Kelompok 5 Indikator Pemantauan Tumbang

download Kelompok 5 Indikator Pemantauan Tumbang

of 16

description

Kelompok 5 Indikator Pemantauan Tumbang

Transcript of Kelompok 5 Indikator Pemantauan Tumbang

ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA dan ANAK PRA SEKOLAH

Disusun Oleh:

1. ANISA RACHMADINI (P17124012004)

2. NUR AZIZAH LAKSONO(P17124012022)

3. TINA WAHYUNING

(P17124012034)4. VANNY SUCIANA

(P17124012036)TINGKAT II APOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1JURUSAN KEBIDANAN1. SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini TumbuhKembang )

Setiap orang tua menginginkan mempunyai anak yang sehat, cerdas, sholeh, berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan mempunyai generasi penerus yang mampu bersaing dan unggul ditengah persaingan global yang sangat kompetitif, hal ini harus dianggap sebagai suatu investasi untuk masa depan dan hal ini juga merupakan Hak Anak, seperti yang tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945, pasal 28 B ayat 2; Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.

Salah satu upaya untuk mendapatkan anak yang seperti diinginkan tersebut adalah dengan melakukan upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita atau yang dikenal dengan namaStimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Pengertian Stimulasi

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengganti orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain atau kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip Dasar Stimulasi Tumbuh Kembang Anak

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih saying.

2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak , terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.

6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.

7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Pengertian SDIDTK

SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).

Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.

Program SDIDTK yang bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak agar semua balita umur 05 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal, melibatkan bidan sebagai pelaksana program.

Pengertian :

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.

Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya.

Penyimpangan bisa salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar gerak halus bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian anak.

Sasaran :

1. Sasaran Langsung : Semua anak umur 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas

2. Sasaran Tidak Langsung : Tenaga kesehatan yang berkerja di lini terdepan (Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan sebagainya). Tenaga pendidik, Petugas lapangan KB, Petugas sosial yang terkait dengan pembinaan tumbuh kembang anak, Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.

Pada perkembangannya akan diketahui secara dini jika terdapat kelainan pada anak. Hal itu bisa terdeteksi dari tanggal lahir anak, berat badan, tinggi badan anak dan lingkar kepala.

Misalkan jika pertumbuhan normal anak umur satu tahun sudah bisa mengucapkan kata-kata ibu/bapak, tetapi anak tersebut belum bisa sama sekali, maka anak itu mengalami keterlambatan perkembangan.

Anak yang mengalami keterlambatan diberikan stimulasi dan arahan selama empat bulan dan bimbingan selama enam bulan. Namun jika keterlambatan itu tidak bisa diintervensi, maka segera dirujuk ke Rumah Sakit pemerintah yang mempunyai pelayanan SIDDTK, seperti halnya RSUD Dr. Soewandhie. Selain anaknya diperiksa, sang ibu juga diberikan arahan mengenai bagaimana menstimulasi anak mereka.

Keterlambatan perkembangan itu bisa terjadi akibat beberapa faktor, salah satunya adalah pembentukan janin saat didalam kandungan, saat kelahiran serta diluar kandungan. Selain itu bisa diakibatkan oleh kemungkinan kurang gizi, genetik dan rokok. Misalkan pada saat melahirkan terjadi kemacetan, pendarahan, kekurangan oksigen. Program SDIDTK

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraanan tara keluarga, masyarakat dengan tenaga professional Tidak ada perbedaan yang signifikan antara SDIDTK dengan DDTK, hanyalah perbedaan istilah.

Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.

Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional kesehatan, pendidikan dan sosial).

Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :

1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun. 4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita 5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS. Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut :

a. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang bukuKIA.

b. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

c. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medik, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog.

2. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.1. Gangguan Pertumbuhan FisikGangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.2. Gangguan perkembangan motorikPerkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.

3. Gangguan perkembangan bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).

4. Gangguan Emosi dan Perilaku

Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi social dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Menurut Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologist yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.3. Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak

