KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

122
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN IV TAHUN 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id

Transcript of KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

Page 1: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN IV TAHUN 2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Suhaedi : Kepala Perwakilan

Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter

Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank

Farley Piga : Analis

Jeany J. Legoh : Analis

Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank

Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank

Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring

Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas

Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia

Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia)

di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id

Page 2: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan III 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan

sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam

memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara

terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah

satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai

pihak terkait.

Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang

diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,

Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank

Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu

kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan

datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini

ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa

mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan

datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat

bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Februari 2013

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Suhaedi

Direktur

Page 4: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012

iv

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman iii

DAFTAR ISI

halaman iv

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 7

Sisi Permintaan halaman 7

Sisi Penawaran halaman 14

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 27

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 28

Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

halaman 29

halaman 30

halaman 32

Box 1 : Kajian Pangan Strategis: Pemetaan Kondisi Surplus-Defisit 5 (lima) Komoditas

Terpilih di Sulawesi Utara

halaman 37

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 45

Struktur Aset Perbankan Sulawesi Utara halaman 45

Perkembangan Kantor Bank halaman 46

Perkembangan Bank Umum Konvensional

Stabilitas Sistem Perbankan

Perkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

halaman 47

halaman 53

halaman 56

halaman 57

Box 2: Perkambangan Kredit Usaha rakyat Provinsi Sulawesi Utara halaman 59

Boks 3: Perbankan Syariah halaman 63

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 69

Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 69

APBD di Tingkat Provinsi halaman 71

Boks 1: Peran Belanja Modal Daerah Dalam Mendorong Akselerasi

Pembangunan Infrastruktur

Halaman 72

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 77

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 77

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 79

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 86

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 86

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 91

Page 5: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012

v

PROSPEK PEREKONOMIAN

halaman 89

Prospek Ekonomi Makro halaman 89

Prakiraan Inflasi halaman 95

Prospek Perbankan Halaman 98

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 101

Page 6: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

RINGKASAN

EKSEKUTIF

Page 8: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 9: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2012 terus

menunjukkan penguatan tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi

yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi sulut pada triwulan IV

2012 tercatat 8,37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun 2011 sebesar 8,30% (yoy). Pertumbuhan Sulut di triwulan

IV 2012 masih didorong terutama oleh aktivitas konsumsi, baik

konsumsi pemerintah maupun swasta. Kegiatan investasi dan ekspor

juga turut memberikan andil pada pertumbuhan ekonomi di triwulan

IV 2012. Sementara itu, dari sisi penawaran, perekonmian terutama

didorong oleh peningkatan kinerja sektor jasa-jasa, sektor bangunan

dan sektor PHR.

Perkembangan Inflasi Daerah

Inflasi Kota Manado di penghujung tahun 2012 mengalami

peningkatan. Pada akhir triwulan IV 2012 inflasi Kota Manado tercatat

sebesar 6,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang

tercatat sebesar 4,3% (yoy) dan tingkat inflasi Zona Sulampua yang

tercatat sebesar 4,98% (yoy), serta jauh lebih tinggi dibandingkan

tingkat inflasi Kota Manado periode yang sama tahun lalu yang

sebesar 0,67% (yoy).

Laju inflasi bulanan pada awal triwulan IV 2012 dapat dikendalikan

sehingga tekanan inflasi kembali melandai pada akhir tahun 2012.

Pada Oktober 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,52%

(mtm) yang terakselerasi pada November 2012 yang tercatat sebesar

1,01% (mtm) sebagai pengaruh musiman perayaan Hari Raya

Kegamaan. Namun demikian, laju inflasi melandai kembali pada

Desember 2012, tercatat sebesar 0,1% (mtm) atau jauh lebih rendah

dibandingkan dengan rata-rata historisnya selama 3 tahun terakhir

yang sebesar 2,1% (mtm). Hal ini tidak lepas dari rangkaian aksi nyata

pengendalian gejolak harga oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)

Perekonomian Sulawesi Utara

sepanjang tahun 2012 terus

menunjukkan penguatan tercermin

dari angka pertumbuhan ekonomi

yang terus meningkat

Inflasi Kota Manado di penghujung

tahun 2012 mengalami

peningkatan...

Laju inflasi bulanan pada awal

triwulan IV 2012 dapat dikendalikan

sehingga tekanan inflasi kembali

melandai pada akhir tahun 2012...

Page 10: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

Provinsi Sulawesi Utara dan TPID Kota Manado di penghujung tahun

2012.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi

secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan

kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods).

Sementara itu, kelompok inti (core inflation) dan administered price

relatif stabil. Inflasi inti yang stabil didukung oleh penerapan strategi

bauran kebijakan moneter dan makroprudensial sehingga tekanan

inflasi dari sisi permintaan, harga komoditas impor, dan ekspektasi

inflasi tetap terkendali. Selain itu, terjaganya inflasi juga didukung oleh

koordinasi yang semakin intensif antara Bank Indonesia dan

Pemerintah melalui forum TPID.

Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan Sulawesi Utara secara umum menunjukkan

perkembangan yang baik, sebagaimana tercermin dari masih

bertumbuhnya fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko

kredit. Pada triwulan IV 2012 asset, kredit dan DPK perbankan Sulut

menunjukkan pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Aset perbankan Sulut tumbuh sebesar

18,25% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu

yang tercatat sebesar 21,40% (yoy). Kredit perbankan Sulut tercatat

tumbuh sebesar 13,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan lalu yang sebesar 16,95% (yoy) maupun dibandingkan

dengan pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 23,71% (yoy). Dari sisi

penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar

13,81% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 16,95% (yoy). Dengan demikian Loan to

Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level

120,71% di akhir triwulan IV 2012.

Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan

seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator

lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga

berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.

Kinerja perbankan Sulawesi Utara

secara umum menunjukkan

perkembangan yang baik,

sebagaimana tercermin dari masih

bertumbuhnya fungsi intermediasi

perbankan serta terjaganya risiko

kredit...

Berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, tekanan Inflasi

secara tahunan terutama didorong

oleh meningkatnya tekanan kelompok

bahan makanan yang harganya

bergejolak (volatile foods)...

Beberapa aspek yang mencerminkan

stabilitas sistem perbankan seperti

aspek risiko kredit, risiko likuiditas,

risiko pasar dan indikator lainnya

relatif terkendali...

Page 11: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang

berasal dari APBD Provinsi pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini

sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja, yang

meningkat 35,79% dibandingkan alokasi pada tahun 2011.

Peningkatan alokasi belanja tersebut juga diikuti dengan peningkatan

persentase realisasi APBD dari 89,1% di triwulan IV 2011 menjadi

90,3% di triwulan IV 2012. Dari sisi pendapatan, pemerintah daerah

provinsi Sulut juga cukup optomis akan terjadi peningkatan

pendapatan pada tahun 2012 tercermin dari meningkatnya target

pendapatan sebesar 33,73% dibandingkan tahun lalu. Dari

peningkatan target tersebut, pada triwulan IV 2012 pemerintah

mampu merealisasikan pendapatan hingga mencapai 102,4% dari

target yang ditetapkan atau lebih tinggi dibandingkan realisasi

triwulan IV 2012 sebesar 101,9%.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional

merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang

Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan

Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Mengacu pada

pasal 1 Undang-undang tersebut, Sistem Pembayaran berarti

seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk

melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban

yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Kegiatan ini dapat dilakukan

secara tunai maupun non tunai. Pembayaran secara tunai dilakukan

menggunakan mata uang Rupiah, sementara pembayaran non tunai

dilakukan dengan cara kliring ataupun Real Time Gross Settlement

(RTGS). Dalam menjaga kelancaran pembayaran secara tunai, Bank

Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan

uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean

money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen

pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem

Dukungan fiskal daerah terhadap

perekonomian khususnya yang

berasal dari APBD Provinsi Sulawesi

Utara pada tahun 2012 semakin

baik...

Mengatur dan menjaga kelancaran

sistem pembayaran nasional

merupakan salah satu tugas Bank

Indonesia yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah

terakhir kalinya dengan Undang-

undang Republik Indonesia No.6

tahun 2009...

Page 12: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap

memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi

Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem

pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan

oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

Pada triwulan IV-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai

maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan

peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi Utara pada

triwulan IV-2012 tercatat mengalami net outflow. Hal yang sama juga

terjadi pada sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank

Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan

laporan yang mengalami peningkatan secara nominal. Peningkatan

transaksi tersebut mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan

masyarakat akan uang tunai maupun kebutuhan transaksi non tunai

sesuai dengan pola musiman Natal dan Tahun Baru yang jatuh pada

periode laporan.

Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat

Seiring dengan bertumbuhnya perekonomian Sulawesi Utara, indikator

ketenagakerjaan pada triwulan IV-2012 di Sulawesi Utara

mengindikasikan adanya perbaikan. Hal ini tercermin dari perbaikan

indeks ketersediaan tenaga kerja hasil Survei Kantor Perwakilan Bank

Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulawesi Utara. Meskipun jumlah

pengusaha yang melaksanakan penambahan tenaga kerja masih

mengalami penurunan, namun kondisi ini masih lebih baik

dibandingkan dengan periode sebelumnya, dimana pada triwulan IV

2012 masih terjadi penambahan signifikan tenaga kerja terutama pada

sektor bangunan. Sejalan dengan hasil survei KPwBI Provinsi Sulawesi

Utara, angka pengangguran Sulawesi Utara menunjukkan penurunan

dari 8,32% pada Februari 2012 menjadi 7,79% pada bulan Agustus

2012. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan diperkirakan akan berlanjut

pada tahun 2013. Hasil liaison pada sejumlah perusahaan

menunjukkan optimisme pengusaha Sulut. Rencana kenaikan Upah

Minimum Provinsi (UMP) tidak akan memberikan dampak signifikan

terhadap pengurangan tenaga kerja di Sulawesi Utara.

Seiring dengan bertumbuhnya

perekonomian Sulawesi Utara,

indikator ketenagakerjaan pada

triwulan IV-2012 di Sulawesi Utara

mengindikasikan adanya perbaikan...

Pada triwulan IV-2012, nilai transaksi

sistem pembayaran baik tunai

maupun non tunai (kliring) di Sulawesi

Utara menunjukkan peningkatan...

Page 13: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara

diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh berlanjutnya

penurunan tingkat kemiskinan hingga tercatat sebesar 7,64% atau

lebih rendah dibandingkan tahun 2011 (8,18%) maupun tingkat

kemiskinan nasional(11,66%). Membaiknya tingkat kesejahteraan

masyarakat juga tercermin dari kenaikan indeks penghasilan dan

ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut hasil Survei Konsumen Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara serta kenaikan Nilai

Tukar Petani (NTP) sejalan dengan penurunan tingkat kemiskinan.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I 2013

diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,02% - 7,42% (yoy). Sumber laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-2013 terutama

berasal dari sektor bangunan, sektor pertanian dan sektor

Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR). Sektor bangunan diperkirakan

masih akan menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di

Sulut seiring dengan masih berlanjutnya proyek pembangunan jalan

tol Manado-Bitung serta pembangunan proyek lainnya yang dilakukan

oleh pihak swasta. Sektor pertanian juga diperkirakan masih akan

memberikan kontribusi yang cukup tinggi meskipun kondisi cuaca

ekstrem di awal tahun cukup berpotensi untuk mengganggu kinerja

sektor tersebut. Sementara, sektor PHR juga masih akan menjadi

sektor yang dapat perekonomian Sulut seiring dengan masih

tingginya pelaksanaan kegiatan MICE di Sulut.

Outlook Inflasi

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan I 2013 diperkirakan menurun,

yakni berada pada kisaran 4,86%±1% (yoy). Perkiraan inflasi yang

tetap terkendali tersebut juga didukung oleh kondisi makro ekonomi

yang kondusif.

Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh

memadainya kapasitas produksi dan ekspektasi inflasi yang membaik.

Risiko tekanan inflasi inti bersumber pada kenaikan harga barang-

barang manufaktur sebagai akibat dari kenaikan harga LPG, TDL, dan

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

pada triwulan I 2013 diperkirakan

tumbuh pada kisaran 7,02% - 7,42%

(yoy)...

Laju inflasi Kota Manado pada

triwulan I 2013 diperkirakan

menurun, yakni berada pada kisaran

4,86%±1% (yoy)...

Sementara itu, tingkat kesejahteraan

masyarakat di Sulawesi Utara

diperkirakan terus meningkat...

Dari sisi fundamental, tekanan inflasi

relatif terjaga didukung oleh

memadainya kapasitas produksi dan

ekspektasi inflasi yang membaik...

Page 14: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

6

UMP. Namun demikian, kenaikan diperkirakan hanya akan

berlangsung dalam jangka pendek.

Dari sisi nonundamental, perkembangan inflasi volatile food triwulan I

2013 diperkirakan menurun sebagai faktor membaiknya pasokan .

Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada

triwulan I 2013 diperkirakan meningkat pada level moderat yang

terutama dipengaruhi oleh adanya beberapa kebijakan pemerintah

yang akan melakukan penyesuaian harga sumber energi.

Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial yang telah

ditempuh oleh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi kedepan

melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diharapkan dapat

menjaga keseimbangan baik dari sisi permintaan maupun pasokan.

Dalam rangka mengantisipasi gejolak harga menjelang akhir tahun

TPID Provinsi Sulawesi Utara telah menyiapkan berbagai aksi

diantaranya:

- Pengendalian inflasi yang bersumber dari ekspektasi masyarakat

dan struktur pasar serta asymmetric information melalui

implementasi Pusat informasi Harga Bahan Pokok Strategis

- Pengendalian inflasi yang bersumber dari komoditas volatile foods

melalui Rumah Pangan yang melibatkan berbagai unsur,

diantaranya Badan Pengkajian Tekhnologi Pertanian (BPTP), TNI

dan masyarakat.

- Pemantauan ketersediaan stok dan pengamanan aspek distribusi

yang dilaksanakan secara rutin.

- Pelaksanaan rapat teknis dan rapat high level yang dilaksanakan

lebih intensif.

Dari sisi nonundamental,

perkembangan inflasi volatile food

triwulan I 2013 diperkirakan menurun

sebagai faktor membaiknya

pasokan...

Bauran kebijakan moneter dan

kebijakan makroprudensial yang telah

ditempuh oleh Bank Indonesia serta

penguatan koordinasi kedepan

melalui Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) diharapkan dapat

menjaga keseimbangan baik dari sisi

permintaan maupun pasokan...

Page 15: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO BAB I

Page 16: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 17: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

7

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2012 terus menunjukkan penguatan tercermin

dari angka pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi sulut pada

triwulan IV 2012 tercatat 8,37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

2011 sebesar 8,30% (yoy). Pertumbuhan Sulut di triwulan IV 2012 masih didorong terutama

oleh aktivitas konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun swasta. Kegiatan investasi dan

ekspor juga turut memberikan andil pada pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2012.

Sementara itu, dari sisi penawaran, perekonmian terutama didorong oleh peningkatan kinerja

sektor jasa-jasa, sektor bangunan dan sektor PHR.

1.1 SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV 2012 terutama ditopang oleh,

kegiatan konsumsi, investasi dan aktivitas ekspor. Tingginya aktivitas konsumsi terutama

didorong oleh konsumsi pemerintah seiring dengan dimasukinya akhir tahun anggaran 2012

yang umumnya menjadi periode penyerapan anggaran terbesar pemerintah. Konsumsi swasta

juga turut memberi kontribusi pada peningkatan total angka konsumsi meskipun

pertumbuhannya relatif masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2011.

Beberapa faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi swasta diantaranya

peningkatan pendapatan masyarakat yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya

(THR) Natal yang selanjutnya akan berdampak peningkatan aktivitas konsumsi seiring perayaan

Natal dan Tahun Baru.

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

%

Page 18: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

8

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.2.

Perkembangan Pertumbuhan Konsumsi

Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1 Konsumsi

Kegiatan konsumsi selama triwulan IV 2012

mengalami pertumbuhan positif sebesar

7,38% (yoy) dengan kontribusi sebesar

4,68% terhadap laju pertumbuhan

ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode

yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja

kegiatan konsumsi selama triwulan laporan

tercatat mengalami sedikit perlambatan.

Namun demikian masih lebih tinggi

dibandingkan rata-rata pertumbuhan konsumsi selama 6 tahun (5,08%) sebagaimana

ditunjukkan pada grafik1.2.

Pertumbuhan konsumsi yang positif terutama didorong oleh aktivitas konsumsi pemerintah.

Konsumsi pemerintah selama triwulan IV 2012 tumbuh 8,04% (yoy), dengan sumbangan

sebesar 2,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan posisi triwulan IV 2011 sebesar 8% (yoy)

dengan sumbangan sebesar 1,89%. Aktivitas konsumsi pemerintah yang positif tersebut juga

tercermin dari realisasi APBD provinsi Sulut pada komponen belanja operasional yang terutama

berasal dari belanja pegawai, berlanja barang, dan belanja hibah. Realisasi belanja operasional

pegawai pada triwulan IV 2012 sebesar Rp1,22 triliun miliar, lebiih tinggi dibandingkan total

belanja operasional triwulan IV 2011 sebesar Rp863,84 miliar. Pencapaian realisasi anggaran

tersebut juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011, dimana realisasi

komponen belanja tersebut mencapai 91,3% dari pagu anggaran, lebih tinggi dibandingkan

pencapaian pada tahun 2011 sebesar 89,3%.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb

Konsumsi 8,13 5,18 4,44 2,98 5,21 3,29 6,42 4,03 7,38 4,68

Konsumsi Swasta 8,21 3,29 3,62 1,59 4,15 1,73 5,66 2,34 6,99 1,90

Konsumsi Pemerintah 8,00 1,89 6,00 1,39 7,25 1,57 7,91 1,69 8,04 2,78

PMTB 16,73 3,74 10,23 2,29 12,80 2,73 13,97 3,54 12,29 2,96

Stok 18,79 0,31 13,00 0,13 -25,68 -0,38 -43,10 -0,83 -42,82 -0,77

Ekspor 6,19 2,97 4,60 2,31 16,58 7,92 38,03 14,12 1,85 0,88

Impor 10,95 3,90 0,64 0,26 18,06 6,10 46,78 12,65 -1,70 -0,62

PDRB 8,30 8,30 7,46 7,46 7,47 7,47 8,21 8,21 8,37 8,37

2011Jenis Penggunaan

2012

7,34

6,42

-2

0

2

4

6

8

10

12

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Konsumsi

Rata-rata Konsumsi

Page 19: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

9

Grafik 1.4.

Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat

Grafik 1.3.

Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat

Sementara itu, kinerja konsumsi swasta juga

masih tumbuh positif meskipun melambat

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Konsumsi swasta pada triwulan IV

2012 berada pada angka 6,99% (yoy), turun

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu sebesar 8,21% (yoy). Perlambatan konsumsi

swasta juga terkonfirmasi dari menurunnya

penjualan kendaraan bermotor roda empat di

Sulut di salah satu dealer utama. Total penjualan

kendaraan roda empat di Sulut pada triwulan IV

2012 melambat hingga 14,58% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebagaimana

terlihat pada Grafik 1.3.

Indikator lainnya, indeks Nilai Tukar Petani

(NTP) juga menunjukkan adanya perlambatan

sebesar 2,86% (yoy). Pada triwulan laporan

indeks NTP berada pada posisi 101,21 sedikit

lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun lalu sebesar 104,19. Namun

demikian, jika dilihat trennya sepanjang tahun

2010 sampai akhir triwulan IV 2012 NTP

Sulawesi Utara masih berada dalam kategori

sejahtera (indeks > 100). Sementara itu,

berdasarkan subsektornya, petani untuk subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat masih tercatat

sebagai petani dengan tingkat kesejahteraan paling tinggi (108,30), disusul oleh petani

subsektor tanaman pangan (102,55). Sementara itu, petani dari sub sektor peternakan,

hortikultura dan perikanan masih berada pada kategori di bawah sejahtera yang ditunjukkan

dengan indeks NTP masing-masing sebesar 99,16, 98,30 dan 94,55. Rendahnya tingkat

kesejahteraan pada subsektor holtikultura tersebut diduga disebabkan oleh bencana letusan

gunung lokon yang masih berlangsung hingga triwulan laporan dan ditambah dengan kondisi

cuaca ekstrem yang mulai melanda sebagian wilayah di Sulut yang berdampak terhadap

kerusakan dan penurunan produksi tanaman holtikultura. Rendahnya NTP pada subsektor

perikanan diperkirakan terjadi karena masih maraknya aksi illegal fishing yang terjadi di wilayah

perairan Sulawesi Utara. Sementara penurunan NTP Peternakan diperkirakan terjadi karena

90

95

100

105

110

115

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

NTP

Bts Min

Sejahtera

Pangan

Holtikultura

Perkebunan

Peternakan

Perikanan

Page 20: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

10

Grafik 1.7.

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Grafik 1.5.

Perkembangan Penjualan Semen

2.118

1787

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

2011 2012

Jumlah Produksi (ton)-left axis growth (%) - right axis

Grafik 1.6.

Perkembangan Produksi Seng

tingginya biaya bahan baku, khususnya harga jagung yang digunakan sebagai pakan ternak

ayam. Kenaikan harga bahan baku tersebut berdampak pada menurunnya pendapatan

peternak serta pada gilirannya berdampak pada tingkat kesejahterannya.

1.1.2 Investasi

Pada triwulan IV 2012, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar

12,29% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,96% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.

Pertumbuhan tersebut tercatat melambat dibandingkan dengan kinerja investasi pada triwulan

yang sama tahun lalu yang tumbuh 16,73% dengan kontribusi sebesar 3,74%.

Salah satu indikator pertumbuhan positif investasi terlihat dari perkembangan penjualan semen

dan produksi seng sebagaimana terlihat pada Grafik. yang menunjukkan peningkatan jumlah

penjualan maupun produksi pada triwulan IV 2012 meskipun dengan pertumbuhan yang

melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2011.

Sementara itu, kecenderungan perlambatan

pertumbuhan investasi secara umum juga

tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran Bank

Indonesia yang menunjukkan indeks penjualan

bahan konstruksi sebesar 200,88 pada Desember

2012, lebih rendah dibandingkan indeks penjualan

barang konstruksi pada Desember 2011.

