Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

19
DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS KEPARAHAN DEPRESI DAN BESARNYA KEHILANGAN PRODUKTIVITAS Arne Beck, PhD, A. Lauren Crain, PhD, Leif I. Solberg, MD, Jürgen Unützer, MD, MPH, Russell E. Glasgow, PhD, Michael V. Maciosek, PhD, Robin Whitebird, PhD, MSW Abstrak: TUJUAN : Depresi dikaitkan dengan berkurangnya fungsi termasuk ketidakhadiran bekerja, terganggunya produktivitas, dan retensi pekerjaan yang menurun. Beberapa studi telah meneliti gejala depresi pada rangkaian tingkat keparahannya dalam kaitan dengan besarnya terganggunya pekerjaan disebuah populasi pasien yang besar dan heterogen. Namun, dalam studi ini kami menilai hubungan antara keparahan gejala depresi dan hilangnya produktivitas pada pasien yang mulai pengobatan untuk depresi. METODE : Data diperoleh dari pasien yanng berpartisipasi dalam inisiasi DIAMOND (Depression Improvement Across Minnesota: Offering a New Direction), sebuah peningkatan kualitas seluruh negara bagian yang berkolaboratif untuk meningkatkan pengobatan depresi. Pasien yang baru memulai penggunaan anti depresan disurvei dengan Health Questionnaire 9-item screen (PHQ-9) yang mengukur keparahan gejala depresi, the Work Productivity and Activity Impairment (WPAI) yang mengukur kehilangan produktivitas, dan item pada status kesehatan dan demografi. HASIL : Kami menganalisis data dari 771 pasien yang melaporkan saat ini bekerja. Model linier umum disesuaikan dengan demografi dan status kesehatan menunjukkan secara signifikan 1

Transcript of Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

Page 1: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

KEPARAHAN DEPRESI DAN BESARNYA KEHILANGAN PRODUKTIVITAS

Arne Beck, PhD, A. Lauren Crain, PhD, Leif I. Solberg, MD, Jürgen Unützer, MD, MPH, Russell E. Glasgow, PhD, Michael V. Maciosek, PhD, Robin Whitebird, PhD, MSW

Abstrak:

TUJUAN : Depresi dikaitkan dengan berkurangnya fungsi termasuk ketidakhadiran bekerja,

terganggunya produktivitas, dan retensi pekerjaan yang menurun. Beberapa studi telah

meneliti gejala depresi pada rangkaian tingkat keparahannya dalam kaitan dengan besarnya

terganggunya pekerjaan disebuah populasi pasien yang besar dan heterogen. Namun, dalam

studi ini kami menilai hubungan antara keparahan gejala depresi dan hilangnya produktivitas

pada pasien yang mulai pengobatan untuk depresi.

METODE : Data diperoleh dari pasien yanng berpartisipasi dalam inisiasi DIAMOND

(Depression Improvement Across Minnesota: Offering a New Direction), sebuah peningkatan

kualitas seluruh negara bagian yang berkolaboratif untuk meningkatkan pengobatan depresi.

Pasien yang baru memulai penggunaan anti depresan disurvei dengan Health Questionnaire

9-item screen (PHQ-9) yang mengukur keparahan gejala depresi, the Work Productivity and

Activity Impairment (WPAI) yang mengukur kehilangan produktivitas, dan item pada status

kesehatan dan demografi.

HASIL : Kami menganalisis data dari 771 pasien yang melaporkan saat ini bekerja. Model

linier umum disesuaikan dengan demografi dan status kesehatan menunjukkan secara

signifikan tidak linier, hubungan monoton antara keparahan gejala depresi dan hilangnya

produktivitas: dengan setiap kenaikan 1-point skor PHQ-9, pasien mengalami hilangnya

produktivitas tambahan 1,65% (P <.001). Bahkan gejala depresi pada tingkat kecil dikaitkan

dengan penurunan pada fungsi kerja. Pekerja penuh waktu dibandingkan dengan paruh-

waktu, dan laporan status kesehatan diri yang kurang dibandingkan dengan yang sedang,

kesehatan yang baik, dan yang sangat baik, yang dikaitkan dengan kehilang produktivitas

(berturut-turut P <.001 dan P = 0,045).

