KEOMPOK 5 REV

46
STUDI ANTROPOMETRI PERBAIKAN MERIAM TYPE OERLIKON 20 MM (STUDI KASUS DI KRI SOPUTAN-923 SATBANARMATIM) TUGAS MATA KULIAH ERGONOMI Disusun oleh Kelompok 5 : Anggota : 1. Kapten Laut (P) Adi Wirasmo NRP 14904/P 2. Kapten Laut (P) Agus Tri Ariyanto NRP 15365/P 3. Lettu Laut (S) Aries Sofyan NRP 16642/P

Transcript of KEOMPOK 5 REV

Page 1: KEOMPOK 5 REV

STUDI ANTROPOMETRI PERBAIKAN MERIAM

TYPE OERLIKON 20 MM

(STUDI KASUS DI KRI SOPUTAN-923 SATBANARMATIM)

TUGAS MATA KULIAH ERGONOMI

Disusun oleh Kelompok 5 :

Anggota : 1. Kapten Laut (P) Adi Wirasmo NRP 14904/P

2. Kapten Laut (P) Agus Tri Ariyanto NRP 15365/P

3. Lettu Laut (S) Aries Sofyan NRP 16642/P

4. Lettu Adm Adzani NRP 532466

KOMANDO PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN TNI ANGKATAN LAUT

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

SURABAYA

2010

Page 2: KEOMPOK 5 REV

STUDI ANTROPOMETRI PERBAIKAN MERIAM

TYPE OERLIKON 20 MM

(STUDI KASUS DI KRI SOPUTAN-923 SATBANARMATIM)

ABSTRAK

Meriam Type Oerlikan 20 mm KRI Soputan-923 adalah

alutsista yang dimiliki oleh TNI AL merupakan jenis alutsista lama

yang masih harus dipergunakan dengan semaksimal mungkin

guna mendukung tugas dalam menjalankan fungsi pertahanan

Negara khususnya penegakan kedaulatan NKRI di laut.

Dimana untuk mencapai kondisi yang lebih baik penulis

mengawali penelitian ini dengan melakukan kajian terhadap konsep

antropometri dan perancangan sistem kerja terhadap dimensi

pegangan tangan pada meriam oerlikon 20 mm di KRI

Soputan-923 sehingga didapatkan rancangan meriam oerlikon

yang sesuai dengan dimensi tubuh operatornya.

Kata kunci : konsep antropometri, dimensi, pegangan tangan.

Page 3: KEOMPOK 5 REV

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

TNI Angkatan Laut memerlukan alat utama sistem senjata

(Alutsista) untuk mendukung tugas pokoknya dalam menjaga

kedaulatan wilayah NKRI di laut, namun alutsista yang dimiliki

oleh TNI kebanyakan adalah alutsista lama yang masih

dipergunakan dengan semaksimal mungkin. Karena tugas TNI

dalam menjalankan fungsi pertahanan Negara harus tetap

berjalan, meskipun dukungan anggaran sangat terbatas.

Demikian juga meriam jenis oerlikon 20 mm yang masih

digunakan untuk melengkapi persenjataan KRI Soputan-923.

Meriam yang dirancang pada tahun 1919 ini telah banyak

digunakan dalam perang dunia pertama maupun kedua oleh

beberapa negara termasuk Inggris, Jerman, Jepang dan juga

Angkatan Laut Amerika ( U.S. Navy)

Dari pengalaman operator penggunaan meriam oerlikon

20 mm pada KRI Soputan-923 dirasa kurang nyaman, sehingga

operator mengalami kesulitan dalam melakukan penembakan

ataupun dalam mengarahkan meriam kesasaran. Dicontohkan

oleh salah seorang operator bahwa dalam sepuluh kali latihan

Page 4: KEOMPOK 5 REV

penembakan dalam cuaca yang mendukung hanya dua

penembakan yang tepat sasaran, disamping itu dirasakan

adanya ketidaknyamanan pada carphalis yaitu antara ibu jari

dan telunjuk pada saat menembak dan mengarahkan meriam

pada sasaran. hal ini disebabkan pegangan tangan yang terlalu

pendek dan kecil.

Gambar 1. Pegangan tangan meriam oerlikon 20 mm KRI

Soputan-923

Ketepatan pada sasaran merupakan hal pokok yang harus

dilaksanakan dalam pengoperasian meriam, tanpa ketepatan

sasaran seberapapun kerusakan yang dihasilkan meriam menjadi

6 cm

Page 5: KEOMPOK 5 REV

tidak bermanfaat. Ketepatan ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu

kecakapan operator, kondisi cuaca dan kesesuaian peralatan.

