Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men -...

18
1 Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men ChanCT Juni 2014 Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa Tian An Men itu, bisa juga dikatakan “REVOLUSI WARNA” yang gagal. Sangat jelas gerakan awal 4 Juni itu adalah satu gerakan yang dipelopori mahasiswa polos dan jujur, merasa tidak puas melihat pejabat-pejabat korup sesaat setelah Deng menjalankan politik “Reformasi dan Keterbukaan” tahun 1980. Aksi-aksi demonstrasi dimulai dengan demonstran berkabung dengan meninggalnya Ketua PKT, Hu Yaopang, yang dianggap bapak DEMOKRASI di RRT. Sayang para pemimpin Gerakan 4 Juni kurang waspada kemungkinan ditunggangi kekuatan asing, khususnya CIA. Mereka tidak menyadari bahwa masalah Korupsi dan dekadensi kehidupan borjuis adalah kenyataan dari perkembangan masyarakat yang alamiah dan memang sangat sulit, atau bahkan TIDAK MUNGKIN dihindari! Perjuangan melawan korupsi adalah perjuangan jangka panjang, keadaan akan menjadi lebih baik seiring dengan peningkatan budaya, kesadaran massa rakyat luas dan ditegakkannya systim dan HUKUM dinegara itu. Tidak bisa terburu nafsu hendak meemberantas KKN dalam sekejab saja, sekalipun katakanlah Gerakan 4 Juni itu berhasil merebut kekuasaan, KKN itu juga akan tetap muncul dan berkembang terus, bahkan bisa saja justru tokoh-tokoh itu jadi koruptor terbesar! Ditingkat perjuangan sekarang ini, dimana kapitalis baru tumbuh, massa rakyat hanya bisa menuntut pemerintah yang berkuasa bertindak tegas gebuk KORUPTOR, khususnya koruptor-kakap, berlakukan sanksi HUKUM yang adil! Jangan biarkan KKN merajalela sampai merusak pertumbuhan ekonomi nasional dan jangan membiarkan kesejahteraan rakyat banyak tidak terangkat, ... kesejahteraan rakyat harus terangkat dengan baik seiring dengan kemajuan ekonomi nasional. Ini pertama. Kedua, pemimpin gerakan 4 Juni itu tidak memperhatikan dimana aksi-tuntutan mereka terus meningkat menjadi menyasar PM Li Peng dan Deng Siaoping, lebih lanjut hendak menggulingkan “Diktatur Proletariat”, “Kekuasaan Partai Tunggal”, ... kalau sudah “MEREBUT KEKUASAAN” menjadi TUJUAN mereka, dengan sendirinya para pemimpin gerakan harus mempunyai strategi dan taktik, TIDAK main seruduk hantam-kromo begitu! Sudah harus memperkirakan kekuatan sendiri sampai dimana kemampuan melawan pemerintah yang berkuasa! Tindakan mereka tidak mempedulikan “Keadaan Darurat” yang diberlakukan sejak 20 Mei 1989, kalian masih

Transcript of Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men -...

Page 1: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

1

Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men

ChanCT Juni 2014

Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa Tian An Men itu, bisa

juga dikatakan “REVOLUSI WARNA” yang gagal. Sangat jelas gerakan awal 4 Juni

itu adalah satu gerakan yang dipelopori mahasiswa polos dan jujur, merasa tidak puas

melihat pejabat-pejabat korup sesaat setelah Deng menjalankan politik “Reformasi

dan Keterbukaan” tahun 1980. Aksi-aksi demonstrasi dimulai dengan demonstran

berkabung dengan meninggalnya Ketua PKT, Hu Yaopang, yang dianggap bapak

DEMOKRASI di RRT.

Sayang para pemimpin Gerakan 4 Juni kurang waspada kemungkinan ditunggangi

kekuatan asing, khususnya CIA. Mereka tidak menyadari bahwa masalah Korupsi dan

dekadensi kehidupan borjuis adalah kenyataan dari perkembangan masyarakat yang

alamiah dan memang sangat sulit, atau bahkan TIDAK MUNGKIN dihindari!

Perjuangan melawan korupsi adalah perjuangan jangka panjang, keadaan akan

menjadi lebih baik seiring dengan peningkatan budaya, kesadaran massa rakyat luas

dan ditegakkannya systim dan HUKUM dinegara itu. Tidak bisa terburu nafsu

hendak meemberantas KKN dalam sekejab saja, sekalipun katakanlah Gerakan 4 Juni

itu berhasil merebut kekuasaan, KKN itu juga akan tetap muncul dan berkembang

terus, bahkan bisa saja justru tokoh-tokoh itu jadi koruptor terbesar! Ditingkat

perjuangan sekarang ini, dimana kapitalis baru tumbuh, massa rakyat hanya bisa

menuntut pemerintah yang berkuasa bertindak tegas gebuk KORUPTOR, khususnya

koruptor-kakap, berlakukan sanksi HUKUM yang adil! Jangan biarkan KKN

merajalela sampai merusak pertumbuhan ekonomi nasional dan jangan membiarkan

kesejahteraan rakyat banyak tidak terangkat, ... kesejahteraan rakyat harus

terangkat dengan baik seiring dengan kemajuan ekonomi nasional. Ini pertama.

