Kelompok Kikaraktetr Hajar Dewantara

14
KI HAJAR DEWANTARA 1. I Gusti Ayu Cahayaningsih (1329091002) 2. I Gede Indra Pratama (1329091003) 3. Ketut Pasek Agung Wikhan (1329091005) Kelompok kami bernama Ki Hajar Dewantara. Alasan kami mengangkat nama pahlawan yang disebut sebagai Bapak Pendidikan, merupakan wujud upaya rasa cinta bhakti kami terhadap pahlawan-pahlawan yang diberi gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” yakni guru, yang diperingati pada hari Senin, 25 November, tepat kami membentuk kelompok ini. Hal itulah yang melatarbelakangi mengapa kami mengangkat nama seorang pahlawan untuk dijadikan sebagai nama kelompok. Hal lainnya yaitu kami bertiga merupakan pendidik, seorang guru yang memiliki komitmen yang sama untuk mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan. Alasan itulah yang mendorong kami mengangkat Beliau sebagai nama kelompok kami. Nama Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/ Semester : X/ I (Ganjil) Nilai-Nilai Karakter Yang Ada Pada Standar Kompetensi A. Standar Kompetensi 3.1 Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik, ruang dan waktu dalam sejarah Nilai-Nilai Karakter : Mandiri, Rasa Ingin Tahu, Gemar Membaca, Disiplin,

description

word

Transcript of Kelompok Kikaraktetr Hajar Dewantara

Page 1: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

KI HAJAR DEWANTARA

1. I Gusti Ayu Cahayaningsih (1329091002)

2. I Gede Indra Pratama (1329091003)

3. Ketut Pasek Agung Wikhan (1329091005)

Kelompok kami bernama Ki Hajar Dewantara. Alasan kami mengangkat nama pahlawan

yang disebut sebagai Bapak Pendidikan, merupakan wujud upaya rasa cinta bhakti kami

terhadap pahlawan-pahlawan yang diberi gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” yakni guru, yang

diperingati pada hari Senin, 25 November, tepat kami membentuk kelompok ini. Hal itulah

yang melatarbelakangi mengapa kami mengangkat nama seorang pahlawan untuk dijadikan

sebagai nama kelompok. Hal lainnya yaitu kami bertiga merupakan pendidik, seorang guru

yang memiliki komitmen yang sama untuk mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan.

Alasan itulah yang mendorong kami mengangkat Beliau sebagai nama kelompok kami.

Nama Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/ Semester : X/ I (Ganjil)

Nilai-Nilai Karakter Yang Ada Pada Standar Kompetensi

A. Standar Kompetensi

3.1 Memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis (diakronik), sinkronik,

ruang dan waktu dalam sejarah

Nilai-Nilai Karakter : Mandiri, Rasa Ingin Tahu, Gemar Membaca, Disiplin,

Kerja Keras, Kreatif, Peduli Sosial, Tanggung Jawab.

Alasan :

Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas (Wibowo, 2012: 43). Manusia pada hakikatnya merupakan

mahluk sosial dan mahluk individu. Manusia sebagai mahluk sosial adalah manusia yang

tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, yakni membutuhkan manusia lainnya hinga tua

nanti untuk membantu kehidupannya. Seperti bayi memerlukan bantuan orang lain untuk

mengajarkannya merangkak hingga berdiri, begitu juga nanti pada saat kita meninggal

membutuhkan orang lain untuk mengburkan jenazah kita. Berbeda halnya, hakikat manusia

sebagai mahluk individu. Manusia sebagai mahluk individu adalah manusia yang memiliki

karakter berbeda-beda, yang membedakan dirinya dengan mahluk lainnya. Manusia sebagai

Page 2: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

mahluk individu dituntut untuk memiliki sikap kemandirian. Sebab, tidak semua hal yang

dilakukan harus dibantu oleh orang lain. Sikap kemandirian ini juga diperlukan agar kita

tidak ketergantungan oleh orang lain, sebab hidup dan masa depan kita yang menentukan.