Pemasalahan berkaitan dengan kecakapan operator dapat

diatasi dengan memberikan latihan yang cukup serta pengalaman

selama berdinas, kondisi cuaca diatasi dengan perencanaan waktu

menembak yang baik sedangkan ketidak sesuaian peralatan dapat

diatasi dengan merubah dimensi peralatan yang disesuaikan

dengan dimensi tubuh operator.

Sebagai senjata yang digunakan untuk pertahanan udara

pada kapal permukaan, saat ini meriam oerlikon 20 mm belum

mempunyai pengganti dikarenakan keterbatasan anggaran

sehingga pemanfaatannya harus dioptimalkan. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan adalah dengan menyesuaikan atau

mendesain ulang peralatan. Penyesuaian peralatan ini dapat

dilaksanakan dengan menyesuaikan dimensi peralatan dengan

dimensi tubuh manusia.

Bagian yang perlu disesuaikan dengan operator adalah

bagian pegangan tangan dimana dimensi panjang dan diameter

lingkaran akan disesuaikan dengan dimensi tangan operator,

sehingga meriam tersebut akan lebih nyaman untuk digunakan.

2 Perumusan Masalah

Page 6: KEOMPOK 5 REV

Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang dibahas dalam penulisan tugas ini yaitu apa

saja perbaikan yang dapat dilakukan agar meriam tersebut dapat

dipakai secara lebih optimal?

3. Tujuan

Tujuan penulisan tugas ini adalah melakukan evaluasi

dimensi pegangan tangan pada meriam oerlikon 20 mm di KRI

Soputan-923, sehingga didapatkan rancangan meriam oerlikon

yang sesuai dengan dimensi tubuh operatornya

4. Ruang Lingkup Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penulisan diatas maka ruang lingkup

penulisan harus dibatasi agar tujuan tersebut tercapai, pembatasan

pada penulisan ini adalah :

a. Peralatan yang diteliti adalah meriam oerlikon 20 mm

yang dipasang pada KRI Soputan-923.

b. Operator peralatan adalah anggota KRI Soputan-923

divisi senjata sebanyak 3 orang.

c. Evaluasi hanya didasarkan pada studi antropometri.

d. Hasil evaluasi hanya berupa saran dan tidak dibuat

prototype karena keterbatasan waktu dan biaya.

Page 7: KEOMPOK 5 REV

5. Sistematika Penulisan

Penulisan tugas ini disusun sebagai berikut :

Bab I Pendahulan

Pada bab ini menjelaskan latar belakang dilaksanakannya

penelitian, perumusan masalah yang diangkat, tujuan penelitian

ini, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika pembahasan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini menjelaskan mengenai studi literatur yang

merupakan landasan teori yang berkaitan dan mendukung topik

tugas ini yang antara lain mengenai konsep keilmuan ergonomi,

perancangan sistem kerja, teori antropometri.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan

yang akan dilalui dalam penelitian ini sehingga langkah-langkah

penelitian akan lebih mudah dilaksanakan tanpa melewatkan

bagian penting dari penelitian tersebut.

Page 8: KEOMPOK 5 REV

BAB II

STUDI LITERATUR

1. Ergonomi

Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis

untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan

dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga

orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik yaitu

mencapai tujuan yang dinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,

nyaman, aman, sehat dan efisien (Sutalaksana, 2006). Istilah ergonomi

menurut Sedarmayanti (1996) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergos

berarti bekerja, nomos merupakan hukum alam.

Asal mula konsep ergonomi dimulai ketika masyarakat primitif

membuat alat dari batu untuk mempermudah pekerjaannya.

Kemudian dengan terjadinya perubahan waktu, maka secara

perlahan-lahan peralatan tersebut berkembang menjadi lebih baik.

Mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk

dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Selain itu

pada bagian genggaman batu mulai dibentuk bulatan yang sebesar

genggaman tangan sehingga lebih memudahkan pemegangan dan

cengkeraman saat digunakan. Dengan berubahnya peralatan batu ini

Page 9: KEOMPOK 5 REV

membuktikan bahwa manusia telah berusaha memperbaiki alat-alat

yang dipakainya untuk memudahkan pemakaian.

Banyak lagi perbuatan manusia yang serupa itu dari abad ke abad.

Namun hal tersebut berlangsung apa adanya, tidak teratur dan tidak

terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan. Baru pada abad 20

orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikannya dan secara

khusus mengembangkannya. Usaha ini berkembang terus dan

sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut

Ergonomi.

