Kelompok 3 sejarah

20
KELOMPOK 3 1. Afifah Arum Meylany 2. Nur Fauzia 3. Nur Khairunnisa 4. Santi Dwi Wulandari 5. Tiyari Liyana XI – MIA 2

Transcript of Kelompok 3 sejarah

KELOMPOK 3

1. Afifah Arum Meylany

2. Nur Fauzia

3. Nur Khairunnisa

4. Santi Dwi Wulandari

5. Tiyari Liyana

XI – MIA 2

A. PERJANJIAN RENVILLE

LATAR BELAKANG

Perjanjian Renville diambil dari nama sebutan kapal perang milikAmerika Serikat yang dipakai sebagai tempat perundingan antarapemerintah Indonesia dengan pihak Belanda, dan KTN sebagaiperantaranya. Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia diketuai olehPerdana Menteri Amir Syarifuddin dan pihak Belanda menempatkanseorang Indonesia yang bernama Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagaiketua delegasinya. Penempatan Abdulkadir Wijoyoatmojo inimerupakan siasat pihak Belanda dengan menyatakan bahwapertikaian yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda merupakanmasalah dalam negeri Indonesia dan bukan menjadi masalahinternasional yang perlu adanya campur tangan negara lain.

A. PERJANJIAN RENVILLE Isi Perjanjian Renville :

1. Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).

2. Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesiaa Belanda.

3. Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk, Belanda dapat menyerahkan

kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.

4. Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat.

5. Antara enam bulan sampai satu tahun akan diselenggarakan pemilihan umum

untuk membentuk Konstituante RIS.

6. Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus

dipindahkan ke daerah Republik Indonesia

A. PERJANJIAN RENVILLE

Kerugian Perjanjian Renville Bagi Indonesia

Persetujuan Renville berhasil ditandatangani oleh kedua belah pihak tanggal 17 Januari

1948. Perjanjian Renville ini menyebabkan kedudukan Republik Indonesia semakin tersudut

dan daerahnya semakin sempit. Hal ini merupakan ini merupakan akibat dari diakuinya garis

Van Mook sebagai garis perbatasan baru hasil Agresi Militer Belanda 1. Sementara itu,

kedudukan Belanda semakin bertambah kuat dengan terbentuknya negara-negara boneka.

Setelah penandatanganan Persetujuan Renville, pihak pemerintah menghadapi tentangan

sangat berat dan mengakibatkan Kabinet Amir Syarifuddin jatuh. Kabinet Amir Syarifuddin

kemudian digantikan oleh Kabinet Harta. Namun di bawah pemerintahan Hatta muncul

banyak rongrongan dan salah satunva dilakukan oleh bekas Perdana Menteri Amir

Syarifuddin dengan organisasinya yang bernama Front Demokrasi Rakyat. Puncak dari

pergolakan itu adalah pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, keadaan seperti itu

dimanfaatkan pihak Belanda untuk melancarkan Militer 2.

B.AGRESI MILITER 2

Agresi Militer Belanda 2 dimulai ketika pihak Belanda yang tetap

bersikukuh menguasai Indonesia mencari dalih untuk dapat melanggar

perjanjian yang telah disepakati. Bahkan pihak Belanda menuduh jika pihak

Indonesia tidak menjalankan isi perundingan Renville. Oleh karena itu pihak

TNI dan pemerintah Indonesia sudah memperhitungkan bahwa sewaktu-waktu

Belanda akan melakukan aksi militernva untuk menghancurkan republik dengan

kekuatan senjata. Untuk menghadapi kekuatan Belanda itu, didirikan Markas

Besar Komando Djawa (NIBKD) yang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris

Nasution dan Markas besar Komando Sumatra (MBKS) yang dipimpin oleh

Kolonel Hidayat.

B.AGRESI MILITER 2

Persiapan untuk menyelenggarakan pemerintahan rniliter juga dilakukan.

Dalam pemerintahan militer, kecamatan merupakan basis utama pertahanan

dengan kekuatan utama tenaga rakyat yang ada di desa-desa. Pasukan TNI

dan pejabat-pejabat pemerintah mempunyai tugas-tugas sebagai

koordinator perlawanan di desa-desa. Tempat untuk mengungsikan kepala

negara dan tokoh-tokoh pemerintah telah disiapkan. Pada hakikatnya

Republik Indonesia telah siap menghadapi Agresi Militer Belanda 2. Seperti

yang telah diduga Belanda benar-benar melakukan serangannya.