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Volume (ton) - left axis

g_semen (%) - right axis

Sumber : Produsen Bahan Bangunan

Sumber : Aosisasii Semen Indonesia

Page 21: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

11

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis

gKredit_Investasi (% yoy) - right axis

Perlambatan aktivitas investasi juga tercermin

dari kredit yang disalurkan oleh perbankan

untuk jenis penggunaan investasi. Sampai

akhir triwulan IV 2012, jumlah kredit investasi

tercatat sebesar Rp2.462 miliar atau tumbuh -

0,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan IV 2011 yang tumbuh 84,80% (yoy).

1.1.3 Ekspor Impor

Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012 masih menunjukkan pertumbuhan positif

sebesar 1,85% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,88% (yoy) meskipun melambat dibandingkan

kinerja ekspor pada triwulan yang sama tahun 2011 yang tumbuh 6,19%(yoy). Indikasi

perlambatan kinerja ekspor Sulut terlihat dari nilai ekspor luar negeri Sulawesi Utara selama

triwulan IV 2012 yang tercatat sebesar USD150,20 juta atau melambat sebesar 36% (yoy).

Tabel 1.2.

Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)

Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulut terutama disumbang

oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 96%, sisanya merupakan ekspor hasil

sektor pertanian (4%). Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri

pada triwulan IV 2012 terutama didominasi oleh profuk Lemak dan Minyak Hewani dengan

pangsa mencapai 75%, disusul oleh produk ikan & udang dengan pangsa sebesar 9%, sisanya

dalam bentuk daging olahan dan ikan olahan (7%), ampas/sisa industri (4%), berbagai produk

kimia (2%) dan produk lainnya (1%).

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Total Ekspor (Juta USD) 82,68 271,60 160,80 234,60 333,40 257,00 213,60 150,20 -36,0%

Uraian

20122011 Growth

(yoy)

Grafik 1.8.

Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.9

Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulut

Grafik 1.10.

Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPw BI Prov. Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Page 22: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

12

Belanda

31.10%

Cina

21.91%

Amerika

Serikat

15.40%

Korea

Selatan

11.13%

Jepang

5.17%

Lainnya

15.30%

-11.01

25.06

-120

-70

-20

30

80

130

180

230

280

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis

Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan IV 2012 masih didominasi oleh

Belanda (31,10%), Cina (21,91%), Amerika Serikat (15,40%), Korea Selatan (11,13%), dan

Jepang (5,17%). Berbeda dengan kondisi ekspor luar negeri yang relatif menunjukkan

perlambatan, kinerja ekspor antar pulau/daerah menunjukkan adanya peningkatan yang

tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung. Selama triwulan IV 2012,

volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik sebanyak 248 ribu

ton atau naik 25,06% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, kinerja impor dalam aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara pada triwulan IV

2012 menunjukkan adanya pertumbuhan negatif sebesar -1,70% (yoy) atau jauh lebih rendah

dibandingkan kondisi impor periode yang sama tahun 2011 yang mencatat pertumbuhan

positif sebesar 10,95% (yoy). Kontraksi impor juga tercermin dari total nilai impor Sulut pada

triwulan IV 2012 sebesar USD 28,20 juta, lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada

periode yang sama tahun 2011 yang tercatat sebesar USD26,40 juta.

Uraian

2011 2012 Growth

(yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Total Impor (Juta USD) 64,76 11,90 21,30 46,40 17,60 49,90 26,50 28,20

-39,2%

Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan masih didominasi oleh

impor barang modal dengan pangsa sebesar 52%, sisanya sebesar 34% berupa bahan baku

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung

Grafik 1.12.

Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

Tabel 1.3.

Impor Sulut (Juta USD)

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.11.

Negara Tujuan Ekspor Jan-Des 2012

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Page 23: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

13

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

dan 14% berupa impor barang konsumsi. Sementara berdasarkan komoditinya, impor

komponen kapal laut merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa 31% dari total nilai

impor, disusul oleh komoditas impor Sulut lainnya diantaranya mesin-mesin (20%), gandum-

ganduman (12%), serta mesin/peralatan listrik (7%).

Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2012 lebih

dominan didatangkan dari negara Cina (27%), Australia (17%), Malaysia (14%), Thailand

(10%), dan Jepang sebesar 2%. Sementara itu pertumbuhan kinerja impor antar daerah/pulau

dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan

bongkar didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama

triwulan IV 2012, volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 840 ribu

ton, turun 1,01% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat 849 ribu ton. Berdasarkan data diatas, Sulawesi Utara lebih banyak bergantung

terhadap komoditi yang berasal dari luar negeri dibandingkan komoditi yang didatangkan dari

daerah/pulau lain di Indonesia.

Grafik 1.15.

Negara Asal Impor Jan-Des 2012

Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah

Grafik 1.13.

Pangsa Jenis Barang Impor Sulut

Grafik 1.14.

Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut

Cina

27%

Malaysia

14%

Australia

17%

Thailand

10%

Jepang

2%

Lainnya

30%

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

Grafik 1.16.

Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung

15.49

-1.01

-80

-60

-40

-20

0

20

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Page 24: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

14

1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2012 disumbang oleh seluruh

sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 8,37% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,30% (yoy). Sektor yang

memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2012 adalah sektor jasa-

jasa yang tercatat tumbuh 13,11% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,93% terhadap total

pertumbuhan. Selanjutnya, diikuti oleh sektor Bangunan dan sektor PHR yang tumbuh masing

masing 7,35% (yoy) dan 11,13% (yoy) dengan kontribusi masing-masing 1,88% dan 1,34%.

Tabel 1.4.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

1.2.1. Bangunan

Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan IV 2012 mencatat pertumbuhan sebesar

11,13% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,88% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan

ini relatif melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 yang tercatat

tumbuh 13,41% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,16%. Beberapa faktor yang masih

menjadi pendorong petumbuhan positif di sektor bangunan diantarnya adalah penyelesaian

beberapa proyek pemerintah seperti:

Pembangunan infrastruktur publik di Kabupaten Kepualauan Talaud dengan alokasi dana

yang bersumber dari PNPM-MP sebesar Rp2,75 miliar. (Tabel 1.5)

Kegiatan pembangunan bandara di Pulau Miangas telah memasuki tahap pembersihan lahan

untuk pembuatan landasan pacu dengan panjang 200 meter dengan lebar 75 meter.

Perbaikan kualitas jalan di desa Wanga-Picuan yang terletak di Kabupaten Minahasa Selatan

dengan alokasi dana sebesar Rp3,3 miliar.

Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb

Pertanian 1,00 0,18 5,86 1,08 6,70 1,28 4,70 0,88 5,64 0,95

Pertambangan & Penggalian 2,44 0,11 7,17 0,37 7,29 0,36 6,11 0,30 3,35 0,17

Industri Pengolahan -3,07 -0,24 7,38 0,60 9,63 0,72 6,99 0,53 4,54 0,35

Listrik, Gas & Air Bersih 6,29 0,05 15,26 0,13 6,16 0,05 5,01 0,04 8,44 0,06

Bangunan 13,41 2,16 8,26 1,33 7,62 1,17 11,38 1,76 11,13 1,88

PHR 18,52 3,46 7,45 1,22 8,40 1,43 8,86 1,54 7,35 1,34

Pengangkutan & Komunikasi 3,57 0,48 8,11 0,99 6,02 0,78 7,14 0,96 6,94 0,93

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 9,87 0,60 7,62 0,54 8,20 0,58 16,16 1,05 11,66 0,76

Jasa-Jasa 10,36 1,49 7,70 1,20 7,20 1,09 7,56 1,16 13,11 1,93

PDRB 8,30 8,30 7,46 7,46 7,47 7,47 8,21 8,21 8,37 8,37

2011Lapangan Usaha

2012

Page 25: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

15

Grafik 1.18.

Perkembangan Data Produksi Seng

Grafik 1.19.

Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Volume (ton) - left axis

g_semen (%) - right axis

2.118

1787

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

2011 2012

Jumlah Produksi (ton)-left axis growth (%) - right axis

Grafik 1.17.

Perkembangan Penjualan Semen

Tabel 1.5. Proyek Infrastruktur di Kab, Kep. Talaud

Sumber: Humas Kab.Kep Talaud , Provinsi Sulawesi Utara

Faktor lain yang turut menjadi indikator

pertumbuhan positif sektor bangunan adalah

perkembangan penjualan semen di Sulut.

Pada triwulan IV 2012, penjualan semen

mencapai 206, 32 ribu meningkat 22,85%

(yoy) dibandingkan periode yang sama

tahun 2011.

Sementara itu, indikator yang menjadi faktor penahan pertumbuhan di sektor bangunan

tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan penurunan indeks

penjualan bahan konstruksi sebesar -15,39% (yoy) dari 237,43 pada Desember 2011 menjadi

200,88 pada Desember 2012. Selain itu, produksi seng di Sulut juga menunjukkan penurunan -

16% dari 2118 ribu ton pada triwulan IV 2011 menjadi 1787 ton pada triwulan IV 2012.

Sumber : Produsen Bahan Bangunan Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan BI Sulut

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Page 26: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

16

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Konstruksi (Rp miliar) - left axis

gKonstruksi (% yoy) - right axis

Grafik 1.20.

Perkembangan Kredit Konstruksi

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Searah dengan perlambatan pertumbuhan sektor

konstruksi, pembiayaan perbankan di sektor tersebut

juga menunjukkan adanya perlambatan,

Perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan di sektor konstruksi sampai dengan

Desember 2012 tercatat sebesar Rp629 miliar atau

mengalami pertumbuhan positif sebesar 20,75%

(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di

periode yang sama tahun lalu yang mencapai

37,84% (yoy).

1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV 2012 menunjukan

pertumbuhan positif sebesar 7,35% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,34% terhadap total

pertumbuhan, meskipun relatif melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat tumbuh 18,52% dengan kontribusi 3,46%.

Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi sebagai respon dari adanya kenaikan sumber

pendapatan masyarakat dalam bentuk THR Natal yang diikuti oleh naiknya belanja masyarakat

bertepatan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru yang berdampak pada peningkatan sub

sektor perdagangan.

Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong

oleh pelaksanaan event berskala nasional dan internasional, diantaranya:

Perhelatan Asian Solidarity Economy Forum (ASEF) yang dilaksanakan pada tanggal 1-3

Oktober 2012 dan dihadiri oleh 500 peserta dari 16 negara.

Kongres Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dari seluruh cabang di Indonesia

dengan peserta mencapai 1.200 orang.

Pelaksanaan event Colombo Plan yang dilaksanakan pada tanggal 11-12 Oktober 2012

dengan peserta dari 27 negara anggota Colombo Plan.

Pertemuan bilateral ekonomi antara Indonesia dan pengusaha Uni Eropa (UE) di Manado

pada tanggal 23 Oktober dengan peserta sejumlah negara seperti Swis, Norwegia,

Skotlandia, Austria dan beberapa negara lainnya

Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan

antara lain juga dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum

memperlihatkan tren pertumbuhan yaitu dari sub sektor hotel dimana pertumbuhan jumlah

Page 27: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

17

Grafik 1.25.

Perkembangan Kredit Sektor PHR

tamu yang menginap pada triwulan IV 2012 sebesar 38,12% (yoy) (grafik 1. 23), lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Sementara itu, faktor penahan pertumbuhan

positif sektor PHR tercermin dari adanya perlambatan pertumbuhan jumlah wisatawan

mancanegara, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.

Dari segi pembiayaan, dukungan perbankan

kepada sektor PHR masih cukup besar meskipun

dengan pertumbuhan yang melambat

dibandingkan periode yang sama tahun 2011.

Sampai dengan Desember 2012 kredit sektor PHR

yang telah disalurkan bank umum mencapai

Rp5.129 miliar atau tumbuh 11,24%

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

(50,00)

(40,00)

(30,00)

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

-

2.000

4.000

6.000

8.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Wisman (org) - left axis

gWisman (% yoy) - right axis

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis

gKredit_PHR (% yoy) - right axis

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.21.

Data Wisatawan Mancanegara

Grafik 1.22.

Data Jumlah Tamu Menginap

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.23.

TPK dan Lama Menginap

Grafik 1.24.

Jumlah Kamar Terjual

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Menginap (org) - left axis

gMenginap (% yoy) - right axis

-

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

-

10

20

30

40

50

60

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

TPK (%) - left axis

Ratas Menginap (hari) - right axis

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Kmr Terjual (unit) - left axis

gKmr Terjual (% yoy) - right axis

Page 28: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

18

Jenis Ikan

Ikan Demersil

Tuna

Hiu

Cakalang

Layang

Selar

Tongkol

Tenggiri

Lobster

393,20 ton/tahun

2.093,40 ton/tahun

27,80 ton/tahun

80,50 ton/tahun

PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP

di KABUPATEN TALAUD 2012

Hasil Tangkapan

1.247,10 ton/tahun

691,30 ton/tahun

846,10 ton/tahun

2.474,90 ton/tahun

233,90 ton/tahun

Tabel 1.6.

Relokasi Pupuk di Sulut

Tabel 1.7.

Perkembangan Perikanan Tangkap Kab. Kep. Talaud

1.2.3. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2012 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar

5,64% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,95% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.

Beberapa faktor yang mendorong kinerja sektor pertanian diantaranya:

Penambahan alokasi pupuk bersubsidi jenis urea sebanyak 2000 ton dari 25.000 ton

menjadi 27.000 ton sesuai SK Dirjen Pra Sarana dan Sarana Pertanian No. 13/9/2012

sebagaimana terlihat pada tabel .

Berdasarkan subsektornya, subsektor perikanan menunjukkan adanya perbaikan yang

ditunjukkan melalui peningkatan penangkapan, pengembangan budidaya perikanan

hingga pengelolaan produk olahan hasil laut. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan

Perikanan, potensi perikanan tangkap di salah satu sentra perikanan yaitu di Kab. Kep.

Talaud terdiri atas beberapa jenis atara lain, ikan pelagis 31.729,30 ton dengan nilai

produksi 6.977 ton dan tingkat pemanfaatan sebesar 18%.

Sumber: Ditjen Prasarana&Sarana, Prov Sulut

Sumber: Humas Pemkab Talaud

Kabupaten Minahasa Tenggara melakukan panen perdana hasil dari uji coba pertanian

padi teknologi tinggi yakni menggunakan bibit Super Maron yang ditanam pada 10 Juli

2012 dan panen sudah bisa dilakukan pada hari ke 99 yaitu di bulan Oktober 2012.

Dengan penggunaan bibit ini, padi yang dihasilkan menghasilkan padi dalam jumlah yang

lebih banyak.

Nama Kuota Awal Relokasi

Urea 25.000 27.000

SP-36 5.500 4.750

ZA 200 700

NPK 15.600 15.600

Organik 2.800 2.000

RELOKASI PUPUK di SULUT

Page 29: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

19

Grafik.1.26

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian

Prov. Sulut

Grafik 1.27.

Pertumbuhan Kredit Pertanian

Sumber: Distan Provinsi Sulawesi Utara

Peningkatan kinerja sektor pertanian antara lain

juga dapat dikonfirmasi dengan data dari

Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas

Panen dan Produksi Beras dan Gabah di Provinsi

Sulawesi Utara, dimana pada Triwulan IV 2012

jumlah produksi gabah mencapai 150,94 ribu

ton atau naik 9,38% dibandingkan dengan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Seiring dengan produksi gabah yang meningkat,

jumlah produksi beras juga menunjukkan

peningkatan hingga mencapai 94,70 ribu ton

atau naik 8,58% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya.

Peran perbankan dalam pembiayaan sektor

pertanian pada triwulan IV 2012 juga masih

menunjukkan pertumbuhan positif meskipun

sedikit melambat dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. total kredit yang

disalurkan pada triwulan IV 2012 mencapai

Rp553 miliar atau tumbuh 51,01%

dibandningkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar Rp366 miliar atau

tumbuh 76,6%.

1.2.4. Sektor lainnya

A. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan IV 2012 tumbuh

positif sebesar 13,11% (yoy), dengan sumbangan

sebesar 1,93% terhadap total pertumbuhan

triwulan laporan. Sektor jasa merupakan salah satu

sektor yang secara konstan memberikan kontribusi

yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut.

-100

-50

0

50

100

150

-

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Pertanian (Rp miliar) - left axis

gPertanian (% yoy) - right axis

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Produksi Gabah (Ton)-left axis Produksi Beras (Ton)-left axis

Luas Panen (Ha)-right axis

Grafik 1.28.

Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara

Page 30: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20

Tabel 1.8.

Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Penguatan kinerja sektor jasa-jasa juga tercermin dari peningkatan penyaluran kredit perbankan

di sektor ini. Sampai dengan Desember 2012 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp940

miliar atau tumbuh 13,93% (yoy).

B. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Seiring dengan mulai dimasukinya masa liburan Natal dan Tahun baru, sektor pengangkutan

dan komunikasi pada triwulan IV 2012 mengalami pertumbuhan 6,94% (yoy), dengan

sumbangan sebesar 0,93% terhadap total pertumbuhan.

Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari

tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado

baik asal/tujuan domestik maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus

penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 11,80%

(yoy), sementara arus penumpang yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat

tumbuh sebesar 10,25% (yoy).

Faktor lain yang menjadi pendorong pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi terdiri

dari :

Adanya penambahan jalur penerbangan Manado-Papua per 16 November 2012 oleh PT.

Merpati Nusantara Airlines. Selain maskapai Merpati, rencananya maskapai Lion Air dan

Garuda Indonesia juga telah menambah rute penerbangan dari dan ke Manado per

Desember 2012.

Selain penambahan jalur penerbangan dari maskapai existing, PT. Angkasa Pura I Manado

juga ketambahan jumlah armada transportasi yaitu dari maskapai Air Asia. Per Desember

2012 Air Asia mulai menerbangkan penumpang untuk rute domestik dari Manado menuju

Makassar dengan membawa sekitar 200-an penumpang yang berangkat dan tiba dengan

satu kali jadwal penerbangan setiap harinya.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Datang 198.304 207.648 222.328 239.062 225.387 243.726 261.704 268.295 12,23%

Berangkat 208.485 210.985 225.442 225.817 237.162 243.698 255.710 249.600 10,53%

Datang 4.856 5.741 7.518 6.406 5.458 5.603 6.187 6.134 -4,25%

Berangkat 4.623 5.786 7.078 6.137 5.098 5.674 5.764 6.129 -0,13%

Datang 1.749.728 1.627.005 1.780.675 1.931.633 1.283.760 1.706.741 1.775.411 2.233.785 15,64%

Berangkat 1.140.274 1.037.110 886.510 1.099.663 1.007.193 1.017.432 936.113 1.130.147 2,77%

Datang 34.149 29.256 28.114 25.534 23.261 14.531 17.369 27.074 6,03%

Berangkat 68.341 61.420 59.459 55.105 54.794 52.254 39.157 59.591 8,14%

2012Kedatangan/

Keberangkatan

Growth

(YoY)

Kargo (kg)

Domestik

Internasional

Domestik

Internasional

Jenis

PengangkutanAsal/Tujuan

2011

Penumpang

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Page 31: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

21

Grafik 1.31.

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Industri

Sumber : PT. PLN (Persero) Cab. Suluttenggo, diolah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis

gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.29.

Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis

gKredit_Industri (%yoy) - right axis

Peningkatan fasilitas layanan transportasi yang menghubungkan antar pulau di Sulawesi

Utara diantaranya penambahan 1 (satu) unit kapal feri (KM. Watumupato) yang melayani

rute Melonguane-Marampit-Miangas-Bitung yang mulai beroperasi pada Desember 2012.

Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor

transportasi dan komunikasi, keberpihakan

perbankan yang diwujudkan dalam penyaluran

kredit di sektor pengangkutan dan komunikasi

juga memperlihatkan adanya peningkatan.

Sampai dengan akhir triwulan IV 2012 jumlah

kredit yang disalurkan mencapai Rp183 miliar,

atau tumbuh 26,17% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun lalu.

C. Sektor Industri Pengolahan

Aktivitas sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2012 menunjukkan pertumbuhan

mencapai 4,54% (yoy) dengan sumbangan 0,35%. Peningkatan aktivitas sektor industri

ditandai oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis dan industri. Berdasarkan

data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan IV 2012 tumbuh sebesar

3,26% (yoy).

Indikator lainnya yang mendukung peningkatan kinerja sektor industri adalah pertumbuhan

kredit yang disalurkan oleh perbankan. Sampai dengan akhir triwulan IV 2012 jumlah kredit

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.32.

Perkembangan Kredit Sektor Industri

Page 32: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

22

yang disalurkan sebesar Rp445 miliar atau tumbuh sebesar 14,88% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh sebesar 11,65% (yoy).

D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV 2012 tumbuh

11,66% (yoy) dengan sumbangan 0,76%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

lalu yang tercatat tumbuh 9,87%. Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara

lain tercermin dari bertambahnya jumlah bank umum di Sulut pada periode Triwulan IV 2012

yaitu PT National Nobu Bank (Bank Nobu) yang mulai beroperasi pada bulan Oktober 2012.

Perekonomian Sulut yang terus menunjukkan pertumbuhan positif menjadi salah satu faktor

penarik bagi pelaku usaha nasional termasuk juga dalam sektor perbankan. Di samping

penambahan jumlah bank yang beroperasi di Sulut, perbankan yang sudah eksisting juga terus

melakukan ekspansi dalam bentuk penambahan jumlah kantor bank.

E. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV 2012 tumbuh 3,35% (yoy) dengan

sumbangan sebesar 0,17% terhadap total pertumbuhan, lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. salah satu indikator meningkatnya kinerja sektor pertambangan

adalah mulai efektifnya produksi tambang emas di PT Meraes Soputan Mining dan PT Tambang

Tondano Nusajaya sejak dimulainya operasional

tambang pada tahun 2011.

Tingginya pertumbuhan di sektor pertambangan

belum didukung dengan tingginya penyaluran

kredit perbankan. Relatif besarnya modal yang

diperlukan dalam pengembangan usaha di sektor

pertambangan menyebabkan relatif terbatasnya

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Jumlah Bank umum 25 25 25 25 25 25 25 26

Jumlah kantor bank umum*) 231 238 244 248 248 250 255 266

Jumlah BPR 16 17 17 17 17 17 17 17

Jumlah kantor BPR 43 46 46 48 48 48 49 50

Ket: *) termasuk kantor unit

Data Bank

2011 2012

Grafik 1.34.

Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara

Tabel 1.9.

Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

Ket: *) termasuk kantor unit

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

-50

0

50

100

150

200

250

-

20

40

60

80

100

120

140

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis

gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis

Page 33: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

23

akses usaha di bidang ini. Berdasarkan hasil liaison kepada pertambangan emas yang ada di

wilayah Sulut, hanya pelaku usaha dengan modal besar (khususnya PMA) yang banyak terlibat

dalam bidang usaha pertambangan. Dengan statusnya sebagai PMA berdampak pada relatif

minimnya kebutuhan pembiayaan dari perbankan nasional, karena sebagian besar pelaku usaha

mendapatkan dukungan pembiayaan dari pemodal di luar negeri. Hingga pada triwulan laporan

jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat baru mencapai Rp63 miliar

atau tumbuh negatif -28,48% (yoy).

F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV 2012 tumbuh sebesar 8,44%

(yoy), dengan kontribusinya sebesar 0,06% terhadap total pertumbuhan ekonomi pada

triwulan laporan. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari data

jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di Sulawesi Utara. Jumlah pelanggan listrik pada

triwulan IV 2012 mencapai 476.423 ribu pelanggan atau tumbuh 5,41% (yoy) dengan jumlah

pemakaian 269 MW atau tumbuh 44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, kapasitas listrik yang tersedia pada triwulan laporan sebesar 302 MW.

Berdasarkan data tersebut, masih terdapat surplus daya listrik sebesar 33 MW.

Grafik 1.35.

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik

di Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

Grafik 1.36.

Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik

di Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

12,00%

14,00%

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Total Pelanggan-left axis

gTotal Pelanggan-right axis

-

50

100

150

200

250

300

350

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Jumlah Pemakaian (MW)

Jumlah listrik yang tersedia (MW)

Page 34: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

24

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 35: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012
Page 36: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH BAB II

Page 37: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

27

26

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 38: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012
Page 39: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

27

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Inflasi Kota Manado di penghujung tahun 2012 mengalami peningkatan. Pada akhir triwulan IV

2012 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 6,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi

nasional yang tercatat sebesar 4,3% (yoy) dan tingkat inflasi Zona Sulampua yang tercatat

sebesar 4,98% (yoy), serta jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi Kota Manado periode

yang sama tahun lalu yang sebesar 0,67% (yoy).

Laju inflasi bulanan pada awal triwulan IV 2012 dapat dikendalikan sehingga tekanan inflasi

kembali melandai pada akhir tahun 2012. Pada Oktober 2012 Kota Manado tercatat

mengalami inflasi 0,52% (mtm) yang terakselerasi pada November 2012 yang tercatat sebesar

1,01% (mtm) sebagai pengaruh musiman perayaan Hari Raya Kegamaan. Namun demikian, laju

inflasi melandai kembali pada Desember 2012, tercatat sebesar 0,1% (mtm) atau jauh lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata historisnya selama 3 tahun terakhir yang sebesar 2,1%

(mtm). Hal ini tidak lepas dari rangkaian aksi nyata pengendalian gejolak harga oleh Tim

Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Utara dan TPID Kota Manado di penghujung

tahun 2012.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama

didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak

(volatile foods). Sementara itu, kelompok inti (core inflation) dan administered price relatif

stabil. Inflasi inti yang stabil didukung oleh penerapan strategi bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial sehingga tekanan inflasi dari sisi permintaan, harga komoditas impor, dan

ekspektasi inflasi tetap terkendali. Selain itu, terjaganya inflasi juga didukung oleh koordinasi

yang semakin intensif antara Bank Indonesia dan Pemerintah melalui forum TPID.

Grafik 2.2.

Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (qtq)

(qtq)

Grafik 2.1.

Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

0,67

6,04

4,30

4,98

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010 2011 2012

%

yoy Manado yoy Nasional

yoy Sulampua

1,64

0,77

0,64

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010 2011 2012

%

qtq Manado qtq Nasional qtq Sulampua

Page 40: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

28

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI

2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan IV 2012 meningkat, tercatat 6,04% (yoy),

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar

0,67% (yoy) maupun dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar

5,23%(yoy). Sejalan dengan itu, laju inflasi Kota Manado jauh lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan laju inflasi Sulampua dan Nasional yang masing-masing tercatat sebesar 4,98% (yoy)

dan 4,3% (yoy) pada akhir triwulan IV 2012 (grafik 2.1).

Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok yang ada.

Inflasi terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami inflasi

11,51% (yoy) dengan sumbangan 3,31% terhadap inflasi tahunan. Apabila dilihat lebih lanjut,

sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran mengalami inflasi tertinggi, masing-masing

tercatat sebesar 50,23% (yoy) dan 13,72% (yoy). Sementara itu inflasi terendah disumbangkan

oleh kelompok kesehatan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,85% (yoy) dengan sumbangan

0,11% terhadap inflasi tahunan.

Kelompok kelompok perumahan,air,listrik,gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar

5,29%(yoy) dengan sumbangan 1,33%(yoy) yang terutama disebabkan oleh kenaikan bahan

bakar rumah tangga. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi

sebesar 3,71% dengan sumbangan 0,65% (yoy). Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga

mengalami inflasi 8,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,41% (yoy) sebagai faktor

kenaikan harga akademi/ perguruan tinggi. Sementara itu, kelompok yang lain mengalami

inflasi pada level moderat.

Tabel 2.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

1 Bahan Makanan 21,69 14,72 -1,23 -3,17 -5,19 3,01 8,63 11,51

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,43 1,50 1,45 1,21 2,95 3,36 3,89 3,71

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1,85 2,14 1,58 1,63 4,73 5,70 5,64 5,29

4 Sandang 5,03 4,28 8,32 5,56 5,68 4,52 1,29 2,57

5 Kesehatan 0,61 2,62 3,20 5,20 4,48 2,52 2,08 1,61

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,91 0,86 9,70 9,06 9,22 9,41 8,46 8,59

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,80 -0,38 -0,87 0,49 -0,35 0,17 0,81 0,85

6,90 5,15 1,25 0,67 0,95 3,73 5,23 6,04

2012No Kelompok

Umum

2011

Page 41: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

29

Grafik 2.3

Inflasi & Sumbangan per Kelompok 2012

2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Sejalan dengan inflasi tahunan, inflasi triwulanan Kota Manado juga mengalami peningkatan.

Terakselerasinya inflasi triwulan IV 2012 lebih disebabkan oleh pengaruh musiman perayaan

Hari Natal & Tahun Baru pada periode tersebut, sehingga Kota Manado tercatat mengalami

inflasi sebesar 1,64% (qtq), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan III 2012 yang

sebesar 1,4% (qtq).

Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yang

mengalami inflasi sebesar 4,89% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,66% (qtq). Puncak konsumsi masyarakat

yang jatuh pada periode ini mengakselerasi harga bahan makanan pada level yang lebih tinggi.

Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok bumbu-bumbuan dan

sayur-sayuran yang masing-masing mengalami inflasi 30,54% (qtq) dan 18,83% (qtq).

Sementara itu, tekanan inflasi pada kelompok lainnya mengalami penurunan apabila

dibandingkan dengan tekanan inflasi pada triwulan III 2012. Hal ini tidak lepas dari upaya TPID

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

1 Bahan Makanan 4,03 -5,51 -3,59 2,18 1,86 2,66 1,66 4,89

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau -0,22 0,10 0,72 0,60 1,51 0,50 1,23 0,42

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,24 0,38 0,41 0,60 3,29 1,31 0,35 0,27

4 Sandang 0,40 1,17 5,02 -1,03 0,50 0,05 1,78 0,22

5 Kesehatan 1,66 1,96 0,90 0,59 0,97 0,05 0,46 0,12

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,02 -0,04 9,15 -0,06 0,16 0,14 8,20 0,06

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,02 0,05 0,13 0,29 -0,81 0,58 0,77 0,33

1,31 -1,43 -0,05 0,87 1,59 1,28 1,40 1,64

2012No

Umum

2011Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.3

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Tabel 2.2.

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado (%)

Komoditas Inflasi Andil

CABE RAWIT 71,22 0,98

BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 29,82 0,72

BERAS 6,12 0,52

AKADEMI/PERGURUAN TINGGI 23,69 0,28

TOMAT SAYUR 49,81 0,23

SEWA RUMAH 4,88 0,22

DAUN BAWANG 49,67 0,17

LEMON CINA 89,36 0,16

BAWANG MERAH 29,75 0,16

BAWANG PUTIH 69,73 0,16

UPAH PEMBANTU RT 14,29 0,15

MALALUGIS 12,42 0,13

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

11,51

3,71

5,29

2,57

1,61

8,59

0,85

3,31

0,65

1,33

0,17

0,06

0,41

0,11

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (yoy) Des 2012

Page 42: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

30

Grafik 2.4

Laju Inflasi Kota Manado, Zona Sulampua dan Nasional (mtm)

dalam menahan laju kenaikan harga di penghujung tahun 2012. Berbagai kegiatan telah

dilaksanakan, diantaranya sidak ketersedian bahan pokok strategis, pasar murah dan operasi

pasar.

2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)

Laju inflasi bulanan yang cukup tinggi pada awal triwulan IV 2012 dapat dikendalikan sehingga

tekanan inflasi kembali melandai pada akhir tahun 2012. Pada Oktober 2012 Kota Manado

tercatat mengalami inflasi 0,52% (mtm) yang terakselerasi pada November 2012 sehingga

tercatat sebesar 1,01% (mtm) sebagai pengaruh musiman perayaan Hari Raya Kegamaan.

Namun demikian, laju inflasi melandai pada Desember 2012, tercatat sebesar 0,1% (mtm) atau

jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historisnya selama 3 tahun terakhir yang

sebesar 2,1% (mtm). Hal ini tidak lepas dari rangkaian aksi nyata pengendalian gejolak harga

oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Utara dan TPID Kota Manado di

penghujung tahun.

Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV 2012 lebih berfluktuasi dibandingkan

dengan tingkat inflasi nasional maupun Zona Sulampua (Grafik 2.3). Pada akhir triwulan IV

2012 tingkat inflasi nasional dan zona Sulampua tercatat masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

0,10 0,01

-2,00

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2010 2011 2012

mtm Manado mtm Sulampua mtm Nasional

Page 43: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

31

Grafik 2.5.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado

Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2012

OKTOBER 2012

Pada awal triwulan IV-2012, Kota Manado

tercatat mengalami inflasi sebesar 0,52% (mtm).

Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan

makanan sebesar 1,71% (mtm) dengan

sumbangan sebesar 0,5% terhadap total inflasi

bulanan. Berdasarkan sub kelompoknya, bumbu-

bumbuan mengalami inflasi sebesar 23,08%

(mtm). Kemudian diikuti oleh sub kelompok

kelompok buah-buahan dan sub kelompok

daging dan hasilnya yang masing-masing

mengalami inflasi sebesar 1,66% (mtm) dan

0,22% (mtm).

Harga barang dan jasa pada Oktober 2012 merangkak naik setelah mengalami penurunan pada

bulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada Oktober 2012 dipengaruhi oleh faktor peningkatan

permintaan seiring dengan rangkaian Hari Raya Keagamaan yang jatuh pada triwulan laporan.

Ditengah meningkatnya permintaan, pasokan sedikit terganggu oleh faktor anomali cuaca.

Bencana letusan Gunung Lokon dan Soputan yang terjadi menyebabkan berkurangnya

produktivitas sektor pertanian akibat gagal panen yang terjadi pada beberapa area di sentra

komoditas pertanian Sulut.

NOVEMBER 2012

Tekanan inflasi Kota Manado pada November 2012 terakselerasi tajam sehingga tercatat

mengalami inflasi sebesar 1,01% (mtm). Masih seperti periode sebelumnya, inflasi terutama

terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami inflasi 24,54% (mtm).

Tingginya aktivitas angkutan udara menjelang akhir tahun menyebabkan kelompok transportasi

mengalami inflasi sebesar 0,25% (mtm).

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

1,71

-0,06

0,01

0,28

-0,02

0,00

0,07

0,50

-0,01

0,00

0,02

0,00

0,00

0,01

-0,5 0 0,5 1 1,5 2

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Okt 2012

Page 44: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

32

Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama terjadi

pada komoditas tomat sayur dengan sumbangan 0,6%

(mtm), lemon cina dengan sumbangan 0,2% (mtm),

minuman ringan dengan sumbangan 0,1% (mtm).

Dinas Pertanian Kota Manado menginformasikan suplai

lokal bumbu-bumbuan mengalami penurunan seiring

masa tanam yang jatuh pada November 2012 dan

diperkirakan produktivitas akan kembali meningkat

pada Januari 2013. Selain itu, antrian BBM bersubsidi

yang masih terjadi pada sejumlah SPBU di Sulut pada

periode laporan menyebabkan terganggunya distribusi

komoditas dari daerah penghasil ke Kota Manado.

DESEMBER 2012

Pada akhir triwulan IV 2012, laju perkembangan

harga barang dan jasa secara umum terkoreksi

kebawah. Berbagai upaya TPID dalam menahan laju

inflasi di penghujung tahun 2012 membuahkan hasil,

sehingga inflasi Desember 2012 tercatat jauh berada

dibawah rata-rata historisnya selama 3 (tiga) tahun

terakhir. Inflasi Desember 2012 tercatat sebesar

0,1% (mtm) atau jauh lebih rendah dibandingkan

dengan rata-rata historisnya selama 3 (tiga) tahun

terakhir yang tercatat sebesar 2,1% (mtm).

Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi

pada kelompok Perumahan yang tercatat mengalami inflasi 0,18% (mtm) dengan sumbangan

sebesar 0,05% (mtm). Inflasi kelompok ini terutama disebabkan karena maraknya aktivitas

sektor bangunan pada periode laporan seiring dengan penyelesaian proyek fisik pemerintah di

akhir tahun anggaran yang menyebabkan inflasi pada komoditas semen.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama

didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak

(volatile foods). Sementara itu, kelompok inti (core inflation) dan kelompok administrasi

mengalami pergerakan relatif stabil.

Grafik 2.6.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa Agustus 2012

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Grafik 2.7.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa September 2012

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

2,99

0,38

0,08

0,02

0,12

0,06

0,25

0,89

0,07

0,02

0,00

0,00

0,00

0,03

0 1 2 3 4

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Nov 2012

0,13

0,10

0,18

-0,08

0,02

0,00

0,01

0,04

0,02

0,05

-0,01

0,00

0,00

0,00

-1 0 1

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Des 2012

Page 45: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

Sumber:

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei

Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan IV 2012 relatif stabil. Inflasi inti pada akhir

triwulan IV 2012 tercatat 3,63% (yoy) dengan sumbangan 1,93%, atau sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 3,69% (yoy) dengan sumbangan

1,97. Hal ini tidak lepas dari terkendalinya tekanan inflasi dari sisi eksternal maupun internal.

Dari sisi eksternal, inflasi yang bersumber dari kenaikan harga emas internasional dapat diredam

oleh terjaganya kestabilan nilai tukar Rupiah. Sementara itu, dari sisi internal kenaikan

permintaan masih dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran melalui peningkatan

penggunaan kapasitas produksi. Sejalan dengan itu, ekspektasi inflasi mengalami perbaikan

yang ditandai oleh melandainya indeks ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3

dan 6 bulan yang akan datang.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Peningkatan permintaan selama triwulan IV 2012 sebagai faktor seasonal (Hari Raya Idul Adha,

Natal dan Tahun Baru), direspon dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi

sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan (Grafik 2.10).

.

0,13

0,01

0,11

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

UMUM Volatile Administered Core

0

20

40

60

80

100

120

0

100

200

300

400

500

600

Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)

Grafik 2.10.

Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran

dan Kapasitas Produksi

Grafik 2.8.

Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 2.9.

Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2009 2010 2011 2012

Volatile Administered CORE IHK

Page 46: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

Grafik 2.11.

Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap

Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Grafik 2.12.

Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran

Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Ekspektasi Inflasi

Ekspektasi masyarakat Sulut tercermin dari sisi konsumen maupun pedagang. Dari sisi

pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang membaik.

Hal ini tercermin dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada

periode laporan yang ditandai oleh tren penurunan angka indeks ekspektasi pedagang

terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan sehingga masing-masing tercatat sebesar 100 pada

Desember 2012 (Grafik 2.11). Sejalan dengan itu, dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat

juga membaik. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara

pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat

harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang tercatat masing-masing sebesar 180,5 dan 178

pada Desember 2012 atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

masing-masing sebesar 198,5(Grafik 2.10).

Eksternal

Nilai tukar Rupiah pada 2012 mengalami depresiasi dengan volatilitas yang cukup rendah.

Rupiah secara point-to-point melemah 5,91% (yoy) selama tahun 2012 ke level Rp9.638 per

dolar AS. Tekanan depresiasi terutama terjadi pada triwulan II dan III tahun 2012 terkait dengan

memburuknya kondisi perekonomian global, khususnya di kawasan Eropa, yang berdampak

pada penurunan arus masuk portfolio asing ke Indonesia. Dari sisi domestik, tekanan Rupiah

berasal dari tingginya permintaan valas untuk keperluan impor di tengah perlambatan kinerja

ekspor. Nilai tukar Rupiah kembali bergerak stabil pada triwulan IV-2012 seiring dengan

peningkatan arus masuk modal asing yang cukup besar, baik dalam bentuk arus masuk modal

portofolio maupun investasi langsung. Ke depan, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas

nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian.

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulut

200

180,5

178

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2011 2012

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad

146

186

100

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2011 2012

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

Page 47: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

Grafik 2.14.

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 2.13.

Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan

Komoditas Minyak di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg, diolah

2.2.2 Non Fundamental

Volatile foods

Tekanan inflasi pada kelompok volatile foods pada akhir triwulan IV 2012 meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada Desember 2012 kelompok ini tercatat mengalami

inflasi 11,59% (yoy) dengan sumbangan 3,25% (yoy) terhadap inflasi umum, lebih tinggi

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,65% (yoy) dengan sumbangan 2,39%

terhadap inflasi umum. Beberapa faktor yang mempengaruhi terakselerasinya harga kelompok

ini selama triwulan IV 2012 diantaranya:

(a) Peningkatan aktivitas konsumsi seiring dengan rangkaian perayaan Hari Raya Natal 2012 &

Tahun Baru 2013.

(b) Berlanjutnya letusan gunung berapi Lokon yang berlokasi di Tomohon dan tingginya curah

hujan menyebabkan gagal panen sejumlah komoditas pertanian.

(c) Berkurangnya pasokan ikan cakalang akibat pola migrasi ikan di Desember 2012

menyebabkan ikan cakalang mengalami inflasi 1,01% (mtm) dengan sumbangan 0,013%

terhadap inflasi bulanan Kota Manado.

(d) Kenaikan harga bawang merah diduga mengikuti kenaikan harga bawang merah di Pulau

Jawa sebagai pemasok utama bawang merah Sulut. Sementara itu, bertambahnya pasokan

beras seiring dengan panen yang terjadi di beberapa sentra beras Sulut dapat menahan laju

inflasi kelompok volatile foods pada periode laporan.

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30

35

0

20

40

60

80

100

120

IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Persen

USD

/B

arrel

WTI yoy (axis kanan)

Page 48: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut

Administered Price

Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada akhir triwulan IV 2012 tercatat

sebesar 4,6% (yoy) dengan sumbangan 0,87% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan lalu

yang tercatat sebesar 4,61% (yoy) dengan sumbangan 0,87% terhadap inflasi tahunan. Inflasi

kelompok administered price cenderung stabil yang disebabkan oleh belum adanya

penyesuaian kebijakan harga strategis oleh pemerintah hingga akhir tahun 2012. Koordinasi PT.

PERTAMINA (Persero) Manado dan aparat keamanan menyebabkan pasokan bensin dan solar

bersubsidi terjaga sehingga dapat mengurangi antrian BBM bersubsidi di Sulut. Disamping itu,

PERTAMINA Manado juga menggelar operasi LPG 3 kg pada tanggal 31 Desember 2012 di 3

titik yakni di pusat kota, pasar girian dan pasar winenet untuk mengatasi peningkatan harga

LPG 3 kg.

Grafik 2.15.

Perkembangan Harga Ikan di Kota Manado

Grafik 2.16.

Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit

dan Bawang Merah di Kota Manado

10.000

30.000

50.000

I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III V II IV I III I III

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

Rp/kg

Cabe Rawit (merah) Bawang Merah

Beras

10.000

30.000

50.000

I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III V II IV I III I III

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

Rp/kg

Deho Malalugis

Page 49: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

BOX 1. Kajian Pangan Strategis:

Pemetaan Kondisi Surplus-Defisit 5 (lima) Komoditas Terpilih di Sulawesi Utara

Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan nasional

karena terkait erat dengan ketahanan sosial, stabilitas politik, ketahanan nasional, serta stabilitas

ekonomi. Bagi Bank Indonesia, tersedianya cadangan pangan yang baik sangat mendukung

langkah - langkah stabilisasi harga pangan secara nasional yang tercermin dari laju inflasi.

Pentingnya ketersediaan cadangan pangan menjadi sangat mutlak diperlukan ketika terjadi

ketidakstabilan harga yang disebabkan oleh adanya shock dari sisi permintaan maupun

penawaran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara, andil inflasi bulanan di Sulut

menunjukkan bahwa kelompok bahan makanan merupakan kelompok penyumbang inflasi

terbesar dibanding kelompok lainnya. Hal ini dikarenankan komoditas subkelompok ini sangat

tergantung pada pola musiman, kondisi cuaca dan geografis yang rentan berubah serta

dipengaruhi oleh faktor eksternal lainnya seperti gangguan alam, faktor perkembangan harga

komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.

Secara Umum, Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi yang secara umum dapat menjaga

ketersediaan pangan untuk wilayahnya sendiri. Kondisi ini dapat terlihat dari tingkat penyediaan 5

(lima) komoditas terpilih yang cenderung menunjukkan tren meningkat dalam kurun waktu enam

tahun terakhir (2006-2011). Pola yang sama juga terlihat pada tingkat pemakaian/konsumsi,

sehingga secara netto posisi Sulawesi Utara untuk kelima komoditas tersebut tercatat mengalami

kondisi seimbang.

