Ulul Al-Bab
-
Upload
mhely-syahnia -
Category
Documents
-
view
25 -
download
3
description
Transcript of Ulul Al-Bab
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ulul Albab
1. Ulul Albab dan Konsep Barat Mengenai Intelektual
Sebelum berbicara lebih jauh tentang Ulul Albab, kita akan
meninjau terlebih dahulu beberapa istilah lain dalam bahasa Indonesia,
yaitu sarjana, ilmuwan, intelektual. Sarjana diartikan sebagai orang yang
lulus dari perguruan tinggi dengan membawa gelar. Jumlahnya banyak,
karena setiap tahun universitas memproduksi sarjana. Ilmuwan ialah
orang yang mendalami ilmunya, kemudian mengembangkan ilmunya,
baik dengan pengamatan maupun dengan analisisnya sendiri. Diantara
sekian banyak sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian
berkembang menjadi ilmuwan. Sebagian besar terbenam dalam kegiatan
rutin, dan menjadi tukang-tukang profesional.
Kaum intelektual bukanlah sarjana yang hanya menunjukkan
kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh
gelar sarjana (asli atau palsu. Mereka juga bukan sekadar ilmuwan yang
mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian.
Mereka adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk
memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka,
merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang,
menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Meman istilah ini
biasa diberi bermacam-macam arti. Begitu beragamnya definisi
intelektual, sehingga Raymond Aron sepenuhnya melepaskan istilah itu.
Tetapi James Mac Gregor Burns, ketika bercerita tentang intellectual
leadership sebagai transforming leadership, berkata bahwa intelektual
ialah a devotee of ideas, knowledge, values. Inteketual ialah orang yang
7
terlibat secara kritis dengan nilai, tujuan, dan cita-cita, yang mengatasi
kebutuhan-kebutuhan praktis. “Dalam definisi ini, orang yang menggarap
hanya gagasan-gagasan dan data analitis adalah seorang teoritisi; orang
yang bekerja hanya dengan gagasan-gagasan normatif adalah seorang
moralis; orang yang menggarap sekaligus menggabungkan keduanya
lewat imajinasi yang teratur adalah seorang intelektual,” kata Burns. Jadi,
intelektual adalah orang yang mencobamembentuk lingkungannya dengan
gagasan-gagasan analitis dan normatifnya. Sedang menurut Edward A.
Shils, dalam Internasional Encyclopaedia of the Social Science, tugas
intelektual ialah “menafsirkan pengalaman masa lalumasyarakat,
mendidik pemuda dalam tradisi dan ketrampilan
masyarakatnya,melancarkan dan membimbing pengalaman estetis dan
keagamaan berbagai sektor masyarakat. . .”
Di dalam masyarakat Islam, seorang intelektual bukan saja seorang
yang memahami sejarah bangsanya, dan sanggup melahirkan gagasan-
gagasan analitis dan normatif yang cemerlang, melainkan juga menguasai
sejarah Islam - seorang Islamologis. Untuk pengertian ini, Al-Quran
sebenarnya mempunyai istilah khusus: ulul-albab. Al-Quran dan
Terjemahan-nya Departeman Agama Republik Indonesia mengartikan
ulul-albab sebagai “orang-orang yang berakal” tidak terlalu tepat.
Terjemahan Inggris men of understanding men of wisdom, mungkin lebih
tepat.
2. Pengertian Ulul Albab
Kata Ulul merupakan bentuk kata untuk menunjukan kepunyaan
atau kepemilikan. Albab adalah bentuk jamak dari Lubb, yang bermakna
inti, isi, sari, terpenting atau terbaik. Bisa juga mempunyai pengertian
akal atau hati. Lubab adalah intisari dari segala sesuatu, murni bersih atau
pilihan. Agar lebih mudah dipahami kita deskripsikan dengan sebuah
perumpamaan dengan buah kelapa beserta isinya. Ketika kita akan
memakan buah kelapa, kita membuang, mengeluarkan atau mengupas
bagian luarnya, sehingga isi kelapa atau isi buahnya terambil. Isi kelapa
8
tersebut dinamakan Lubb. Jadi Lubb terkandung makna aktif;
mengeluarkan isi, bagian dalam dari sesuatu. Bisa juga bermakna
dinamis; menyaring atau memilik dari sesuatu hal. Sekali lagi Lubb
terkandung makna aflikatif progress; membuang sesuatu yang tidak
bermanfaat dan mengambil hal ihwal yang berfaedah.
