Memaknai Trotoar Di Jalan Ki Hajar Dewantara

20
TUGAS ARSITEKTUR TEMATIK Memaknai Trotoar Di Jalan Ki Hajar Dewantara (Belakang Kampus UNS) Sebagai Fasilitas Pejalan Kaki WINA ASTARINA I0207024 JURUSAN ARSITEKTUR

Transcript of Memaknai Trotoar Di Jalan Ki Hajar Dewantara

Page 1: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

TUGAS ARSITEKTUR TEMATIK

Memaknai Trotoar Di Jalan Ki Hajar Dewantara (Belakang Kampus UNS)

Sebagai Fasilitas Pejalan Kaki

WINA ASTARINA

I0207024

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Page 2: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

Memaknai Trotoar Di Jalan Ki Hajar Dewantara (Belakang Kampus UNS)

Sebagai Fasilitas Pejalan Kaki (Pedestrian)

Abstrak

Lingkungan perkotaan yang ramah bagi pejalan kaki adalah lingkungan perkotaan yang

manusiawi, yang tidak hanya mementingkan ukuran dan dimensi berdasarkan skala

manusia. Upaya ke arah itu dapat dilakukan melalui pedestrianisasi kawasan

perkotaan, yaitu merupakan suatu upaya untuk menciptakan lingkungan perkotaan

yang sesuai dengan karakteristik dan tuntutan kebutuhan pedestrian dengan tujuan

untuk mempertahankan pusat kota agar tetap manusiawi, menarik bagi warga kota

untuk datang, tinggal, bekerja, dan melakukan kegiatan lainnya dalam rangka

memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya.

Trotoar merupakan satu dari sekian banyak macam fasilitas yang disediakan bagi para

pedestrian. Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan

lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki

yang bersangkutan Trotoar yang berada di Jalan Ki Hajar Dewantara, belakang

kampus, merupakan salah satu pengadaan fasilitas bagi pedestrian yang berada di

sekitar kampus. Merupakan salah satu urgensi atas fasilitas yang mendukung kegiatan

pejalan kaki dari dan menuju kampus UNS dan diharapkan dapat memberikan rasa

aman dan nyaman bagi para pejalan kaki.

Kata kunci: pejalan kaki, fasilitas, Trotoar.

PENDAHULUAN

Trotoar merupakan salah satu fasilitas bagi pejalan kaki yang berada di sisi kanan dan

kiri jalan yang mendukung jalannya ketertiban bagi semua pengguna jalan. Trotoar

dalam bahasa Inggris disebut dengan footway yang artinya bagian jalan yang

dikhususkan untuk pejalan kaki (Kamus Lengkap 8 Teknik Sipil, 2001 : 300). Dalam

pengertian yang lain Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu

lintas kendaraan, yang khusus dipergunakan oleh pejalan kaki (Sutono dkk, 2003 : 15).

Page 3: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

TROTOAR SEBAGAI FASILITAS PEDESTRIAN

Pedestrian berasal dari Bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang

berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi pejalan kaki atau orang yang

berjalan kaki, sedangkan jalan merupakan media diatas bumi yang memudahkan

manusia dalam tujuan berjalan, Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti

pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik

tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau

secara harfiah, pedestrian berarti " person walking in the street ", yang berarti orang

yang berjalan di jalan. Namun jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya

dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk pejalan kaki yang berfungsi sebagai

sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dad bahaya yang datang

dari kendaraan bermotor.

Menurut John Fruin, berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan internal

kota, satu — satunya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada

didalam aktivitas komersial dan kultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan kaki

merupakan alat penghubung antara moda moda angkutan yang lain.

Trotoar merupakan salah satu fasilitas yang disediakan untuk pejalan kaki. Arti

trotoar dalam bahasa Inggris disebut dengan footway yang artinya bagian jalan yang

dikhususkan untuk pejalan kaki (Kamus Lengkap 8 Teknik Sipil, 2001 : 300). Dalam

pengertian yang lain Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu

lintas kendaraan, yang khusus dipergunakan oleh pejalan kaki (Sutono dkk, 2003 : 15).

Trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih

tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang

bersangkutan.

Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan

kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah

satu tujuan utama dari keberadaan jalur untuk pedestrian adalah berusaha untuk

memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan

gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.

