Makalah Len Eutanasia

22
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini dengan kemajuan teknologi bidang medis,hampir setiap hari perhatian media massa difokuskan pada masalah ilmu pengetahuan medis berikut aplikasinya atau perkembangan baru(transplantasi organ tubuh, bedah mayat,euthanasia,pembuahan in vintro dan sebagainya) yang mau tidak mau dapat menimbulkan permasalahan baru mungkin sebanyak seperti yang telah dipecahkannya terutama dari segi etik. Untuk hal tersebut diatas,bioetik membahas/mengkaji dimensi etik dari masalah-masalah teknologi,ilmu kedokteran,dan biologi,sejauh yang diterapkan pada kehidupan.Dengan demikian cakupan bidangnya akan luas sekali.Hal ini mengakibatkan bioetik menjadi bidang yang kompleks.Adanya bioetik menuntut perubahan besar dalam cara berpikir kita, karena tidak ada satu bidang ilmiah pun yang dapat mengklaim kehidupan sebagai monopolinya yang eksklusif, maka banyak spesialisasi dan disiplin yang harus diikutsertakan.Suatu cara berfikir dan tindakan yang memerlukan cara pendekatan interdisipliner.Seperti misalnya dalam perkembangan/inovasi teknologi medis yang baru dalam mengakibatkan konsekuensi ekonomis yang mau tidak mau akan menimbulkan permasalahan dalam alokasi, pengadaan dan biaya. Hakikat arti “bio” mencakup tatanan yang menentang dan kompleks dari arti ilmu kedokteran,biologi,psikologi,bioteknologi,genetic dan laiinya.Hal ini menuntut perlunya kita mendalami bidang-bidang tersebut,agar dapat menghayati revolusi biologis yang terjadi di sekitar kita.Paling tidak memiliki informasi karemna perkembangan bidang- bidang tersebut dapat menimbulkan dampak yang mendalam atas kehidupan kita, terutama yang erat terkait dengan dilemma etik dalam bioetik. Pada tahun 1997,filsuf Amerika,Samuel Gorovitz(dikutip dari Shannon,1987) mendefisinikan bioetik sebagai “penyelidikan kritis

description

makalah

Transcript of Makalah Len Eutanasia

Page 1: Makalah Len Eutanasia

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pada saat ini dengan kemajuan teknologi bidang medis,hampir setiap hari perhatian media massa difokuskan pada masalah ilmu pengetahuan medis berikut aplikasinya atau perkembangan baru(transplantasi organ tubuh, bedah mayat,euthanasia,pembuahan in vintro dan sebagainya) yang mau tidak mau dapat menimbulkan permasalahan baru mungkin sebanyak seperti yang telah dipecahkannya terutama dari segi etik.

Untuk hal tersebut diatas,bioetik membahas/mengkaji dimensi etik dari masalah-masalah teknologi,ilmu kedokteran,dan biologi,sejauh yang diterapkan pada kehidupan.Dengan demikian cakupan bidangnya akan luas sekali.Hal ini mengakibatkan bioetik menjadi bidang yang kompleks.Adanya bioetik menuntut perubahan besar dalam cara berpikir kita, karena tidak ada satu bidang ilmiah pun yang dapat mengklaim kehidupan sebagai monopolinya yang eksklusif, maka banyak spesialisasi dan disiplin yang harus diikutsertakan.Suatu cara berfikir dan tindakan yang memerlukan cara pendekatan interdisipliner.Seperti misalnya dalam perkembangan/inovasi teknologi medis yang baru dalam mengakibatkan konsekuensi ekonomis yang mau tidak mau akan menimbulkan permasalahan dalam alokasi, pengadaan dan biaya.

Hakikat arti “bio” mencakup tatanan yang menentang dan kompleks dari arti ilmu kedokteran,biologi,psikologi,bioteknologi,genetic dan laiinya.Hal ini menuntut perlunya kita mendalami bidang-bidang tersebut,agar dapat menghayati revolusi biologis yang terjadi di sekitar kita.Paling tidak memiliki informasi karemna perkembangan bidang-bidang tersebut dapat menimbulkan dampak yang mendalam atas kehidupan kita, terutama yang erat terkait dengan dilemma etik dalam bioetik.

Pada tahun 1997,filsuf Amerika,Samuel Gorovitz(dikutip dari Shannon,1987) mendefisinikan bioetik sebagai “penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks yang berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologis.