Kedua, pemimpin gerakan 4 Juni itu tidak memperhatikan dimana aksi-tuntutan

mereka terus meningkat menjadi menyasar PM Li Peng dan Deng Siaoping, lebih

lanjut hendak menggulingkan “Diktatur Proletariat”, “Kekuasaan Partai Tunggal”, ...

kalau sudah “MEREBUT KEKUASAAN” menjadi TUJUAN mereka, dengan sendirinya

para pemimpin gerakan harus mempunyai strategi dan taktik, TIDAK main seruduk

hantam-kromo begitu! Sudah harus memperkirakan kekuatan sendiri sampai dimana

kemampuan melawan pemerintah yang berkuasa! Tindakan mereka tidak

mempedulikan “Keadaan Darurat” yang diberlakukan sejak 20 Mei 1989, kalian masih

Page 2: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

2

saja BERTAHAN di lapangan Tian An Men, itu sudah menjurus memaksa Pemerintah

menerima tuntutan mereka dengan kekerasan. Pemerintah sudah cukup demokratis,

masih memberi mentoleransi membiarkan demonstran tetap berada dilapangan Tian

An Men. Setelah pemerintah keluarkan ultimatum dateline tgl. 4 Juni malam harus

menyingkir, meninggalkan lapangan Tian An Men, ... para pemimpin Gerakan 4 Juni

masih memberi Perintah “BERTAHAN”, “MENERUSKAN PERJUANGAN” dilapangan

Tian An Men, adalah satu keputusan GEGABAH yang sangat TIDAK

BERTANGGUNGJAWAB! Menjadi lebih tidak bertanggungjawab, ternyata tidak

seorangpun dari pimpinan utama Gerakan 4 Juni itu berada di lapangan Tian An Men.

Setidaknya, pimpinan harus memperhitungkan pada saat Tentara datang menggusur,

bagaimana jalan mundur kalau memang sudah tidak bisa bertahan, memimpin massa

demonstran mundur menyingkir biar SELAMAT. Gerakan sudah berada dititik

puncak kritis, pemimpin mutlak harus mempertimbangkan jalan mundur yang baik,

menemukan alternatif lain yang terbaik jangan sampai jatuh korban.

Atau memang Pimpinan Gerakan 4 Juni sudah SEPAKAT dengan pemikiran yang

diteriakkan Chai Ling, salah seorang pimpinan utama dilapangan Tian An Men: “Biar

kita tuntut menggulingkan Pemerintah yang berkuasa dengan puluhan ribu massa

demonstran mengalirkan darah!” Sungguh satu teriakkan yang sangat sadis dan

biadab, ... jelas hati iblis yang bicara! Padahal, dari beberapa tulisan di internet yang

bisa saya ketahui, pada saat Wu Er Kaisi dan Wang Dan kembali dari pertemuan

dengan PM Li Peng sudah berkeputusan sore hari itu (tgl. 4 Juni), menyingkir bersih

dari lapangan Tian An Men. Tapi, begitu sampai dilapangan Tian An Men, keputusan

berubah jadi BERTAHAN, meneruskan perjuangan di lapangan Tian An Men! Karena

ternyata Chai Ling Ketua Gerakan di lapangan, kedatangan rombongan pendukung

dari Partai Demokrat Hongkong, yang membawa sejumlah besar dollar dan

tenda-kemah, ... malam itu para pemimpin gerakan dijamu makan-direstoran jadi

tidak seorangpun berada dilapangan. Dan oleh karenanya, dari 6 pimpinan utama

Gerakan 4 Juni itu, tidak seorangpun namanya termasuk daftar orang yang jatuh

korban, ...! Semua SELAMAT dan berhasil menyingkir ke luar negeri, khususnya AS.

25 tahun telah lewat, tapi tidak seorangpun dari pimpinan Gerakan 4 Juni itu

membuat kesimpulan yang baik atas KEGAGALAN mereka! Mengapa dan dimana

KESALAHAN mereka! Kerjanya hanya bisa berteriak memaki pemerintah RRT

berdarah dingin, melakukan kekejaman kemanusiaan, menggunakan golok memancung

ayam, tank-tank melindas demonstran jadi daging-cincang, ... lebih 20 ribu

demonstran mati terbunuh! Mereka tidak juga bisa berbalik pikir, kalau pemerintah

RRT tidak tegas menggusur demonstran dari lapangan Tian An Men, apa akhirnya

Page 3: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

3

tidak roboh? Daripada RRT roboh dan kekuasaan komunis jatuh ketangan kekuasaan

nekolim, tentu lebih baik mempertahankan kekuasaan komunis Tiongkok dengan

segala kekurangan dan kesalahan yang ada. Setidaknya kesalahan dan kekuarangan

yang ada pada Pemerintah bisa berangsur-angsur diperbaik. Dan kenyataan selama

25 tahun ini RRT masih nampak bisa maju terus lebih baik dan lebih kuat lagi.

Kenyataan ini tentunya membuktikan, Pemerintah RRT yang benar dan Gerakan 4

Juni yang SALAH! Gerakan 4 Juni itu yang pantas dihujat, tidak perlu direhabilitasi!

