Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

20
BAB II PEMBAHASAN A. Kepribadian Ulul Albab dalam Al-Qur’an Ulul Albab adalah konsep manusia ideal menurut Al Qur’an. Di dalam Al Qur’an, kata ulul albab dapat kita temui di 16 tempat beserta sifat-sifat yang dikonsepkan oleh Allah sebagai karakter seorang Ulul Albab. Maka dari itu, untuk mengetahui seperti apa konsep ulul albab tersebut, kita awali dengan mengkaji ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menerangkan tentang ulul albab beserta tafsirnya sebagai berikut: 1. Surah Al-Baqarah (2): 179 اص حيا ولكم في القصتقونعلكم تاب للب أولى ا ة ياArtinya: Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa(179) Keterangan : Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mempunyai akal. Artinya bisa memahami tentang hikmah aturan-aturan dan ketetapan qishos. 2. Surah Al-Baqarah (2): 197 وتزودوا فإن ر يعلمه تفعلوا من خيلحج وما جدال في اق و فسو رفث وت فمن فرض فيهن الحج فحج أشهر معلوما الابلب أولى اتقون ياى وا خير الزاد التقوArtinya : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats[123], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal (197). [122] ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah.

Transcript of Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Page 1: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepribadian Ulul Albab dalam Al-Qur’an

Ulul Albab adalah konsep manusia ideal menurut Al Qur’an. Di dalam Al Qur’an, kata

ulul albab dapat kita temui di 16 tempat beserta sifat-sifat yang dikonsepkan oleh Allah sebagai

karakter seorang Ulul Albab. Maka dari itu, untuk mengetahui seperti apa konsep ulul albab

tersebut, kita awali dengan mengkaji ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menerangkan tentang ulul

albab beserta tafsirnya sebagai berikut:

1. Surah Al-Baqarah (2): 179

ة يا أولى األلباب لعلكم تتقونولكم في القصاص حيا

Artinya: Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang

yang berakal, supaya kamu bertakwa(179)

Keterangan :

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mempunyai akal. Artinya

bisa memahami tentang hikmah aturan-aturan dan ketetapan qishos.

2. Surah Al-Baqarah (2): 197

الحج أشهر معلومات فمن فرض فيهن الحج فال رفث وال فسوق وال جدال في الحج وما تفعلوا من خير يعلمه هللا وتزودوا فإن

خير الزاد التقوى واتقون يا أولى األلباب

Artinya : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang

menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats[123],

berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu

kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya

sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang

berakal (197).

[122] ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah.

Page 2: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

[123] Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh

atau bersetubuh.

[124] maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari

perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji.

Asbabun nuzul ayat ini : Menurut suatu riwayat, orang-orang Yaman apabila nik haji tidak

membawa bekal apa-apa, dengan alasan tawakkal kepada Allah. Maka turunlah

“watazawwadu, fainna khairaz zadit taqwa”. (Diriwayatkan oleh al-Bukhori dan lain-lainnya

yang bersumber dari Ibnu Abbas).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok yang menetapi kriteria yang terkandung

dalam ayat diatas yaitu :

1. Orang-orang yang melakukan ibadah haji pada waktunya.

2. Orang-orang yang tidak melakukan hubungan seks pada saat haji.

3. Orang-orang yang meninggalkan segala perbuatan maksiat pada saat haji.

4. Orang-orang yang meninggalkan pertengkaran pada saat haji.

5. Orang-orang yang senantiasa mengerjakan perbuatan baik.

6. Orang-orang yang membawa bekal saat haji sehingga tidak merepotkan orang lain.

3. Surah Al-Baqarah (2): 269

يؤتي الحكمة من يشاء ومن يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا وما يذكر إال أولوا األلباب

Artinya : Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As

Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia

benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah

yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)(269).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang dapat mengambil

pelajaran atas apapun yang diberikan Allah pada mereka yaitu berupa ilmu yang bermanfaat

sehingga mereka dalam melakukan apapun selalu karena Allah.

Page 3: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

4. Surah Ali Imran (3): 7

في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه هو الذي أنزل عليك الكتاب منه أيات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشا بهات فأما الذين

ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله ومايعلم تأويله إال هللا والراسخون فى العلم يقولون أمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إال أولوا

األلباب

Artinya : Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada

ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat)

mutasyaabihaat[184]. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,

Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk

menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui

ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman

kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat

mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal(7).

[183] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas Maksudnya, dapat dipahami

dengan mudah.

[184] termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung

beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah

diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya Hanya Allah yang mengetahui

seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang

mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengimani Al Qur’an di

mana telah tertanam dihatinya sebuah kemantapan terhadap isi dan kandungan Al

Qur’an. Orang yang Ulul Albab tidak akan menafsiri ayat-ayat mutasyabbihat karena hanya

Allah yang mengetahui artinya.

5. Surah Ali Imran (3): 190-191

إن في خلق السموات واألرض واختالف الليل والنهار آليات ألولى األلباب. الذين يذكرون هللا قياما وقعودا ويتفكرون في خلق

سبحانك فقنا عذاب النار األرض ربنا ماخلقت هذا باطالالسموات و

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan

siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal(190). (yaitu) orang-orang yang

Page 4: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

mengingat Allah sambil berdiri dan duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka

memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “Ya Tuhan kami tiadalah

Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa

neraka(191).

