Kerusakan Bahan Makanan Dan Pencegahannya
-
Upload
sulwiyatul-k-sani -
Category
Documents
-
view
726 -
download
47
description
Transcript of Kerusakan Bahan Makanan Dan Pencegahannya
-
KERUSAKAN BAHAN MAKANAN DAN PENCEGAHANNYA
PENDAHULUAN
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan
pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud
makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured
or preparedform, wich are part of human diet. Batasan makanan tersebut tidak termasuk air,
obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.
Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia.
Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman untuk dikonsumsi. Jaminan akan keamanan
pangan merupakan hak asasi konsumen. Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya,
akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Menurut Undang-
Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau
bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan
zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas
makanan, baik secara bakteniologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan. Kualitas dari
produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme.
Makanan / minuman memiliki peranan penting bagi kesehatan, oleh karena itu untuk melindungi
dan meningkatkan derajat kesehatan diperlukan upaya pencegahan dan pengawasan terhadap
makanan / minuman yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Upaya pendidikan / penyuluhan
tentang hygiene dan sanitasi makanan perlu dilakukan, terutama kepada setiap orang yang
berhubungan dengan pengelolaan makanan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya
kontaminasi makanan yang pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang
disebabkan oleh makanan (food borne disease).
Seseorang yang berhubungan dengan pengelolaan makanan, baik itu juru masak, pramusaji,
pramuminuman, bagian penerimaan / penyimpanan ataupun pendistribusian bahan makanan
selayaknya memiliki pengetahuan dan penguasaan mengenai identifikasi dan pencegahan resiko
hygiene.
Modul ini disusun untuk mencapai kompetensi melaksanakan prosedur
-
hygiene di tempat kerja (Follow Workplace Hygiene Procedures) dengan kode
ITHH. GHS. 01 AIS, khususnya mengenai kerusakan makanan.
1. Pengertian kerusakan makanan
Bagian-bagian yang telah rusak seperti pada buah / sayuran akan dibuang. Bagian
yang terbuang / dibuang disebut dengan kehilangan (loss). Kehilangan bahan makanan dapat
diukur dalam bentuk kehilangan atau "loss". Kehilangan bahan makanan dapat diukur dapat
diukur dalam bentuk kehilangan ekonomis, kuantitatif, kualitatif atau gizi.
Sayuran hijau yang telah layu, berlubang-lubang atau daunnya berwarna
kekuningan dianggap telah mengalami kerusakan. Pada buah-buahan yang memar telah
terjadi pelunakan daging buah yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan.
Cirri-ciri kerusakan makanan.
Pangan dinyatakan mengalami kerusakan jika telah terjadi perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki dari sifatnya. kerusakan dapat terjadi karena kerusakan fisik, kimia atau
enzimatis. Namun secara umum, kerusakan pangan disebabkan oleh berbagai faktor dimana
salah satunya adalah tumbuhnya bakteri, kamir atau kapang pada pangan yang dapat
merusak protein sehingga mengakibatkan bau busuk, dan juga dapat membentuk lendir, gas,
busa, asam ataupun racun.
Tanda-tanda kerusakan yang dapat terjadi pada pangan :
Buah-buahan dan sayuran.
Selama proses penanaman pemanenan, penyimpanan, dan pengangkutan ke pasar, buah
dan sayuran berpeluang terkontaminasi bahan kimia pertanian seperti residu pestisida,
antibiotik pertanian, pupuk dan bahan perangsang tumbuh. Karena itu sebelum diolah dan
dikonsumsi, buah dan sayuran harus dicuci terlebih dahulu dengan air bersih.
Kerusakan yang sering terjadi adalah karena benturan fisik, serangan serangga dan
serangan mikroorganisme. Buah dan sayuran yang rusak terlihat busuk, berubah warna
dan rasa, serta berlendir.
Daging dan Hasil Olahannya.
Daging segar yang rusak ditandai oleh timbulnya bau busuk, warna merah kebiruan /
kehitaman, dan adanya lendir pada permukaan daging. Ikan yang telah mengalami
kerusakan ditandai oleh insang yang berwarna coklat kehitaman, lender yang berlebihan,
-
sisik yang mudah lepas, mata yang masuk ke bagian dalam dan timbulnya bau yang
menyimpang.
