Kerajaan pajajaran

7
[email protected] 1 KERAJAAN PAJAJARAN (SUNDA) A. Sejarah Kerajaan Pajajaran (Sunda) Setelah Kerajaan Tarumanegara (abad 5-7 M) runtuh di Jawa Barat terdapat beberapa Kerajaan. Sumber-sumber sejarahnya diperoleh dari beberapa prasati. Seperti Batu Tulis dan Kebantenan (Bogor), Sanghyang Tapak (Sukabumi) dan berupa buku cerita Parahyangan. Nama Pajajaran pernah disebut di dalam prasati yang ditemukan di desa Kebon Kopi, Bogor. Prasaati itu berangka tahun 854 M. prasasti ini ditulis dengan bahasa melayu kuno. Isinya tentang seorang Rakryan juru pengambat yang menuliskan Raja Pajajaran. Sumber kesusasteraan yang lain menyebutkan bahwa Pajajaran sebagai suatu kerajaan di Jawa Barat. Kitab kesusasteraan itu adalah Kitab Carita Parahyangan (akhir abad ke 16). Kitab lain yang menyebutkan Kerajaan Pajajaran adalah Kitab Silisakanda ‘ng Karesian (1518). Berita Cina dari masa Dinasti Ming menyebut adanya Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Sunda terletak di daerah Jawa Barat sekarang. Tak dapat dipastikan dimana pusat kerajaan ini sesungguhnya. Berdasarkan sumber sejarah berupa prasasti dan naskah-naskah berbahasa Sunda Kuno dikatakan bahwa pusat kerajaan Sunda telah mengalami beberapa perpindahan. Menurut Kitab Carita Parahyangan, Ibukota kerajaan Sunda mula-mula di Galuh, kemudian menurut Prasasti Sanghyang Tapak yang ditemukan di tepi sungai Cicatih, Cibadak Sukabumi, Isi dari prasasti itu tentang pembuatan daerah terlarang di sungai itu yang ditandai dengan batu besar di bagian hulu dan hilirnya. Oleh Raja Sri Jayabhupati penguasa kerajaan Sunda. Di daerah larangan itu orang tidak boleh menangkap ikan dan hewan yang hidup di sungai itu. tujuannya mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan (agar ikan dan

Transcript of Kerajaan pajajaran

Page 1: Kerajaan pajajaran

[email protected]

1

KERAJAAN PAJAJARAN (SUNDA)

A. Sejarah Kerajaan Pajajaran (Sunda)

Setelah Kerajaan Tarumanegara (abad 5-7 M) runtuh di Jawa Barat terdapat

beberapa Kerajaan. Sumber-sumber sejarahnya diperoleh dari beberapa prasati.

Seperti Batu Tulis dan Kebantenan (Bogor), Sanghyang Tapak (Sukabumi) dan

berupa buku cerita Parahyangan.

Nama Pajajaran pernah disebut di dalam prasati yang ditemukan di desa

Kebon Kopi, Bogor. Prasaati itu berangka tahun 854 M. prasasti ini ditulis dengan

bahasa melayu kuno. Isinya tentang seorang Rakryan juru pengambat yang

menuliskan Raja Pajajaran.

Sumber kesusasteraan yang lain menyebutkan bahwa Pajajaran sebagai suatu

kerajaan di Jawa Barat. Kitab kesusasteraan itu adalah Kitab Carita Parahyangan

(akhir abad ke 16). Kitab lain yang menyebutkan Kerajaan Pajajaran adalah Kitab

Silisakanda ‘ng Karesian (1518). Berita Cina dari masa Dinasti Ming menyebut

adanya Kerajaan Pajajaran.