KESIMPULAN : Penelitian ini menunjukkan hubungan antara keparahan gejala depresi dan

fungsi kerja, dan menunjukkan bahwa bahkan keparahan tingkat depresi yang ringan juga

terkait dengan hilangnya produktivitas kerja. Para pengusaha menemukan manfaat untuk

berinvestasi dalam pengobatan yang efektif bagi karyawan merek yang depresi .

1

Page 2: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

Depresi adalah hal yang umum dan secara tidak langsung menyebabkan pengeluaran biaya

yang terkait dengan berkurangnya fungsi kerja, termasuk absensi, terganggunya

produktivitas, dan bahkan menurunkan retensi pekerjaan di berbagai pekerjaan.1-4 Selain itu,

beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa depresi ringan atau di bawah ambang batas

depresi (termasuk dysthymia ) terkait dengan prestasi kerja yang buruk.5,6 Beberapa studi

telah meneliti gejala depresi pada serangkaian derajat keparahan depresi dalam kaitannya

dengan besarnya kehilangan pekerjaan yang mencakup baik absensi dan produktivitas yang

terganggu. Simon et al7 menemukan bahwa di antara pasien rawat jalan dengan gangguan

bipolar, derajat keparahan depresinya berhubungan kuat dan konsisten dengan probabilitas

penurunan kerja dan ketidak hadiran bekerja karena sakit. Backenstrass et al8

mengkategorikan spektrum gejala depresi pada tiga tingkatan derajat keparahan (tidak

spesifik, minor dan major) dan menemukan peningkatan jumlah hari ketidak hadiran bekerja

karena sakit, dengan setiap derajat gejala keparahan tambahan. Kedua studi ini telah memilih

sampel, yaitu pasien dengan diagnosis gangguan bipolar dan pasien dari 6 praktek keluarga di

sebuah kota kecil dekat Heidelberg, Jerman, yang masing-masing membatasi generalisasi

mereka.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih lanjut hubungan antara serangkaian

gejala tingkat keparahan depresi dan besarnya kehilangan produktivitas kerja pada populasi

yang besar, heterogen, dan sampel yang representatif dari pasien rawat jalan yang memulai

pengobatan depresi.

METODE

Pengaturan

Kami menganalisis data dasar yang dikumpulkan untuk studi inisiasi peningkatan kualitas

depresi di seluruh Negara bagian di Minnesota, yang disebut Depression Improvement

Across Minnesota: Offering a New Direction (DIAMOND). Semua kelompok dan klinik

yang berniat untuk berpartisipasi dengan menerapkan inisiasi dalam klinik perawatan utama

mereka diundang untuk berada di studi DIAMOND. Sebanyak 88 klinik, 23 kelompok medis

ikut berpartisipasi. Rincian pada desain penelitian dan metode disajikan halaman lainnya.9

Perekrutan Pasien Dan Pendaftaran

Semua pasien dengan klaim data asuransi kesehatan yang menunjukkan bahwa mereka baru

memulai pengobatan antidepresan di sebuah klinik yang berpartisipasi dalam studi,

2

Page 3: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

diidentifikasi selama seminggu melalui rencana kesehatan dan pengiriman surat mengenai

studi, sehingga memberikan kesempatan satu minggu kepada pasien untuk memilih sebelum

dipanggil oleh pusat penelitian survei untuk menentukan kelayakan partisipasi dan untuk

menyelesaikan kuesioner awal melalui telepon. Pasien memenuhi syarat jika lebih tua dari 18

tahun, sudah mengisi resep antidepresan baru (dan tidak dalam 4 bulan sebelumnya) dari

dokter pelayanan primer dalam klinik yang berpartisipasi untuk pengobatan depresi, dan

memiliki skor tingkat keparahan gejala depresi sama dengan 7 atau lebih pada Health

