IMPLEMENTASI AJARAN KI HAJAR DEWANTARA …journal.ustjogja.ac.id/download/LAPORAN AKHIR.pdf ·...

download IMPLEMENTASI AJARAN KI HAJAR DEWANTARA …journal.ustjogja.ac.id/download/LAPORAN AKHIR.pdf · LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMULA ... DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ... berbasis

If you can't read please download the document

Transcript of IMPLEMENTASI AJARAN KI HAJAR DEWANTARA …journal.ustjogja.ac.id/download/LAPORAN AKHIR.pdf ·...

  • i

    LAPORAN AKHIR

    PENELITIAN PEMULA

    IMPLEMENTASI AJARAN KI HAJAR DEWANTARA

    DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNTUK MEMBANGUN SIKAP ILMIAH MAHASISWA

    PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    TIM PENYUSUN:

    Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I (9014394/0518099001)

    Dra. Hj. Hidayati, M.Pd (19561016 1989032001)

    UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA

    DESEMBER 2015

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    PENELITIAN PEMULA

    Judul Penelitian :Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Peneliti / Pelaksana Nama Lengkap : Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I NIY / NIDN : 9014394 / 0518099001 Jabatan Fungsional : - Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Nomor HP : 081391415659 Alamat surel (email) : [email protected]

    Anggota (1) Nama Lengkap : Dra. Hj. Hidayati, M. Pd NIP : 19561016 1989032001 Program Studi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Biaya Keseluruhan : Rp. 3.375.000, 00 Biaya dari UST : Rp. 3.000.000, 00 Biaya Mandiri : Rp. 375. 000, 00

    Yogyakarta, 1 Desember 2015

    Mengetahui, Ketua Program Studi Ketua Peneliti Dra. C. Indah Nartani, M.Pd Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I NIP. 19570617 198403 2 003 NIY. 9014394

    Menyetujui, Kepala LP2M UST

    Ir. Rossana Christiningsih, M.Si NIY. 5784063

    mailto:[email protected]

  • iii

    SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Ketua Peneliti : Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I

    NIY / NIDN : 9014394 / 0518099001

    Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian dengan judul

    Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam Pembelajaran Ilmu

    Pengetahuan Alam untuk Membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar betul-betul merupakan penelitian saya sendiri. Dalam laporan

    penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali yang tertulis

    diacu dalam sumber kutipan dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila ternyata dalam laporan ini terdapat pelanggaran ilmiah, saya bersedia

    menerima sanksi berupa pengembalian dana penelitian dan pembatalan pengakuan

    terhadap laporan penelitian, yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak terkait.

    Yogyakarta, Desember 2015

    Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I

  • iv

    ABSTRAK

    Ana Fitrotun Nisa dan Hidayati. Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penelitian LP2M. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. 2015.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh calon guru. Hasil observasi menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD UST Yogyakarta belum memiliki sikap ilmiah. Hal tersebut dibuktikan dengan ketidakjujuran mahasiswa dalam mengerjakan ujian, ketidakilmiahan dalam penulisan makalah, ketidakdisiplinan dalam pembelajaran IPA dan kurangnya tasa ingin tahu mahasiswa dalam mendalami materi yang dipelajari. Dari berbagai permasalan tersebut, maka perlu diimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran IPA untuk membangun sikap ilmiah mahasiswa PGSD. Ajaran Ki Hajar Dewantara yang dapat diimplementasikan antara lain yaitu ajaran trilogi kepemimpinan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ajaran lain yang dapat diimplementasikan yaitu sistem among dan tri N (Niteni, nirokke, nambahi).

    Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dalam setiap siklusnya. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa ajaran Ki Hajar dapat membangun sikap ilmiah mahasiswa PGSD UST Yogyakarta. Dengan mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran IPA, terbangunlah sikap mahasiswa yang sikap jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri dan rasa ingin tahu. Keywords: Ajaran Ki Hajar Dewantara, Pembelajaran IPA, Sikap Ilmiah, Mahasiswa PGSD

  • v

    ABSTRACT

    Ana Fitrotun Nisa and Hidayati. The Implementation of Ki Hajar Dewantara

    Teachings in Learning Science to Build Scientific Attitude of Students of Primary

    Teacher Education. LP2M Research. Sarjanawiyata Tamansiswa University. 2015

    This research aims to implement the teachings of Ki Hajar Dewantara in

    Learning Science to build Scientific Attitude of Students of Primary Teacher Education. Scientific attitude is an attitude that must be owned by prospective teachers. The result of research indicates that the Students of Primary Teacher Education of Sarjanawiyata Tamansiswa University do not have a scientific attitude yet. This is evidenced by the dishonesty of students in doing examination, unscientific in writing papers, indiscipline in learning science and lack of curiousity in exploring the material has been learned. Based on those facts, it is necessary to implement the Ki Hajar Dewantara teaching in learning science to build Scientific Attitude of Students of Primary Teacher Education. Ki Hajar Dewantara teachings that can be implemented is leadership trilogy: ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. The other teaching is Among system and Tri N (niteni, nirokke, nambahi).

    This research uses Classroom action research method with four stages: planning, implementation, observation and reflection on each cycle. The result of the research shows that Ki Hajar Dewantara teaching can build Scientific Attitude of the Students of Primary Teacher Education of Sarjanawiyata Tamansiswa University, Yogyakarta. By implementing the teachings of Ki Hajar Dewantara in learning science, the studentss honest, discipline, hard work, creative, independent and curious will be realized. Keywords: Ki Hajar Dewantara Teaching, Learning science, Scientific attitude, Students of Primary Teacher Education.

  • vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

    SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iii

    ABSTRAK ..................................................................................................... iv

    ABSTRACT .................................................................................................. v

    DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ................................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN

    1. 1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

    1. 2 Rumusan Masalah....................................................................... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2. 1 Kajian Teori................................................................................ 6

    2. 1. 1 Ajaran Ki Hadjar Dewantara ........................................... 6

    2. 1. 2 Hakikat Ilmu Pendidikan Alam ....................................... 14

    2. 1. 3 Sikap Ilmiah .................................................................... 18

    2. 1. 4 Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam

    Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ............................... 20

    2. 2 Penelitian yang Relevan .............................................................. 21

    2. 3 Kerangka Pikir ............................................................................. 23

    BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    3. 1 Tujuan Penelitian ......................................................................... 24

    3. 2 Manfaat Penelitian ....................................................................... 24

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4. 1 Jenis dan Tahapan Penelitian ........................................................ 26

    4. 2 Subjek Penelitian .......................................................................... 27

    4. 3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 27

  • vii

    4. 4 Teknik Analisis Data .................................................................... 28

    BAB V HASIL YANG DICAPAI ................................................................. 30

    5. 1 Tindakan Siklus 1 ........................................................................... 31

    5. 2 Tindakan Siklus 2 .......................................................................... 36

    BAB VI RENCANA TAHAP BERIKUTNYA ............................................ 39

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    7. 1 Kesimpulan .................................................................................... 40

    7. 2 Saran .............................................................................................. 40

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42

    LAMPIRAN .................................................................................................. 44

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 23

    Gambar 2. Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan ....................................... 26

    Gambar 3. Proses Presentasi Mahasiswa ....................................................... 33

    Gambar 4. Bukti fisik contekan mahasiswa di bangku ujian ......................... 36

    Gambar 5. Apresiasi bertanya mahasiswa yang tinggi .................................. 37

    Gambar 6. Ketertiban mahasiswa saat ujian akhir semester ........................... 38

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Makalah Mahasiswa yang Belum Sesuai Kaidah Ilmiah ............ 45

    Lampiran 2. Contekan Mahasiswa Saat UTS ................................................. 46

    Lampiran 3. Rincian Anggaran Penelitian .................................................... 47

    Lampiran 4. Instrumen Peneilitian ................................................................. 48

    Lampiran 5. Sertifikat Publikasi Seminar Internasional ................................. 49

    Lampiran 6. Publikasi Prosiding Seminar Internasional .................................. 50

  • x

    KATA PENGANTAR

    Salam dan Bahagia

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayahNya, sehingga penelitian yang didanai oleh LP2M UST

    dengan judul Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam untuk Membangun Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan

    Guru Sekolah Dasar dapat diselesaikan dengan lancar dan tanpa hambatan yang

    berarti.

    Penelitian ini disusun dalam rangka untuk mengetahui secara lebih

    mendalam mengenai pelaksanaan Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara

    dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Tentu saja pelaksanaan penelitian

    ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,oleh karena itu kami mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Rektor UST Yogyakarta

    2. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan UST Yogyakarta

    3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UST Yogyakarta

    4. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.

    Semoga penelitian ini dapat bermanfaa dan selanjutnya kritik, saran yang

    konstruktif kami harapkan untuk perbaikan penelitian di masa mendatang.

    Salam.

    Yogyakarta, Desember 2015

    Ketua Peneliti

    Ana Fitrotun Nisa, M. Pd. I

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. 1 Latar Belakang Masalah

    Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari gejala-

    gejala alam yang dapat dirumuskan kebenarannya secara empiris. Empiris

    merupakan segala sesuatu yang didapat berdasarkan pengalaman terutama

    yang diperoleh dari penemuan, percobaan dan pengamatan yang telah

    dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Salah satu hakikat Ilmu

    Pengetahuan Alam adalah IPA sebagai pemupuk sikap ilmiah terhadap alam

    sekitar. Menurut Hadiat dan I Nyoman Kertiasa (1976:910) mengemukakan

    beberapa sikap ilmiah yaitu (1) jujur, (2) disiplin, (3) kerja keras, (4) kreatif,

    (5) mandiri, (6) rasa ingin tahu, (7) peduli lingkungan, (8) tanggung jawab,

    dan (9) demokratis.