Berdasarkan batasan pengertian tersebut,bioetik dalam pengetrapannya banyak menyangkut kegiatan dalam proses pengambilan keputusan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah tentang etika hukum

Eutanasia,Transplantasi dan Bedah mayat ?

Page 2: Makalah Len Eutanasia

I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui

tentang etika hukum Eutanasia,Transplantasi dan Bedah mayat ?

I.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mengetahui Etika dan hukum dibidang kesehatan tentang Eutanasia ?

2. Mahasiswa mengetahui Etika dan hukum dibidang kesehatan tentang Transplantasi ?

3. Mahasiswa mengetahui Etika dan hukum dibidang kesehatan tentang Bedah mayat ?

4. Mahasiswa mengetahui etika keperawatan?

Page 3: Makalah Len Eutanasia

BAB II

ISI

II.1. Eutanasia

II.1.1 Pengertian

Eutanasia berasal dari bahasa Yunani eu yang artinya baik, bahagia dan thanatos yang berarti kematian,mayat. Eutanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal.Biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.

Sedangkan di Indonesia menurut kode etik Kedokteran Indonesia,Eutanasia ialah:

1. Berpindah kea lam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan dan bagi mereka yang beriman dengan menyebut nama TUHAN dibibir.

2. Waktunya hidup akan berakhir ,diiringankan penderitaan klien dengan memberi obat penenang.

3. Mengakhiri penderitaan hidup orang sakit dengan sengaja atau permintaan klien sendiri dan keluarganya.

Ditinjau dari cara pelaksanaannya, eutanasia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:1. Eutanasia agresif (eutanasia aktif)

Adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup seorang pasien. Eutanasia agresif dapat dilakukan dengan pemberian suatu senyawa yang mematikan, baik secara oral maupun melalui suntikan. Salah satu contoh senyawa mematikan tersebut adalah tablet sianida.

2. Eutanasia non agresif /eutanasia otomatis (autoeuthanasia)/ eutanasia negatif Adalah kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan secara resmi dengan membuat sebuah "codicil" (pernyataan tertulis tangan). Eutanasia non agresif pada dasarnya adalah suatu praktik eutanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.

3. Eutanasia pasif Adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan

yangperlu untuk mempertahankan hidup manusia.salah satu contoh dengan tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat, meniadakan tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, ataupun pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin yang disadari justru akan mengakibatkan kematian.

Page 4: Makalah Len Eutanasia

II.1.2.Eutanasia dilihat dari sudut etika

Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti ”yang baik, yang layak”. Etik merupakan morma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi terentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam hubungan dengan orang lain.

Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu.

Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

Dari sudut pandang etika, euthanasia dan aborsi menghadapi kesulitan yang sama. Suatu prinsip etika yang sangat mendasar ialah kita harus menghormati kehidupan manusia. Bahkan kita harus menghormatinya dengan mutlak. Tidak pernah boleh kita mengorbankan manusia kepada suatu tujuan lain.

Dalam etika, prinsip ini sudah lama dirumuskan sebagai "kesucian kehidupan" (The Sanctity Of Life). Kehidupan manusia adalah suci karena mempunyai nilai absolut, karena itu di mana-mana harus selalu dihormati. Jika kita dengan konsekuen mengakui kehidupan manusia sebagai suci, menjadi sulit untuk membenarkan eksperimentasi laboratorium dengan embrio muda, meski usianya baru beberapa hari, dan menjadi sulit pula untuk menerima praktik euthanasia dan aborsi, yang dengan sengaja mengakhiri kehidupan manusia. Prinsip kesucian kehidupan ini bukan saja menandai suatu tradisi etika yang sudah lama, tetapi dalam salah satu bentuk dicantumkan juga dalam sistem hukum beberapa Negara.

Page 5: Makalah Len Eutanasia

II.1.3.Aspek hukum Eutanasia di Indonesia

Di Indonesia belum ada peraturan perundang-undangan yang secara jelas mengatur tentang euthanasia.Namun demikian ada ketentuan pasal-pasal dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) di mana euthanasia ini diatur secara tersirat yaitu:pasal 304,pasal 306 dan pasal 344 KUHP.