Kerajaan Sunda terletak di daerah Jawa Barat sekarang. Tak dapat dipastikan

dimana pusat kerajaan ini sesungguhnya. Berdasarkan sumber sejarah berupa

prasasti dan naskah-naskah berbahasa Sunda Kuno dikatakan bahwa pusat kerajaan

Sunda telah mengalami beberapa perpindahan. Menurut Kitab Carita Parahyangan,

Ibukota kerajaan Sunda mula-mula di Galuh, kemudian menurut Prasasti Sanghyang

Tapak yang ditemukan di tepi sungai Cicatih, Cibadak Sukabumi, Isi dari prasasti itu

tentang pembuatan daerah terlarang di sungai itu yang ditandai dengan batu besar di

bagian hulu dan hilirnya. Oleh Raja Sri Jayabhupati penguasa kerajaan Sunda. Di

daerah larangan itu orang tidak boleh menangkap ikan dan hewan yang hidup di

sungai itu. tujuannya mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan (agar ikan dan

Page 2: Kerajaan pajajaran

[email protected]

2

lain-lainnya tidak punah) siapa yang berani melanggar larangan itu, ia akan dikutuk

oleh dewa-dewa.

Kerajaan Sunda beribu kota di Parahyangan Sunda. Sementara itu menurut

prasasti Astana Gede (Kawali – Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakwan

Pajajaran. Mengenai perpindahan kerajaan ini tak diketahui alasannya. Akan tetapi,

hal-hal yang bersifat ekonomi, keamanan, politik, atau bencana alam lazim menjadi

alasan perpindahan pusat ibu kota suatu kerajaan. Kerajaan Sunda menguasai daerah

Jawa Barat untuk waktu yang lama, diantara rajanya, yang terkenal adalah Jaya

Bhupati dan Sri Baduga Maharaja Jayabhupati

Sebenarnya nama Sunda pernah disebut didalam prasasti yang temukan di

desa Kebon Kopi Bogor. Prasasti itu berangka tahun 854. Prasasti itu ditulis dengan

bahasa Melayu Kuno, isinya tentang seorang Rakrayan Juru Pengambat yang

memulihkan raja Sunda. Sumber kesusastraan yang sampai kepada kita adalah Carita

Parahyangan (dari akhir abad ke-16) kitab lain yang juga menyebut kerajaan Sunda

adalah Kitab “Siksa Kandang Karesia” (1518), berita Cina dari masa Dinasti Ming

menyebut adanya kerajaan Sunda. Didalam kita Carita Parahyangan disebutkan

bahwa kerajaan itu memerintah seorang raja bernama Sanjaya. Tokoh itu dikenal

juga dalam prasasti Canggal dari Jawa Tengah. Dalam kitab Carita Parahyangan

disebutkan bahwa Raja Sanjaya menggantikan raja Sena yang berkuasa di Kerajaan

Galuh. Kekuasaan raja Sena kemudian direbut oleh Rahyang Purbasora, Saudara

seibu raja Sena. Sena sendiri menyingkir ke gunung Merapi bersama keluarganya.

Setelah dewasa, Sanjaya berkuasa di Jawa Tengah. Ia berhasil merebut kembali

kerajaan Galuh dari tangan Purbasora. Kerajaan kemudian berganti nama menjadi

kerajaan Sunda. Setelah masa pemerintahan JayaBhupati, pada tahun 1350 yang

menjadi raja di kerajaan Sunda adalah Prabu Maharaja. Ia mempunyai seorang putri

Page 3: Kerajaan pajajaran

[email protected]

3

bernama Dyah Pitaloka. Prabu Maharaja berperang melawan tentara Majapahit yang

dipimpin Gajah Mada di daerah Bubat pada tahun 1354. dalam pertempuran itu raja

Sunda bersama-sama para pengiringnya terbunuh. Kematian Raja Sunda dan

pengiringnya membuat raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk, marah besar kepada

Gajah Mada, lalu Gajah Mada dipecat dari jabatannya.