Questionnaire 9-item screen (PHQ-9). Pekerja paruh atau penuh waktu bukanlah termasuk

kriteria kelayakan untuk berpartisipasi dalam penelitian DIAMOND yang lebih besar, hal ini

dikarenakan kami fokus pada hubungan antara hilangnya produktivitas di tempat kerja dan

depresi, kami juga memasukan dalam analisis kami pasien yang bekerja untuk upah

minimum paruh waktu. Pertama-tama pasien menyelesaikan kuesioner awal yang diberikan

serta juga meminta izin pasien untuk kembali menyurvei mereka 6 bulan kemudian

Prtokol studi telah di tinjau, disetujui, dan diawasi oleh Health Partners Institutional Review

Board.

Pengukuran

Kami menggunakan kuesioner pelaporan diri (self-report questionare) untuk mendapatkan

informasi derajat keparahan depresi, ketidak hadiran bekerja, dan penurunan produktivitas,

status kesehatan (merupakan salah satu item yang meminta pasien untuk menilai kesehatan

mereka secara keseluruhan), dan karakteristik demografis. PHQ-9 digunakan untuk

mengukur tingkat keparahan gejala depresi. Hal ini secara luas diterima sebagai ukuran valid

untuk menilai tingkat keparahan depresi.10-13 Pertanyaan tentang fungsi kerja diperoleh dari

Work Productivity and Activity Impairment (WPAI),14-16 kuesioner pelaporan diri yang

mengukur jumlah ketidak hadiran bekerja karena masalah kesehatan ("presenteeism") dan

mengalami penurunan produktivitas ditempat kerja selama 7 hari sebelumnya. Kami

menghitung langkah-langkah tambahan untuk memperkirakan persentase dari waktu kerja

yang hilang karena kesehatan, persentase terganggunya kerja karena kesehatan, dan

persentase keseluruhan produktivitas yang hilang karena ganguan kesehatan.16 Persentase

waktu kerja yang hilang karena kesehatan, ketidak hadiran bekerja, dihitung sebagai jumlah

jam yang hilang selama 7 hari sebelumnya dibagi dengan jumlah jam yang hilang ditambah

jam saat kerja selama periode ini. Persentase gangguan saat bekerja karena kesehatan, ukuran

kehadiran, dihitung sebagai nilai 10 dari derajat gangguan saat bekerja yang dibagi dengan

10. Jumlah jam terganggunya produktivitas di tempat kerja dihitung sebagai jam yang

3

Page 4: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

sebenarnya bekerja dikalikan dengan persen gangguan di tempat kerja. Proporsi waktu kerja

yang diharapkan yang hilang atau terpengaruh karena masalah kesehatan selama 7 hari

sebelumnya (kehilangan produktivitas) dihitung sebagai persen dari waktu kerja yang hilang

ditambah persen dari waktu di tempat kerja dikalikan dengan gangguan saat bekerja di sana.

Analisis statistik

Untuk menyelidiki hubungan antara gejala depresi dan hilangnya produktivitas yang

disesuaikan dengan perancu yang potensial, kami mempekirakan model linear umum

menggunakan SAS PROC GLM Program, versi 9.1.3 (SAS Institute Inc, Cary, North

Carolina). Pendekatan analitik ini dipilih setelah menentukan bahwa tidak ada pengaruh

cluster yang signifikan dan oleh karena itu GLM sesuai dengan model campuran.