Daging segar merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan bakteri karena daging
mengandung zat nutrien dan air dalam jumlah cukup serta pH sedang. Mikroba yang
terdapat dalam tubuh atau daging hewan berasal dari lingkungan hidup seperti dari pakan
atau air. Mikroba masuk ke dalam tubuh hewan melalui saluran pencernaan. Agar kita
terhindar dari penyakit, mikroba patogen yang berkembang biak dalam potongan daging
dimusnahkan terlebih dahulu.
Caranya tak lain sebelum dimakan, daging atau bahan pangan yang mengandung daging
harus dimasak dengan sempurna. Jadi, daging mudah rusak karena kandungan nutrisi dan
kadar airnya tinggi. Kerusakan daging ditandai dengan perubahan warna, bau, dan
berlendir.
Ikan dan Hasil Olahannya
Ikan dan kerang dapat menjadi media perantara bagi mikroba patogen (seperti Vibrio)
dan parasit (seperti cacing pipih) yang dapat menginfeksi manusia. Bibit penyakit ini
berasal dari lingkungan alami ikan, terutama lingkungan air yang terkontaminasi oleh
kotoran penderita penyakit kolera.
Bakteri Vibrio tidak menyebabkan diare tetapi mengakibatkan terjadinya infeksi di
saluran pencernaan yang bersifat parah dan bisa mengancam nyawa.
Untuk memperkecil resiko terkena penyakit, ikan yang dimakan mentah atau setengah
matang harus dicuci bersih-bersih. Kerusakan pada ikan ditandai dengan terjadinya
perubahan warna, bau, tekstur dan terbentuknya lendir. Bakteri yang menyebabkan
kerusakan ikan dipengaruhi oleh suhu penyimpanan ikan.
Susu dan Hasil Olahannya.
Susu yang diperah secara higienis dari hewan yang sehat sebetulnya mengandung
kontaminan mikroba dalam jumlah yang rendah. Namun dalam perjalanan menuju tempat
pengolahan lanjutan, susu mudah tercemar mikroba. Selama proses pengolahanpun
ancaman kontaminasi bakteri tetap ada, terutama bila peralatan yang digunakan tidak
steril. Kerusakan pada susu ditandai dengan pembentukan gas, penggumpalan, lendir,
tengik, dan perubahan rasa. Penggumpalan dan pembentukan lendir pada susu disebabkan
oleh bakteri dan juga terbentuknya asam pada susu.
-
Makanan Kalengan.
Kerusakan makanan kalengan akibat bakteri menjadikan makanan berbau busuk dan
berwarna hitam.
Jadi pengertian kerusakan makanan adalah :
Adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca
indera atau parameter lain.
2. Penggolongan bahan makanan ditinjau dari daya tahannya terhadap kerusakan.
Berdasarkan tingkat kerusakannya bahan makanan digolongkan menjadi 4, yaitu :
a. Cepat rusak (Highly perishable)
Kerusakan bahan makanan jenis ini dapat terjadi dalam waktu 1-6 jam. Contoh : air susu,
ikan, daging ayam, jeroan, dll.
b. Mudah rusak (Perishable)
Kerusakan dapat terjadi dalam waktu 1-2 hari, tergantung pada cara penanganannya.
Contoh : sayur-sayuran, buah-buahan.
c. Agak mudah rusak (Semi perishable)
Bahan makanan yang dapat tahan hingga beberapa minggu. Contoh : bawang putih, biji
melinjo, kentang, waluh.
d. Tidak mudah rusak (Non perishable)
Bahan makanan yang dapat disimpan hingga beberapa bulan. Contoh : kacang-kacangan,
biji-bijian.
3. Jenis-jenis kerusakan makanan
Jenis-jenis kerusakan makanan antara lain:
a. Kerusakan Fisiologis
Kerusakan fisiologis merupakan kerusakan yang terjadi akibat adanya reaksi metabolisme
atau enzim yang berlebihan yang terdapat di dalam bahan makanan. Kerusakan yang
ditimbulkan adalah terjadinya proses pembusukan. Enzim adalah suatu senyawa protein
yang dapat mempercepat kerja suatu reaksi tetapi zat yang bersangkutan tidak ikut bereaksi
(hanya bersifat sebagai katalis). Enzim dapat berasal dari aktifitas mikroorganisme ataupun
diproduksi dari bahan pangan itu sendiri, misalnya : enzim pektinase yang terdapat pada
buah-buahan yang menyebabkan buah-buahan menjadi lunak.
b. Kerusakan Biologis
-
Kerusakan biologis merupakan kerusakan bahan makanan yang diakibatkan oleh
organisme perusak, misalnya rodentia, serangga, unggas. Masuknya serangga ke dalam
bahan makanan, selain merusak bahan makanan juga merupakan jalan masuk
mikroorganisme pembusuk yang dikenal dengan istilah "port de antre".
