Ulul Al-Bab

28
6 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Ulul Albab 1. Ulul Albab dan Konsep Barat Mengenai Intelektual Sebelum berbicara lebih jauh tentang Ulul Albab, kita akan meninjau terlebih dahulu beberapa istilah lain dalam bahasa Indonesia, yaitu sarjana, ilmuwan, intelektual. Sarjana diartikan sebagai orang yang lulus dari perguruan tinggi dengan membawa gelar. Jumlahnya banyak, karena setiap tahun universitas memproduksi sarjana. Ilmuwan ialah orang yang mendalami ilmunya, kemudian mengembangkan ilmunya, baik dengan pengamatan maupun dengan analisisnya sendiri. Diantara sekian banyak sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian berkembang menjadi ilmuwan. Sebagian besar terbenam dalam kegiatan rutin, dan menjadi tukang-tukang profesional. Kaum intelektual bukanlah sarjana yang hanya menunjukkan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana (asli atau palsu. Mereka juga bukan sekadar

description

Ulul Al-Bab

Transcript of Ulul Al-Bab

Page 1: Ulul Al-Bab

6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ulul Albab

1. Ulul Albab dan Konsep Barat Mengenai Intelektual

Sebelum berbicara lebih jauh tentang Ulul Albab, kita akan

meninjau terlebih dahulu beberapa istilah lain dalam bahasa Indonesia,

yaitu sarjana, ilmuwan, intelektual. Sarjana diartikan sebagai orang yang

lulus dari perguruan tinggi dengan membawa gelar. Jumlahnya banyak,

karena setiap tahun universitas memproduksi sarjana. Ilmuwan ialah

orang yang mendalami ilmunya, kemudian mengembangkan ilmunya,

baik dengan pengamatan maupun dengan analisisnya sendiri. Diantara

sekian banyak sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian

berkembang menjadi ilmuwan. Sebagian besar terbenam dalam kegiatan

rutin, dan menjadi tukang-tukang profesional.

Kaum intelektual bukanlah sarjana yang hanya menunjukkan

kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh

gelar sarjana (asli atau palsu. Mereka juga bukan sekadar ilmuwan yang

mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian.

Mereka adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk

memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka,

merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang,

menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Meman istilah ini

biasa diberi bermacam-macam arti. Begitu beragamnya definisi

intelektual, sehingga Raymond Aron sepenuhnya melepaskan istilah itu.

Tetapi James Mac Gregor Burns, ketika bercerita tentang intellectual

leadership sebagai transforming leadership, berkata bahwa intelektual

ialah a devotee of ideas, knowledge, values. Inteketual ialah orang yang

Page 2: Ulul Al-Bab

7

terlibat secara kritis dengan nilai, tujuan, dan cita-cita, yang mengatasi

kebutuhan-kebutuhan praktis. “Dalam definisi ini, orang yang menggarap

hanya gagasan-gagasan dan data analitis adalah seorang teoritisi; orang

yang bekerja hanya dengan gagasan-gagasan normatif adalah seorang

moralis; orang yang menggarap sekaligus menggabungkan keduanya

lewat imajinasi yang teratur adalah seorang intelektual,” kata Burns. Jadi,

intelektual adalah orang yang mencobamembentuk lingkungannya dengan

gagasan-gagasan analitis dan normatifnya. Sedang menurut Edward A.

Shils, dalam Internasional Encyclopaedia of the Social Science, tugas

intelektual ialah “menafsirkan pengalaman masa lalumasyarakat,

mendidik pemuda dalam tradisi dan ketrampilan

masyarakatnya,melancarkan dan membimbing pengalaman estetis dan

keagamaan berbagai sektor masyarakat. . .”

Di dalam masyarakat Islam, seorang intelektual bukan saja seorang

yang memahami sejarah bangsanya, dan sanggup melahirkan gagasan-

gagasan analitis dan normatif yang cemerlang, melainkan juga menguasai

sejarah Islam - seorang Islamologis. Untuk pengertian ini, Al-Quran

sebenarnya mempunyai istilah khusus: ulul-albab. Al-Quran dan

Terjemahan-nya Departeman Agama Republik Indonesia mengartikan

ulul-albab sebagai “orang-orang yang berakal” tidak terlalu tepat.

Terjemahan Inggris men of understanding men of wisdom, mungkin lebih

tepat.

