Kerajaan Bali

15
Kerajaan Bali Disusun oleh : Agnes Grace Angel Shelly Juwita

description

bali

Transcript of Kerajaan Bali

Page 1: Kerajaan Bali

Kerajaan BaliDisusun oleh :

Agnes Grace Angel

Shelly Juwita

Page 2: Kerajaan Bali

Kehidupan Sosial

Triwangsa, ketika bali jatuh ke tangan majapahit sistem kehidupan sosial di bali terdiri dari bangsawan jawa dan pembesar kerajaan. Sedangkan rakyat di Bali dianggap sebagai rakyat jajahan yang tidak memounyai kekuasaan apa-apa. Setelah datangnya Hyang Nirarthadia, diadakan perbuha pembagian golongan secara tegas. Keempat putra menduduki tempat tertinggi yang disebut kasta brahmana diantaranya kamenuh , keniten, manuaba dan mas. Tempat kedua untuk keluarga yang memerintah disebut kasta ksatria dan tempat ketiga disebut kasta waisya. Ketiga golongan ini dikenal dengan triwangsa yang semuanya berasal dari Jawa.

Anak jaba disamping itu tedapat istilah jero da jaba  yang membedakan golongan-golongan  orang yang berada didalam ataupun luar puri. Anak Jaba adalah orang yang tidak memimpin pemerintahan tetapi tidak bisa disamakan sudra bdi India. Diindia sendiri sudra berasal bari kasta dravida, berbeda dengan arya yang berasal dari bangsa Indo-German. Sedangkan orang-orang yang mendiami pulau Indonesi termasuk pulau Bali berasal dari satu nenek moyang.

Page 3: Kerajaan Bali

Begitu pula dengan Triwangsa dan anak Jaba hanyalah berbeda tugas dan fungsi, akan tetapi karena kesalahpahaman terutama ketika saat penduduk inggris di Indonesia yang menyamakan keadaan sosial di Bali dan keadaan sosial di India, timbul adanya empat kasta yaitu Brahmana. Ksatria, Waisya dan Sudra.

Wong majapahit. Setelah runtuhya kerajaan majapahit dan pulau Jawa yang dikuasai Islam maka sebagian penduduk majapahit yang tidak mau menerima Islam menyingkir ke Bali.Mereka menyebut dairinya Wong Majapahit atau Bali Majapahit, penduduk asli bali menyigkir ke daerah pedalaman sepertidi Trunyan dan Tenganan.

Page 4: Kerajaan Bali

KEHIDUPAN EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN BALI

Mata pencaharian

Dari beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja Bali dapat diketahui mengenai kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Bali. Umumnya penduduk pulau Bali sejak zaman dahulu hidup terutama dari bercocok tanam. Dalam prasasti Songan Tambahan salah sebuah prasasti dari raja Marakata ada disebutkan istilah-istilah yang berhubungan dengan cara mengolah sawah dan menanam padi yaitu : amabaki, atanem, amantum, ahani, anutu. Proses penanaman padi pada waktu itu disebut sebagai berikut, yaitu dimulai dengan mbakaki (pembukaan tanah), kemudian mluku (membajak tanah), tanem (menanam padi), mantum (menyiangi padi), ahani (menuai padi) dan nutu (menumbuk Padi).

Page 5: Kerajaan Bali

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa pada masa pemerintahan Raja Marakata, bahkan mungkin pada masa sebelumnya, pertanian khususnya pengolahan tanah di Bali telah maju. Hidup berkebun juga telah umum pada masa itu. Macam-macam tanaman yang merupakan hasil perkebunan antara lain adalah nyu (kepala), kelapa kering (kopra), hano (enau), kamiri (kemiri), kapulaga, kasumbha (kesumba), tals (ales, keladi), bawang bang (bawang merah), pipakan (jahe), mula phala (wartel dan umbi-umbian lainnya), pucang (pinang), durryan (durian), jeruk, hartak (kacang hijau), lunak atau camalagi (asam), cabya (nurica), pisang atau byu, sarwaphala (buah-buahan), sarwa wija atau sarwabija (padi-padian), kapas, kapir (kapuk randu), damar (damar).

Page 6: Kerajaan Bali

Kesusastraan

Untuk mengetahui mengenai keadaan dan perkembangan kesusastraan pada kerajaan Bali , maka perlu mengetahui hubungan sejarah dan kekeluargaan antara Bali dan Jawa Timur pada masa itu. Hasil-hasil kesusastraan yang diciptakan di Bali baru mulai bermunculan pada waktu pemerintahan Dalem Waturenggong (1460-1550). Lebih-lebih setelah pustakaan Majapahit banyak dibawa ke Bali. Pada zaman itulah datang ke Bali Danghyang Nirartha (Pedanda Sakti Wau Rauh) yang mengarang banyak kitab-kitab kesusastraan.

