kesadahan

download kesadahan

of 6

Transcript of kesadahan

KOMPLEKSOMETRI DAN PENENTUAN KESADAHAN

A. TANGGAL PRAKTIKUM Selasa, 31 April 2011 B. JUDUL PRAKTIKUM Untuk membuat larutan EDTA 0.01M Pemeriksaan kesadahan air minum secara kompleksimetri C. ACARA PRAKTIKUM Untuk menentukan kadar suatu zat D. DASAR TEORI Kompleksometri merupakan analisa volumetri yang dilakukan dengan cara titrasi berdasarkan reaksi pembentukan komplek. Indikator yang digunakan dalam analisa ini adalah merupakan asam atau basa organic yang dapat membentuk komplek dengan ion logam (karena biasanya analisa ini dimaksudkan untuk penetapan kadar logam-logam) dan warna komplek indikator logam tersebut berbeda dengan warna indikator dalam keadan bebas.Disamping itu komplek tersebut harus mempunyai sifat kurang stabil jika dubandingkan dengan kompleklogam bitran , sehingga apabila kedalaman komplek indikator logam tersebut ditambahkan titran membentuk komplek logam titran sedangkan idikatornya kembali dalam keadaan bebas. Prinsip dasar reksi dalam analisa ini secara mudahnya dapat dimengerti sebai berikut: Tahap 1 : Logam + Indikator logam indicator Logam - titran + indicator

Tahap 2 : Logam - indicator+Titran

Larutan standar yang sering dipakai adalah EDTA . Untuk sederhananya EDTA ini sering ditulis H4Y dan sering ditemukan sebagai Kristal garam materinya ( Na2H4Y,2h2O ) H4Y dapat dipakai sebagai bahan baku primer setelah pengertian berupa jam pada suatu 130-1400C,, lalu dilarutkan dalam basa (NaOH) sedikit mungkin sampai larut sempurna.

Dalam titrasi dengan bahan baku EDTA ini perlu mengatur pH titrat, semakin tinggi semakin baik. Umumnya titrasi EDTA dilakukan pada pH 8-10 dengan Erichorome Black-T (EBT) sebagai indikatornya untuk mencegah penurunan pH harus ditambahkan campuran penahan (buffer) umunya buffer yang dipakai adalah campuran NH4OH dan NH4Cl. EBT dalam keadaan berikatan dengan logam akan membentuk warna merah anggur sedangkan dalam keadaan bebas berwana biru. Dalam titrasi ini kadangkadang terjadi blocking sifat lebih dari stabil sehingga ikatan tersebut sulit lepas. Dalam keadaan ini terjadinya warna biru terlambat dari keadaan yang seharusnya. Larutan EDTA lebih sering distandarisasi dengan CaCO3 pa (mutu baku primer). Karena CaCO3 sukar larut dalam air, maka dipakai beberapa tetes HCl 10% dengan hati-hati dengan sekedar cukup untuk melarutkannya.

E. ALAT dan BAHAN 1. Timbangan analitik 2. Gelas kimia 3. Labu ukur 100ml 4. Buret 5. Pipet gondok + karet penghisap 6. Labu erlenmeyer 250ml 7. Aquades 8. Buffer (NH4OH-NH4Cl) 2ml 9. HCl 10% 10. Kristal CaCO4 100mg 11. Larutan EDTA 12. Indikator EBT 1% 13. Pipet 14. Kristal HCN