Al-Raghib al-Asfahani mendefinisikan Lubb sebagai pemikiran
jernih yang terbebas dari kekeliruan atau kecacatan dalam berpikir.
Pemikiran jenis inilah yang mampu menyingkap rahasia-rahasia dan
hikmah dibalik hukum yang diturunkan Allah. Berangkat dari pengertian
bahwa Lubb merupakan saripati sesuatu, semisal kacang yang memiliki
kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai Lubb. Jadi Ulul Albab
ialah orang-orang yang memiliki akal murni yang tidak di selubungi oleh
“kulit”, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir.
Ulul Albab juga bisa diartikan sebagai orang yang memiliki otak berlapis-
lapis.Keistimewaan-keistimewaan Ulul Albab melingkar dalam dan
memiliki hikmah, ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Istilah ulul albab pertama kali digunakan dan ditemukan didalam ayat-
ayat Al-qur’an sehingga untuk memperoleh pengertian ulul albab secara
komperhenship diperlukan kajian-kajian, pemahaman terhadap teks-teks Al-
Qur’an itu sendiri. Istilah ulul albab disebutkan sebanyak 16 kali didalam Al-
Qur’an, antara lain ialah:
1. QS Al-Baqarah: 179
2. QS Al-Baqarah : 197
3. QS Al-Baqoroh: 269
4. QS Ali Imran : 7
5. QS Ali Imran : 190
6. QS Al Maidah : 100
7. QS Yusuf : 111
8. QS Ar Ra’d : 19
9. QS Ibrahim : 52
10. QS Shaad : 29
9
11. QS Shaad : 43
12. QS Az Zumar : 9
13. QS Az Zumar : 18
14. QS Az Zumar : 21
15. QS Al mukmin : 54
16. At Thalaq : 10
Dari ayat-ayat tersebut di atas yang tentunya berbeda, maka arti dan
makna dari Ulul Albab juga berbeda sesuai dengan konteks pengunaanya.
Namun dapat diambil kesimpulan secara ringkas bahwa Ulul Albab bukan
hanya mereka yang berpikir tentang alam fisik, botani dan sejarah. Mereka
juga bukan orang-orang yang hanya memiliki kriteria yang hanya terkait
dengan aktfitas fisik, melainkan juga dengan amal (perbuatan) kongkritnya.
Dalam salah satu buku yang berjudul A, Corcondance Of The Qur’an
kata Ulul Albab bisa mempunyai beberapa arti:
1. Orang yang mempunyai pemikiran (mind) yang luas atau mendalam
2. Orang yang mempunyai perasaan (heart) yang peka, sensitif atau yang
halus perasaannya.
3. Orang yang memilki daya pikir (intelect) yang tajam atau kuat
4. Orang yang memilki pandangan yang dalam atau wawasan (insight)
yang luas dan mendalam.
5. Orang yang memiliki pengertian (understanding) yang akurat, tepat atau
jelas.
6. Orang yang memilki kebijakan (wisdom) yakni mampu mendekati
kebenaran dengan pertimbangan-pertimbangan yang terbuka dan adil.
Jadi dari berbagai pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa
Ulul Albab adalah seseorang yang mempunyai otak yang berlapis-lapis dan
sekaligus memiliki perasaan yang peka tehadap sekitarnya. Ulul Albab
adalah orang yang:
1. Memiliki akal pikiran yang murni dan jernih serta mata hati uyang
tajam dalam menangkap fenomena yang dihadapi, memanfaatkan qolbu
untuk berdzikir kepada Allah SWt dan memanfaatkan akal dan pikiran
untuk mengungkap rahasia alam semesta, giat melakukan kajian dan
10
penelitian untuk kemashlatan hidup, suka merenung dan mengkaji ayat-
ayat Nya dan berusaha enangkap pelajaran darinya, serta berusaha
untuk mencari petunjuk dan pelajaran dari fenomensa historis.
2. Selalu sadar diri akan kehadiran Tuhan dalam segala kondisi
3. Lebih mementingkan kualitas hidup (jasmani maupun rohani)
4. Mampu menyelsaikan masalah dengan adil
5. Siap dan mampu menciptakan kehidupan yang harmonis dan keluarga
maupum masyarakat
6. mampu memilih dan menerapkan jalan yang benar dan baik yang
diridhoi olehyNya serta mampu membedakan mana yang lebih
bermanfaat dan menguntungkan dan mana yang kurang bermsanfaat
dan menguntungkan bagi kehidupan duna dan akhirat.