Korban jatuh sepenuhnya tanggungjawab Pimpinan Gerakan 4 Juni! Makin besar

korban yang mereka komplain, ketua Wu Er Kaisi menyatakan lebih 20 ribu, berarti

makin besar tanggungjawab mereka! Sebagaimana pernyataan Wu Er Kaisi sendiri

saat wawancara dengan wartawan majalah “Mingguan Asia”, “Selalu dirundung

perasaan bersalah dan berdosa, sampai tidak berani menghadap Wang Zhilin, ibu

salah seorang korban”. “Barangkali anaknya tidak jatuh korban seandainya tidak

mendengarkan seruan propaganda saya!” . Benar Wu Er Kaisi, seandainya saja kalian

sekembali ke lapangan Tian An Men sore hari 4 Juni itu, tetap bertahan

memerintahkan menyingkir dari lapangan Tian An Men, tidak akan terjadi jatuh

korban! Tidak akan ada Peristiwa Tian An Men 4 Juni itu! Tidak perlu gagal dan

terjadi “Revolusi Warna” yang ditunggangi CIA-AS itu!

Dan, ... seandainya saja kalian memang mempunyai TUJUAN menggulingkan

kekuasaan KOMUNIS, lakukanlah perjuangan itu dengan menyusun kekuatan lebih

baik. Tidak asal seruduk tanpa memperhitungkan kemungkinan bisa berhasil tidak

dan tanpa mempedulikan berapa besar korban akan jatuh! Inilah KESALAHAN dan

DOSA terbesar Gerakan 4 Juni dan KORBAN yang jatuh itu merupakan

tanggungjawab kalian, semua pemimpin utama Gerakan 4 Juni! Jangan hanya

berteriak menyalahkan Pemerintah RRT yang menggusur demonstran!

Salam,

ChanCT

Page 4: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

4

---------- Pesan terusan ----------

Dari: Darwin Iskandar Darwin

Tanggal: 9 Juni 2014 14.19

Subjek: PERISTIWA TIANANMEN 4 JUNI 1989 : REVOLUSI WARNA YANG GAGAL!

PERISTIWA TIANANMEN 4 JUNI 1989 :

REVOLUSI WARNA YANG GAGAL!

Membaca tulisan Bung Chan CT tentang “Peristiwa Tian Anmen” dibawah ini, saya

jadi teringat dengan peristiwa-peristiwa besar lainnya seperti penggulingan

penguasa dan penghancuran negara-negara Sosialis di Eropa Timur dan Uni Soviet,

peristiwa politik yang menghancurkan negara Pakta Warsawa di Yugoslavia tahun

2000, Revolusi Warna (Revolusi Putih-Operation ajax di Iran tahun 1953, Revolusi

Kuning-Rebolusyong EDSA ng di Filipina tahun 1986, tahun 1989 di Cekoslowakia,

tahun 1990 di Nikaragua, Singing Revolution tahun 1987-1992 di Baltik, Bulldozer

Revolution di Serbia tahun 2000, Revolusi Oranye di Ukraina tahun 2002, Revolusi

Mawar di Tbilisi-Georgia tahun 2003, Revolusi Tulip di Kyrgistan tahun 2005,

Revolusi Cedar di Lebanon tahun 2005, Revolusi Hijau yang gagal di Iran tahun 2009,

dan belakangan ini terjadi kembali di Ukraina), gerakan Musim Semi Arab dan Jalur

Sutra (Timur Tengah dan Afrika Utara) : Jasmine Revolution tahun 2010-2011 di

Tunisia, Kefaya di Mesir tahun 2011 dan Revolusi Warna yang masih berlangsung di

Venezuela dari April 2002, Revolusi Hijau-YOX sejak tahun 2005 di Azerbaijan,

Revolusi Saffron di Burma tahun 2007, Revolusi Hijau di Iran sejak tahun 2009, di

Suriah tahun 2011, Bulgaria sejak Juni 2013.

Tidak semua peristiwa-peristiwa politik tersebut berhasil, misalkan saja : Jerman

Barat 17 Juni 1953, Hongaria tahun 1953, Musim Semi Praha di Cekoslowakia tahun

1968, Lapangan Tiananmen Tiongkok tahun 1989, Aurochs Belarusia tahun 2001,

Bolga Uzbekistan tahun 2005, Denim Revolution-Vasilykovaya Revolution di Belarus

tahun 2006, Revolusi Podsnezhnikov di Armenia tahun 2008, Revolusi

Kirpichey/Kafelyana di Moldova tahun 2009 dan Revolusi Snezhnaya/hipsterov

Myatezhom di Rusia tahun 2011/2012.

