KEMAMPUAN DAYA TAHAN (VO2max) WASIT SEPAKBOLA LISENSI C1 NASIONAL DI SIDOARJO

7
Kemampuan Daya Tahan (VO 2max ) Wasit Sepakbola Lisensi C1 Nasional Di Sidoarjo ARTIKEL E-JOURNAL UNESA KEMAMPUAN DAYA TAHAN (VO 2max ) WASIT SEPAKBOLA LISENSI C1 NASIONAL DI SIDOARJO Tirmidzi Ahmad Faruq Aliy Wafa’ Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya Abstrak Dalam suatu pertandingan sepakbola banyak pihak yang terlibat mulai panitia pertandingan sampai perangkat pertandingan tersebut. Salah satu perangkat pertandingan sepakbola yaitu wasit yang berperan sebagai pengatur jalannya pertandingan agar berjalan lancar sesuai peraturan permainan sepakbola. Seorang wasit sepakbola harus mampu menguasai peraturan permainan dan memiliki keterampilan perwasitan yang baik dan mengerti penerapannya di lapangan. Selain itu wasit sepakbola juga harus memiliki kondisi fisik atau kesegaran jasmani yang baik pula sebagai syarat utama agar bisa memerankan tugas sebagai pengadil, seorang wasit dituntut selalu sigap, cepat, dan tepat dalam mengambil keputusan untuk dapat mencapai kesuksesan dalam memimpin pertandingan. Komponen kondisi fisik yang penting adalah kesegaran jasmani seorang wasit dalam hal ini adalah tingginya konsumsi oksigen maksimal atau biasa disebut dengan VO 2max . Walaupun VO 2max bukan satu-satunya, namun hal ini nampaknya kurang disadari dan cenderung diabaikan. Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengetahui atau untuk memperoleh informasi tentang Daya Tahan khususnya VO 2max pada wasit sepakbola linsensi C1 Nasional di Sidoarjo agar dalam memimpin suatu pertandingan tidak ada kendala dan bisa berjalan dengan lancar sampai akhir pertandingan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan subyek 17 wasit. Subyek dalam penelitian ini diambil dari wasit sepakbola lisensi C1 nasional pencab Sidoarjo, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan dengan menggunakan metode tes MFT (Multistage Fitness Test). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar VO 2max wasit sepakbola lisensi C1 nasional pengcab Sidoarjo dalam kondisi sedang dengan rata-rata VO 2max 42.0 ml/kg/menit. Untuk kategori Sedang 6 wasit dengan persentase 35,2 %, kategori Baik 6 wasit dengan persentase 35,2 %, kategori Sangat Baik 2 wasit dengan persentase 11,7 %, kategori Kurang 1 wasit dengan persentase 5,9 % , dan kategori Sangat Kurang 2 wasit dengan persentase 11,7 %. Kata kunci: wasit, sepakbola, VO 2max Vol 2. Nomor 1 Tahun 2013 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : TIRMIDZI AHMAD FARUQ ALIY WAF, http://ejournal.unesa.ac.id

Transcript of KEMAMPUAN DAYA TAHAN (VO2max) WASIT SEPAKBOLA LISENSI C1 NASIONAL DI SIDOARJO

Page 1: KEMAMPUAN DAYA TAHAN (VO2max) WASIT SEPAKBOLA LISENSI C1 NASIONAL DI SIDOARJO

Kemampuan Daya Tahan (VO2max) Wasit Sepakbola Lisensi C1 Nasional Di Sidoarjo

ARTIKEL E-JOURNAL UNESA

KEMAMPUAN DAYA TAHAN (VO2max) WASIT SEPAKBOLA LISENSI C1 NASIONAL DI SIDOARJO

Tirmidzi Ahmad Faruq Aliy Wafa’Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya

AbstrakDalam suatu pertandingan sepakbola banyak pihak yang terlibat mulai panitia pertandingan

sampai perangkat pertandingan tersebut. Salah satu perangkat pertandingan sepakbola yaitu wasit yang berperan sebagai pengatur jalannya pertandingan agar berjalan lancar sesuai peraturan permainan sepakbola. Seorang wasit sepakbola harus mampu menguasai peraturan permainan dan memiliki keterampilan perwasitan yang baik dan mengerti penerapannya di lapangan. Selain itu wasit sepakbola juga harus memiliki kondisi fisik atau kesegaran jasmani yang baik pula sebagai syarat utama agar bisa memerankan tugas sebagai pengadil, seorang wasit dituntut selalu sigap, cepat, dan tepat dalam mengambil keputusan untuk dapat mencapai kesuksesan dalam memimpin pertandingan. Komponen kondisi fisik yang penting adalah kesegaran jasmani seorang wasit dalam hal ini adalah tingginya konsumsi oksigen maksimal atau biasa disebut dengan VO2max. Walaupun VO2max bukan satu-satunya, namun hal ini nampaknya kurang disadari dan cenderung diabaikan. Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengetahui atau untuk memperoleh informasi tentang Daya Tahan khususnya VO2max