7. Menghargai khazanah intlektual dari parpemikir, cendikiawan ataupun
ilmuwan terdahulu.
8. Bersikap terbuka dan kritis terhadap pendapat, ide dan teori dari mana
pun datangnya kemudian bersungguh-sungguh berusaha untuk engikuti
pendapat, ide atau teori yang terbaik.
9. Mampu dan bersedia mengajar, mendidik orang lain derdasarkan
ajaran-ajaran dan nilai-nilai Ilahi dengan cara yang baik dan benar.
10. Sabar dan tahan uji walaupn ditimpa musibah dan gangguan setan (jin
dan manusia)
11. Sadar dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup
12. Tidak mau berbuat onar, kesalahan dan kerusuhan serta berbuat makar
di masyarakat
Adapun konsep pendidikan mengenai ulul albab dalam tarbiyatu ulial
albab (dzikir, fakir dan amal saleh), menjelaskan bahwa sosok Ulul Albab
adalah orang yang mengedepankan dzikir, fakir dan amal saleh. Ia memiliki
ilmu yang luas, pandangan mata yang tajam, otak yang cerdas, hati yang
lembut dan semangat serta jiwa pejuang (jihad dijalan Allah) dengan
sebenar-benarnya pejuang. Menurut A.M Saefuddin, yang dikutip oleh H.
Muhaimmin, bahwa Ulul Albab adalah pemikir, intelektual yang memiliki
ketajaman analisis terhadap gejala dan proses alamiah dengan metode ilmiah
11
induktif dan deduktif, serta intelektual yang membangun keperibadiannya
dengan dzikir dalam keadaan dan situasi apapun. Ulul Albab adalah
intelektual muslim yang tangguh, yang tidak hanya memiliki ketajaman
analisis obyektif, tetap juga subyektif.
Penjelasan-penjelasan mengenai pengertian Ulul Albab diatas juga
sudah ada yang mencakup ciri-ciri atau karakterisitik Ulul Albab itu sendiri,
yang akan dibahas lebih lanjut pada poin selanjutnya.
B. Karakteristik Ulul Albab
Ulul Albab disebut enam belas kali dalam Al-Quran. Menurut Al-
Quran, ulul albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi
keistimewaan oleh Allah swt. Keenam belas ayat al-Quran tersebut
merupakan penjabaran karakteristik ulul albab.
1. Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu
Seperti disebutkan dalam Al-Quran: “Dan orang yang bersungguh-
sungguh dalam ilmu pengetahuan mengembangkannya dengan seluruh
tenaganya, sambil berkata: ‘Kami percaya, ini semuanya berasal dari
hadirat Tuhan kami,’ dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali
ulul-albab.” (Q.S. Al-Imran :7). Termasuk dalam bersungguh-sungguh
mencari ilmu ialah kesenangannya menafakuri ciptaan Allah di langit dan
di bumi. Menyelidiki dan mengamati semua rahasia wahyu (al-Qur’an
maupun gejala-gejala alam), menangkap hukum-hukum yang tersirat di
dalamnya, kemudian menerapkannya dalam masyarakat demi kebaikan
bersama. Allah menyebutkan tanda ulul al-bab ini sebagai berikut:
"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul al-bab"
(QS. Ali Imran: 190).
Menurut Ibn Katsir, selain mampu memahami fenomena alam
dengan segenap hukumnya yang menunjukkan tanda-tanda keagungan,
kemurahan dan rahmat Ilahi, Ulul Albab juga seorang yang senantiasa
12
berdzikir dan berpikir, yang melahirkan kekuatan intelektual, kekayaan
spiritual dan keluhuran moral dalam dirinya.
Pada Bab I telah disinggung mengenai Ibn Salam, fisikawan
muslim yang mendapatkan hadiah Nobel tahun 1979, yang mengatakan
bahwa dalam Al-qur’an terdapat dua perintah, yaitu tafakur dan tasyakur.
Ulul Albab menggabungkan keduanya, yaitu memikirkan sekaligus
mengembangkan dan memanfaatkan hasilnya, sehingga nikmat Allah
semakin bertambah (Jalaluddin Rahmad, 1988, 213). "Sesungguhnya, jika
kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Jika
kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat
pedih" (QS. Ibrahim:7).
Manusia akan mampu menemukan citra dirinya sebagai manusia,
serta mampu menaklukkan jagat raya bila mau berpikir dan berdzikir.
