KENAKALAN REMAJA - revisi_2

21
KENAKALAN REMAJA Disusun untuk memenuhi tugas sebagai prasyarat dalam memenuhi nilai mata kuliah Kesehatan Reproduksi. Dosen pembimbing : Feni Wilarsih S.ST Di Susun Oleh ; Fendi Harif Darul ‘Ulum Ahmad Ridwan Ririn Lailatul . M SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BHAKTI AL-QODIRI JEMBER 2012

Transcript of KENAKALAN REMAJA - revisi_2

Page 1: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

KENAKALAN REMAJA

Disusun untuk memenuhi tugas sebagai prasyarat dalam memenuhi nilai mata kuliah Kesehatan Reproduksi.

Dosen pembimbing :

Feni Wilarsih S.ST

Di Susun Oleh ;

Fendi Harif

Darul ‘Ulum

Ahmad Ridwan

Ririn Lailatul . M

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

BHAKTI AL-QODIRI

JEMBER

2012

Page 2: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan

hidayah-Nya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para

pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman. Tugas makalah yang diberi judul “

Kenakalan Remaja ” ini ialah suatu makalah yang terbentuk dari hasil kerja sama

kelompok dimana tugas ini merupakan prasyarat dari aspek penilaian mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

Dalam penyelesain makalah ini , penulis banyak mengalami kesulitan , terutama

disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi yang didapatkan penulis karena hanya

mengandalkan pengamatan dilingkungan sekitar sebagai bahan penyusun makalah.Pada

akhirnya makalah ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat banyak kekurangan.

Penyusun makalah ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Feni Wilarsih S.ST selaku dosen pengampu mata kuliah kesehatan reproduksi.

2. Teman-teman seperjuangan kelompok 1.

3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu,baik

selama penyusunan tugas ini maupun di luar itu.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-

Nya kepada kita semua , amin.

Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak memiliki

kekurangan.Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun , penulis harapkan

untuk kemajuan masa-masa mendatang.

Harapan penulis semoga penulis tugas karya tulis ini dapat diambil manfaatnya oleh

pembaca.

Penulis

(kelompok satu)

Page 3: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut perkembangan sejarah, manusia tidak pernah berhenti dari kesibukannya,

dari pagi sampai malam anak-anak, orang-orang dewasa dan orang-orang tua sibuk dengan

pekerjaannya masing-masing. Di dalam kesibukan-kesibukan tersebut terjalinlah suatu

hubungan timbal balik di dalam usaha dan memenuhi kebutuhan manusia, atau dapat juga

dikatakan manusia adalah makhluk sosaial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan

bantuan orang lain dalam hidupnya terutama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di dalam kegitan manusia sebagian makhluk social menimbulkan ilmu pengetahuan

sendiri. Termasuk di sini adalah kegiatn manusia untuk mendidik generasi-genarasi

mudanya kepada anak cucunya, di dalam karya mendidik inilah manusia berusaha untuk

mengetahui bagaimanakah proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya, di tinjau dari

konstaelasi sosial. Dimana terjalin karya mendidik itu. Maka disini timbul suatu cabang

ilmu pengetahuan (dari ilmu Jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi social

anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi

sosio kultulir yang terdapt didalam masyarakat dan negaranya.

Kenyataan menunjukan bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat

cepat, maju dan memperlihatkan gejala disintegratif, yang meliputi berbagai bidang

kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial. Seperti : industri, agama,

perkumpulan pemerintahan, keluarga, perkumpulan-perkumpulan dan pendidikan. Masalah

sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan.

Masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam

masyarakat merupakan refleksi maslah-masalah sosial dalam masyarakat.

Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk masalah sosial dalam masyarakat.

Oleh karena itu, penulis mengambil “Gejala Kenakalan Siswa Remaja”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai

berikut :

“Apa saja permasalahan pada dunia pergaulan remaja pada masa sekarang ini dan

bagaimana cara mengatasinya ?”

Page 4: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori

a. Menurut Freedman :

1. Adanya kegoncangan sosial yang disebabkan oleh perubahan masyarakat ke arah

industri modern disertai adanya kemajuan teknologi.

2. Mobilitas yang semakin besar dan urbanisasi ke kota-kota besar sebagai pusat industri

tersebut.

b. Menurut Cloward dan Ohlin: (berdasarkan teori Merton)

Kenakalan remaja kemungkinan besar timbul bila beberapa kelompok dalam masyarakat

tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan budayanya. Ketidak adilan dalam kesempatan

mencapai tujuan budaya tersebut, terutama berkisar pada pendapatan finansial, mendorong

anak-anak dari kelas bawahan untuk melakukan tindakan kriminal, memasuki kelompok

“gang” yang siap tempur atau menarik diri dari realitas yang pahit dengan minum obat-

obat narkotika.

c. Menurut Friedenberg

Kenakalan remaja sering dihubungkan dengan kegagalan sekolah. Anak-anak yang berhasil

sekolahnya, umumnya adalah anak-anak yang mampu membuat sekolahan sebagai pusat

dari kehidupan berkelompok seusia (peer group life) disamping mendapatkan informasi

dan pengetahuan.

e. Menurut Y.M Uttamo Thera, kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal

sebagian di antaranya adalah:

1. Pengaruh teman sepermainan : di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah

merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka

di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas.

Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat

bahkan mungkin pusat, ataupun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang,

pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga

pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman

bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah “semu” sifatnya.

Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan

nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang

Page 5: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal

ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila

timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada

narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.

2. Pendidikan : memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas

orangtua kepada anak. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah

sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola

sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama yang telah diperoleh anak

di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang

benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18

tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi.

Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak

berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat

anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam

masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya

memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak

jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak

yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang

kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin

bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-

senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna

obat-obat terlarang.