2. Pengertian Ulul Albab

Kata Ulul merupakan bentuk kata untuk menunjukan kepunyaan

atau kepemilikan. Albab adalah bentuk jamak dari Lubb, yang bermakna

inti, isi, sari, terpenting atau terbaik. Bisa juga mempunyai pengertian

akal atau hati. Lubab adalah intisari dari segala sesuatu, murni bersih atau

pilihan. Agar lebih mudah dipahami kita deskripsikan dengan sebuah

perumpamaan dengan buah kelapa beserta isinya. Ketika kita akan

memakan buah kelapa, kita membuang, mengeluarkan atau mengupas

bagian luarnya, sehingga isi kelapa atau isi buahnya terambil. Isi kelapa

Page 3: Ulul Al-Bab

8

tersebut dinamakan Lubb. Jadi Lubb terkandung makna aktif;

mengeluarkan isi, bagian dalam dari sesuatu. Bisa juga bermakna

dinamis; menyaring atau memilik dari sesuatu hal. Sekali lagi Lubb

terkandung makna aflikatif progress; membuang sesuatu yang tidak

bermanfaat dan mengambil hal ihwal yang berfaedah.

Al-Raghib al-Asfahani mendefinisikan  Lubb sebagai pemikiran

jernih yang terbebas dari kekeliruan atau kecacatan dalam berpikir.

Pemikiran jenis inilah yang mampu menyingkap rahasia-rahasia dan

hikmah dibalik hukum yang diturunkan Allah. Berangkat dari pengertian

bahwa Lubb merupakan saripati sesuatu, semisal kacang yang memiliki

kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai Lubb. Jadi Ulul Albab

ialah orang-orang yang memiliki akal murni yang tidak di selubungi oleh

“kulit”, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir.

Ulul Albab juga bisa diartikan sebagai orang yang memiliki otak berlapis-

lapis.Keistimewaan-keistimewaan Ulul Albab melingkar dalam dan

memiliki hikmah, ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.

Istilah ulul albab pertama kali digunakan dan ditemukan didalam ayat-

ayat Al-qur’an sehingga untuk memperoleh pengertian ulul albab secara

komperhenship diperlukan kajian-kajian, pemahaman terhadap teks-teks Al-

Qur’an itu sendiri. Istilah ulul albab disebutkan sebanyak 16 kali didalam Al-

Qur’an, antara lain ialah:

1. QS Al-Baqarah: 179

2. QS Al-Baqarah : 197

3. QS Al-Baqoroh: 269

4. QS Ali Imran : 7

5. QS Ali Imran : 190

6. QS Al Maidah : 100

7. QS Yusuf : 111

8. QS Ar Ra’d : 19

9. QS Ibrahim : 52

10. QS Shaad : 29

Page 4: Ulul Al-Bab

9

11. QS Shaad : 43

12. QS Az Zumar : 9

13. QS Az Zumar : 18

14. QS Az Zumar : 21

15. QS Al mukmin : 54

16. At Thalaq : 10

Dari ayat-ayat tersebut di atas yang tentunya berbeda, maka arti dan

makna dari Ulul Albab juga berbeda sesuai dengan konteks pengunaanya.

Namun dapat diambil kesimpulan secara ringkas bahwa Ulul Albab bukan

hanya mereka yang berpikir tentang alam fisik, botani dan sejarah. Mereka

juga bukan orang-orang yang hanya memiliki kriteria yang hanya terkait

dengan aktfitas fisik, melainkan juga dengan amal (perbuatan) kongkritnya.

Dalam salah satu buku yang berjudul A, Corcondance Of The Qur’an

kata Ulul Albab bisa mempunyai beberapa arti:

1. Orang yang mempunyai pemikiran (mind) yang luas atau mendalam

2. Orang yang mempunyai perasaan (heart) yang peka, sensitif atau yang

halus perasaannya.

3. Orang yang memilki daya pikir (intelect) yang tajam atau kuat

4. Orang yang memilki pandangan yang dalam atau wawasan (insight)

yang luas dan mendalam.

5. Orang yang memiliki pengertian (understanding) yang akurat, tepat atau

jelas.

6. Orang yang memilki kebijakan (wisdom) yakni mampu mendekati

kebenaran dengan pertimbangan-pertimbangan yang terbuka dan adil.

Jadi dari berbagai pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa

Ulul Albab adalah seseorang yang mempunyai otak yang berlapis-lapis dan

sekaligus memiliki perasaan yang peka tehadap sekitarnya. Ulul Albab

adalah orang yang:

1. Memiliki akal pikiran yang murni dan jernih serta mata hati uyang

tajam dalam menangkap fenomena yang dihadapi, memanfaatkan qolbu

untuk berdzikir kepada Allah SWt dan memanfaatkan akal dan pikiran

untuk mengungkap rahasia alam semesta, giat melakukan kajian dan

Page 5: Ulul Al-Bab

10

penelitian untuk kemashlatan hidup, suka merenung dan mengkaji ayat-

ayat Nya dan berusaha enangkap pelajaran darinya, serta berusaha

untuk mencari petunjuk dan pelajaran dari fenomensa historis.