Pada awal mulanya, ergonomi banyak dikaji oleh para ahli

psikologi, pada saat itu pemilihan operator merupakan hal yang paling

diutamakan, namun ternyata lambat laun terbukti hasil akhir secara

keseluruhan kurang memuaskan. Baru ketika perang dunia II, mata para

ahli menjadi terbuka bahwa untuk merancang suatu sistem kerja, kita

harus bisa mengintegrasikan elemen-elemen yang membentuk sistem

kerja tersebut. Ergonomi yang kini merupakan ilmu tersendiri yang

mempelajari karakteristik dan tingkah laku manusia, pada mulanya

menerapkan informasi ini untuk mengembangkan peralatan-peralatan

militer.

Untuk mempermudah dalam mempelajari ergonomi, Sutalaksana

dkk (2006) membagi bidang kajian ergonomi sebagai berikut :

a. Penelitian tentang Displai.

Page 10: KEOMPOK 5 REV

Yang dimaksud dengan displai disini adalah bagian dari

lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya kepada

manusia.

b. Penelitian mengenai hasil kerja manusia dan proses

pengendaliannya.

Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia

ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur setiap

aktivitas tersebut. Penelitian ini banyak berhubungan dengan Ilmu

Faal Kerja dan Biomekanika.

c. Penelitian mengenai tempat kerja.

Tempat kerja yang baik, dalam artian sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia, dapat diperoleh apabila

ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut sesuai dengan tubuh

manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan dimensi tubuh

manusia ini dipelajari dalam antropometri.

d. Penelitian mengenai Lingkungan Fisik.

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi

ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia,

serta lingkungan kerja.

Untuk dapat bekerja dengan optimal, maka manusia

harus bekerja dalam lingkungan yang baik. Tempat kerja sebagai

salah satu faktor lingkungan yang baik harus sesuai dengan

kondisi manusia tersebut, karena berhasil tidaknya suatu

Page 11: KEOMPOK 5 REV

pekerjaan ditentukan oleh keoptimalan manusia. Oleh karena itu

perancangan tempat kerja menjadi faktor yang sangat penting.

Santoso (2004) memberikan 12 prinsip ergonomi dalam

perancangan tempat kerja agar efisien, antara lain :

1. Pastikan semua benda yang ada mudah

digunakan.

2. Bekerja dengan ketepatan tinggi.

3. Hindarkan akses kerja terulang-ulang (mengulangi

tugas karena ada kesalahan).

4. Postur kerja harus baik (tepat).

5. Hindarkan atau kurangi dari paparan getaran.

6. Minimkan kelelahan dan ketegangan otot (hindarkan

kerja melebihi jam kerja).

7. Minimkan dari tekanan secara langsung.

8. Peralatan dalam ruang kerja yang dapat

disesuaikan (adjustable).

9. Perlengkapan kerja harus standar.

10. Perbaiki organisasi kerja.

11. Perbaiki desain tempat kerja.

12. Berilah latihan (training) bila bekerja masih belum

sempurna.

Page 12: KEOMPOK 5 REV

Sedarmayanti (1996) menjelaskan bahwa hal-hal yang

diperlukan dalam perancangan tempat kerja agar dapat dikatakan

nyaman adalah sebagai berikut :

1. Perancangan berdasarkan individu ekstrim.

2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata

para pemakainya.

2. Sistem Manusia Mesin

Tujuan pendekatan ergonomi dalam perancangan tempat

kerja adalah terj adinya keserasian antara manusia dengan sistem kerja

atau dapat dikatakan bahwa desain sistem kerja harus menjadikan tenaga

kerja dapat bekerja secara layak. Untuk mencapai keserasian ini maka

manusia harus berinteraksi secara langsung dengan “mesin”. Mesin

dalam hal ini mempunyai arti semua obyek fisik seperti peralatan,

perlengkapan, fasilitas, dan benda-benda yang bisa digunakan oleh

manusia dalam melaksanakan kegiatannya.

Interaksi antara manusia dengan mesin dapat menghasilkan

produktivitas yang tinggi, karena baik manusia dan mesin memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing yang bisa saling melengkapi.

Terdapat beberapa pekerjaan yang akan lebih baik apabila menggunakan

manusia dan terdapat pula beberapa pekerjaan yang akan lebih baik

apabila menggunakan mesin. Akan tetapi manusia memiliki kelebihan

Page 13: KEOMPOK 5 REV

utama yang tidak dimiliki oleh mesin yaitu bahwa manusia memiliki sifat

mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Manusia bisa berubah

peranannya dengan cepat dan teratur.

Untuk mencapai efisiensi yang maksimal, sistem manusia-

mesin perlu di rancang secara menyeluruh, dengan manusia sebagai

unsur pelengkap bagi kemampuan mesin dan mesin sebagai unsur

pelengkap bagi kemampuan manusia (Sedarmayanti, 1996).