Serangga biasanya merusak buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan umbi-umbian pada
saat bahan pangan dipanen. Kerugian yang terjadi adalah :
Penyusutan berat Bahan pangan
Berkurangnya nilai gizi Bahan pangan
Bahan pangan akan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme
Selain menyebabkan berat Bahan pangan rodentia (binatang pengerat / tikus) juga
merugikan karena kotoran, rambut dan urine tikus akan menimbulkan bau yang kurang
enak dan juga pembawa bakteri.
c. Kerusakan Pathologis
Kerusakan patologis yaitu kerusakan bahan makanan yang terjadi akibat adanya penyakit
pada bahan makanan.
d. Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis yaitu kerusakan akibat adanya benturan antara Bahan pangan dengan
Bahan pangan atau antara Bahan pangan dengan wadah. Umumnya terjadi sejak masa
pemanenan sampai pembelian dan pada akhirnya menyebabkan reaksi kimia pada Bahan
pangan dan adanya perubahan bentuk (memar / retak / pecah).
e. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik yaitu kerusakan yang terjadi akibat temperature / suhu yang tidak sesuai
dengan keadaan bahan makanan.
Contoh :
Pada poses pengolahan dengan panas yang terlalu lama akan menimbulkan kegosongan.
Pada proses pendinginan tgerjadi kerusakan "chilling injuries" atau pada proses
pembekuan terjadi kerusakan "freezinginjuries" dan "freezing-burn".
Pada proses pengeringan biji-bijian yang kurang baik akan menyebabkan "case-
hardering" yaitu suatu keadaan dimana bagian luar biji sudah kering tetapi bagian dalam
masih basah. Hal ini dapat terjadi bila penguapan pada Bahan pangan tidak merata.
-
f. Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia yaitu kerusakan bahan makanan yang disebabkan adanya reaksi kimia
dalam bahan makanan, bahan kimia yang terdapat pada bahan pangan berasal dari :
Alamiah (bahan makanan itu sendiri), misalnya :
1. Asam lemak
Asam lemak merupakan salah satu bahan penyusun lemak. Asam lemak dapat rusak
dan bereaksi dengan bahan penyusun lemak lain, sehingga menyebabkan tengik.
2. Asam Sulfida (H2S)
Bahan makanan kalengan dapat memproduksi gas H2S yang apabila bereaksi dengan
lapisan kaleng yang tidak baik dapat menghasilkan senyawa ferrum sulfide (FeS)
sehingga mengakibatkan timbulnya noda hitam pada bahan makanan kalengan
tersebut. Noda-noda hitam tersebut biasanya mengandung racun.
Dari luar bahan makanan, terbagi menjadi 2 :
1. Sengaja ditambahkan ke dalam bahan makanan sebagai bahan makanan tambahan
(food additive). Jika food additive digunakan tidak sesuai dengan ketentuan dapat
mengakibatkan keracunan.
Contoh : bahan pewarna, pengental, pemanis buatan, dll.
2. Tidak sengaja terdapat dalam bahan makanan
Misalnya insektisida pada bahan makanan atau tembaga (Cu) yang terdapat pada
perlatan memasak.
g. Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan mikrobiologis yaitu kerusakan bahan makanan akibat adanya aktifitas
mikroorganisme, seperti bakteri, kapang dan khamir. Kerusakan jenis ini sangat merugikan
karena :
Dapat mengakibatkan keracunan
Tidak hanya terjadi pada bahan makanan mentah, tetapi juga pada bahan makanan
setengah jadi, misalnya sosis.