2. Selalu sadar diri akan kehadiran Tuhan dalam segala kondisi

3. Lebih mementingkan kualitas hidup (jasmani maupun rohani)

4. Mampu menyelsaikan masalah dengan adil

5. Siap dan mampu menciptakan kehidupan yang harmonis dan keluarga

maupum masyarakat

6. mampu memilih dan menerapkan jalan yang benar dan baik yang

diridhoi olehyNya serta mampu membedakan mana yang lebih

bermanfaat dan menguntungkan dan mana yang kurang bermsanfaat

dan menguntungkan bagi kehidupan duna dan akhirat.

7. Menghargai khazanah intlektual dari parpemikir, cendikiawan ataupun

ilmuwan terdahulu.

8. Bersikap terbuka dan kritis terhadap pendapat, ide dan teori dari mana

pun datangnya kemudian bersungguh-sungguh berusaha untuk engikuti

pendapat, ide atau teori yang terbaik.

9. Mampu dan bersedia mengajar, mendidik orang lain derdasarkan

ajaran-ajaran dan nilai-nilai Ilahi dengan cara yang baik dan benar.

10. Sabar dan tahan uji walaupn ditimpa musibah dan gangguan setan (jin

dan manusia)

11. Sadar dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup

12. Tidak mau berbuat onar, kesalahan dan kerusuhan serta berbuat makar

di masyarakat

Adapun konsep pendidikan mengenai ulul albab dalam tarbiyatu ulial

albab (dzikir, fakir dan amal saleh), menjelaskan bahwa sosok Ulul Albab

adalah orang yang mengedepankan dzikir, fakir dan amal saleh. Ia memiliki

ilmu yang luas, pandangan mata yang tajam, otak yang cerdas, hati yang

lembut dan semangat serta jiwa pejuang (jihad dijalan Allah) dengan

sebenar-benarnya pejuang. Menurut A.M Saefuddin, yang dikutip oleh H.

Muhaimmin, bahwa Ulul Albab adalah pemikir, intelektual yang memiliki

ketajaman analisis terhadap gejala dan proses alamiah dengan metode ilmiah

Page 6: Ulul Al-Bab

11

induktif dan deduktif, serta intelektual yang membangun keperibadiannya

dengan dzikir dalam keadaan dan situasi apapun. Ulul Albab adalah

intelektual muslim yang tangguh, yang tidak hanya memiliki ketajaman

analisis obyektif, tetap juga subyektif.

Penjelasan-penjelasan mengenai pengertian Ulul Albab diatas juga

sudah ada yang mencakup ciri-ciri atau karakterisitik Ulul Albab itu sendiri,

yang akan dibahas lebih lanjut pada poin selanjutnya.

B. Karakteristik Ulul Albab

Ulul Albab disebut enam belas kali dalam Al-Quran. Menurut Al-

Quran, ulul albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi

keistimewaan oleh Allah swt. Keenam belas ayat al-Quran tersebut

merupakan penjabaran karakteristik ulul albab.

1. Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu

Seperti disebutkan dalam Al-Quran: “Dan orang yang bersungguh-

sungguh dalam ilmu pengetahuan mengembangkannya dengan seluruh

tenaganya, sambil berkata: ‘Kami percaya, ini semuanya berasal dari

hadirat Tuhan kami,’ dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali

ulul-albab.” (Q.S. Al-Imran :7). Termasuk dalam bersungguh-sungguh

mencari ilmu ialah kesenangannya menafakuri ciptaan Allah di langit dan

di bumi. Menyelidiki dan mengamati semua rahasia wahyu (al-Qur’an

maupun gejala-gejala alam), menangkap hukum-hukum yang tersirat di

dalamnya, kemudian menerapkannya dalam masyarakat demi kebaikan

bersama. Allah menyebutkan tanda ulul al-bab ini sebagai berikut:

"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul al-bab"

(QS. Ali Imran: 190).

Menurut Ibn Katsir, selain mampu memahami fenomena alam

dengan segenap hukumnya yang menunjukkan tanda-tanda keagungan,

kemurahan dan rahmat Ilahi, Ulul Albab juga seorang yang senantiasa

Page 7: Ulul Al-Bab

12

berdzikir dan berpikir, yang melahirkan kekuatan intelektual, kekayaan

spiritual dan keluhuran moral dalam dirinya.

Pada Bab I telah disinggung mengenai Ibn Salam, fisikawan

muslim yang mendapatkan hadiah Nobel tahun 1979, yang mengatakan

bahwa dalam Al-qur’an terdapat dua perintah, yaitu tafakur dan tasyakur.