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang Quraisy datang kepada orang Yahudi untuk

bertanya : “Mu’jizat apa yang dibawa Musa kepada kalian?”. Mereka menjawab : “Tongkat dan

tangannya terlihat putih bercahaya”. Kemudian mereka bertanya kepada kaum nashara :

“Mu’jizat apa yang dibawa Isa kepada kalian?”. Mereka menjawab : “Ia dapat menyembuhkan

orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang berpenyakit sopak dan

menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap Nabi Saw. Dan berkata : “Hai

Muhammad, coba berdo’alah kepada Tuhanmu agar gunung Shafa ini dijadikan mas”. Lalu

Rasulullah Saw. Berdo’a. maka turunlah ayat tersebut diatas (QS.3 : 190). Sebagai petunjuk

untuk memperhatikan apa yang telah ada yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang

menggunakan akalnya. (Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber

dari Ibnu Abbas.)

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang senantiasa menjadikan

segala sesuatu yang ada di langit dan bumi sebagai media untuk selalu mengingat Allah

akan Kebesaran-Nya, sehingga sifat ihsannya telah melekat dalam hatinya

6. Surah Al-Maidah (5): 100

قل ال يستوى الخبيث والطيب ولو أعجبك كثرة الخبيث فاتقوا هللا يا أولى األلباب لعلكم تفلحون

Artinya : Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang

buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar

kamu mendapat keberuntungan.”(100).

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Nabi Saw. Menerangkan haramnya arak,

berdirilah seorang Badwi dan berkata : “Saya pernah menjadi pedagang arak, dan saya menjadi

kaya raya karenanya. Apakah kekayaaanku ini bermanfaat apabila saya menggumakannya untuk

taat kepada Allah?”. Nabi mebjawab : “Sesungguhnya Allah tidak mnerima kecuali yang baik:.

Maka turunlah ayat ini (QS.5 : 100 ) yang membenarkan ucapan Rasul-Nya.

Page 5: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bisa menahan hawa

nafsunya dari perbuatan-perbuatan buruk yang melanggar syariat agama walaupun perbuatan

itu menguntungkan dirinya.

7. Surah Yusuf (12): 111

لقد كان في قصصهم عبرة ألولى األلباب ماكان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيئ وهدى ورحمة

لقوم يؤمنون

Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang

yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi

membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai

petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman(111).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang menjadikan cerita-cerita

Rasul dalam Al Qur’an sebagai pelajaran dan pengetahuan tentang Kebesaran Allah yang

diberikan kepada para Rasul sehingga dapat menjadikan mereka selalu ingat Allah.

8. Surah Al-Ra’d (13): 19

إليك من ربك الحق كمن هو أعمى إنما يتذكرأولوا األلبابأفمن يعلم أنما أنزل

Artinya : Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja

yang dapat mengambil pelajaran(19).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengimani dan percaya

tentang segala sesuatu yang diturunkan oleh Allah dan mereka dapat mengambil pelajarannya.

9. Surah Ibrahim (14): 52

واحد وليذكر أولوا األلبابهذا بالغ للناس ولينذروا به وليعلموا أنما هو إله

Artinya : (Al Quran) Ini adalah penjelasan yang Sempurna bagi manusia, dan supaya mereka

diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia adalah Tuhan

yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran (52)

Page 6: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengetahui dan

memahami tentang hujjah yang ada dalam Al Qur’an dan menjadikannya sebagai nasihat

baginya.

10. Surah Shad (38): 29

وليتذكر أولوا األلبابكتاب أنزلناه إليك مبارك وليدبروا أياته

Artinya : Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya

mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang

mempunyai fikiran(29).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang memperhatikan ayat-ayat

Allah dan mempercayai bahwa kitab yang diturukan dapat memberikan berkah.

11. Surah Shad (38): 43

ووهبنا له أهله ومثلهم معهم رحمة منا وذكرى ألولى األلباب

Artinya : Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami

tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari kami dan pelajaran

bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengumpulkan kembali

keluarganya dalam artian menyambung tali silaturrahim yang mungkin sempat terputus.

Bahkan mempererat ukhuwah islamiyah antar sesama.

12. Surah Al-Zumar (39):9

ال يعلمون إنما أمن هو قانت أناء الليل ساجدا وقائما يحذر األخرة ويرجوا رحمة ربه قل هل يستوى الذين يعلمون والذين

يتذكر أولوا األلباب

Artinya : (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang

beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)

akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang

mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang

berakallah yang dapat menerima pelajaran(9).

Page 7: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “amman huwa qanitun”

dalam ayat ini (QS.39 : 9) ialah Ustman bin Affan (yang selalu bangun malam sujud kepada

Allah SWT).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bangun di tengah malam

untuk bersujud kepada Allah dengan harapan menggapai ridhoNya.

13. Surah Al-Zumar (39): 18

الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه أولئك الذين هديهم هللا وأولئك هم أولوا األلباب

Artinya : Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di

antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka

Itulah orang-orang yang mempunyai akal.

[1311] maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran

yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran Karena ia adalah yang paling

baik.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah turun ayat “laba sab’atu abwabin” (QS.15 :

44) datanglah seorang laki-lakiAnshar menghadap kepada Nabi Saw. Dan berkata : “ Ya

Rasulullah, aku mempunyai tujuh hamba telah aku merdekakan seluruhnya untuk ketujuh pintu

neraka. Ayat ini (QS. 39 : 17) turun berkenaan dengan peristiwa itu yang menyatakan bahwa

orang tersebut telah mengikuti petunjuk Allah”. (Diriwayatkan oleh Juwaibir dengan

menyebutkan sanadnya yang bersumber dari Jabir bin Abdillah).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mendengarkan perkataan

yang baik (mengikuti yang paling baik) serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

hari.

14. Surah Al-Zumar (39):21

ثم يهيج فتريه مصفرا ثم يجعله ألم تر أن هللا أنزل من السماء ماء فسلكه ينابيع فى األرض ثم يخرج به زرعا مختلفا ألوانه

حطاما إن في ذلك لذكرى ألولى األلباب

Page 8: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari

langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya

dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu

kamu melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang

mempunyai akal(21).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang berfikir bahwa apa-apa

yang ada bumi serta isinya merupakan karunia yang telah Allah limpahkan kepada

hambaNya.