3. Pengertian Antropometri

Pheasant (1988) menjelaskan pengertian antropometri adalah

ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia,

yang digunakan untuk menentukan perbedaaan individu, kelompok, dan

sebagainya. Sementara itu Sanders & McCormick (1992) menjelaskan

bahwa antropometri merupakan pengetahuan yang menyangkut

pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari

tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat/benda-benda yang

digunakan manusia. Akan tetapi dari beberapa pengertian di atas inti dari

antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia untuk

diaplikasikan pada peralatan kerja manusia. Antropometri berasal dari

bahasa Yunani yaitu Anthropos yang berarti manusia dan Metron yang

berarti ukuran.

Menurut Sutalaksana dkk (2006), terdapat dua jenis antropometri,

yaitu :

Page 14: KEOMPOK 5 REV

a. Antropometri Statis.

Merupakan pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada

permukaan.

b. Antropometri Dinamis

Merupakan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia

dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-

gerakan yang mungkin terjadi saat bekerja.

Akan tetapi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

pengukuran tubuh manusia. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi ciri-

ciri fisik manusia sehingga berbeda satu dengan yang lain. Kroemer

(2001) menjelaskan faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Umur.

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir

sampai dengan umur sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun

untuk wanita.

b. Jenis Kelamin.

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih

besar kecuali pada bagian dada dan pinggul.

c. Rumpun dan Suku Bangsa (Ras).

Orang Eropa pada umumnya memiliki ukuran tinggi badan

yang lebih tinggi daripada orang asia. Demikian pula bentuk bagian

tubuhnya, misalnya raut wajah berbeda untuk setiap suku bangsa.

d. Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.

Page 15: KEOMPOK 5 REV

Faktor sosio ekonomi berpengaruh pada kemampuan

seseorang untuk memenuhi tingkat gizi yang dikonsumsinya.

Dengan konsumsi gizi yang baik, seseorang akan lebih mudah

terhindar dari penyakit dan berpengaruh juga pada

perkembangan fisiknya.

e. Pola Hidup.

Pola hidup yang paling berpengaruh terhadap dimensi tubuh

manusia adalah pola makan. Hal ini dapat kita lihat pada

adanya perbedaan dimensi tubuh olahragawan dengan

karyawan kantor.

Karena terdapat perbedaan ukuran tubuh manusia, maka

Sutalaksana dkk (2006) dalam pemakaian data antropometri

menjelaskan 3 (tiga) prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu :

a. Perancangan berdasarkan individu yang ekstrem.

Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar

fasilitas yang dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan

nyaman oleh sebagian besar orang yang akan memakainya

(biasanya minimal oleh 95% pemakai).

b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

Prinsip ini digunakan untuk merancang objek agar objek

dapat menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman

oleh semua pengguna potensial. Kursi pengemudi mobil yang bisa

diatur maju mundur dan kemiringan sandarannya serta tinggi kursi

Page 16: KEOMPOK 5 REV

sekretaris dan tinggi permukaan meja yang dapat dinaik turunkan

merupakan contoh pemakaian prinsip ini .

c. Perancangan individual.

Prinsip ini digunakan apabila objek yang bersangkutan

khusus dirancang bagi suatu individu tertentu. Berarti ukuran

bagian-bagian objek dibuat tepat untuk tubuh “pemesannya”.

Memang, biasanya ini adalah untuk pemakai khusus seperti orang

yang berukuran tubuh ekstrem : amat gemuk, sangat tinggi,

dan sebagainya.

Karena terdapatnya berbagai keragaman tersebut di atas,

maka untuk menampung seluruh keragaman data itu diperkenalkanlah

konsep persentil.

4. Konsep Persentil.

Data-data yang didapatkan dari proses pengambilan data dalam

sebuah populasi memiliki kecenderungan variasi data. Variasi data ini

wajar karena setiap sample atau responden dalam suatu populasi

memiliki karakteristiknya masing-masing. Akan tetapi dengan adanya

variasi data ini, maka dalam suatu perancangan sistem kerja akan

menjadi suatu tantangan untuk dapat mengelola keseluruhan data

sehingga hasil perancangan tersebut dapat digunakan oleh sebagian

besar populasi atau jika memungkinkan untuk seluruh data

Page 17: KEOMPOK 5 REV

Persentil pada dasarnya menyatakan persentase suatu responden atau

sample dalam suatu populasi yang memiliki karakteristik yang sama

atau lebih kecil dari nilai karakteristik tersebut. Misalnya persentil 10 dari

populasi ukuran tinggi tubuh awak kapal menunjukkan bahwa 90% dari

populasi awak kapal yang diukur memiliki tinggi tubuh yang melebihi nilai

tersebut. Nilai persentil didapatkan dari pengukuran suatu populasi dan

nilainya merupakan frekuensi distribusi normal untuk analisis statistik.

