Kelompok PK

download Kelompok PK

of 14

description

fdjngj

Transcript of Kelompok PK

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

TREN DAN ISU PERILAKU KEKERASANDibimbing oleh : Soliachti, S.kep, Ners.Disusun oleh : J.B Dewi Putri L.M

201010420311091

M. Khalilurahman

201010420311092Elly Mufidah

201010420311093Dewi Rahmawati

201010420311113

Miranti Nailovar

201010420311120

Triyudha Ayuningrum201010420311126

Dewi Handayani

201010420311127Mila Qholissatin Nikmah201010420311130

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.

Akhir-akhir ini telah banyak kasus-kasus yang terjadi dalam perilaku kekerasan dalam rumah tangga maupun kekerasan dalam berpacaran. Bencana yang tidak habis-habisnya , baik dibuat oleh manusia maupun kejadian alam merupakan sumber stressor yang berat yang dapat mengakibatkan terjadinnya berbagai masalah kesehatan jiwa dari yang ringan sampai yang berat. Salah satunya yaitu masalah kesehatan jiwa prilaku kekerasan atau yang sering disebut PK. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau melecehkan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan menjadi masalah di banyak negara seperti Amerika, Australia dan negara maju lainnya. Bentuk kekerasan yang seringterjadiseperti perkelahian, pemukulan,penyerangan dengan senjata, tawuran, perampokan, pemerkosaan, penganiayaan danpembunuhan.Kekerasan dalam berpacaran

Dari sekian banyak laki- laki mungkin ada suatu wanita yang tidak beruntung mendapatkan seorang pria yang bersifat temperamental, wanita itu banyakmengalami kekerasan fisik oleh kekasihnya sendiri, seperti halnya ditendang, ditampar bahkan disiram pake air di kamar mandi,dan setelah melakukan perbuatan tersebut,laki-laki tersebut dengan gampangnya mengatakan maaf kepada kekasihnya, dan dengan kasih sayangnya wanita itu memafkan laki-laki tersebut.Dan tidak disitu juga, wanita ini juga banyak mengalami kekerasan dalam segi ekonomi seperti disuruh membelikan handphone dengan harga yang mahal, setiap makan maunya di restoran yang mahal dan selalu membayar setiap dia makan dengan makanan yang mahal, kalo satu aja permintaan pria tersebut tidak penuhi oleh kekasihnya, maka lebih banyak lagi yang di alami kekerasan fisik oleh pacarnya tersebut .Pria ini melakukan perbuatan dari melihat ayahnya yang sedang bertengkar dengan ibunya bahkan ibunya tersebut mendapatkan kekerasan fisik oleh ayahnya, disinilah peran keluarga sangat aktif dalam membantu karakter seseorang menjadi lebih baikKesimpulan dari pernyataan di atas adalah :

Didikkan orang tua dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi sifat dan karakter seseorang. Bila didikkan yang di berikan orang tua baik, misalnya : belajar bagaimana menghormati dan menghargai orang lain, belajar bagaimana tidak orang lain, dan belajar bagaimana menyayangi orang lain. Maka anak tersebut akan tumbuh menjadi seseorang yang mempunyai sifat penyayang. Lain halnya bila didikkan yang di berikan orang tua memperlihatkan bagaimana meluapkan emosi yang berlebihan, seperti : marah jika keinginanya tidak terpenuhi, adanya kekerasan fisik yang dilakukan ayah terhadap ibu bila terjadi perkelahian dalam rumah tangga. Maka anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang pemarah, tidak dapat mengendalikan emosi yang negatif.

Diposkan olehzhainal99di22:13Sabtu, 16 Juni 2012Artikel Perilaku Kekerasan dalam Pacaran Pacar saya sangatlah posesif. Hanya 4 bulan saja masa pacaran terasa indah, sisanya mulai keluar watak aslinya, yaitu temperamental. Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya maka dia akan mulai marah besar, dengan cara membanting barang pecah belah di kamar kosnya sampai dia harus membeli piring dan gelas setiap minggu sekali. Dan memasuki tahun kedua, mulailah ringan tangan. Bahkan pernah kedua lengan saya dipegang erat-erat dan digoncang-goncangkan saat ia marah besar sampai menyisakan tanda biru legam di lengan saya berhari-hari. Perilaku posesif ditunjukkan dengan kontrol yang ketat, dia harus tahu kemanapun saya pergi dan dengan siapa. Bahkan pernah suatu ketika ia sedang berada di luar kota, namun saya tidak berani pergi ke manapun karena takut jika ia menelepon ke tempat kos saya dan saya tidak ada, maka ia bisa marah besar. Saya hanya berani berdiam diri di kamar sambil ketakutan. Hal paling buruk yang saya alami adalah pada saat kami sudah pacaran selama 2 tahun dan terjadi miskomunikasi yang menyebabkan kami tidak bertemu di suatu tempat. Saat datang ke kos saya, tanpa bicara dia langsung menampar saya dan kami bertengkar hebat sesudahnya.