Ulul Albab menggabungkan keduanya, yaitu memikirkan sekaligus

mengembangkan dan memanfaatkan hasilnya, sehingga nikmat Allah

semakin bertambah (Jalaluddin Rahmad, 1988, 213). "Sesungguhnya, jika

kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Jika

kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat

pedih" (QS. Ibrahim:7).

Manusia akan mampu menemukan citra dirinya sebagai manusia,

serta mampu menaklukkan jagat raya bila mau berpikir dan berdzikir.

Berpengetahuan tinggi serta menguasai teknologi. "Jika kamu mampu

menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu

tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (teknologi)"

(QS. Ar-Rahman: 33).

2. Selalu berpegang pada kebaikan dan keadilan

Ulul Al-bab mampu memisahkan yang baik dari yang buruk, untuk

kemudian memilih yang baik. Selalu berpegang dan mempertahankan

kebaikan tersebut walau sendirian dan walau keburukan didukung banyak

orang. Allah berfirman: "Tidak sama yang buruk (jahat) dengan baik

(benar), meskipun kuantitas yang jahat mengagumkan dirimu.

Bertaqwalah hai ulul al-bab, agar kamu beruntung" (QS. Al-Maidah:

100).

3. Kritis, teliti, dan cerdas dalam menerima informasi

Pandai menimbang-nimbang ucapan teori, proporsisi ataupun dalil

yang dikemukakan orang lain. Bagai sosok mujtahid, ulul al-bab tidak

mau taqlid pada orang lain, sehingga ia tidak mau menelan mentah-

mentah apa yang diberikan orang lain atau gampang mempercayainya

sebelum terlebih dahulu mengecek kebenarannya. Sebagaimana firman

Page 8: Ulul Al-Bab

13

Allah, "Yang mengikuti perkataan lalu mengikuti yang paling baik dan

benar, mereka itulah yang diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah

ulul albab" (QS. Az-Zumar: 18).

4. Mengembangkan ilmunya untuk memperbaiki masyarakat

Ulul Albab bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain

untuk memperbaiki masyarakatnya; diperingatkannya mereka kalau

terjadi ketimpangan, dan diprotesnya kalau terdapat ketidakadilan. Dia

tidak duduk berpangku tangan di labolatorium; dia tidak senang hanya

terbenam dalam buku-buku di perpustakaan; dia tampil di hadapan

masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di

tengah-tengah masyarakat. Ini bisa dilihat dari ayat al-Quran: “(Al-Quran)

ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka

diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui

bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha esa dan agar ulul-albab

mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim :52)

Menurut Dr. Mahdi Ghulsyani, ilmu dipandang bermanfaat apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut :

Dia dapat meningkatkan pengetahuan pemiliknya akan Allah.

Dia dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat

Islam dan merealisasikan tujuan-tujuannya.

Dia dapat membimbing orang lain.

Dia dapat memecahkan berbagai problema masyarakat

Selanjutnya Allah berfirman, “Hanyalah ulul-albab yang dapat

mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah

dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan

apa-apa yang Allah perintahkan Supaya dihubungkan, dan mereka takut

kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang

yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan salat dan

menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara

sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan

Page 9: Ulul Al-Bab

14

kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang

baik).” (QS. Ar-Ra’d :19-22).

5. Sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu.

Sejarah adalah penafsiran nyata dari suatu bentuk kehidupan.

Dengan memahami sejarah kemudian membandingkan dengan kejadian

masa sekarang, Ulul Albab akan mampu membuat prediksi masa depan,

sehingga mereka mampu membuat persiapan untuk menyambut

kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi

Sampai pada ciri-ciri ini, ulul albab tidak ada bedanya dengan

intelektual yang lain. Tapi bila dilanjutkan, maka ada nilai tambah yang

dimilikinya yang tidak dimiliki oleh seorang intelektual biasa.

6. Rajin bangun shalat malam

Allah swt berfirman, “Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu

bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan

mengharapkan rahmat Tuhannya: samakah orang yang berilmu seperti

itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh

peringatan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS.Az-Zumar:9)

Dengan merujuk kepada firman Allah di atas, inilah “tanda khas” yang

membedakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya. Ulul-

albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan

Allah. Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan

segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya

mengharapkan rahmat-Nya. Tanda khas yang lain disebutkan dalam Al-

Quran: “Dia zikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan

duduk, dan keadaan berbaring.” (QS. Al-Imran:191). Ulul Albab

mensinergikan agama dan sains. Memadukan pikir dan dzikir dalam

setiap keadaan.