Berpengetahuan tinggi serta menguasai teknologi. "Jika kamu mampu
menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu
tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (teknologi)"
(QS. Ar-Rahman: 33).
2. Selalu berpegang pada kebaikan dan keadilan
Ulul Al-bab mampu memisahkan yang baik dari yang buruk, untuk
kemudian memilih yang baik. Selalu berpegang dan mempertahankan
kebaikan tersebut walau sendirian dan walau keburukan didukung banyak
orang. Allah berfirman: "Tidak sama yang buruk (jahat) dengan baik
(benar), meskipun kuantitas yang jahat mengagumkan dirimu.
Bertaqwalah hai ulul al-bab, agar kamu beruntung" (QS. Al-Maidah:
100).
3. Kritis, teliti, dan cerdas dalam menerima informasi
Pandai menimbang-nimbang ucapan teori, proporsisi ataupun dalil
yang dikemukakan orang lain. Bagai sosok mujtahid, ulul al-bab tidak
mau taqlid pada orang lain, sehingga ia tidak mau menelan mentah-
mentah apa yang diberikan orang lain atau gampang mempercayainya
sebelum terlebih dahulu mengecek kebenarannya. Sebagaimana firman
13
Allah, "Yang mengikuti perkataan lalu mengikuti yang paling baik dan
benar, mereka itulah yang diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah
ulul albab" (QS. Az-Zumar: 18).
4. Mengembangkan ilmunya untuk memperbaiki masyarakat
Ulul Albab bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain
untuk memperbaiki masyarakatnya; diperingatkannya mereka kalau
terjadi ketimpangan, dan diprotesnya kalau terdapat ketidakadilan. Dia
tidak duduk berpangku tangan di labolatorium; dia tidak senang hanya
terbenam dalam buku-buku di perpustakaan; dia tampil di hadapan
masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di
tengah-tengah masyarakat. Ini bisa dilihat dari ayat al-Quran: “(Al-Quran)
ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka
diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui
bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha esa dan agar ulul-albab
mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim :52)
Menurut Dr. Mahdi Ghulsyani, ilmu dipandang bermanfaat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
Dia dapat meningkatkan pengetahuan pemiliknya akan Allah.
Dia dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat
Islam dan merealisasikan tujuan-tujuannya.
Dia dapat membimbing orang lain.
Dia dapat memecahkan berbagai problema masyarakat
Selanjutnya Allah berfirman, “Hanyalah ulul-albab yang dapat
mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah
dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan
apa-apa yang Allah perintahkan Supaya dihubungkan, dan mereka takut
kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang
yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan salat dan
menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara
sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan
14
kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang
baik).” (QS. Ar-Ra’d :19-22).
5. Sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu.
Sejarah adalah penafsiran nyata dari suatu bentuk kehidupan.
Dengan memahami sejarah kemudian membandingkan dengan kejadian
masa sekarang, Ulul Albab akan mampu membuat prediksi masa depan,
sehingga mereka mampu membuat persiapan untuk menyambut
kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi
Sampai pada ciri-ciri ini, ulul albab tidak ada bedanya dengan
intelektual yang lain. Tapi bila dilanjutkan, maka ada nilai tambah yang
dimilikinya yang tidak dimiliki oleh seorang intelektual biasa.
6. Rajin bangun shalat malam
Allah swt berfirman, “Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu
bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan
mengharapkan rahmat Tuhannya: samakah orang yang berilmu seperti
itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh
peringatan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS.Az-Zumar:9)
Dengan merujuk kepada firman Allah di atas, inilah “tanda khas” yang
membedakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya. Ulul-
albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan
Allah. Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan
segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya
mengharapkan rahmat-Nya. Tanda khas yang lain disebutkan dalam Al-
Quran: “Dia zikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan
duduk, dan keadaan berbaring.” (QS. Al-Imran:191). Ulul Albab
mensinergikan agama dan sains. Memadukan pikir dan dzikir dalam
setiap keadaan.
7. Tidak takut kecuali kepada Allah semata
Allah berfirman, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal
adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab.” (QS. Al-
Baqarah:197).