    Mata kuliah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di program studi

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) merupakan mata kuliah wajib yang

    harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa. Terdapat empat mata kuliah yang

    berbasis kealaman di program studi PGSD UST Yogyakarta (Kurikulum

    KBK 2012), yaitu IPA 1, IPA 2, Pengembangan Pembelajaran IPA SD, dan

    pendidikan lingkungan. Mata kuliah IPA 1 merupakan mata kuliah yang

    membahas tentang pokok-pokok bahasan tentang fisika SD, mata kuliah IPA

    2 membahas tentang pokok-pokok bahasan tentang biologi SD. Sedangkan

    mata kuliah pengembangan pembelajaran IPA SD membahas tentang

    pendekatan, strategi, sumber belajar, media, evaluasi dan simulasi yang perlu

    dipersiapkan dalam mengajarkan materi IPA di SD. Sedangkan mata kuliah

    Pendidikan lingkungan merupakan mata kuliah yang membekali mahasiswa

    tentang bagaimana cara menjaga lingkungan dengan baik dan bagaimana cara

    menanamkan kecintaan terhadap lingkungan kepada anak didik di SD.

    Tujuan dari mata kuliah IPA 1 dan IPA 2 adalah untuk memberikan

    bekal kepada mahasiswa calon guru SD tentang materi IPA dasar yang baik

    dan benar. Hal tersebut menuntut mahasiswa harus memiliki sikap ilmliah.

  • 2

    Sikap ilmiah ini sangat penting bagi mahasiswa calon guru SD pada

    umumnya dan calon guru mata pelajaran IPA pada khususnya. Dengan sikap

    ilmiah, mahasiswa (calon guru SD) menjadi memiliki karakter yang baik

    yang mencirikan sosok seorang guru, seperti jujur, disiplin, kreatif,

    tanggungjawab, memiliki rasa selalu ingin tahu dan memiliki sikap

    demokratis. Bekal ini sangat penting dimiliki oleh calon guru SD karena

    pembelajaran yang baik adalah dengan memberikan tauladan yang terbaik

    terlebih dahulu kepada anak didik agar anak didik dapat meniru sikap yang

    dimiliki oleh guru. Jika guru sendiri tidak memiliki sikap ilmiah yang

    mendarah daging (menjadi karakter) maka akan sulit bagi dirinya memberi

    tauladan sikap ilmiah yang baik kepada anak didik.

    Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mahasiswa

    semester 2 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

    Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) tahun ajaran 2014/2015 belum

    memiliki sikap ilmiah. Hasil observasi di kelas I, J dan K menunjukkan

    bahwa masih banyak mahasiswa yang belum memiliki sikap ilmiah: Jujur,

    ketidakjujuran mahasiswa masih belum muncul dalam kegiatan membuat

    makalah yang harus dipresentasikan. Sembilan puluh persen (90%) dari

    makalah mahasiswa belum mencantumkannya sumber yang akurat dalam

    pengambilan materi u ntuk pembuatan makalah baik dari segi materi maupun

    gambar-gambar yang diambil dari buku, internet maupun sumber lain. Hal ini

    menandakan bahwa budaya plagiat masih menjamur dikalangan mahasiswa

    (Lampiran I). Dalam penulisan makalah, mereka hanya copy paste materi dari

    berbagai sumber tanpa menyebutkan sumber yang mereka ambil dan mereka

    tidak memberikan pemikiran pribadi dari penulis sendiri. Selain itu,

    mahasiswa juga masih membawa contekan dan saling tanya satu sama lain

    saat ujian tengah semester. Hal ini mencerminkan bahwa mahasiswa masih

    belum percaya diri dan masih tertanam jiwa ketidakjujuran dalam

    mengerjakan soal ujian tengah semester (Lampiran II). Sikap ketidakjujuran

    ini jika terus tertanam dalam sifat seseorang maka lampat laun dapat

    mengakibatkan budaya korupsi, manipulasi data, dan berbagai kegiatan fatal

  • 3

    lainnya yang menyebabkan kerugian kepada diri sendiri dan orang lain pada

    umumnya.

    Disiplin, kedisiplinan mahasiswa juga perlu ditingkatkan. Misalkan

    saja dalam kedisiplinan masuk perkulihan, masih banyak mahasiswa yang

    telat untuk masuk kelas dikarenakan bangun kesiangan, macet, dan alasan

    lain yang tidak mencerminkan kedisiplinan calon guru. Kerja keras, sikap

    kerja keras mahasiswa dalam belajar juga masih sangat kurang, hal ini

    dibuktikan dengan kurangnya semangat dalam proses pembelajaran, dalam

    mengerjakan tugas mereka tidak mengerjakan secara maksimal dan asal

    menyelesaikannya, dan dalam usaha untuk dapat memahami materi yang

    belum mereka pahami mereka belum memiliki rasa menggali lebih dalam dan

    bekerja lebih keras lagi dalam mendalami materi yang dipelajari.

    Kreatif, sikap kreatif merupakan salah satu ciri orang yang sukses.

    Dengan kreatif, kita bisa menjadi survive di masa depan. Kreativitas

    mahasiswa PGSD dalam membuat inovasi dalam pembelajaran IPA masih

    sangat kurang. Hal ini dibuktikan dengan sikap apa adanya dalam

    mempresetasikan makalah yang telah ia buat tanpa memberikan pemikiran

    dari dirinya sendiri. Mereka belum memiliki rasa kreatif untuk membuat

    inovasi baru suatu keilmuan terkait dengan kealaman/Ilmu Pengetahuan

    Alam.

    Mandiri, kemandirian mahasiswa masih belum terlihat karena mereka

    masih merasa malu-malu jika harus memberikan masukan dalam kegiatan

    pembelajaran ataupun dalam presentasi secara mandiri. Rasa ingin tahu yang

    dimiliki oleh mahasiswa pun masih sangat kurang karena saat ada

    kesempatan sesi tanya jawab dan kegiatan menggali lebih lanjut materi

    mahasiswa masih belum memperlihatkan rasa ingin tahunya dengan baik.

    Minat bertanya mahasiswa dalam proses pembelajaran juga masih sangat

    kurang. Mahasiswa masih sering sibuk ngobrol sendiri di kelas dan

    mengabaikan materi yang sedang disampaikan dosen atau pemakalah. Dari

    hasil observasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah dalam

    jiwa mahasiswa masih sangat perlu dipupuk karena hal ini sangat penting

  • 4

    bagi calon pendidik yang akan menjadi tauladan bagi anak didiknya kelak di

    saat menjadi pengajar.

    Ki Hajar Dewantara mengatakan Aku hanya orang Indonesia biasa

    yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia. Masalah yang

    kita hadapi adalah di Indonesia, sehingga dalam menyelesaikannya pun harus

    dengan cara Indonesia. Indonesia adalah Indonesia. Bukan negara lain dan

    bukan negara tetangga. Indonesia memiliki keunikan tersendiri dan pasti tidak

    sama dengan negara manapun. Sehingga cara yang digunakan pun harus yang

    sesuai dengan Indonesia bukan negara lain.

    Misi Tamansiswa yaitu melestarikan dan mengembangkan

    kebudayaan nasional Indonesia; mewujudkan masyarakat tertib, damai, dalam

    dan bahagia sesuai dengan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila,

    serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya cipta, rasa

    dan karsa, menuju pembangunan manusia merdeka lahir dan batin, berbudi

    pekerti luhur, serta tinggi harkat dan martabat kemanusiaannya. (Ki. B.

    Boentarsono. 2012: 1-2)

    Budi pekerti luhur adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perguruan

    Tamansiswa. Budi pekerti luhur ini dapat diwujudkan dengan sikap ilmiah

    yang harus dimiliki oleh mahasiswa melalui pembelajaran IPA. Untuk

    mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan cara jitu. Salah satunya yaitu dengan

    berbagai ajaran yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Hal ini sejalan

    dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan di prodi PGSD yang bertujuan

    untuk membentuk guru yang profesional dan berkarakter yang dapat menjadi

    tauladan bagi anak didiknya kelak.

    Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang dapat diimplementasikan dalam

    pembelajaran IPA antara lain: ing ngarso sung tuladha, ing madyo mangun

    karso, tut wuri handanyani. Ajaran tersebut mengajarkan kita untuk selalu

    bisa menempatkan diri. Terlebih sebagai seorang pendidik, kita harus selalu

    bisa menyesuaikan diri di manapun kita berada dan dalam kondisi/keadaan

    apapun. Baik itu memberikan contoh yang baik kepada peserta didik,

    memberikan semangat untuk selalu bekerja keras dala menuntut ilmu, dan

  • 5

    selalu mendorong untuk memperoleh kesuksesan. Serta ajaran-ajaran lainnya

    yang penuh dengan makna pembelajaran.

    Dari latar belakang di atas, maka sangat diperlukan implementasi

    ajaran Ki Hadjar Dewantara dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan

    sikap ilmiah Mahasiswa PGSD, agar para calon guru tersebut dapat menjadi

    sosok guru yang memiliki sikap ilmiah serta mensukseskan misi perguruan

    Tamansiswa.

    1. 2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah maka rumuan masalah penelitian

    ini adalah:

    1. Bagaimana implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam untuk membangun sikap ilmiah mahasiswa

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar?

    2. Apakah implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam dapat membangun sikap ilmiah mahasiswa

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar?