Pasal 304 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam kesengsaraan,sedang ia wajib memberi kehidupan,perawatan atau pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang berlaku atsnya atau karena menurut perjanjian,dihukum penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak Rp 400.000(empat ratus ribu rupiah).

Catatan:

Isi pasal diatas mirip dengan tindakan euthanasia pasif dimana ancaman pidananya lebih tinggi apabila orang yang dibiarkan itu akhirnya meninggal dunia seperti yang diatur dalam pasal 306 KUHP ayat (2).

Pasal 304 dan pasal 306 KUHP merupakan ketentuan yang diatur dalam Bab XV KUHP tentang meninggalkan orang yang perlu ditolong.

Pasal 306 KUHP

Kalau salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 mengakibatkan orang mati,tersangka dihukum penjara paling lama 9 (Sembilan) tahun.

Pasal 344 KUHP

Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12(dua belas) tahun.

Catatan:

Pasal 344 KUHP ini isinya mirip dengan tindakan euthanasia aktif, karena ada tindakan menghilangkan nyawa orang lain.Dalam kaitannya dengan baik dengan euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan terdapat ketentuan dalam pasal-pasal berikut.

Page 6: Makalah Len Eutanasia

Pasal 338 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-lamanya 15 (lima belas) tahun.

Pasal 340 KUHP

Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain,karena pembunuhan yang direncanakan ,dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya 20(dua puluh) tahun.

Pasal 359 KUHP

Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang lain, dihukum penjara selama-lamanya 5(lima) tahun atau kurungan selama-lamanya 1(satu) tahun.

Pasal 345 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk bunuh diri, membantunya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya 4(empat) tahun.

II.1.4.Peran keluarga penderita dalam tindakan Eutanasia

Apabila keluarga yang menghendaki tindakan euthanasia, maka tim medis harus mempunyai bukti berupa sebuah pernyataan tertulis yang disertai tanda tangan dan saksi dari pihak keluarga apabila keluarga betul-betul menghendaki tindakanini, misalnya dengan alasan ekonomi (tidak mampu membiayai pengobatan dan perawatan penderita) dan lain-lain.

Pada pasal 344 pengakhiran hidupnya itu harus diatas permintaan penderita.Apabila tindakan itu dilakukan atas permintaan orang lain, misalnya keluarganya maka tindakan keluarga tersebut sama dengan tindakan pembunuhan.

Namun demikian, apabila hal itu dilakukan dengan alas an daya paksa,maka hal tersebut dapat dimaafkan berdasarkan pasal 48 KUHP yang berbunyi:

Barang siapa melakukan perbuatan karena terpaksa oleh sesuatu kekuasaan yang tak dapat dihindarkan tidak boleh dihukum.

Page 7: Makalah Len Eutanasia

II.2.Transplantasi

II.2.1.Pengertian

Transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ ( transplantasi organ) dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup ataupun telah meninggal.

Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:1. Autotransplantasi

Adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.

2. Homotransplantasi Adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.

3. Heterotransplantasi Adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke tubuh spesies lainnya. Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :

1. Eksplantasi Adalah usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah meninggal.

2. Implantasi Adalah usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain. Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu:

1. Adaptasi donasi Adalah usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan / organ.

2. Adaptasi resepien Adalah usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.

Page 8: Makalah Len Eutanasia

II.2.2.Aspek Etik Transplantasi

Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya.dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi,berlandaskan dalam KODEKI,yaitu : Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi. Pasal 10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.

II.2.3. Berdasarkan Sudut Pandangan Medis Dalam dunia medis, transplantasi organ merupakan terapi yang bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan organ baik dengan proses pencakokan atau melalui proses operasi.Transplantasi organ ini diperbolehkan jika adanya persetujuan dari berbagai pihak seperti, pendonor dan keluarga pendonor.

II.2.4.Aspek hukum Transplantasi di Indonesia

Dalam undang-undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan tercantum dalam beberapa ketentuan mengenai transplantasi sebagai berikut:

Pasal 1 butir 5:

Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

Pasal 33 UUK:

Ayat (1) UUK:

Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh,transfusi darah,implan obat/ alat kesehatan,serta bedah plastik dan rekonstruksi.

Ayat (2):

Transplantasi organ atau jaringan tubuh serta transfuse darah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.

Pasal 34

Ayat (1):

Page 9: Makalah Len Eutanasia

Transplantasi organ atau jaringantubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.

Ayat (2):

Pengambilan organ atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya.