15
“. . . maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab, agar kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidaah:179)
“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah
kepada Allah hai ulul-albab.” (QS. At-Thalaaq : 10)
Ulul Albab menyadari bahwa semua perbuatan manusia akan
dimintai pertanggung jawaban. Dengan bekal ilmunya, Ulul Albab tidak
mau berbuat semena-mena. Tidak mau menjual ilmu demi kepentingan
pribadi (menuruti ambisi politik atau materi). Ilmu pengetahuan dan
teknologi ibarat pedang bermata dua. Ia dapat digunakan untuk tujuan-
tujuan baik, tapi bisa juga digunakan dan dimanfaatkan untuk perbuatan-
perbuatan yang tidak benar. Tinggal siapa yang memakainya. Ilmu
pengetahuan sangat berbahaya bila di tangan orang yang tidak
bertanggung jawab. Sebab, ia tidak akan segan-segan menggunakan hasil
teknologinya untuk menghancurkan sesama, hanya demi menuruti ambisi
dan nafsu.
Terakhir, yang mengeneralisir semua karakteristik di atas adalah Ulul
Albab selalu menjadikan Al Quran sebagai pusat perhatian dan barometer
langkah-langkahnya.
Allah berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Q.S.
Shaad : 29)
C. Peran dan Tanggung Jawab Ulul Albab
1. Peran Ulul Albab
Kehadiran manusia dimuka bumi terjadi bukan karena rencana dan
kehendak atas diri manusia. Realita menunjukan bahwa bumi telah ada
terlebih dahulu dari pada adanya manusia, dan kemudian dipilih oleh
Tuhan untuk menjadi tempat tinggalnya, bahkan menjadi pusat
kehidupannya. Di bumi yang kita tempati (makhluk ciptaa-Nya) ini kita
16
makan, tumbuh, berkembang, lalu akhirnya mati. Dari sini kita bisa
memahami bahwa kedudukan manusia dan peran manusia dimuka bumi,
bukan manusia sendiri yang menentukan, akan tetapi ia menerima kodrat
hidup yang tidak dapat ditolaknya dan mesti dilakukan atau dijalaninya
suka atau tidak suka
Manusia Ulul Albab sebagai wakil Tuhan yang mulia dan istimewa
(kholifah fil ard), yang berada dimuka bumi. Ia memperoleh kemampuan
yang luar biasa yang tidak terdapat dan dimiliki oleh ciptaan Tuhan yang
lainya, yaitu akal dan qolb. Dengan akal dan qolb ini manusia dapat berfikir,
mengetahui, menikmati dan merasakan sesuatu yang Allah SWT ciptakan
dialam semesta ini. Kehidupan manusia yang sangat komplek dimuka bumi
menuntut adanya pemeliharaan, bimbingan, pengarahan untuk mencapai
tujuan penciptaan, dengan maksut untuk selalu mengabdi kepada Allah SWT.
Manusia hidup dimuka bumi tidak lain hanya untuk mengabdi kepada
Allah SWT. Dengan pengabdian itulah akan mampu mewujudkan seorang
Ulul Albab yang mampu menangkap kemauan serta sifat-sifat ketuhanan.
Sifat ketuhanan tersebut Ulul Albab harus mampu merealisasikan rasa atau
sikap optimis, berani, dinamis, kreatif, progresif, dan mampu mengamalkan
amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Dengan sifat atau etos keja macam ini, maka
tidak mustahil amanat Allah SWT tersebut dapat terealisasi. Allah SWT
menciptakan manusia dimuka bumi ini bukan dengan main-main
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Anbiyaa ayat 16 : “Dan tidaklah
Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya
dengan bermain-main”
Adapun maksud ayat tersebut, Allah menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada diantara keduanya itu terdapat didalamnya dengan maksud dan
tujuan yang mengandung hikmat dalam kehidupan makhluk Allah SWT yang
ada dimuka bumi ini.
Oleh karena itu Ulul Albab sebagai sosok seorang kholifah yang
diciptakan Allah SWT yang memiliki kemuliaan dan serta mempunyai
kepeksaan akal dan hati dalam memahami segala apa yang Allah SWT
ciptakan dimuka bumi ini. Manusia Ulul Albab merupakan sosok manusia
17
yang memiliki kepekaan akal dan hati yang cerdas serta mampu memahami
gejala atau fenomena alam yang terjadi. Dalam tafsir Mafghi disebutkan Ulul
Albab adalah orang yang mau mengunakan pikiranya, mengambil faedah
dariNya, mengambil hidayah dariNya serta mengsambarkan keagungan
Allah SWT dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaan-Nya. Seorang
Ulul Albab ialah orang yang menyadari akan aktivitas hidupnya dalam
rangka pengabdian kepada Alah SWT. Sehingga ia harus mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya untuk dapat digunakan sebagai peningkatan taraf
hidup kaum muslimim dan pemeliharaan alam beserta isinya.