Dikarenakan hubungan antara depresi dan kehilangan pekerjaan dan produktivitas adalah

serupa, kami menggunakan kombinasi variabel kehilangan produktivitas dalam pemodelan

multivariat. PHQ-9 skor dan kehilangan produktivitas keduanya diperlakukan sebagai

variabel kontinu dalam mode penelitian. Kami mengikutsertakan beberapa variabel

demografi sebagai kovariat seperti usia, ras gender, etnis (non-Hispanik kulit putih atau

Hispanik vs putih), pendidikan (sekolah tinggi atau kurang vs kuliah atau lebih), status

pekerjaan (penuh vs paruh waktu), dan status perkawinan (single vs menikah) dan pelaporan

status kesehatan diri, dikategorikan sebagai kombinasi yang baik sekali, sangat baik, baik vs

kombinasi sedang dan buruk. Kami menguji interaksi antara PHQ-9 dan kovariat dan tidak

menemukan apa pun yang berpengaruh signifikan, jadi kami mengeliminasi istilah interaksi

dari model .

HASIL

Pendaftaran Pasien dan Karakteristik Demografi

Selama periode 25 bulan, 11.889 nama pasien telah diserahkan ke pusat penelitian survei,

tetapi 40% dari pasien ini tidak dapat dihubungi, dan mereka yang setuju untuk diskrening,

75% tidak memenuhi kriteria kelayakan untuk penelitian. Partisipasi data penelitian

ditunjukkan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa untuk saat ini, 1168 pasien telah dihubungi,

dinilai untuk kelayakan, menyetujui, dan terdaftar. Kami menganalisis data tentang hubungan

antara depresi dan gangguan bekerja untuk 771 pasien sub-sampel (66%) yang melaporkan

bahwa mereka bekerja untuk dibayar penuh atau paruh waktu pada saat mereka

diwawancarai. Karakteristik demografi pasien diperlihatkan pada Tabel 2.

4

Page 5: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

Tabel 1. Daftar pasien

Tabel.2 Karakteristik demografi dari pasien yang bekerja untuk digaji

Gejala Depresi

Kami membagi PHQ-9 skor menjadi 4 kategori ordinal sesuai dengan peningkatan keparahan

depresi. Skor 7 sampai 9 menunjukkan gejala depresi ringan atau minor, skor 10 sampai 14

berada di kisaran depresi moderat, 15 sampai 19 konsisten dengan depresi major dan

dianggap ambang diagnostik, dan skor 20 atau lebih dianggap depresi berat. Pluralitas pasien

(38% atau 292) memiliki skor di kisaran gejala depresi moderat, diikuti oleh depresi ringan

atau minor (263 atau 34%), depresi major (159 atau 21%), dan depresi berat (57 atau 7%).

Skor rata-rata PHQ-9 adalah 12,2 (SD = 4.3).

5

Page 6: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

Hilangnya kerja dan produktivitas

Tabel 3 menyajikan data deskriptif pada item WPAI. Pasien melaporkan bahwa dalam 7 hari

sebelumnya, rata-rata 3,1 jam atau 8,0% dari total jam kerja normal mereka hilang karena

kondisi kesehatan. Nilai rata-rata tingkat kerusakan di tempat kerja adalah 3,5 pada skala

nilai 10, yang mewakili 35,2% dari total jam kerja, atau 12,1 jam produktivitas yang

terpengaruh di tempat kerja. Proporsi waktu kerja yang diharapkan hilang atau terpengaruh

karena masalah kesehatan selama 7 hari sebelumnya (kehilangan produktivitas) mewakili

rata-rata 37,8% dari jam kerja karyawan biasa, atau 14,2 jam kerja hilang atau terganggu di

waktu kerja karena masalah kesehatan. Perhatikan bahwa nilai yang dihitung sebagai

kerugian produktivitas (dan dijelaskan dalam bagian Metode), bukanlah jumlah ketidak

hadiran ditambah kehadiran, karena yang terakhir hanya mencakup jam yang sebenarnya di

tempat kerja

Tabel 3. Item WPAI dan yang berhubungan dengan pengukuran

Hubungan Antara PHQ-9 dan WPAIGrafik 1 menunjukkan hubungan antara setiap kategori tingkat keparahan gejala depresi,

yang dinilai dengan menggunakan PHQ-9 dan hilangnya produktivitas. Grafik ini

menggambarkan hubungan linear yang kuat antara tingkat keparahan gejala depresi dan

kombinasi hilangnya pekerjaan serta penurunan produktivitas. Hal ini juga menunjukkan

bahkan gejala minor depresi berhubungan dengan hilangnya produktivitas.