Persoalan antropometri akan terletak pada faktor-faktor : (1) seberapa

besar sampel pengukuran yang harus diambil untuk memperoleh data, (2)

haruskah setiap sampel dibatasi per kelompok (segmentasi) yang homogen, (3)

apakah sudah tersedia data antropometri untuk populasi tertentu yang nantinya

akan menjadi target pemakai produk, dan (4) bagaimana toleransi bisa diberikan

terhadap perbedaan dari data yang tersedia dengan populasi yang dihadapi?

Variasi ukuran akan memberikan fleksibilitas rancangan dan sifat “mampu suai”

(adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu.

95th percentile, 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran

tersebut; 5th percentile, 5% populasi berada pada atau dibawah ukuran tersebut.

Gambar berikut akan mengakomodasikan 95% populasi yang ada berada

pada rentang 2.5th - 97.5th percentile sebagai batas-batasnya.

Page 18: KEOMPOK 5 REV

Gambar 2.1 Batas persentil

Design for Extreme Individuals. Setiap rancangan

produk/fasilitas kerja dibuat untuk memenuhi dua sasaran pokok: (1)

sesuai dengan ukuran ekstrim (terbesar atau terkecil) dari anggota tubuh,

dan (2) masih tetap bisa digunakan dengan nyaman untuk ukuran

mayoritas populasi yang lain. Implementasi ukuran ditetapkan untuk

dimensi minimum didasarkan pada nilai “upper percentile” (90-th, 95-th,

atau 99-th), seperti penetapan tinggi/lebar pintu darurat, passage ways,

dll. Untuk dimensi maksimum fasilitas kerja yang ingin dirancang akan

ditetapkan berdasarkan nilai “lower percentile” (1-st, 5-th, atau 10-th) dari

distribusi data antropometri yang ingin dipakai, seperti penetapan jarak

jangkau dari fasilitas kontrol yang akan dioperasikan oleh seorang

operator, dll. Penetapan dimensi maximum/minimum biasanya

menggunakan nilai 5-th dan 95-th percentile.

Design for Adjustable Range. Rancangan bisa dirubah-rubah

ukurannya sehingga cukup fleksibel dipakai oleh setiap orang yang

memiliki bentuk dan dimensi ukuran yang berbeda. Contoh sederhana

adalah dalam rancangan “adjustable automobile seats” (range 5-th s/d 95-

th percentile).

Design for the Average. Rancangan menggunakan ukuran rata-

rata (50-th percentile) dari populasi data antropometri yang ada. Dalam

realitasnya sedikit sekali orang yang memiliki ukuran tubuh rata-rata.

2.5-th %-tiles 97.5-th %-tiles

1.96x

1.96x

95%

2.5%

2.5%

Page 19: KEOMPOK 5 REV

Dalam hal ini rancangan peralatan dibuat untuk orang yang berukuran

rata-rata, sedangkan ukuran yang ekstrim dibuatkan rancangan tersendiri.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Tahapan Proses Penelitian

Secara sistematis, gambaran tahapan proses pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar 3.1.

Page 20: KEOMPOK 5 REV

2. Studi Pendahuluan

Dalam studi pendahuluan ini dilakukan perumusan berbagai

masalah yang muncul sehingga akan didapatkan sebuah pemikiran

yang sistematis untuk membentuk dasar dan kerangka pikir penelitian.

Penelitian awal dilakukan dengan mendapatkan masukan dari sumber

terkait, membaca literatur yang telah ada, hasil penelitian-penelitian yang

telah ada sebelumnya, observasi terhadap objek yang akan dikaji,

wawancara dengan pihak yang terkait, pengambilan gambar serta cara

kerja dari objek itu sendiri.

Pengenalan awal terhadap objek yang akan dikaji ini sangatlah

penting untuk mengetahui karakteristik dari objek tersebut. Dengan

mengetahui karakteristik objek, maka akan didapatkan pemahaman

yang lebih dalam untuk dapat memecahkan permasalahan yang

dihadapi. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi existing

dari sistem itu sendiri sehingga penelitian tidak memberikan solusi

yang salah terhadap permasalahan yang dihadapi.

