilitasi harus dibuat

sedemikian rupa agar mampu meredam tsunami di kemudian hari sehingga dampaknya bisa

diminimalkan.

Dalam upaya rehabilitasi diperlukan perencanan dengan mempertimbangkan faktor

fisik maupun lingkungan. Faktor fisik yang perlu diperhatikan ialah stuktur bangunan.

Sedapat mungkin, arah bangunan sejajar dengan arah penjalaran gelimbang tsunami atau

tegak lurus dengan pantai, hal ini dimaksudkan agar tekanan air yang menghantam

bangunan lebih kecil.

Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah dengan membuat tata ruang yang

ramah bencana. Ditempat-tempat yang berpotensi terkena tsunami harus ditata ulang.

Tempat-tempat perlindungan (shelter) perlu dibangun untuk evakuasi jika tsunami terjadi di

pesisir yang penduduknya padat. Model bisa dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Pola Tata Ruang Rumah Bencana Tsunami

Gambar 4

Page 20: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

20

Dalam perencanaan wilayah pantai di NAD dan Sumut, sebaiknya memenuhi

persyaratan rencana tata ruang yang telah diatur dalam Undang-undang Lingkungan Hidup.

Dalam UU itu disebutkan 200 meter dari garis pantai harus ditetapkan sebagai jalur hijau.

Pembangunan permukiman yang terlalu dekat dengan garis pantai harus dihindari.

Untuk NAD misalnya, jarak tersebut disesuaikan dengan jarak jauh-dekatnya penetrasi

tsunami ke arah barat. Daerah sempadan pantai juga perlu dihijaukan kembali dengan

mangrove atau hutan pantai, sesuai dengan kawasan pesisirnya. Pantai yang tidak cocok

ditanami hutan mangrove bisa dihijaukan dengan hutan pantai (waru dan cemara). Secara

keseluruhan, fungsi pantai disajikan pada gambar 5.

Gambar 5. Fungsi Hutan Pantai Untuk Meredam Tsunami

Kementrian Lingkungan Hidup menyiapkan desain lingkungan kota Banda Aceh.

Desain itu akan dihadikan model ideal untuk membangun kota-kota pesisir agar terlindung

dari hantaman gelombang tsunami dan lingkungannya tetap terjaga. Hal ini dikemukakan

Menreg Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar.

“ Kota Banda Aceh dan pemukiman pesisir lainnya yang terkena tsunami memang

harus dibangun kembali. Ini kesempatan untuk menjadikan kota-kota itu lebih baik kondisi

lingkungan hidupnya. Tetapi, penerapan tetap mengacu kepada keinginan orang-orang

Aceh” ujarnya.

Gambar 5

Page 21: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

21

Model pembangunan pemukiman pesisir tersebut, menurut Rachmat, dalam penerapan

berdaya tangkal terhadap gelombang tsunami. Pemukiman akan digeser ke dalam sesuai

geomorfologinya, sementara pesisir pantai ditanami mangrove sebagai penahanan ombak.

“Selain buffer, aka nada green belt yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka dan fasilitas

umum” katanya.

Dia menambahkan bahwa rancangan pembangunan kembali Banda Aceh harus

diawali dengan suatu desain yang memenuhi criteria lingkungan hidup. “ Jika tidak, akan

terjebak kepada pembangunan yang nantinya tidak ramah lingkungan.

Gambar 6. Teknik Perancanaan Wilayah Dasar Dalam Proyek Pengurangan Risiko Tsunami

Page 22: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

22

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa

peristiwa besar yang dialami daerah Nanggro Aceh Darussalam (NAD) 26 Desember 2004

lalu, tetutama dalam permasalahan kesehatan. Permasalahan yang ada sangatlah beragam,

seperti terganggunya kesehatan masyarakat Aceh maupun kesehatan lingkungan setelah

terjadinya tsunami. Upaya penanggulanagan dan pencegahan permasalahan kesehatan pasca

tsunami, yaitu penanganan jenazah yang baik, perbaikan dan pengawasan kualitas air bersih,

pengendalian kesehatan lingkungan pengungsian, serta Pengawasan dan pengamanan

makanan dan minuman.

Selain itu, Perencanaan NAD pasca tsunami sebagai upaya meminimalkan dampak

pasca tsunami maupun bencana yang akan terjadi di masa mendatang. Misalnya

penggalakkan hutan mangrove, kontruksi tahan gempa dan perencanaan yang lainnya.

B. Saran

Setelah pemulihan korban maupun pengobatan pasca bencana tsunami. Barulah

sebaiknya dilakukan perencanaan rehabilitasi yang komprehensif dan terintegrasi. Artinya

pemulihan itu bisa dimulai dari pemetaan, analisis kerusakan, analisis risiko, rencana

restrukturisasi, dan perbaikan lingkungan. Maka dalam tahap rehabilitasi harus dibuat

sedemikian rupa agar mampu meredam tsunami di kemudian hari sehingga dampaknya bisa

diminimalkan.

Apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai kota yang multi

bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat memperkecil

dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu memperkecil jumlah korban saat bencana

terjadi dimasa mendatang. Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah dengan

membuat tata ruang yang ramah bencana.

Page 23: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

23

DAFTAR PUSTAKA

Kompas Media Nusantara. 2005. Bencana Gempa Dan Tsunami Nanggroe Aceh Darussalam

& Sumatera Utara. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Kementrian Agama RI, 2012. Penciptaan Bumi Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.

Jakarta : Kementrian Agama RI

Keanekaragaman Vegetasi Mangrove Pasca Tsunami di Kawasan Pesisir Pantai Timur

Nangroe Aceh Darussalam, B I O D I V E R S I T A S, ISSN: 1412-033X, Volume 8,

Nomor 4 Oktober 2007, Halaman: 262-265

Emergency_and_humanitarian_action_Technical_quide_for_Health_Crisis_Response_in_Dis

aster ( Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana)

www.unhabitat- indonesia.org Aceh Sanitation Assessment and Assistance Program (ASAAP)

Page 24: Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan

24

LAMPIRAN 1

Lempeng Indo-Australia dan Zona Subduksi Sumatera

LAMPIRAN 2

Rangkaian Tiga Gempa Besar