Peristiwa-peristiwa politik tersebut diatas tentu saja biang keladinya adalah

Neokolonial-imperialisme (bahasa gampangnya adalah penjajahan model baru) dan

biasanya operasi-operasi kerja mereka lewat agen-agen intelijen seperti via CIA dan

peran LSM skala internasional yakni National Endowment for Democracy (NED),

Page 5: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

5

Freedom House, Albert Einstein Institute, International Republic Institute dan

LSM “seribu proyek” lainnya milik Pentagon yang dibiayai Kongres AS hingga

jutaan dolar per tahun serta dari Uni Eropa misalkan saja Balkan Trust for

Democracy, Yayasan Anak dan Remaja Balkan dan Friedrich Nauman-Stiftung

Jerman, bekerjasama dengan LSM-LSM lokal yang pendanaannya amat

tergantung dari yayasan swasta seperti Ford, Rockefeller, McArthur, Tides, dsb.

Tujuannnya adalah menggulingkan kekuasaan yang sudah dianggap tidak efektif dan

efisien lagi atau penguasa yang tidak mau tunduk dibawah kaki

Neokolonial-imperialisme yang tidak mau menyerahkan pasar mereka, buruh yang

murah, ekspor kapital untuk bahan baku yang murah sebagai salah satu basis dari

imperialisme dan membuka diri agar kapital-finansial dari kapital monopoli

internasional bermahakuasa dan merajalela.

Lucunya, Neokolonial-imperialisme dalam peristiwa-peristiwa politik diatas

belakangan ini cenderung mendukung kelompok-kelompok neokonservatif seperti

Svoboda (nama resmi mereka adalah Partai Sosial-Nasionalis Ukraina) dan sektor

kanan lainnya di belahan dunia lainnya seperti Al-Nursra di Suriah, faksi Al-Qaeda di

seluruh dunia, al-Shabaab di Somalia bahkan peristiwa penculikan gadis-gadis dan

perbudakan seks di Nigeria yang dilakukan oleh Boko Haram merupakan bagian dari

rekayasa konflik yang dilakukan oleh Neokolonial-imperialisme untuk

mengkonsolidasikan kontrol asing atas kekayaan sumber daya alam yang besar di

Nigeria. Neokolonial-imperialisme juga mendukung kelompok-kelompok

ultrakonservatif, seperti belakangan ini, Barack Obama telah memutuskan untuk

menghidupkan kembali hubungan dengan Raja Abdullah dari Kerajaan Arab Saudi. Ini

adalah mata rantai yang besar dan saya tidak terkejut dengan kebijakan dari

Neokolonial-imperialisme ini baik di Suriah, Ukraina, Venezuela, maupun Thailand.

Apa yang mereka lakukan adalah sama yaitu mereka mendukung pemerintah atau

kelompok ultrakonservatif.

Motor gerakan dari peristiwa-peritiswa besar tersebut diatas biasanya adalah

pemuda, mahasiswa dan LSM dengan tuntutan-tuntutan mereka yang berkisar pada

isu-isu tentang “demokratisasi, HAM, korupsi, kemiskinan, akuntabilitas dan lain

sebagainya” untuk mengelabui Rakyat agar ikut terlibat dalam peristiwa-peristiwa

politik tersebut. Logo “tangan mengepal dan kepalan tinju”, slogan “perlawanan tanpa

kekerasan”, strategi-taktik gerakan yang bersumber dari bukunya Gene Sharp

“From Dictatorship to Democrarcy – Dari Penguasa Diktatur menuju Demokrasi”.

Buku tersebut menjadi buku wajib dan menjadi kurikulum yang diajarkan oleh Center

for Applied Non Violent Action and Strategies (CANVAS) dengan melatih

Page 6: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

6

tokoh-tokoh demonstran di 37 negara, yaitu Korea Utara, Belarusia, Zimbabwe,

Tunisia, Mesir, Yaman, Bahrain, Suriah, Iran, dan negara lainnya serta mungkin saja

dari Indonesia dan saya yakin itu haqul yakin seribu yakin.

Apakah dalam peristiwa penggulingan rezim Suharto, Neokolonial-imperialisme juga

ikut terlibat dan membekingi dibelakangnya? Dengan tergulingnya rezim Suharto

yang sudah tidak efektif dan efisien lagi bagi Neokolonial-imperialisme--seperti

halnya rejim boneka lainnya yakni Husni Mubarok di Mesir--dimana pundi-pundi upeti

yang harus diserahkan kepada Neokolonial-imperialisme sudah berkurang maka

Indonesia seperti “keluar dari mulut buaya masuk ke mulut singa”, keluar dari rejim

Suharto masuk ke dalam cengkeraman rejim Neoliberal. Bukan berarti saya bersikap

bagaikan kaca terhempas ke batu dengan tumbangnya rejim penjual negeri dan

bangsa kita ini. Tidak! Justru disitulah kita bisa lihat dan pelajari dengan seksama

bahwa Neokolonial-imperialisme amatlah lihai dalam mengelabui dan memperdaya

suatu negeri agar tetap jatuh dibawah cengkeraman dan genggamannya. Dengan

mengingat kembali peristiwa tersebut, kita bisa belajar bagaimana sepak terjang

neokolonial-imperialisme mengoyak-ngoyak suatu negeri dengan senjata divide et

impera-nya agar maksud dan tujuan mereka tetap bisa berjalan yaitu merampok

negeri kita dan negeri-negeri lainnya.