7. Tidak takut kecuali kepada Allah semata

Allah berfirman, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal

adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab.” (QS. Al-

Baqarah:197).

Page 10: Ulul Al-Bab

15

“. . . maka bertakwalah kepada  Allah hai ulul-albab, agar kamu

mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidaah:179)

“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah

kepada Allah hai ulul-albab.” (QS. At-Thalaaq : 10)

Ulul Albab menyadari bahwa semua perbuatan manusia akan

dimintai pertanggung jawaban. Dengan bekal ilmunya, Ulul Albab tidak

mau berbuat semena-mena. Tidak mau menjual ilmu demi kepentingan

pribadi (menuruti ambisi politik atau materi). Ilmu pengetahuan dan

teknologi ibarat pedang bermata dua. Ia dapat digunakan untuk tujuan-

tujuan baik, tapi bisa juga digunakan dan dimanfaatkan untuk perbuatan-

perbuatan yang tidak benar. Tinggal siapa yang memakainya. Ilmu

pengetahuan sangat berbahaya bila di tangan orang yang tidak

bertanggung jawab. Sebab, ia tidak akan segan-segan menggunakan hasil

teknologinya untuk menghancurkan sesama, hanya demi menuruti ambisi

dan nafsu.

Terakhir, yang mengeneralisir semua karakteristik di atas adalah Ulul

Albab selalu menjadikan Al Quran sebagai pusat perhatian dan barometer

langkah-langkahnya.

Allah berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu

penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan

supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Q.S.

Shaad : 29)

C. Peran dan Tanggung Jawab Ulul Albab

1. Peran Ulul Albab

Kehadiran manusia dimuka bumi terjadi bukan karena rencana dan

kehendak atas diri manusia. Realita menunjukan bahwa bumi telah ada

terlebih dahulu dari pada adanya manusia, dan kemudian dipilih oleh

Tuhan untuk menjadi tempat tinggalnya, bahkan menjadi pusat

kehidupannya. Di bumi yang kita tempati (makhluk ciptaa-Nya) ini kita

Page 11: Ulul Al-Bab

16

makan, tumbuh, berkembang, lalu akhirnya mati. Dari sini kita bisa

memahami bahwa kedudukan manusia dan peran manusia dimuka bumi,

bukan manusia sendiri yang menentukan, akan tetapi ia menerima kodrat

hidup yang tidak dapat ditolaknya dan mesti dilakukan atau dijalaninya

suka atau tidak suka

Manusia Ulul Albab sebagai wakil Tuhan yang mulia dan istimewa

(kholifah fil ard), yang berada dimuka bumi. Ia memperoleh kemampuan

yang luar biasa yang tidak terdapat dan dimiliki oleh ciptaan Tuhan yang

lainya, yaitu akal dan qolb. Dengan akal dan qolb ini manusia dapat berfikir,

mengetahui, menikmati dan merasakan sesuatu yang Allah SWT ciptakan

dialam semesta ini. Kehidupan manusia yang sangat komplek dimuka bumi

menuntut adanya pemeliharaan, bimbingan, pengarahan untuk mencapai

tujuan penciptaan, dengan maksut untuk selalu mengabdi kepada Allah SWT.

Manusia hidup dimuka bumi tidak lain hanya untuk mengabdi kepada

Allah SWT. Dengan pengabdian itulah akan mampu mewujudkan seorang

Ulul Albab yang mampu menangkap kemauan serta sifat-sifat ketuhanan.

Sifat ketuhanan tersebut Ulul Albab harus mampu merealisasikan rasa atau

sikap optimis, berani, dinamis, kreatif, progresif, dan mampu mengamalkan

amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Dengan sifat atau etos keja macam ini, maka

tidak mustahil amanat Allah SWT tersebut dapat terealisasi. Allah SWT

menciptakan manusia dimuka bumi ini bukan dengan main-main

sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Anbiyaa ayat 16 : “Dan tidaklah

Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya

dengan bermain-main”

Adapun maksud ayat tersebut, Allah menciptakan langit dan bumi dan

apa yang ada diantara keduanya itu terdapat didalamnya dengan maksud dan

tujuan yang mengandung hikmat dalam kehidupan makhluk Allah SWT yang

ada dimuka bumi ini.