Page 7: Kerajaan Bali

KESENIAN

Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, pengertian kesenian (seni) sering disamakan begitu saj, malah sering dikacaukan dengan keindahan. Kita sering pula berpendapat bahwa semua yang indah itu bernilai seni. Jadi pengertian kesenian dan keindahan berbauran saja tanpa ada pembatasannya. Sebenarnya tidak semua yang indah itu bernilai seni, sebab ada keindahan yang merupakan atau yang tidak termasuk karya seni, atau sebaliknya tidak semua kesenian (karya seni) itu indah.

Page 8: Kerajaan Bali

Secara garis besar, hasil kegiatan estetika manusia itu meliputi tiga kegiatan seni antara lain :a. Kenyataan lahiriah (kesenian/karya seni). b. Aktivitas (tindakan yang memungkinkan

lahirnya karya seni). c. Perasaan yang bersangkutan dengan karya

seni.

Page 9: Kerajaan Bali

Macam-macam Karya Seni (Kesenian)

Kesenian atau keindahan seni dalam arti luas meliputi seni sastra, seni bangunan, seni arca, seni tari, seni suara/vokal, seni tabuh dan berbagai jenis kesenian yang dipentaskan. Dari pembacaan teks prasasti-prasasti yang telah ditemukan sampai saat ini dapat diketahui bahwa pada kerajaan Bali telah hidup beberapa cabang kesenian seperti seni tari, seni tabuh, seni suara/vokal, lawak, dan beberapa jenis seni tontonan lainnya. Tetapi nama-nama kesenian atau tontonan yang disebutkan didalam prasasti-prasasti tidaklah seluruhnya dapat kita identifikasikan dengan cabang-cabang kesenian atau tontonan yang masih hidup sampai dewasa ini. Nama-nama cabang kesenian yang paling banyak diketahui ialah dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja Anak Wungsu.

Page 10: Kerajaan Bali

Seni Pahat dan Seni Lukis

Kesenian lain yang dikenal ialah semacam kesenian yang disebut Culpika dan Citakara. Dalam bahasa Indonesia istilah-istilah tersebut berarti : pemahat patung untuk istilah Culpika dan pelukis untuk istilah Citrakara. Istilah-istilah tersebut memberikan suatu gambaran bahwa pada masyarakat Bali kuno sudah ada orang mempunyai keahlian di bidang seni pahat dan seni lukis. Hanya saja data-data mengenai hal ini tidak banyak kita temukan dalam sumber-sumber tertulis seperti prasasti pada umumnya. Hanya beberapa prasasti yang memuat tentang seni tersebut.

Page 11: Kerajaan Bali

Seni bangunan

Prasasti-prasasti cukup banyak menyebutkan nama-nama bangunan khususnya bangunan suci keagamaan, disamping itu juga bangunan suci sebagai pedharman seorang raja atau pejabat tinggi kerajaan atau juga seorang permaisuri kerajaan. Tetapi sayang banyak tempat yang disebutkan dalam prasasti sebagai tempat lumah (wafat) seorang raja atau permaisuri raja belum diketahui lokasinya hingga sekarang. Selain jenis bangunan tersebut, juga ditemukan jenis bangunan yang disebut wihara atau pertapaan. Semua jenis bangunan yang merupakan peninggalan dari zaman kuno itu beberapa diantaranya masih dapat ditemukan sampai saat ini antara lain : Prasada di Pura Magening (Tampaksiring), kompleks percandian Gunung Kawi, Goa Gajah, Wihara-wihara/pertapaan-pertapaan di sepanjang sungai Pakerisan dan Kerobokan dan lain sebagainya.

Page 12: Kerajaan Bali

Dari bangunan-bangunan tersebut dapat diketahui bahwa ada unsur keindahan yang mewarnai gaya bangunan atau arsitektur. Seni bangunan atau arsitektur yang terlihat pada bangunan-bangunan meliputi : bentuk bangunan, tata letak dan penentuan atau pemilihan lokasi. Aspek-aspek arsitektur ini kemudian sangat menentukan rasa puas atau tidaknya si pemilik bangunan baik lahir maupun bathin.

Page 13: Kerajaan Bali
Page 14: Kerajaan Bali
Page 15: Kerajaan Bali