Page 4: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

Pada dasarnya jalur pejalan kaki yang di sediakan untuk pedestrian memiliki kriteria –

kriteria tertentu yang harus dipenuhi demi tujuan utama dari penyediaannya yaitu

berupa rasa aman dan nyaman dari penggunannya. Selain jalur pejalan kaki, fasilitas

yang harus dilengkapi bagi pedestrian adalah lapak tunggu (halte), penerangan,

perambuan, marka, pagar pembatas, dan peneduh yang sudah diatur oleh pihak Bina

Marga di setiap kota.

Fasilitas Pejalan Kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jalur Pejalan Kaki

a. Pada tempat-tempat dimana pejalan kaki keberadaannya sudah menimbulkan

konflik dengan lalu lintas kendaraan atau mengganggu peruntukan lain, seperti

taman, dan lainlain.

b. Pada lokasi yang dapat memberikan manfaat baik dari segi keselamatan,

keamanan, kenyamanan dan kelancaran.

c. Jika berpotongan dengan jalur lalu lintas kendaraan harus dilengkapi rambu dan

marka atau lampu yang menyatakan peringatan/petunjuk bagi pengguna jalan.

d. Koridor Jalur Pejalan Kaki (selain terowongan) mempunyai jarak pandang yang

bebas ke semua arah.

e. Dalam merencanakan lebar lajur dan spesifikasi teknik harus memperhatikan

peruntukan bagi penyandang

f. cacat.

2) Lapak Tunggu

a. Disediakan pada median jalan.

b. Disediakan pada pergantian roda, yaitu dari pejalan kaki ke roda kendaraan

umum.

3) Lampu Penerangan

a. Ditempatkan pada jalur penyeberangan jalan.

b. Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur.

Page 5: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

c. Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan kaki melakukan

penyeberangan bisa terlihat pengguna jalan baik di waktu gelap/malan hari.

d. Cahaya lampu tidak membuat silau pengguna jalan lalu lintas kendaraan.

4) Perambuan

a. Penempatan dan dimensi rambu sesuai dengan spesifikasi rambu

b. Jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan keadaan medan.

5) Pagar Pembatas

a. Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450 orang/jam/lebar efektif

(dalam meter).

b. Apabila volume kendaraan sudah > 500 kendaraan/jam.

c. Kecepatan kendaraan > 40 km/janl.

d. Kecenderungan pejalan kaki tidak meggunakan fasilitas penyeberangan.

e. Bahan pagar bisa terbuat dari konstruksi bangunan atau tanaman.

6) Marka

a. Marka hanya ditempatkan pada Jalur Pejalan Kaki penyeberangan sebidang.

b. Keberadaan marka mudah terlihat dengan jelas oleh pengguna jalan baik di

siang hari maupun malam hari.

c. Pemasangan marka harus bersifat tetap dan tidak berdampak licin bagi penguna

jalan.

7) Peneduh / Pelindung

Jenis peneduh disesuaikan dengun jenis Jalur Pejalan Kaki, dapat berupa:

o Pohon pelindung, atap (mengikuti pedoman tekniklansekap)

o Atap

o dll.

Page 6: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

Menurut Bina Marga, Lokasi Jalur Pejalan Kaki yang berupa trotoar memiliki criteria

sebagai berikut:

a. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar

jalur Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA). Trotoar hendaknya dibuat sejajar

dengan jalan, akan tempat Trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila

keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.

b. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka

atau di atas saluran drainase yang telah ditutup.

c. Trotoar pada tempat pemberhentian bus harus ditempatkan secara

berdampingan/sejajar dengan jalur bus.

KRITERIA KEBUTUHAN PEJALAN KAKI

Hal utama yang di cari dari pedestrian ketika menggunakan trotoar sebagai

sarana perjalanana adalah karena pedestrian merasa perlu mendapat perlindungan dari

kecelakaan lalu lintas kendaraan, ancaman kriminal, dan bahaya ancaman fisik yang

lain. Oleh sebab itu Kecelakaan lalu lintas adalah merupakan ancaman yang perlu

diperhatikan secara sungguh-sungguh. Selain itu perlu perlindungan dari kecelakaan

jatuh karena tersandung atau adanya perbedaan ketinggian antara permukaan elemen

jalan.