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2. 1 Kajian Teori

    2. 1. 1 Ajaran Ki Hadjar Dewantara

    Ki Hajar Dewantara merupakan Bapak Pendidikan Indonesia yang

    menciptakan sistem pendidikan perjuangan dengan metode among. Sebagai

    Bapak Pendidikan, sudah seyogyaknya ajaran-ajarannya dianut untuk

    menjadi pedoman dalam pembelajaran di Indonesia. Pendidik atau dalam

    khalayak umum disebut guru, dosen, ustadz, dan sebutan lainnya, dalam

    lingkungan tamansiswa pendidik disebut sebagai pamong. Hakikat pamong

    adalah: (a) pamong merupakan guru atau pengajar yang mendidik; (b)

    pendidik yang membentuk dan membina cipta-rasa-karsa anak didik

    senafas-seirama dengan kodrat-bakat-pembawaan anak tersebut; (c) pamong

    merupakan pembina jiwa merdeka melalui contoh-teladan konkrit dari

    kepribadiannya sendiri (Sudiyat. 1987: 3).

    Sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara dikembangkan berdasarkan

    lima asas pokok yang disebut dengan pancadarma Tamansiswa (Suratman,

    1985: 111) yang meliputi:

    a. Asas kemerdekaan, yang berarti disiplin diri sendiri atas dasar nilai hidup

    yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota

    masyarakat. Asas merdeka, adalah sanggup dan mampu untuk berdiri

    sendiri untuk mewujudkan hidup diri sendiri, hidup tertib dan damai

    dengan kekuasaan atas diri sendiri. Merdeka tidak hanya berarti bebas

    tetapi harus diartikan sebagai kesanggupan dan kemampuan yaitu

    kekuatan dan kekuasaan untuk memerintah diri pribadi.

    b. Asas kodrat alam, yang berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu

    sebagai makhluk, adalah satu dengan kodrat alam. Manusia tidak dapat

    lepas dari kodrat alam dan akan berbahagia apabila dapat menyatukan

    diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan ini. Oleh karena itu,

    setiap individu harus berkembang dengan sewajarnya.

  • 7

    c. Asas kebudayaan, yang berarti bahwa pendidikan harus membawa

    kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan

    kecerdasan zaman, kemajuan dunia dan kepentingan hidup lahir dan

    batin rakyat paa setiap zaman dan keadaan.

    d. Asas kebangsaan, yang berarti tidak boleh bertentangan dengan

    kemanusiaan, malah harus menjadi bentuk kemanusiaan yang nyata.

    Oleh karena itu, asas kebangsaan ini tidak mengandung arti permusuhan

    dengan bangsa lain melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa

    sendiri, satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju

    kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa.

    e. Asas kemanusiaan, yang menyatakan bahwa darma setiap manusia itu

    adalah perwujudan kemanusiaan yang harus terlibat pada kesucian batin

    dan adanya rasa cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap

    makhluk ciptaan Tuhan seluruhnya.

    Asas-asas tersebut khususnya dalam pendidikan dapat dirangkum

    sebagai berikut:

    a. Mendidik pada dasarnya adalah membimbing/membina anak didik dalam

    hidup-tumbuh dan perkembangan jiwa-raanya. Sedangkan tujuannya

    ialah agar dalam angkuman garis kodrat pribadi sera pengaruh alam dan

    zaman, si anak dapat menjadi manusia merdeka, mencapai keselamatan

    lahir dan kebahagiaan batin bermuara ke dalam adab kemanusiaan.

    b. Hidup-tumbuh menurut kodrat alam mengandung kemajuan sehingga

    harus dimerdekakan dalam batas-batas kepentingan bersama, agar anak

    didik yang bercipta-rasa-karsa merdeka itu mampu berperan serta aktif di

    dalam memajukan keselarasan, suasana kekeluargaan, musyawarah,

    toleransi, semangat kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan

    disiplin. Tumbuh berkembang berkat bimbingan penuh cintakasih-sayang

    itulah idaman metode among.

    c. Suatu pengetahuan dinilai baik dan perlu, jika memenuhi persyaratan

    manfaat/kegunaan bagi kehidupan masyarakat dalam masyarakat

  • 8

    meliputi kebutuhan lahir maupun batin. Disini ternyata bahwa

    Tamansiswa sejak lahirnya sudah menganut filsafat fungsionalisme

    religius: prinsip fungsi sosial yang dilandasi keyakinan akan dependensi

    manusia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Padahal aliran fungsionalisme

    tanpa adjectivum religiusini baru saja lahir pada tahun 80 sebagai

    paham pikiran modern di dunia barat.

    d. Pengajaran yang hanya berupa pengisian otak (intelek, akal, nalar, rasio)

    dapat menimbulkan: intelektualisme dengan segala akibat:

    individualisme, materialisme, kapitalisme, kolonialisme, imperialisme

    dan menempatkan kita pada posisi keterganungan ekonomis dari

    bangsa/negara lain. Yang lebih parah ialah bahwa orang-orang yang

    merasa dirinya terpelajar lalu seperti terenggutkan dari pangkuan

    budaya rakyatnya sendiri. Untuk mengatasinya, kita harus kembali

    kepada kebudayaan nasional, yang memang mencerminkan kepribadian

    kita sendiri.

    e. Usaha meningkatkan pendidikan secara vertikal jangan sampai

    menghambat/merugikan usaha penyebarluasan pendidikan untuk rakyat

    banyak secara horisontal. Prinsip ini dapat dikembalikan kepada dua asas

    yaitu; (1) kekuatan seutas ranta terletak pada/ditentukan oleh mata rantai

    yang terlemah; (2) mendahulukan/mengutamakan pemerataan pendidikan

    tu seiring sejalan dengan prinsip demokrasi berkeadilan sosial.

    f. Menolak bantuan yang dapat mengekang kemerdekaan kita lahir ataupun

    batin, adalah sesuai dengan usaha menanamkan jiwa merdeka yang

    membina rasaa harga diri, mampu hidup mandiri, berpola hidup

    bersahaja/prasaja/sederhana, pantang meminta-minta, yang akan

    menjatuhan harkat /derajat kita sebagai masyarakat yang terhormat dan

    sebagai manusia beradab.

    g. Pengabdian melalui dunia pendidikan merupakan panggilan hidup dan

    pilihan suka-rela, dilandasi semboyan sepi ing pamrih dan rasa penuh

    tanggungjawab. Pendekatan kepada sang anak didasari rasa cinta-kasih-

    sayang, karena secara naluriah kita rasakan sebagai kewajiban

  • 9

    manusiawi, yang dapat dikembalikan kepada usaha penerusan/pelestarian

    kebudayaan, sebagai perwujudan ibadah kita kepada Tuhan Yang Maha

    Esa, dan pada hakikatnya merupakan pengejawantahan dari nafsu

    melestarikan jenis/keturunan.

    Ajaran Ki Hadjar Dewantara terdiri dari beberapa hal yang bersifat

    konsepsional, petunjuk operasional-praktis, fatwa, nasihat dan sebagainya.

    Berikut beberapa ajaran Ki Hadjar Dewantara (Ki B. Boentarsono, dkk: 19-

    23):

    a. Sistem Among Sistem among ini diimplementasikan sebagai realisasi dan asas

    emerdekaan diri tertib damainya masyarakat, atau demokrasi dan

    pimpinan kebijaksanaan dengan laku tut wuri handayani. Among

    (mengemong), berarti memberi kebebasan pada anak didik dan pamong

    akan bertindak bila anak didik akan berbuat/melakukan tindakan yang

    membahayakan keselamatannya. Dalam keadaan biasa pemimpin harus

    tegas, anggota/anak didik harus tunduk pada pimpinan yang berlaku,

    kedudukan pimpinan di atas peraturan yang berlaku.

    Sistem among ialah cara pendidikan yang dilakukan Tamansiswa,

    yang mewajibkan para pamong agar mengikuti dan mementingkan kodrat

    pribadi anak didik dengan tidak melakukan pengaruh-pengaruh yang

    melingkunginya (Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014: 39).

    b. Ajaran yang bersifat konsepsional 1) Tri Pusat Pendidikan

    Ajaran ini merupakan sistem pendidikan Tamansiswa yang

    dilakukan dalam perguruan (sistem Paguron) yang memusatkannya

    tiga lingkungan Pendidikan: keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga

    lingkungan tersebut saling berkaitan erat dilaksanakan dalam bentuk

    perguruan yang mensyaratkan adanya rumah pamong, kegiatan belajar

    mengajar, kegiatan berlatih, kegiatan hidup kemasyarakatan

    berasaskan kekeluargaan, dan pondok asrama bagi anak didik. Hal ini

  • 10

    menjadikan perguruan sebagai pusat kegiatan kebudayaan dalam

    melaksanakan belajar seumur hidup dan membias keluar perguruan

    yang memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dalam usaha

    mencerdaskan kehidupan Bangsa (Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014:

    42-43).

    Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya

    pendidikan seseorang. Sekolah merupakan tempat pendidikan secara

    kulikuler, ko dan ekstra kulikuler. Sedangkan masyarakat merupakan

    tempat pendidikan yang beragam fungsinya dan pada umumnya

    kurang terkendali. Sistem among/ Tutwuri Handayani, berasaskan

    kekeluargaan dan pemerataan Pendidikan yang diterapkan dalam

    komunikasi di tri pusat pendidikan ini.

    Dalam implementasinya, tri pusat pendidikan harus memiliki

    kerjasama yang solid salam mendidik anak untuk dapat tumbuh

    kembang dengan baik. Keluarga harus dapat berkomunikasi dengan

    baik dengan sekolah dan saling memberikan informasi terkait

    perkembangan anaknya di rumah. Dan sekolah juga harus selalu

    menerima masukan dan saran terkait dengan proses pembelajaran

    yang telah dilakukan yang diberikan oleh orang tua wali. Tidak

    sampai disitu, masyarakat secara umum juga harus memberikan

    lingkungan yang baik agar dapat dicontoh oleh anak seperti apa ia

    harus bergaul dan berinteraksi di masyarakat. Masyarakat pun harus

    berperan aktif untuk memberikan masukan kepada sekolah dan

    berkomunikasi baik dengan keluarga dan masyarakat lain untuk saling

    bekerja sama mendidik anak di lingkungan manapun.