pada wasit sepakbola linsensi C1 Nasional di Sidoarjo agar dalam memimpin suatu pertandingan tidak ada kendala dan bisa berjalan dengan lancar sampai akhir pertandingan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan subyek 17 wasit. Subyek dalam penelitian ini diambil dari wasit sepakbola lisensi C1 nasional pencab Sidoarjo, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan dengan menggunakan metode tes MFT (Multistage Fitness Test).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar VO2max wasit sepakbola lisensi C1 nasional pengcab Sidoarjo dalam kondisi sedang dengan rata-rata VO2max 42.0 ml/kg/menit. Untuk kategori Sedang 6 wasit dengan persentase 35,2 %, kategori Baik 6 wasit dengan persentase 35,2 %, kategori Sangat Baik 2 wasit dengan persentase 11,7 %, kategori Kurang 1 wasit dengan persentase 5,9 % , dan kategori Sangat Kurang 2 wasit dengan persentase 11,7 %.

Kata kunci: wasit, sepakbola, VO2max

.

AbstractIn a game of football a lot of parties involved in the match until the committee started the game.

One device that is football referee who acts as a regulator of the game to run smoothly according to the rules of football game. A football referee must be able to master the rules of the game and have a good refereeing skills and understand its application in the field. Besides, football referee also must have a physical condition or good physical health as well as the main requirement to be able to play as court duty. A referee must be alert, quick, and precise in taking decisions in order to achieve success in the lead. Physical conditions are important components for a referee, in this case - the high maximal oxygen consumption or commonly called as VO2max. Although VO2max is not the only factor, but it seems less conscious and tend to be ignored. This study aims to obtain information about Endurance of VO2max of C1 National-licensed Football Referee in Sidoarjo so there will be no problem in leading a game from the start until the end of the game.

This research is descriptive quantitative with 17 referees as the subjects. The subjects in this study were from national referee football C1-licensed in Sidoarjo, while the data collection is done by using MFT test (Multistage Fitness Test).

Vol 2. Nomor 1 Tahun 2013 1

Page 2: KEMAMPUAN DAYA TAHAN (VO2max) WASIT SEPAKBOLA LISENSI C1 NASIONAL DI SIDOARJO

Kemampuan Daya Tahan (VO2max) Wasit Sepakbola Lisensi C1 Nasional Di Sidoarjo

The results showed that the majority of C1 National-licensed Football Referees in Sidoarjo were in Medium condition; with the average of VO2max was 42.0 ml/kg/min. There are 6 referees who belonged in Medium category with percentages 35.2%, 6 referees in Good category with percentage 35.2%, 2 referees in Very Good category with percentage 11.7%, 1 referee in Less category with 5.9% as the percentage, and 2 referees in Very Less with 11.7% as the percentage.

Keywords: referee, football, VO2max

PENDAHULUAN

Dalam suatu pertandingan sepakbola banyak pihak yang terlibat mulai panitia pertandingan sampai perangkat pertandingan tersebut. Salah satu perangkat pertandingan sepakbola yaitu wasit yang berperan sebagai pengatur jalannya pertandingan agar berjalan lancar sesuai peraturan permainan sepakbola. Ketika memimpin suatu pertandingan, selain diperlukan pemahaman tentang peraturan permainan, juga sangat diperlukan kesegaran jasmani yang bagus bagi seorang wasit, karena kesegaran jasmani yang bagus merupakan salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan pada saat memimpin suatu pertandingan (Fajar Nurfitranto, 2012).

Wasit sepakbola pengcab PSSI Sidoarjo terdiri dari wasit berlisensi C1, C2, dan C3 dengan jadwal penugasan yang berbeda. Wasit yang berlisensi C1 mempunyai wewenang memimpin hingga tingkat nasional, sedangkan wasit berlisensi C2 bertugas memimpin pertandingan hingga tingkat daerah, dan yang berlisensi C3 hanya diperbolehkan memimpin pertandingan tingkat cabang.