Hal lain yang dibutuhkan oleh pedestrian adalah rasa nyaman. Pergerakan

Pejalan Kaki tidak akan terpisahkan dengan keadaan lingkungannya. Lingkungan yang

nyaman secara fisik maupun psikologis mempengaruhi para pedestrian untuk

menggunakan trotoar sebagai sarana berjalan kaki. Kenyamanan ini dapat diperoleh

dari adanya peletakan fasilitas pendukung seperti peneduh, marka dan penerangan di

sekitar trotoar.

Pedestrian berbeda dengan pengendara mobil. Tanpa tergantung jenis kelamin,

umur, dan kemampuan fisik pengendara mobil bisa berjalan dengan kecepatan dan

jarak yang sama. Tidak demikian adanya bagi pedestrian, kemampuan mereka

berjalan akan tergantung kepada jenis kelamin, umur, dan kondisi fisik. Anak muda

akan mampu lebih cepat dan lebih jauh berjalan dari pada orang tua. Oleh karena itu

Page 7: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

lingkungan bagi pedestrian harus dibuat semudah mungkin bagi berbagai golongan dan

kondisi pedestrian. Sehingga semua golongan dapat menikmati adanya fasilitas bagi

pedestrian tersebut.

DIMENSI DAN RUANG BAGI PEDESTRIAN

Ukuran bagi fasilitas trotoar yang disediakan seharusnya cukup bagi seluruh jenis dan

ukuran pedestrian yang menggunakan fasilitas tersebut. Ukuran badan pedestrian

ditentukan oleh lebar bahu dan tebal tubuh. Menurut observasi yang dilakukan oleh

Fruin (1971) menyatakan bahwa 99% manusia berukuran lebar bahu sekitar 52,5 cm

dengan toleransi 3,8 cm, dan tebal tubuh sekitar 33 cm. Selanjutnya ia

merekomendasikan untuk memakai ukuran sekitar 45,7 cm x 61 cm atau ekuivalen

dengan ellips seluas 0,21 m2 untuk memberi kesempatan bergerak bebas dengan

kondisi membawa bawaan di tangan kanan dan kiri. Untuk orang Indonesia dimensi

tersebut mestinya sudah amat memadai.

Dimensi dari trotoar sendiri memberikan rasa nyaman bagi penggunanya, trotoar yang

terlalu sempit ataupun terlalu lebar dapat membuat penggunanya tidak nyaman secara

psikologis.

Pedestrian mempunyai ruang pribadi yang terbentuk antara seorang pejalan kaki

dengan orang lain didepannya di dalam suatu kerumunan orang. Apabila kapasitas

Page 8: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

rendah dan ruang longgar maka pedestrian bebas memilih ruang yang nyaman untuk

menghindari terjadinya kontak dengan orang lain. Bila kapasitas semakin padat maka

kebebasan pedestrian untuk berjalan, belok, memperlambat langkah, maupun berhenti

semakin berkurang, dan ruang pribadi juga semakin mengecil. Ruang yang terbentuk

antara satu pedestrian dengan yang lainnya ini oleh Untermann (1984) disebut sebagai

teritori bubble (territory bubbles). Ruang ini menggelembung dalam bentuk telur dengan

sebagian besar ruang berada di dekat si pedestrian yang bersangkutan. Besarnya

bervariasi tergantung kepadatan kerumunan orang, yaitu antara jarak pandang ke

depan sejauh 183 cm untuk situasi padat seperti berjalan di pusat pertokoan, dan

membesar sampai 1,067 cm untuk situasi yang longgar, seperti berjalan-jalan di taman.

Gambar 3. Jarak Pandang ke Depan (Untermann, 1984)

Ruang yang diperlukan bagi pedestrian di dalam arus pejalan kaki adalah fungsi dari

kepadatan jumlah pejalan kaki. Bila kepadatan meningkat maka pedestrian dipaksa

untuk mempertahankan pola ruang yang telah ada untuk

keperluan manuver. Agar manuver bisa dilakukan dengan baik minimum ruang yang

tersedia seluas 2,3 m2. Bila kurang dari itu pedestrian harus mengatur kembali

posisinya. Pada keadaan yang padat pedestrian cenderung untuk mengurangi

longitudinal spacing mereka dari pada lateral spacingnya yang bisa menyebabkan

bersenggolan dengan orang disampingnya.

Page 9: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

Jadi meskipun dimensi minimal bagi pedestrian sudah tercapai, maka belum tentu

pedestrian tersebut sudah mencapai kenyamanan di dalam ruang pribadinya.