Oleh karena itu Ulul Albab sebagai sosok seorang kholifah yang

diciptakan Allah SWT yang memiliki kemuliaan dan serta mempunyai

kepeksaan akal dan hati dalam memahami segala apa yang Allah SWT

ciptakan dimuka bumi ini. Manusia Ulul Albab merupakan sosok manusia

Page 12: Ulul Al-Bab

17

yang memiliki kepekaan akal dan hati yang cerdas serta mampu memahami

gejala atau fenomena alam yang terjadi. Dalam tafsir Mafghi disebutkan Ulul

Albab adalah orang yang mau mengunakan pikiranya, mengambil faedah

dariNya, mengambil hidayah dariNya serta mengsambarkan keagungan

Allah SWT dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaan-Nya. Seorang

Ulul Albab ialah orang yang menyadari akan aktivitas hidupnya dalam

rangka pengabdian kepada Alah SWT. Sehingga ia harus mengoptimalkan

potensi yang dimilikinya untuk dapat digunakan sebagai peningkatan taraf

hidup kaum muslimim dan pemeliharaan alam beserta isinya.

2. Tanggung Jawab Ulul Al-Bab

a. Memenuhi Janji

Janji Allah yang disebut mitsaq ini didefinisikan oleh Dr. Muhammad

Mahmud Hijazi sebagai “apa yang mengikat diri mereka dalam

hubungan antara mereka dengan Tuhan mereka, antara diri mereka

dengan diri mereka, antara mereka dengan manusia yang lain.”

Janji tertua manusia kepada Allah yang mereka ungkap sejak masih di

alam arwah disebutkan dalam firman-Nya :

�ه�م� �ت ي ذ�ر ظ�ه�ور�ه�م� م�ن� ء�اد�م� �ي �ن ب م�ن� �ك� ب ر� خ�ذ�� أ �ذ� و�إ

ه�م� �ف�س� ن� أ ع�ل�ى ه�د�ه�م� ش�

� �ل�ى و�أ ب �وا ق�ال �م� ك ب �ر� ب ل�س�ت�� أ

�ا ه�د�ن ه�ذ�ا ش� ع�ن� �ا �ن ك �ا �ن إ �ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي �وا �ق�ول ت ن�� أ�ين� غ�اف�ل

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Q.S. Al A’raf : 172)

Dengan janji ini, setiap cendekiawan jauh sebelum diciptakan dengan

hidup yang nyata telah berjanji kepada Allah untuk mengikuti

perintah-Nya, menghentikan larangan-Nya, melaksanakan seluruh

Page 13: Ulul Al-Bab

18

rangkaian ibadah yang telah disyari’atkan-Nya, dan mengikuti seruan

Rasul-Nya. Setelah itu dipenuhi janji kepada dirinya, untuk memilih

komitmen terhadap nilai Islam dan dipenuhi pula janjinya dengan

sesama manusia karena hidup pada hakekatnya paduan antara janji.

Apabila janji dipenuhi, maka akan terwujudlah harmoni kehidupan

dan apabila janji banyak dilanggar maka rusaklah kehidupan.

Termasuk dalam janji dengan sesama manusia ini adalah seorang

cendekiawan harus mempertahankan kejujuran, keterbukaan dan

kesungguhan hati, menghindari manipulasi data, pemalsuan informasi,

hanya memikirkan kepentingan pribadi dan lain-lain yang akan

menjatuhkan nilai-nilai Sains itu sendiri.

Apabila cendekiawan komitmen dengan janjinya kepada sesama

manusia maka tidak akan terjadi kasus yang mengerikan seperti yang

terjadi di Prancis, beberapa tahun lalu. Diberitakan bahwa telah

diketemukan janin-janin beku dalam kantong-kantong plastik dalam

sebuah truck yang menuju Prancis lewat Swiss. Menurut berita

tersebut, janin-janin itu dikirim untuk penelitian pengembangan

beatuty creams di laboratorium-laboratorium di Prancis. Pada halaman

yang sama dalam berita yang berjudul “Abortion: A Thriving Industry

in America’s Celebrated Way of Life” diberitakan pula tentang

penemuan 17000 janin di rumah seorang bekas operator laboratorium

kedokteran di California.

b. Menyambung apa yang diperintahkan Allah

Menyambung apa yang diperintahkan Allah adalah menyambung

hubungan antara sesama manusia. Termasuk didalamnya

menggabungkan Iman dan Amal Cinta kepada Allah, menghubungkan

kelompok-kelompok yang bertentangan sehingga tumbuh Ukhuwwah

Insaniyah di antara manusia. Di sini seorang cendekiawan berperan

sebagai integrator, katalis, dan muwwahid yang menghidupkan

semangat persatuan di tengah masyarakat yang terpecah.

Page 14: Ulul Al-Bab

19

Disinilah pentingnya peran generasi khilafah sebagai ulul albab.