Begitu halnya dalam memahami dan menerapkan konsep berpikir kronologis, sinkronik,

ruang dan waktu dalam sejarah, kita harus menegakkan sikap mandiri untuk belajar,

membaca materi sejarah yang lumayan padat ini. Apabila kita membaca atau belajar

mengikuti cara orang lain, maka kita sebagai mahluk individu akan tidak berkembang. Untuk

itulah, sikap mandiri sangat perlu ditegakkan agar tidak tergantung dengan orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

Rasa Ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Wibowo,

2012: 43). Jika kita cermati dan mengacu pada materi di atas, sikap rasa ingin tahu ini

merupakan salah satu sikap pemacu agar seseorang bisa menumbuhkan sikap mencintai dan

tertarik pada sesuatu. Sikap ini perlu ditumbuhkan pada peserta didik, karena jika siswa tidak

memiliki sikap rasa ingin tahu, maka tidak akan tumbuh rasa kecintaan dan ketertarikan

terhadap mata pelajaran sejarah terkait KD di atas. Oleh karena itu, karakter rasa ingin tahu

ini perlu ditumbuhkan dan ditanamkan oleh siswa dan perlu diteladani agar siswa mau

membaca materi sejarah secara holistik. Sikap ini secara tidak langsung akan menumbuhkan

rasa cinta dan ketertarikan dengan sejarah. Sehingga, sebanyak apapun materi dan sepadat

apapun bacaan yang perlu dibaca siswa dan dipahami tidak akan menjadi masalah. Kita bisa

dapat cermati nilai karakter yang dapat dipetik dari nilai karakter rasa ingin tahu yang

sebenarnya patut diterapkan pada konteks kekinian adalah bagaimana kehidupan masa lalu

yang sangat sederhana yang sangat terbatas, tetapi manusia pada saat itu sudah memiliki rasa

ingin tahu yang sangat tinggi. Contohnya, mengenal alam sekitar, menciptakan teknologi dan

alat-alat pemenuhan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Rasa ingin tahu ini

nantinya berimplikasi kepada kreatifitas untuk menciptakankebudayaan. Kebudayaan yang

dihasilkan dapat kita lihat dari alat-alat berupa kapak yang terbuat dari batu, pakaian yang

sederhana terbuat dari kulit hewan dan pohon, dan lain sebagainya. Melihat hal tersebut,

dapat disimpulkan bahwa nilai karakter rasa ingin tahu membawa implikasi kepada sikap

kreatifitas sejak dulu telah ada. Oleh sebab itu, kita yang hidup di zaman “ serba ada”,

harusnya bersyukur telah memiliki keragaman budaya dan teknologi yang serba maju,

sebaiknya kita juga harus meningkatkan daya kreatifitas untuk menciptakan teknologi

modern lainnya untuk pemenuhan kehidupan manusia nanti.

Page 3: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

3.2 Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

Nilai-Nilai Karakter : Religius, toleransi, kerja keras, disiplin, mandiri, kreatif,

rasa ingin tahu, bersahab/komunikatif, peduli lingkungan,

peduli sosial, tanggung jawab

Alasan :

Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

agama lain (Wibawa, 2012: 43). Manusia sebagai mahluk beragama tentunya harus

melaksanakan ajaran-ajaran yang diajarkan agama atau kepercayaannya. Selain itu, kita

sebagai masyarakat yang hidup pada negara yang terdapat lebih dari satu agama, tentu harus

memiliki sikap toleransi kepada agama lain yang diakui di Indonesia, agar tidak terjadi suatu

masalah sosial atau konflik. Kemudian bila kita hubungkan ke materi, nilai karakter religius

ini sudah mulai tumbuh pada masa praaksara. Dimana manusia pada zaman itu yang awalnya

tidak tau apa-apa, mulai belajar menemukan cara membentuk suatu kebudayaan dan

kepercayaan yang masih primtif. Kebudayaan dan kepercayaan yang berbau primitif itulah

yang nantinya berkembang menjadi kepercayaan animisme dan dinamisme, dan kemudian

berkembang lagi sampai sekarang menjadi berbagai kepercayaan atau agama yang masih

dianut sampai saat ini. Kemudian bila dilihat dari konterks kekinian nilai karakter ini sangat

perlu kita kembangkan pada diri anak-anak, terutama bagi masyarakat Indonesia. Seperti

yang kita ketahui, di Indonesia terdapat lima kepercayaan yang bebas dipilih dan dianut bagi

masyarakatnya. jadi untuk menghindari suatu masalah-masalah yang berbau agama ini

terjadi, maka harus sudah mulai ditanamkan nilai karakter religius ini kepada masyarakat

Indonesia. Siswa memiliki pemikiran bahwa setiap orang berhak untuk memiliki keyakinan

dan pendapat yang berbeda sesuai dengan keyakinan yang dipilihnya (Sapriya, 2011: 54).

Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan dari orang lain yang berbeda dari dirinya (Wibowo, 2012: 43).