Penjelasan:

Pasal 33 ayat (2) menyatakan bahwa mengingat organ atau jaringan tubuh termasuk tubuh termasuk darah merupakan anugerah Tuhan yang Maha Esa,maka dilarang untuk dijadikan sebagai objek untuk mencari keuntungan atau komersial melalui jual beli. Oleh karena itu,transplantasi hanya dapat dilakukan untuk tujuan kemanusiaan.Darah dalam pengertian transfuse darah dalam pasal ini tidak termasuk produk plasma darah.

Ayat (3):

Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Penjelasan:

Pasal 34

Ayat (1):

Sarana kesehatan tertentu dalam ayat ini adalah tempat yang harus memenuhi persyaratan ketenagaan dan peralatan syarat lainnya untuk melaksanakan tindakan medis tersebut.

Ayat (3):

Dalam peraturan pemerintah akan diatur mengenai syarat dan tata cara pengamanan,pengambilan organ,pengolahan penyampaian kepada pasien termasuk donor hewan.

Ketentuan Pidana:

Ketentuan pidana untuk transplantasi, diatur dalam:

Pasal 80 ayat (3) UUK

Page 10: Makalah Len Eutanasia

Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau transfuse darah sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 81

Ayat (1) a:

Barang siapa tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja memerlukan transplantasi organ atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda pidana paling banyak Rp 140.000.000 (seratus empat puluh juta rupiah).

Ayat (2) a:

Barang siapa dengan sengaja mengambil organ dari seorang donor tanpa memperhatikan kesehatan donor dan atau tanpa persetujuan donor ahli waris atau keluarganya sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 140.000.000 (seratus empat puluh juta rupiah).

II.3.Bedah mayat

Secara Etimologi Bedah mayat adalah pengobatan dengan jalan memotong bagian tubuh seseorang. Sedangkan secara terminologi bedah mayat adalah suatu penyelidikan atau pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-alat organ tubuh dan susunannya pada bagian dalam. Setelah dilakukan pembedahan atau pelukaan, dengan tujuan menentukan sebab kematian seseorang, baik untuk kepentingan ilmu kedokteran maupun menjawab misteri suatu tindak kriminal. II.3.1. Pembagian bedah mayat

Ditinjau dari aspek dan tujuannya bedah mayat dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Bedah Mayat Pendidikan

Adalah pembedahan mayat dengan tujuan menerapkan teori yang diperoleh oleh mahasiswa kedokteran atau peserta didik kesehatan lainnya sebagai bahan praktikum tentang ilmu viral tubuh manusia (anatomi).

Praktek yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran untuk mengetahui seluk-beluk organ tubuh manusia. Agar bisa mendeteksi organ tubuh yang tidak normal dan terserang penyakit

Page 11: Makalah Len Eutanasia

untuk mengobatinya sedini mungkin atau tujuan lainnya seperti untuk mengetahui penyebab kematiannya seiring maraknya dunia kriminal saat ini, dengan membedah jasad manusia.

2. Bedah Mayat Keilmuan

Adalah pembedahan yang dilakukan terhadap mayat yang meninggal di rumah sakit, setelah mendapat perawatan yang cukup dari para dokter.

Bedah mayat ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara umum atau secara mendalam.Sifat perubahan suatu penyakit setelah dilakukan pengobatan secara intensif terlebih dahulu semasa hidupnya dan untuk mengetahui secara pasti jenis penyakit mayat yang tidak diketahui secara sempurna selama dia sakit.Dengan melakukan otopsi ini seorang dokter dapat mengetahui penyakit yang menyebabkan kematian jenazah tersebut, sehingga kalau memang itu suatu wabah dan di khawatirkan akan menyebar bisa segera diambil tindakan preventif, demi kemashlahatan.

3. Bedah Mayat Kehakiman

Adalah bedah mayat yang bertujuan mencari kebenaran hukum dari suatu peristiwa yang terjadi, seperti dugaan pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan.

Bedah mayat semacam ini biasanya dilakukan atas permintaan pihak kepolisian atau kehakiman untuk memastikan sebab kematian seseorang. Misalnya, karena tindak pidana kriminal atau kematian alamiah melalui visum dokter kehakiman (visum et reperthum) biasanya akan diperoleh penyebab sebenarnya, dan hasil visum ini akan mempengaruhi keputusan hakim dalam menentukan hukuman yang akan dijatuhkan.