F. CARA KERJA 1. Pembuatan larutan standar EDTA 0,01 M (1 Liter) a. Ditimbang 3,72 gram kristal dinatrium EDTA (Titripelex III). b. Dilarytkan dengan 1 Liter aquades dalam labu ukur. c. Digojok hingga homogen, selanjutnya disimpan dalam botol reagen polietilena. 2. Standarisasi larutan EDTA 0,01 M (Dengan CaCO3) : a. Ditimbang teliti 100mg kristal CaCO3 (bbp) dalam botol; timbang atau gelas kimia kecil. b. Dilarutkan dengan beberapa tetes HCl 10% ditambah asedikit aquades. Kemudian dituangkan kedalam labu ukur 100ml. Botol/gelas dibilas dengan aquades dan air bilasan dimasukan ke dalam labu ukur yang sama. Ditambah aquades sampai tanda tera. Lalu digojok hingga homogen. c. Larutan tersebut diambil sebanyak 25ml dengan pipet gondok, selanjutnya dimasukan kedalam labu erlenmeyer 250ml. d. Ditambah 2ml buffer NH4OH-NH4Cl dan sepucuk sendok indikator EBT 1%. e. Dititrasi dengan larutan EDTA yang akan dibekukan sampai tepat terjadi perubahan dari merah anggur menjadi biru. 3. Penetapan kesadahan air minum a. Dipipet 50ml air sampel dengan pipet gondok, dimasukan kedalam labu erlenmeyer 250ml. b. Ditambah 2ml buffer NH4OH-NH4Cl, sepucuk sendok kristal NaCN dan sepucuk sendok indikator EBT 1%.

c. Dititrasi dengan larutan standar EDTA 0.01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru

G. DATA DAN ANALISA Pre Kesadahan

=

x ml titrasi x 0,01 x F EDTA x BM CaCO3

=

x 6,05 x 0,01 x 1,034 x 100

= 14,1658 oF = 141,658 mg/liter (sebagai CaCO3)

=

x ml titrasi x 0,01 x F EDTA x BM CaCO3 x 0,1

=

x 6,85 x 0,01 x 1,034 x 56 x 0,1

= 14,1 oD = 14,1 mg/liter (sebagai CaCO3) Post Kesadahan Perebusan (10 menit)

=

x ml titrasi x 0,01 x F EDTA x BM CaCO3

=

x 6,6 x 0,01 x 1,034 x 100

= 136,488 mg/liter (sebagai CaCO3)

=

x ml titrasi x 0,01 x F EDTA x BM CaCO3 x 0,1

=

x 6,6 x 0,01 x 1,034 x 100 x 0,1

= 136,6488 oF

=

x 6,6 x 0,01 x 1,034 x 100 x 0,1

= 13,6 oD Post Kesadahan (penyaringan)

=

x ml titrasi x 0,01 x F EDTA x BM CaCO3

=

x 6,1 x 0,01 x 1,034 x 100

= 126,148 mg/liter (sebagai CaCO3)

x ml titrasi x 0,01 x F EDTA x BM CaCO3 x 0,1

=

x 6,1 x 0,01 x 1,034 x 100 x 100

= 12,6 oD H. PEMBAHASAN Pada sampel limbah yang diteliti dengan memeriksaan kesadahan pada bagian pre (awal), di dapatkan volume kesadahan sebsar 141,658 mg/l CaCO3. Dalam pengujian dan pengukuran ini belum dilakukan perlakuan terhadap limbah cair. Pada limbah post (setelah dilakukan pengolahan air ) setelah itu ditambahkan perlakuan perebusan selama 10 menit terhadap limbah tersebut didapatkan hasil kesadahan sebesar 136,488 mg/l dalam CaCO3. Perebusan dimaksudkan untuk menurunkan kesadahan air limbah yang sudah diolah. Post kesadahan yang dilakukan penyaringan, didapatkan hasil sebesar 126,148 mg/l dalam CaCO3. Berarti dalam 1 liter air limbah terdapat CaCO3 sebanyak 126,148 mg .

I.

KESIMPULAN Dari percobaan diatas dapat kita simpulkan bahwa pada pemeriksaan kesadahan pre yang belum diberi perlakuan, post yang ditambah perlakuan perebusan dan post diberi perlakuan penyaringan didapatkan hasil yang tingkat kesadahan yang semakin lama semakin merendah. Hasil kesadahan tersebut tidak melebihi baku mutu.