15. Surah Al-Mu’min (40): 53-54

هدى وذكرى ألولى األلباب ب ولقد أتينا موسى الهدى وأورثنا بنى إسرائيل الكتا

Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa, dan Kami wariskan

Taurat kepada Bani Israil(53). Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang

berfikir(54).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang berfikir bahwa Al qur’an

merupakan petunjuk dan peringatan.

16. Surah Al-Thalaq (65): 10

أعد هللا لهم عذابا شديدا فاتقوا هللا يا أولى األلباب الذين أمنوا قد أنزل هللا إليكم ذكرا

Artinya : Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah

Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya

Allah Telah menurunkan peringatan kepadamu(10).

Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bertakwa serta beriman

kepadaNya dan Allah menyediakan azab yang pedih bagi orang yang tidak bertakwa

Page 9: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

B. Konsep Ulul Albab

Dalam terminologi tasawuf, mengenal istilah Shadr, Qalb, Fu’ad, Dan Lubb atau ulul

albab. Keempatnya adalah lingkaran stasiun berlapis bertingkat sebagai suatu kesatuan yang

utuh, tiap-tiap stasiun mewadahi cahaya sendiri dan dijadikan beberapa tingkat hati .

Hati yang paling luar adalah shadr (dada), lebih dekat hubungannya dengan otak,

mewadahai cahaya Islam (praktek ibadah dan amal shaleh). Ia adalah inti dari tindakan yaitu

mengikuti perintah otak. Sebagai bagian terluar, seperti halnya rumah, tidak terbebas dari aman,

bersih dan kenyamanan, selalu saja ada gangguan. Melalui tingkatan inilah tempat masuk dan

keluarnya kebaikan dan keburukan. Ia akan datang dan pergi. Dengan demikian tidaklah cukup

kalau hanya mengandalkan shadr.

Kemudian lapisan kedua adalah Qalb, yaitu tempat pengetahuan yang lebih mendalam

dan keimanan terhadap ajaran spiritual dan keagamaan yang murni. Disinilah letaknya cahaya

iman, ia juga tempat kesadaran kita akan kehadiran tuhan, sebuah kesaadaran yang

mengarahkan kita pada transfer pemikiran dan tindakan. Namun keimanan dalam hati (Qalb)

kadang bisa saja meningkat dan bisa saja melemah.

Maka disinilah pentingnya Fu’ad sebagai lapisan ketiga. Fu’ad sebagai hati lebih dalam

mewadahi cahaya makrifat atau pengetahuan akan kebenaran spiritual. Seakan merasakan

kehadiran tuhan dengan sangat jelas, seakan-akan kita melihat Allah SWT berada dihadapan

kita. Seperti halnya orang yang khusu dalam shalatnya. Dan inti dari lapisan itu adalah Lubb

atau ulul albab.

Ulul albab adalah bagian yang paling dalam, Kata Ulul merupakan bentuk kata untuk

menunjukan kepunyaan atau kepemilikan. Albab adalah bentuk jamak dari Lubb, yang

bermakna inti, isi, sari, terpenting. Lubab adalah intisari dari segala sesuatu, murni bersih.

Definisi ini di rasionalisasikan dengan umpama bahwa ketika kita akan memakan buah kelapa,

kita membuang, mengeluarkan atau mengupas bagian luarnya, sehingga isi kelapa atau isi

buahnya terambil. Isi kelapa tersebut dinamakan Lubb.

Jadi Lubb terkandung makna aktif; mengeluarkan isi, bagian dalam dari sesuatu. Bisa

juga bermakna dinamis; menyaring atau memiliki dari sesuatu hal. Lubb terkandung makna

aflikatif progress; membuang sesuatu yang tidak bermanpaat dan mengambil hal yang berfaedah

sehingga pemikiran kita jernih yang terbebas dari kekeliruan atau kecacatan dalam berpikir.

Pemikiran jenis inilah yang mampu menyingkap rahasia-rahasia dan hikmah dibalik hukum

yang diturunkan Allah. Berpikir murni inilah yang melatar belakangi firman Allah [QS. Al-

baqarah: 269] mengaitkan kata hikmah dengan Ulul Albab:

Page 10: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Artinya: “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan

As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia

benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah

yang dapat mengambil pelajaran.

Berangkat dari pengertian bahwa Lubb merupakan saripati sesuatu, semisal kacang yang

memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai Lubb. Jadi Ulul Albab ialah orang-

orang yang memiliki akal murni yang tidak di selubungi oleh “kulit”, yakni kabut ide yang

dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir. Keistimewaan-keistimewaan Ulul Albab melingkar

dalam dan memiliki hikmah, ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.

Seiring dengan itu, Prof. Wahbah Juhaili memaknai Ulul Albab dengan Ashab al-’Uqul

[komunitas orang-orang cerdas]. Simpelnya orang yang melakukan perubahan terhadap dirinya

sehingga dari-individu-individu tersebut memberikan perubahan terhadap lingkungannya [agent

social of change] dengan bursa gagasan yang cerdas, analitis dan normatif. Jika hidup kita

dilandasi dengan Ulul Albab insyaAllah akan senantiasa melakukan perubahan di tengah-tengah

masyarakat; mengembalikan dari kegelapan menuju cahaya [min al-Dzulumat ila al-Nur], dari

kritis ke normal, dari labil ke stabil, itulah makna perubahan

Ulul Albab adalah tempat Tauhid dan peng-Esaan. Ia adalah cahaya yang paling

sempurna dan penguasa yang paling agung. Ia berada diluar kata-kata, teori-teori, dan

pemikiran-pemikiran. Ia tak terhingga. Dari Lubb inilah terpancar cahaya kebaikan dan

kebajikan yang kemudian ditransformasikan melaui lapisan-lapisan lain diatasnya. apabila

sudah sampai Lubb, maka kita akan menemukan sirul asrar rahasia, rahasia dibalik rahasia.