3. Studi Literatur

Untuk mendukung perumusan masalah dan pengolahan data

pada bab IV diperlukan suatu acuan literatur yang berisi metoda-

metoda dan konsep-konsep. Kutipan konsep dan penggunaan metoda

diperlihatkan pada bagian bab II. Dengan adanya studi literatur ini maka

Page 21: KEOMPOK 5 REV

penelitian akan memiliki dasar yang kuat karena studi yang dilakukan

pada setiap tahap penelitian dalam setiap aspek yang menjadi dasar

pertimbangan dalam semua tahap penelitian harus berdasarkan fakta dan

teori yang validitasnya telah teruji secara empiris, sehingga konsep

yang diajukan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu

studi literatur juga berfungsi untuk mengontrol langkah-langkah

penelitian secara keseluruhan. Secara detail studi literatur ini dapat

dilihat pada daftar pustaka.

Studi literatur yang dipelajari meliputi :

a. Teori atau konsep mengenai ergonomi.

b. Konsep sistem manusia-mesin.

c.Konsep antropometri.

Dalam penelitian ini, ergonomi merupakan bahasan utamanya

karena faktor manusia menjadi dasar utama perancangan yang meliputi

antara lain sistem kerja manusia mesin, antropometri dan persentil.

Dengan mengetahui hasil studi terhadap system manusia-mesin, akan

didapatkan variable-variabel yang harus dimasukkan ke dalam

perancangan yang akan dilakukan. Kemudian dilakukan studi

terhadap dimensi tubuh manusia dihubungkan dengan variabel-variabel

dalam perancangan yang telah didapatkan sebelumnya.

4. Tahap Penelitian

a. Pengumpulan Data

Page 22: KEOMPOK 5 REV

Pada tahap ini dilakukan penentuan data terhadap

teknik dan alat pengumpulan data. Dalam penggunaan manusia

sebagai pusat perancangan, aspek antropometri merupakan

salah satu aspek penting karena perancangan produk harus

sesuai dengan dimensi tubuh penggunanya untuk menciptakan

kenyamanan bekerja. Data antropometri awak KRI Soputan-923

dalam penelitian ini didapatkan dengan cara pengukuran langsung

terhadap pengguna dari alat tersebut.

1). Responden

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan hasil yang

maksimal, maka responden yang digunakan adalah awak

KRI Soputan 923 yang mengoperasikan meriam oerlikon 20

mm.

2). Tempat

Tempat pengambilan data antropometri dilakukan

KRI Soputan-923 yang berlabuh di Armada RI Kawasan

Timur.

3). Peralatan yang digunakan

Alat yang digunakan adalah alat ukur antropometri.

Page 23: KEOMPOK 5 REV

4). Penentuan Dimensi Antropometri Terkait

Manusia memiliki ukuran antropometri yang banyak,

akan tetapi tidak semua ukuran tersebut digunakan dalam

perancangan perbaikan meriam oerlikon. Hanya ukuran-

ukuran yang terkait perancangan meriam oerlikon yang

digunakan dalam penelitian ini.

Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

12. Lebar telapak tangan (Metacarpal)

13. Lebar telapak tangan (Sampai ibu jari)

17. Diameter genggaman ( Maksimum)

5). Prosedur Pengukuran Antropometri

Data antropometri yang ditentukan sebelumnya

untuk diukur kemudian dilanjutkan dengan pengukuran

terhadap responden.

b. Pengolahan Data

Pembuatan data-data bernilai persentil ditujukan untuk dapat

menyajikan data dalam nilai perseratusan. Hal ini sangat

diperlukan untuk mengakomodasi pengguna yang lebih banyak.

Walaupun suatu rancangan tidak dapat memenuhi sejumlah

bagian dari populasi yang bersifat ekstrim, namun rancangan tetap

Page 24: KEOMPOK 5 REV

ditujukan untuk sebagian besar populasi tersebut. Untuk data

yang berdistribusi normal maka perhitungan persentil dapat

dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi normal. Pada

penelitian ini persentil yang digunakan adalah 3 buah persentil yaitu

persentil 5, persentil 50 dan persentil 95.

c Analisis dan Evaluasi

Analisis yang dilakukan meliputi ukuran antropometri

yang digunakan untuk perancangan meriam oerlikon, dengan

memasukkan faktor persentil dan allowance sehingga didapatkan

ukuran yang disarankan.

5 Kesimpulan dan Saran

Sebagai tahap akhir dalam penelitian, maka pada tahap ini

akan ditarik kesimpulan dari hasil evaluasi yang telah dilakukan. Selain

itu juga akan diberikan saran-saran penelitian yang akan dikembangkan

yang berhubungan dengan penelitian ini.