Sesudah kejadian itu, R mengalami rasa takut yang luar biasa tiap bertemu pacarnya itu. Ketakutan ini ternyata berdampak pada fisiknya. Memang R dapat dikatakan tidak menderita sakit fisik, tetapi sakit di hatinya menyebabkannya tidak mampu bangun dan berjalan, sampai dia harus menemui 4 orang dokter spesialis, yaitu dokter saraf, ahli jantung, psikiater dan penyakit dalam dan mereka semua menganjurkan R untuk menghilangkan penyebab sakitnya itu, yaitu memutuskan pacarnya. Namun berat bagi R untuk memutuskan pacarnya, karena setiap diputuskan, maka dia akan memohon-mohon untuk kembali. Akhirnya, setelah 3 tahun pacaran, R berani memutuskan hubungan mereka dan setelah itu R menjadi pasien tetap seorang psikolog sampai 1 tahun lamanya untuk menyembuhkan luka hatinya yang teramat dalam (bahkan sampai 4 tahun lamanya setelah mereka putus, masih terasa sakit hatinya). Sampai saat inipun dia masih trauma dan ingin marah bila bertemu dengannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perilaku KekerasanMarah adalah suatu bentu kemurkaan atau permusuhan yang seirng dinyatakan dalam betuk agresi. (MIF Baihaqi 2005 : 113).Marah adalah satu emosi, yang merentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat, yang dialami oleh semua orang (Kaplan, Hamid 1 1998 : 135).Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).

Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner etal, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah(Berkowitz, 1993).

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yangdirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung. Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996: Marah adalah pengalaman emosiyang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri orang lain maupun lingkungan (Mary C townsend 1998 : 150).Perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. (Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh Keperawatan Departemen Kesehatan RI Pusat, Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1998 : 4).Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah manifestasi dari perasaan marah yang bersifat maladapatif dimana seorang individu dapat membahayakan secara fisik baik bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.B. PenyebabMenurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas,tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidakterpenuh.

a. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yangdiharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidakmampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dankeadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

b. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untukdihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasarendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

c. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untukmengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

C. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan1 . Faktor Predisposisi

a. Teori Biologik

1. Neurologik factor, beragam komponen dari sistem syaraf seperti synap, neurotransmitter, dendrit, axon terminalitas mempunyai peran memfasilitasi atau menghamat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya prilaku bermusuhan dan respon agresif.

2. Genetic factor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi prilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dormat (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan terbangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karyo type XYY, pada umumnya di miliki oleh penghuni prilaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut hukum akibat prilaku agresif.

3. Cyrcardian Rhytm ( irama sikardian tubuh), memegang peranan pada induvidu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif.

4. Biochemistry factor (faktor biokomia tubuh), seperti neurotransmiter di otak (epinephrin, norepinephrin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar yang dianggap mengancam atau membahayakan akan di hantar melalui implus neurotransmiter ke otak dan meresponya melalui srabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norepinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya prilaku agresif.

5. Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat berpengaruh terhadap prilaku agresif dan tindakan kekerasan.

b. Teori Psikologik

1. Teori Psikonalisa;

Agresivitas dan kekerasan dapat mempengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang (life span hystori). Teori ini mejelakan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Prilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri prilaku tindak kekerasan.

2. Imitation, modeling, and information processing theory;

Menurut teori ini prilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolelir kekerasan. Adanya contoh, model, dan prilaku yang di tiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan induvidu meniru prilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan permukulan pada boneka dengan reward positif (makin keras pukulannya akan di beri coklat), anak lain menonton tayangan cara megasihi dan mencium bonka tersebut dengan rewad positif pula (makin banyak membelainya mendapat hadiah coklat). Setelh anak-anak keluar dan di beri boneka ternyata masing-masing anak berpriaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.

3. Learning theory;

Prilaku kekerasan merupakan hasil belajar ibduvidu terhadap lingkugan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.

b. Teori Sosiokultural

Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada kemusyrikan secara tidak langsung turut menumpuk sikap agresif dan ingin menang sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima prilaku kekerasan sebagi cara peyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya prilaku kekerasan. Hal ini di picu juga dengan maraknya demonstrasi, filem-filem kekerasan, mistik, tahayul an perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan televisi.

c. Aspek Religiusitas

Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan bisikan syetan yang sangat menyukai kersukan agar manusia menyesal (devil support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan melalui pembuluh darah ke jantung, otak, dan organ vital manusia lain yag dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan diriya terancam dan harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (super ego).

2. Faktor Presipitasi

Faktor yang dapat mencetuskan prilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan :

Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.

Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

Adanya riwayat prilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

Gambar 1.Predisposisi Perilaku Kekerasan

D. Rentang Respon Marah

Prilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penympaian pesan dari induvidu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, mersas tidak diturut atau diremehkan. Rentang respos kemarahan induvidu di mulai dari respons normal (asertif)sampai pada respon sangat tidak normal (maladaptif).