2. Tanggung Jawab Ulul Al-Bab
a. Memenuhi Janji
Janji Allah yang disebut mitsaq ini didefinisikan oleh Dr. Muhammad
Mahmud Hijazi sebagai “apa yang mengikat diri mereka dalam
hubungan antara mereka dengan Tuhan mereka, antara diri mereka
dengan diri mereka, antara mereka dengan manusia yang lain.”
Janji tertua manusia kepada Allah yang mereka ungkap sejak masih di
alam arwah disebutkan dalam firman-Nya :
�ه�م� �ت ي ذ�ر ظ�ه�ور�ه�م� م�ن� ء�اد�م� �ي �ن ب م�ن� �ك� ب ر� خ�ذ�� أ �ذ� و�إ
ه�م� �ف�س� ن� أ ع�ل�ى ه�د�ه�م� ش�
� �ل�ى و�أ ب �وا ق�ال �م� ك ب �ر� ب ل�س�ت�� أ
�ا ه�د�ن ه�ذ�ا ش� ع�ن� �ا �ن ك �ا �ن إ �ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي �وا �ق�ول ت ن�� أ�ين� غ�اف�ل
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Q.S. Al A’raf : 172)
Dengan janji ini, setiap cendekiawan jauh sebelum diciptakan dengan
hidup yang nyata telah berjanji kepada Allah untuk mengikuti
perintah-Nya, menghentikan larangan-Nya, melaksanakan seluruh
18
rangkaian ibadah yang telah disyari’atkan-Nya, dan mengikuti seruan
Rasul-Nya. Setelah itu dipenuhi janji kepada dirinya, untuk memilih
komitmen terhadap nilai Islam dan dipenuhi pula janjinya dengan
sesama manusia karena hidup pada hakekatnya paduan antara janji.
Apabila janji dipenuhi, maka akan terwujudlah harmoni kehidupan
dan apabila janji banyak dilanggar maka rusaklah kehidupan.
Termasuk dalam janji dengan sesama manusia ini adalah seorang
cendekiawan harus mempertahankan kejujuran, keterbukaan dan
kesungguhan hati, menghindari manipulasi data, pemalsuan informasi,
hanya memikirkan kepentingan pribadi dan lain-lain yang akan
menjatuhkan nilai-nilai Sains itu sendiri.
Apabila cendekiawan komitmen dengan janjinya kepada sesama
manusia maka tidak akan terjadi kasus yang mengerikan seperti yang
terjadi di Prancis, beberapa tahun lalu. Diberitakan bahwa telah
diketemukan janin-janin beku dalam kantong-kantong plastik dalam
sebuah truck yang menuju Prancis lewat Swiss. Menurut berita
tersebut, janin-janin itu dikirim untuk penelitian pengembangan
beatuty creams di laboratorium-laboratorium di Prancis. Pada halaman
yang sama dalam berita yang berjudul “Abortion: A Thriving Industry
in America’s Celebrated Way of Life” diberitakan pula tentang
penemuan 17000 janin di rumah seorang bekas operator laboratorium
kedokteran di California.
b. Menyambung apa yang diperintahkan Allah
Menyambung apa yang diperintahkan Allah adalah menyambung
hubungan antara sesama manusia. Termasuk didalamnya
menggabungkan Iman dan Amal Cinta kepada Allah, menghubungkan
kelompok-kelompok yang bertentangan sehingga tumbuh Ukhuwwah
Insaniyah di antara manusia. Di sini seorang cendekiawan berperan
sebagai integrator, katalis, dan muwwahid yang menghidupkan
semangat persatuan di tengah masyarakat yang terpecah.
19
Disinilah pentingnya peran generasi khilafah sebagai ulul albab.