Secara keseluruhan model multivariate mengenai hilangnya produktivitas berisi semua

covariate yang signifikan, dan mencakup variable yang menjelaskan 10,5% varibel diantara

pasien pada hasil ini (F = 10.26, P <.001, model R2 = .105). Tabel 4 menampilkan varibel

individu dalam bentuk model. Pada tabel tersebut terdapat hubungan yang positif dan

6

Page 7: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

signifikan antara nilai PHQ-9 dan hilangnya produktivitas, dengan setiap peningkatan nilai 1

point dihubungkan dengan penambahan 1,65% hilangnya produktivitas (P <.001). Selain itu,

status pekerjaan penuh-waktu dibandingkan dengan paruh-waktu dan status kesehatan yang

sedang atau buruk dibandingkan dengan yang baik, sangat baik, atau keduanya juga dikaitkan

dengan hilangnya produktivitas yang lebih besar (masing-masing, P <.001 dan P = 0,045).

Karena sampel kami adalah 771 pekerja yang mewakili hanya 66% data dasar lengkap untuk

analisis ini, kami melakukan subanalinis untuk menentukan apakah status pekerjaan

berhubungan dengan tingkat keparahan depresi diantara semua peserta dengan usia produktif,

yaitu ditentukan dari usia 18 sampai 64 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata nilai

PHQ-9 lebih tinggi diantara 325 peserta studi yang melaporkan tidak bekerja (rata-rata =

13.30, SD = 4.90) daripada diantara 757 peserta studi yang melaporkan bekerja waktu penuh

dan paruh waktu (rata-rata = 12.17, SD = 4.31) (t = 3.62, df = 549.2, P <.001).

Gambar 1. Hilangnya Produktivitas (ketidakhadiran dan kehadiran dikombinasikan)

dengan skor PHQ-9 pada saat pendaftaran: persenatse waktu kerja yang hilang atau

terganggu di tempat kerja dalam 7 hari terakhir.

7

Page 8: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

Tabel 4. Hubungan Tingkat Keparahan Depresi (PHQ-9 skor), Demografi, dan Status

Kesehatan dengan Hilangnya Produktivitas

DISKUSI

Data dasar pasien dari sampel besar menunjukkan hubungan linear dan monoton antara

tingkat keparahan gejala depresi dan hilangnya produktivitas, yaitu pada gejala depresi yang

lebih berat, lebih besar jumlah produktivitas yang hilang. Secara rinci, kami menemukan

bahwa setiap peningkatan 1 point pada nilai PHQ-9 pasien, terjadi penambahan rata-rata

hilangnya produktivitas sebesar 1,65%. Hubungan ini diamati setelah disesuaikan, dan tanpa

modifikasi, demografis dan pelaporan status kesehatan diri.

Penemuan bahwa hilangnya produktivitas yang lebih besar pada mereka yang pekerja penuh

waktu dibandingkan paruh waktu mungkin dapat dijelaskan oleh fakta bahwa pekerja penuh

waktu memiliki tingkat flekbilitas yang lebih rendah dalam jadwal mereka, yang menuntut

mereka untuk tidak boleh sakit dan tetap bekerja walaupun mulai mengalami gejala depresi.

Hilangnya produktivitas yang lebih besar diantara mereka yang melapor dengan status

kesehatan sedang atau buruk, sesuai dengan literature mengenai dampak kondisi kesehatan

terhadap fungsi kerja.