Page 25: KEOMPOK 5 REV

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

1. PengumpulanData

Untuk melakukan suatu evaluasi ergonomis ataupun

perancangan terhadap suatu objek tertentu, maka harus diketahui

terlebih dahulu data awal yang dimiliki oleh objek tersebut, sehingga

pada saat dilakukan evaluasi maupun perancangan, data awal ini

dapat dijadikan acuan analisis terhadap hasil evaluasi maupun

perancangan objek.

a. Data Pegangan Tangan Meriam Oerlikon 20 MM di KRI

Soputan-923

Meriam Oerlikon 20 MM mempunyai dua pegangan

tangan yaitu disebelah kanan dan kiri dengan ukuran yang

sama untuk itu evaluasi pegangan tangan dilaksanakan

terhadap satu pegangan tangan dan berdampak pada

pegangan tangan pada sisi yang lain. Data Pegangan

Tangan meriam Oerlikon 20 MM pada KRI Soputan-923

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut

Tabel 4.1 Ukuran dimensi Pegangan Tangan

No Nama Bagian Ukuran

1 Panjang Pegangan Tangan 6 Cm

2 Diameter Pegangan Tangan 2,5 Cm

Untuk lebih jelasnya, ukuran pegangan tangan Meriam

Oerlikon 20 MM dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :

Page 26: KEOMPOK 5 REV

Gambar 4.1 Ukuran Dimensi pegangan tangan

b. Data Antropometri

Sesuai dengan penjelasannya pada bab sebelumnya bahwa

perancangan pegangan tangan Meriam Oerlikon 20 MM

menggunakan prinsip Human Centered Design, maka data

antropometri sangat diperlukan dalam penelitian ini. Data ini

merupakan data utama yang menjadi konsep penelitian ini.

Sebagai konsep utama penelitian, maka data antropometri harus

disesuaikan dengan penggunanya. Dengan demikian data-data

dimensi personil departemen operasi KRI Soputan-923 adalah

merupakan data antropometri yang akan di ambil. Jumlah

personil yang digunakan 24 orang karena jumlah ini adalah

jumlah keseluruhan dari personil departemen operasi KRI

Soputan-923. Sedangkan data yang diambil merupakan data

antropometri statis untuk berbagai dimensi pengukuran.

6 cm

2,5 cm

Page 27: KEOMPOK 5 REV

Pengukuran dilakukan di KRI Soputan-923. Untuk rekapitulasi data

antropometri yang didapatkan dari pengukuran tersebut dapat dilihat

pada Tabel 4.2 Berikut

Tabel 4.2 Data Antropometri personil Departemen Operasi

NO NAMAUkuran

12 13 171 Legiyanto Lettu (P) 16177/P 87 105 472 Besar Agung W Serma Bah 76045 85 104 463 Sektiadi Serma Nav 76135 90 106 474 Waryo Serka Amo 76164 86 105 465 Udiono Serka Nav 82090 82 101 426 Ali Sadikin Serka Saa 86434 85 103 447 Machmudi Sertu Bah 67315 81 100 408 Eko Febrian Serda Saa 108044 87 106 479 Gino Serda Kom 72529 88 106 4810 Muntholib Koptu Bah 71969 86 106 4611 Edi Priyanto Kopda Bah 76726 89 108 5012 Sunardi Kopda Nav 77479 89 107 4913 Takmad Kopda Bah 85056 91 109 5014 Suyono Wiryo D Kopda Mer 85293 81 100 4015 Hariyanto Klk Bah 90301 90 109 5016 Sumarsono Klk Isy 90474 93 110 5217 Erizal Klk Mer 90420 93 109 4918 Sujadi Klk Bah 92104 81 99 3919 Sujud Kls Mer 95171 92 109 4820 Bruri Supriyatno Kls Saa 96783 84 102 4121 Ariyanto Kls Bah 97465 87 104 4322 Imam Khabib Kls Nav 97571 85 103 4223 Wiharto Kld Bah 105048 85 103 4124 Bagus Setiawan Kld Bah 108344 84 101 40

Keterangan

12 : Lebar Telapak Tangan (Metacarpal)

13 : Lebar Telapak Tangan (Sampai Ibu Jari)

17 : Diameter Gengam (Maksimum)

2. Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan dari hasil pengukuran secara

langsung oleh responden kemudian dilakukan pengujian terhadap data

Page 28: KEOMPOK 5 REV

tersebut sebelum dilakukan pembuatan model mannequin nya. Uji ini

meliputi uji normalitas data, uji keseragaman data, uji kecukupan data

serta perhitungan persentil. Selanjutnya data tersebut dimasukkan ke

dalam software Mannequin Pro untuk membuat model mannequin

personil pengguna kursi cockpit. Pada perangkat lunak ini akan dilakukan

penyesuaian sesuai karakteristik personil penggunanya

a. Uji Normalitas Data Antropometri

Untuk pengujian normalitas data ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan perangkat lunak Minitab 15. Data

berdistribusi normal apabila nilai uji signifikansi Kolmogorov Smirnov

adalah > 0,05. Secara lengkap hasil uji normalitas data ini dapat

dilihat pada gambar 4.2, 4.3, 4.4

Gambar 4.1 Uji Normalitas telapak tangan

Page 29: KEOMPOK 5 REV

Gambar 4.2 Uji Normalitas telapak tangan sampai ibu jari

Gambar 4.3 Uji Normalitas diameter genggam

Page 30: KEOMPOK 5 REV

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas

No Variable Antropometri P value Keterangan

1 Lebar telapak tangan

(metacarpal)