    2) Bidang Kebudayaan: Trikon

    Ajaran trikon yang selalu diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara

    dalam pengembangan kebudyaan adalah kontinyu, konvergen, dan

    konsentris. Kontinyu adalah peningkatan dan pengembangan

    kebudayaan sebagai kelanjutan dari kebudayaan yang sudah ada.

  • 11

    Kontinyu ini juga diartikan sebagai keberlanjutan. Keberlanjutan

    disini merupakan keberlanjutan ilmu pengetahuan yang telah diterima

    harus berkesinambungan dan berlanjut sehingga menjadikan ilmu

    menjadi bermakna.

    Konvergensi merpakan jalan bersama antara kebudayaan bangsa

    sendiri dengan kebudayaan bangsa asing dan saling memperkaya

    (menyertap dengan seleksi adaptasi). Sedangkan konsentris

    merupakan lingkaran-lingkaran kebudayaan dalam pergaulan umat

    manusia pada umumnya dengan tidak kehilangan kepribadian

    kebudayaan masing-masing bangsa (kebhinekaan dalam pergaulan

    hidup).

    3) Trilogi kepemimpinan/pembelajaran

    Trilogi kepemimpinan/pembelajaran yang juga menjadi icon

    kementerian pendidikan dan budaya Republik Indonesia adalah Ing

    ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

    yang artinya di depan memberi contoh, di tengah memberikan

    dorongan dan di belakang selalu menyemangati.

    c. Ajaran yang Bersifat Petunjuk Operasional Praktis 1) Tri Pantangan

    Tri pantangan yang dimaksud dalam ajaran Ki Hadjar

    Dewantara adalah pantangan yang tidak beloh dilakukan oleh semua

    orang yang ingin meraih kesuksesan adalah Penyalahgunaan

    kekuasaan/kewenangan, penyalahgunaan keuangan dan pelanggaran

    kesusilaan/moral.

    2) Tri Hayu

    Tri hayu merupakan cita-cita Ki Hadjar Dewantara dalam hidup.

    Hasil renungan para tokoh pejuang kemerdekaan dalam kelompok

    sloso Kliwonan yang menjadi garis dan tujuan perjuangan, yaitu

  • 12

    Memayu hayuning sariro, yang artinya membahagiakan diri, Memayu

    hayuning bongso, yang artinya membahagiakan bangsa, dan Memayu

    hayuning manungso yang artinya membahagiakan umat manusia (Tim

    Dosen Ketamansiswaan. 2014: 43).

    3) Tri nga (Ngerti, ngroso, nglakoni)

    Ajaran ini mengingatkan kita terhadap segala aharan hidup

    atau cita-cita kita diperlukan pengertian, kesadaran dan kesungguhan

    dalam pelaksanaannya, tahu dan mengerti saja tidak cukup kalau tidak

    menyadari dan tidak ada artinya kalau tidak dilaksanakan dan

    memperjuangkannya. Ilmu tanpa amal adalah kosong dan amal tana

    ilmu adalah dusta/pincang (Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014: 42).

    Tri nga merupakan implementasi dari seseorang yang telah

    memiliki ilmu pengetahuan. Seseorang jika telah memiliki

    pengetahuan (ngerti) tentang suatu hal, maka ia harus memiliki rasa

    ingin melakukan hal yang sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki.

    Dan tidak hanya sampai ingin (ngroso), tetapi hendaknya ia

    melakukan (nglakoni) dari ilmu pengetahuan yang ia miliki. Misalkan

    ia tahu untuk menjadi seorang ilmuan maka sikap yang harus dimikili

    adalah sikap jujur, apa adanya, disiplin, dan sesuai fakta. Maka sikap

    yang harus dilakukan adalah adalah jujur, apa adanya, disiplin, dan

    sesuai fakta.

    4) Tri juang: berjuang memberantas kebodohan, kemiskinan,

    ketertinggalan.

    5) Tri N (Niteni, nirokke, nambahi)

    Tri N ini merupakan ajaran yang mengajarkan kita dalam

    menemukan temuan yang lebih baik dan anti plagiatisme. Untuk

    membuat hal baru kita harus melihat terlebih dahulu produk yang

    sudah ada, meniru bagaimana cara pembuatannya, dan menambahi

    inovasi hasil pikir dari individu tersebut sebagai pembeda dari hasil

    yang sudah-sudah.

  • 13

    d. Ajaran yang Berupa Fatwa 1) Lawan sastra ngesti mulya: dengan ilmu pengetahuan/budaya

    mencita-citakan kebahagiaan dan kesejahteraan.

    2) Suci tata ngesti tunggal: Dengan suci hati, dalam keadaan yang

    teratur, tertib mencita-citakan persatuan, kesempurnaan.

    3) Ning-neng-nung-nang

    Kesucian fikiran kebatinan yang didapat dengan ketenangan

    hati, itulah yang mendatangkan kekuasaan dan jika sudah ada tiga

    tiganya maka kemenangan akan menjadi bahagia kita (Ki Hajar

    Dewantara dalam Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa: 2013. 14).

    Dengan fikiran yang hening, tenang, diam tidak mudah emosi,

    memiliki keteguhan, kekuatan hati akhirnya memperoleh

    kemenangan. Ning dari kata hening, tenang; neng dari kata meneng,

    diam, tidak emosi, tidak gegabah; nung dari kata hanung, teguh,

    kuat, sentosa; dan nang dari kata menang, wewenang.

    4) Ngandel-kendel-bandel-kandel

    Ngandel: percaya kepada Tuhan, percaya diri; kendel: berani,

    berani karena benar; bandel: tahan banting, tidak mudah putus asa;

    kandel: tebal, tebal kepercayaan, tebal imannya. Percaya akan

    memberikan pendirian yang tegak, maka kemudian kendel (berani),

    dan bandel (tidak lekas ketakutan, tawakal) akan menyusul sendiri

    (Ki Hajar Dewantara dalam Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa:

    2013. 14).

    5) Bibit-bebet-bobot. Dalam membentuk keluarga yang baik, sejahtera,

    perlu memperhatikan bibit, bebet, bobot. Bibit: benih yanng

    dimaksud anak (calon pengantun); bebet: yang menurunkan

    (orangtua, asal usul) dari keluarga yang baik ataukah tidak,

    mempunyai penyakit yang menurun atau tidak, dst; bobot: berat, yang

    dimaksud adalah mutu dan kualitas.

  • 14

    6) Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia: setiap orang memiliki

    hak untuk memperoleh kebahagiaan, dan kesejahteraan.

    7) Salam bahagia diri tidak boleh menyalahi damainya masyarakat.

    8) Alam hidup manusia adalah alam hidup pembulatan: bahwa manusia

    hidupnya tidak terlepas dari keadaan alam, ekologi. Manusia yang

    mampu menyatu dengan alam itulah yang dapat bahagia

    9) Dengan bebas dari segala ikata dan dalam kesucian, kita berhamba

    kepada sang anak.

    10) Tetep antep mantep:

    Tetep: ketetapan hati, tetap pada pendiriannya tidak

    tergoyahkan oleh pengaruh negatif. Antep: berat, berbobot, bermutu.

    Mantep: mantap, tetap pada pilihannya. Ketetapan fikiran dan batin

    itulah yang akan menentukan kualitas seseorang dan jika tetep dan

    antep itu sudah ada, maka mantep itu datang juga, yakni tidak dapat

    diundurkan lagi (Ki Hajar Dewantara dalam Majelis Luhur Persatuan

    Tamansiswa: 2013. 14).

    Dari berbagai ajaran Ki Hadjar Dewantara di atas, ajaran

    tersebut sangat sesuai dengan pembelajaran IPA untuk meningkatkan

    sikap ilmiah mahasiswa. Ajaran tersebut adalah tri logi kepemimpinan

    dan tri N yang diimplementasikan dengan sistem among.

    2. 1. 2 Hakikat Ilmu Pendidikan Alam

    Sains berasal dari bahasa Latin scientia yang artinya

    pengetahuan (The Liang Gie, 1982: 14). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

    atau Sains dalam arti sempit adalah disiplin ilmu yang terdiri dari physical

    science (ilmu fisik) dan life science (ilmu biologi). Collette &Chiappetta

    (1994: 30) berpendapat bahwa Science should be viewed as a way of

    thinking in the pursuit of understanding nature, as a way of investigating

    claim about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted

    from inquiry.

  • 15

    Menurut Carin & Sund (1980: 2) Science is a human activity that

    has evolved as an intellectual tool to facilitate describing and ordering the

    environment. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok

    bahasannya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam

    sains adalah sebab-akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang

    terjadi di alam. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan

    percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan.

    Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang

    dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan hanya

    kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi

    menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.

    Ilmuwan sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu

    ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam

    dan hubungan kausalnya.

    Ilmu Pengetahuan Alam juga didefinisikan sebagai pengetahuan

    yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen,

    pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang

    sebuah gejala yang dapat dipercaya (Trianto, 2007: 102). Ada tiga

    kemampuan dalam IPA yaitu: (a) kemampuan untuk mengetahui apa yang

    diamati, (b) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan

    kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (c)

    dikembangkannya sikap ilmiah (Pusat Kurikulum, 2007: 7).

    Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia, proses

    atau metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan.

    Sikap manusia yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk

    hidup, dan hubungan sebab-akibatnya akan menimbulkan permasalahan-

    permasalahan yang selalu ingin dipecahkan dengan prosedur yang benar.