Terakhir, saya jadi teramat yakin dengan tulisannya Mohamad Sobary yang berjudul

“Aspirasi Kita Tentang pemimpin Bangsa” tentang Amien Rais dalam Koran SINDO

tanggal 25 Juni 2012, “Lebih baik jadikan saja agenda internal. Panggil Amien Rais

yang telah dengan gemilang berhasil meliberalisasi konstitusi kita, yang membikin

kita jadi bangsa budak macam ini. Secara moral, politik, ekonomi, kebudayaan di sini

dan di dalam hidup yang kelak pasti datang, dia harus bertanggung jawab. Dia tahu,

dalam segala hal Tuhan tak main-main”. Tentu saja bukan hanya Amien Rais saja yang

harus diminta pertanggungjawabannya tetapi juga elemen-elemen lainnya yang telah

mendorong negeri kita ini masuk kedalam mulut Neoliberalisme. Itulah yang harus

kita jadikan musuh bersama sekarang ini : sisa-sisa rejim Orde Baru yang masih

bergentayangan di sana sini, neoliberalisme dan anasir-anasir fundamentalis kanan.

Kalian pun sudah tahu siapa-siapa saja mereka itu dan sialnya mereka sudah ada

dimana-mana dan tidak kemana-mana.

Sulitkah kita melawan mereka? Saya yakin apabila bara yang digenggam biar sampai

menjadi arang, sesuatu yang sukar apabila dikerjakan dengan penuh kesabaran maka

keberhasilan bisa dicapai!

Page 7: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

7

Renungan Malam 4 Juni

ChanCT, 4 Juni 2009

Tepat 20 tahun yl. 4 Juni 1989, dunia digemparkan dengan apa yang dinamakan

Peristiwa Tian An Men, Beijing. Peristiwa berdarah yang dikatakan telah menindas

Gerakan Demokrasi Mahasiswa. Satu Peristiwa Berdarah yang tidak bisa dilupakan

dan akan diingat terus dari satu generasi ke-generasi berikut. Begitulah sekalipun

sudah lewat 20 tahun, di Hong Kong setiap tahun diperingati dengan Malam-Lilin di

Victoria Park, dan tahun ini pecahkan rekor dengan diikuti lebih 150 ribu orang.

Sedang di Washington juga selenggarakan Peringatan “Pembantaian” yang dilakukan

Pemerintah TIongkok. Wang Dan, salah seeorang tokoh Gerakan 4 Juni dengan

garang mengatakan: "Kami menghimbau generasi pembantaian 1989, baik di Cina

maupun di luar negeri, mereka yang lahir sebelum dan sesudah kami untuk

bekerjasama menyatukan kekuatan, … meneruskan perjuangan demokrasi dan

menuntut merehabilitasi Gerakan 4 Juni"

Selama 20 tahun ini, pihak Gerakan 4 Juni hanya berteriak jangan lupakan hari

berdarah itu, menuntut Demokrasi, Demokrasi, Demokrasi, … itulah perjuangan yang

harus dilanjutkan dan tentunya juga, menuntut Pemerintah Tiongkok “merehabilisti

Gerakan 4 Juni!” Sebaliknya Pemerintah Tiongkok lakukan pengawasan ketat

dihari-hari menjelang 4 Juni di lapangan Tian An Men, tidak mengijinkan

tokoh-tokoh Gerakan 4 Juni memasuki wilayah Tiongkok kembali, termasuk Hong

Kong dan Macau. Begitulah mantan ketua Gerakan 4 Juni, Wu Er Kai-Xi yang

sekarang menetap di Taiwan, ditolak masuk Macau dan dipulangkan ke Taiwan tgl. 3

Juni hari itu. Sedang pejabat-pejabat, termasuk pejabat Pemrerintah Hong Kong,

menjadi tidak berani bersikap tegas, tidak mau menyalahkan juga tidak berani

membela keharusan gunakan kekerasan untuk menggusur demonstran dari Lapangan

Tian An Men.

Sebenarnya ada 2 pertanyaan mendasar yang patut kita renungkan bersama:

1. Tindakan TPRT (Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok) yang menggusur

Mahasiswa + Buruh di lapangan Tian An Men tgl. 4 Juni subuh itu

merupakan Pembantaian atau Melindungi Ketentraman dan Keselamatan

Negara?

2. Siapa sesungguhnya yang tidak DEMOKRATIS, Pemerintah Tiongkok

atau Gerakan 4 Juni?

Page 8: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

8

Mari kita coba melihat latar belakang terjadinya Gerakan 4 Juni tahun 1989 itu.

“Perang-Dingin” didunia sedang menanjak sampai puncaknya, negara Sosialis Eropah

Timur mulai ambruk, Presiden AS Reagan 12 Juni 1987 sempat menyerukan agar

Gobarchev, PM USSR ketika itu meruntuhkan Tembok Berlin dan dilaksanakan pada

November 1989, sedang USSR sendiri juga buyar ditahun 1991. Jadi, tidak aneh

kalau Gerakan 4 Juni di Tian An Men juga ditunggangi kekuatan untuk menjatuhkan

Pemerintah Tiongkok.