0,150 Normal

2 Lebar telapak tangan (sampai

ibu jari)

0,150 Normal

3 Diameter Gengam (Maksimul) 0,150 Normal

Dari tabel dapat dilihat bahwa p value = 0,150 lebih

besar dari nilai α= 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data

tersebut normal.

b. Uji Keseragaman Data

Setelah dilakukan uji normalitas data dan didapatkan data

yang berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah uji

keseragaman data.

Tabel 4.4 Hasil Uji Keseragaman Data Antropometri

No Data Antopometri BKA BKB Keterangan

1 Lebar telapak tangan

(metacarpal)

2 Lebar telapak tangan

(sampai ibu jari)

3 Diameter Gengam

(maksimum)

Pada perhitungan yang telah dilakukan pada uji

keseragaman data ini didapatkan data bahwa data antropometri

telah memenuhi batasa atas dan batas bawah dari masing-

masing variable antropometri. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa data antropometri tersebut adalah seragam.

Page 31: KEOMPOK 5 REV

c. Uji Kecukupan Data

Pada table 4.5 merupakan perhitungan yang telah dilakukan

berdasarkan yang telah dijelaskan pada landasan teori bab

sebelumnya.

Tabel 4.5 Hasil Uji Kecukupan Data

No. Data Antropometri Jumlah Data Pembulatan1 Lebar telapak tangan

(metacarpal)

2 Lebar telapak tangan

(sampai ibu jari)

3 Diameter Gengam

(Maksimul)

Pada penelitian ini, jumlah responden yang diukur adalah

sebanyak 20 orang. Sedangkan pada table 4.5 terlihat bahwa

jumlah data yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian adalah

lebih kecil daripada jumlah responden yang telah diukur. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa data antropometri yang

telah dikumpulkan telah memenuhi daripada perhitungan jumlah

data yang dibutuhkan.

d. Perhitungan Persentil

Dalam melakukan perhitungan persentil harus ditentukan

jenis persentil yang digunakan. Untuk mengitung panjang

pegangan tangan digunakan upper percentile dari lebar telapak

tangan sampai ibu jari, sedangkan diameter pegangan tangan

menggunakan lower persentile dari data Diameter genggam

maksimum

Page 32: KEOMPOK 5 REV

Untuk menentukan panjang pegangan tangan didapat

dari data Lebar telapak tangan (sampai ibu jari), dari data diatas

dapat diketahui rata rata lebar telapak tangan (sampai ibu jari)

awak KRI Soputan-923 adalah 105 mm, dengan deviasi standar

3,27 maka dengan menggunakan upper persentil 95% panjang

pegangan tangan yang direkomendasikan adalah

105+1,645(3,27) = 110,4 mm

Untuk menentukan diameter pegangan tangan didapat

dari data diameter genggam maksimum. Dari data diatas dapat

diketahui rata rata diameter genggam maksimum adalah 45,3

dengan deviasi standar 3,9 lower persentil 5% maka diameter

pegangan tangan yang direkomendasikan adalah 45,3-

1.645(3,9) = 39 mm

Page 33: KEOMPOK 5 REV

Instruksi revisi :

1. Latar belakang masalah hendaknya dieksplorasi lagi

lebih mendalam agar pembaca memahami motivasi/

dasar pemikiran anda dalam mengangkat kasus yang

diamati. Penjelasan motivasi dapat disertai dengan

gambar pendukung apabila dirasa mampu membantu

penjelasan anda. Anda boleh memasukkan paragraf 1

dan 2 dalam rumusan masalah anda sebagai latar

belakang penelitian.

2. Rumusan masalah langsung disebutkan saja paragraf ke

tiga. Untuk paragraf 1 dan 2 boleh dimasukkan ke latar

belakang.

3. Metodologi penelitian anda sudah sangat bagus, namun

alangkah lebih bagus lagi apabila aspek pengamatan anda

tidak hanya segi anthropometri saja. Cobalah untuk

mengeksplorasi lebih dalam lagi problematika yang muncul,

dan masukkan dalam latar belakang anda!

4.