FENOMENA YANG TERJADI DI TROTOAR JALAN KI HAJAR DEWANTARA

Fenomena yang akan dibahas adalah menyangkut kesadaran masyarakat sekitar jalur

trotoar jalan ki Hajar Dewantara untuk memepergunakan fasilitas yang telah disediakan

secara maksimal dan benar. Masyarakat sekitar merupakan sasaran utama pengguna

dari fasilitas yang dibuat sepanjang area pintu keluar Gerbang belakang UNS hingga

Gerbang Hukum yang dibuat sekitar bulan Agustus 2010 ini. Pada pembuatannya pun

terjadi beberapa tahap. Hingga bulan Desember 2010, trotoar ini masih belum

terselesaikan.

Pada bagian ujung trotoar di dekat Gerbang UNS, terdapat sebuah warung angkringan

yang menutupi jalan masuk ke arah trotoar, sehingga jika ada pejalan kaki yang akan

naik atau turun dari trotoar tidak dapat melewati area masuk atau awalan jalur pejalan

kaki tersebut. Mereka harus memotong jalan melewati bagian taman dari area trotoar

tersebut.

Gambar 1. Angkringan yang menutupi area masuk/awalan trotoar

Sumber : dokumen pribadi

Page 10: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

Trotoar ini dibangun diatas tanah yang tadinya digunakan sebagai toko – toko yang

kemudian toko – toko tersebut dipindahkan ke daerah belakang Kelurahan yang tidak

jauh dari tempat berdagangan semula. Di bagian dinding yang membatasi trotoar

terlihat banyak coret – coretan yang bertuliskan informasi alamat toko yang sebelumnya

berdiri disana.

Gambar 2. Dinding pembatas yang menjadi papan pengumuman

Sumber : dokumen pribadi

Trotoar dengan jalur jalan selebar 80 cm ini memiliki taman selebar 2 meter yang

berfungsi juga sebagai RTH dan berisi pohon – pohon yang baru ditanami seperti palm

botol, pohon mangga dan beberapa jenis tanaman semak lainnya yang menjadi

pemanis dari trotoar. Pohon – pohon yang ditanam saat ini tidak dapat berfungsi

sebagai peneduh bagi para pedestrian yang berjalan di jalur pejalan kaki yang berada

di sisi dalam trotoar. Pejalan kaki tetap terkena panas dan hujan ketika menggunakan

jalur pedestrian tersebut. Di beberapa sisi dekat Gerang Hukum, terdapat pepohonan

yang sudah cukup tua, berupa pohon – pohon jati yang sudah berdiri sejak sebelum

trotoar dibuat. Area sekitar pohon jati ini memiliki suasana yang lebih adem dan teduh,

karena jalur pedestriannya tertutup oleh bayangan pohon yang besar. Namun

sayangnya adanya pohon besar ini juga dimanfaatkan oleh para penjual untuk

berjualan di sekitar bawah pepohonan.

Page 11: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

Gambar 3 & 4 Pohon – pohon yang baru ditanam dan diharapkan sebagai peneduh

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 5. Area bawah pohon yang rindang dipergunakan sebagai lokasi berjualan

Sumber : Dokumen Pribadi

Jalur pejalan kaki yang relative sempit ini jika diperhatikan, tidak dapat

digunakan oleh dua orang yang berjalan secara bersinggungan ataupun bersebelahan.

Sehingga apabila ada pejalan kaki yang berjalan bersinggungan, satu diantaranya

harus mengurangi kecepatan berjalan untuk sejenak memberikan kesempatan untuk

lawan arahnya untuk “menyalip”. Sedangkan apabila pedestrian tersebut datang

menuju arah yang sama, maka mereka harus berjalan berbaris agar tidak menabrak

satu dengan yang lain.

Selain itu kerbs trotoar ini memiliki ketinggian yang cukup tinggi yaitu sekitar 20

Page 12: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

cm, hal ini menyulitkan apabila ada seorang difabel yang ingin menggunakan area

trotoar demi keselamatannya. Seorang ini pastinya tidak dapat menaikan diri ke atas

trotoar karena tidak adanya bantuan ram untuk akses menuku ke atas trotoar.

Ditambah lagi ukuran lebar jalur pejalan kaki yang sekitar 80 cm akan menyulitkan

kaum difabel untuk bergerak diatas jalur pedestrian.