Mereka hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh mewujudkan

kehidupan Al Jama’ah di tengah-tengah masyarakat Islam karena

hanya dengan Al Jama’ah masyarakat Islam dapat disatukan,

sebagaimana firman Allah :

وا ….. ق� ر� ت�ف� و�ال� يع ا م� ج� الل�ه� ب�ل� ب�ح� م�وا اع�ت�ص� و�

“Dan berpegang kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. (Q.S. Ali Imran : 103)

Selanjutnya tanggung jawab lain cendekiawan adalah membangkitkan

dan membantu masyarakat, bukan memegang kepemimpinan politik

negara. Bila masyarakat dibimbing dan dibangunkan secara benar, dia

akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh untuk

memerintah dan membimbing masyarakat. Pembangunan masyarakat

yang benar adalah berdasarkan pada ajaran Islam. Hal ini bukan

karena konsekuensi iman saja, tetapi karena ajaran Islam sanggup

menjawab tantangan kehidupan modern. Ajaran Islam yang

dipraktekkan secara konsekuen terbukti telah melahirkan manusia

unggul sebagai penyelamat dunia dan pelopor peradaban di berbagai

bidang. Umar bin Khaththab berhasil menjadi pemimpin dunia yang

jarang tandingannya. Bilal bin Rabbah dari seorang budak yang

menjadi muadzin Rasul dan menjadi lambang persamaan manusia.

Belum lagi dalam bidang Sains dan tekhnologi lahir nama Al Haytsan

dalam bidang optics yang dipandang sebagai mendasari teori Newton.

Ibnu Sina dengan Canon of Medicine-nya yang telah menjadi buku

standar ilmu kedokteran selama 600 tahun. Muhammad bin Musa Al

Khawarizmi yang pertama kali mengarang buku tentang matematika

dan istilah logaritma, diyakini berasal dari namanya.

Keberhasilan syari’at Islam melahirkan manusia-manusia unggul di

atas adalah tidak terlepas dari kepemimpinan dan keteladanan Nabi

Page 15: Ulul Al-Bab

20

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bernard Shaw menulis,

“Jika seorang seperti Muhammad menguasai (memimpin – Pen) dunia

modern, maka dia berhasil membawa dunia pada perdamaian dan

kebahagiaan yang sangat dibutuhkan itu. “Hal ini pula yang menjadi

keyakinan kita semua. Oleh karena itu cendekiawan muslim dituntut

untuk meneladani Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ulul Albab sebagai Sosok Seniman Islam.

Rasa seni adalah perasaan keindahan yang ada pada setiap manusia

normal yang dibawa sejak lahir. Rasa seni merupakan hal mendasar yang

menuntut penyaluran dan pengawasan dalam melahirkannya ataupun

menikmatinya. Seni Budaya Islam adalah keahlian mengekspresikan ide

dan pemikiran estetika dalam penciptaan benda, suasana atau karya yang

mampu menimbulkan rasa indah dengan berdasar dan merujuk pada al-

Qur`an dan Hadits.

Seorang muslim memiliki 3 kemampuan dasar mengembangkan

kebudayaan, yaitu: rasa/imajinasi untuk mengembangkan estetika, kagum,

terharu, sehingga berperasaan tajam dan berdaya cipta. Kedua: pikiran

untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, ketiga: iman (ucapan dan

perbuatan) yang mendasari pengembangan rasa dan pikiran.

Pengembangan ketiganya menjadikan manusia sebagai manusia paripurna

(Ulul Albab).

Agama Islam mengakui ketiga potensi tersebut sebagai fitrah yang

dapat dikembangkan bersama-sama untuk mencapai kebenaran tertinggi,

yaitu kebenaran Allah swt.

Kualitas seni Islam dan yang membedakannya dari seni lain adalah

seni Islam bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. Tanpa keduanya

tidak ada seni Islam. Dalam sejarah, seni Islam mengalami kemunduran

dan hancur sama sekali karena spiritualitas dan intelektualitas yang

memberi daya hidup seni Islam telah terabaikan.(Nasr).

Selain al-Qur`an dan Hadits seni Islam juga bersumber dari

berbagai wawasan estetis terutama yang berkait dengan budaya lokal,

Page 16: Ulul Al-Bab

21

sehingga dapat dikatakan estetika Islam tidak hanya muncul dari sumber

tunggal/agama akan tetapi mengambil makna secara filosofis dari agama

dan berpadu dengan wawasan estetika yang melatari pemikiran dan

imajinasi sang seniman (Leaman).

