Kelompok 5 Kasus 1 Dan 2
Click here to load reader
-
Upload
tuning-rias-prasetya -
Category
Documents
-
view
439 -
download
10
Transcript of Kelompok 5 Kasus 1 Dan 2
MAKALAH
REFRAKSI MATA PADA PRESBIOPI
DAN
INFEKSI MATA PADA KONGJUNGTIVITIS
KELOMPOK 5:
1. JEVRI ARWANTO
2. LISTIA NINGSIH
3. NINDA SULISTYANA
4. RELISA MULIANA SARI
5. TUNING RIAS YUNITASARI
6. WIJI DWI LESTARI
7. YOGIK WAHYU MAZDA P
PRESBIOPI
A. PENGERTIAN
Adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur.
Makin bertambahnya umur maka setiap lensa akan menglami kemunduran kemampuan untuk mencembung. Berkurangnya kemampuan mencembung ini akan memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh tetap normal.
B. PATOFISIOLOGI
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur kaka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :
* Kelemahan otot akomodasi
* Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
C. GEJALA
Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan pada awalnya penderita akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil. Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai titik dekatnya dengan demikian objek dapat dibaca dengan lebih jelas.
Presbiopia timbul pada usia 45 tahun untuk ras Kaukasia, dan 35 tahun untuk ras lainnya.
D. CARA PEMERIKSAAN
1. Penderita lebih dahulu dikoreksi penglihatan jauhnya dengan metode rial and error hingga visus mencapai 6/6.
2. Dengan menggunakan koreksi jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan lensa sferis positif dan diperiksa dengan menggunakan kartu jaeger pada jarak 0,33 meter (33 cm).
E. PENATALAKSANAAN
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai dengan pedoman umur yaitu : umur 40 tahun (umur rata-rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambahkan lagi lensa Sferis + 0.50.
Lensa sferis (+) yang ditambahkandapat diberikan dalam berbagai cara :
1. Kacamata baca untuk melihat dekat saja.
2. Kacamata bifocal untuk melihat jauh dan dekat.
Jika koreksi jauhnya tidak dapat mencapai 6/6 maka penambahan lensa sferis (+) tidak terikat pada pedoman umur, tetapi boleh diberikan seberapapun sampai dapat membaca cukup memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. Prof. Dr. 1988, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FK-UI, Jakarta
LAB/UPF Ilmu Penyakit Mata, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, RSUD dr. Soetomo, Surabaya by Khaidir muhaj
Pendahuluan
Latar Belakang
Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva
(lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia (Anonim, 2009).
Konjungtivitis, terdiri dari:
1. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik konjungtivitis,
konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant papillary conjungtivitis).
2. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik).
3. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik).
4. Konjungtivitis klamidia.
5. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik, neonatal,
Parinaud’s okuloglandular syndrome phlycten sekunder) Alamsyah, 2007).
Boleh dikatakan masyarakat sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua
umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro- organisme (terutama virus dan kuman atau
campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam
setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus
kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis bisa diberikan
tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik (Alamsyah, 2007).
Tujuan
Tujuan Umum
Memenuhi penugasan sebagai prasyarat dalam kegiatan perkuliahan Keperawatan
Medikal Bedah III.
Mengetahui konsep medis dari Penyakit Konjungtivitis.
Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Konjungtivitis.
T ujuan Khusus
1 .Mengetahui konsep medis Konjungtivitis meliputi:
definisi
Etiologi
tanda dan gejala
patofisiologi.
manifestasi klinis.
komplikasi.
2 .Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Konjungtivitis meliputi:
pengkajian
diagnosa
perencanaan
implementasi
evaluasi.
3 .Manfaat
Penulis tentunya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pambacanya. Sesuai dengan
tujuan awal, maka kami harap para pembaca dapat mengetahui seluk beluk tentang
Konjungtivitis mulai dari penyebab, pengobatan dan pencegahannya serta yang terpenting
adalah asuhan keperawatannya. Diharapkan dengan pengetahuan yang sedikit ini nantinya bisa
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat di Indonesia.
PEMBAHASAN
Definisi
Konjungtivitis adalah Peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau
alergi.Karena meradang, konjungtiva menjadi merah,membengkak,dan nyeri bila di
tekan.Konjungtivis akibat infeksi bakteri kadang-kadang di sebut mata merah(pink eye).
Konjungtivitis sering di sebabkan oleh suatu infeksi adenovirus.Konjungtivitis bakteri dan virus
sangat menular.Konjungtivitis virus dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut di kornea
dan menurunkan ketajaman penurunan.
Anatomi konjungtiva
Konjungtivita adalah Selaput lender yang melapisi sisi dalam kelopak mata, serta
menutupi bagian depan seklera.Selaput itu bersambung dengan selaput lendir yang melapisi
saluran air mata kantong air mata dan juga bersambung dengan saluran naso-lakrimal. Bila
kelopak mata di tutup, obat tetes mata dapat di teteskan ke dalam kantong itu.Tetesan-tetesan
obat itu harus di teteskan di bagian luar fornix yang merupakan kantong samping atau kantong
tambahan, dimana konjngtiva yang menutupi bola mata, berada dekat dengan kelopak
mata.Dengan demikian teesan-tetesan obat itu sudah dapat membawakan pengaruh atau
akibat untuk mata,sebelum hanyut dalam saluran air mata.
Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi.
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior
palpebra dan bola mata) (Alamsyah, 2007).
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga
bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan
mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan
memberi nutrisi bagi kornea (Alamsyah, 2007).
Epidemiologi
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan
penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi kurang atau
sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada
orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang.
Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit paru
tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang
dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama
anak-anak menderita helmintiasis, sehingga hubungannya dengan konjungtivitis flikten menjadi
tidak jelas (Alamsyah, 2007)
Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
infeksi oleh virus atau bakteri
reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau
sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis (Anonim, 2009).
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
a.entropion atau ektropion.
b.kelainan saluran air mata.
c.kepekaan terhadap bahan kimia.
d. pemaparan oleh iritan.
e.infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009)
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami
gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi
rumput, serbuk bunga, hewan dan debu (Effendi, 2008).
Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu
bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi)
(Effendi, 2008).
Patogenesis
Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas.
Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN
ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap
protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea,
beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik
(Alamsyah, 2007)
Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun seringkali biasanya
menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang ditempati oleh flikten rusak, membentuk
ulkus dangkal yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut (Alamsyah, 2007).
Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau
kornea, dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul
inflamasi dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak
menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral limbus cenderung
membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan flikten sebelumnya. Flikten
yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi sentripetal lesi inflamasi mungkin
berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi menimbulkan penipisan kornea dan jarang
menimbulkan perforasi (Alamsyah, 2007).
Menifistasi klinis
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
a. konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
b. produksi air mata berlebihan (epifora).
c. kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup
akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
d. pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai
reaksi nonspesifik peradangan.
e. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
f. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen
protein).
g. dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
(Anonim, 2009).
Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.
Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi (Anonim, 2004).
Gejala lainnya adalah:
1. mata berair
2. mata terasa nyeri
3. mata terasa gatal
4. pandangan kabur
5. peka terhadap cahaya
6. terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari (Anonim, 2004).
Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu
penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan
Diagnosa
a. Gejala Subyektif
Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan mata
merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan
terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir.
Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bakterial akut.
b. Gejala Obyektif
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau
kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah
konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
Histopatologi
Flikten terlihat sebagai kumpulan sel leukosit netrofil yang dikelilingi oleh sel limfosit,
sel makrofag dan kadang-kadang sel datia berinti banyak. Pembuluh darah yang memperdarahi
flikten mengalami proliferasi endotel dan sel epitel di atasnya mengalami degenerasi.
Laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan adanya tuberkulosa paru
dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada sekret untuk
mengidentifikasi organisme penyebab maupun adanya infeksi sekunder (Alamsyah, 2007).
Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran
konjungtivitis antar pasien. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.
Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau
antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat
jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine
0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya
dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak
2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi
gejala pada kasus ringan
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang.
1) Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata,
epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar
ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus
Gonoblenorroe.
b) . Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.
c) . Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (tuberculosis)
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
Data Fokus
a.Objektif
VOS dan VOD kurang dari 6/6, mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar
terutama pada konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe).
b.Subjektif ;
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1 Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan konjungtiva
2 Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan
3 Gangguan persepsi penglihatan b.d kelainan lapang pandang
4 Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya
perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
5 Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
6 Interaksi sosial ; menarik diri b.d tidak menerima kondisi matanya
3.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1 Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan konjungtiva klien selama
1x24 jam dapat mengontrol nyeri
Kriteria hasil :
- Nyeri berkurang atau terkontrol.
-Nyeri berkurang dari rentang nyeri
dari 9 turun menjadi 5
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
2. Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur.
3. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.Klien tidak menampakkan wajah
meringis
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.
2 Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan resiko penyeberan infeksi dapat berkurang
Kriteria hasil :
-Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
-Personal hygine terjaga
1. Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan irigasi).
2. Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
3. Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
3 Gangguan persepsi penglihatan b.d kelainan lapang pandang
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan
lingkungannya
Kriteria hasil :
1. Kaji kemampuan melihat
2. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan dan aktifitas
3. Menjelaskan terjadinya gangguan persepsi penglihatan
PENUTUP
Konjungtivitis flikten merupakan peradangan pada konjungtiva yang ditandai dengan
iritasi mata, lakrimasi, serta adanya gangguan penglihatan dan fotofobia ringan sampai sedang
apabila kornea ikut terkena. Secara khas ditandai dengan adanya nodul inflamasi dengan
pelebaran pembuluh darah disekitarnya. Mekanismenya diduga akibat proses respon alergi
hipersensitivitas lambat terhadap protein mikroba seperti basil tuberkel, staphylococcus,
chlamydia, dan candida albicans. Didapatkan terutama pada anak-anak dengan gizi kurang yang
tinggal di daerah dengan higiene yang buruk dan sering mendapatkan radang saluran napas.
Terapi terutama ditujukan untuk mengeridikasi penyebabnya serta pemberian steroid bila
gejalanya agak berat. Perlu diperhatikan juga higiene mata untuk mencegah infeksi sekunder.
Dengan pengobatan yang adekuat diperoleh hasil yang baik.