Hakikat mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik, sehingga ketika dewasa jadi bertanggung jawab. Pola asuh yang baik menjadikan anak berkepribadian kuat, tak mudah putus asa, dan tangguh menghadapi tekanan hidup. Sebaliknya, pola asuh yang salah menjadikan anak rentan terhadap stres, mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif seperti tawuran, perilaku seks bebas, cemas, dan depresi. Mengasuh anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak jasmani, intelektual, emosional, ketrampilan, norma, dan nilai-nilai. Hakikat mengasuh anak meliputi pemberian kasih sayang dan rasa aman, sekaligus disiplin dan contoh yang baik. Karenanya, diperlukan suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia. Cara mengasuh anak mesti sesuai dengan tahap perkembangan. Perkembangan anak, sejak dalam kandungan sampai umur 6 tahun merupakan pondasi dalam membentuk kepribadian anak. Perkembangan ini dibagi 4 tahap dan tiap tahapan punya ciri dan tuntutan perkembangan tersendiri. Kebutuhan perkembangan anak meliputi kebutuhan mental emosional dan social. Cara mengasuh anak usia di bawah 6 tahun sesuai dengan perkembangan anak, dibagi dalam beberapa tahap yaitu:1. Sejak dalam kandungan.Kesehatan anak di dalam kandungan dipengaruhi oleh keadaan kesehatan ibunya. Bila ibu sakit fisik (misalnya infeksi), maka anak dalam kandungan dapat tertular. Bila ibu stres, anak dalam kandungan juga dapat terpengaruh. Karena itu, ibu perlu mempersiapkan diri dengan baik agar anak dalam kandungan sehat fisik dan mental. Ibu perlu menjaga pikiran dan perasaan supaya anaknya nanti tidak rewel dan mudah menyesuaikan diri. Suara ibu adalah suara yang paling sering didengar anak. Suara keras atau lembut ibu akan diikuti anak setiap waktu. Bapak dan ibu perlu menjaga percakapannya supaya anak terbiasa mendengarkan dan mudah meniru yang baik-baik nantinya.2. Sejak lahir sampai 1,5 tahun.Anak dalam kandungan hidup serba teratur, hangat, dan penuh perlindungan. Setelah dilahirkan, ia sepenuhnya bergantung pada orang lain terutama ibu atau pengasuhnya. Anak perlu dibantu untuk mempertahankan hidupnya. Tahap ini untuk mengembangkan rasa percaya pada lingkungannya. Bila rasa percaya tak didapat, maka timbul rasa tak aman, rasa ketakutan dan kecemasan. Bayi belum bisa bercakap-cakap untuk menyampaikan keinginannya. Ia baru bisa menangis untuk menarik perhatian orang. Tangisan menunjukkan bahwa bayi membutuhkan bantuan. Ibu harus belajar mengerti maksud tangisan bayi.

3. Usia 1,5 3 tahun

Tahap ini merupakan tahap pembentukan kebiasaan diri.Orangtua hendaknya mendorong agar anak dapat bergerak bebas, menghargai dan meyakini kemampuannya. Usahakan anak mau bermain dengan anak yang lain untuk mengetahui aturan permainan. Bacakan buku dongeng setiap hari dan dorong ia agar mau menceritakan kembali. Seringkali timbul masalah dalam hal makan. Jika anak dipaksa makan, maka ia akan menolak. Orangtua bisa bercerita yang ada hubungannya dengan makanan, untuk anak usia di bawah 3 tahun, dongeng tentang binatang lebih menarik perhatiannya dan lebih mudah dimengerti. Jika terdapat gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri, anak akan dikuasai rasa malu, ragu-ragu, serta pengekangan diri yang berlebihan. Sebaliknya dapat juga terjadi melawan dan berontak. Gangguan yang timbul pada tahap ini, anak sulit makan, suka ngadat dan ngambek, menentang dan keras kepala, suka menyerang atau agresif.4. Usia 3 6 tahun

Pada tahap ini ayah punya peran penting bagi anak. Anak laki merasa lebih sayang pada ibunya dan anak perempuan lebih sayang pada ayahnya. Melalui peristiwa ini anak dapat mengalami perasaan sayang, benci, iri hati, bersaing, memiliki, dll. Ia dapat pula mengalami perasaan takut dan cemas. Di sini, kerjasama ayah-ibu amat penting artinya. Jika anak laki meniru ibunya memakai pemerah bibir, cepat beritahukan bahwa kebiasaan itu bukan untuk anak laki. Jangan dianggap lucu, karena kalau sudah terlanjur disukainya akan sulit diperbaiki. Yang diperlukan anak seusia ini adalah melatih kemampuan fisik, kemampuan berpikir, mendorong anak mau bergaul, dan mengembangkan angan-angan.Selain itu ada pola asuh yang juga digunakan untuk mendukung perkembangan anak yaitu parenting style. Anak-anak walaupun terlahir dengan sifat, temperamen , dan kemampuannya masing masing, namun lingkungan khususnya orangtua lah yang menentukan bagaimana karakter-karakter yang dibawa sejak lahir dimanifestasikan sehingga mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang kompeten. Orangtua menentukan arah tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang diterapkan dalam membesarkan anak.Conger (1991) mendefinisikan pola asuh sebagai segala bentuk proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak. Interaksi ini meliputi ekspresi atau pernyataan diri orang tua yang mencerminkan nilai, sikap dan kepercayaan, dalam memelihara dan memberi latihan pada anaknya. Interaksi ini kemudian ikut berperan dalam memberi corak pembentukan nilai, sikap dan bagaimana anak bertingkah laku sehubungan dengan usaha menjawab situasi kehidupan yang dijalaninya, saat ini dan di masa yang akan datang.Davenport (1994) mendefinisikan pola asuh sebagai suatu pendekatan yang secara umum diberi oleh orangtua (pengasuh) kepada anak.Orang tua menerapkan pola asuh tertentu secara dominan, yang dianggapnya paling baik bagi anak.Banyak penelitian yang membuktikan cara orangtua berinteraksi dengan anak-anak mereka memiliki dampak langsung pada kepercayaan diri dan harga diri seorang anak.Oleh karena itu pola asuh orangtua sangat berperan dalam menentukan tumbuh kembang anak.