Rambu-Rambu berkesenian yaitu mencipta dan menikmati karya

seni hukumnya mubah (boleh) selama tidak mengarah atau mengakibatkan

fasad (kerusakan), dlarar (bahaya), ‘ishyan (durhaka) dan bu’dun ‘anillah

(jauh dari Allah) (Amri Yahya). Berikut adalah doktrin seni dalam Islam :

1. Allah itu Indah dan Mencintai Keindahan

“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan”

2. Penyair/sastrawan/seniman: ada yang beriman dan ada yang kafir

“Dan (syaitan juga turun kepada) para penyair yang diikuti oleh oran-

orang sesat……... Kecuali orang-orang yang beriman, banyak beramal

shalih, berdzikir dan mendapt kemengangan setelah mereka

teraniaya…”

3. Puisi ada yang baik dan ada yang buruk

“Rongga perut salah seorang dari kalian sungguh lebih baik berisi

nanah daripada berisi puisi yang membuat kamu dicerca orang”

4. Musik dan Nyanyian merupakan tuntutan hidup manusia

“Pembeda antara pernikahan yang halal dan yang haram adalah suara

rebana dan nyanyian”

5. Perupa (pelukis dan pematung) : terancam ?!

Adapun sikap umat Islam terhadap doktrin tersebut yaitu:

1. Kubu ulama’ normatif: teks doktrin tentang seni bersifat tekstual yang

berarti hukum-hukum di dalamnya berlaku sepanjang zaman.

2. Kubu ulama’ rasionalis: doktrin seni dalam Islam bersifat kontekstual,

sehingga hukum-hukumnya sangat dipengaruhi situasi dan kondisi,

maka bisa saja hukum haram dalam perkembangannya menjadi mubah

(boleh) karena latar hukum (asbabun nuzul ayat dan asbabul wurud

hadits) tidak sama dengan kondisi yang ada

Page 17: Ulul Al-Bab

22

3. Kubu akademis filosofis: pengembangan seni Islam tidak dapat

dilakukan dengan mengacu kepada aspek fiqh an sich akan tetapi

harus mengedepankan aspek filosofis/tasawuf guna memberikan

sumber makna dan ruh kepada seniman dalam proses kreatifnya.

Seniman Muslim yaitu orang yang menghayati segala ciptaan Allah

dengan kemampuan olah rasa, akal dan iman sehingga mampu mencipta

suatu karya artistik yang berguna bagi dirinya dan kemanusiaan.

Proses kreatif berkesenian termasuk dimensi ibadah yang dapat

menghantarkan seorang muslim mencapai kualitas tertinggi sebagai ulul

albab (manusia cerdas),yaitu yang telah berhasil mengolah rasa dengan

kontemplatif, akal dengan berfikir logis dan didasarkan pada keimanan

(tunduk, syukur).(QS. Ali Imran: 191).

Segi-segi proses kreatif

1. Intuisi yang muncul karena adanya inspirasi/ilham dari Allah Tuhan

Maha Pemberi Ilham.

2. merenung di depan karyanya, menggunakan Sensasi yang muncul

setelah olah rasa, akal dan iman terhadap obyek ciptaan Allah.

3. Pengawasan/kontrol yaitu Masa jumud (kemandegan) proses kreatif

ketika Seniman karya analisanya lebih banyak daripada perasaannya.

Kunci pokok pencarian identitas baik identitas pribadi maupun

identitas kolektif adalah kewajaran dan kejujuran. Seni hakikatnya adalah

keindahan, dan keindahan itu adalah shifah Ilahiyyah. Karenanya nilai-

nilai yang diekspresikan adalah nilai-nilai Ilahiyyah yang berkonotasi

kebaikan. Seniman Muslim yang berhasil mengekspresikan keindahan

Ilahiyah berarti telah mendapatkan identitasnya sebagai seniman muslim.

Semua ciptaan Allah itu indah (sumber seni) yang mengandung

bentuk, warna, proporsi, ruang, suasana yang merupakan unsur keindahan.

Seniman yang mencoba mengungkap keindahan ciptaan Allah berarti

mengungkapkan keindahan Allah. Tindak (act) ekspresi tersebut adalah

tindak pengabdian (ibadat mu’amalah) untuk mencari keridhaan dan

consent Ilahi, sehingga “seni untuk seni” itu asing bagi seni Islam. Jadi

Page 18: Ulul Al-Bab

23

karya seni Islam adalah yang memberi manfaat, rahmat bagi manusia demi

keridhaan Allah.

Dalam peradaban modern seperti saat ini, seniman muslim berperan

dalam spiritualisasi peradaban modern yaitu dengan kembali kepada ajaran

Islam yang otentik sebagai rahmat diantaranya dengan menciptakan karya

yang memberi manfaat bagi manusia dan kemanusiaan, mengungkap nilai-

nilai Ilahiyyah dari alam guna mencapai kearifan kepada Tuhannya.

Pengembangan seni Islam dimungkinkan dengan pendekatan filosofis

yang memberikan alternasi pemikiran terhadap wawasan estetis yang

cenderung normatif ataupun terlalu historis.