3. Penggunaan waktu luang : kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan

sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak

ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan

timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si

remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun,

jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali

perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk

mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian

lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan

sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah

salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa

lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.

Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena

dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya

Page 6: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi

oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja,

akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus.

Tersesat.

4. Perilaku seksual : pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang

mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang

dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra

tanpa mempedulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak

awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang

membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk

mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat

berbeda dengan pengertian pacaran 15-20 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak

remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak

hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya

ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya

harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan

kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.

Page 7: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

2.2 WOC

Gan

ggua

n se

nsor

i

Page 8: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

2.3 Konsep Asuhan keperawatan

I. Pengkajian.

1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-

obat.

2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.

3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam

hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,

ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,

hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan

atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada

bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.

7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku

kuduk, kejang, paraplegia.

8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu

pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,

inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,

13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

II. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola

hidup yang beresiko.

2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya

infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,

malnutrisi, kelelahan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

5. Diare berhubungan dengan infeksi GI

Page 9: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang

orang dicintai.

Page 10: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

III. Perencanaan keperawatan.

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi Rasional

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.

2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.

3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.

4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.

5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan dini

Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi

Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.

1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.

2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini

Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain

Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan

Page 11: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

kebutuhan metabolik

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.

1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.

2. Monitor BB, intake dan ouput

3. Atur antiemetik sesuai order

4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut

Menentukan data dasar

Mengurangi muntah

Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien

Diare berhubungan dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,

1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.

2. Auskultasi bunyi usus

3. Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order

4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside

Mendeteksi adanya darah dalam feses

Hipermotiliti mumnya dengan diare

Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal

Untuk menghilangkan distensi

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif

1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.

Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas

Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.

Page 12: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Timbulnya Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh bebera hal, sebagai sebagian diantaranya:

1. Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis diri remaja memungkinkan terjadinya dua

benytuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan dan konsistensi dalam kehidupannya.

Kedua, tercapainnya identitas peran. Kenalakan remaja terjadi karena remaja gagal

mencapai masa integrasi kedua.

2. Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat

diterima dengan tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi

mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa

mengembangkan control diri untuk bertingkahlaku sesuai dengan pengetahuannya.

3. Keluarga

Percerian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau

perselisihan anntar anggota keluarga bisa memicu perilaku negataif pada remaja.

Pendidikan yang salah di keluargapun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak

memberikan pendidikan agama atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi

penyebab kenakalan remaja.

4. Teman sebaya yang kurang baik

Pengaruh teman sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk, apabila

dibungkus dengan segunpal daun, maka daun itupan akan berbau busuk, sedangkan bila

sebatang kayu cendana di bungkus dengan selembar kertas, kertas itupun akan wangi

baunya. Perumpamaan ini merupakan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam

membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja berhati-hati dan bijaksana

dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan

kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak

dikemudian hari akan banyak masalah bagi dirinya sendiri dan orang tuanya.

5. Pendidikan

Memberikan pendidikan yang sesuai dengan anak adalah merupakan salah satu

tugas orang tua kepada anak, maka pilihkan lah sekolah yang bermutu. Namun, masih

sering terjadi dalam masyarakat, orang tua memaksanakan kehendaknya, agar di masa

Page 13: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

depan anaknya memilih fropesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orang tua.

Pemaksaan ini justru kan berakhir dengan kekecewaan, sebab, meski memang sebagian

anak yang berhasil mengikuti kehendak orang tua tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang

kurang berhasil dan kemudain kecewa, frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama

sekali. Mereka mudah pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal

waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

6. Penggunaan waktu luang

Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar

usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan.

Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak pada sisi remaja akan timbul

gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila bentuk

kegiatan itu positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan

kegiatan yang negative maka lingkungan akan tergangu. Seringkali perbuatan negative ini

hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak

jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya, perhatian yang

diharapkan dapat berasal dari orang tuanya maupun teman seperjuangannya.

Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu

bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu

malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat bius, dan sebaginya.

7. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik

3.2 Cara-Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, yaitu sebagai

berikut :

1.Kegagalan menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau

bisa diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak

mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik,

juga mereka berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

2. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang

harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.

3. Kehidupan beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian

sosila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka akan

menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga

yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan

melalukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.

Page 14: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

4. untuik menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk

mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan

kesibukan dan mempercfayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja.

Pemberian tanggungjawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-

ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan

memberikan tanggungjawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak

“Keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan

kewajiban serta tanggungjawab dalam ruamh tangga. Mereka dilatih untuk disiplin

serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain

itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasab teman yang baik.

5. Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan

sesuai dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. Tetapi apabila anak tersebut tidak

ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya

bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihanya. Sedangkan hobi

adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai.

6. Mengisi waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain

membutuhkan materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang

tuanya. Oleh karena itu. Waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan

keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan dapat berupa melakukan berbagai

bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, catur dan lain sebagainya.

Selain itu, dapat pula berupa tukar pikiran berbicara dari hati ke hati, misalnya makan

malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Kegiatan keluarha ini hendaknya

dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.

7. Remaja hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua

memberi arahan arahan di komunitas nama remaja harus bergaul.

8. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman-

teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Page 15: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Page 16: KENAKALAN REMAJA - revisi_2

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Abu Ahmadi. (2004). SOSIOLOGI PENDIDIKAN Jakarta: Rineka Cipta

Drs. Kuswanto, M.M. Bambang Siswanto, S.H. (2003). SOSIOLOGI Solo: PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri

H4b13’S Weblog. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KENAKALAN REMAJA

http://www.anakciremai.com/2009/07/gejala-kenakalan-siswa-remaja-akhir_20.htm diakses

sabtu tgl 21 april 2012-04-22