Mereka hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh mewujudkan
kehidupan Al Jama’ah di tengah-tengah masyarakat Islam karena
hanya dengan Al Jama’ah masyarakat Islam dapat disatukan,
sebagaimana firman Allah :
وا ….. ق� ر� ت�ف� و�ال� يع ا م� ج� الل�ه� ب�ل� ب�ح� م�وا اع�ت�ص� و�
“Dan berpegang kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. (Q.S. Ali Imran : 103)
Selanjutnya tanggung jawab lain cendekiawan adalah membangkitkan
dan membantu masyarakat, bukan memegang kepemimpinan politik
negara. Bila masyarakat dibimbing dan dibangunkan secara benar, dia
akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh untuk
memerintah dan membimbing masyarakat. Pembangunan masyarakat
yang benar adalah berdasarkan pada ajaran Islam. Hal ini bukan
karena konsekuensi iman saja, tetapi karena ajaran Islam sanggup
menjawab tantangan kehidupan modern. Ajaran Islam yang
dipraktekkan secara konsekuen terbukti telah melahirkan manusia
unggul sebagai penyelamat dunia dan pelopor peradaban di berbagai
bidang. Umar bin Khaththab berhasil menjadi pemimpin dunia yang
jarang tandingannya. Bilal bin Rabbah dari seorang budak yang
menjadi muadzin Rasul dan menjadi lambang persamaan manusia.
Belum lagi dalam bidang Sains dan tekhnologi lahir nama Al Haytsan
dalam bidang optics yang dipandang sebagai mendasari teori Newton.
Ibnu Sina dengan Canon of Medicine-nya yang telah menjadi buku
standar ilmu kedokteran selama 600 tahun. Muhammad bin Musa Al
Khawarizmi yang pertama kali mengarang buku tentang matematika
dan istilah logaritma, diyakini berasal dari namanya.
Keberhasilan syari’at Islam melahirkan manusia-manusia unggul di
atas adalah tidak terlepas dari kepemimpinan dan keteladanan Nabi
20
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bernard Shaw menulis,
“Jika seorang seperti Muhammad menguasai (memimpin – Pen) dunia
modern, maka dia berhasil membawa dunia pada perdamaian dan
kebahagiaan yang sangat dibutuhkan itu. “Hal ini pula yang menjadi
keyakinan kita semua. Oleh karena itu cendekiawan muslim dituntut
untuk meneladani Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ulul Albab sebagai Sosok Seniman Islam.
Rasa seni adalah perasaan keindahan yang ada pada setiap manusia
normal yang dibawa sejak lahir. Rasa seni merupakan hal mendasar yang
menuntut penyaluran dan pengawasan dalam melahirkannya ataupun
menikmatinya. Seni Budaya Islam adalah keahlian mengekspresikan ide
dan pemikiran estetika dalam penciptaan benda, suasana atau karya yang
mampu menimbulkan rasa indah dengan berdasar dan merujuk pada al-
Qur`an dan Hadits.
Seorang muslim memiliki 3 kemampuan dasar mengembangkan
kebudayaan, yaitu: rasa/imajinasi untuk mengembangkan estetika, kagum,
terharu, sehingga berperasaan tajam dan berdaya cipta. Kedua: pikiran
untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, ketiga: iman (ucapan dan
perbuatan) yang mendasari pengembangan rasa dan pikiran.
Pengembangan ketiganya menjadikan manusia sebagai manusia paripurna
(Ulul Albab).
Agama Islam mengakui ketiga potensi tersebut sebagai fitrah yang
dapat dikembangkan bersama-sama untuk mencapai kebenaran tertinggi,
yaitu kebenaran Allah swt.
Kualitas seni Islam dan yang membedakannya dari seni lain adalah
seni Islam bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. Tanpa keduanya
tidak ada seni Islam. Dalam sejarah, seni Islam mengalami kemunduran
dan hancur sama sekali karena spiritualitas dan intelektualitas yang
memberi daya hidup seni Islam telah terabaikan.(Nasr).
Selain al-Qur`an dan Hadits seni Islam juga bersumber dari
berbagai wawasan estetis terutama yang berkait dengan budaya lokal,
21
sehingga dapat dikatakan estetika Islam tidak hanya muncul dari sumber
tunggal/agama akan tetapi mengambil makna secara filosofis dari agama
dan berpadu dengan wawasan estetika yang melatari pemikiran dan
imajinasi sang seniman (Leaman).