Pada awalnya semua jaringan hidup steril, tetapi setelah keluar dari lingkungannya, bias
saja menjadi tidak steril. Misalnya air susu sapi tetap steril pada saat berada di dalam
kelenjar susu sapi tapi setelah diperah dapat saja air susu tersebut tidak lagi steril. Hal ini
disebabkan adanya kontaminasi dari udara, pemerah ataupun peralatan yang digunakan.
-
Bahan pangan yang mengalami kerusakan oleh mikroorganisme ternyata mengandung
mikroorganisme dominan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi
oleh 2 faktor, yaitu :
a. Faktor intrinsik, meliputi :
Aktifitas air (water activity)
pH
Potensi oksidasi-reduksi
Kandungan gizi
ada / tidaknya zat anti mikroba alamiah
struktur biologis dari bahan pangan yang ditumbuhi mikroorganisme
b. Faktor ekstrinsik
Yaitu kondisi lingkungan yag mempengaruhi pertumbuhan, jumlah dan jenis
mikroorganisme. Faktor ekstrinsik, meliputi :
Temperatur
Kelembaban
Susunan gas di atmosfer
Mikroorganisme adalah mahluk hidup yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang,
tetapi harus memakai bantuan mikroskop. Mikroorganisme yang umumnya berhubungan
dengan makanan adalah bakteri, kapang dan khamir (ragi).
4. Akibat-akibat kerusakan makanan
Makanan yang rusak adalah makanan yang apabila dikonsumsi oleh mahluk hidup (manusia
atau hewan) dapat mengancam kesehatan. Bahan makanan yang rusak dapat menjalar ke
makanan yang sehat / tidak rusak karena dapat terjadi pencemaran silang sehingga
menimbulkan kerugian bagi konsumen maupun produsen.
Beberapa akibat kerusakan bahan makanan adalah :
a. Mutu
Kerusakan bahan makanan akan berpengaruh terhadap mutu dari bahan makanan yang
bersangkutan. Bila tingkat kerusakannya ringan akan menyebabkan penurunan kelas
mutunya, tetapi bila tingkat kerusakannya agak berat dapat menyebabkan lewat mutu (off-
grade).
-
Bahan makanan yang sudah off-grade menyebabkan bahan makanan tersebut tidak layak
dikonsumsi lagi. Untuk menentukan suatu bahan makanan sudah mengalami off-grade atau
belum, ditetapkan batas mutu. Batas mutu tergantung pada tingkat dan kondisi ekonomi-
sosial konsumen.
b. Nilai gizi
Kerusakan bahan makanan dapat mempengaruhi nilai gizi bahan makanan.
mikroorganisme yang terdapat pada bahan makanan akan menggunakan kandungan gizi
untuk aktifitasnya. Kerusakan fisik pada pemanasan / pembekuan akan menurunkan nilai
gizi bahan makanan. Namun tidak semua kerusakan fisik akan menurunkan nilai gizi,
misalnya hilangnya sifat garing pada kerupuk karena teknik penyimpanan yang salah /
kurang baik.
c. Kesehatan
Kerusakan bahan makanan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia,
terutama kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat pathogen.
Penyakit yang disebabkan oleh makanan disebut 'food borne diseases' atau 'food borne
illnennen'. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan / minuman adalah :
kolera, disentri, hepatitis, TBC dan thypus abdominalis.
Penyebab 'food borne diseases' :
Sumber biologi
Yaitu mikroorganisme dan atau racun yang diproduksi oleh mikroorganisme tersebut.
Sumber kimia
Yaitu bahan kimia tertentu yang berbahaya bagi tubuh yang terdapat di dalam bahan
makanan secara sengaja / tidak sengaja.
Sumber fisika
Yaitu sumber yang berkaitan dengan obyek fisik, misalnya tempat plastic tertentu yang
mengandung PVC (poly Vynil Chlorida) yang membahayakan tubuh.
5. Pencegahan kerusakan makanan
Melindungi bahan makanan dari kontaminasi bukan suatu pekerjaan yang mudah, sebab
mikroba pathogen tersebar secara luas di tanah, debu, dan air atau pada peralatan serta
pada orang yang kontak dengan makanan.
-
Untuk mencegah terjadinya kerusakan bahan makanan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
a. Perlakukan penurunan air (pengeringan)
Pengeringan merupakan pengawetan yang paling lama dan paling banyak dilakukan
oleh manusia.
