KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

10
KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA DEWI SEPTIANA S301408001

Transcript of KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

Page 1: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA

DEWI SEPTIANAS301408001

Page 2: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

Kebutuhan Hukum Masyarakat

• Saling berinteraksi• Mempunyai hak individu

masyarakat

Page 3: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

Kepastian Hukumaturan yang bersifat umum yang membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan

Berupa keamanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.

Page 4: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

EUTANASIA

Pengertian

• berasal dari bahasa Yunani Euthanathos. Eu berarti baik, tanpa penderitaan, sedangkan tanathos berarti mati. Dengan demikian eutanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan

Berdasarkan Dari Permintaan

• Eutanasia voluntir atau eutanasia sukarela yaitu eutanasia atas permintaannya sendiri dan permintaan tersebut secara sadar dan berulang-ulang

• Eutanasia involuntir atau eutanasia tidak atas permintaan, misalnya pasien yang sudah tidak sadar, permintaan datang dari keluarganya.

Page 5: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

Eutanasia berdasarkan pelaksanaanya

• tindakan secara sengaja oleh tenaga kesehatan• pemberian suatu senyawa yang mematikan, baik

secara oral maupun melalui suntikan

Eutanasia agresif (aktif)

•pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis •tidak menggunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang pasien. •dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien secara sengaja.

Eutanasia non agresif

(pasif)

Page 6: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

PMK No 37 Tahun 2014, pasal 15:1. keluarga pasien dapat meminta dokter untuk melakukan penghentian atau penundaan terapi bantuan

hidup atau meminta menilai keadaan pasien untuk penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup.2. keputusan untuk menghentikan atau menunda terapi bantuan hidup tindakan kedokteran terhadap

pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim dokter yang menangani pasien setelah berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk oleh komite medik atau komite etik

3. permintaan keluarga pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam hal:a. pasien tidak kompeten tetapi telah mewasiatkan pesannya tentang hal ini (advance directive) yang

dapat berupa:• pesan spesifik yang menyatakan agar dilakukan penghentian atau penundaan terapi bantuan

hidup apabila mencapai keadaan futility (kesia-siaan)• pesan yang menyatakan agar keputusan didelegasikan kepada seseorang tertentu (surrogate

decision maker)b. pasien yang tidak kompeten dan belum berwasiat, namun keluarga pasien yakni bahwa seandainya

pasien kompeten akan memutuskan seperti itu, berdasarkan kepercayaanya dan nilai-nilai yang dianutnya.

4. dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bila pasien masih mampu membuat keputusan dan menyatakan keinginannya sendiri

5. dalam hal permintaan dinyatakan oleh pasien sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3), maka permintaan pasien tersebut harus dipenuhi.

6. dalam hal terjadi ketidak sesuaian antara permintaan keluarga dan rekomendasi tim yang ditunjuk oleh komite medik atau komite etik, dimana keluarga tetap meminta penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup, tanggung jawab hukum ada dipihak keluarga.

Page 7: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

Hukum Eutanasia di Indonesiapasal 338 dan pasal 340 tentang pembunuhan dan pembunuhan berencana

pasal 344 tentang pembunuhan atas permintaan si korban

pasal 345 tentang membantu seseorang untuk bunuh diri

pasal 304 dan pasal 306 tentang pembiaran sampai meninggal.

KUPH

Pelaksanaan eutanasia pasif

Atas permintaan:-Sendiri-Keluarga-Rekomendasi dari dokter yang telah berkonsultasi dengan komite medik

PMK No37 Tahun 2014

Page 8: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

Undang-undang nomor 12 tahun 2011 Tentang pembentukan peraturan perundang-undangan

Pasal 7:(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat c. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;d. Peraturan Pemerintah;e. Peraturan Presiden;f. Peraturan Daerah Provinsi; dang. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Page 9: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

Kesimpulan

1. Kepastian hukum sangatlah diperlukan dalam masyarakat. Karena kepastian hukum mengikat segala aspek, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan setiap individu dalam berperilaku baik secara personal maupun bermasyarakat. Kepastian hukum bersifat bulat, lengkap, dan tuntas. Sehingga jika dilanggar akan menimbulkan sanksi. Dengan adanya kepastian hukum maka akan menjadikan kehidupan yang aman dan tertib dalam masyarakat.

2. Peraturan menteri kesehatan no 37 Tahun 2014 pasal 15 dapat dikatakan sebagai dasar yang memperbolehkan pelaksanaan eutanasia yang mana dalam hal ini dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan eutanasia pasif di Indonesia. Namun berdasarkan undang-undang nomor 12 Tahun 2011 berdasarkan hikrariperundang-undangan tidak mempunyai kepatian hukum dengan tegas karena peraturan ini masih bertentangan dengan peraturan yang berada diatasnya.

Saran Sebaiknya tetap ada undang-undang khusus yang mengatur tentang eutanasia agar kepastian hukumnya relevan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berada diatas peraturan Menteri.

.

Page 10: KEPASTIAN HUKUM EUTANASIA DI INDONESIA.pptx

SEKIAN TERIMAKASIH