Namun selama ini masih kurangnya perhatian yang serius terhadap kesegaran jasmani wasit. Banyak hal yang terjadi karena rendahnya kesegaran jasmani wasit salah satunya adalah kurangnya kepercayaan diri seorang wasit disebabkan karena kesegaran jasmani yang kurang sehingga wasit sering kali melakukan kesalahan. Oleh sebab itu program latihan yang jelas dan berkelanjutan sangat diperlukan oleh wasit sepakbola Pengcab PSSI Sidoarjo agar kesegaran jasmaninya dapat tetap pada kondisi baik. Kondisi fisik wasit harus selalu dalam kondisi baik dan prima agar jika pada saat mendapat tugas memimpin suatu pertandingan, wasit telah siap dan dapat memimpin dengan baik. Sebagaimana mestinya kondisi fisik yang diperlukan wasit sepakbola hampir sama dengan kondisi fisik yang diperlukan pemain sepakbola yang harus berlari kesana-kemari dengan jarak kurang lebih 100 meter di lapangan dengan ukuran 75 m x 110 m selama pertandingan yang  berlangsung dengan durasi waktu 2 x 45 menit atau lebih (PSSI, 2010:4).

Pada cabang olahraga sepakbola tuntutan terhadap komponen daya tahan merupakan faktor dominan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi pemain sepakbola itu sendiri tetapi juga berlaku bagi wasit sepakbola karena kondisi fisik yang diperlukan wasit sepakbola hampir sama dengan kondisi fisik yang  diperlukan pemain sepakbola. Untuk memenuhi daya tahan tersebut seorang wasit harus mempunyai energi dalam jumlah banyak. Energi tersebut diperoleh dari sistem aerobik yang menggunakan

oksigen. Oleh karena itu tingginya daya tahan seorang wasit dipengaruhi oleh tingginya kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen secara maksimal atau biasa disebut dengan VO2max. Tingginya VO2max wasit akan mempengaruhi kondisi fisik atau kesegaran jasmani wasit tersebut. Sehingga dalam memimpin suatu pertandingan dapat fokus dan tidak mudah mengalami kelelahan. Menurut Fox ( Fajar Nurfitranto, 2012).

VO2max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Tingkat Kebugaran dapat diukur dari volume Anda dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum. Kelelahan atlet yang dirasakan akan menyebabkan turunnya konsentrasi sehingga tanpa konsentrasi yang prima terhadap suatu permainan, sudah hampir dipastikan kegagalan yang akan diterima ( Abdul Aziz, 2012:24).

Beban fisik seorang wasit tidak kalah berat dibanding para pemain. Sebagai perbandingan, selama pertandingan normal 2 x 45 menit, seorang striker bisa berlari secara total sejauh 9 kilometer, jarak yang kurang lebih sama ditempuh pemain belakang. Sedangkan dalam satu pertandingan, seorang gelandang alias pemain tengah bisa berlari total sejauh 10,5 kilometer. Pada kasus-kasus tertentu bahkan bisa sampai lebih dari 12 kilometer. Jadi jarak yang di tempuh seorang wasit dalam satu pertandingan yaitu lebih jauh dari striker aau pemain bertahan, namun mendekati seorang gelandang. Rata-rata jarak yang di tempuh wasit dalam satu pertandingan adalah 10,3 kilometer.

Untuk itu, Wasit juga memerlukan kemampuan fisik yang baik agar bisa terhindar dari kelelahan saat bertugas. Hal itu dibuktikan dengan rata-rata VO2max Wasit FIFA sebesar 52.8 ± 6.23 ml (k g . min)−1, dibawah rata-rata pemain bola level internasional yang mencapai 60 ± 7.45 ml (kg .min)−1( Abdul Aziz, 2012:24).

Jadi seseorang wasit yang memiliki VO2max yang tinggi tidak saja mampu melakukan aktivitas daya tahan dengan baik tetapi lebih dari itu, mereka akan mampu melakukan recovery (pemulihan asal) kondisi fisiknya lebih cepat dibandingkan dengan seorang wasit yang memiliki VO2max yang rendah. Sehingga untuk melakukan aktivitas selanjutnya akan lebih cepat dan mempunyai daya tahan yang lebih lama. Sehingga seorang wasit dapat melakukan tugasnya dengan baik. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana tingkat kemampuan daya tahan (VO2max) wasit sepakbola lisensi C1 Nasional di pengcab Sidoarjo.