    Prosedur tersebut meliputi metode ilmiah. Metode ilmiah mencakup

    identifikasi masalah, memeriksa data, merumuskan hipotesis, eksperimen

    dan membuat kesimpulan (Ralph Martin E. et al, 1998: 10).

  • 16

    IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

    sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang

    dilakukan oleh manusia. Karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

    berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

    sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

    berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

    merupakan suatu proses penemuan (Trianto, 2007: 99). Pendidikan IPA di

    SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

    mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

    lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA

    adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam,

    sehingga proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

    pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

    menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

    Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan

    dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,

    menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana

    tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara

    sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan

    tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode

    ilmiah.

    IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

    kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

    diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk

    menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat SD

    diharapkan ada penekanan pembelajaran mengenai sains, lingkungan,

    teknologi, dan masyarakat secara terpadu yang diarahkan pada

    pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui

    penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

    Menurut Pusat Kurikulum, pada hakikatnya IPA meliputi empat

    unsur utama yaitu: (a) sikap yaitu rasa ingin tahu tentang benda, fenomena

  • 17

    alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan

    masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA

    bersifat open ended, (b) proses yaitu prosedur pemecahan masalah melalui

    metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan

    eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan

    kesimpulan, (c) produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum, (d)

    aplikasi penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

    sehari-hari.

    Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya

    tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA

    keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat

    mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam

    melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara

    ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.

    Sains/IPA perlu diajarkan karena IPA merupakan suatu mata

    pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis

    dan obyektif. Selain membelajarkan anak untuk berfikir, IPA juga

    memberikan nilai-nilai pendidikan yang berpotensi untuk membentuk

    kepribadian anak secara keseluruhan.

    Untuk pendidikan IPA sendiri ada beberapa tujuan yang ingin di

    capai dalam pembelajarannya yaitu: (a) memberikan pengetahuan kepada

    siswa tentang dunia tempat hidup kita, (b) menanamkan suatu sikap hidup

    yang alamiah, (c) memberikan pengetahuan tentang sains kepada siswa

    dan ketrampilan kepada mereka, (d) mendidik anak-anak agar dapat

    menghargai penemu-penemu sains, pekerja-pekerja sains yang telah

    banyak berjasa bagi dunia dan kemanusiaan umumnya (Sukarno, 1981:

    26-27).

    Dari berbagai teori di atas, Pembelajaran IPA yang dimaksud

    dalam program studi PGSD adalah pembelajaran yang diberikan kepada

    mahasiswa sebagai bekal materi IPA dasar keSDan untuk calon guru SD

    dan cara-cara penyampaian materi IPA tersebut dalam proses

  • 18

    pembelajaran di SD. Materi yang diberikan yaitu materi terkait dengan

    fisika SD yang selanjutnya diimplementasikan dengan mata kuliah IPA I

    dan biologi SD yang selanjutnya diimplementasikan dengan mata kuliah

    IPA II. Sedangkan terkait dengan strategi penyampaian materi IPA SD,

    diimplementasikan dengan mata kuliah pengembangan pembelajaran IPA

    SD.

    Materi Fisika SD yang diberikan yaitu mencakup Besaran, Satuan

    dan Pengukuran; Materi dan Perubahannya; Gerak; Gaya; Energi dan

    usaha; pesawat sederhana; Suhu dan Kalor; Bunyi; Cahaya; listrik;

    rangkaian listrik; magnet dan tata surya. Sedangkan materi Biologi SD

    yang diberikan yaitu mencakup Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan

    serta fungsinya; Fisiologi dan tingkah laku tumbuhan dan hewan serta

    fungsinya; Daur hidup beberapa jenis makhluk hidup; Hubungan antara

    sumber daya alam dengan lingkungan; Hubungan antara sumber daya

    alam dengan teknologi dan masyarakat; Rangka manusia dan fungsinya;

    Organ/bagian tumbuhan, manusia, dan hewan beserta fungsinya serta

    pemanfaatan bagian hewan dan tumbuhan di sekitar bagi manusia; Siklus

    air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk

    hidup; Hewan dan jenis makanannya; Makhluk hidup dan lingkungannya;

    Sistem pernapasan hewan dan manusia serta penyakit yang berkaitan

    dengan pernapasan; Perkembangbiakan makhluk hidup; dan Adaptasi

    makhluk hidup dengan lingkungan.

    2. 1. 3 Sikap Ilmiah

    Sikap ilmiah merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh

    seorang saintis atau peneliti. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam

    sebuah penelitian, kita juga harus dapat melakukannya dengan proses yang

    baik. Menurut Hadiat dan I Nyoman Kertiasa (dalam Kartono:

    http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_%2837%29.pdf)

    mengemukakan beberapa sikap ilmiah yaitu (1) obyektif terhadap fakta, (2)

    tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, (3) berhati terbuka, (4) tidak

    http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_%2837%29.pdf

  • 19

    mencampuradukkan fakta dengan pendapat, (5) bersifat hati-hati, dan (6)

    ingin menyelidiki.

    Namun demikian pada hakekatnya banyak sekali sikap ilmiah yang

    dapat ditumbuhkan pada diri siswa. Penjelasan dari beberapa sikap ilmiah

    adalah sebagai berikut :

    a. Jujur yaitu Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

    sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,

    dan pekerjaan.

    b. Disiplin yaitu Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

    pada berbagai ketentuan dan peraturan.

    c. Kerja keras yaitu Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh

    dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

    menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya.

    d. Kreatif yaitu Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

    atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

    e. Mandiri yaitu Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

    orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

    f. Rasa ingin tahu yaitu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

    mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

    dilihat, dan didengar.

    g. Peduli lingkungan yaitu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

    mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

    mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

    sudah terjadi.

    h. Tanggung jawab yaitu Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

    tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri

    sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan

    Tuhan Yang Maha Esa.

    i. Demokratis yaitu Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

    sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

  • 20

    Guna memperoleh kepastian tercapainya tujuan afektif ranah sikap

    ilmiah tentu harus dilakukan pengamatan terhadap sikap ilmiah IPA pada

    diri siswa. Berikut ini beberapa deskriptor sikap ilmiah yang perlu di

    kembangkan pada mata pelajaran IPA khususnya siswa sekolah dasar.

    Penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, penting dilaksanakan oleh

    kerana dalam pembelajaran sains berkaitan dengan kemampuan, sehingga

    menjadi acuan siswa mampu atau tidak mampu pada pembelajaran.

    Penilaian hasil belajar Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek

    kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang

    bersifat umum yang menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan siswa.

    Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar

    siswa. Sikap berkembang dari interaksi antara individu dengan lingkungan

    masa lalu dan masa kini. Melaui proses kognisi dari integrasi dan

    konsistensi sikap dibentuk menjadi komponen kognisi, emosi, dan

    kecendrungan bertindak. Setelah sikap terbentuk akan mempengaruhi

    perilaku secara langsung. Perilaku akan memmpengaruhi perubahan

    lingkungan yang ada, dan perubahan-perubahan yang terjadi akan menuntun

    pada perubahan sikap yang dimiliki.

    Sikap ilmiah yang dibangun dalam penelitian ini adalah sikap

    ketidakilmiahan mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah, ketidakjujuran

    dalam pengutipan keilmuan orang lain, ketidakdisiplinan dalam perkuliahan,

    ketidakkreatifan dalam pembuatan karya ilmiah, dan

    ketidaktanggungjawaban dalam tugas individu dan kelompok yang

    diberikan dalam proses pembelajaran IPA.

    2. 1. 4 Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam

    Beberapa ajaran Ki Hadjar Dewantara yang dapat diimplementasikan

    dalam pembelajar IPA untuk mahasiswa PGSD antara lain:

    a. Tri logi kepemimpinan

  • 21

    Pamong harus dapat mengaplikasikan ing ngarso sung tulodho,

    ing madyo mangunkarso, tut wurihandayani saat di dalam kelas atau

    pun di luar kelas.

    d. Sistem Among

    Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pamong, mereka harus

    dapat mengimplementasikan sistem among dengan: (1) mendidik dengan

    penuh kasih sayang dan kecintaan terhadap mahasiswa; (2) membentuk

    dan membina cipta-rasa-karsa anak didik senafas-seirama dengan kodrat-

    bakat-pembawaan anak tersebut; (3) menjunjung jiwa merdeka melalui

    contoh-teladan konkrit dari kepribadiannya sendiri.

    e. Tri N (Niteni, nirokke, nambahi)

    Ajaran ini sangat perlu ditanamkan dalam menumbuhkan sikap

    ilmiah. Dengan mengimplementasikan ajaran tri N Mahasiswa dapat

    menumbuhkan jiwa kreatif dan mampu menciptakan hal yang baru yang

    dapat diperoleh dari memperhatikan hal yang sudah ada, mengikuti cara

    nya dan kemudian menambahi agar kreatifitas yang baru menjadi

    tumbuh.

    2. 2 Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Bartolomeus Samho dan Oscar Yasunari

    (2010) di Universitas Katolik Parahyangan Bandung dengan judul

    Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Tantangan

    Implementasinya di Indonesia Dewasa Ini. Penelitian yang dilakukan

    merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pendidikan hendaknya diarahkan untuk: (1) Memerdekaan lahiriah

    dan batiniah. (2) Membangun kesadaran peserta didik bahwa dirinya

    adalah bagian integral dari alam semesta. (3) Membentuk perasaan peserta

    didik untuk mencintai ketertiban dan kedamaian. (4) Membentuk sikap

    tanggungjawab dalam diri peserta didik agar setia dan bertanggungjawab

    dalam memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan nasional. (5)

  • 22

    Membangun rasa nasionalisme dalam diri peserta didik sehingga ia merasa

    satu dengan bangsanya dan cinta akan bangsanya. (6) Membangun rasa

    persaudaraan dalam diri peserta didik yang berskala planeter (lintas batas)

    sehingga melalui keluhuran akal budi dan kebeningan nuraninya tumbuh

    perasaan cinta kasih terhadap sesama manusia.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Duncan dan Arthurs (2008) dengan judul

    Improving Student Attitudes about Learning Science and Student

    Scientific Reasoning Skill. Sikap ilmiah mahasiswa dinilai menggunakan

    pengamatan, wawancara, dan tes tertulis. Hasil menunjukkan bahwa

    pembelajaran sains dapat meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa dengan

    cara mengimplementasikan scientific Reasoning Skill. .