Sebagai cross-check terhadap data yang ketersediaan pangan di Sulut, Kantor Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan harga. Apabila

Sumber : Neraca Bahan Makanan, BKP Provinsi Sulawesi Utara, diolah

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Bawang Gula Pasir Migor

Cabe Beras

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Bawang Gula Pasir Migor

Cabe Beras

Grafik 1. Penyediaan dan Konsumsi Pangan Strategis di Sulawesi Utara 2006-2011

Page 50: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

ketersediaan komoditas pangan disuatu daerah mengalami defisit, sudah tentu akan

mengindikasikan bahwa daerah tersebut terancam mengalami kerawanan pangan. Sesuai dengan

hukum permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi, kondisi menipisnya stok pangan atau

bahkan defisit tersebut akan berimbas pada kenaikan harga komoditas pangan akibat adanya

excess demand dalam perekonomian akibat shortage dalam supply komoditas tersebut. Dari

logika tersebut, selanjutnya dengan asumsi terjadinya kondisi perfect market clearing dalam

perekonomian, harga suatu komoditas pangan akan dapat merefleksikan keadaan stok atau

persediaan barang dengan besarnya permintaan masyarakat yang relatif tidak berubah sesuai

dengan pola konsumsinya.

Tabel 1. Hasil Rekap Estimasi Model Spasial Surplus Defisit

Variabel Beras Cabai Rawit Bawang Merah Minyak Goreng Gula Pasir

Model Terbaik Spatial Error

Autocorrelation, No

Fixed Effect

Spatial Lag

Dependent

Variabel and

Spatial Random

Effect

Spatial Lag

Dependent

Variabel and

Spatial Random

Effect

Spatial Lag

Dependent Variabel

and Spatial

Random Effect

Spatial Lag

Dependent Variabel

and Spatial

Random Effect

VARIABEL

Produktivitas -0.106*** -0.0002 -0.001 - -

Pendapatan/Kapita 0.088* 0.041** 0.065*** 0.139*** 0.080***

Infrastruktur -0.161 0.085 -0.071 -0.320* -0.194***

Biaya Input 0.221* 0.085** 0.070*** 0.203*** 0.149***

Curah Hujan 0.169*** 0.004 0.009 - -

- - - - -

Harga Jatim - - - - -

Harga Manado - - - - -

Harga Komplemen

(Minyak Goreng)

0.267*** - - - -

W*dep var 0.659*** 0.921*** 0.889*** 0.744*** 0.848***

Auto*var - - - - -

GOODNESS OF FIT

R-Squared (R2) 0.509 0.966 0.980 0.866 0.955

Corr-Squared 0.513 0.213 0.008 0.580 0.883

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dengan menggunakan analisis spasial yang dilakukan di 15 Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

diperoleh hasil dimana penentuan kondisi surplus dan defisit 5 (lima) komoditas strategis di

Sulawesi Utara (Tabel 1) disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:

Untuk komoditas pertanian seperti beras, cabai rawit dan bawang merah, tingkat

produktivitas (diukur melalui jumlah produksi dibagi dengan luas lahan), berhubungan

negatif dan berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga. Sebagai contoh, apabila di suatu

daerah, tingkat produktivitas berasnya dinilai cukup tinggi, maka kondisi stok akan terjaga

dan pada tahap selanjutnya akan mendorong penurunan tingkat harga. Dengan harga yang

relatif rendah tersebut, suatu daerah dapat digolongkan menjadi daerah surplus.

Tingkat pendapatan yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan jumlah

Page 51: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

permintaanya, yang kemudian pada akhirnya dapat menaikkan harga.

Kenaikan harga barang input, akan menaikkan biaya produksi dan selanjutnya dapat

menaikkan tingkat harga.

Curah hujan yang tinggi di suatu daerah dapat berpotensi menurunkan produktivitas

komoditas pertanian yang selanjutnya menaikkan tingkat harga.

Kondisi infrastruktur yang lebih baik akan mendorong lancarnya arus distribusi barang

sehingga mampu menurunkan tingkat harga.

Keterkaitan/hubungan spatial dengan daerah lain.

Dari hasil pengolahan data diatas, selain diperoleh hasil variabel yang menunjukkan faktor-faktor

yang menentukan kondisi surplus defisit, juga diperoleh pemetaan kondisi surplus-defisit 5 (lima)

komoditas di 15 Kab/Kota di Sulawesi Utara sebagai berikut:

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari hasil temuan empiris dan pembahasan diatas, terdapat beberapa hal yang dapat ditarik

menjadi kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum di wilayah Sulawesi Utara disepanjang periode pengamatan mengalami kondisi

surplus komoditas pangan, terutama untuk komoditas beras dan minyak goreng, dimana

Gambar 1. Kondisi Surplus-Defisit Komoditas Pangan Strategis 2006-2011

Page 52: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

untuk kedua komoditas tersebut Sulawesi Utara memiliki daerah sentra produksi beras

(Kabupaten Bolaang Mongondow) dan industri pengolahan minyak goreng (Kota Bitung).

2. Terdapat hubungan spasial antar wilayah yang mempengaruhi pembentukan harga lima

komoditas di masing-masing daerah yang ditunjukkan oleh koefisien spatial weight matrix

yang bernilai positif. Hal ini berarti bahwa interaksi antar wilayah turut mempengaruhi harga

disuatu daerah tidak hanya variabel di daerah tersebut saja. Interaksi ini juga menyebakan

daerah surplus akan mendorong surplus pada daerah sekitar, sehingga ketersediaan pangan

suatu daerah akan mempengaruhi ketersedian pangan daerah yang berdekatan. Serta tidak

menutup kemungkinan daerah surplus menjadi daerah defisit karena sebagian besar

produksinya dijual ke daerah lain.

3. Tingginya aktivitas perdagangan di suatu daerah juga berdampak positif, sebagai contoh

Kota Manado yang merupakan sentra perdagangan di Sulut sekaligus sebagai daerah non

penghasil masih memiliki kecenderungan untuk mengalami surplus.

4. Infrastruktur untuk 5 (lima) komoditas di wilayah Sulawesi Utara relatif memiliki pengaruh

yang relatif berbeda. Untuk komoditas hasil pertanian seperti beras, bawang merah dan cabai

rawit relatif tidak signifikan karena lokasi pertanian untuk ketiga komoditas tersebut dapat

dijumpai di beberapa Kab/Kota di Sulawesi Utara. Sementara untuk komoditas industri seperti

gula pasir dan minyak goreng, variabel infrastruktur secara statistik berpengaruh secara

signifikan terhadap harga. Hal ini disebabkan karena untuk komoditas minyak goreng dan

gula pasir lokasi industri atau pedagang besar hanya terdapat di Kota Besar seperti Bitung

dan Manado.

Beranjak dari kesimpulan studi ini terdapat beberapa hal yang kiranya dapat diambil sebagai

rekomendasi kebijakan jangka pendek terkait topik ini sebagai berikut:

Tabel 2. Rekap Rekomendasi Kebijakan

Komoditas Permasalahan Implikasi Kebijakan

Beras Masih terdapat daerah dengan

kecenderungan defisit beras di

beberapa Kab/Kot di Provinsi Sulut

Pemerintah daerah perlu segera mengimplementasikan

program Desa Mandiri Pangan di Provinsi Sulut untuk

mengurangi kondisi defisit komoditas pangan strategis

khususnya beras dan menyentuh sektor hulu (produksi)

maupun hilir (pengolahan).

Berkurangnya luas lahan sawah

menyebabkan produktivitas padi

menurun

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan, banyak terjadi alih fungsi lahan.

Untuk mengatasi hal ini, perlu diintensifkan program

intensifikasi pertanian melalui optimalisasi lahan sawah yang

ada.

Hortikultura

(Bawang Merah,

Cabe Merah)

Ketergantungan pasokan dari luar

wilayah Sulut menyebabkan

volatilitas harga cabe merah dan

bawang merah

Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan kebijakan

pengembangan setra/klaster cabe merah dan bawang

merah untuk meningkatkan produksi lokal dan mengurangi

ketergantungan impor dari daerah lain.

Page 53: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

41

Selain rekomendasi diatas, dalam jangka panjang terdapat beberapa masukkan bagi

pemerintah daerah diantaranya:

1. Terkait dengan kondisi surplus-defisit pangan di daerah penelitian, dari hasil studi ini kondisi

ketahanan pangan di Sulawesi Utara menunjukkan posisi yang aman. Namun demikian,

untuk mendukung studi lebih lanjut mengenai hal ini serta sebagai alat untuk menentukan

kebijakan pangan di daerah hendaknya pemerintah daerah dapat menyusun neraca pangan

yang komprehensif sehingga kondisi surplus defisit pangan dapat dimonitor setiap waktu.

2. Membangun sebuah sistem informasi pusat informasi komoditas strategis yang juga

menggambarkan kondisi harga serta jumlah stok yang tersedia serta membuat indikator EWS

sebagai sinyal awal indikasi terjadinya krisis pangan.

3. Mengingat signifikannya pengaruh hubungan spasial antar wilayah dalam model,

berimplikasi pada perlunya koordinasi antar pemerintah daerah khususnya antara daerah

perkotaan yang membutuhkan pasokan dengan daerah kabupaten yang menjadi pemasok

atau penyangga ketersediaan pangan dalam rangka menjamin ketersedian stok pangan serta

kestabilan harga komoditas. Peran ini juga dapat dilakukan melalui penguatan koordinasi

kelembagaan TPID Provinsi Sulawesi Utara dan TPID Kota Manado dengan pemerintah

daerah sekitar.

Page 54: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

42

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 55: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN

PERBANKAN DAERAH BAB III

Page 56: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

44

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 57: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

45

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan Sulawesi Utara secara umum menunjukkan perkembangan yang baik,

sebagaimana tercermin dari masih bertumbuhnya fungsi intermediasi perbankan serta

terjaganya risiko kredit. Pada triwulan IV 2012 asset, kredit dan DPK perbankan Sulut

menunjukkan pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Aset perbankan Sulut tumbuh sebesar 18,25% (yoy), atau lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercatat sebesar 21,40% (yoy). Kredit perbankan Sulut

tercatat tumbuh sebesar 13,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang

sebesar 16,95% (yoy) maupun dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang sebesar

23,71% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar 13,81%

(yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 16,95% (yoy).

Dengan demikian Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level

120,71% di akhir triwulan IV 2012.

Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit,

risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)

relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.

Tabel 3.1

Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan IV-2012 mengalami perlambatan dibandingkan

dengan periode lalu maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut

pada triwulan IV 2012 mencapai Rp25.120 miliar atau tumbuh 18,25% (yoy), lebih rendah dari

pertumbuhan triwulan lalu dan tahun lalu yan g masing-masing tercatat sebesar 21,40% (yoy)

dan 21,16% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan aset pada triwulan IV 2012 masih lebih

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Total Aset 14.783 15.914 16.731 17.534 18.242 19.467 20.465 21.244 22.112 24.052 24.844 25.120

Tumbuh Y.o.Y (%) 8,42 11,79 12,58 18,72 23,40 22,33 22,32 21,16 21,22 23,55 21,40 18,25

DPK (Rp Miliar) 9.953 10.604 11.114 11.428 11.797 12.601 13.298 14.138 14.579 15.367 15.552 16.090

Tumbuh Y.o.Y (%) 11,74 12,24 14,28 14,43 18,53 18,83 19,66 23,71 23,58 21,95 16,95 13,81

Kredit outstanding (Rp Miliar) 10.867 11.631 12.119 12.909 13.397 14.403 15.107 15.896 16.177 17.506 18.445 19.422

Tumbuh Y.o.Y (%) 19,48 20,81 21,14 23,12 23,28 23,83 24,65 23,14 20,75 21,54 22,10 22,19

LDR (%) 109,18 109,68 109,05 112,95 113,56 114,30 113,60 112,43 110,96 113,92 118,60 120,71

NPL (%) 3,53 3,46 3,48 3,13 3,74 3,64 3,46 2,66 2,66 2,61 2,57 1,99

2011

Komponen

20122010

Page 58: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

46

tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 3 tahun terakhir, tercatat

sebesar 19,38% (yoy).

Struktur aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012 masih didominasi oleh aset bank

umum konvensional dengan pangsa mencapai 94,83% dari total aset perbankan. Lebih lanjut,

sebesar 66,18% merupakan aset bank pemerintah dan 28,65% merupakan aset bank swasta.

Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar

2,07% dan 3,10%.

Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional tumbuh melambat apabila

dibandingkan dengan periode sebelumnya maupun dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Pada Desember 2012 aset BPR konvensional tercatat tumbuh 25,89% (yoy) atau

lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 46,54% (yoy) maupun periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 62,12%(yoy). Searah dengan BPR

konvensional, aset bank umum syariah juga mengalami perlambatan. Pada triwulan IV 2012

aset bank umum syariah tercatat tumbuh 14,10%(yoy), atau lebih rendah dibandingkan

triwulan lalu yang tercatat sebesar 38,34% (yoy).

3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 23 bank

umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan

jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 253 kantor dan bank umum syariah

memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 50 kantor. Seiring dengan meningkatnya

aktivitas ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara, penambahan jaringan kantor terus berlanjut. Pada

triwulan IV 2012 terjadi penambahan 9 kantor bank umum, di mana 5 bank umum baru di

Kota Manado dan 3 kantor bank umum di Minahasa, serta pernambahan 1 kantor BPR. Hal ini

Grafik 3.1.

Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. IV-2012

Grafik 3.2.

Perkembangan Pangsa Aset Perbankan

Sulawesi Utara Tw. IV-20112 (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

BPR

Konvensional

3%

Bank Umum

Syariah

2%

Bank Umum

Konvensional

Pemerintah

66%

Bank Umum

Konvensional

Swasta

29%

Bank Umum

Konvensional

95%

BPR Konvensional Bank Umum Syariah

Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta

93

93,5

94

94,5

95

95,5

96

96,5

97

97,5

98

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011 2012

Total Asset BPR Konvensional (left axis)

Total Asset BU Syariah (left axis)

Bank Umum Konvensional (right axis)% %

Page 59: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

47

mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi tidak hanya terjadi di Kota Manado sebagai

pusat pertumbuhan, namun juga sudah mulai tersebar ke wilayah lainnya di Sulawesi Utara.

3.3 PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL

3.3.1 Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Desember 2012 memutuskan

untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih

konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi

tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Evaluasi terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek

tahun 2013-2014 secara umum menunjukkan bahwa perekonomian domestik tumbuh tetap

baik dengan stabilitas yang terjaga. Ke depan, dengan mencermati risiko perekonomian global,

Dewan Gubernur akan memperkuat kebijakan untuk mengelola keseimbangan eksternal ke

tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan

ekonomi domestik. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial serta dukungan koordinasi dengan Pemerintah akan mampu menjaga

kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus

berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi

Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga

perbankan hingga akhir triwulan IV-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang

bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Desember 2012, rata-rata tingkat suku

bunga kredit tercatat sebesar 13,11% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 13,27%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat

suku bunga kredit modal kerja mencapai 12,81% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar

13,75% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,13% per tahun. Sementara itu,

rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan Desember 2012 tercatat sebesar

5,34%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,43%.

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.4.

Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Menurut Jenis Penggunaan (%)

Grafik 3.3.

Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

5,50

6,00

6,50

7,00

13,0

14,0

15,0

16,0

17,0

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

2011 2012

Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis)

Sk. Bunga Deposito (Right Axis)

13,0

13,5

14,0

14,5

15,0

15,5

16,0

16,5

17,0

17,5

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des

2011 2012

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Page 60: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

48

Grafik 3.7.

Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

3.3.2 Penyerapan Dana Masyarakat

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada

triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 13,81% (yoy) menjadi Rp16.090 miliar.

Namun demikian, laju pertumbuhan DPK cenderung melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 23,71% (yoy) maupun

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 16,95% (yoy).

Berdasarkan jenis simpanannya, perlambatan terjadi pada simpanan berupa deposito dan

tabungan. Di lain pihak, pertumbuhan simpanan giro pada triwulan IV 2012 lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Deposito yang tercatat hanya tumbuh 6,41% (yoy) atau

lebih rendah dibandingkan triwulan III 2012 yang tumbuh sebesar 12,06% (yoy) maupun pada

triwulan IV 2011 yang tercatat tumbuh 21,55% (yoy). Sejalan dengan deposito, tabungan

tumbuh 16,14% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang

tercatat 19,83% (yoy). Di lain pihak, giro tumbuh 19,29% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat 19,01% (yoy).

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam

sistem perbankan masih didominasi oleh jenis

simpanan tabungan sebesar 54% dari total

keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul

kemudian deposito (27,72%) dan giro

(18,28%).

Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah

menyerap 65,63% dari total DPK sedangkan

Grafik 3.6.

Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.5.

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

18,28%

27,72%

54,00%

Giro Deposito Tabungan

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011 2012

Bank Pemerintah Bank Swasta

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011 2012

Bank Pemerintah Bank Swasta

Page 61: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

49

Tabel 3.2.

Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,37%). Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di bank

pemerintah tumbuh 16,86% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar 8,41%

(yoy).

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang

dihimpun, sebesar 74,84% atau sebesar Rp12.042 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi

di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (7,03%), Kota Bitung (6,91%),

Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud (4,77%), Kabupaten Minahasa (4,11%), Kota Tomohon

(0,84%), Kabupaten Minahasa Selatan (0,78%), Kabupaten Minahasa Utara (0,72%) .

Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan

hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami

I II III IV I II III IV

Kab. Minahasa 605 682 682 662 732 800 784 661

Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895 899 767

Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156 173 126

Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136 148 117

Kota Menado 8.275 8.890 9.478 10.489 10.380 10.891 11.029 12.042

Kota Kotamobagu 1.011 1.047 1.054 962 1.117 1.249 1.282 1.132

Kota Bitung 775 834 887 965 1.017 1.061 1.052 1.112

Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180 184 135

Total 11.797 12.601 13.298 14.138 14.579 15.367 15.552 16.090

2012Kota/Kabupaten

2011

Grafik 3.9.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kab/Kota (%)

Grafik 3.8.

Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

I II III IV I II III IV

2011 2012

Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180 184 135

Kota Bitung 775 834 887 965 1.017 1.061 1.052 1.112

Kota Kotamobagu 1.011 1.047 1.054 962 1.117 1.249 1.282 1.132

Kota Menado 8.275 8.890 9.478 10.489 10.380 10.891 11.029 12.042

Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136 148 117

Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156 173 126

Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895 899 767

Kab. Minahasa 605 682 682 662 732 800 784 661

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

Kota Tomohon Kota Bitung Kota Kotamobagu

Kota Menado Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan

Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Minahasa

-5 0 5 10 15 20 25 30

Kab. Minahasa

Kab. Kepulauan Sangihe

Kab. Minahasa Selatan

Kab. Minahasa Utara

Kota Menado

Kota Kotamobagu

Kota Bitung

Kota Tomohon

Q4-2012

Page 62: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

50

Grafik 3.11.

Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Rp. Miliar)

oleh Kabupaten Minahasa Utara sebesar 24,37% (yoy) dan yang terendah dialami oleh

Kabupaten Minahasa sebesar -0,24% (yoy).

3.3.3 Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus tumbuh positif, walaupun melambat

apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu. Pada triwulan IV-2012, jumlah kredit

secara umum tercatat 19.442 miliar atau tumbuh 22,19% (yoy). Berdasarkan jenis

penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi yang

mencapai jumlah Rp11.112 miliar atau tumbuh 34,56% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit

modal kerja dan kredit investasi masing-masing tercatat sebesar Rp5.848 miliar dan Rp2.462

miliar atau tumbuh 13,34% (yoy) dan -0,64% (yoy). Peningkatan jumlah kredit konsumsi di

Sulawesi Utara merupakan pengaruh musiman perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru di

penghujung tahun 2012.

Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 57,21%

dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar

30,11%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 12,67%.

Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar

ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 26,41%

dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan,

bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum

swasta nasional. Kelompok bank pemerintah menyalurkan Rp13.877 miliar atau mencapai

Grafik 3.10.

Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011 2012

gModal Kerja (%) gInvestasi (%)

gKonsumsi (%) gTotal Kredit (%)

- 2.000 4.000 6.000 8.000

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2009

2010

2011

2012

Investasi Modal Kerja Konsumsi

Page 63: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

51

pangsa pasar 71,45% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar

Rp5.545 miliar dengan pangsa pasar 28,55% dari total kredit.

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp19.422 miliar, tercatat

64.93% atau sebesar Rp12.612 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti

oleh Kota Kotamobagu dengan pangsa pasar sebesar 9,48% (Rp1.842 miliar), Kabupaten

Minahasa 8,46% (Rp1.643 miliar), Kabupaten Kepulauan Sangihe 6,64%(Rp1.290 miliar), Kota

Bitung 5,98% (Rp1.162 miliar), Kota Tomohon 1,78% (Rp345 miliar), Kabupaten Minahasa

Selatan 1,65% (Rp320 miliar), Kabupaten Minahasa Utara 1,07% (Rp209 miliar).

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi

dialami Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 65,37% (yoy) sedangkan yang terendah adalah

Kota Bitung 18,61% (yoy).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.13.

Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.12.

Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.15.

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.14.

Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

59,08%

26,41%

3,24%

3,75%

7,52%

Lainnya (Konsumsi)

Perdagangan, Hotel & Restoran

Konstruksi

Jasa Dunia Usaha

Sektor Lainnya

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011 2012

Bank Swasta Bank Pemerintah

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Tomohon Bitung Kotamobagu Menado

Minahasa Utara Minahasa Selatan Sangihe Minahasa

- 20 40 60 80

Minahasa

Sangihe

Minahasa Selatan

Minahasa Utara

Menado

Kotamobagu

Bitung

Tomohon

Page 64: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

52

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012

Kredit Umum Kredit UMKM

3.3.4 Kredit MKM

Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara tidak

terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Kredit UMKM

adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan

kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008

tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi

kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Data yang

disajikan dalam pembahasan Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV 2012 adalah kredit UMKM

dengan menggunakan definisi sebagaimana diatur dalam UU No.20 tahun 2008 tentang

UMKM.

Sampai dengan triwulan IV-2012, posisi

kredit MKM tercatat Rp5.740 miliar atau

turun 0,07% (yoy). Jika dilihat berdasarkan

skalanya, kredit menengah memiliki

pangsa terbesar yakni 42,90%, kredit kecil

memiliki pangsa mencapai 39,63%, dan

sisanya 17,47% merupakan kredit mikro.

Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan

pada triwulan IV-2012, pangsa kredit MKM tercatat 29,55%, atau lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar 36,13%. Meskipun melambat, kualitas

kredit UMKM meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada triwulan IV 2012

rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 3,71%, menurun dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,61%.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Mikro Kecil Menengah

Grafik 3.16.

Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)

Grafik 3.18.

Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17.

Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

- 50 100 150 200

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2010

2011

2012

Menengah Kecil Mikro

Page 65: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

53

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan IV 2012 relatif terkendali.

Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI

yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio

(LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan

berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang

tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, Pendapatan

Bunga Bersih, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.

3.4.1 Risiko Kredit

Pada triwulan IV-2012 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin

dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio

NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%)

tercatat sebesar 1.99%, yang merupakan rasio terendah selama tahun 2012. Dengan nilai NPLs

yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit,

terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada

hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-

upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit .

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat

bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif

rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 57,77% dari total kredit

memiliki tingkat NPL sebesar 1,46%.

Grafik 3.19.

Kredit & NPLs Sektoral Tw. III-2012

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000Kredit (Rp miliar)-left axis

NPL (%)-right axis

Page 66: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

54

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

- 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Minahasa

Sangihe

Minahasa Selatan

Minahasa Utara

Menado

Kotamobagu

Bitung

Tomohon

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber

dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan

laporan cukup terkendali.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu

sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara

masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek

(tabungan dan giro) yang berpotensi menciptakan

maturity mismatch karena kredit yang disalurkan

perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang

daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini

ditandai oleh masih mendominasinya tabungan pada DPK perbankan Sulut dengan pangsa

rata-rata 3 tahun terakhir tercatat sebesar 53,15% dari total DPK secara keseluruhan.

Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 120,71%. Perlu

digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan

dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio

LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

DPK yang berhasil dihimpun bank.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Bitung sebesar

104,51%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Tomohon sebesar 256,66%,

disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 253,76%,

Kabupaten Minahasa sebesar 248,68%, Kabupaten Minahasa Utara sebesar 179%, Kabupaten

Kepulauan Sangihe sebesar 168,09%, Kota Kotamobagu sebesar 162,79%, Kota Manado

sebesar 104,73%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan bahwa

wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak

kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah

tersebut.

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari

rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)

yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun bergerak

dalam batasan yang relatif rendah. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan

Grafik 3.20.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

Page 67: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

55

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012

Plafond 15.576 16.517 17.405 18.210 18.641 19.987 20.608 21.511

Outstanding 13.397 14.403 15.107 15.896 16.177 17.506 18.445 19.422

Rasio UL (%) 7,56 7,25 7,78 7,30 7,47 6,73 6,06 5,95

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

22.000

24.000

%Rp Miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012

Pend.Bunga 640 1.29 1.99 2.75 686 1.42 2.19 3.02

Biaya Bunga 253 527 813 1.11 282 569 848 1.11

NIM 414 766 1.18 1.63 404 858 1.34 1.90

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta

asing di perbankan Sulawesi Utara.

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada

triwulan IV-2012 menunjukkan tren penurunan.

Tercatat rasio kelonggaran tarik pada Desember

2012 sebesar 5,95%, atau lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat 7,30%. Hal ini

mencerminkan berkurangnya jumlah kredit yang

tidak dicairkan oleh nasabah.

Pendapatan Bunga Bersih

Pendapatan Bunga Bersih merupakan salah satu

indikator penilaian terkait kemampuan bank

dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca

konsolidasi bank umum, saldo bersih

pendapatan bunga setelah dikurangi biaya

bunga atau yang biasa disebut Pendapatan

Bunga Bersih pada triwulan laporan

menunjukkan angka yang positif sebesar

Rp1.904 miliar, mengalami peningkatan bila

dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yang tercatat Rp1.633 miliar.

Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan

laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio

BOPO bank umum dari 78,75% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 67,41%

pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan efisiensi perbankan

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Grafik 3.22.

Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum (Rp Miliar)

Grafik 3.21.

Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Page 68: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

56

Grafik 3.24.

Return On Asset Bank Umum

Grafik 3.23.

Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2012, rasio ROA

bank umum tercatat sebesar 4,56%, meningkat bila dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,22%.

3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Pada triwulan IV 2012 perbankan umum syariah di Sulawesi Utara mengalami perkembangan

yang cukup baik. Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi Desember 2012 tumbuh

sebesar 14,10% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 32,91% (yoy). Sementara

itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 41,22% (yoy) pada triwulan laporan.

Lebih tingginya laju pertumbuhan DPK dibandingkan dengan kredit menyebabkan Financing to

Deposit Ratio (FDR) turun dari 188,51 pada Desember 2011 menjadi 177,41 pada Desember

2012. Masih tingginya FDR mencerminkan bahwa bank umum syariah masih perlu

meningkatkan upaya menjaring Dana Pihak Ketiga di Sulawesi Utara.

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

BO 446 985 1.40 1.90 512 1.11 1.97 2.56 546 1.15 1.74 2.38

PO 609 1.29 1.97 2.68 761 1.51 2.41 3.25 827 1.68 2.56 3.53

Rasio 73,2 76,2 71,1 70,9 67,3 73,6 81,8 78,7 66,0 68,4 68,0 67,4

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

%Rp Miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Aset (Rp Juta) - Left Axis 14.783 15.913, 16.695 17.504 18.242 19.467 20.465 21.243, 22.112, 24.052, 24.844, 25.119,

L/R (Rp Juta) - Right Axis 168 316,31 533 734 215 430 416 684,26 279,34 530,12 813,45 1.144,6

-

500

1.000

1.500

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

Page 69: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

57

Tabel 3.4.

Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari perbankan syariah di Sulawesi Utara, rasio

Non Performing Financing (NPF) masih berada dibawah batas ketentuan Bank Indonesia, yakni

sebesar 4,18% (<5%).

3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Asset 331,31 330,49 347,06 480,87 454,29 476,53 480,13 548,66

Growth (yoy) 99,87 65,87 20,46 57,82 37,12 44,19 38,34 14,10

DPK 128,38 133,03 138,95 188,58 195,65 198,98 205,21 266,31

Growth (yoy) 54,29 47,34 33,13 50,31 52,40 49,57 47,69 41,22

Giro 13,12 12,14 12,76 16,73 13,94 15,87 16,24 33,05

Tabungan 76,95 34,87 35,88 68,68 75,16 72,59 62,71 88,45

Deposito 38,30 86,02 90,31 103,16 106,55 110,52 126,27 144,81

Kredit 246,04 285,07 322,15 355,48 371,77 403,16 440,70 472,47

Growth (yoy) 63,94 53,33 48,16 48,08 51,10 41,42 36,80 32,91

Modal Kerja 217,87 243,62 5,71 259,58 260,57 276,33 295,16 308,75

Investasi 3,62 3,96 248,81 10,92 16,27 22,38 122,81 119,63

Konsumsi 24,55 37,49 67,63 84,98 94,93 104,45 22,73 44,09

FDR (%) 191,65 214,29 231,85 188,51 190,02 202,61 214,75 177,41

NPF (%) 2,70 3,17 2,28 1,94 1,89 3,06 4,95 4,18

20122011

Tabel 3.3.

Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Aset 430,61 496,17 563,07 651,75 713,67 780,43 825,13 820,50

Growth (yoy) 58,31 64,35 68,43 62,12 65,74 57,29 46,54 25,89

DPK 308,44 348,50 395,04 439,46 471,29 508,60 515,70 588,09

Growth (yoy) 60,01 57,10 54,89 55,92 52,80 45,94 47,98 33,82

Deposito 236,49 267,94 318,64 346,55 382,24 408,82 416,40 475,25

Tabungan 71,95 80,56 76,40 92,91 89,05 99,78 99,30 112,84

Kredit 322,50 383,57 420,10 455,81 505,54 544,48 572,01 621,61

Growth (yoy) 51,91 66,58 70,22 58,09 56,76 41,95 49,13 36,37

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 104,36 92,37 100,10 98,12 97,13 102,88 114,10 93,80

Investasi 15,69 14,14 13,22 12,50 17,32 21,83 23,16 17,42

Konsumsi 202,44 277,06 306,78 345,19 391,09 419,77 434,75 510,39

Sektoral

Pertanian 4,47 4,66 5,59 5,73 5,85 5,55 6,59 7,01

Perindustrian 5,40 3,63 2,77 2,34 2,34 2,12 2,65 1,67

PHR 41,78 46,21 49,50 44,88 50,85 56,84 61,39 50,40

Jasa-jasa 53,61 33,64 33,22 33,50 33,77 35,27 32,92 25,23

Lain-lain 217,23 295,43 329,02 369,37 412,73 444,70 468,46 537,30

LDR (%) 104,56 110,06 106,34 103,72 107,27 107,06 110,92 105,70

NPL (%) 4,71 3,85 4,16 3,92 3,89 4,17 5,44 4,10

Komponen

2011 2012

Page 70: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

58

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan positif

meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan aset, DPK dan kredit dan terjaganya kualitas kredit. Aset BPR pada akhir triwulan

IV 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 25,89% (yoy), menjadi Rp820,50 miliar.

Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit

tercatat 36,37% (yoy) atau mencapai Rp621,61 miliar. Secara sektoral, kredit terutama

disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 86,44% dan sektor perdagangan,

hotel & restoran dengan pangsa 8,11%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar

kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 82,11% dari

total kredit.

Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 33,82%(yoy)

dengan jumlah nominal sebesar Rp588,09 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya,

deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,81%. Pertumbuhan DPK BPR jauh

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait

dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga

perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi

BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada

tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.

Fungsi intermediasi pada BPR menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR yang

tercatat sebesar 105,70% pada triwulan IV-2012. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level

dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 4.10% pada triwulan

IV-2012.

Page 71: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

59

BOX 2: Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sulawesi Utara

Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan

kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) yang feasible tapi belum

bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan

memiliki kemampuan untuk mengembalikan UMKMK yang diharapkan dapat

mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian,

perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan dan jasa keuangan simpan pinjam.

Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung maksudnya UMKMK dapat mengakses

langusng KUR di Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana dan secara tidak langsung,

yaitu melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan

linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana. Adapun beberapa

peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum Kredit Usaha Rakyat,

diantaranya yaitu:

1. Peraturan presiden nomor 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan.

2. Inpres 6 Tahun 2007 Tanggal 8 Maret 2007 tentang kebijakan Sektor Riil dan

Pemberdayaan UMKMK guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Perkembangan KUR Nasional

Sampai November 2012 ini, bank

nasional yang menyalurkan KUR

sebanyak 7 Bank Nasional dan

seluruh BPD. Bank BRI adalah

penyalur KUR terbesar dengan total

plafon mencapai Rp. 57,1 triliun.

Selain ritel, BRI juga menyalurkan

KUR di sektor mikro yang masing-

masing plafonnya sebesar Rp. 12,2

triliun dan Rp. 44,9 triliun, debiturnya 77.240 UMK dan 6.887.529 UMK, rata-rata

kredit Rp. 158.2 juta/debiur dan Rp. 6,5 juta/debitur, serta NPL penyaluran masing-

Page 72: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

60

masing 4.0% dan 2.0%. Menduduki peringkat kedua sampai keenam adalah Mandiri,

BNI,BTN, Bank Bukopin dan BNI Syariah. Secara keseluruhan, rata-rata, nilai Non

Performing Loan (NPL) penyaluran KUR oleh pelaksana ini masih dibawah 5% yaitu

sebesar 3.6%. Bank Bukopin memiliki nilai NPL terbesar yaitu sebesar 7.9% dan BRI

(KUR Mikro) dengan NPL terkecil yaitu 2.0%.

Diharapkan pada periode-periode berikutnya nilai NPL pada bank yang masih di atas

5% bisa turun sehingga penyalurannya lebih tepat sasaran.

Tabel Realisasi dan NPL Penyaluran KUR Bank Nasional

No Bank

Realisasi

NPL

(%)

Plafon

(Rpjuta)

Outstanding

(Rpjuta)

Debitur

Rata-rata Kredit

(Rpjuta/debitur)

1 BRI (KUR Ritel) 12.222.796 5.189.084 77.240 158,2 4

BRI (KUR Mikro) 44.912.823 13.906.082 6.887.529 6,5 2

2 Bank Mandiri 10.370.103 6.120.493 207.040 50,1 2,4

3 BNI 9.474.384 5.078.916 129.745 73 7,1

4 BTN 3.173.828 1.929.413 18.618 170,5 6,3

5 Bukopin 1.376.976 516.212 9.551 144,2 7,9

6 BSM 2.611.665 1.732.935 32.363 80,7 4,7

7 BNI Syariah 27.652 22.291 112 246,9 0

Total 84.170.227 34.495.427 7.362.198 11.4 3.6

Sumber : Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko)

KUR di Sulawesi Utara

Kredit Usaha Rakyat di Provinsi Sulawesi Utara semakin membaik sejalan dengan semakin

gencarnya pemerintah mendorong perbankan untuk meningkatkan usaha penyaluran KUR

terutama untuk pengusaha mikro yang merupakan sektor yang jarang sekali memiliki akses

terhadap pendanaan berbiaya murah. Bank pelaksana KUR di Sulawesi Utara adalah BRI, BNI,

Bank Mandiri, BTN, BSM, Bukopin dan Bank Sulut sebagai BPD Provinsi Sulawesi Utara.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada nasabah KUR serta bank pelaksana KUR di

Provinsi Sulawesi Utara, berikut beberapa hal terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR):

Page 73: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

61

a. Perkembangan Jumlah Debitur KUR dan Realisasi Penyaluran Dana KUR

Grafik Jumlah Debitur tahun 2010 2012 di sebagian Bank Pelaksana KUR yang

beranjak naik membuktikan bahwa semakin banyak UMKMK di Sulawesi Utara yang

mendapatkan pendanaan berbiaya rendah dari perbankan. Penambahan jumlah plafon

dana KUR oleh perbankan tidak serta merta meningkatkan prosesntase realisasinya,

sebagian besar bank pelaksana KUR belum bisa memenuhi plafon yang mereka

tentukan. Sedangkan kenaikan prosentase NPL berbanding lurus dengan peningkatan

dana KUR yang tersalurkan terutama pada sektor perdagangan dan sektor jasa dimana

kedua sektor ini adalah sektor penerima KUR terbesar pertama dan kedua di Sulawesi

Utara serta dimana sebagian besar responden survei mengatakan ada gap dana yang

mereka ajukan dengan dana yang disetujui bank.

b. Pemahaman Debitur KUR & Media Sosialisasi KUR

Pemahaman debitur KUR tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih minim. Hal

dikarenakan media informasi yang digunakan untuk sosialisasi KUR masih belum

efektif. Hal ini terbukti dengan masih adanya anggapan masyarakat bahwa KUR

merupakan pinjaman tanpa pengembalian atau hibah dimana hal ini menjadi salah satu

pemicu tingginya NPL di beberapa bank penyalur KUR. Sebagian besar debitur KUR

mendapatkan informasi KUR dari teman, keluarga atau bahkan dari klien mereka

(mulut-ke-mulut). Hanya sebagian kecil yang mendapatkan informasi tentang KUR dari

sosialisasi bank serta media informasi lain seperti televisi, internet, koran ataupun radio.

Selain itu, sebagian besar debitur KUR belum memahami batasan dana yang dapat

dipinjam tanpa agunan dan yang harus menggunakan agunan.

c. Pemenuhan Persyaratan Pengajuan KUR & Tingkat SUku Bunganya

Sebagian besar responden mengatakan bahwa untuk memenuhi dan mengumpulkan

persyaratan pengajuan KUR tidaklah sulit dan membutuhkan waktu yang relatif singkat

termasuk waktu pencairan dana KUR dari bank juga relatif cepat. Sebagian besar

debitur KUR adalah pemain lama di UMKM dengan lama usaha antara 5 (lima) sampai

20 (dua puluh) tahun. Sebagian besar debitur peserta survei menyatakan bahwa suku

bunga yang diberikan Bank untuk KUR sudah cukup rendah sehingga mereka tidak

Page 74: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

62

diberatkan dalam pembayaran angsuran setiap bulannya namun ada sebagian

pengusaha mikro yang

berpendapat tingkat suku bunga KUR masih relatif tinggi dan mereka berharap agar

dapat diturunkan lagi sehingga meringankan pembayaran angsuran bulanan mereka.

d. Kendala Penyaluran KUR Menurut Bank

Adapun kendala kendala yang diahdapi bank dalam penyaluran KUR dan tingginya

NPL mereka adalah sebagai berikut:

1. Ada anggapan calon debitur bahwa KUR bersifat bantuan.

2. Banyak kegiatan usaha calon debitur adalah usaha dadakan.

3. Debitur kesulitan dalam memenuhi jaminan minimal 30% dikarenakan

tanah/rumah mereka belum bersertifikat dan biaya pengikatan jaminan Notaris &

BPN yang terlalu mahal (kredit < Rp. 100 juta biayanya Rp. 1,5 juta).

4. Lokasi pemohon jauh dari kantor (diluar kota/pulau).

Pemahaman masyarakat bahwa KUR merupakan kredit tanpa jaminan

Page 75: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

63

BOX 3: Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sulawesi Utara

Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan

kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) yang feasible tapi belum

bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan

memiliki kemampuan untuk mengembalikan UMKMK yang diharapkan dapat

mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian,

perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan dan jasa keuangan simpan pinjam.

Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung maksudnya UMKMK dapat mengakses

langusng KUR di Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana dan secara tidak langsung,

yaitu melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan

linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana. Adapun beberapa

peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum Kredit Usaha Rakyat,

diantaranya yaitu:

3. Peraturan presiden nomor 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan.

4. Inpres 6 Tahun 2007 Tanggal 8 Maret 2007 tentang kebijakan Sektor Riil dan

Pemberdayaan UMKMK guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Perkembangan KUR Nasional

Sampai November 2012 ini, bank

nasional yang menyalurkan KUR

sebanyak 7 Bank Nasional dan

seluruh BPD. Bank BRI adalah

penyalur KUR terbesar dengan total

plafon mencapai Rp. 57,1 triliun.

Selain ritel, BRI juga menyalurkan

KUR di sektor mikro yang masing-

masing plafonnya sebesar Rp. 12,2

triliun dan Rp. 44,9 triliun, debiturnya 77.240 UMK dan 6.887.529 UMK, rata-rata

kredit Rp. 158.2 juta/debiur dan Rp. 6,5 juta/debitur, serta NPL penyaluran masing-

masing 4.0% dan 2.0%. Menduduki peringkat kedua sampai keenam adalah Mandiri,

BNI,BTN, Bank Bukopin dan BNI Syariah. Secara keseluruhan, rata-rata, nilai Non

Page 76: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

64

Performing Loan (NPL) penyaluran KUR oleh pelaksana ini masih dibawah 5% yaitu

sebesar 3.6%. Bank Bukopin memiliki nilai NPL terbesar yaitu sebesar 7.9% dan BRI

(KUR Mikro) dengan NPL terkecil yaitu 2.0%.

Diharapkan pada periode-periode berikutnya nilai NPL pada bank yang masih di atas

5% bisa turun sehingga penyalurannya lebih tepat sasaran.

Tabel Realisasi dan NPL Penyaluran KUR Bank Nasional

No Bank

Realisasi

NPL

(%)

Plafon

(Rpjuta)

Outstanding

(Rpjuta)

Debitur

Rata-rata Kredit

(Rpjuta/debitur)

1 BRI (KUR Ritel) 12.222.796 5.189.084 77.240 158,2 4

BRI (KUR Mikro) 44.912.823 13.906.082 6.887.529 6,5 2

2 Bank Mandiri 10.370.103 6.120.493 207.040 50,1 2,4

3 BNI 9.474.384 5.078.916 129.745 73 7,1

4 BTN 3.173.828 1.929.413 18.618 170,5 6,3

5 Bukopin 1.376.976 516.212 9.551 144,2 7,9

6 BSM 2.611.665 1.732.935 32.363 80,7 4,7

7 BNI Syariah 27.652 22.291 112 246,9 0

Total 84.170.227 34.495.427 7.362.198 11.4 3.6

Sumber : Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko)

KUR di Sulawesi Utara

Kredit Usaha Rakyat di Provinsi Sulawesi Utara semakin membaik sejalan dengan semakin

gencarnya pemerintah mendorong perbankan untuk meningkatkan usaha penyaluran KUR

terutama untuk pengusaha mikro yang merupakan sektor yang jarang sekali memiliki akses

terhadap pendanaan berbiaya murah. Bank pelaksana KUR di Sulawesi Utara adalah BRI, BNI,

Bank Mandiri, BTN, BSM, Bukopin dan Bank Sulut sebagai BPD Provinsi Sulawesi Utara.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada nasabah KUR serta bank pelaksana KUR di

Provinsi Sulawesi Utara, berikut beberapa hal terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR):

Page 77: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

65

e. Perkembangan Jumlah Debitur KUR dan Realisasi Penyaluran Dana KUR

Grafik Jumlah Debitur tahun 2010 2012 di sebagian Bank Pelaksana KUR yang

beranjak naik membuktikan bahwa semakin banyak UMKMK di Sulawesi Utara yang

mendapatkan pendanaan berbiaya rendah dari perbankan. Penambahan jumlah plafon

dana KUR oleh perbankan tidak serta merta meningkatkan prosesntase realisasinya,

sebagian besar bank pelaksana KUR belum bisa memenuhi plafon yang mereka

tentukan. Sedangkan kenaikan prosentase NPL berbanding lurus dengan peningkatan

dana KUR yang tersalurkan terutama pada sektor perdagangan dan sektor jasa dimana

kedua sektor ini adalah sektor penerima KUR terbesar pertama dan kedua di Sulawesi

Utara serta dimana sebagian besar responden survei mengatakan ada gap dana yang

mereka ajukan dengan dana yang disetujui bank.

f. Pemahaman Debitur KUR & Media Sosialisasi KUR

Pemahaman debitur KUR tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih minim. Hal

dikarenakan media informasi yang digunakan untuk sosialisasi KUR masih belum

efektif. Hal ini terbukti dengan masih adanya anggapan masyarakat bahwa KUR

merupakan pinjaman tanpa pengembalian atau hibah dimana hal ini menjadi salah satu

pemicu tingginya NPL di beberapa bank penyalur KUR. Sebagian besar debitur KUR

mendapatkan informasi KUR dari teman, keluarga atau bahkan dari klien mereka

(mulut-ke-mulut). Hanya sebagian kecil yang mendapatkan informasi tentang KUR dari

sosialisasi bank serta media informasi lain seperti televisi, internet, koran ataupun radio.