B.AGRESI MILITER 2

Serangan Agresi Militer Belanda 2

Serangan dibuka tanggal 19 Desember 1948. Dengan taktik perang kilat

(blitkrieg), Belanda melancarkan serangan di semua front di daerah Republik

Indonesia. Serangan diawali dengan penerjunan pasukan payung di Pangkalan

Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto) dan dengan gerak cepat berhasil

menduduki kota Yogyakarta. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh.

Hatta memutuskan untuk tetap tinggal di ibukota, walaupun mereka tahu

bahwa dengan demikian mereka akan ditawan oleh musuh. Alasannya, agar

mereka dapat melakukan kegiatan diplomasi dengan pihak Belanda.

B.AGRESI MILITER 2

Di samping itu, Belanda tidak mungkin menjalankan serangan secara

terus-menerus karena presiden Panglima Tertinggi Angkatan Perang Indonesia dan

wakil presiden menteri pertahanan sudah berada di tangan mereka. Sementara itu,

beberapa bulan sebelum Belanda melakukan serangan terhadap kota Yogyakarta,

Jenderal Sudirman (Panglima Besar Angkatan Perang) menderita sakit paru-paru

yang sangat parah sehingga harus dirawat di rumah sakit dan kemudian dirawat di

rumah. Ia berpesan jika Belanda menyerang kembali, maka ia akan memegang

kembali pimpinan Angkatan Perang dan memimpin prajurit-prajuritnya melakukan

perlawanan gerilya.

B.AGRESI MILITER 2

Peranan Jenderal Sudirman dalam Agresi Militer Belanda 2

Janji itu ditepati, pada saat Belanda menyerang Yogyakarta ia bangkit dari tempat tidurnya dan mengajak

presiden untuk memimpin gerilya, tetapi ajakan tersebut ditolak. Dengan diiringi ajudan dan pasukan

pengawalnya, Jenderal Sudirman naik gunung-turun gunung, serta keluar-masuk hutan menembus

teriknya matahari dan derasnya hujan untuk memimpin perlawanan rakyat semesta. Bahkan beliau dan

para pengawalnya sempat menetap selama 99 hari sejak tanggal 31 Maret 1949 hingga 7 Juli 1949 di desa

Pakis, Sobo, Kecamatan Nawangan, Pacitan, Jawa Timur.

Dari rumah markas gerilya itulah Panglima Besar Jenderal Sudirman memimpin perang gerilya, memberi

perintah serangan umum. Pada masa yang paling gelap bagi Republik Indonesia, Jenderal Sudirman

memberikan pegangan dan kekuatan batin kepada rakyat dan prajurit yang berjuang untuk kelangsungan

hidup negaranya. Sementara itu MBKD dan MBKS kembali diaktifkan di bawah komando panglimanya

masing-masing. Pemerintah militer tetap melakukan kegiatannya. Dengan demikian, Republik Indonesia

masih berdiri tegak.

B.AGRESI MILITER 2

Belanda mengira dengan jatuhnya kota Yogyakarta, kekuatan TNI

akan hancur berantakan. Dengan demikian, berarti kampanye militer mereka

telah selesai, tinggal melaksanakan operasi pembersihan yang memerlukan

waktu satu dua bulan. Ternyata dugaan Belanda itu keliru sama sekali. Pada

pukulan pertama ternyata pasukan TNI tidak hancur. Pasukan Belanda

dibiarkan bergerak maju untuk menguasai daerah perkotaan. Sedangkan

pasukan mundur ke daerah pedalaman untuk merencanakan pelaksanaan

Wingate Operation dan menyusun daerah perlawanan (wehrkreis).

B.AGRESI MILITER 2

Titik Balik Agresi Militer Belanda 2

Dalam waktu satu bulan, pasukan TNI telah berhasil melakukan konsolidasi dan mulai

memberikan pukulan secara teratur kepada musuh. Seluruh Jawa dan Sumatra menjadi satu daerah

gerilya yang menyeluruh. Tekanan terhadap pasukan Belanda ditingkatkan. Serangan umum yang

dilaksanakan terhadap kota-kota yang diduduki Belanda mulai dilaksanakan oleh pasukan TNI.

Serangan yang paling terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta di

bawah pimpinan Komandan Brigade X LetKol Soeharto.

Pasukan ini berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Sementara itu, Sri Sultan

Hamengku Buwono IX menolak kerja sama dari Belanda. Sultan mendukung segala tindakan para

pemimpin gerilya. Di samping itu, perjuangan dalam rangka menegakkan kedaulatan Republik

Indonesia juga dilakukan di luar negeri. Dengan modal sumbangan pesawat rakyat Aceh, W. Supomo

membentuk armada udara komersial vang berpangkalan di Myanmar (Burma). Hasil penerbangan

komersial itu dijadikan modal untuk membiayai pemakilan Republik Indonesia di luar negeri.