  • 23

    2. 3 Kerangka Pikir

    Dalam meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa sebagai calon guru SD

    diperlukan berbagai faktor pendorong yang akan membantu meningkatkan

    sikap ilmiah mahasiswa tersebut. Salah satunya adalah dengan

    mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara. Kerangka piker dalam

    penelitian ini digambarkan sesuai Gambar 1.

    Gambar 1.

    Kerangka Pikir Penelitian

  • 24

    BAB III

    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    3. 1 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam untuk membangun sikap ilmiah mahasiswa

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

    2. Mengetahui pencapaian sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah

    Dasar melalui implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam

    pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

    3. 2 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    Dalam hal pengembangan keilmuan, hasil penelitian ini secara

    teoritis dapat menambah khazanah ilmu tentang pembelajaran IPA

    berbasis ajaran Ki Hajar Dewantara untuk membangun sikap ilmiah.

    Penelitian ini juga bermanfaat untuk membumikan kembali ajaran Ki

    Hajar Dewantara yang terbukti masih relevan dengan keadaan saat ini.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    sumbangan dalam membangun sikap ilmiahnya.

    b. Bagi Pamong, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

    pertimbangan demi perbaikan pembelajaran khususnya bagi pamong

    yang akan memimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam

    proses pembelajaran.

    c. Bagi Institusi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

    penyusunan kurikulum serta dapat membumikan kembali nilai-nilai

    ajaran Ki Hajar Dewantara sebagai ciri khas perguruan Tamansiswa.

  • 25

  • 26

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4. 1 Jenis dan Tahapan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

    Research). Prosedur dan langkah-langkah penelitian ini mengikuti prinsip-

    prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Desain penelitian

    tindakan terdiri dari empat komponen merupakan siklus mulai dari tahap

    perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang diikuti

    dengan perencanaan ulang sesuai pada Gambar 2.

    Gambar 2.

    Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan

    Secara detail Tahap-tahap penelitian tindakan di atas dapat diuraikan

    sebagai berikut.

    1. Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan adalah : (1) dialog awal

    untuk mengidentifikasi masalah, dan (2) merumuskan permasalahan untuk

    perbaikan pembelajaran

    Perencanaan

    SIKLUS I

    Pelaksanaan Refleksi

    Pengamatan

    SIKLUS II

    Pelaksanaan

    Pengamatan

    Refleksi

    Perencanaan

    ?

  • 27

    2. Tahap perencanaan yang meliputi: (1) menetapkan alternatif upaya

    peningkatan kualitas pembelajaran, (2) penentuan metode pembelajaran,

    (3) penyusunan rancangan tindakan.

    3. Pelaksanaan tindakan. Peneliti sebagai kolaborator menerapkan

    pembelajaran berbasis ajaran Ki Hajar Dewantara

    4. Observasi dan Monitoring. Tahap ini dilakukan dalam upaya perbaikan

    proses pembelajaran dan perencanaan tindakan yang lebih kritis. Peneliti

    sebagai kolaborator melaksanakan pengamatan secara sistematis terhadap

    kegiatan mahasiswa.

    5. Refleksi berguna sebagai upaya memantapkan kegiatan atau tindakan

    untuk mengatasi permasalahan dengan memodifikasi perencanaan

    sebelumnya sesuai dengan apa yang timbul di lapangan.

    6. Evaluasi dan revisi. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk mengetahui

    berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini

    evaluasi meliputi evaluasi sikap ilmiah mahasiswa. Kriteria keberhasilan

    tindakan dilihat dari meningkatnya sikap ilmiah mahasiswa.

    7. Kesimpulan hasil. Pada tahap ini dibuat pelaporan hasil secara

    keseluruhan.

    4. 2 Subjek Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di program studi Pendidikan Guru Sekolah

    Dasar (PGSD) FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Penerapan

    metode ini dilakukan terhadap mahasiswa semester II tahun 2014/2015 kelas

    J dalam pembelajaran mata kuliah IPA 1 yang berjumlah 50 mahasiswa.

    4. 3 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi metode angket

    untuk mengetahui sikap ilmiah mahasiswa, dokumentasi untuk mendapatkan

    catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah pembelajaran,

    observasi untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah

    laku secara langsung kelompok ataupun individu, dan wawancara digunakan

  • 28

    untuk mengungkap data tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis Ajaran

    Ki Hajar Dewantara.

    4. 4 Teknik Analisis Data

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis

    deskriptif. Analisis ini meliputi perhitungan nilai rerata, standar deviasi, dan

    prosentase. Selanjutnya hasil penelitian masing-masing siklus dipaparkan

    secara kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan menelaah, seluruh data

    yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari angket, wawancara, observasi,

    catatan lapangan dan dokumen lainnya. Analisis data yang dilakukan

    menggunakan analisis data kualitatif yang terdiri dari 3 tahap yaitu reduksi

    data, paparan data dan penarikan kesimpulan.

    1. Reduksi data Reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui

    seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi data yang

    bermakna. Reduksi data disini adalah merangkum, memilih hal-hal yang

    pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting yaitu pembelajaran

    berbasis Ajaran Ki Hajar Dewantara untuk meningkatkan sikap ilmiah

    mahasiswa.

    2. Paparan Data Paparan data yaitu proses penampilan data secara lebih sederhana

    dalam bentuk naratif, representasi tabular termasuk dalam berbagai format.

    3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dari

    sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat

    dan/atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian

    yang luas. Pada tahap penarikan kesimpulan ini kegiatan yang dilakukan

    adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi.

    Dalam penelitian tindakan kelas ini, untuk mengetahui peningkatan

    sikap ilmiah mahasiswa dengan menerapkan pembelajaran berbasis Ajaran

    Ki Hajar Dewantara maka data yang diperlukan berupa data hasil

  • 29

    observasi selama pembelajaran berlangsung serta data angket yang diisi

    mahasiswa.

  • 30

    BAB V

    HASIL YANG DICAPAI

    Beberapa ajaran Ki Hadjar Dewantara yang dapat diimplementasikan

    dalam pembelajar IPA untuk mahasiswa PGSD antara lain:

    1. Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia

    Dalam setiap pembelajaran, pamong selalu mengucapkan salam

    pembuka salam dan bahagia dan saat pembelajaran selesai, pasti diakhiri

    dengan kata salam. Hal ini dilakukan agar mahasiswa selalu menyadari

    bahwa mereka memiliki hak untuk selalu merasakan selamat dan bahagia.

    Salam, merupakan kata sapaan yang memiliki filosofi bahwa manusia harus

    selamat. Maksud dari selamat disini adalah untuk selalu dalam jalur yang benar

    agar kita tetap selamat, maka kita harus melakukan hal-hal yang sesuai dengan

    prosedur yang ada serta tidak melakukan segala sesuatu yang melanggar

    prosedur yang sudah ada. Dengan begitu maka hidup kita akan selalu selamat

    dan bahagia tanpa memikirkan hal-hal yang tidak sesuai dengan kaidah dan

    khasanah yang sesungguhnya. Pemahaman tentang filosofi tersebut sudah

    disampaikan kepada mahasiswa saat pertemuan pertama mata Kuliah Ipa.

    2. Tri Logi Kepemimpinan

    Pamong harus dapat mengaplikasikan ing ngarso sung tulodho, ing

    madyo mangunkarso, tut wurihandayani saat di dalam kelas atau pun di luar

    kelas.

    3. Sistem among

    Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pamong, mereka harus dapat

    mengimplementasikan sistem among dengan: (1) mendidik dengan penuh kasih

    sayang dan kecintaan terhadap mahasiswa; (2) membentuk dan membina cipta-

    rasa-karsa anak didik senafas-seirama dengan kodrat-bakat-pembawaan anak

    tersebut; (3) menjunjung jiwa merdeka melalui contoh-teladan konkrit dari

    kepribadiannya sendiri.

  • 31

    4. Tri N (Niteni, nirokke, nambahi)

    Ajaran ini sangat perlu ditanamkan dalam menumbuhkan sikap ilmiah.

    Dengan mengimplementasikan ajaran tri N Mahasiswa dapat menumbuhkan

    jiwa kreatif dan mampu menciptakan hal yang baru yang dapat diperoleh dari

    memperhatikan hal yang sudah ada, mengikuti cara nya dan kemudian

    menambahi agar kreatifitas yang baru menjadi tumbuh.

    5. Tri Nga (Ngerti, Ngroso, Nglakoni)

    Ajaran tri Nga ini diimplementasikan dalam pembelajaran IPA dengan

    tujuan agar mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan yang ia dapat selama

    perkuliahan kedalam kesehariannya. Misalkan mahasiswa sudah tahu penulisan

    karya ilmiah sesuai kaidah ilmiah, maka dalam pelaksanaanya ia juga harus

    menerapkan pengetahuan yang ia dapat sebelumnya.