Sri Baduga Maharaja Ia adalah putra dari Ningrat Kancana. Sri Baduga

merupakan raja yang besar. Ia membuat sebuah telaga yang diberi nama Telaga Rena

Mahawijaya. Ia memerintahkan membangun parit di sekeliling ibukota kerajaannya

yang bernama Pakwan Pajajaran. Raja Sri Baduga memerintah berdasarkan kitab

hukum yang berlaku saat itu sehingga kerajaan menjadi aman dan tenteram.

Keterangan tentang Raja Sri Baduga dapat kita jumpai dalam prasasti Batutulis yang

ditemukan di Bogor.

B. Silsilah Raja-Raja Kerajaan Pajajaran (Sunda)

Silsilah Raja-raja pemimpin kerajaan pajajaran adalah sebagai berikut :

1. Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)

2. Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan

3. Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan

4. Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan

5. Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan

Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf

6. Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana,

memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)

7. Rahyang Niskala Wastu Kencana

8. Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)

9. Sri Baduga MahaRaja

Page 4: Kerajaan pajajaran

[email protected]

4

10. Hyang Wuni Sora

11. Ratu Samian (Prabu Surawisesa)

12. dan Prabu Ratu Dewata.

C. Jejak Peninggalan Dari Masa Lalu

a. Prasasti Batu Tulis, Bogor

b. Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi

c. Prasasti Kawali, Ciamis

d. Prasasti Rakyan Juru Pangambat

e. Prasasti Horren

f. Prasasti Astanagede

g. Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta

h. Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor

i. Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan

j. Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)

D. Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami

masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat

Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah

purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat.

Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek

kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.

Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang

bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan

Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada

semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi

Page 5: Kerajaan pajajaran

[email protected]

5

penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan

(asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan

(tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti

dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan

Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti

Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini

masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman.

Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut

diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan;

membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian,

kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur

pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.

E. Puncak Kehancuran Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda

lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan

diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran

ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.

Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik

agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan

Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut

perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana

tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten.

Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama

artinya dengan kata Sriman.

Page 6: Kerajaan pajajaran

[email protected]

6

F. Kondisi Ekonomi

Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama

perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan

perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan

Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk

(Pamanukan)

G. Kondisi Sosial

Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan

seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan

perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal,

maling, prampok, dll)

H. Kehidupan Budaya

Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama

Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab

Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.

I. Kesimpula

a. Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini

beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat

yang terletak di Parahyangan (Sunda).

b. Sumber sejarahnya berupa prasati-prasati, tugu perjanjian, taman perburuan,

kitab cerita, dan berita asing.Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri

Baduga Maharaja mengalami masa keemasan/ kejayaan dan Kerajaan

Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya,

yaitu Kesultanan Banten.

Page 7: Kerajaan pajajaran

[email protected]

7

c. Beberapa legenda menyatakan bahwa Kerajaan Pajajaran memiliki hubungan

harmonis dengan alam sekitarnya, termasuk keberadaan harimau. Bahkan,

disebutkan bahwa Kerajaan Pajajaran, terutama pada masa kejayaan Prabu

Siliwangi, dilindungi oleh sekelompok harimau Jawa.

d. Sebagian legenda memang terkesan melebih-lebihkan dengan menyebutkan

bahwa saat Prabu Siliwangi berada dalam keadaan terpojok dan terdesak, ia

akan lari ke Gunung Gede dan menjelma menjadi harimau untuk

mengalahkan musuhnya.

e. Merupakan suatu hal yang unik bahwa maharaja Kerajaan Pajajaran yang

dipercaya sakti mandraguna ini hilang begitu saja di Gunung Gede pada akhir

hidupnya. Legenda Prabu Siliwangi, Kerajaan Pajajaran, dan harimau Jawa ini

masih dipercayai oleh sebagian masyarakat tatar Sunda saat ini.

J. Daftar Pustaka

a. http://historysander.blogspot.com/2013/01/sejarah-kerajaan-pajajaran.html

b. http://duniapusaka.com/index.php?route=product/product&product_id=787

c. http://sugionosejarah.wordpress.com/2011/10/04/kerajaan-pajajaran-sunda/