Selain itu, sebagian besar debitur KUR belum memahami batasan dana yang dapat

dipinjam tanpa agunan dan yang harus menggunakan agunan.

g. Pemenuhan Persyaratan Pengajuan KUR & Tingkat SUku Bunganya

Sebagian besar responden mengatakan bahwa untuk memenuhi dan mengumpulkan

persyaratan pengajuan KUR tidaklah sulit dan membutuhkan waktu yang relatif singkat

termasuk waktu pencairan dana KUR dari bank juga relatif cepat. Sebagian besar

debitur KUR adalah pemain lama di UMKM dengan lama usaha antara 5 (lima) sampai

20 (dua puluh) tahun.

Page 78: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

66

Sebagian besar debitur peserta survei menyatakan bahwa suku bunga yang diberikan

Bank untuk KUR sudah cukup rendah sehingga mereka tidak diberatkan dalam

pembayaran angsuran setiap bulannya namun ada sebagian pengusaha mikro yang

berpendapat tingkat suku bunga KUR masih relatif tinggi dan mereka berharap agar

dapat diturunkan lagi sehingga meringankan pembayaran angsuran bulanan mereka.

h. Kendala Penyaluran KUR Menurut Bank

Adapun kendala kendala yang diahdapi bank dalam penyaluran KUR dan tingginya

NPL mereka adalah sebagai berikut:

1. Ada anggapan calon debitur bahwa KUR bersifat bantuan.

2. Banyak kegiatan usaha calon debitur adalah usaha dadakan.

3. Debitur kesulitan dalam memenuhi jaminan minimal 30% dikarenakan

tanah/rumah mereka belum bersertifikat dan biaya pengikatan jaminan Notaris &

BPN yang terlalu mahal (kredit < Rp. 100 juta biayanya Rp. 1,5 juta).

4. Lokasi pemohon jauh dari kantor (diluar kota/pulau).

5. Pemahaman masyarakat bahwa KUR merupakan kredit tanpa jaminan.

Page 79: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN

KEUANGAN DAERAH BAB IV

Page 80: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 81: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

69

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi

pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja,

yang meningkat 35,79% dibandingkan alokasi pada tahun 2011. Peningkatan alokasi belanja

tersebut juga diikuti dengan peningkatan persentase realisasi APBD dari 89,1% di triwulan IV

2011 menjadi 90,3% di triwulan IV 2012. Dari sisi pendapatan, pemerintah daerah provinsi

Sulut juga cukup optomis akan terjadi peningkatan pendapatan pada tahun 2012 tercermin

dari meningkatnya target pendapatan sebesar 33,73% dibandingkan tahun lalu. Dari

peningkatan target tersebut, pada triwulan IV 2012 pemerintah mampu merealisasikan

pendapatan hingga mencapai 102,4% dari target yang ditetapkan atau lebih tinggi

dibandingkan realisasi triwulan IV 2012 sebesar 101,9%.

4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara

Peran pemerintah pusat dalam upaya peningkatan kapasitas perekonomian Sulawesi Utara

tercermin dari adanya transfer dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) ke Provinsi serta Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara. Total transfer daerah Sulut pada

Tahun 2012 mencapai Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan jumlah transfer sejalan dengan komitmen pemerintah pusat untuk terus

mendukung aktivitas ekonomi pemerintah daerah baik pada level Dati I maupun Dati II.

Tabel 4.1.

Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Transfer dana pusat ke daerah berasal dari dua sumber yaitu Dana Perimbangan dan Dana

Penyesuaian & Otonomi Khusus. Secara rata-rata tahunan, porsi Dana Perimbangan terhadap

keseluruhan dana transfer relatif lebih besar dibandingkan porsi Dana Penyesuaian & Otonomi

Khusus. Sementara itu, jika dilihat dari komponen penyusunnya, Dana Perimbangan terutama

berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU), dengan nilai sebesar Rp5,92 Triliun pada tahun 2012

(dlm jutaan rupiah)

Dana Perimbangan 4.375.802 5.282.510 5.462.060 5.997.653 6.992.563

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274.401 335.993 330.894 324.688 356.424

Dana Alokasi Umum (DAU) 3.427.845 4.059.322 4.431.419 4.963.779 5.947.146

Dana Alokasi Khusus (DAK) 673.556 887.196 699.748 709.185 688.993

Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280.370 393.844 221.120 1.152.757 434.367

TOTAL 4.656.172 5.676.354 5.683.180 7.150.410 7.426.930

*) Data Update per 29 Mei 2012

Dana 2008 2009 2010 2011 2012*

Page 82: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

70

Prov. Sulut

16,32%

Kab.Bolmong

6,56%

Kab. Minahasa

7,65%

Kab. Sangihe

6,35%

Kota Bitung

5,96%

Kota Manado

9,15%

Kab.Kep.Talaud

5,76%

Kab.Minsel

6,31%

Kota Tomohon

4,65%

Kab. Minut

6,03%

Kotamobagu

4,24%

Kab.Mitra

4,87%

Kab. Bolmut

4,27%

Kab.Kep.Sitaro

4,75%

Kab.Boltim

3,50%

Kab.Bolsel

3,63%

Dana Bagi

Hasil

Pajak/Bukan

Pajak

5,10%

Dana Alokasi

Umum (DAU)

85,05%

Dana Alokasi

Khusus (DAK)

9,85%

67%

80%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

-

200.000,00

400.000,00

600.000,00

800.000,00

1.000.000,00

1.200.000,00

1.400.000,00

1.600.000,00

1.800.000,00

2.000.000,00

2007 2008 2009 2010 2011 2012

PAD Dana Perimbangan Proporsi Sulut Proporsi Rata-rata seluruh Indonesia

atau meningkat 19,81% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp4,96 Triliun. Dana Alokasi Khusus

(DAK) menunjukkan porsi terbesar kedua dengan pangsa sebesar 9,85%, sementara Dana Bagi

Hasil Pajak/Bukan Pajak menyumbang sebesar 5,10%. Berdasarkan wilayahnya, alokasi Dana

Perimbangan terbagi atas pengalokasian di wilayah Dati I Provinsi Sulawesi Utara dan Seluruh

wilayah Dati II Kab/Kota di Sulut. Dari total Dana Perimbangan yang disalurkan oleh

pemerintah pusat pada tahun 2012, komposisi dana terbesar diperoleh pemerintah Dati I Prov.

Sulut dengan alokasi sebesar 16,32% atau mencapai Rp1.191,56 miliar. Sementara, alokasi

dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 3,50%

dari total dana perimbangan.

Ketergantungan suatu daerah terhadap

pendanaan dari pusat pada dasarnya masih

terjadi di seluruh Indonesia. Hal ini

tercermin dari proporsi rata-rata dana

perimbangan daerah tahun 2012 yang

mencapai 80% terhadap total pendapatan.

Sulawesi Utara sendiri menunjukkan

tingkat ketergantungan yang relatif lebih

rendah tercermin dari proporsi dana

perimbangan sebesar 67% dari total

pendapatan sementara sisanya berasal dari komponen PAD. Jika dilihat tren perkembangannya,

rasio tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap alokasi dana perimbangan juga terus

mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa Sulawesi Utara sudah relatif mandiri dan

memiliki kapasitas ekonomi yang cukup baik.

Grafik 4.2.

Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012

Grafik 4.3.

Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Grafik 4.1.

Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota

di Sulawesi Utara Tahun 2012

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Page 83: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

71

Tabel 4.2.

Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2012

4.2. APBD di Tingkat Provinsi

Dukungan fiskal daerah dalam rangka pembiayaan perekonomian pada tahun 2012 lebih besar

dibandingkan tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin dari nilai APBD Provinsi Sulawesi

Utara tahun 2012 yang meningkat dari Rp1,3 triliun menjadi Rp1,8 triliun (Tabel 4.2). Dengan

dukungan tersebut maka diperkirakan prospek aktivitas perekonomian Sulawesi Utara akan

semakin baik. Dari sisi pendapatan, target pendapatan di Tahun 2012 tercatat mengalami

peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,79 triliun atau naik sebesar 33,73%.

Hingga akhir triwulan IV-2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah

melampaui target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp1,83 triliun atau 102,4% dari target yang

ditetapkan. Di sisi belanja, pemerintah juga telah menganggarkan dana yang cukup besar untuk

memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah di tahun 2012, yaitu sebesar Rp1,96 triliun atau

meningkat 35,70% dari tahun sebelumnya. Peningkatan alokasi belanja tersebut juga diikuti

dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan IV-2012, realisasi belanja pemerintah tercatat

mencapai 90,3%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan IV-2011 yang tercatat

89,1%.

4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi

Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2012 telah

melampaui pencapaian realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi

pendapatan daerah tercatat sebesar Rp1,83 triliun atau 102,4% dari target penerimaan APBD

tahun 2012. Berdasarkan komponennya (Tabel 4.3), realisasi PAD di triwulan IV-2012 mencapai

Rp633,65 miliar atau 105,7% dari target yang ditetapkan. Peningkatan angka PAD sebagian

besar berasal dari lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (168,2%) diantaranya berupa

Nominal % Nominal %

I Pendapatan 1.339.429 1.365.112 101,9 1.791.335 1.834.908 102,4

Pendapatan Asli Daerah 516.085 534.495 103,6 599.269 633.651 105,7

Dana Perimbangan 823.044 830.046 100,9 1.191.565 1.200.757 100,8

Lain-lain PAD yang Sah 300 572 190,5 500 501 100,2

II Belanja 1.443.703 1.285.798 89,1 1.960.449 1.771.118 90,3

Belanja Operasi 967.734 863.841 89,3 1.339.123 1.222.295 91,3

Belanja Modal 269.321 233.618 86,7 409.826 350.597 85,5

Belanja Tidak Terduga 1.500 799 53,3 1.000 70 7,0

Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 205.147 187.540 91,4 210.500 198.156 94,1

III Pembiayaan 104.273 109.273 169.114 189.114

Penerimaan Daerah 109.273 109.273 100,0 189.114 189.114 100,0

- SILPA 109.273 109.273 100,0 189.114 189.114 100,0

Pengeluaran Daerah 5.000 0 0 20.000 0 0

- Penyertaan Modal (Investasi) Pemda 5.000 0 0 20.000 0 0

No UraianAPBD-P 2011

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. IV-2011APBD-P 2012

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. IV-2012

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 84: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

72

Tabel 4.3.

Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2012

Tabel 4.4.

Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2012

(dlm jutaan rupiah)

Nominal % Nominal %

PENDAPATAN 1.339.429 1.365.112 101,9 1.791.335 100,0 1.834.908 102,4

Pendapatan Asli Daerah 516.085 534.495 103,6 599.269 33,5 633.651 105,7

- Pajak Daerah 467.523 477.202 102,1 534.738 89,2 554.846 103,8

- Retribusi Daerah 6.591 8.868 134,5 16.971 2,8 14.738 86,8

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 23.000 23.107 100,5 24.000 4,0 24.434 101,8

- Lain-lain 18.970 25.317 133,5 23.560 3,9 39.633 168,2

Dana Perimbangan 722.359 729.361 101,0 913.074 51,0 933.367 102,2

- Dana Bagi Hasil Pajak 72.659 67.382 92,7 77.650 8,5 94.801 122,1

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 701 12.980 1.851,8 1.350 0,1 4.468 331,0

- Dana Alokasi Umum 619.711 619.711 100,0 790.534 86,6 790.557 100,0

- Dana Alokasi Khusus 29.288 29.288 100,0 43.540 4,8 43.540 100,0

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 100.685 100.685 100,0 278.491 15,5 267.390 96,0

UraianAPBD-P 2011

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. IV-2011APBD-P 2012

(Rp Juta)

Proporsi APBD-

P 2012

(%)

Realisasi APBD

Tw. IV-2012

penerimaan jasa giro dan penerimaan bunga deposito milik pemerintah. Selain itu, pajak daerah

juga turut berkontribusi terhadap peningkatan realisasi PAD dengan pencapaian yang telah

melampaui target yang ditetapkan sebesar 103,8%.

4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi

Pada tahun 2012, total dana yang dianggarkan untuk belanja daerah oleh pemerintah provinsi

Sulut meningkat dibandingkan tahun 2011. Total anggaran belanja dianggarkan sebesar

Rp1,96 triliun atau meningkat hingga 35,79% dari tahun sebelumnya. Peningkatan alokasi

belanja ini juga diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan IV-2012

realisasi belanja tercatat sebesar Rp1,77 triliun atau mencapai 90,3% dari total anggaran

tersedia. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode triwulan IV 2012 yang hanya

mampu menyerap 89,1% dari anggaran yang tersedia atau senilai Rp1,28 triliun.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

(dlm jutaan rupiah)

Nominal % Nominal %

BELANJA 1.443.703 1.285.798 89,1 1.960.449 100,0 1.771.118 90,3

Belanja Operasi 967.734 863.841 89,3 1.339.123 68,3 1.222.295 91,3

- Belanja Pegawai 485.082 424.508 87,5 468.772 35,0 437.245 93,3

- Belanja Barang 397.869 369.650 92,9 570.511 42,6 503.626 88,3

- Belanja Hibah 43.783 39.085 89,3 298.059 22,3 279.993 93,9

- Belanja Bantuan Sosial 39.720 29.554 74,4 500 0,0 500 100,0

- Belanja Bantuan Keuangan 1.280 1.044 81,5 1.280 0,1 931 72,8

Belanja Modal 269.321 233.618 86,7 409.826 20,9 350.597 85,5

- Belanja Tanah 24.300 6.822 28,1 102.745 25,1 76.343 74,3

- Belanja Peralatan dan Mesin 72.696 67.162 92,4 93.041 22,7 84.470 90,8

- Belanja Bangunan dan Gedung 40.945 38.905 95,0 54.446 13,3 45.780 84,1

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 126.576 116.189 91,8 154.255 37,6 139.959 90,7

- Belanja Aset Tetap Lainnya 4.805 4.540 94,5 5.339 1,3 4.045 75,8

Belanja Tak Terduga 1.500 799 53,3 1.000 0,1 70 7,0

Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 205.147 187.540 91,4 210.500 10,7 198.156 94,1

UraianAPBD-P 2011

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Tw. IV-2011APBD-P 2012

(Rp Juta)

Proporsi

APBD 2012

(%)

Realisasi APBD

Tw. IV-2012

Page 85: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

73

Tabel 4.5.

Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2012

85,09

86,94

86,74

85,55

84,00

85,00

86,00

87,00

88,00

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2009 2010 2011 2012

Belanja Modal (Rp.miliar)-Left axis

% realisasi - Right axis

Berdasarkan proporsinya, pagu komponen belanja operasi masih lebih tinggi dibandingkan

dengan belanja modal. Belanja operasional pada tahun 2012 mencapai 68,3% dari total

belanja, sementara proporsi belanja modal hanya 20,9% dari total anggaran belanja.

Meskipun porsi belanja operasional masih relatif

lebih tinggi dibandingkan belanja modal, secara

historis total belanja modal di Sulut terus

menunjukkan peningkatan. Peningkatan belanja

modal pada tahun 2012 mencapai 52,17%

dibandingkan dengan tahun 2011. Peningkatan

komponen biaya modal tersebut mencerminkan

bahwa peran pembiayaan pemerintah dalam

bentuk pembangunan fisik dan infrastruktur

semakin meningkat.

Sementara itu, berdasarkan komponen pembentuknya, belanja daerah provinsi Sulawesi Utara

terdiri atas belanja langsung dan tidak langsung dengan pangsa masing-masing 53,42% dan

46,58%. Belanja tidak langsung didominasi oleh belanja pegawai dengan nilai sebesar

Rp401,89 miliar (44,01%), sementara sisanya merupakan belanja hibah (32,64%), belanja bagi

hasil (23,05%), belanja bantuan sosial (0,05%), belanja bantuan keuangan (0,14%), dan

belanja tidak terduga (0,11%). Di sisi lain, belanja langsung didominasi oleh belanja barang dan

jasa dengan proporsi 54,48%, sisanya merupakan belanja modal (39,14%) dan belanja

pegawai (6,39%). Tingginya porsi belanja barang dan jasa serta belanja pegawai turut

mengkonfirmasi data pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor

konsumsi.

Nominal % Nominal %

Belanja 1.443.703 749.793 51,9% 1.960.449 100,00 1.771.118 90,3%

Belanja Tidak Langsung 715.513 416.039 58,1% 913.239 46,58 860.233 94,2%

• Belanja Pegawai 424.083 280.090 66,0% 401.899 44,01 380.582 94,7%

• Belanja Hibah 43.783 16.642 38,0% 298.059 32,64 279.993 93,9%

• Belanja Bantuan Sosial 39.720 17.350 43,7% 500 0,05 500 100,0%

• Belanja Bagi Hasil 205.147 101.192 49,3% 210.500 23,05 198.156 94,1%

• Belanja Bantuan Keuangan 1.280 265 20,7% 1.280 0,14 931 72,8%

• Belanja Tidak Terduga 1.500 500 33,3% 1.000 0,11 70 7,0%

Belanja Langsung 728.189 333.754 45,8% 1.047.210 53,42 910.885 87,0%

• Belanja Pegawai 60.999 28.762 47,2% 66.873 6,39 56.663 84,7%

• Belanja Barang dan Jasa 397.869 187.883 47,2% 570.511 54,48 503.626 88,3%

• Belanja Modal 269.321 117.109 43,5% 409.826 39,14 350.597 85,5%

Surplus/(Defisit) (104.273) 274.083 (169.114) 63.790

Proporsi APBD-P

2012 (Rp Juta)

(%)

UraianAPBD-P 2011

(Rp Juta)

Realisasi APBD

APBD-P 2012

(Rp Juta)

Realisasi APBD

Grafik 4.4.

Perkembangan Realisasi Belanja Modal Tahun 2009-2012

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah

Page 86: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

74

4.2.3. Pangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB dan Uang Beredar

Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua)

kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan

belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar

10,33% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan IV-2012, sedangkan

realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 2,55%. Tingginya pangsa konsumsi

pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara yang

memiliki kontribusi besar dalam PDRB. Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap

perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 31 Desember 2012 masih relatif rendah, hal

ini tercermin dari terjadi kondisi surplus APBD yang berarti jumlah realisasi pendapatan

pemerintah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran (belanja pemerintah).

Tabel 4.6.

Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 31 Desember 2012 Terhadap PDRB Harga Berlaku

Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah

PENDAPATAN 1.834.908 13,34

Pendapatan Asli Daerah 633.651 4,61

- Pajak Daerah 554.846 4,03

- Retribusi Daerah 14.738 0,11

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 24.434 0,18

- Lain-lain 39.633 0,29

Dana Perimbangan 933.367 6,78

- Dana Bagi Hasil Pajak 94.801 0,69

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 4.468 0,03

- Dana Alokasi Umum 790.557 5,75

- Dana Alokasi Khusus 43.540 0,32

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 267.390 1,94

BELANJA 1.771.118 12,87

Konsumsi Pemerintah 1.420.522 10,33

- Belanja Pegawai 437.245 3,18

- Belanja Barang 503.626 3,66

- Belanja Hibah 279.993 2,04

- Belanja Bantuan Sosial 500 0,00

- Belanja Bantuan Keuangan 931 0,01

- Belanja Tak Terduga 70 0,00

- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 198.156 1,44

Pembentukan Modal Tetap Bruto

(Belanja Modal)350.597 2,55

Surplus/(Defisit) 63.790

Uraian

Realisasi APBD

Tw.IV-2012

(Rp Juta)

% thd PDRB

Page 87: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

75

PERKEMBANGAN

SISTEM PEMBAYARAN BAB V

Page 88: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

76

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 89: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

77

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas

Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun

1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-

undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Mengacu pada pasal 1 Undang-undang tersebut,

Sistem Pembayaran berarti seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk

melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu

kegiatan ekonomi. Kegiatan ini dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai. Pembayaran

secara tunai dilakukan menggunakan mata uang Rupiah, sementara pembayaran non tunai

dilakukan dengan cara kliring ataupun Real Time Gross Settlement (RTGS). Dalam menjaga

kelancaran pembayaran secara tunai, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan

yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu

kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan

sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek

perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur

kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

Pada triwulan IV-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring)

di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi

Utara pada triwulan IV-2012 tercatat mengalami net outflow. Hal yang sama juga terjadi pada

sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan secara nominal. Peningkatan

transaksi tersebut mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang

tunai maupun kebutuhan transaksi non tunai sesuai dengan pola musiman Natal dan Tahun

Baru yang jatuh pada periode laporan.

5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV-2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net outlow. Pada triwulan

laporan, aliran uang keluar (outflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang masuk (inflow)

sehingga secara keseluruhan mengalami net outflow sebesar Rp1,2 triliun. Dilihat dari data

historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki pola, dimana pada saat

Page 90: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

78

bertepatan dengan moment/perayaan hari raya keagamaan, aliran uang kartal selalu

mengalami siklus net outflow.

Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,6 triliun, meningkat

hingga 10,31% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, jumlah uang

kartal yang masuk (inflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

tercatat Rp488 miliar atau meningkat 27,93% (yoy).

Secara series bulanan, sepanjang triwulan IV 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara mengalami net outflow. Tingginya kebutuhan masyarakat Sulut menjelang

perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir tahun 2012 menjadi penyebab terjadinya kondisi net

outflow. Net outflow secara bulanan di periode laporan terus meningkat dari Rp198 miliar pada

bulan Oktober 2012, Rp156 miliar pada bulan November 2012 hingga Rp834 miliar pada bulan

Desember 2012.

Grafik 5.1.

Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan

melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah

lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan

yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan

untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat.

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 91: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

79

Selama triwulan IV-2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 17,84%,

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 108,52%.

Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah

sebesar Rp87 miliar.

Rasio PTTB menunjukkan sejumlah uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar akibat

kondisi uang yang sudah lusuh, rusak dan kotor. Dalam upaya menjaga kualitas uang tetap

berada pada kondisi baik, Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Salah satu program yang terus disosialisasikan adalah tagline 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang)

yang selanjutnya dikembangkan lagi dengan pengertian yang baru yaitu Didapat, Disimpan,

Disayang yang berarti uang tidak boleh diremas, dibasahi, dilipat dan distraples.

Grafik 5.2.

Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

5.1.3. Perkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas

titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank

umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012

Inflow 750 327 989 382 1.159 453 836 488

PTTB 326 329 376 414 435 45 25 87

Rasio 43,53 100,59 37,98 108,52 37,55 10,01 2,96 17,84

-

40

80

120

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

% Miliar

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 92: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

80

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 5.3.

Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo

(Rp. Miliar)

Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2012 menunjukkan posisi net

outflow sebesar Rp48 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di

Gorontalo tercatat Rp764 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp813 miliar.

Grafik 5.4.

Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar)

Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan

Sangihe. Pada triwulan IV-2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar

Rp87 miliar, dengan jumlah kas titipan yang keluar (outflow) sebesar Rp117 miliar, lebih tinggi

dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp30 miliar.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Inflow 40 39 24 20 77 29 35 45 89 44 57 30

Outflow -50 -97 -105 -131 -63 -71 -29 -119 -52 -87 -71 -117

Netflow -11 -58 -81 -110 14 -42 6 -74 37 -43 -14 -87

-150

-100

-50

0

50

100

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012

Inflow 40 39 24 20 77 29 35 45 89 44 57 30

Outflow -50 -97 -105 -131 -63 -71 -29 -119 -52 -87 -71 -117

Netflow -11 -58 -81 -110 14 -42 6 -74 37 -43 -14 -87

-150

-100

-50

0

50

100

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 93: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

81

5.1.4. Penemuan Uang Palsu

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara pada triwulan IV-2012 menunjukkan sedikit penurunan dalam jumlah fisik

namun meningkat dari sisi nominal dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total

uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara tercatat sebanyak 102 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp8,54 juta,

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 103

lembar atau secara nominal sebesar Rp7,22 juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang

paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000

dan Rp50,000 atau sekitar 90% dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan.

Dalam upaya menekan peredaran uang palsu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara terus secara aktif melakukan edukasi dalam bentuk sosialisasi ciri-ciri keaslian

uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman masyarakat mengenai ciri keaslian uang Rupiah yang digunakan dalam transaksi

sehari-hari sehingga pada akhirnya masyarakat juga dapat turut berperan serta dalam menekan

perkembangan peredaran uang palsu. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, namun juga dilakukan di kelompok masyarakat seperti

kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah

serta di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di seluruh wilayah Sulawesi Utara. Di sisi

lain, Bank Indonesia juga terus meningkatkan kerjasama dengan pihak berwajib dalam

menangani kasus peredaran uang palsu.

Tabel 5.1.

Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran

non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

- Rp100.000,- 12 21 73 54 36 19 31 71

- Rp50.000,- 8 32 32 31 57 32 26 28

- Rp20.000,- 5 6 14 10 16 2 1 1

- Rp10.000,- 1 16 7 7 7 4 1 2

- Rp5.000,- - - - 1 - - - -

- Rp1.000,- - - - - - - - -

Total 26 75 126 103 116 57 59 102

Pecahan

2011 2012

Page 94: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

82

Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu kliring dan Real Time Gross

Settlement (RTGS). Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat

dengan menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara itu RTGS pada

dasarnya merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan

menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan real time (segera).

5.2.1. Perkembangan Kliring

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan IV-2012 mengalami

peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 96.670 lembar dengan nilai Rp2.490

miliar atau meningkat baik secara volume dan nominalnya masing-masing sebesar 5,32% (yoy)

dan 9,24% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan

rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak

1.611 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp41,49 miliar atau tumbuh sebesar 12,35% (yoy).

Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa

perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.

Tabel 5.2.

Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 1,71% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau naik 2,40% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama tahun.

5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)

Dengan semakin meningkatnya transaksi yang dilakukan masyarakat, pemanfaatan BI-RTGS

sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran sepanjang triwulan IV 2012 tercatat

sebesar Rp2.773 miliar dengan volume sebesar 6.155.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Perputaran Kliring

a. Lembar 80.909 86.567 91.486 91.789 86.147 93.606 93.738 96.670

b. Nominal (Rp miliar) 1.915 2.093 2.167 2.279 2.151 2.294 2.350 2.490

Rata-rata perputaran kliring per hari

a. Lembar 1.310 1.418 1.501 1.434 1.367 1.510 1.538 1.611

b. Nominal (Rp miliar) 31,01 34,31 35,55 35,62 34,13 37,02 38,64 41,49

Persentase rata-rata penolakan

a. Lembar (%) 1,78 1,71 1,57 1,67 1,39 1,46 1,26 1,71

b. Nominal (%) 1,99 2,23 1,40 2,12 1,72 3,00 1,59 1,71

2012KETERANGAN

2011

Page 95: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

83

Tabel 5.3.

Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

Sumber : www.bi.go.id, diolah

Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Oct 232 936 590 1.121 821 2.057

Nov 372 1.226 881 1.167 1.254 2.393

Dec 336 997 750 897 1.087 1.894

Tw IV-2011 940 3.159 2.222 3.185 3.162 6.344

Jan 214 714 425 849 640 1.563

Feb 273 868 673 1.025 946 1.893

Mar 324 1.033 813 1.156 1.138 2.189

Tw I-2012 811 2.615 1.911 3.030 2.723 5.645

Apr 303 988 668 1.132 971 2.120

Mei 273 963 687 1.169 960 2.132

Jun 271 917 713 1.150 985 2.067

Tw II-2012 847 2.868 2.069 3.451 2.916 6.319

Jul 331 998 689 1.150 1.020 2.148

Aug 310 857 707 1.292 1.016 2.149

Sep 261 819 625 1.056 887 1.875

Tw III-2012 902 2.674 2.022 3.498 4.400 6.172

Okt 300 893 614 1.194 914 2.087

Nov 305 986 731 1.046 1.036 2.032

Des 345 989 479 1.047 823 2.036

TW IV-2012 949 2.868 1.824 3.287 2.773 6.155

Pertumbuhan (yoy%) 0,98 -9,21 -17,89 3,20 -12,28 -2,98

Periode

FROM TO FROM + TO

Volume Volume Volume

Page 96: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

84

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 97: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

85

PERKEMBANGAN

KETENAGAKERJAAN

DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

BAB VI

Page 98: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

86

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Seiring dengan bertumbuhnya perekonomian Sulawesi Utara, indikator ketenagakerjaan pada

triwulan IV-2012 di Sulawesi Utara mengindikasikan adanya perbaikan. Hal ini tercermin dari

perbaikan indeks ketersediaan tenaga kerja hasil Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia

(KPwBI) Provinsi Sulawesi Utara. Meskipun jumlah pengusaha yang melaksanakan penambahan

tenaga kerja masih mengalami penurunan, namun kondisi ini masih lebih baik dibandingkan

dengan periode sebelumnya, dimana pada triwulan IV 2012 masih terjadi penambahan

signifikan tenaga kerja terutama pada sektor bangunan. Sejalan dengan hasil survei KPwBI

Provinsi Sulawesi Utara, angka pengangguran Sulawesi Utara menunjukkan penurunan dari

8,32% pada Februari 2012 menjadi 7,79% pada bulan Agustus 2012. Perbaikan kondisi

ketenagakerjaan diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2013. Hasil liaison pada sejumlah

perusahaan menunjukkan optimisme pengusaha Sulut. Rencana kenaikan Upah Minimum

Provinsi (UMP) tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan tenaga kerja

di Sulawesi Utara.

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan terus

meningkat. Kondisi ini ditandai oleh berlanjutnya penurunan tingkat kemiskinan hingga tercatat

sebesar 7,64% atau lebih rendah dibandingkan tahun 2011 (8,18%) maupun tingkat

kemiskinan nasional(11,66%). Membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat juga tercermin

dari kenaikan indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut hasil Survei

Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara serta kenaikan Nilai Tukar

Petani (NTP) sejalan dengan penurunan tingkat kemiskinan.

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Kondisi ketenagakerjaan Sulut di penghujung tahun 2012 membaik dan diperkirakan akan

berlanjut pada tahun 2013. Hal ini tercermin dari hasil survei dan liaison yang dilakukan oleh

KPwBI Sulut. Sejalan dengan itu, berbagai indikator tenaga kerja regional juga menunjukkan

perbaikan.

Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja tercermin dari peningkatan

indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Sulut. Pada akhir triwulan IV-2012, angka indeks ketersediaan lapangan kerja

Page 99: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

87

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usahan (SKDU) KPwBI Prov. Sulut

Grafik 6.1.

Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja

Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulut

tercatat sebesar 192, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya tercatat

sebesar 165,5 maupun triwulan IV-2011 yang hanya sebesar 180,5.

Dari dunia usaha, indikator permintaan tenaga kerja mengalami perbaikan dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Meskipun jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan

penambahan jumlah tenaga kerja masih mengalami penurunan, namun kondisi ini masih lebih

baik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan

KPwBI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan, tercatat sebesar -1,03 atau lebih tinggi

dibandingkan triwulan lalu yang sebesar -1,91. Pada triwulan IV 2012 masih terjadi

penambahan tenaga kerja terutama pada sektor bangunan seiring dengan pertumbuhan

sektor bangunan di Sulawesi Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja

relatif tetap.

Sejalan dengan itu, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa

perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2013. Rencana

kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap

pengurangan tenaga kerja di Sulawesi Utara.

Secara relatif angka pengangguran Sulawesi Utara menunjukkan penurunan dari 8,32% pada

Februari 2012 menjadi 7,79% pada bulan Agustus 2012. Namun demikian, angka

pengangguran Sulawesi Utara masih di atas angka pengangguran nasional yang tercatat

sebesar 6,14% pada Augustus 2012.

Grafik 6.2.

Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

0

50

100

150

200

250

J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N

2009 2010 2011 2012

Ketersediaan Lap. Kerja Titik optimis =100

Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010 2011 2012

Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja

Bangunan

Page 100: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

88

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.2.

Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sulawesi Utara pada Agustus 2012 terkoreksi

menjadi 61,93% dari 66,82% pada Februari 2012. Penurunan jumlah angkatan kerja sebesar

76,5 ribu orang selama periode Februari 2012-Agustus 2012 terjadi karena adanya drop out

penduduk bekerja secara relatif sebesar 64,7 ribu orang serta berkurangnya pencari kerja

sebesar 11,9 ribu orang.

Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Sebanyak

10,38% angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja),

atau 50,4 ribu orang. Sedangkan di perdesaan tingkat pengangguran tercatat 5,50% atau 30,4

ribu orang. Tingkat dan jumlah pengangguran baik di perdesaan maupun perkotaan pada

Agustus 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Februari 2012.

Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan

perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja

yaitu sebanyak 347,2 ribu orang (32,6%), mengalami pertumbuhan sebesar 2,45% (yoy).

Sementara itu, sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menempati urutan

kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 212,7 ribu orang (19,8%).

Dilihat dari tren sektoralnya, kontribusi sektor pertanian cenderung menurun, sementara sektor

lainnya mengalami fluktuasi cukup tinggi. Selama kurun waktu Februari 2012 s/d Agustus 2012

Penduduk 15 Thn ke atas 1.685,5 1.694,1 1.710,9 1.637,4 1.651,0 1.659,8 1.668,1 1.676,2

Angkatan Kerja 1.077,2 1.051,1 1.074,3 1.036,6 1.068,4 1.084,2 1.114,7 1.038,1

Bekerja 962,6 940,2 961,6 936,9 970,2 990,7 1.022,0 957,3

Mencari Kerja 114,5 111,0 112,6 99,6 98,2 93,5 92,7 80,8

Bukan Angkatan Kerja 608,3 643,0 636,7 600,8 582,6 575,6 553,4 638,1

TPAK 63,91 62,0 62,79 63,31 64,71 65,32 66,82 61,9

TPT 10,63 10,56 10,48 9,61 9,19 8,62 8,32 7,8

Aug-12Feb-12Ags-09 Feb-10 Aug-10 Feb-11Feb-09 Aug-11

Jumlah

(ribu jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Perkotaan 54,60 11,40 57,30 11,37 58,80 11,31 50,40 10,38

Pedesaan 43,60 7,40 36,20 6,24 33,90 5,70 30,40 5,50

Sulawesi Utara 98,20 9,16 93,50 8,62 92,70 8,32 80,80 7,79

Agustus 2012Februari 2012

Daerah

Februari 2011 Agustus 2011

Page 101: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

89

Tabel 6.3.

Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha

Grafik 6.3.

Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut

Lapangan Usaha

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

terjadi shifting lapangan pekerjaan dari sektor pertanian dan perdagangan ke sektor konstruksi

dan jasa kemasyarakatan. Hal ini terindikasi dari terjadinya drop out tenaga kerja pada sektor

pertanian dan perdagangan masing-masing sebesar 35 ribu dan 23,2 ribu orang dan

bertambahnya penyerapan tenaga kerja pada sektor konstruksi dan jasa kemasyarakatan

masing-masing sebanyak 12,6 ribu dan 14 ribu orang.

Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan

pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori

Pertanian,

Perkebunan,

Kehutanan, Perburuan

& Perikanan

32.6%

Pertambangan dan

Penggalian

3.1%

Industri

6.0%

Listrik/Gas/Air Minum

0.4%

Konstruksi

7.9%

Perdagangan, Rumah

Makan dan Jasa

Akomodasi

19.8%

Transportasi,

Pergudangan dan

Komunikasi

8.3%

Lemb Keuangan/Real

Estate/Persewaan dan

Jasa Perusahaan

2.6%

Jasa Kemasyarakatan,

Sosial dan Perorangan

19.1%

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan dan Perikanan

333,0 357,5 338,9 321,1 347,2 312,2

Pertambangan dan

Penggalian

* * * *36,3 30,0

Industri 57,4 50,6 69,2 66,0 73,6 57,9

Listrik/Gas/Air Minum * 4,1 3,8

Konstruksi 57,3 59,1 61,3 * 63,4 76,0

Perdagangan, Rumah Makan

dan Jasa Akomodasi

178,3 172,7 186,7 196,2 212,7 189,5

Transportasi, Pergudangan

dan Komunikasi

97,5 77,9 69,6 *

85,3 79,7

Lembaga Keuangan/Real

Estate/persewaan dan Jasa

19,3 15,0 19,7 *

30,0 24,9

Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan

183,0 182,3 182,1 199,6 169,3 183,3

Lainnya * 35,8 21,8 42,7 207,8 - -

Total 961,6 936,9 970,2 990,7 1.021,9 957,3

Lapangan Pekerjaan Utama

20122010 2011

Page 102: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

90

Tabel 6.4.

Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan pendekatan identifikasi ini,

maka pada Agustus 2012 sekitar 412,1 ribu pekerja (44,4%) bekerja pada kegiatan formal dan

545,2 ribu pekerja(55,6%) bekerja pada kegiatan informal.

Dari seluruh penduduk bekerja pada Agustus 2012, status pekerjaan utama yang terbanyak

sebagai buruh/karyawan (39,1%) dan diikuti berusaha sendiri (26,7%). Dalam periode satu

semester terakhir (Februari 2012 Agustus 2012) berkurangnya jumlah tenaga kerja didominasi

pada pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap dan pekerja

keluarga. Pada pekerja status berusaha dibantu buruh tetap hanya sedikit berkurang.

Sedangkan pekerja dengan status buruh/karyawan bertambah sekitar 24,7 ribu. Dengan kata

lain pada periode semester ini berkurangnya jumlah penduduk bekerja sebagian besar

merupakan pekerja informal dan di sisi lain justru ada penambahan/peralihan pada pekerja

formal.

Berdasarkan sebaran jumlah pengangguran menurut kabupaten/kota, Kota Manado menempati

peringkat pertama dengan jumlah pengangguran sebesar 20,9 ribu jiwa dan yang terendah

adalah Kabupaten Siau dengan jumlah pengangguran sebesar 1,2 ribu jiwa.

Berusaha Sendiri 286,7 259,6 242,9 250,2 270,8 280,1 255,3

Berusaha Dibantu Buruh

Tidak Tetap - Buruh Tidak

Dibayar

129,3 128,0 102,4 131,9 114,5 127,3 89,5

Berusaha Dibantu Buruh

Tetap-Buruh Dibayar

42,9 41,0 45,9 47,0 42,4 39,1 38,2

Buruh/Karyawan 284,8 322,3 332,7 335,9 347,7 349,3 374,0

Pekerja Bebas Pertanian 48,0 52,0 74,3 43,3 55,1 47,5 51,0

Pekerja Bebas Non Pertanian 55,1 58,5 40,4 52,3 60,3 57,2 53,0

Pekerja Tak Dibayar 93,4 100,3 98,6 109,6 99,9 121,4 96,3

Total 940,2 961,6 936,9 970,2 990,7 1022 957

Ags-11Feb-10Status Pekerjaan Ags-09 Feb-11Aug-10 Feb-12 Ags-12

Page 103: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

91

Sumber: Survei Konsumen Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Tabel 6.5.

Perkembangan TPAK dan Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Jumlah

(Ribu)TPT (%)

Jumlah

(Ribu)TPT (%)

Kab. Bolaang Mengondow 63,21 58,13 5,2 5,46 5,2 5,84

Kab. Minahasa 65,77 62,18 14,2 9,20 9,1 6,14

Kab. Kepulauan Sangihe 64,09 60,55 4,5 7,34 3,6 6,19

Kab. Kepulauan Talaud 65,61 74,89 3,1 7,91 1,6 3,47

Kab. Minahasa Selatan 65,20 62,18 5,7 6,13 6,8 7,54

Kab. Minahasa Utara 65,13 62,32 8,1 8,98 9,4 10,82

Kab. Bolaang Mengondow Utara 63,18 55,00 1,5 5,03 1,6 5,97

Kab. Kep. Siau Tagolandang Biaro (Sitaro) 62,67 58,66 1,5 4,80 1,2 4,28

Kab. Minahasa Tenggara 64,34 64,21 3,2 6,96 2,6 5,67

Kab. Bolaang Mongondow Selatan 64,22 55,53 2,0 8,16 1,3 5,95

Kab. Bolaang Mongondow Timur 64,40 56,68 1,9 6,43 2,5 9,58

Kota Manado 66,40 63,02 23,4 11,48 20,9 10,85

Kota Bitung 68,08 61,52 10,1 11,30 6,3 7,72

Kota Tomohon 64,17 63,18 3,9 8,79 3,8 8,68

Kota Kotamobagu 67,02 65,07 5,2 10,05 4,8 9,42

Total 65,32 61,93 93,5 8,62 80,8 7,79

TPAK (%) Pengangguran Terbuka

Kabupaten/KotaAgustus

2011

Agustus

2012

Agustus 2011 Agustus 2012

6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun 2012.

Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan

September 2012 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 7,64% atau sebanyak

177,54 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 194,72 ribu jiwa.

Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2012 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi

sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa

periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan

pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun

2006 sampai dengan tahun 2012, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada

dibawah angka nasional (grafik6.5).

Page 104: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

92

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis

Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong

sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2012 September 2012, garis kemiskinan

meningkat sebesar Rp.8.623 yaitu dari Rp.215.260 per kapita per bulan pada Maret 2012

menjadi Rp.223.883 per kapita per bulan pada September 2012. Walaupun terjadi peningkatan

nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan

MakananBukan

MakananTotal

Perdesaan

Maret 2007 117.516 31.924 149.440 171,00 13,80

Maret 2008 128.498 33.935 162.433 150,90 12,04

Maret 2009 141.599 36.672 178.271 140,31 11,05

Maret 2010 149.372 38.724 188.096 130,35 10,14

Maret 2011 163.264 42.977 206.241 117,65 9,37

Sept 2011 171.952 44.544 216.496 116,58 9,25

Maret 2012 165.993 43.131 209.123 114,74 9,05

Sept 2012 172.061 45.294 217.355 110,72 8,69

Kota & Desa

Maret 2007 119.827 36.723 156.550 250,10 11,42

Maret 2008 129.781 38.378 168.160 223,50 10,10

Maret 2009 143.512 41.260 184.772 219,57 9,79

Maret 2010 150.595 43.739 194.334 206,72 9,10

Maret 2011 164.964 47.859 212.823 194,90 8,51

Sept 2011 171.380 49.898 221.278 194,72 8,46

Maret 2012 166.801 48.460 215.260 189,12 8,18

Sept 2012 172.271 51.612 223.883 177,54 7,64

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Tahun

Jumlah

Penduduk

Miskin

% Penduduk

Miskin

Grafik 6.6.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.5.

Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.7.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Juli 06Mar

07

Mar

08

Mar

09

Mar

10

Mar

11

Mar

12Sep 12

Sulut 10,76 11,42 10,10 9,79 9,1 8,51 8,18 7,64

Nasional 16,90 16,58 15,42 14,15 13,33 12,49 11,96 11,66

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

%

0

5

10

15

20

25

Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Mar 12 Sep 12

Desa Kota

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 105: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

93

bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin mengalami peningkatan dengan laju

yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka

mampu keluar dari kemiskinan.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan

komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan

(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2012, sumbangan GKM

terhadap GK sebesar 77,49%, pada September 2012, peranannya sedikit mengalami

penurunan menjadi 76,95%.Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2012

ke September 2012 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi

non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.

Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1)

menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin

terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan

terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi

yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2)

menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.8.

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Tahun Kota Desa Total

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2007 1,30 2,33 1,88

Maret 2008 1,08 1,87 1,53

Maret 2009 1,27 1,77 1,55

Maret 2010 1,12 1,16 1,14

Maret 2011 1,11 1,16 1,14

September 2011 0,20 1,22 1,21

Maret 2012 0,68 1,30 1,02

September 2012 1,14 1,21 1,18

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2007 0,31 0,60 0,47

Maret 2008 0,30 0,45 0,38

Maret 2009 0,32 0,39 0,36

Maret 2011 0,30 0,19 0,24

September 2011 0,31 0,25 0,28

Maret 2012 0,12 0,33 0,23

September 2012 0,33 0,27 0,30

Page 106: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

94

semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1

berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak

kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis

kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi

penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman

kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan terlihat dari nilai indeks P1 Kota

berbanding Desa yakni masing-masing 1,14 berbanding 1,21. Sedangkan dari sisi ketimpangan

pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang

lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai

indeks P2 dimana di perdesaan 0,272 sedangkan di perkotaan mencapai 0,327.

Sejalan dengan itu, berbagai indikator lain tingkat

kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada

triwulan IV tahun 2012 menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Hal ini

tercermin dari indeks penghasilan saat ini dan

pembelian barang tahan lama hasil Survei

Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Prov. Sulut yang berada pada level optimis yakni

masing-masing tercatat sebesar 176,5 dan 178 atau

lebih baik dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar

172 dan 165,5.

Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi

dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat

bahwa kesejahteraan petani berada diatas batas minimum sejahtera. Hal ini juga tercermin dari

pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani

terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan

biaya produksi.

Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulawesi Utara

-

50

100

150

200

250

A M J J A S O N D J F M 0 M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2011 2012

Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama

Ketersediaan Lap. Kerja

Grafik 6.4.

Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan &

Pembelian Barang Tahan Lama

Page 107: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

95

Grafik 6.6.

Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani

Grafik 6.5.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan IV-2012 sebesar 100,93, lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,63. Kedua komponen, baik

Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami

peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi

peningkatan rata-rata NTP pada triwulan IV-2012. Adapun kenaikan IB terutama datang dari

naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi rumah tangga),

serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya

produksi dan penambahan barang modal).

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

-4%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

97,00

98,00

99,00

100,00

101,00

102,00

103,00

104,00

105,00

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

May

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

May

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

2009 2010 2011 2012

Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera

Nilai Tukar Petani (growth yoy)

105

110

115

120

125

130

135

140

145

97

98

99

100

101

102

103

104

105

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

May

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

May

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

2009 2010 2011 2012

Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera

Indeks Dibayar Petani Indeks Diterima Petani

Page 108: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

96

Tabel 6.6.

Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Indeks Diterima Petani 134,69 135,72 135,70 135,81 136,59 137,38 1,22% 0,58%

Indeks Dibayar Petani 130,00 130,27 132,11 134,06 135,74 136,11 4,48% 0,28%

Konsumsi Rumah Tangga 134,30 134,60 136,81 139,27 141,40 141,88 5,41% 0,34%

Bahan Makanan 147,92 147,96 151,08 154,96 158,26 158,91 7,41% 0,41%

Makanan Jadi 133,46 133,93 135,89 138,26 140,92 141,41 5,58% 0,35%

Perumahan 120,34 121,14 122,63 123,69 124,31 124,65 2,90% 0,27%

Sandang 116,97 117,06 118,01 118,25 118,57 118,71 1,41% 0,12%

Kesehatan 120,68 121,35 123,18 124,50 125,71 126,15 3,96% 0,36%

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 113,43 113,75 114,85 114,85 114,97 115,13 1,22% 0,14%

Transportasi dan Komunikasi 112,31 112,26 112,27 112,55 112,82 112,82 0,50% 0,00%

BPPBM 117,32 117,48 118,27 118,72 119,03 119,11 1,39% 0,07%

Bibit 111,18 111,21 111,57 111,43 111,31 111,25 0,03% -0,06%

Obat-obatan & Pupuk 119,01 118,90 120,29 121,08 121,17 121,25 1,97% 0,07%

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 111,78 111,80 111,95 112,07 112,21 112,28 0,43% 0,07%

Transportasi 119,78 119,80 119,98 120,09 120,29 120,39 0,49% 0,08%

Penambahan Barang Modal 121,41 121,65 121,92 122,36 122,78 122,84 0,98% 0,05%

Upah Buruh Tani 113,15 113,44 114,38 114,76 115,11 115,19 1,55% 0,07%

Nilai Tukar Petani (indeks) 103,61 104,19 102,73 101,30 100,63 100,93 -3,12% 0,30%

Indeks

2012

Growth (%)

yoy qtq

Rincian 2011

Page 109: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK

PEREKONOMIAN BAB VII

Page 110: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

98

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 111: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

99

Grafik 7.1.

Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi

Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV 2012

(30,00)

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2010 2011 2012 2013

Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha

PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I 2013 diperkirakan tumbuh pada kisaran

7,02% - 7,42% (yoy). Sumber laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-2013

terutama berasal dari sektor bangunan, sektor pertanian dan sektor Perdagangan Hotel dan

Restoran (PHR). Sektor bangunan diperkirakan masih akan menjadi penyumbang terbesar

pertumbuhan ekonomi di Sulut seiring dengan masih berlanjutnya proyek pembangunan jalan

tol Manado-Bitung serta pembangunan proyek lainnya yang dilakukan oleh pihak swasta.

Sektor pertanian juga diperkirakan masih akan memberikan kontribusi yang cukup tinggi

meskipun kondisi cuaca ekstrem di awal tahun cukup berpotensi untuk mengganggu kinerja

sektor tersebut. Sementara, sektor PHR juga masih akan menjadi sektor yang dapat

perekonomian Sulut seiring dengan masih tingginya pelaksanaan kegiatan MICE di Sulut.

Meskipun pertumbuhan ekonomi diperkirakan

masih tumbuh positif, namun demikian laju

pertumbuhan pada triwulan I 2013

diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan

dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan

ekonomi triwulan I 2012 maupun jika

dibandngkan dengan kondisi triwulan IV 2012.

Pertumbuhan yang melambat tercermin dari

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan secara triwulanan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara. Survei Kegiatan Dunai Usaha menunjukkan adanya penurunan ekspektasi pelaku usaha

terhadap dunia usaha yang ditandai dengan turunnya indikator ekspektasi kegiatan usaha pada

triwulan I-2012 dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 4,12%, lebih rendah

dari realisasi kegiatan usaha pada triwulan I-2012 yang menunjukkan nilai SBT sebesar 5,25%.

Jika dilihat lebih dalam berdasarkan sektornya, sektor industri pengolahan diperkirakan akan

mengalami penurunan yang cukup tajam, tercermin dari nilai SBT yang mencatat pertumbuhan

negatif sebesar -2,46%. Sementara kegiatan usaha sektor pertanian diperkirakan tetap menjadi

pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan.

Page 112: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

100

-200

-100

0

100

200

300

400

500

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

p

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

Jan

2011 2012 2013

Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis

Tabel 7.1

Proyek Pembangunan Bersumber dari APBN Tahun 2013

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Prov. Sulut melalui Harian Manado Post

Grafik 7.2

Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

Sumber : Survei Penjualan Eceran, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Prov. Sulut

Dari sisi permintaan, investasi dan konsumsi diperkirakan tetap akan menjadi sumber

pertumbuhan yang utama. Meningkatnya kinerja investasi diperkirakan akan berasal proyek

yang dilaksanakan pemerintah maupaun swasta. Dalam mendukung perekonomian di daerah

Sulut, pemerintah pusat telah mengalokasikan dana APBN untuk pembangunan proyek fisik

tahun 2013 hingga mencapai Rp 2 triliun. Beberapa proyek yang akan dikerjakan sebagaimana

terlihat pada tabel 7.1

Nama Proyek Nilai

(Rp Miliar)

Pelebaran Jalan Lingkar Selatan 400

Pelebaran Jalan Matali -Torosik 80

Peningkatan jalan Pinagoluman Doloduo 50

Pembebasan lahan Pembangunan Jalan Tol

Manado Bitung

50

Pembangunan halan Malungkas- Ringroad 29

Peningkatan struktur jalan Boulevard, Manado 24

Pembangunan saluran kiri irigasi Sangkub 35

Pembangunan talud pengaman pantai Miangas 25

Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Provinsi Sulut, alokasi

dana APBD untuk pembangunan daerah pada tahun 2013, mencapai Rp260 Miliar dimana

sebagian besar dialokasikan untuk program rehabilitasi/ pemeliharaan jalan dan jembatan

senilai Rp84 Miliar. Proyek tersebut rencananya akan memasuki masa tender pada bulan Januari

2013.

Peran pihak swasta dalam meningkatkan

kinerja investasi terlihat dari hasil Survei

Penjualan Eceran Bank Indonesia

khususnya dari angka indeks penjualan

bahan konstruksi yang menunjukkan

pertumbuhan positif pada Februari 2012

(196,01), lebih tinggi dibandingkan dengan

indeks pada periode Februari 2011 (167,85).

Page 113: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

101

Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

713.500

750.000

845.000

929.000

1.000.000

1.050.000

1.250.000

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.0001.200.0001.400.000

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

June

July

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

2011 2012

Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi

Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Konsumen

Grafik 7.3

Perkembangan UMP Provinsi Sulut

Sumber : Manado Post

Konsumsi masyarakat diperkirakan juga

akan mulai meningkat di triwulan I 2013

seiring dengan adanya faktor pendorong

konsumsi dalam bentuk kenaikan UMP

Sulut Tahun 2013 yang mencapai 24%,

dari Rp1.250 ribu pada tahun 2012

menjadi Rp.1550 ribu pada tahun 2013,

atau meningkat hingga 24%.

Indikator pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari Hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi

Sulut pada Desember 2012 yang menunjukkan masih adanya optimisme masyarakat terhadap

peningkatan perekonomian Sulawesi Utara yang ditunjukkan dengan Indeks Ekspektasi

Konsumen sebesar 140,33 (level optimis =100) sebagaimana ditunjukkan pada grafik 7.2.

Namun demikian, meskipun Indeks Ekspektasi Konsumen masih berada pada range optimis,

level optimisme ekspektasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode Desember 2011

yang mencatat level optimisme pada angka 153,17. Peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen

tersebut terutama berasal dari ekspektasi akan ketersediaan lapangan kerja serta ekspektasi

penghasilan yang lebih tinggi.

Indikator peningkatan konsumsi juga terlihat dari perkiraan penjualan kendaraan bermotor roda

empat di awal tahun 2013 yang menunjukkan peningkatan pada periode Januari 2013, lebih

tinggi dibandingkan posisi Januari 2012.

Grafik 7.4.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Page 114: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

102

Sumber: Pelaku Usaha, diolah

Grafik 7.5

Perkembangan Produksi Pala dan Kelapa

Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Sulut, diolah

-

200,00

400,00

600,00

800,00

1.000,00

1.200,00

1.400,00

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00 30.000,00

35.000,00

40.000,00 45.000,00

50.000,00

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Se

pt

No

v

Jan

*)

Ma

r*)

2010 2011 2012 2013

Produksi Pala (ton) Produksi Kelapa (ton)

Sementara itu, kinerja ekspor Sulut pada

triwulan I-2013 diperkirakan akan mengalami

peningkatan, khususnya untuk komoditas

ekspor unggulan Sulut yaitu kelapa dan

turunannya serta komoditi pala, yang tercermin

dari perkiraan peningkatan produksi kedua

komoditi tersebut sebagaimana terlihat pada

Grafik 7.5

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2013

diperkirakan masih akan tumbuh positif meskipun melambat dibandingkan realisasi

triwulan IV 2012. Pertumbuhan positif diperkirakan akan didorong oleh beberapa

faktor diantaranya :

Hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulut pada Desember 2012 yang menunjukkan

ekspektasi masyarakat yang masih optimis dalam melihat perkembangan ekonomi

Sulawesi Utara yang ditunjukkan oleh Indeks Ekspektasi Konsumen sebesar 140,33 (level

optimis =100). Meskipun level optimisme tersebut masih lebih rendah dibandingkan

periode Desember 2011 yang mencatat level optimisme pada angka 153,17. Optimisme

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi terutama terlihat dari tingginya ekspektasi

peningkatan penghasilan dan ktersediaan lapangan kerja. (Grafik 7.4)

Sejalan dengan peningkatan ekspektasi penghasilan, ketetapan Pemerintah Provinsi Sulut

untuk meningkatkan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Tahun 2013 sebesar 24% dari

Rp1.250 ribu pada tahun 2012 menjadi Rp1.550 ribu pada tahun 2013 diperkirakan juga

akan mendorong aktivitas konsumsi masyarakat.

2013

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan*)

Total313 298 350 340 350 355 315 308 267 317 360 448 455

2012

Penjualan Mobil

Tabel 7.2.

Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Utara (dalam unit)

Page 115: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

103

Grafik 7.6

Indeks Riil Penjualan Eceran

Sumber : Survei Penjualan Eceran, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Sulut

Dari sisi produsen, hasil Survei Penjualan

Eceran KPw BI Provinsi Sulut juga

menunjukkan adanya perkiraan

peningkatan penjualan eceran yang

tercermin dari perkiraan Indeks Penjualan

pada Februari 2013 yang berada di atas

batas optimis yaitu sebesar 180,75

(optimis=100).Berdasarkan kelompoknya,

peningkatan penjualan eceran barang

konsumsi diperkirakan akan terjadi pada

kelompok Makanan dan Tembakau yang

ditunjukkan dengan angka indeks

sebesar 346,46.

Subsektor hotel juga diperkirakan masih akan menyumbang pertumbuhan positif pada

triwulan I 2012, seiring dengan adanya rencana penyelenggaraan beberapa even berskala

nasional diantaranya Festival Kolintang Nasional pada bulan Januari 2012 serta Peringatan

Hari Pers Nasional pada bulan Februari 2012.

Sektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan positif seiring

dengan maraknya proyek investasi swasta maupun pemerintah. Pembangunan berbagai proyek

infrastruktur pemerintah dan swasta telah mendorong peningkatan belanja konstruksi yang

tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan perkembangan indeks

penjualan bahan konstruksi pada Februari 2012 yang mencapai 196,01, lebih tinggi

dibandingkan dengan indeks pada periode Februari 2011 yang tercatat 167,85 (Grafik 7.4).

Beberapa proyek pemerintah yang diperkirakan dapat mendorong kinerja sektor bangunan

diantaranya :

Pembangunan Mega Proyek Jalan dan Jembatan, Proyek Sumberdaya Air (SDA) dan Proyek

Cipta Karya yang bersumber dari dana APBN dengan alokasi mencapai Rp 2 Trilliun. (tabel

7.1)

Alokasi dana APBD untuk pembangunan daerah pada tahun 2013 yang mencapai Rp260

Miliar, dimana sebagian besar (Rp84 Miliar) dialokasikan untuk program rehabilitasi/

pemeliharaan jalan dan jembatan

Masih berlanjutnya aktivitas pembangunan kawasan Megamas dan kawasan Bahu Mall,

cukup tingginya aktivitas pembangunan kawasan pemukiman di kota Manado serta adanya

rencana pembangunan pusat perbelanjaan berskala internasional di kota Bitung (Bitung

Town Square).

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

0

100

200

300

400

500

600

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

p

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

Jan

2011 2012 2013

Indeks Riil Penjualan gIndeks Riil Penjualan (%) -right axis

Page 116: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

104

Tabel 7.3.

Perkembangan Produksi Ikan Sulut

Ket: *) Angka Perkiraan

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulut

Total Produksi Q1-2012 Q2-2012 Q3-2012 Q4-2012 Q1-2013*)

Ikan Tangkap 65.530,9 51.336,5 81.782,3 82.945,5 68.807,5

Ikan Budidaya 48.214,8 52.784,3 53.049,7 59.473,3 53.036,4

Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2013 diperkirakan masih akan tumbuh meskipun

terdapat ancaman gagal panen produk pertanian dan ancaman turunnya pasokan ikan laut

akibat kondisi cuaca ekstrem di awal tahun 2013. Di samping itu, masih berlanjutnya aktivitas

letusan gunung Lokon juga diperkirakan akan menjadi ancaman terganggunya pasokan produk

holtikultura dari daerah Tomohon dan sekitarnya.

Peningkatan kinerja sektor pertanian diperkirakan akan berasal dari sub sektor perkebunan

yang menunjukkan peningkatan produksi khususnya komoditi kelapa. Berdasarkan data dari

Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, produksi kelapa pada triwulan I 2013 diperkirakan

akan mencapai 72,9 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan IV 2012 yang

tercatat 64,70 ribu ton (grafik 7.5).

Sementara itu, produksi ikan tangkap Sulut pada triwulan I 2012 diperkirakan akan sedikit

mengalami penurunan dibandingkan produksi di triwulan IV 2012 dari 82,94 ribu ton menjadi

68,80 ribu ton sebagaimana terlihat pada tabel 7.4.

7.2 Prakiraan Inflasi

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan I 2013 diperkirakan menurun, yakni berada pada

kisaran 4,86%±1% (yoy). Perkiraan inflasi yang tetap terkendali tersebut juga didukung oleh

kondisi makro ekonomi yang kondusif.

Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh memadainya kapasitas

produksi dan ekspektasi inflasi yang membaik. Risiko tekanan inflasi inti bersumber pada

kenaikan harga barang-barang manufaktur sebagai akibat dari kenaikan harga LPG, TDL, dan

UMP. Namun demikian, kenaikan diperkirakan hanya akan berlangsung dalam jangka pendek.

Dari sisi nonundamental, perkembangan inflasi volatile food triwulan I 2013 diperkirakan

menurun sebagai faktor membaiknya pasokan . Sementara itu, tekanan inflasi kelompok

administered price pada triwulan I 2013 diperkirakan meningkat pada level moderat yang

terutama dipengaruhi oleh adanya beberapa kebijakan pemerintah yang akan melakukan

penyesuaian harga sumber energi.

Page 117: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

105

Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh oleh Bank

Indonesia serta penguatan koordinasi kedepan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

diharapkan dapat menjaga keseimbangan baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Dalam

rangka mengantisipasi gejolak harga menjelang akhir tahun TPID Provinsi Sulawesi Utara telah

menyiapkan berbagai aksi diantaranya:

- Pengendalian inflasi yang bersumber dari ekspektasi masyarakat dan struktur pasar serta

asymmetric information melalui implementasi Pusat informasi Harga Bahan Pokok Strategis

- Pengendalian inflasi yang bersumber dari komoditas volatile foods melalui Rumah Pangan

yang melibatkan berbagai unsur, diantaranya Badan Pengkajian Tekhnologi Pertanian (BPTP),

TNI dan masyarakat.

- Pemantauan ketersediaan stok dan pengamanan aspek distribusi yang dilaksanakan secara

rutin.

- Pelaksanaan rapat teknis dan rapat high level yang dilaksanakan lebih intensif.

Faktor Fundamental

Inflasi inti pada triwulan IV 2012 diperkirakan terkendali. Dari sisi domestik berakhirnya faktor

seasonal (Hari Raya Natal & Tahun Baru 2012) yang jatuh pada triwulan IV 2012 diperkirakan

direspon dengan masih stabilnya penggunaan kapasitas produksi yang ada. Hal ini dicerminkan

dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan penurunan indeks

penjualan eceran pada triwulan IV 2012 dan penggunaan kapasitas produksi yang stabil (grafik

7.12).

Kenaikan harga barang-barang manufaktur sebagai akibat dari kenaikan harga LPG, TDL, dan

UMP, diperkirakan hanya akan berlangsung dalam jangka pendek.

Ekspektasi masyarakat Sulut diperkirakan akan membaik dan menjadi faktor terjaganya

stabilitas harga pada triwulan I 2013. Berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, sebagian besar pedagang di Sulut memiliki

ekspektasi yang stabil terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang, tercermin dari

stabilnya angka indeks ekspektasi pedagang terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang

akan datang, tercatat masing-masing sebesar 100 pada Desember 2012 dari 146 dan 98 pada

triwulan lalu (grafik 7.10). Selanjutnya, dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat mengalami

penurunan (grafik 7.11). Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi

Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh penurunan angka indeks ekspektasi

konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang dari 198,5 pada

September 2012 menjadi 180,5 dan 178 pada Desember 2012. Membaiknya ekspektasi

masyarakat merupakan dampak berlalunya pengaruh seasonal perayaann Natal & Tahun Baru.

Page 118: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

106

Peningkatan penghasilan masyarakat seiring dengan kenaikan UMP yang ditetapkan oleh

Gubernur Sulawesi Utara menjadi sebesar Rp 1,55 juta diperkirakan belum memberikan

dampak signifikan terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat Sulut.

Faktor Non Fundamental

Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan melandai. Berdasarkan

pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan

Harga (SPH) yang dilakukan KPwBI Sulut pada awal triwulan I 2013 menunjukkan adanya tren

penurunan harga beberapa komoditas volatile foods .

Fluktuasi harga komoditas volatile foods selama triwulan I 2012 diperkirakan akan berada pada

kisaran yang relatif terbatas sebagai faktor membaiknya suplai. Pemerintah Provinsi Sulawesi

Utara menetapkan kenaikan target produksi beras dari 619.413 ton pada tahun 2012 menjadi

653.566 ton pada tahun 2013. Sejalan dengan itu, pasokan beras dari supplier utama beras di

Sulut (Makassar) meningkat seiring dengan musim panen raya yang jatuh pada triwulan I 2013.

Grafik 7.10.

Indeks Ekspektasi Pedagang thd Harga 3 bln & 6 bln yad

Grafik 7.11.

Indeks Ekspektasi Konsumen thd Harga 3 bln & 6 bln

yad

Sumber : Survei Pedxagang Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulut

0

20

40

60

80

100

120

0

100

200

300

400

500

600

Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1*)

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)

108

104

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1

2011 2012 2013

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

184

181

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1

2011 2012 2013

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad

Grafik 7.12

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Page 119: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

PROSPEK PEREKONOMIAN

107

Risiko menurunnya produktivitas sektor pertanian sebagai faktor anomali cuaca dan tingginya

curah hujan pada triwulan I 2013 diperkirakan akan berkurang seiring dengan perkiraan

berkurangnya curah hujan pada pertengahan triwulan I 2012 oleh BMKG .

Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan I 2012 diperkirakan

sedikit meningkat dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah yang akan melakukan

penyesuaian harga LPG ,Tarif Dasar Listrik (TDL) dan kebijakan penyesuaian harga gas industri

sebesar 35% yang mulai berlaku 1 September 2012 dan direncanakan sebesar 15% pada April

2013.

Sementara itu, perlu diwaspadai adanya over realisasi kuota BBM bersubsidi pada tahun 2013

sehubungan dengan prediksi Dispenda mengenai penambahan jumlah kendaraan bermotor

sebesar 5.000 kendaraan/bulan pada tahun depan. Selain itu, kesadaran masyarakat Sulut

dalam penggunaan BBM Non Subsidi masih terbilang rendah sehingga kedepan, diperlukan

upaya pengendalian konsumsi BBM bersubsidi dengan lebih intensif.

Sumber : BMKG Sulut

Sumber : BKMG Sulut

Page 120: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012
Page 121: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

109

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala

1-100

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi.

Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata

3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat

persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan

harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti

tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor

penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari

permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered

Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari

uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator

tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang

kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di

dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan

masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank

sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas

negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka

dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann

penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang

diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan

kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Page 122: KER Provinsi SulUtTriwulan IV 2012

110

Restrukturisasi

kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur

dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui :

restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala

pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada

dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh

bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum

dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI

tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk

bertransaksi.