Kita sebagai manusia atau mahluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain, tentu harus

bisa mengamalkan sikap toleransi ini. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat tentu terdapat

perbedaan-perbedaan, seperti sifat, tingkah laku sampai kepercayan pada setiap orang dari

masyarakat tersebut. Bila kita hubungkan ke materi Memahami corak kehidupan masyarakat

pada zaman praaksara, tentu sikap toleransi ini sangat diperlukan. Hal ini dapat kita lihat pada

kegiatan kelompok-kelompok manusia praaksara. Dimana anak-anak yang masih belum

mampu atau belum bisa berburu makanan maka diberi toleransi untuk tidak mencari

makanan. Kemudian juga, untuk orang-orang yang mempunyai tugas berburu makanan

Page 4: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

tentunya memiliki rasa toleransi kepada temannya yang tidak bisa berburu karena terluka atau

sakit. Dalam suatu keadaan seperti itu, tentu harus ada rasa toleransi yang dimiliki oleh

manusia pada masa praaksara. Kemudian bila kita hubungkan dengan konteks kekinian, maka

kita sebagai masyarakat yang hidup di bangsa multikultur nilai karakter toleransi ini sangat

perlu kita tanamkan pada setiap masyarakat Indonesia. Seperti yang diketahui, beberapatahun

belakangan ini terdapat banyak konflik yang berbau agama, etnis, maupun kepentingan di

Indonesia. Konflik tersebut tentunya terjadi karena sudah mulai hilangnya rasa toleransi yang

dimiliki masyarakat Indonesia. Maka dari itu, pada dunia sekolah sudah mestinya kembali

menanamkan nilai karakter toleransi tersebut, yang nantinya dapat membentuk masyarakat

yang demokratis dan memiliki sifat toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai

bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain (Sapriya, 2011: 55).

Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-

baiknya (Wibowo, 2012: 43). Dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas tentu

diperlukan suatu sikap yang sungguh-sungguh dan kerja keras untuk dapat menyelesaikan

masalah atau tugas tersebut. Bila kita masih merasa tenang atau santai-santai saja kepada

masalah atau tugas yang sulit bagi kitam tanpa ada upaya kerja keras untuk belajar dan

menyelesaikannya, masalah atau tugas tersebut tidak akan terselesaikan. Bila kita hubungkan

ke materi, tentunya nilai karakter kerja keras ini sangat banyak ditemukan pada masa

praaksara tersebut. Dimana manusia pada masa praaksara yang benar-benar tidak mempunyai

bekal atau ilmu dalam mempertahankan kehidupannya, tentunya mereka harus bekerja keras

untuk bagaimana bisa bertahan hidup pada zaman tersebut. Kemudian bila kita hubungkan ke

konteks kekinian, nilai karakter kerja keras ini sangat diperlukan pada dunia pendidikan di

Indonesia. Seperti yang diketahui Indonesia masih mengalami masalah SDM yang masih

rendah bila kita bandingkan dengan negara lain. Tentu untuk meningkatkan SDM tersebut,

kita harus memulainya pada dunia pendidikan. Dimana siswa-siswa pada bangku sekolah

tentunya harus ditanamkan nilai karakter kerja keras. Karena dengan bersungguh-sungguhnya

siswa-siswa pada saat belajar, tentunya akan berdampak atau bermanfaat kepada semakin

baiknya hasil didikan (Hasan, 2010: 56).

Kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatuuntuk menghasilkan cara atau hasil

yang baru dari suatu yang dimilikinya (Wibowo, 2012: 43). Manusia sebagai mahluk hidup

yang memiliki kecerdasan, tentunya memiliki tingkat kreatifitas yang berbeda-beda. Dimana

kreatifitas ini sangat membantu manusia untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang

diterimanya. Dilihat dari materi ini, tentu manusia pada zaman praaksara memiliki kreatifitas

Page 5: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

yang baik. Dimana hal ini bisa dilihat perkembangan cara berpikir manusia pada zaman itu.

Manusia pada zaman praaksa yang mulanya manusia tidak tau apa-apa, mereka mulai

berpikir dan menemukan hal-hal yang diperlukan dalam melanjutkan kehidupannya seperti

mencari makanan, dan berkomunikasi antar manusia. Dalam menemukan cara untuk mencari

makanan dan komunikasi tersebut tentunya memerlukan kreatifitas yang tinggi, dimana yang

awalnya tidak tahu apa-apa menjadi menemukan cara mencari makanan dan berkomunikasi.