Rambu-Rambu berkesenian yaitu mencipta dan menikmati karya
seni hukumnya mubah (boleh) selama tidak mengarah atau mengakibatkan
fasad (kerusakan), dlarar (bahaya), ‘ishyan (durhaka) dan bu’dun ‘anillah
(jauh dari Allah) (Amri Yahya). Berikut adalah doktrin seni dalam Islam :
1. Allah itu Indah dan Mencintai Keindahan
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan”
2. Penyair/sastrawan/seniman: ada yang beriman dan ada yang kafir
“Dan (syaitan juga turun kepada) para penyair yang diikuti oleh oran-
orang sesat……... Kecuali orang-orang yang beriman, banyak beramal
shalih, berdzikir dan mendapt kemengangan setelah mereka
teraniaya…”
3. Puisi ada yang baik dan ada yang buruk
“Rongga perut salah seorang dari kalian sungguh lebih baik berisi
nanah daripada berisi puisi yang membuat kamu dicerca orang”
4. Musik dan Nyanyian merupakan tuntutan hidup manusia
“Pembeda antara pernikahan yang halal dan yang haram adalah suara
rebana dan nyanyian”
5. Perupa (pelukis dan pematung) : terancam ?!
Adapun sikap umat Islam terhadap doktrin tersebut yaitu:
1. Kubu ulama’ normatif: teks doktrin tentang seni bersifat tekstual yang
berarti hukum-hukum di dalamnya berlaku sepanjang zaman.
2. Kubu ulama’ rasionalis: doktrin seni dalam Islam bersifat kontekstual,
sehingga hukum-hukumnya sangat dipengaruhi situasi dan kondisi,
maka bisa saja hukum haram dalam perkembangannya menjadi mubah
(boleh) karena latar hukum (asbabun nuzul ayat dan asbabul wurud
hadits) tidak sama dengan kondisi yang ada
22
3. Kubu akademis filosofis: pengembangan seni Islam tidak dapat
dilakukan dengan mengacu kepada aspek fiqh an sich akan tetapi
harus mengedepankan aspek filosofis/tasawuf guna memberikan
sumber makna dan ruh kepada seniman dalam proses kreatifnya.
Seniman Muslim yaitu orang yang menghayati segala ciptaan Allah
dengan kemampuan olah rasa, akal dan iman sehingga mampu mencipta
suatu karya artistik yang berguna bagi dirinya dan kemanusiaan.
Proses kreatif berkesenian termasuk dimensi ibadah yang dapat
menghantarkan seorang muslim mencapai kualitas tertinggi sebagai ulul
albab (manusia cerdas),yaitu yang telah berhasil mengolah rasa dengan
kontemplatif, akal dengan berfikir logis dan didasarkan pada keimanan
(tunduk, syukur).(QS. Ali Imran: 191).
Segi-segi proses kreatif
1. Intuisi yang muncul karena adanya inspirasi/ilham dari Allah Tuhan
Maha Pemberi Ilham.
2. merenung di depan karyanya, menggunakan Sensasi yang muncul
setelah olah rasa, akal dan iman terhadap obyek ciptaan Allah.
3. Pengawasan/kontrol yaitu Masa jumud (kemandegan) proses kreatif
ketika Seniman karya analisanya lebih banyak daripada perasaannya.
Kunci pokok pencarian identitas baik identitas pribadi maupun
identitas kolektif adalah kewajaran dan kejujuran. Seni hakikatnya adalah
keindahan, dan keindahan itu adalah shifah Ilahiyyah. Karenanya nilai-
nilai yang diekspresikan adalah nilai-nilai Ilahiyyah yang berkonotasi
kebaikan. Seniman Muslim yang berhasil mengekspresikan keindahan
Ilahiyah berarti telah mendapatkan identitasnya sebagai seniman muslim.
Semua ciptaan Allah itu indah (sumber seni) yang mengandung
bentuk, warna, proporsi, ruang, suasana yang merupakan unsur keindahan.
Seniman yang mencoba mengungkap keindahan ciptaan Allah berarti
mengungkapkan keindahan Allah. Tindak (act) ekspresi tersebut adalah
tindak pengabdian (ibadat mu’amalah) untuk mencari keridhaan dan
consent Ilahi, sehingga “seni untuk seni” itu asing bagi seni Islam. Jadi
23
karya seni Islam adalah yang memberi manfaat, rahmat bagi manusia demi
keridhaan Allah.
Dalam peradaban modern seperti saat ini, seniman muslim berperan
dalam spiritualisasi peradaban modern yaitu dengan kembali kepada ajaran
Islam yang otentik sebagai rahmat diantaranya dengan menciptakan karya
yang memberi manfaat bagi manusia dan kemanusiaan, mengungkap nilai-
nilai Ilahiyyah dari alam guna mencapai kearifan kepada Tuhannya.
Pengembangan seni Islam dimungkinkan dengan pendekatan filosofis
yang memberikan alternasi pemikiran terhadap wawasan estetis yang
cenderung normatif ataupun terlalu historis.