Sedang Tiongkok sendiri yang ditahun 78 baru saja mulai laksanakan politik

pintu terbuka. Untuk mengejar ketinggalan pembangunan ekonomi, Tiongkok mulai

melaksanakan reformasi dan demokrasi dibidang ekonomi, memperkenankan

sementara orang kaya lebih dahulu. Tidak hanya memperkenankan kapitalis-kapitalis

domestik hidup dan tumbuh, tapi juga mengundang masuk penanaman modal asing.

Seiring dengan kapitalis tumbuh dengan maraknya dan masuknya modal asing, tidak

ayal langgam-langgam kehidupan dekaden juga mempengaruhi kehidupan pejabat-

pejabat Pemerintah dari bawah sampai keatas. Khususnya korupsi yang merajalela.

Terjadi kesenjangan sosial sangat tajam, perbedaan kaya dan miskin menimbulkan

ketidak puasan dalam masyarakat. Para mahasiswa Beijing berdiri dibarisan

terdepan membawakan suara kemarahan masyarakat. Menuntut Pemerintah

laksanakan demokrasi, menghapuskan kekuasaan Partai tunggal, dan tentunya juga, ...

ganyang koruptor. Mereka sejak tgl. 15 April 1989 sudah turun ke lapangan Tian An

Men lakukan demonstrasi dengan gunakan momentum Rapat Belasungkawa Sekjen

PKT, Hu Yao Bang.

Diawal demonstrasi yang dilakukan Mahasiswa di Beijing yang hanya 10 ribu

orang lebih, kemudian dari hari kehari dapatkan simpati dari Buruh dan masyarakat

luas juga dari luar kota Beijing. Massa demonstran juga berdatangan dari Tian Jin,

Shanghai, Nanjing, Wuhan bahkan juga Hong Kong. Aksi mogok makan dilancarkan

dan berhasil dapatkan simpati massa, lebih-lebih setelah subuh tgl. 19 Mei, Zhao Zhi

Yang datang kelapangan Tian An Men, menunjukkan rasa simpati mendalam pada

massa, dengan menghimbau agar pemuda mahasiswa bisa mengakhiri mogok-makan,

meninggalkan lapangan Tian An Men dan kembali masuk sekolah. Ternyata himbauan

Sekjen PKT Zhao Zhi Yang itu bukan saja tidak dihiraukan, bahkan sebaliknya

bagaikan mengguyur minyak pada api. Massa demonstran seperti merasa dapatkan

dukungan kuat dari Zhao Zhi Yang, bertambah banyak massa berduyun tumpah

memenuhi lapangan Tian An Men ikut berdemonstrasi di akhir Mei-awal Juni 1989.

Page 9: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

9

Melihat suasana tambah gawat, Pemrintah Tiongkok pada tgl. 20 Mei terpaksa

memberlakukan “Keadaan Darurat” bagi kota Beijing, mengeluarkan perintah agar

massa segera menyingkir keluar dari lapangan Tian An Men. Perintah “Keadaan

Darurat” ternyata juga tidak digubris, Aparat Keamanan kota Beijing seolah-olah

menjadi “tidak berdaya” menghadapi aksi demonstrasi Mahasiswa Gerakan 4 Juni

yang berjumlah ratusan ribu itu.

23 Mei, aksi demonstrasi ditingkatkan dengan pawai jutaan massa memenuhi

jalan-jalan kota Beijing sampai lapangan Tian An Men. Seruan dan teriakan para

demonstrasi tidak hanya “Ganyang dan gulingkan PM Li Peng dan Deng Xao-ping”, tapi

juga sudah meneriakkan “Da Dao Zhong Guo Gong Chan Dang” (= Gulingkan Partai

Komunis Tiongkok). Bahkan tidak kalah kerasnya orang juga meneriakkan “Zhong Guo

Guo Min Dang Wan Shui!” (Hidup Partai Nasional Tiongkok).

Sedang Partai Demokrat di Hong Kong, untuk berkordinasi dan memberikan

dukungan kuat pada Gerakan 4 Juni itu, menyelenggarakan acara “Suara Demokrasi

Dipersembahkan Tionghoa”, dengan tak tertinggal nyanyikan lagu “Wo Shi Zhong Guo

Ren” (=Saya orang Tiongkok); “Long De Chuan Ren” (= Turunan Naga) dan “Xue Ran

De Feng Cai” (= Wajah Anggun Berlumuran Darah), dan malam itu berhasil kumpulkan

donasi ratusan juta HKDollar untuk diserahkan Gerakan 4 Juni di Lapangan Tian An

Men.

Berapa jumlah korban jiwa konkritnya tidak ada yang bisa pastikan. Pihak

Pemerintah RRT menyatakan 241 korban jiwa, termasuk korban jiwa dipihak TPRT,

dan 7000 orang luka-luka. Sedang pihak Palang Merah dan Mahasiswa menyatakan

lebih dari 2000 bahkan 4000 orang terbunuh, hancur luluh menjadi daging cincang

dilindas tank. Yang jelas pihak Pemerintah Tiongkok, dalam hal ini Perdana Menteri Li

Peng ketika itu, selama 20 tahun ini dituding berdarah-dingin yang gunakan golok

untuk bunuh ayam, … gunakan tentara bahkan tank untuk menindas aksi mahasiswa

menuntut demokrasi, menindas aksi damai dengan gunakan kekerasan.