Oleh karena itu Ulul Albab adalah orang yang perjalanannya sampai kepada hati yang

paling dalam, yang dapat menangkap cahaya Allah. Lubab adalah cahaya yang bersambung,

tumbuhan yang tertanam dan akal yang terbentuk. Ia bukan susunan atau organ tubuh yang

berada di dalam, tetapi ia adalah cahaya yang tersebar seperti sesuatu yang orisinil atau murni.

Berdasarkan atas ayat-ayat tersebut, para intelektual muslim indonesia memahami,

memberikan pengertian dan karakteristik yang berbeda-beda.

Menurut Quraish Shihab: beliau meyatakan bahwa ditinjau dari etimologis, kata albab

adalah bentuk plural (jamak) dari kata lubb, yang artinya saripati sesuatu. Misalnya

kacang, memiliki kulit yamg menutupi isinya. Isi kacang disebut lubb. Berdasarkan

definisi pengertian etimologi ini, dapat kita ambil pengertian terminologi bahwa ulul

albab adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit.

Menurut AM Saefudin: bahwasannya ulul albab adalah intelektual muslim atau pemikir

yang memiliki ketajaman analisis atas fenomena dan proses Alamiah, dan menjadikan

Page 11: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

kemampuan tersebut untuk membangun dan menciptakan kemaslakhatan bagi

kehidupan manusia.

Menurut Jalaluddin Rahmat beliau mengemukakan lima karakteristik ulul albab dengan

bahasa yang lebih rinci lagi yakni:

1. Kesungguhan mencari ilmu dan kecintaannya mensyukuri ni’mat Allah ( QS, Ali Imran:

190)

2. Memiliki kemampuan memisahkan sesuatu dari kebaikan dan keburukan, sekaligus

mengarahkan kemampuannya untuk memilih dan mengikuti kebaikan tersebut. (QS. Al-

maidah: 3)

3. Bersikap kritis dalam menerima pengetahuan atau mendengar pembicaraan orang lain,

Memiliki kemampuan menimbang ucapan, teori. Proposisi atau dalil yang dikemukakan

orang lain. ( QS. Az-zumar: 18 )

4. Memiliki kesediaan untuk menyampaikan ilmunya kepada orang lain, memiliki tanggung

jawab untuk memperbaiki masyarakat serta terpanggil hatinya untuk untuk menjadi

pelopor terciptanya kemaslakhatan dalam masyarakat. ( QS. Ibrahim: 2 dan Ai-ra’d: 19-

22)

5. Merasa takut hanya kepada Allah. ( QS. Albaqoroh: 197 dan Al-thalaq: 10 )

Karakteristik ulul albab, item 1-3 dan 5 terkait dengan kemampuan berfikir dan berdzikir,

dan item ke empat terkait dengan kemampuan berkarya positif dan kemanfaatannya bagi

kemanusiaan. Dengan demikian, insan ulul albab adalah komunitas yang memiliki keungulan

tertentu dan berpengaruh besar pada transformasi sosial. Kualitas dimaksud adalah terkait

dengan kedalaman spiritual ( dzikir ), ketajaman analisis ( fikir ), dan pengaruhnya yang besar

bagi kehidupan ( amal Sholeh ).

Dengan Demikian, dapat dinyatakan bahwa karakteristik dan ciri-ciri ulul albab adalah

memiliki kualitas berupa kekuatan dzikir, fikir, dan amal Sholeh. Atau dalam bahasa lain ,

masyarakat yang mempunyai status ulul albab yang mana mereka mempunyai indikator sbb:

1. Memiliki ketajaman analisis

2. Memiliki ketajaman spiritual

3. Optimisme dalam menghadapi hidup

4. Memiliki keseimbangan jasmani-ruhani, individu sosial dan keseimbangan dunia

dan akhirat.

5. Memiliki kemanfaatan bagi kemanusiaan

6. Pioneer dan pelopor dalam transformasi sosial

7. Memiliki kemandirian dan tanggung jawab

Page 12: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

8. Berkepribadian kokoh

C. Iqra’ sebagai Dasar Pembentukan Kepribadian Ulul Albab

Sebagai sumber dan informasi dari berbagai macam pengetahuan (knowledge) dan ilmu

pengetahuan (science), al-Qur’an mendorong umat Islam untuk senantiasa memiliki ghirah

(semangat) tinggi dan motivasi yang kuat dalam mencari dan mengembangkan ilmu

pengetahuan. Motivasi pengembangan keilmuan yang demikian kuat di antaranya tampak pada

ayat pertama yang diturunkan Tuhan kepada Rasulullah, yakni perintah iqra (membaca), yang

terdapat dalam surat al-’Alaq ayat 1 – 5 berikut:

علم 0الذي علم بالقلم 0اقرأ وربك األكرم 0خلق االنسان من علق 0اقرأ باسم ربك الذي خلق

(5-1االنسان مالم يعلم )العلق:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan (1) Dia telah Menciptakan

manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah (3)Yang

mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya (5)

Lima ayat di atas menunjukkan betapa Islam concern terhadap ilmu pengetahuan.