Ada beberapa pengertian pengeringan antara lain:
1. Pengeringan alami / Sun Drying
Keuntungan :
Murah
Tidak memerlukan keahlian
Kerugian :
Waktu tidak tentu, tergantung cuaca
Tempat yang dibutuhkan harus luas
Suhu, kelembaban, kecepatan aliran udara tidak dapat dikontrol
Terkontaminasi oleh debu
Terjadi kerusakan bahan pangan
2. Pengeringan buatan / Artificial Drying
Keuntungan :
Suhu, rH, aliran udara dapat diatur
Sanitasi terjamin
Proses dapat dikontrol, sehingga mengurangi kerusakan
Tidak memerlukan tempat yang luas
Kerugian :
Perlu dana yang banyak
Diperlukan keahlian khusus
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan :
a. Luas permukaan bahan pangan
Semakin kecil ukuran bahan pangan, semakin capat proses 'drying' karena :
Kadar air lebih cepat ke permukaan
Kontak dengan medium pemanas lebih besar
b. Suhu
-
c. Kecepatan aliran udara
Contoh produk pengeringan :
Daging : dendeng sapi
Biji-bijian, kacang-kacangan : emping melinjo
Kopra
Buah dan sayuran : pisang sale, kismis
b. Perlakukan panas (pemanasan)
Pengertian : pemberian energi panas dal;am bentuk suhu lebih yang dibiarkan merambat
ke jaringan bahan pangan.
Jenis perambatan panas :
Konduksi, biasanya pada bahan pangan padat
Konveksi, biasanya pada bahan pangan cair
Radiasi, pada bahan pangan padat dan cair
Tujuan pemanasan :
Meningkatkan / memudahkan pencernaan, cita rasa
Mempertahankan nilai gizi sebanyak mungkin
Membunuh mikroorganisme
Mengawetkan bahan makanan
Jenisjenis proses pemanasan :
Boiling
Steaming
Baking
Frying
Pasteurisasi, adalah proses pemanasan dengan suhu 62,8 C (30') atau 73 C (15')
Sterilisasi, adalah proses pemanasan dengan suhu > 121 C.
c. Perlakukan dengan suhu rendah (pendinginan dan pembekuan)
Dilakukan sejak bangsa Eskimo kuno, yaitu : mengawetkan ikan dengan bekuan air.
Jenis-jenisnya:
1. Pendinginan / Chilling
-
Digunakan untuk menyimpan bahan pangan yang mudah rusak untuk jangka waktu
beberapa hari / minggu.
2. Pembekuan / Freezing
Untuk penyimpanan bahan pangan selama beberapa bulan / tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlakuan suhu rendah :
a. Suhu
Suhu yang digunakan tergantung kadar air bahan makanan
b. Kualitas bahan pangan mentah, berpengaruh pada saat thawing.
c. Perlakuan pendahuluan
Pencucian : karena hasil pertanian cenderung kotor maka diperlukan pencucian
bahan makanan terlebih dahulu untuk menghilangkan mikroorganisme yang dapat
mengurangi daya tahan tubuh.
Pemotongan :
- Untuk membuang bagian yang tidak penting
- Untuk memperoleh ukuran yang sesuai sehingga dapat mempercepat proses
penggunaan B.P dan pembekuan.
Blancing :
- Untuk menginaktifkan enzim
- Untuk mengurangi jumlah mikroorganisme
Pencelupan bahan pangan pada sirup / gula :
- Untuk meningkatkan kecepatan pembekuan
- Untuk mengurangi jumlah O2 yang masuk ke bahan pangan terutama pada buah-
buahan.
Pengepakan :
- Untuk mencegah perubahan warna, tekstur, cita rasa
- Untuk menghindari kontaminasi udara
d. Perlakukan dengan bahan kimia (fermentasi dan pemberian 'food additive').
Cara yang dilakukan adalah :
1. Teknologi fermentasi
Pengertian : suatu perubahan kimia yang berlangsung pada bahan pangan yang
dibantu dengan aktifitas mikroorganisme.