Jika sebelum divisum telah diketahui pelakunya, maka visum ini berfungsi sebagai penguat atas dugaan yang terjadi. Akan tetapi jika tidak diketahui secara pasti pelakunya dan jika bukan karena kematian secara alamiah maka bedah mayat ini merupakan alat bukti bahwa kematiannya bukan secara alamiah dengan dugaan pelakunya orang-orang tertentu.

Seorang hakim wajib memutuskan suatu perkara hukum secara benar dan adil diperlukan bukti-bukti yang sah dan akurat. Autopsi Forensik merupakan salah satu cara atau media untuk menemukan bukti.

II.3.2.Aspek hukum Bedah mayat

Ketentuan mengenai bedah mayat diatur di dalam pasal 70 UUKyang menyebutkan:

Ayat (1):

Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan bedah mayat untuk penyelidikan sebab penyakit atau sebab kematian serta pendidikan tenaga kesehatan.

Ayat (2):

Page 12: Makalah Len Eutanasia

Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian atau kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Ayat (3):

Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintahan.

Penjelasan:

Pasal 70 ayat (1) UUK menyebutkan:

Bedah mayat yang dilakukan untuk mengetahui dengan pasti diagnosis penyakit atau kelainan yang menjadi sebab kematian disebut bedah mayat klinis.

Hasil penyelidikan ini dapat digunakan untuk mengembangkan cara penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Bedsh mayat dapat pula digunakan untuk kepentingan pendidikan yang disebut bedah mayat anatomis.

Selain itu bedah mayat juga dilakukan untuk pembuktian, baik yang berkaitan dengan peristiwa pidana maupun peristiwa hukum lainnya,yang disebut bedah mayat forensik.

Pasal 70 ayat(2) menyebutkan:

Bedah mayat adalah tindakan medis dengan melakukan pembedahan tubuh mayat sesuai dengan prosedur teknis ilmiah tertentu.Oleh karena itu harus dilakukan tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untik itu pelaksanaan tindakan medis tersebut dilakukan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat yaitu norma hukum,norma agama,norma kesusilaan, dan norma kesopanan.

Ketentuan pidana:

Pasal 82 ayat (1) e menyebutkan:

Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 140.000.000 (seratus empat puluh juta rupiah).

Page 13: Makalah Len Eutanasia

BAB III ETIKA KEPERAWATAN

Dalam praktiknya, tenaga medis pun khususnya perawat tetap harus memperhatikan kode etik dalam menjalakan suatu tindakan yang dilakukannya. Dan harus tetap menjaga prinsip prinsip legal dan etis pada pengambilan keputusan dalam konteks keperawatan. Kode etis keperawatan yang dimaksud yaitu:

1. Accountability

Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yangdilakukan.Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari prosespengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga segala informasi mengenai asuhankeperawatan yang di lakukan, baik sebelum, saatdan pascaintervensi yaitu evaluasi.

Tanggung jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan peran tertentu perawat. sebagai contoh, ketika memberikan medikasi,perawat bertanggung jawab dalam mengkaji kebutuhan klien terhadap obat-obatan,memberikannya dengan benar dan dalam dosis yang aman serta mengevaluasi responnya.seseorang perawat yang bertindak secara bertanggung jawab akan meningkatkan rasapercaya klien.Seorang perawat yang bertanggung jawab akan tetap kompeten dalampengetahuan dan kemampuan, serta menunjukkan keinginan untuk bertindak menurutpanduan etik profesi.

Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya.seorang perawatbertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat.jika dosismedikasi salah di berikan, perawat bertanggung gugat pada klien yang menerima medikasi tersebut.

Untuk melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurutkode etik professional. Jika suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan memulaiperawatan untuk mencegah trauma lebih lanjut. Tanggung jawab memicu evaluasiefektivitas perawat dalam praktik.Tanggung gugat professional memiliki tujuan sebagai berikut:• Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada• Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan• Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada pihak professional perawatan kesehatan•Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis

2. Confidentiality

Prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien.Perawat menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibat dalam perawatan klien. Perawat selelu menjaga kerahasiaan info yang berkaitan dengankesehatan pasien termasuk info yang tertulis, verbal dsb.Jika anggota keluarganyamenanggung perawatan klien perawat mungkin merasa bahwa mereka memiliki hak untuk di beri tau.

