Kepaduan Paragraf

4
MENYUNTING KEPADUAN PARAGRAF A. Pendahuluan Gorys Keraf (1994: 49) mengemukakan bahwa kepaduan atau koherensi merupakan salah satu syarat pembentukan paragraf. Menurutnya, yang dimaksud dengan kepaduan atau koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah ka-limat dengan kalimat lain yang membentuk paragraf tersebut. Untuk mencapai kepaduan paragraf, yang harus dilakukan adalah merang-kai kalimat sehingga bertalian secara logis dan serasi, yaitu dengan menggunakan repetisi (pengulangan kata kunci), kata ganti, dan kata transisi atau penghubung (baik intrakalimat maupun antarkalimat). B. Contoh Paragraf yang Padu Perhatikan contoh paragraf yang padu berikut ini! 1

Transcript of Kepaduan Paragraf

Page 1: Kepaduan Paragraf

MENYUNTING KEPADUAN PARAGRAF

A. Pendahuluan

Gorys Keraf (1994: 49) mengemukakan bahwa kepaduan atau koherensi

merupakan salah satu syarat pembentukan paragraf. Menurutnya, yang dimaksud

dengan kepaduan atau koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah ka-

limat dengan kalimat lain yang membentuk paragraf tersebut.

Untuk mencapai kepaduan paragraf, yang harus dilakukan adalah merang-

kai kalimat sehingga bertalian secara logis dan serasi, yaitu dengan menggunakan

repetisi (pengulangan kata kunci), kata ganti, dan kata transisi atau penghubung

(baik intrakalimat maupun antarkalimat).

B. Contoh Paragraf yang Padu

Perhatikan contoh paragraf yang padu berikut ini!

Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki kelurusan ber-pikir. Ada logika deduktif, ada pula logika induktif. Walaupun ke-duanya sama-sama mengambil kesimpulan dari premis, tetapi kesim-pulan pada logika deduktif lebih sempit daripada logika induktif. Pada logika deduktif, penalaran bergerak dari hal-hal umum (uni-versal) ke hal-hal yang khusus (partikular). Sebaliknya, pada logika induktif, penalaran bergerak dari khusus ke umum karena dimulai dengan pengalaman. (J.B. Blikololong, Filsafat Ilmu: Sebuah Peng-antar, Jakarta: Universitas Gunadarma, 2009, hlm. 49).

1

Page 2: Kepaduan Paragraf

Paragraf tersebut padu karena menggunakan repetisi, kata ganti, dan kata

penghubung. Penggunaan repetisi ditandai dengan cetak tebal, kata ganti dengan

cetak miring, dan kata penghubung (intra- dan antarkalimat) dengan garis bawah.

C. Contoh Paragraf yang Tidak Padu dan Perbaikannya

Perhatikan paragraf di bawah ini!

Penelitian yang lain menunjukkan bahwa televisi telah berpe-ngaruh terhadap kehidupan anak-anak (Indriastuti, 2003), yaitu anak-anak menjadi lebih malas untuk belajar dan mengerjakan pe-kerjaan rumah (PR). Bahkan, penelitian yang dilakukan Kompas me-nunjukkan bahwa dampak dari seringnya anak-anak menonton tele-visi adalah anak-anak menjadi tidak suka membaca buku. Pada pe-nelitian yang lain disebutkan bahwa dampak dari tayangan televisi adalah anak-anak menjadi berperilaku keras, bermoral negatif, pasif dan tidak kreatif, nilai sekolah rendah, kecanduan menonton, serta berperilaku konsumtif (Jahya & Irvan, 2006: 4). (Ety Dwi Susanti, Strategi Pencegahan Perilaku Negatif pada Anak-Anak sebagai Aki-bat Tayangan Televisi dan Model Tayangan Edukatif untuk Anak-Anak, Surabaya: UPN “Veteran”, 2009, hlm. 2, lihat lampiran).

Paragraf di atas terlalu sering mengulang kata anak-anak. Menurut Gorys

Keraf (1994: 77), pengulangan kata yang sama tanpa suatu tujuan yang jelas akan

menimbulkan rasa yang kurang enak. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan kata

ganti mereka untuk mengganti kata anak-anak yang hanya berfungsi sebagai pen-

jelas sehingga paragraf di atas dapat diperbaiki menjadi:

Penelitian yang lain menunjukkan bahwa televisi telah berpe-ngaruh terhadap kehidupan anak-anak (Indriastuti, 2003), yaitu me-reka menjadi lebih malas untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Bahkan, penelitian yang dilakukan Kompas menunjuk-kan bahwa dampak dari seringnya anak-anak menonton televisi ada-lah mereka menjadi tidak suka membaca buku. Pada penelitian yang lain disebutkan bahwa dampak dari tayangan televisi adalah anak-anak menjadi berperilaku keras, bermoral negatif, pasif dan tidak kreatif, nilai sekolah rendah, kecanduan menonton, serta berperilaku konsumtif (Jahya & Irvan, 2006: 4).

2

Page 3: Kepaduan Paragraf

Perhatikan pula paragraf di bawah ini!

(1) Dengan demikian, tayangan televisi tidak seluruhnya baik bagi anak-anak. (2) Tayangan yang tidak baik berdampak negatif ke-pada mereka. (3) Pendidikan yang diberikan oleh orang tua dan se-kolah tidak efektif. (4) Selain itu, tayangan tersebut juga berakibat negatif terhadap pola berpikir anak: konsumtif, tidak kreatif, kasar atau sadis, dan tidak sopan. (Ety Dwi Susanti, Strategi Pencegahan Perilaku Negatif pada Anak-Anak sebagai Akibat Tayangan Televisi dan Model Tayangan Edukatif untuk Anak-Anak, Surabaya: UPN “Veteran”, 2009, hlm. 2).

Kalimat ketiga pada paragraf di atas tidak padu karena tidak sejalan de-

ngan gagasan pada kalimat pertama sebagai kalimat utama. Topik yang disampai-

kan pada kalimat pertama adalah tayangan televisi, sedangkan yang dibahas pada

kalimat ketiga adalah masalah pendidikan. Dengan memperhatikan kalimat keem-

pat yang memiliki frasa penghubung selain itu, kalimat ketiga dapat dipadukan

dengan menambahkan kata penghubung akibatnya sehingga menjadi:

(1) Dengan demikian, tayangan televisi tidak seluruhnya baik bagi anak-anak. (2) Tayangan yang tidak baik berdampak negatif ke-pada mereka. (3) Akibatnya, pendidikan yang diberikan oleh orang tua dan sekolah tidak efektif. (4) Selain itu, tayangan tersebut juga berakibat negatif terhadap pola berpikir anak: konsumtif, tidak kre-atif, kasar atau sadis, dan tidak sopan.

3