Meskipun hubungan antara gejala depresi dengan pekerjaan dan kehadiran tampak serupa,

tetapi dampak relatif dari masing-masing adalah berbeda. Presentase kehilangan pekerjaan

yang dilaporkan selama 7 hari terakhir berkisar dari 4% (nilai PHQ-9 7-9) sampai 17% (nilai

8

Page 9: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

PHQ-9 ≥ 20), sedangkan presentase penurunan produktivitas selama periode yang sama

berkisar dari 28% (nilai PHQ-9 7-9) sampai 47% (nilai PHQ-9 ≥ 20). Penurunan

produktivitas lebih besar yang dilaporkan sepertinya menggambarkan batas hari sakit yang

tersedia bagi karyawan. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara relatif, kehadiran karena

depresi mungkin menjadi masalah yang lebih penting bagi majikan daripada ketidakhadiran.

Besarnya kehilangan produktivitas pada contoh pasien yang digunakan dalam studi ini (38%)

merupakan hasil yang besar dibandingkan dengan data normatif WPAI yang mencakup

individu tanpa gangguan kondisi kesehatan (8%), serta mereka dengan kondisi seperti

diabetes (15%), asma (15%), nyeri punggung (16%), kegemukan (18%), angina (20%), dan

nyeri kronik (22%). Hilangnya produktivitas yang lebih besar dilaporkan oleh pasien kami

yang dalam kenyataan sampel studi didapat dari pasien rawat jalan selama inisiasi terapi,

yaitu pada saat gejala depresi sepertinya berada pada puncak dan fungsi kerja yang paling

terpengaruh. Faktanya, hilangnya produktivitas karena berbagai kondisi kesehatan lebih besar

bila dilaporkan melalui studi observasi atau uji klinis yang melibatkan pasien-pasien ini

dibandingkan dengan populasi berdasarkan survey.17,18 Sebagai contoh, studi terbaru

menggunakan WPAI dengan data contoh pasien klinis menunjukkan bahwa 28% hilangnya

produktivitas dihubungkan dengan asma berat, 38% untuk penyakit Crohn, dan 20% untuk

rhinitis alergi. Selain itu, mirip dengan penemuan kami mengenai depresi, sebagian besar

studi menunjukkan peningkatan kehilangan produktivitas dengan tingkat keparahan kondisi.

Penemuan tingkat keparahan depresi yang lebih besar pada 34% sampel yang tidak bekerja

membuat munculnya pertanyaan apa dan bagaimana tingkat keparahan depresi dapat

berkontribusi pada pengangguran. Gejala depresi (kurangnya inisiatif, rendah diri, dan lain-

lain) merupakan penghalang utama untuk mendapatkan pekerjaan, melakukan pekerjaan, atau

keduanya. Hubungan keparahan depresi dan hilangnya produktivitas yang kami laporkan

hanya pada sampel yang digunakan, yang mungkin oleh karena itu juga meremehkan

dampak depresi pada fungsi pekerjaan dan status pekerjaan pada umumnya.

Studi ini menambahkan perkembangan literature yang menunjukkan pentingnya pengobatan

depresi untuk memulihkan fungsi psikososial disamping mengurangi gejala.5 Studi ini

menunjukan bahwa gejala minor tingkat keparahan depresi berhubungan dengan gangguan

pekerjaan, dan meskipun kinerja pekerjaan meningkat sebanding dengan perbaikan gejala

depresi setelah pengobatan,20,21 tetapi tetap konsisten lebih rendah pada individu yang

9

Page 10: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

menunjukkan perbaikan klinis depresi dibandingkan dengan pada induvidu yang tidak

mengalami depresi.

Untungnya, pengobatan depresi dengan kualitas yang tinggi telah ditemukan untuk

mengurangi gejala, memperbaiki fungsi kerja dan biaya yang efisien.23 Pengobatan

nonfarmakologi mungkin menguntungkan bahkan untuk tipe depresi minor, seperti yang

ditunjukkan oleh uji coba secara acak yang dilakukan oleh Wang et al, dimana pengujian

dilakukan melalui penatalaksanaan perawatan via telepon bagi pekerja dengan depresi

(keuntungan pengobatan farmakologi pada depresi minor masih kurang jelas).