Bahkan dengan melihat kepada semangat ayat tersebut, keilmuan Islam dibentuk sebagai ilmu

yang holistik, yaitu ilmu yang tidak membedakan antara ilmu yang bersumber dari ayat-ayat

Qur’aniyah pada satu sisi, dan ayat-ayat Kauniyah pada sisi lain. Kata “اقرأ ” (membaca)

merupakan petunjuk al-Qur’an akan pentingnya penggunaan alat-alat inderawi (mata dan akal)

sebagai pengumpulan informasi pengetahuan. Untuk itulah, al-Qur’an (Islam) sejak awal tidak

menafikan adanya ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pengamatan inderawi terhadap

sunnatullah.

Frasa “باسم ربك” memberikan pengertian bahwa kegiatan pembacaan terhadap alam,

seperti yang dijelaskan sebelumnya, harus didasarkan pada sebuah keyakinan teologis.

Keyakinan tersebut dalam perspektif al-Qur’an menjadi sebuah tolok ukur hadirnya nilai-nilai

ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pengamatan inderawi terhadap fenomena-fenomena

kealaman.

Sedangkan frase “خلق االنسان من علق” mempertegas petunjuk kepada kita bahwa hal yang

harus diamati oleh manusia pertama kali adalah menyangkut tentang dirinya sendiri, tentang

bagaimana proses penciptaannya, gejala-gejala biologis yang berada di dalamnya, dan segala hal

yang berkaitan dengan itu. Disinilah letak motivasi al-Qur’an terhadap berkembangnya ilmu-

Page 13: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

ilmu alam, khususnya biologi. Penyelidikan terhadap diri manusia, pada akhirnya akan

menghadirkan sebuah kesadaran bahwa manusia berada diantara sekian penciptaan yang besar

(makrokosmik). Untuk mempelajari alam semesta yang lebih luas itu, diperlukan ilmu fisika dn

kimia agar manusia dapat mempelajari alam luas, sehingga manusia bisa mencapai kepada

kesadaran Yang Satu (ربك).

Dengan demikian, arti membaca dalam konteks ini tidak sekedar membaca teks tetapi

juga membaca konteks. Bahkan makna iqra’ dalam arti membaca konteks, yakni situasi dan

kondisi sosial, dalam konteks makna iqra dalam QS. Al-‘alaq ini lebih relevan jika dikaitkan

dengan kondisi pribadi Rasulullah berikut setting sosio-kultural pada saat itu. Hal ini terbukti

dalam beberapa indikasi berikut:

1) Stategi dakwah yang diskenario oleh Rasulullah pada saat beliau di Makkah, adalah

didasarkan kepada keberhasilan beliau membaca situasi dan kondisi masyarakat

kota kelahiran beliau tersebut;

2) Rasulullah Muhammad tidak memiliki kemampuan membaca dan bahkan menulis

(teks). Artinya, ketidakmampuan Rasulullah dalam hal membaca dan menulis teks,

namun tetap diperintahkan untuk membaca bahkan perintah tersebut diulangi

hingga tiga kali tersebut, semakin memperkuat makna iqra tidak sekedar membaca

teks tetapi membaca konteks;

3) Ketidakmampuan Rasulullah dalam hal membaca dan menulis, memiliki blessing

teologis, sebagai bukti historis tersendiri bagi upaya membantah tuduhan para

orientalis bahwa Islam adalah agama yang disistematisir oleh Rasulullah, atau al-

Qur’an sebagai hasil kreasi tangan Rasulullah SAW sendiri.

Merespons perintah Allah yang diapresaisi oleh Rasulullah tersebut, menuntut kepada

semua umat Islam untuk meneladani pola kepatuhan Rasulullah terhadap semua amar

Tuhannya. Salah satu indikator kepatuhan kita kepada Allah dan rasul-Nya adalah dengan

membekali diri dengan ilmu pengetahuan, yang hanya kita dapatkan melalui iqra’. Jika pada

masa dahulu iqra sudah berarti membaca kondisi sosial, maka makna iqra dalam konteks

pengertian sekarang adalah melakukan upaya eksplorasi, meneliti, membaca, menelaah,

menemukan, dan bahkan mengembangkannya untuk kepentingan seluasnya-luasnya bagi

kemanusiaan.

Bukankah ini juga merupakan apresiasi Rasulullah terhadap orang yang memiliki

kemanfaatan bagi orang lain sebagai sebaik-baik manusia. Bahwa orang yang paling baik adalah

orang yang memiliki kontribusi besar bagi kemanusiaan, yang ditunjukkan dengan karya-karya

positifnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah terntang orang yang

Page 14: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

memiliki kontribusi besar bagi kehidupan. Bahwa orang yang memiliki karya-karya positif bagi

kehidupan diklaim sebagai manusia terbaik. Dalam hadits lain juga dijelaskan bahwa orang

yang memiliki ilmu pengetahuan dan mengkontribusikannya untuk kepentingan kemaslahatan

umat manusia, diumpamakan sebagai hujan yang menimpa bumi yang subur di mana bumi

tersebut menumbuh suburkan tanaman yang sangat bermanfaat bagi manusia.

Untuk memiliki kemampuan dan profesionalisme yang dapat memberikan kontribusi

bagi pengembangan pemikiran ini, diperlukan adanya upaya maksimalisasi potensi fikir.

Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an misalnya, bahwa kata yang serumpun dengan kata

‘ilm, fikr, faqih dan yang serumpun dengan tiga kata tersebut, disebutkan secara berulang-ulang

dalam berbagai bentuk atau sebanyak 750 kali. Bahkan kata tersebut, menurut Wan Mohd Daud,

merupakan kata yang paling banyak disebutkan dalam al-Qur’an, setelah kata allah sebanyak

2500 kali, kata rabb 950 dan kata ‘ilm sebanyak 750 kali.

(http://www.islamhadhari.net/v4/wacana/detail.php?nkid=19.)