Respon adaptifRespon Maladaptif

AsertifFrustasiPasifAgresifAmukAsertifFrustasiPasifAgresifKekerasan

Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan Klien gagal mencapai tujuan kepuasan/ saat marah dan tidak dapat menemukan alternatifKlien merasa tidak dapat mengungkapkan persaannya, tidak berdaya dan menyerah Klien mengekpresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancamanPerasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertai amuk, merusak lingkungan

E. Pengkajian Prilaku Asertif, Pasif, dan Afresif/Kekerasan

Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai prilaku yang ditampilkan klien. Hal ini dapat di analisa dari perbandingan berikut :

Perbandingan Perilaku Pasif, Asertif dan Agresif

AspekPasifAsertifAgresif

Isi pembicaraan Negatif, merendahkan diri, Misalnya:

Bisakah saya melakukan hal itu?

Bisakah anda melakukannya? Positif menawarkan diri, misalnya:

Saya mampu, saya bisa, anda boleh, anda dapat Menyombongkan diri, merendahkan orang lain, misalnya:

Kamu pasti tidak bisa, kamu selalu melanggar, kamu tidak pernah menurut, kamu tidak akan bisa

Nada suara Lambat, mengeluh Sedang Keras ngotot

Posture/ sikap tubuh Menundukan kepala

Tegap dan santai

Kaku condong ke depan

Personal space/ jarak Menjaga jarak dengan sikap mengabaikan Mempertahankan jarak yang nyaman

Siap dengan jarak akan menyerang orang lain

Gerakan/penampilan Loyo, tidak dapat tenang

Sikap tenang Mengancam, posisi menyerang

Kontak mata Sedikit atau tidak Sekali-sekali (intermiten), Sesuai dengan kebutuhan interaksi Mata melotot dan dipertahankan

F. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasukupaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untukmelindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33). Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis,1998, hal 83)

1.Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuksuatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorangyang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasamarah.

2.Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidakbaik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksualterhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,mencumbunya.

3.Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akantetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tuamerupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannyadan akhirnya ia dapat melupakannya.

4.Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnyaseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.

5.Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yangtidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. MisalnyaTimmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karenamenggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

G. Pohon Masalah

Stuart dan Sundeen (1997) mengidentifikasi pohon masalah perilaku kekerasan sebagai berikut:

H. Diagnosa Keperawatan

1. Perilaku kekerasan

2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

4. Harga diri rendah kronis

5. Isolasi sosial

6. Berduka disfungsional

7. Inefektif proses terapi

8. Koping keluarga inefektif

I. Tanda dan gejala

Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan :

1. Fisik

a. Muka merah dan tegang

b. Mata melotot/pandangan tajam

c. Tangan mengepal

d. Rahang mengantup

e. Wajah memerah dan tegang

f. Postur tubuh kaku

g. Pandangan tajam

h. Mengantupkan rahang dengan kuat

i. Mengepalkan tangan

j. Jalan mondar-mandir

2. Verbal

a. Bicara kasar

b. Suara tinggi, membentak atau berteriak

c. Mengancam secara verbal atau fisik

d. Mengumpat dengan kata-kata kotor

e. Suara keras

f. Ketus

3. Perilaku

a. Melempar atau memukul benda/orang lain

b. Menyerang orang lain

c. Melukai diri sendiri/orang lain

d. Merusak lingkungan

e. Amuk/agresif

4. Emosi

Tidakadekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyasalahkan dan menuntut.

5. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengeritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

7. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

8. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

J. Tindakan Keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya

Dalam bina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat :

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu dengan klien.

2. Diskusikan bersama klien mengenai penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.3. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

e. Diskusikan tanda dan gejala perilak kekerasan secara intelektual4. Diskusikan bersama klien perilaku yang biasa dilakukan pada saat marah secara verbal terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, terhadap lingkungan.

5. Diskusikan dengan klien akibat perilakunya.

6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik : distraksi melalui pekerjaan seperti membersihkan lantai, membuat batako, olahraga, dan sebagainya.

7. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara asertif.8. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual : sholat-berdoa sesuai dengan keyakinan pasien.DAFTAR PUSTAKAYosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). PT Refika Aditama: Bandung.Budi Ana, Keliat.1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. EGC: Jakarta.Budi Anna, Keliat.2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. FIK, UI: Jakarta.

Stuart GW, Sundeen.1995.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).St.Louis Mosby Year Book.L. Videbeck, Sheila. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta.http://muhshodiq.livejournal.com/1377.html (diakses pada tanggal 12 Oktober 2012)Resiko tinggi menciderai orang lain

Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri kronis

Berduka disfungsional

Koping keluarga tidak efektif

Inefektif proses terapi

Isolasi sosial

Perubahan persepsi sensori Halusinasi

PERILAKU KEKERASAN

Biologis

Religiusitas

Psikologis

p

Sosiokultur