Pola asuh terbagi dalam aspek-aspek yang akan menentukan jenis pola asuh(Mussen,1984):1. Aspek Kontrol

Yaitu segala usaha orangtua untuk mempengaruhi aktivitas yang bertujuan memodifikasi ekspresi dari rasa ketergantungan anak dan meningkatkan internalisasi standar dari orangtua.

2. AspekTuntutan agar ditampilkan tingkah laku yang matang

Yaitu tuntutan atau penekanan pada anak agar dapat menampilkan prestasi tinggi, serta kematangan sosial dan emosional yang tinggi pula.

3. AspekPolaHubungan antara orangtua dan anak

Yaitu orangtua memberikan penjelasan dalam membuat aturan-aturan bagi si anak dan menanyakan pendapat anak.4. Aspek pemeliharaan terhadap anakYaitu keterlibatan orangtua dalam pengasuhan, penunjukkan rasa kasih sayang, kehangatan, dan pengertian terhadap anak.Dari keempat aspek tersebut, pola asuh dibagi menjadi beberapa tipe pola asuh :

1. Pola asuh Otoriter

a. Anak harus mengikuti peraturan ketat yang dibuat oleh orangtua

b. Jika anak melanggar peraturan akan langsung dikenakan hukuman

c. Orangtua dengan pola asuh otoriter tidak dapat menyebutkan alasan peraturan dibuat, satu-satunya alasan adalah karena saya bilang begitu

d. Orangtua yang otoriter sangat menuntut anak tetapi tidak responsif terhadap anak atau bisa dikatakan orangtua tipe ini sangat haus kepatuhan dan status dan ingin perintah mereka ditaati tanpa banyak bertanya

Hasil Pengasuhan terhadap anak : Anak dari pola asuh ini akan sangat patuh, namun cenderung tidak bahagia, memiliki harga diri rendah, kurang berinisiatif, tidak spontan dan kurang rasa ingin tahu

2. Pola asuh Otoritatif/seimbang

a. Seperti pola asuh otoriter, pola asuh ini juga membentuk peraturan untuk dipatuhi anak-anak mereka

b. Walaupun membentuk peraturan, pola asuh ini lebih demokratif

c. Orangtua dengan pola asuh ini responsive terhadap anak-anaknya, orangtua tipe ini lebih memeihara dan memaafkan daripada memaksa

d. Pola asuh seperti ini memberikan pengawasan dan standar yang jelas bagi perilaku anak-anak mereka

e. Tujuan pengasuhan gaya ini adalah anak yang bertanggung jawab secara social dan mampu mengatur dirinya dan kooperatif.

Hasil Pengasuhan terhadap anak: harga diri yang tinggi, mandiri, bijak dalam memilih, dapat mengatasi perubahan,dan memiliki bekal yang cukup untuk sukses dalam tekanan kerja.

3. Pola asuh Permisif

a. Orangtua yang permisif kadang digambarkan sebagai orangtua yang sabar. Mereka tidak banyak menuntut kepada anak

b. Orangtua tipe ini sedikit mengajarkan disiplin karena mereka tidak memiliki ekspektasi tentang kematangan dan kontrol diri

c. Pola asuh jenis ini lebih banyak merespon daripada menuntut, mereka tidak membutuhkan perilaku yang matang, regulasi diri, dan menghindari konflik

d. Orangtua yang permisif sangat memelihara dan komunikatif dengan anak mereka dan lebih berperan sebagai teman daripada orangtua.

Hasil Pengasuhan terhadap anak : kurang memiliki kemandirian dan tidak memikul tanggung jawab dari tindakannya. 4. Pola AsuhUninvolveda. Polaasuh yang undemanding/tidak menuntut dan kurang responsif. Pada pola asuh uninvolved orangtua kurang berinteraksi dengan anak.

b. Orang tua yang menerapkan pola asuh uninvolved mungkin mengalami depresi atau masalah-masalah dalam kehidupannya.

c. Pada pola asuh ini orangtua tidak memiliki ikatan emosi dengan anak. Dan anak menunjukkan gangguan dalam bidang kelekatan(attachment), kognisi, emosi dan sosial

Daftar pustakaDr.soetjiningsih.spak Tumbuh Kembang Anak EGC 1994

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/196005041986012-ADE_JUWAEDAH/MAKALAH__PKK_09.pdfhttp://www.balipost.com/balipostcetak/2003/8/31/kel1.htmlhttp://www.pakarpsikologi.com/index_files/Page1613.htmhttp://drlukashermawan.blogspot.com/2011/01/program-stimulasi-deteksi-intervensi.htmlhttp://www.slideshare.net/TiKaIrIn/program-tumbang-anak-kel1http://www.kesehatananak.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=49:stimulasi-deteksi-intervensi-dini-tumbuh-kembang-anak&catid=37:subdit-2&Itemid=80http://dinkes.surabaya.go.id/portal/index.php/puskesmasku/siddtk-deteksi-gangguan-dan-kelainan-pada-anak/