Vol 2. Nomor 1 Tahun 2013 2

Page 3: KEMAMPUAN DAYA TAHAN (VO2max) WASIT SEPAKBOLA LISENSI C1 NASIONAL DI SIDOARJO

Kemampuan Daya Tahan (VO2max) Wasit Sepakbola Lisensi C1 Nasional Di Sidoarjo

METODEJenis penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian Deskriptif Kuantitatif bertujuan untuk membuat gambaran terhadap sesuatu keadaan secara obyektif. Penelitian deskriptif digunakan dalam pengertia literal penggambaran situasi atau peristiwa Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan observasi / survey. Dengan sampel penelitian wasit sepakbola lisensi C1 Nasional di Sidoarjo menggunakan test MFT ((Multistage Fitness Test).

HASIL DAN PEMBAHASANPada bab ini akan dikemukakan beberapa data yang

diperoleh dari hasil penelitian. Data ini merupakan hasil dari tes Daya Tahan (VO2max) yang dilakukan oleh subjek penelitian selama pengambilan data berlangsung.

Dalam penelitian ini populasi penelitian sebanyak 17 wasit lisensi C1 Nasional di Sidoarjo. Sampel yang diambil adalah semua wasit lisensi C1 Nasional di Sidoarjo sebanyak 17 wasit. Diskripsi data dari hasil penelitian ini diambil sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hasil pengukuran yang disajikan dalam penelitian ini adalah Daya tahan (VO2max) yang dimiliki wasit lisensi C1 Nasional di Sidoarjo dengan menggunakan test MFT (Multistage Fitness Test).

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Penelitian Daya tahan (VO2max)

Berdasarkan tabel diatas, Daya tahan VO2max wasit lisensi C1 di sidoarjo yang berjumlah 17 orang. Untuk kategori Sedang 6 wasit, kategori Baik 6 wasit, kategori Sangat Baik 2 wasit, kategori Kurang 1 wasit, dan kategori Sangat Kurang 2 wasit. Rata – rata kapasitas Daya Tahan VO2max wasit lisensi C1 di sidoarjo setelah

dihudung dengan : M =∑ X

N =

698,917

= 42.0

ml/kg/menit. Sehingga termasuk termasuk dalam katagori Sedang.

Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan Persentase Daya tahan (VO2max) pada 17 wasit lisensi C1 di Sidoarjo.

Dari tabel 4.2 dapat diketahui persentase VO2max wasit sepakbola lisensi C1 nasional di Sidoarjo. Persentase

dapat dilihat dari :jumlah Kategorijumlah sampel

X 100 % .

Daya tahan VO2max pada setiap wasit berbeda – beda. Perbedaan itu dapat kita lihat dari seberapa besar mereka mampu untuk bertahan melakukan test MFT yang diberikan oleh peneliti. Semakin lama wasit tersebut mampu bertahan untuk melakukan fisik secara bertahap dan terus menerus tanpa henti, maka sistem aerob yang dimiliki akan semakin besar. Hal ini sering disebut dengan kapasitas aerobik maksimal atau biasa kita kenal VO2max.

Daya tahan VO2max wasit lisensi C1 di sidoarjo yang berjumlah 17 orang. Untuk kategori Sedang 6 wasit, kategori Baik 6 wasit, kategori Sangat Baik 2 wasit, kategori Kurang 1 wasit, dan kategori Sangat Kurang 2 wasit. Maka secara umum rata–rata VO2max wasit lisensi C1 nasonal di Sidoarjo bisa dikatakan Sedang dengan nilai 42.0 ml/kg/menit.

Berdasarkan apa yang terjadi dilapangan dan rujukan dari teori kajian pustaka, dengan hasil rata-rata VO2max

wasit lisensi C1 nasonal di Sidoarjo 42.0 ml/kg/menit dan dari rata-rata VO2max Wasit FIFA sebesar 52.8 ± 6.23 ml (k g . min)−1( Abdul Aziz, 2012:24). Maka daya tahan VO2max wasit lisensi C1 nasonal di Sidoarjo bisa dibilang belum memenuhi standart rata-rata VO2max Wasit FIFA sebesar 52.8 ± 6.23 ml (k g . min)−1.

 Tinggi rendahnya kemampuan VO2max tergantung faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi Kemampuan VO2max yang dimiliki oleh wasit lisensi C1 di sidoarjo. Beberapa faktor diantaranya adalah usia dan sistem latihan yang digunakan tidak mempunyai program latihan yang jelas. Dapat dilihat pada beberapa faktor-faktor berikut:

1. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya tahan VO2max seorang wasit karena kepasitas VO2max yang dimiliki wasit berusia mudah lebih tinggi dari pada wasit yg berusia lebih tua. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa umur mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi. Menurut Herry (2007) Kebugaran jasmani anak-anak

Vol 2. Nomor 1 Tahun 2013 3

28

Page 4: KEMAMPUAN DAYA TAHAN (VO2max) WASIT SEPAKBOLA LISENSI C1 NASIONAL DI SIDOARJO

Kemampuan Daya Tahan (VO2max) Wasit Sepakbola Lisensi C1 Nasional Di Sidoarjo

meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapar dikurangi sampai separuhnya (Fajar Nurfitranto, 2012).