B.AGRESI MILITER 2

Agresi Militer Belanda 2 ternyata menarik perhatian PBB, karena

Belanda secara terang-terangan tidak mengakui lagi Perjanjian Renville di

depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskan oleh PBB. Pada tanggal 24

Januari 1949 Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar Republik

Indonesia dan Belanda segera menghentikan permusuhan. Kegagalan

Belanda di medan tempur dan tekanan Amerika Serikat yang mengancam

akan memutuskan bantuan ekonomi dan keuangan memaksa Belanda untuk

kembali ke meja perundingan.

C. PERANAN PDRI

Latar Belakang Terbentuknya PDRI

PDRI merupakan penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia

yang “pembentukannya diresmikan tanggal 22 Desember 1948 di Halaban

,dekat Payakumbuh” PDRI dipimpin oleh Syafrudin Prawiranegara.

Pada tanggal 13 Juli 1949 Sjafrudin Prawiranegara mengembalikan

mandat kepada Presiden Soekarno. Adapun alasan adanya Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI)pada masa revolusi di Indonesia “adanya Agresi

Militer II ,19 Desember 1948, Ibu Kota RI Yogyakarta diduduki oleh Belanda .

C. PERANAN PDRI

Belanda juga hendak menghancurkan Republik

Indonesia yang merdeka dengan menghancurkan

pemerintahan-nya untuk menghilangkan salah satu

pokok atau syarat Hukum Internasional,sehingga pada

agresi militer Belanda kedua menyerang ibu kota

negara pada masa Revolusi yaitu Yogyakarta.

Tokoh Sjafruddin Prawiranegara serta peranan dalam PDRI

Mr. Sjafruddin adalah seorang yang berjasa dalam menyelamatkan

eksistensi Negara Republik Indonesia. Di sini ada suatu peranan yang diberikan

oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara adalah tetap membuat Indonesia berada dalam

pemerintahan yang merdeka dan berdaulat. Karena kita ketahui bahwa ketika

Soekarno ditahan oleh Pemerintah Belanda akibat dari Agresi Militer II maka

Presiden memberikan mandat kepada Mr. Syafruddin ini untuk membentuk

Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Kita telah mengetahui bahwa

Negara merupakan integrasi dari kekuatan politik, Negara adalah organisasi pokok

dari kekuasaan politik. Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepala Negara

adalah suatu simbol dari pemerintahan yang merdeka dan berdaulat karena

didalamnya terdapat mengenai unsure-unsur yang ada dalam suatu Negara.

C. PERANAN PDRI

Akhir dari PDRI

Belanda menerima himbauan PBB supaya mengadakan gencatan senjata

pada tanggal 31 Desember 1948 di Jawa dan tanggal 5 Januari 1949 di Sumatra,

tetapi perang gerilya terus berlangsung. Sebagian besar satuan tentara beroperasi

secara otonom selama perang gerilya ini. Di samping banyak kemenangan kecil

mereka atas pihak Blanda, pasukan-pasukan Republik yang berada di bawah

pimpinan Letnan Kolonel Soeharto mendapat suatukemenangan besar ketika

mereka berhasil merebutkembali dan menguaasai Yogyakarta selama eman jam

pada tanggal 1 Maret 1949.

C. PERANAN PDRI

C. PERANAN PDRI

PBB dan Amerika Serikat mulai mengambil sikap yang lebih

tegas terhadap Belanda. Dengan memberikan berbagai tekanan dan

ancaman yang dilakukan oleh militer Rrepublik dan Amerika Serikat,

akhirnya pada bulan April Belanda telah sepakat untuk menyerah ,

tetapi mendesak untuk mengadakan perbincangan-perbincangan

dengan pemerintah Republik. Pada tangal 6 Juli 1949 pemerintah

Republik kembali ke Yogyakarta.

C. PERANAN PDRI

Berahkirnya keperintahan PDRI ini kemudian berkaitan erat

dengan perundingan Roem-Royen dimana Belanda menyetujui

pemerintahan republik ke Yogyakarta. Dan membebaskan tahanan politik

yang ditahan sejak 19 Desember 1948 tersebut, hal ini juga berarti

pemerintahan kedaulatan akan segera di serahkan oleh Belanda kepada

Padaris, ditambah dengan menginggalnya Panglima Militer Belanda Simon

H. Spoor yaitu salah satu tokoh yang memprakarsai perebutan kedaulatan

pemerintah Indonesia.

TERIMA KASIH