Mengingat kekuatan hubungan antara gejala-gejala depresi dan kinerja kerja, penemuan kami

juga menggaris bawahi potensi penggunaan PHQ-9 untuk menyediakan tidak hanya wawasan

tentang keparahan depresi pada para profesional kesehatan, tetapi juga tentang fungsi kerja.

Dokter pelayanan primer lebih menghargai penurunan fungsi kerja yang terkait dengan

serangkaian gejala depresi ringan sampai berat yang mungkin memiliki insentif tambahan

untuk mengobati pasien lebih intensif dan sampai remisi penuh jika memungkinkan daripada

menerima perbaikan yang sedikit. Mengobati pasien sampai remisi lengkap dapat sangat

penting mengingat masalah inersia klinis yang sering ditimbulkan pengobatan dari depresi,

yaitu kurangnya tindak lanjut dan penyesuaian pengobatan pada pasien yang memulai

antidepresan. Selain itu, hasil dari studi ini menunjukkan bahwa berbagai tingkat keparahan

gejala depresi dapat langsung diterjemahkan ke dalam besarnya gangguan kerja. Instrumen

yang digunakan relatif mudah untuk diaplikasikan seperti PHQ-9 yang dapat membantu

dokter pelayanan primer baik menilai depresi pada pasien mereka dan mengidentifikasinya,

untuk memahami pada tingkat berapa gangguan kerja yang mungkin terkait dengan tingkat

keparahan gejala depresi. Mengingat pentingnya bekerja dalam kehidupan seseorang, dokter

mungkin ingin meminta pasien dengan skor PHQ-9 yang tinggi tentang bagaimana depresi

mereka mempengaruhi fungsi kerja, bagaimana mereka bekerja dapat mempengaruhi depresi

mereka, dan bagaimana obat untuk depresi atau intervensi lainnya dapat membantu pasien

tidak hanya merasa lebih baik, tetapi juga berfungsi lebih baik di tempat kerja dan dalam hal

ini, dalam kehidupan mereka secara keseluruhan. Fokus diskusi tentang dampak fungsional

depresi dapat membuat pasien depresi ragu-ragu untuk mengakui atau mengobati depresi

mereka serta motivasi untuk terlibat dalam pengobatan.

10

Page 11: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

Mengambil dari perspektif pengusaha, hasil ini memberikan bukti yang lebih jelas dari biaya

potensial tenaga kerja bahkan dengan gejala depresi ringan dan potensialnya untuk

menghasilkan laba atas investasi dari memastikan bahwa karyawan mereka yang memiliki

tingkat keparahan gejala depresi yang lebih berat dari biasanya dapat dipertimbangkan untuk

menerima cara perawatan yang paling efektif.24, 26,27

Penelitian kami memiliki kelebihan dan keterbatasan. Sampel besar kami diperoleh dari

mayoritas anggota asuransi kesehatan (termasuk rencana Medicaid) di negara bagian

Minnesota dalam konteks percobaan alami, menggunakan inklusi minimal dan kriteria

eksklusi. Para pasien merepresentatifkan sampel yang luas dari pasien depresi yang menerima

perawatan primer yang terdiri dari berbagai latar belakang, tingkat pendapatan dan kategori

pekerjaan. Oleh karena itu, hasilnya dapat digeneralisasikan secara luas (kecuali pada ras dan

atau etnis, yang memiliki keanekaragaman terbatas dalam wilayah geografis ini). Selain itu,

kemampuan kami untuk menguji hubungan antara tingkat aktual gejala depresi yang

dilaporkan sendiri dan jumlah hilangannya kerja dan penurunan produktivitas lebih informatif

daripada yang dalam banyak studi yang telah meneliti kehilangan pekerjaan dan penurunan

produktivitas hanya di antara pasien yang menerima diagnosis depresi atau mereka yang

mencapai ambang batas klasifikasi keparahan gejala depresi berat. Temuan kami juga

menunjukkan bahwa bahkan di tingkat subklinis, depresi terkait dengan ketidakhadiran dan

produktivitas kerja yang terganggu.