-
Tujuan :
Meningkatkan daya cerna
Mengurangi racun
Memperoleh produk makanan yang bervariasi
Meningkatkan nilai harga
Jenis-jenis mikroorganisme yang digunakan untuk fermentasi :
o Kapang : Mucor, Aspergillus
o Khamir : Sacharomyces
o Bakteri : Bacillus, Streptococus
Contoh bahan pangan hasil fermentasi :
Oncom, dari ampas kacang tanah
Tape, dari beras ketan / singkong
Perubahan : flavor, textur, rasa
Ikan peda, dari ikan kembung
Perubahan : flavour khas
Terasi, dari udang
Paerubahan : flavour khas
Yoghurt, dari susu
Perubahan : flavour khas, rasa
Pickle, dari sayuran, ketimun
Perubahan : flavour khas, rasa
d. Penggunaan food additive / bahan Tambahan Makanan (BTM)
Pengertian : bahan makanan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (orgaroleptik)
untuk mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Selain itu, bahan tambahan pangan
juga dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan
perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan
tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya.
Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food borne
illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
-
Permenkes tentang Bahan Tambahan Makanan :
Permenkes no. 722 / Menkes / Per / IX / 1988, pasal 1.
Penambahan food additive dilakukan pada proses : persiapan, pengolahan, pengepakan,
penyimpanan atau pengangkutan bahan makanan. Penggunaan Bahan Tambahan
Makanan tidak membahayakan apabila digunakan dalam batas-batas yang wajar.
BTP digunakan dalam pangan setidaknya mempunyai lima alasan utama, yaitu:
1. Untuk mempertahankan konsistensi produk.
Emulsifier memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang
konsisten dan mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau
pemisahan fasa cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental
menghasilkan tekstur yang lembut dan homogen pada pangan tertentu.
2. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung,
serelia lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet
seseorang atau mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan.
Fortifikasi dan pengayaan pangan semacam ini telah membantu mengurangi
malnutrisi dalam populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung
nutrien yang ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
3. Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan.
Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi
atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa
makanan (food born illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
Antioksidan adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap.
Antioksidan juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila
terkena udara.
4. Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan.
Bahan pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking
soda membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses
pemanggangan. Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi
keasaman/kebasaan pangan agar diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai.
-
5. Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa
pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi
ekspektasi konsumen.
Pengawet makanan yang diijinkan
Pengawet yang diijinkan digunakan untuk pangan tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor : 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan,
mencakup :
1. Asam Benzoat
2. Asam Propionat
3. Asam Sorbat
4. Belerang Oksida
5. Etil p-Hidroksida Benzoat
6. Kalium Benzoat
7. Kalium Bisulfit
8. Kalium Meta Bisulfit
9. Kalium Nitrat
10. Kalium Nitrit
11. Kalium Propionat
12. Kalium Sorbat
13. Kalium Sulfit
14. Kalsium benzoate
15. Kalsium Propionat
16. Kalsium Sorbat
17. Natrium Benzoat
18. Metil-p-hidroksi Benzoat
19. Natrium Bisulfit
20. Natrium Metabisulfit
21. Natrium Nitrat
22. Natrium Nitrit
23. Natrium Propionat
-
24. Natrium Sulfit
25. Nisin
26. Propil-p-hidroksi Benzoat
Penambahan bahan pengawet pada produk pangan menjadi bahan perhatian utama
mengingat perkembangan iptek pangan menyangkut hal tersebut yang begitu cepat serta
sering menimbulkan teka-teki bagi konsumen menyangkut keamanannya.
Fungsi dan macam Bahan Tambahan Makanan :
1. Antioksidan
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mencegah / menghambat oksidasi.
Contoh : asam askorbat dan garam kalium
2. Antikempal
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mencegah mengempalnya makanan
yang berupa serbuk.
Contoh : penggunaan alumunium silikat pada susu bubuk
3. Pengatur keasaman
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat memberi rasa asam, menetralkan dan
mempertahankan derajat keasaman makanan.
Contoh : alumunium amonium sulfat di dalam soda kue
4. Pemanis buatan
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat memberikan rasa manis pada
makanan yang tidak / hamper tidak bernilai gizi (energi)
Contoh : Sakarin dalam permen karet
5. Pengemulsi, pemantap, pengental
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat membantu terbentuknya system
disperse yang homogen pda makanan
Contoh : agar-agar dalam es krim
6. Pengawet
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang mencegah / menghambat terjadinya
fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme.
Contoh : asam benzoat dalam kecap
-
7. Pengeras
Adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras / mencegah melunaknya
makanan.