Banyaknya kata ‘ilm dalam al-Qur’an tersebut, menjadi petunjuk jelas bahwa ilmu

merupakan salah satu unsur penting dalam konsepsi Islam. Oleh karena betapa pentingnya ilmu

itulah, maka logis jika wahyu yang pertama kali diturunkan Allah kepada rasul pilihan-Nya

adalah iqra. Iqra adalah satu-satunya sarana terpenting bagi lahir dan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan terbentuknya pribadi insan Ulul Albab.

Dalam hadits Nabi juga dinyatakan bahwa pemahaman terhadap agama, merupakan

jalan untuk mencapai kebaikan yang dikehendaki Tuhan. Urgensi ilmu pengetahuan sebagai

sistem Islam ini tampak dalam apresiasi Allah dalam berbagai kesempatan dalam al-Qur’an,

maupun rasulullah dalam sejumlah teks hadits. Di dalam al-Qur’an misalnya dinyatakan bahwa

Allah akan memberikan derajat yang tinggi terhadap orang-orang yang berilmu (QS. Al-

Mujadilah: 11), apresiasi Allah terhadap ulama yang memiliki etos ketaqwaan yang tinggi di

hadapan Allah (QS. Fathir: 28).

Berdasarkan penjelasan kedua ayat ini, dapat dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah

hanya akan memberikan penghargaan demikian tinggi terhadap orang yang memiliki kualitas

keilmuan yang handal namun ditopang dengan basis keimanan yang kokoh pula. Karena itu

pula, kedua ayat ini ekuivalen dengan perintah ber-iqra yang ditopang dengan bismi rabbik al-

ladzi khalaq, sebagaimana dalam QS. al-‘Alaq: 1.

Di dalam hadits juga terdapat sejumlah teks yang menganjurkan umat Islam untuk

menjadi kelompok yang berilmu, dengan motivasi yang begitu kuat, misalnya adalah apesiasi

nabi terhadap seorang ulama yang harganya jauh lebih tinggi dari seorang ahli ibadah. Dalam

Page 15: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

hadits itu dinyatakan bahwa keutamaan seorang ahli ilmu dibandingkan dengan ahli ibadah

laksana keutamaan bulan atas sejumlah bintang.

Makna dari hadits tersebut adalah bahwa orang yang memilki ilmu pegetahuan

memiliki kontribusi besar dan kemanfaatan bagi masyarakat luas yang diumpamakan seperti

bulan, yang sinarnya bisa menerangi kegelapan dunia.

Insan Ulul Albab adalah komunitas yang meyakini bahwa ilmu pengetahuan merupakan

salah satu dari sekian piranti terpenting untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia mupun di

akhirat. Bahwa tuntutan untuk mengembangkan keilmuan merupakan sebuah kemestian karena

hanya derngan ilmulah manusia bisa mendapatkan jalan kemudahan untuk “menaklukkan” dan

mendapatkan kemudahan di dunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak.

Dalam hadits Nabi yang menyatakan bahwa siapapun orang yang mencari ilmu dengan

niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mampu memberikan implikasi positif bagi diri

dan sesamanya, maka Tuhan menjanjkan kepadanya sebuah jalan kemudahan dari sekian

banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai surga.

Memang tidak banyak penjelasan dalam kitab-kitab syarah hadits terkait dengan makna

”jalan menuju surga” sebagaimana disebutkan dalam teks hadits tersebut. Namun hemat penulis

bahwa orang yang mengkaji ilmu itu berarti mencari cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Orang yang telah mencapai kedekatan diri kepada Allah maka ia dengan mudah akan

mendapatkan petunjuk-Nya. Berbekal dengan petunjuk Tuhan itulah maka pengkaji ilmu

tersebut akan senantiasa berupaya melaksanakan seluruh ajaran Allah, sehingga Allah akan

memenuhi janji-Nya dengan menghadiahkan surga kepadanya.

Kajian dan pembicaraan mengenai surga Tuhan ini akan lebih menarik jika tidak hanya

dimaknai sebagai kenikmata ukhrawi, tetapi juga sejumlah kenikmatan duniawi. Sebagaimana

dinyatakan oleh Imam Khomeini, yang menyitir pendapat Shadr al-Muta’allihin, bahwa melihat

hal-hal yang menyenangkan itu berarti surga, sebaliknya melihat hal-hal yang tidak

menyenangkan berarti itu neraka. Bertolak dari pendapat tersebut, maka segala sesuatu yang

dapat memudahkan dan membahagiakan hidup bisa berarti ”surga”, dan sebalinya segala

sesuatu yang menghambat serta menyengsarakan hidup maka itulah ”neraka”.

Dalam konteks hadits tentang motivasi mencari ilmu di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa orang yang melengkapi dirinya dengan ilmu akan mendaparkan kemudahan dalam

hidupnya, karena ia dapat menguasai beberapa sektor kehidupan yang mendatangkan sejumlah

kebahagiaan. Dengan bekal kemudahan dan kebahagiaan hidupnya di dunia itulah, ia akan dapat

berinvestasi demikian banyak yang ”buahnya” akan dipetik dan dinikmatinya di akhirat kelak.

Page 16: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Dengan makna demikian pulalah, maka hadits ini sejalan dengan teks al-Qur’an yang dijadikan

sebagai doa oleh setiap hamba Tuhan, agar diberikan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak.

Maksimalisasi potensi fikir yang melahirkan ilmu pengetahuan ini, dalam konsepsi

Islam terintegrasi dengan wahyu. Dalam pengertian bahwa pengembangan potensi fikir

haruslah didasarkan kepada nilai-nilai ketuhanan. Dalam QS. al-’Alaq, disebutkan bahwa iqra

yang mendasari ilmu pengetahuan adalah iqra bi ism rabbik iqra, yakni pengembangan

keilmuan yang didasarkan kepada nilai-nilai ketuhanan. Dengan kata lain, iqra yang

dikembangkan dalam Islam adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada nilai-nilai ilahi atau

terikat nilai-nilai ketuhanan (value bound), bukan iqra yang sekuler dan bebas nilai (value free).