Salah satu keterbatasan dari studi ini adalah kurangnya data rinci tentang kondisi kesehatan

lain yang mungkin terkait dengan kehilangan pekerjaan dan produktivitas yang menurun.

Dimasukkannya pelaporan sendiri tentang status kesehatan memberikan ukuran beban

penyakit yang kurang tepat dari data aktual tentang komorbiditas medis. Sayangnya, kami

tidak memiliki akses ke data komorbiditas dalam semua asuransi kesehatan yang

berpartisipasi dalam studi. Mengenai dampak dari komorbiditas psikiatri lainnya pada

hilangnya produktivitas, studi di masa depan bisa memiliki keuntungan dengan menggunakan

instrumen My mood monitor (M-3) yang baru-baru diterbitkan untuk menilai sejumlah besar

gangguan mental daripada menggunakan PHQ-9.28

Keterbatasan lebih lanjut adalah bahwa analisis kami terbatas untuk pasien yang melaporkan

setidaknya beberapa pekerjaan, termasuk mereka yang tidak dalam bekerja (misalnya,

Pensiunan), karena fokus kami adalah pada fungsi kerja. Selain itu, penelitian ini tidak

memberikan data tentang orang-orang dengan nilai PHQ-9 skor kurang dari 7 (yaitu, orang

11

Page 12: Keparahan Depresi Dan Besarnya Kehilangan Produktivitas

DEPRESSION SEVERITY AND PRODUCTIVITY LOSS

tidak depresi). Seperti disebutkan sebelumnya, bagaimanapun juga, data normatif pada

kehilangan produktivitas untuk orang yang tidak depresi dengan tidak memiliki kondisi

medis kronis apapun adalah 8%, yang jauh lebih rendah daripada temuan kami 29,6% bagi

mereka dengan depresi ringan ( PHQ-9 skor 7-9).

Analisis hubungan antara tingkat gejala depresi dan pelaporan sendiri status fungsional

umum di seluruh sampel yang lebih besar dari pasien studi ini adalah di luar lingkup artikel

ini, namun akan dilaporkan dalam artikel berikutnya. Akhirnya, karena jumlah pasien yang

tidak cukup telah mencapai assessment followup, data tidak tersedia untuk menguji hubungan

antara potensi peningkatan gejala depresi dan kinerja, dan apakah hubungan ini berbeda

tergantung pada tingkat awal keparahan gejala depresi yang dilaporkan. Kami berharap untuk

dapat melaporkan hasilnya saat data sudah tersedia.

Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan hubungan antara tingkat gejala depresi dan

hilangnya produktivitas, menunjukkan bahwa bahkan tingkat kecil depresi terkait dengan

penurunan dalam fungsi kerja. Hubungan yang signifikan antara gejala depresi, yang diukur

dengan PHQ-9 yang secara luas telah digunakan, dan kerusakan fungsi kerja meningkatkan

kemungkinan menggunakan kuesioner ini sebagai alat baik untuk menilai gejala depresi

maupun fungsi kerja pada pasien. Mengambil perspektif pengusaha, mempromosikan

program manajemen depresi berbasis bukti untuk karyawan yang mengalami depresi ringan

yang memiliki potensi untuk mengurangi kehilangan pekerjaan dan penurunan produktivitas,

sehingga menghasilkan laba atas investasi dalam program ini.

Pada akhirnya, tujuan dari studi ini adalah untuk memahami seberapa efektif pengobatan

depresi baik untuk menurunkan gejala depresi serta meningkatkan fungsi pekerjaan. Setelah

pasien telah menyelesaikan 6 bulan follow-up, kita juga akan mampu mengeksplorasi

hubungan antara gejala depresi dan perbaikan dalam fungsi kerja.

12