    Dari penjelasan di atas dapat di uraikan secara detail sebagai berikut:

    1. Tindakan pada siklus 1

    a. Perencanaan

    Pada tahap ini, peneliti merencanakan pembelajaran IPA yang dapat

    memberikan solusi dari berbagai masalah yang telah diuraikan dalam latar

    belakang. Dari latar belakang yang mengatakan bahwa mahasiswa PGSD

    belum memiliki sikap ilmiah, maka penelitian yang dilakukan adalah

    melakukan perencanaan pengimplementasian ajaran-ajaran Ki Hajar

    Dewantara agar sikap ilmiah mahasiswa dapat tumbuh. Perencanaan

    tersebut terkait stategi, materi, alokasi waktu, dan skenario pembelajaran.

    Strategi yang dilakukan yaitu dengan mengimplementasikan sistem among

    dalam materi Rangkaian Listrik dengan alokasi waktu 100 menit.

    Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

  • 32

    b. Pelaksanaan

    Berikut pelaksanaan implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara

    pembelajaran IPA 1 dalam Materi Rangkaian Listrik:

    1) Dosen mengucapkan salam dan bahagia dalam mengawali pembelajaran

    IPA 1. Salam dan bahagia ini bertujuan agar mahasiswa memiliki

    keteguhan pikiran dan memantapkan kembali tujuan mereka belajar

    adalah untuk memperoleh kebahagian, keselamatan dan kesejahteraan.

    2) Proses pembelajaran di kelas menggunakan model diskusi, hal ini

    penting agar mahasiswa merasa memiliki andil dalam proses

    pembelajaran. Jika dosen yang selalu berbicara di depan, mahasiswa

    merasa tidak bebas dalam berekspresi. Saat berdiskusi dosen lebih

    menjadi fasilitator yang memfasilitasi apa saja yang dibutuhkan

    mahasiswa saat proses diskusi. Ini merupakan implementasi sistem

    among dan ajaran Tut Wuri Handayani. Dosen selalu memberikan

    motivasi kepada mahasiswa saat berdiskusi. Jika ada hal-hal yang tidak

    diketahui oleh mahasiswa maka dosen menjelaskan hal tersebut secara

    gamblang.

    3) Mahasiswa mempresentasikan makalah yang telah dibuat secara

    kelompok dengan tema rangkaian listrik. Pengerjaan makalah secara

    kelompok ini sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu asas

    kekeluargaan. Dengan diajarkan bekerja secara kelompok mereka

    menjadi mengerti bahwa dengan bekerja sama pekerjaan akan menjadi

    semakin ringan. Namun dosen juga harus menguji seberapa jauh kerja

    sama mereka dalam mengerjakan makalah secara kelompok dengan

    menanyakan isi dari makalah secara individu. Dengan begitu dosen

    menjadi tahu seberapa besar kerja sama mereka dalam bekerja secara

    kelompok.

    Makalah yang akan dipresentasikan ini dikumpulkan satu hari

    sebelum presentasi. Hal ini merupakan cara untuk melatih anak

    melakukan proses tanggungjawab dalam pengerjaan tugas. Jangan

    sampai mereka mengerjakan makalah tersebut dengan sistem SKS

  • 33

    (sistem kebut semalam) atau bahkan mereka tidak bertanggungjawab dan

    tidak berangkat saat Presentasi berlangsung.

    Gambar 3.

    Proses presentasi mahasiswa

    Proses pembuatan makalah juga harus selalu diperiksa oleh Dosen

    untuk menghindari plagiasi dalam penulisan makalah. Dosen harus

    mengecek apakah makalah sesuai dengan kepenulisan kaidah ilmiah,

    seberapa besar kontribusi pemikiran mahasiswa dalam makalah, sehingga

    makalah tidak hanya proses copy and paste tanpa adanya kontribusi

    pemikiran dari penyusun. Hal ini merupakan implementasi dari ajaran tri

    N. Yaitu mengajarkan kepada mahasiswa untuk selalu melakukan proses

    niteni, nirokke, nambaih. Sebelum melakukan penyusunan makalah,

    mahasiswa harus terlebih dahulum melakukan proses niteni apa saja yang

    harus dibahas dalam tema yang diangkat dalam makalah. Kemudian

    setelah memahami apa saja yang harus dibahas salam makalah, tahap

    selanjutnya adalah nirekke. Tahap ini dilakukan dengan mencar materi-

    materi yang terkait dengan tema yang diambil dari berbagai sumber dan

    sumber tersebut harus dicantumkan dalam makalah agar terhindar dari

    unsur plagiasi. Sedangkan tahap akhir adalah tahap yang harus dilakukan

    oleh mahasiswa dalam melakukan penulisan ilmiah. Tahap ini yaitu

    nambahi. Mahasiswa harus memberikan kontribusi pemikiran sendiri

  • 34

    sebagai wujud dari karya pribadinya. Tidak hanya menyadur dari

    pengetahuan orang lain.

    Makalah yang belum sesuai dengan kaidah ilmiah tidak begitu saja

    di salahkan, namun dosen harus mencontohkan seperti apa penulisan

    yang sesuai dengan kaidah ilmiah dan menunjukkan dibagian mana

    kesalahan yang dilakukan serta mengarahkan apa yang harus dilakuka

    selanjutnya. Hal ini merupakan implementasi dari ajaran ing ngarso sung

    Tuladha dan ing madya mangun karsa. Dengan begitu mahasiswa merasa

    diarahkan tidak hanya disalahkan. Mahasiswa juga merasa dibimbing

    untuk menjadi yang lebih baik dan kemudian menjadikan hal tersebut

    menjadi kebiasaan dan mendarah daging bagi mahasiswa.

    4) Dosen juga mengevaluasi makalah yang telah dibuat oleh mahasiswa,

    sejauh mana mereka terhindar dari plagiasi, hal ini merupakan

    implementasi dari ajaran Ing ngarso sung tuladha yang artinya di depan

    memberi contoh. Dengan kita memberikan contoh bagaimana tata cara

    penulisan makalah yang benar dan menjungjung tinggi nilai kejujuran

    dalam penulisan makalah. Tidak hanya berhenti disitu, guru harus

    memantau seberapa juah mereka memperbaiki makalahnya secara intens.

    Hal ini merupakan implementasi dari ajaran ing madya mangun karsa

    yang artinya di tengah memberikan dorongan.

    5) Dalam proses pembelajaran dosen juga memberikan semangat kepada

    mahasiswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran, baik aktif

    dalam proses diskusi, bertanya, memberi masukan,bahkan menanyakan

    materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hal tersebut merupakan

    implementasi dari ajaran Ki Hajar Dewantara yakni tut wuri handayani

    yang artinya dan di belakang selalu menyemangati. Menyemangati disini

    tidak hanya dalam proses perkuliahan IPA, namun juga dalam aspek lain

    seperti memberi semangat untuk selalu berbuat baik, selalu membantu

    satu sama lain, dan yang pasti memberi semangat untuk selalu rajin

    belajar.

  • 35

    6) Dosen juga memberikan arahan kepada para siswa untuk mengamati

    alam sekitar sebagai implementasi dari materi yang telah diajarkan.

    Dalam hal ini mahasiswa diajak membuat rangkaian listrik seri, paralel

    dan campuran agar mereka dapat mengamati secara langsung perbedaan

    dan cara merangkai rangkaian seri, paralel dan campuran. Hal ini

    merupakan implementasi dari ajaran Ki Hajar Dewantara yakni asas

    kodrat alam. Asas kodrat alam, yang berarti bahwa pada hakikatnya

    manusia itu sebagai makhluk, adalah satu dengan kodrat alam. Manusia

    tidak dapat lepas dari kodrat alam dan akan berbahagia apabila dapat

    menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan ini.

    Oleh karena itu, setiap individu harus berkembang dengan sewajarnya.

    c. Pengamatan

    Dari pelaksanaan diatas, dosen mengamati perubahan yang terjadi

    pada mahasiswa, seperti perubahan dalam menulis makalah sesuai dengan

    kaidah ilmiah (jujur dalam pengambilan informasi), mandiri dalam belajar

    serta bekerja keras dalam implementasi pembuatan rangkaian dalam

    kehidupan sehari-hari.

    d. Refleksi

    Sikap ilmiah tentang kejujuran dalam penilisan makalah dan

    pengambilan sumber sudah mulai tertanam. Hal ini dibuktikan dengan revisi

    yang dikumpulkan secara idividu sudah mulai mencantumkan sumber dari

    materi yang di kutip dan alamat gambar yang dimbil dari internet.

    Kreativitas mahasiswa juga mulai tertanam, hal ini dibuktikan dengan

    mereka mampu membuat media rangkaian listrik seri, paralel dan campuran.

    Namun saat ujian tengah semester tiba, masih ada beberapa mahasiswa yang

    mencontek dengan berbagai cara seperti membawa contekan, menanyakan

    jawaban kepada teman, dan berbagai cara lainnya seperti menuliskan

    contekan di kursi ujian, memasukkan contekan di sepatu, di tempat pensil

    dan membawa handphone kedalam ruang kelas.

  • 36

    Gambar 4.

    Bukti fisik contekan mahasiswa di bangku ujian

    2. Tindakan Pada Siklus 2

    a. Perencanaan

    Perencanaan yang dilakukan dalam siklus dua ini adalah lebih

    menekankan kembali implementasi sistem among dalam menumbuhkan

    sikap ilmiah jujur kepada mahasiswa. Pamong sejatinya adalah pembimbing

    yang memberikan bimbingan agar mendapatkan pencerahan jalan yang

    lebih baik. Pamong bukanlah pemberi hukuman. Sehingga dalam

    mengimplementasikan sistem among dosen hendaknya selalu sabar

    menyadarkan kepada mahasiswa tentang arti penting dari kejujuran. Dosen

    tidak lagi memberi hukuman namun lebih memberikan penghargaan bagi

    mahasiswa yang tidak mencontek akan diberikan nilai tambahan dan bagi

    yang mencontek akan diberi konsekunsi yang telah disetujui sebelum ujian

    dilaksanakan. Dengan begitu mahasiswa juga merasa tanggungjawab

    dengan konsekuensi yang telah disepakati bersama.

    b. Pelaksanaan

    Pada siklus dua ini sikap ilmiah mahasiswa sudah sangat terlihat

    peningkatanya. Mulai dari tingat rasa ingin tahu mereka terhadap materi

  • 37

    yang dipresentasikan sampai kepada kejujuran dalam melaksanakan ujian.