3. Respectfor autonomi( penentuan pilihan)

Page 14: Makalah Len Eutanasia

Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistic.Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk memilih rencana mereka sendiri. Sebagai contoh, perawat memberikan inform consen tentang asuhan yang akan diberikan, tujuan , manfaat dan prosedur tindakan. Sehingga, perawat semestinya tidak marah saat keluarga menanyakan status kesehatan klien, karena itu merupakan kebebasan keluarga untuk mengetahui semua tindakan yang akan dilakukan. Inform consent dilakukan saat pengkajian, sebelum pengobatan, saat akan di obati dansetelah pengobatan.Penting bagi perawat juga untuk memberikan health education dalam mendukung prosespenyembuhan klien.

4. Beneficience

Beneficence berarti melakukan yang baik.Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.Meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara melindungi hk-hak klien.Dalam kasus, perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk menentukan terapi farmakologik, nutrisi yang diberikan baik sebelum pengobatanmaupun setelah pengobatan.

5. Non-malefisience ( tidak membahayakan klien)

Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya.Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resikomembahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.Kewajiban bagi perawat untuk tidak menimbulkan injury pada klien. Dalam kasus, perawat perlu melakukan pengkajian fisik,terapi farmakologik yang benar, nutrisi dan segala tindakan selama proses pengobatan hingga setelah pengobatan

6. Justice ( perlakuan adil)

Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil dan memberikan apa yang menjadi kebutuhanan mereka.Ketika ada sumber untuk di berikan dalam perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil umtuk setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari apa yang merekabutuhkan untuk bertahan hidup.Perawat sering mengambil keputusan denganmenggunakan rasa keadilan. Pada kasus, perawat tidak boleh membeda-bedakanpengobatan antara klien yang satu dengan yang lain, namun disesuaikan dengan kondisiklien saat ini.

7. Loyalitas (Setia)

Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya kepada klien.Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya,rasa percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk. Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorangperawat. Pada kasus , perawat harus memegang janji yang telah di bicarakan sebelumnyakepada klien.

8. Veracity (Kebenaran)

Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran.Prinsip mengatakan yang sebenarnya mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukankebohongan pada klien atau menipu mereka.Pada kasus, perawat harus berkata jujur.

Page 15: Makalah Len Eutanasia

BAB IV

PENUTUP

IV.1 KesimpulanEutanasia berasal dari bahasa Yunani eu yang artinya baik, bahagia dan thanatos yang

berarti kematian,mayat. Eutanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal.Biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ ( transplantasi organ) dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup ataupun telah meninggal.

Secara Etimologi Bedah mayat adalah pengobatan dengan jalan memotong bagian tubuh seseorang. Sedangkan secara terminologi bedah mayat adalah suatu penyelidikan atau pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-alat organ tubuh dan susunannya pada bagian dalam. Setelah dilakukan pembedahan atau pelukaan, dengan tujuan menentukan sebab kematian seseorang, baik untuk kepentingan ilmu kedokteran maupun menjawab misteri suatu tindak kriminal.

Dalam praktiknya, tenaga medis pun khususnya perawat tetap harus memperhatikan kode etik dalam menjalakan suatu tindakan yang dilakukannya. Dan harus tetap menjaga prinsip prinsip legal dan etis pada pengambilan keputusan dalam konteks keperawatan. Kode etis keperawatan yang dimaksud yaitu: Acountability, Confidentiality, Respectfor autonomi( penentuan pilihan), Beneficience, Non-malefisience ( tidak membahayakan klien), Justice ( perlakuan adil), Loyalitas (Setia), Veracity (Kebenaran). IV.2.Saran

Sebagai perawat, kita sudah selayaknya bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip legal dan etis keperawatan untuk menciptakan keamanan serta terwujudnya pelayanan kesehatan yang baik dan benar. Dan juga harus sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku di masyarakat.

Page 16: Makalah Len Eutanasia

DAFTAR PUSTAKA

Pitono(alm),Hariadi,Hermien,Etik dan hukum di bidang kesehatan ,cet2,Surabaya:Airlangga University press,2008.

Shannon,Thomas (Diterjemahkan K.Bertense).1995.Pengantar Biotika.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

ETIKA KEDOKTERAN dan HUKUM KESEHATAN. 1999. Jakarta:EGC

http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