Contoh : alumunium ammonium sulfat pada acar kentimun
8. Sekuestran
Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada pada
makanan.
Contoh : asam fosfat pda kepiting kalengan
Upaya pencegahan kerusakan bahan makanan dengan bahan kimia yang umum
dilakukan untuk meningkatkan daya tahan simpan bahan makanan adalah :
1. Garam
Penggaraman merupakan cara pengawetan makanan yang telah lama dilakukan.
NaCl terbukti efektif mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk.
Contoh bahan makanan : ikan asin, telur asin
2. Asam
Penambahan asam pada makanan akan menurunkan pH bahan makanan sehingga
menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak yang tidak tahan pada PH.
Contoh bahan makanan :
Penggunaan asam cuka pada acar, asinan
Penggunaan asam laktat pada yoghurt
3. Gula
Penggunaan gula dengan konsentrasi akan menurunkan Aw sehingga air yang
diperlukan oleh mikroorganisme juga akan turun , sehingga pertumbuhan
mikroorganisme Juga akan terhambat.
Contoh bahan makanan : jam, jelly, manisan, sirup, dodol, sari buah, susu kental
manis.
Sehubungan denga teka-teki yang muncul menyangkut keamanan penggunaan bahan
pengawet dalam produk pangan, maka Tabel 1 berikut disajikan kajian keamanan
beberapa pengawet yang banyak digunakan oleh industri pangan.
Tabel1. Pengaruh beberapa bahan pengawet terhadap kesehatan
-
Bahan Pengawet Produk Pangan Pengaruh terhadap Kesehatan
Ca-benzoat Sari buah, minuman ringan,
minuman anggur manis,
ikan asin
Dapat menyebabkan reaksi merugikan
pada asmatis dan yang peka terhadap
aspirin
Sulfur dioksida
(SO2)
Sari buah, cider, buah kering,
kacang kering, sirup, acar
Dapat menyebabkan pelukaan
lambung, mempercepat serangan
asma, mutasi genetik, kanker dan
alergi
K-nitrit Daging kornet, daging
kering, daging asin, pikel
daging
Nitrit dapat mempengaruhi
kemampuan sel darah untuk
membawa oksigen, menyebabkan
kesulitan bernafas dan sakit kepala,
anemia, radang ginjal,
muntah
Ca- / Na-propionat Produk roti dan tepung Migrain, kelelahan, kesulitan tidur
Na-metasulfat Produk roti dan tepung Alergi kulit
Asam sorbat Produk jeruk, keju, pikel dan
salad
Pelukaan kulit
Natamysin Produk daging dan keju Dapat menyebabkan mual, muntah,
tidak nafsu makan, diare dan pelukaan
kulit
K-asetat Makanan asam Merusak fungsi ginjal
BHA Daging babi segar dan
sosisnya, minyak
sayur, shortening, kripik
kentang, pizza beku, instant
teas
Menyebabkan penyakit hati dan
kanker.
-
Cara pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi
bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan[1]
. Secara garis besar ada dua cara dalam
mengawetkan makanan, yaitu fisik serta biologi dan kimia.[2]
Fisik
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenisnya, contohnya
adalah[3]
:
pemanasan. Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan
yang mengandung gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
pendinginan. Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan
untuk daging dan susu.
kering dingin.
pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka
panjang, biasa diterapkan pada daging.
pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa
dalam kaleng).
pembuatan acar. Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair
pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya
dilakukan untuk bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat
pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan karbohidrat
Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia[4]
Biologi dan kimia
Pengawetan makanan secara biologi dan kimia secara umum ditempuh dengan penambahan
senyawa pengawet, seperti[2]
:
penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk
mencengah kerusakan makanan
pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau mengandung
minyak. Bahan pengawet makanan ada yang bersifat racun dan karsinogenik.[3]
Bahan
pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur
asin, dan sirup karena larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.[3]
Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah
kering.[3]
Prinsip
Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu[5]
:
-
Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan
Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan hama
Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan
sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu kondisi optimal pertumbuhan
mikroba.[2]
Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang paling rawan adalah
keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya.[2]
Karena itu bahan kimia yang
digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik.[2]
Cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial
adalah[5]
:
1. mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis) 2. mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi 3. menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan
suhu rendah, pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet
kimia
4. membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.