Mana yang benar, Pemerintah Tiongkok lakukan kekerasan menindas Gerakan 4

Juni atau lakukan tindakan untuk mententramkan dan keselamatan Negara?

Bagaimanapun juga peristiwa berdarah yang menelan korban jiwa, berapapun

jumlahnya patut disesalkan dan bagi yang berani menamakan diri “PEJUANG” apalagi

dengan panji “DEMOKRASI” sudah selayaknya mengutamakan TUJUAN yang

diperjuangkan dengan menghindari jatuh korban yang tidak diperlukan.

Page 10: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

10

Setelah kita melihat Peristiwa berdarah itu lewat 20 tahun, disatu pihak kita

melihat bagaimana tokoh-tokoh Gerakan 4 Juni yang hidup ditopang negara barat,

khususnya Amerika, tidak satupun yang berhasil muncul sebagai tokoh yang patut

dihormati, karena berjasa dalam usaha perjuangan untuk Demokrasi dan mendorong

maju kesejahteraan rakyat banyak dimana mereka hidup. Sebaliknya, justru

Pemerintah Tiongkok yang mereka hujat dan dicaci-maki itulah dalam 20 tahun ini

menunjukkan keberhasilannya dalam membawa maju ekonomi dan kesejahteraan

rakyat Tiongkok. Bahkan Amerika tanpa segan-segan terpaksa mengemis bantuan

Pemerintah Tiongkok untuk mengatasi keterpurukan ekonomi akibat Krismon tahun

2008 yang melanda terakhir ini.

Jadi, bisa dibayangkan seandainya Pemerintah Tiongkok, Deng Xau Bing tidak

berani dengan tegas turunkan perintah untuk menggusur para demonstran dilapangan

Tian An Men yang sudah berjumlah ratusan ribu itu, dan akhirnya Pemerintah

Tiongkok terjungkel jatuh sebagaimana negara-negara “sosialis” di Eropah Timur,

termasuk USSR, keadaan Tiongkok yang berpenduduk 1,3 milyar akan lebih parah

lagi. Bahkan dunia akan menghadapi bencana dengan kebanjiran rakyat Tiongkok yang

merana keluar negeri akibat penderitaan kelaparan, ... melihat kenyataan ini,

bukankah bisa dikatakan Perintah menggusur Demonstran dari Lapangan Tian An

Men dengan paksa/kekerasan adalah satu keputusan Pemerintah Tiongkok yang

tepat untuk mententramkan dan keselamatan Negara.

Pertanyaan mendasar kedua, siapakah sesungguhnya yang tidak bersikap

demokratis, pemerintah Tiongkok atau Gerakan 4 Juni?

Coba kita renungkan baik-baik lebih lanjut, dimana Pemerintah Tiongkok yang

dituduh laksanakan diktatur tangan besi, justru bisa memberikan toleran begitu

tinggi pada Gerakan 4 Juni, membiarkan mereka berdemonstrasi menguasai lapangan

Tian An Men sampai lebih 7 minggu lamanya. Dimulai sejak 15 April sampai 4 Juni

baru ditindak pembersihan lapangan Tien An Men. Sekalipun perintah “Keadaan

darurat” yang dikeluarkan tanggal 20 Mei tidak dihiraukan, TPRT ketika itu juga

tetap tidak digerakkan untuk menggusur keluar para demonstran Gerakan 4 Juni

dari lapangan Tian An Men. Kelonggaran dan toleransi telah diberikan begitu besar

justru telah menunjukkan sikap DEMOKRATIS yang bisa diberikan oleh Pemerintah

Tiongkok.

Lalu, bagaimana dengan Gerakan 4 Juni yang selalu meneriakkan begitu keras

“DEMOKRASI”? Sesuaikah aksi mereka dengan demokrasi yang diteriakkan itu?

Page 11: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

11

Dengan aksi demonstrasi di lapangan Tian An Men untuk memaksa Pemerintah

Tiongkok memenuhi tuntutan mereka, apakah sikap begitu bisa dikatakan

DEMOKRATIS? Tuntutan mereka demokrasi, demokrasi, demokrasi, ... di Tiongkok

tapi sikap dan tindakan mereka yang memaksakan, justru sedikitpun tidak

demokratis!

Siapapun tidak menyangkal keharusan dijalankan Demokrasi, pihak Pemerintah

Tiongkok juga tidak menyangkal. Bahkan pihak Partai Komunis Tiongkok juga

mengerti kelemahan mereka, kurangnya demokrasi dijalanakn. Tapi ingat, PKT dan

Pemerintah Tiongkok ambil kebijaksanaan melaksanakan demokrasi selangkah demi

selangkah. Kran demokrasi tidak bisa dibuka lebar begitu saja, yang bisa bikin

kekacauan. Dan itulah yang bisa kita lihat Pemerintah Tiongkok selama 20 tahun ini

bagaimana demokrasi dijalankan, ada kemajuan pelaksanaan demokrasi, sekalipun

belum sepenuhnya sesusai tuntutan Gerakan 4 Juni dan dirasakan lambat. Tapi itulah

jalan kemajuan demokrasi di Tiongkok.