Trotoar yang menempel langsung ke sisi dinding kampus kurang diminati oleh

para pedestrian karena di sisi tersebut tidak terdapat fasilitas apapun selain trotoar dan

jalur pejalan kaki, banaylk dari pedestrian yang lebih memilih menyebrang untuk berada

di sisi satunya dikarenakan adanya fasilitas lain seperti pertokoan dan ATM.

Akibat daripada jalur pejalan kaki yang berada di bagian dalam juga

mengakibatkan lebih banyak pedestrian yang berjalan di bahu jalan raya dibandingkan

naik ke atas trotoar. Hal ini kaena sulitnya mereka mendapatkan akses untuk

memanggil kendaraan umum yang lewat. Adanya taman yang berada di sisi luar trotoar

membuat pedestrian yang ingin menyebrang dari jalur pejalan kaki menuju jalan atau

menghentikan angkutan harus menginjang taman. Ditambah lagi dengan tidak adanya

Gambar 6. Jalur pejalan kaki yang berukuran kecil

membuat para pedestrian yang melewatinya harus

berbaris.

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 7. Perbedaan kerbs/level menuju trotoar

yang cukup tinggi. Sekitar 20 cm. Penambahan level

menuju ke trotoar tidak membantu, Karena masih

membentuk seperti tangga, bukan ram.

Sumber : Dokumen Pribadi

Page 13: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

halte terdekat di sekitar trotoar sepanjang Gerbang UNS – Gerbang Hukum sehingga

menyebabkan para pedestrian menunggu angkutan di sisi jalan raya, padahal hal

tersebut tidak aman bagi keselamatan mereka. Selain itu juga tidak ada nya marka

penyebrangan (zebra cross) membuat para pedestrian seenaknya untuk menyebrang

dari dan menuju sisi sebrangnya membuat keamanan dari pedestrian tetap seolah

diabaikan.

Pada saat hujan turun, tidak ada satupun pedestrian yang berjalan menggunakan jalur

pejalan kaki di trotoar tersebut. Hal ini diakibatakn tidaj adanya penutup atap yang

dapat melindungi pedestrian ketika turun hujan, mereka lebih memilih berjalan di sisi

sebrangnya yang memiliki banyak bangunan untuk berlindung jika tiba – tiba turun

hujan. Hal yang sama juga terjadi ketika malam hari, Jalur pedestrian yang sangat

Gambar 8. Jalur pejalan kaki yang berada si sisi

membuat pedestrian harus melangkah memotong

taman untuk memanggil angkutan.

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 9. Pejalan kaki yang lebih memilih berjalan

di sisi jalan raya dibandingnkan berjalan di jalur

pejalan kaki di trotoar

Sumber : Dokumen Pribadi

Page 14: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

gelap dan sepi membuat jarang sekali pejalan kaki yang berjalan menggunakan

pedestrian tersebut dan memilih untuk berjalan di sisi yang terang.

Gambar 10. Suasana sekitar trotoar ketika hujan turun

Sumber : Dokumen Pribadi

Pada dasarnya trotoar sebagai elemen kota merupakan fasilitas berjalan kaki bagi

seluruh pedestrian semua umur dan semua golongan. Maka alangkah lebih baiknya

apabila sarana dan fasilitas yang demi kepentingan bersama itu bisa dinikmati dengan

nyaman oleh semua kalangan. Suatu system yang baik itu pada dasarnya terbentuk

oleh fasilitas yang baik pula. Dengan adanya fasilitas yang baik, maka dapat membuat

sebuah system yang salah menjadi system yang lebih baik dan saling memberi

pengaruh kepada lingkungan yang ada disekitarnya.

Page 15: Memaknai  Trotoar  Di Jalan Ki Hajar Dewantara

DAFTAR PUSTAKA

1. http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/pedoman_teknik245.pdf

28/11/2010 08.05

2. http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/totok_priyanto.pdf

28/11/2010 08.15

3. http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/2010/11/30/65253/rancang-trotoar-

khusus-penyandang-cacat 28/11/2010 08.15

4. http://retnodamayanthi.wordpress.com/2008/10/12/alih-fungsi-trotoar/ 28/11/2010

08.40

5. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH011f/5e79f9f5.dir/

doc.pdf 28/12/2010 16.15

6. Brambilia, Roberto (1977). For Pedestrian Only Planning Planning, Design, And

Management Of Traffic -Free Zones, Whitney Library Of Design, New York