2. Faktor progam latihan yang tidak jelas. Program latihan 1 kali seminggu dengan durasi antara 120 menit tidak dijalankan dengan rutin. Mereka hanya melakukan latihan jika mendekati kompetisi dimulai. Sedangkan ketika tidak ada kompetisi, mereka jarang sekali melakukan latihan. Untuk mempersiapkan komponen kondisi fisik umum seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan lain-lain seharusnya dilakukan latihan dalam waktu yang cukup lama sebelum kompetisi dimulai. Sehingga juga dapat berpengaruh terhadap kemampuan daya tahan VO2max

wasit itu sendiri.

PENUTUPSimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan dari penelitian ini yang meliputi:1. Dapat diketahui bahwasanya secara keseluruhan

rata-rata daya tahan VO2max wasit sepakbola lisensi C1 nasional di Sidoarjo termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata VO2max 42.0 ml/kg/menit. Sedangkan rata-rata VO2max Wasit FIFA yang sebesar 52.8 ± 6.23 ml (k g . min)−1. Maka daya tahan VO2max wasit lisensi C1 nasonal di Sidoarjo bisa dibilang belum memenuhi standart Wasit FIFA.

Saran

1. Peneliti mengharapkan tingkat VO2max dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk seleksi dalam penugasan wasit.

2. Peneliti mengharapkan kepada Komisi Wasit memberikan program latihan yang bagus dan jelas guna meningkatkan daya tahan khususnya VO2max

wasit sepakbola.3. Peneliti mengharapkan agar setiap wasit dapat

mengeksplor kesegaran jasmani khususnya daya tahan VO2max .

4. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang VO2max dan jarak tempuh wasit sepakbola selama satu pertandingan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz, Abdul. 4 juni, 2012.. Jarak Tempuh Lari Wasit dalam Satu Pertandingan Kalahkan Striker, Sebanding Gelandang. Jawa Pos, hal 24.

Dwijowinoto, Kasiyo. 1993. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang Press.

FIL. 2012. Referee Fitness Testing Protocols, (online), (http://ebookbrowse.com/fil-referee-fitness-testing-protocol-pdf-d353638379, diakses 12 November 2012).

Nurfitranto, Fajar. 2012. Survei Tentang Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2mak) Wasit Sepakbola Pengcab PSSI Gresik Ditinjau dari Tingkat Linsensi dan Usia, Universitas Negeri Malang.(Online), (http://www.skripsifikum.com/?mod=viewarticle&act=detail&ref=248, diakses 15 September 2012)

Gozali, Allen. 2012. Cycling Bulletin. Meningkatkan VO2 max dengan sepeda, (online),(http://allengozalicycling.blogspot.com/2012/05/meningkatkan-vo2-max-dengan-sepeda.html, di akses 15 September 2012).

Maksum, Ali. 2007. Tes dan Pengukuran Dalam Olahraga.

Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Murdock, John. 2010. Olahraga Aerobik dan anaerobik. Sehat Bugar Selalu, (Online), ( file:///E:/skipsi/vo2max/VO2Max/Olahraga Aerobik Dan Anaerobik ~ Sehat Bugar 20Selalu.htm, di akses 15 September 2012)

Prasetyo, Wasis Eram. April 2011. Perwasitan dalam Sepakbola. Artikel Jurnal Sepakbola, (Online), (http://ws-or.blogspot.com/2011/04/perwasitan-dalam-sepak-bola.html, di akses 15 September 2012)

PSSI. 2010. Laws Of The Game. Jakarta: PSSI.Weston, M. 2011. Changes in a Top-Level Soccer

Referee’s Training, Match Activities, and Physiology Over an 8-Year Period: A Case Study. International Journal of Sports Physiology and Performance, (Online), Vol. 6, No. 281, (http://journals.humankinetics.com, diakses 29 November 2012)

http://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 15 September 2012

http://koni-medan.cimeric.com/berita-129-vo2-max-penting-untuk-atlet.html diakses pada tanggal 15 September 2012

http://sinauwernowerno.blogspot.com/2012/10/perwasitan-dalam-sepak-bola.html diakses pada tanggal 15 September 2012

 

Vol 2. Nomor 1 Tahun 2013 4

48