Oleh karena pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia inipula, nabi mengajarkan bahwa

seseortang boleh memiliki sifat dengki kepada dua hal, yakni terhadap orang yang memliki

keyaan dan mentasarufkannya dalam kebaikan, dan orang yang diberikan oleh Allah hikmah

dan mengajarkannya kepada orang lain.

Integrasi antara kekuatan wahyu dan kekuatan akal itulah yang dalam konsepsi Islam

disebut dengan istilah ulul albab. Insan ulul albab adalah insan yang dalam dirinya terbina di

atas dasar keimanan yang kukuh dan intelektualitas yang tinggi, sehingga mampu melahirkan

gagasan-gagasan baru yang kreatif, dinamis dan inovatif, untuk dapat diterjemahkan dalam

karya praksis yang positif (amal shaleh). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah misalnya

dalam QS. Ali Imran: 190-191.

Ketika mengomentari dua ayat tersebut, Ibnu Katsir menyatakan bahwa komunitas ulul

albab adalah komunitas orang yang memiliki kemampuan pemikiran dan intelektualitas yang

bersih dan sempurna, sehingga mampu memahami hakikat sesuatu secara benar. Komunitas ini

mencapai strata tersebut, dilakukan dengan menggunakan dzikir dan tafakkur, melalui

pengamatan, analisis dan melakukan perenungan secara mendalam ketika menyingkap rahasia

alam. Predikat ulul albab hanya dicapai oleh orang-orang yang mampu berfikir tentang diri,

fenomena alam, kejadian dan kehidupan. Pembentukan insan ulul albab yang mampu

menghadirkan fenomena kehidupan Islam yang kukuh, yang mengintegrasikan unsur ketuhanan

(wahyu) dan nilai-nilai rasionalitas inilah yang pernah memposisikan Islam sebagai ikon

supremasi peradaban dunia selama beratus-ratus tahun.

Page 17: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

D. Insan Ulul Albab dalam Sejarah Pengetahuan Islam

Pencapaian generasi ulul albab yang menyatu padukan antara unsur kewahyuan dan

rasionalitas tersebut menghantarkan Islam mencapai masa keemasan dan kecemerlangan (the

golden age), justru di saat Barat berada pada titik nadir kegelapan (the dark age). Zaman

keemasan Islam yang telah diletakkan dasarnya oleh rasulullah dan dikembangkan oleh para

sahabat dan tabi’in ini melahirkan zaman keemasan pada era abbasiyah dan beberapa waktu

setelahnya, yakni antara tahun 700-1500 M.

Masa keemasan yang telah digoreskan Islam dalam perjalanan sejarahnya itu, telah

melahirkan pakar dan saintis Islam yang mempelopori pengkajian Islam dalam berbagai cabang

keilmuan yang demikian luas. Ibnu Shina misalnya telah menulis sebanyak 220 karya yang

salah satunya yang paling terkenal adalah tentang kedokteran, yang dikumpulkan dalam sebuah

karya masterpeace-nya yang bertitel, al-Shifa’ yang terdiri dari 8 jilid. Al-Kindi juga telah

melahirkan 242 karya cemerlang bidang filfsafat, ibnu ’Arabi sebanyak 284 buah, Zakaria al-

Razi 236 buah, dan Abu Hasan al-Asy’ari sebanyak 93 buah.

Para pakar dan saintis Islam tersebut tidak hanya melakukan pengkajian Islam dari salah

satu bidang, tetapi mereka mengembangkan kajian Islam secara menyeluruh. Fahruddin al-Razi

misalnya, yang terkenal sebagai seorang mufassir, juga telah melahirkan dan mengembangkan

sejumlah disiplin keilmuan di bidang metafisika, teologi, filsafat, fiqih, bahkan astronomi.

Demikian juga dengan al-Jahiz, yang terkenal sebagai seorang teolog mu’tazilah, juga telah

melahirkan sejumlah karya di bidang biologi terutama zoologi, yang hingga kini dijadikan

sebagai referensi tidak saja di universitas-universitas di Timur tetapi juga sejumlah universitas

di Barat.

Sejumlah bukti lain tentang lahirnya para saintis muslim, yang memiliki pengaruh besar

bagi kemajuan ilmu pengetahuan di Barat, juga dapat dilihat misalnya Abu al-Qasim al-Zahrawi

(936-1013) yang di Barat dikenal dengan nama Abulcasis, sebagai bapak ahli bedah modern.

Al-Zahrawilah tokoh penemu pertama penyakit keturunan yang dibneri nama hemofilia. Ibnu al-

Haitsam, adalah sosok lain dari saintis Islam yang juga memiliki pengaruh terhadap Barat,

karena keahliannya dalam bidang optik. Dialah orang pertama yang memberikan penjelasan

tentang bagian-bagian mata dan proses penglihatan terjadi, yang dituangkan dalam karyanya, al-

Manadzir. Selain kedua tokoh tersebut juga dapat disebut misalnya, al-Battani (868-929) yang

ahli dalam hal matematika dan astronomi, Jabir ibn Hayyan (803) sebagai bapak kimia modern,

dan al-Khawarizmi sebagai ahli matematika.