Kemudian bila kita lihat dari konteks kekinian, nilai karakter kreatif ini sangat diperlukan

pada di era globalisasi seperti sekarang ini. Dimana setiap individu di era globalisasi dituntut

mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan mengadaptasikan diri kedalam

situasi global yang amat bervariasi dan cepat berubah (Suprijono, 2010: 5). Untuk memenuhi

tantangan zaman seperti yang dikatakan diatas, tentu nilai karakter kreatif harus

dikembangkan mulai dari kegiatan belajar disekolah. Misalnya dalam proses memahami

materi pada suatu proses pembelajaran yang diberikan guru di kelas, pada saat ini siswa harus

kreatif dalam memahami dan mengembangkan apa yang dijelaskan dan dimaksudkan oleh

guru.

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Wibowo,

2012: 43). Jika kita cermati, nilai karakter rasa ingin tahu ini sebenarnya harus ditanamkan

disetiap proses pembelajaran. Dimana siswa apa bila sudah memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi, tentu akan sangat mudah mengerti atau memahami materi yang dipelajari. Jika kita

kaitkan ke materi praaksara ini, tentu banyak suatu kegiatan-kegiatan yang menunjukan

karakter rasa ingin tahu. Pada zaman praaksara ini manusia-manusia sudah memiliki karakter

rasa ingin tahu, terbukti manusia-manusia pada zaman inilah yang mulai memiliki rasa ingin

tahu dan mau belajar untuk mampu bertahan hidup, dengan adanya hal tersebut secara tidak

langsung terbentuk kebudayaan, dan alat komunikasi yang digunakan dan dikembangkan

pada zaman-zaman berikutnya sampai sekarang ini. Kemudian bila kita kaitkan ke konteks

kekinian, nilai karakter ini sangat patut kita kembangkan. Dimana bila bandingkan pada

manusia praaksara yang benar-benar tidak tau apa-apa, karena memiliki nilai karakter rasa

ingin tahu mampu membentuk suatu budaya dan alat komunikasi yang mampu kita

kembangkan dan kita gunakan sampai saat ini. Sekarang, kita yang telah hidup di era

globalisasi seperti sekarang ini, nilai karakter rasa ingin tahu ini harus tetap kita tanamkan,

karena dengan adanya rasa ingin tahu timbul suatu kemauan untuk belajar dan berkembang

dengan semakin baik (Hasan 2010, 58).

Page 6: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

Bersahabat/ komunikatif adalah tindakan yang melihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan berkerja sama dengan orang lain (Wibowo, 2012: 43). Manusia sebagai mahluk

sosial tentunya harus pintar bersahabat, bergaul pada orang lain atau suatu komunitas

masyarakat. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan kehidupan, sebagai mahluk sosial

manusia tidak akan bisa sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah. dimana manusia

memerlukan bantuan atau pengalaman dari orang lain dalam menyelesaikan masalah dalam

hidupnya. Bila kita hubungkan dengan materi tentang memahami corak masyarakat praksara

ini, ditemukan sikap yang komunikatif dari kehidupan berkelompok manusia praaksara.

Misalnya dalam mengajarkan cara berburu dan meramu makanan kepada anak-anak atau

penerusnya, tentu diperlukan sifat komunikatif. Karena pada saat itu terjadi transfer

pengertian dan pemahaman dengan anak-anaknya, ditemukan sikap rasa senang bicara, kerja

sama dan bergaul pada kelompok tersebut. Kemudian bila kita hubungkan dengan konteks

kekinian, nilai karakter bersahabat/ komunikatif ini sangat diperlukan. Dimana nilai karakter

bersahabat/ komunikatif ini dapat dilihat pada contoh kegiatan dalam pemecahan masalah

dikelas seperti cara bernegosiasi dan berkerja sama antar siswa dan guru maupun antara siswa

dengan siswa (Sapriya, 2011: 56). Seperti contoh kegiatan pembelajaran di atas, tentu terjadi

nilai karakter bersahabat/ komunikatif karena terjadi proses berkerja sama, dan senang bicara.

Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Wibowo, 2012: 43). Peduli lingkungan

merupakan suatu karakter yang sangat diperlukan dunia ini. Hal ini dikarenakan dunia saat ini

sedang mengalami masalah pemanasan global, jadi perlu dikembangkan karakter peduli

lingkungan ini. Bila kita hubungkan ke materi masyarakat praakasara ini, terdapat beberapa

keterkaitan. Diantaranya bila kita lihat pada contoh kegiatan-kegiatan yang dilakukan

manusia praaksara, mereka dalam melanjutkan kehidupan tentunya menggunakan alat-alat

yang masih sangat alami atau tradisional yang dapat dikatakan tidak merusak alam. Hal ini

hal ini tentu dapat menimbulkan rasa peduli lingkungan pada siswa-siswa yang

mempelajarinya. Kemudian bila kita lihat, suatu karakter yang bersifat peduli lingkungan ini

sangat diperlukan jika kita lihat pada konteks kekinian juga. Hal ini bisa kita lihat dengan

permasalahan lingkuhan yang terjadi di Indonesia. Seperi yang kita ketahui, pada kota-kota

besar tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan saangat kurang, hal ini bisi dilihat

pada banyaknya sampah-sampah yang berceceran, dan hal ini pun berdampak pada sering

terjadinya banjir-banjir di beberapa daerah di Indonesia. Kemudian hal ini dapat dilihat dari

seringnya pilakukan pembrantasan-pembrantasan hutan untuk suatu pembangunan, hal ini

Page 7: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

juga berdampak pada sering terjadinya banjir dan longsor pada beberapa daerah di Indonesia.

Melihat banyaknya masalah-masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia, tentu nilai

karakter peduli lingkungan ini sangat diperlukan, untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi. Untuk memperbaiki kerusakan alam kedepannya, diperlukan pemikiran setiap

bentuk industrialisasi dan pemanfaatan teknologi dari hasil pikir dan kerja manusiaselalu

mempertimbangkan aspek keramahan lingkungan (Marfai, 2005: 10). Cara pemikiran seperti

berikut merupakan salan satu pemikiran yang berdasarkan nilai karakter peduli lingkungan,

yang kedepannya harus kitakembangkan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang

cibuat oleh manusia.

Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Wibowo, 2012: 43). Bila kita hubngkan ke

materi, nilai karakter peduli sosial ini terletak atau muncul pada bagaimana kegiatan

kelompok-kelompok manusia praaksara pada waktu itu untuk bertahan hidup. Dimana pada

suatu kelompok manusia praaksara tentu timbul rasa peduli sosial kepada setiap-setiap orang

anggota kelompoknya. Terutama pada anak-anak yang masih belum bisa berburu makanan,

maka anggota kelompok yang bertugas mencari makanan memiliki karakter peduli sosial

untuk membagikan makanannya ke setiap orang dari kelompoknya. Kemudian bila kita

hubungkan pada konteks kekinian, nilai karakter peduli sosial ini perlu kita kembangkan pada

negara-negara berkembang dan rawan bencana seperti Indonesia. Dimana pada negara

berkembang seperti Indonesia, tentu banyak masyarakat kurang mampu yang memerlukan

bantuan dalam masalah ekonomi maupun pendidikan. Kemudian bila kita lihat Indonesia

secara geografis, tentu letak Indonesia sangat rawan dengan bencana alam. Beberapa tahun

kemarin Indonesia pernah di serang bencana seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung

meletus yang tentunya mengakibatkan banyak korban jiwa. Pada saat inlah nilai karakter

peduli sosial ini perlu dikembangkan, karena sangat diperlukan kepedulian masyarakat untuk

membantu saudara-saudara kita yang tertimpa bencana.

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Wibowo, 2012:

44). Bila kita hubungkan nilai karakter tanggung jawab dengan materi pada SK ini tentu

sangat berhubungkan. Dimana pada masa praaksara terdapat pembagian tugas pada masing-

masing orang tiap kelompok. Jadi disana terdapat suatu karakter tanggung jawab yang

dimiliki tiap orang untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing. Dan juga nilai karakter

tanggung jawab ini dimiliki juga oleh setiap pemimpin pada kelompok-kelompok masyarakat

Page 8: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

praaksara. Kemudian bila kita hubungkan pada konteks kekinian, nilai karakter tanggung

jawab ini sangat penting bagi kepentingan Indonesia. Dimana pada era globalisasi budaya

barat akan mudah tersebar ke bangsa-bangsa lain. Jadi untuk melindungi suatu budaya bangsa

dan jati diri bangsa khususnya Indonesia dari ancaman arus global, diperlukan suatu

kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang bertanggung jawab untuk

menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan bangsa kita dari bangsa lain.

Page 9: Kelompok Kikaraktetr  Hajar Dewantara

DAFTAR PUSTAKA

Hasan dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Kemendiknas RI

Marfai, Muh Aris. 2005. Moralitas Lingkungan Refleksi Kritis Atas Krisis Lingkungan Berkelanjutan. Yogyakarta: Wahana Hijau

Sapriya. 2011. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yokyakarta: Pustaka Belajar