    Peningkatan rasa ingin tahu mahasiswa dapat kita lihat pada gambar berikut

    ini:

    Gambar 5.

    Apresiasi bertanya mahasiswa yang tinggi

    Begitu juga dengan kejujuran mahasiswa dalam proses ujian akhir

    semester. Mereka sudah tidak lagi mencontek dan saling bertanya saat

    proses ujian berlangsung. Hal tersebut dapat kita amati pada gambar

    berikut ini:

  • 38

    Gambar 6.

    Ketertiban mahasiswa saat ujian akhir semester

    c. Pengamatan

    Sikap ilmiah jujur, mandiri, kreatif, disiplin, kerja keras dan rasa

    ingin tahu mahasiswa sudah tercermin dalam proses pembelajaran IPA I.

    d. Refleksi

    Implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dapat menumbuhkan

    sikap ilmiah mahasiswa dalam proses pembelajaran IPA 1. Dan hal tersebut

    harus selalu dijaga dengan memberikan bimbingan yang intens kepada

    mahasiwa di semua mata kuliah

  • 39

    BAB VI

    RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

    Rencana tahapan berikutnya dalam penelitian ini adalah mengembangkan

    model ajaran Ki Hajar Dewantara yang dapat diimplementasikan di semua mata

    kuliah sehingga terbentuk sikap ilmiah mahasiswa dari semua mata kuliah dan

    juga sekaligus sebagai perwujudan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan.

  • 40

    BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7. 1 Kesimpulan

    Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

    1. Implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran Ilmu

    Pengetahuan Alam untuk membangun sikap ilmiah mahasiswa Pendidikan

    Guru Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan tahap perencanaan,

    pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus pertama implementasi

    ajaran ing ngarso sing tuladha, yang diintegrasikan dengan materi

    rangkaian listrik dengan penugasan pembuatan makalah dan media

    pembelajaran dapat membangun sikap kejujuran mahasiswa dalam

    membuat makalah yang sesuai dengan kaidah ilmiah dan terhindar dari

    plagiasi. Kemudian implementasi ajaran ing madya mangun karso, dapat

    membangun sikap rasa ingin tahu mahasiswa dalam menggali materi yang

    dipelajari di ruang kelas. Ajaran tut wuri handayani membangun sikap

    mandiri mahasiswa dalam mencari tahu dan menemukan permasalahan-

    permasalah yang dihadapi melalui diskusi kelompok dan masukan-

    masukan yang diberikan oleh teman sebaya. Sedangkan ajaran Tri N dapat

    membangun sikap kreatif mahasiswa dalam menemukan inovasi baru

    dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada siklus kedua, dengan

    antusias dalam diskusi dan kejujuran dalam proses ujian akhir semesterpun

    meningkat.

    2. Dengan mengimplementasikan ajaran: Tri Logi Kepemimpinan, Sistem

    among; dan Tri N (Niteni, nirokke, nambahi) dapat membangun sikap

    jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan rasa ingin tahu mahasiswa

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam pembelajaran IPA 1.

    7. 2 Saran

    Ajaran Ki Hajar Dewantara merupakan ciri khas yang dimiliki oleh

    perguruan Tamansiswa. Mengimplementasikan ajaran Tamansiswa bukan

  • 41

    hanya kewajiban pamong mata kuliah Ketamansiswaan namun merupakan

    kewajiban semua civitas akademika di lingkungan Tamansiswa. Sehingga

    sudah menjadi kewajiban semua pamong mengimplementasikan ajaran

    tersebut baik dalam proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran.

    Implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran Ilmu

    Pengetahuan ini dapat dijadikan contoh implementasi mata kuliah lain dan

    harus disesuaikan terlebih dahulu dengan materi yang akan disampaikan.

  • 42

    DAFTAR PUSTAKA

    Carin, Arthur A & Sund, Robert B. 1980. Teaching modern science. Ohio: Bell &

    Howell Company.

    Collette, Alfred T & Chiappetta, Eugene T. 1994. Science instruction in the

    middle and secondary schools. New York: Macmillan Publishing Company.

    Hadiat dan I Nyoman Kertiasa, 1976. Metodologi Ilmu Pengetahuan Alam.

    Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Kartono. Tt. Pengembangan Model Penilian Sikap Ilmiah IPA Bagi Mahasiswa

    PGSD. Surakarta: eprint-uns.ac.id. dikutip dari

    http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_%2837%29.pdf pada

    tanggal 15 Maret 2015.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia. Revolusi. Dikutip dari http://kbbi.web.id/revolusi

    pada tanggal 30 September 2015

    Majelis Luhur Tamansiswa. 2013. Ki Hajar Dewantara Pemikiran, Konsepsi,

    Keteladanan, Sikap Merdeka. Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa.

    Pusat Kurikulum. 2007. Panduan pengembangan pembelajaran IPA terpadu.

    Jakarta: Balitbang Depdiknas.

    Ralph Martin E. et al. 1998. Teaching science for all children. Boston: Pearson

    Education Inc

    Soeratman, Parsiti. 1985. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan

    dan Kebudayaan. Proyek Pembinaan Pendidikan Dasar.

    Sri Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan

    Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

    Sukarno. 1981. Dasar-dasar pendidikan sains. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

    Tim Dosen Ketamansiswaan. 2014. Materi Kuliah Ketamansiswaan. Yogyakarta:

    Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

    Tim penyusun. 2012. Tamansiswa: Badan Perjuangan Kebudayaan dan

    Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Perguruan Tamansiswa

    Yogyakarta.

    Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

    http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_(37).pdfhttp://kbbi.web.id/revolusi

  • 43

    The Liang Gie. 1982. The interrelationships of science and technology.

    Yogyakarta: The Science and Technology Studies Foundation.

  • 44

    LAMPIRAN

  • 45

    Lampiran I

    Makalah Mahasiswa yang Belum Sesuai dengan Kaidah Ilmiah

  • 46

    Lampiran II

    CONTEKAN MAHASISWA SAAT UTS

  • 47

    Lampiran 3 Rincian Anggaran

    1 Honor

    No Honor Honor/ Jam (Rp) Waktu (jam/ minggu) Minggu Jumlah Honor (Rp)

    1 Ketua 5000 5 24 600.000 2 Anggota 4000 4 24 384.000

    Subtotal (Rp) 984.000 2 Peralatan penunjang

    No Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Lama Pemakaian

    (hari)

    Harga Satuan

    (Rp)

    Harga Peralatan Penunjang

    (Rp) 1 Kamera foto / video Penyewaan 1 4 50.000 200.000

    Subtotal (Rp) 200.000 3 Bahan Habis Pakai

    No Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Satuan

    (Rp) Total Biaya

    (Rp) 1 Pencetakan Proposal Pembelian 250 500 125.000 2 Penjilidan Proposal Pembelian 5 7.000 35.000 3 Materai 6000 Pembelian 5 7.000 35.000

    4 ATK (bolpoint, ordner, stopmap, dll)

    Pembelian 4 45.000 180.000

    5 Pencetakan dan Copy Handout

    Pembelian 322 500 161.000

    6 CD, Label CD dan Tempat CD

    Pembelian 5 20.000 100.000

    7 Scan Data Pembelian 10 2.000 20.000 8 Pencetakan Laporan Pembelian 500 500 250.000 9 Penjilidan Laporan Pembelian 5 7.000 35.000 10 Paket data Internet Pembelian 3 65.000 195.000

    Subtotal (Rp) 941.000 4 Perjalanan

    No Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan (Rp) Biaya per Tahun Perjalanan (Rp)

    1 Seminar proposal dan hasil penelitian Presentasi 2 75.000 150000

    2 Rapat dan diskusi hasil penelitian Presentasi 2 50.000 100000

    Subtotal (Rp) 250.000 5 Lain-lain

    No Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Satuan (Rp) Biaya per Tahun (Rp)

    1 Publikasi Prosiding Seminar Internasional Publikasi/ presentasi

    2 350.000 700.000

    2 Hardcopy untuk Prosiding Prosiding 1 300.000 300.000 Subtotal (Rp) 1. 000.000

    TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELAMA 6 BULAN (Rp) 3.375.000

  • 48

    Lampiran 4

    Instrumen Penelitian

    INTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA

    No Aspek sikap ilmiah

    Indikator SKOR

    1 Jujur

    Menyampaikan pendapat sesuai dengan keadaan sebenarnya

    Menuliskan karya disertai dengan sumber yang jelas

    2 Rasa ingin tahu

    Menanyakan hal-hal baru yang belum diketahui

    Antusias mencari informasi dari berbagai sumber

    Antusias mencari jawaban Melakukan penyelidikan melalui

    pengamatan/ dengan serius

    3 Sikap kritis

    Meragukan temuan orang lain/teman

    Teliti dalam melakukan pengamatan

    Tidak mengabaikan data meskipun kecil

    4 Terbuka dan mau bekerja sama

    Menerima dan menghargai pendapat orang lain/teman

    Tidak merasa selalu benar Menganggap setiap kesimpulan

    adalah tentatif Bekerjasama dan berpartisipasi

    aktif dalam kelompok

    _GoBack