Bayt al-Hikmah yang dipersiapkan oleh khalifah al-Makmun di era abbasiyah yang

menjadi wadah pengembangan keilmuan tidak saja oleh umat Islam tetapi juga seluruh penjuru

Page 18: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Eropa, menjadi kontributor besar bagi upaya mengantarkan Islam mencapai derajat ketinggian

tamaddun yang paling disegani. Bahkan karya-karya para sarjana Islam ini pulalah yang

mendorong lahirnya era renaissance di Eropa, yang merupakan era pembebasan kungkungan

pemikiran yang dilakukan oleh pihak gereja. Ribuan sarjana Eropa membanjiri sejumlah

universitas di Baghdad, Spanyol, Mesir, Syiria, dan Persia (Iran sekarang). Karya-karya para

pakar dan saintis Islam tersebut telah memposisikan Islam sebagai ikon supremasi peradaban

dunia.

Ilustrasi kemajuan ilmu pengetahuan yang berbasis pada kewahyuan Islam tersebut,

menunjukkan hebatnya upaya maksimalisasi potensi akal dan berbasis pada tawhid. Oleh karena

itu pula, Islam tidak pernah memiliki pengalaman adanya pemisahan antara akal dan wahyu,

atau antara rasionalitas dan agama sebagaimana terjadi pada pengalaman tradisi gereja di Eropa,

yang memberikan otoritas kepada rasio vis a vis otoritas agama (gereja), yang keduanya

seringkali berjalan dalam konflik dan pertentangan.

Capaian sejarah kegemilangan Islam, menjadi bukti yang tidak terbantahkan betapa

integrasi keilmuan dengan tuntunan kewahyuan, menjadi niscaya dilakukan jika umat Islam

menginginkan dapat mencapai kembali kejayaan yang pernah diraih sebelumnya. Oleh sebab

itu, insan ulul albab, yakni sosok insan yang memiliki kekokohan akidah (dzikir),

kecemerlangan intelektualitas (fikir) dan senantiasa berkarya positif (amal shaleh), merupakan

tuntutan normatif sekaligus sebagai suatu keharusan sejarah yang musti diwujudkan.

Membangun dan mewujudkan insan ulul albab, tidak akan berhasil jika hanya

dilakukan oleh orang perorang. Keberhasilan hanya akan dicapai manakala urgensitas tarbiyah

ulul albab telah dipahami, dihayati dan menjadi suatu kesadaran kolektif di antara semua

elemen, mulai dari pimpinan, dosen, karyawan dan bahkan semua mahasiswa yang menimba

pengetahuan di kampus Universitas Hasanuddin tercinta.

Insan ulul albab yang memiliki kedalaman spiritual (dzikir), intelektualitas yang mapan

(fikir) dan kreativitas dan aktivitas positif (amal shaleh), dapat dikembangkan dengan cara

maksimalisasi potensi fikir secara komprehensif. Pentingnya akal bagi kehidupan manusia

adalah sebagai sarana pengembangan potensi fikir, yang dapat dilakukan dengan piranti otak

manusia. Otak manusia terdiri dari dua bagian, otak kanan dan otak kiri. Otak kanan memiliki

fungsi untuk mengembangkan potensi-potensi eros, seperti mendengar musik, memanfaatkan

paduan warna yang menarik, menciptakan simbol-simbol, humor dan memacu kreativitas.

Sedangkan otak kiri berfungsi untuk mengembangkan potensi logos, berupa kemampuan

skolastik, seperti membaca, berhitung, melakukan analisa dan penalaran serta kemampuan

menghafal.

Page 19: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

Kedua bagian otak manusia harus dikembangkan secara bersama-sama, sehingga

melahirkan insan-insan yang memiliki keseimbangan hidup. Rasulullah SAW adalah contoh

hidup dalam realitas sejarah yang mampu mengintegrasikan kemampuan otak kanan dan kiri

sekaligus. Ketika mengutus Mu’adz ibn Jabal ke Yaman misalnya, beliau mengajukan sejumlah

pertanyaan yang membuat Mu’adz berfikir kreatif dan melatih artikulasi psikologisnya ke dalam

tatanan verbal dan logikanya. Tuntutan Islam tentang adanya keharusan menyeimbangkan

kehidupan, jasmani-rohani, dunia-akhirat, feminitas-maskulinitas, otak kiri-otak kanan,

individu-sosial, dan seterusnya, merupakan tuntunan agar setiap manusia hidup dalam

keharmonisan. Keharmonisan diri akan berimplikasi pada adanya keharmonisan sosial, yang

dicitakan oleh setiap elemen masyarakat.

E. Membangun Kepribadian Mahasiswa sebagai Insan Ulul Albab

Dalam pandangan Islam, mahasiswa merupakan komunitas yang terhormat dan terpuji.

karena ia merupakan komunitas yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmuan (scietist) yang

diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan penjelasan pada

masyarakat dengan pengetahuannya itu. Oleh karenanya, mahasiswa dianggap sebagai

komunitas yang penting untuk menggerakkan masyarakat Islam khususnya, dan seluruh umat

manusia pada umumnya, menuju kekhalifahan yang mampu membaca alam nyata sebagai

sebuah keniscayaan ilahiyah, yakni mampu mengintegralkan diri dan melebur dalam kesadaran

kemanusiaan dan ketuhanan dalam waktu yang bersamaan.

Keberhasilan pendidikan mahasiswa diukur dengan standard apabila mereka memiliki

identitas dan kepribadian sebagai mahasiswa yang mempunyai: (1) ilmu pengetahuan yang luas,

(2) penglihatan yang tajam, (3) otak yang cerdas, (4) hati yang lembut dan (5) semangat tinggi

karena Allah.

Page 20: Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

PEMBAGIAN MATERINYA :

Andi Annisa : Kepribadian ulul albab dlm al-Quran

Winni : Konsep ulul Albab

Ibe’ : Iqra’ sebagai dasar pembentukan kepribadian ulul albab

Muhasbir : Insan Ulul Albab sepanjang sejarah

Nisa : Membangun kepribadian Mahasiswa sebagai insane ulul albab

Musniati : moderator

St safira : notulen

Good Luck…