Saya juga yakin, disatu saat, entah kapan tidak hanya pemilihan langsung

Presiden Tiongkok, bahkan diktatur partai tunggal (PKT) juga akan dilepas oleh

Pemerintah Tiongkok. Itulah perkembangan demokrasi dibidang politik sesuai

dengan demokrasi dibidang ekonomi yang sudah berlangsung lebih dahulu 30 tahun

terakhir ini. Tapi, sekali lagi biarlah demokrasi itu maju sesusai dengan proses yang

terjadi, tidak perlu dipaksakan untuk dilaksanakan sekarang juga sebagaimana

tuntutan Gerakan 4 Juni itu.

Sikap Gerakan 4 Juni yang paksakan tuntutannya diterima dengan

berdemonstrasi menduduki lapangan Tian An Men, sampai lebih sebulan dengan tidak

pedulikan perintah “Keadaan Darurat” itulah yang sebenarnya tidak DEMOKRATIS!

Dalam perjuangan juga bisa dikatakan sangat tidak taktis dan merupakan satu

kesalahan serius yang tidak memperhitungkan kemungkinan jatuh korban hanya

untuk nurutin perintah dan kepentingan kekuatan dari luar, khususnya Amerika, yang

jelas bertujuan menggulingkan Pemerintah Tiongkok yang sah sekarang ini.

Pada saat kekuatan Gerakan 4 Juni belum cukup kuat menghadapi kekuatan

TPRT, menyingkir lebih dahulu adalah satu sikap yang bijaksana dan dengan demikian

bisa menghindari korban jiwa yang tidak diperlukan. Dan hanya dengan demikian

perjuangan “DEMOKRATIS” bisa dilanjutkan lebih baik dengan dapatkan simpati

massa rakyat lebih banyak.

Page 12: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

12

Tapi kenyataan yang berjalan dilapangan tidak begitu. Pertemuan Gerakan 4

Juni dengan PM. Li Peng di tgl. 3 Juni pagi, Ketua Gerakan 4 Juni ketika itu, Wu Er

Kai Xi dan Wang Dan sudah menyetujui untuk menyingkir. Tapi sekembali dilapangan

Tian An Men, wk. Ketua Chai Ling yang baru saja menerima sumbangan dana dan

materiil yang dibawa beberapa tokoh Partai Demokrat Hong Kong, justru

memutuskan terus bertahan dengan segala konsekwensinya! Perintah inilah sangat

celaka, yang akhirnya menjadi sebab utama jatuhkan korban jiwa, sikap menantang

Pemerintah Tiongkok yang memaksa gunakan kekerasan. Dan sayang seribu sayang,

tidak satupun tokoh Gerakan 4 Juni berani melihat dan mengakui kesalahan

putusanan untuk bertahan yang akibatkan darah memerahi wajah Anggun dilapangan

Tian An Men.

Mudah-mudahan setiap orang bisa lebih lanjut merenungkan kembali Peristiwa

berdarah Tian An Men dengan tenang. Apa dan bagaimana sesungguhnya peristiwa

berdarah 4 Juni 1989 di Tian An Men itu? Kenyataan yang jatuh korban hanyalah

rakyat-kecil yang tidak berdosa, termasuk TPRT yang melaksanakan tugas

pembersihan. Sedang tokoh-tokoh utama Gerakan 4 Juni, yang justru harus

bertanggungjawab dengan perintah “BERTAHAN” di lapangan Tian An Men itu, tidak

seorangpun namanya tercantum dalam daftar korban yang mati terlindas tank di

lapangan Tien An Men, sebaliknya semua tokoh-tokoh utama bukan saja selamat tapi

bisa menikmati hidup nyaman di luarnegeri, khususnya di Amerika.

Sekarang coba kita perhatikan dari foto-foto yang dipamerkan sebagai

propaganda kekejaman penindasan saat pembersihan lapangan Tien An Men itu,

dimana ada TPRT memberondong massa demonstran, apalagi Tank TPRT melindas

demonstran?

Sebaliknya, nampak jelas kebrutalan massa demonstran bukan hanya

menuding-nuding TPRT, bahkan menggebuki sampai berlumuran darah!

Page 13: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

13

Kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, bukan Tank TPRT yang menggilas

demonstran, tapi Tank berhenti saat dihadang seorang demonstran, dan tayangan

kelanjutannya orang itu naik keatas tank. Bahkan ditempat lain, massa demonstran

yang membakar tank-pancer TPRT itu!

Page 14: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

14

Page 15: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

15

Page 16: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

16

Dibawah nampak tokoh Gerakan 4 Juni, Wang Dan sedang menyampaikan orasinya

dihadapan wartawan asing dan TV HongKong. Suasana kerumunan massa demonstran

di lapangan Tian An Men, ...

Page 17: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

17

Page 18: Kembali Melihat Peristiwa Tian An Men - gelora45.comgelora45.com/news/STTjing_RenunganKembaliPeristiwaTianAnMen_2014.pdf · Gerakan Demokratis 4 Juni yang berakhir dengan Peristiwa

18