Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

download Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

of 66

Transcript of Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    1/66

    MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

    KESEHATAN PEDESAAN

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Community Health Nursing

    (CHN)

    Oleh :

    KELOMPOK 3

    REGULER 2 2012

    Betris Dian Kavalo 125070200111030

    Lisa Theana 125070201111012

    Sang Made Firsto Mogi W G 125070201111034

    Sahrul Aini 125070201111008

    Octavya Aji Permatasari 125070200111028

    Amirullah 125070207111010

    Riyan Aji Anggana 125070207111012

    JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    2/66

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Menurut Rifhi Siddiq,desa merupakan suatu wilayah yang

    mempunyai tingkat kepadatan rendah yang dihuni oleh penduduk dengan

    interaksi sosial yang bersifat homogen, bermatapencaharian dibidang

    agraris serta mampu berinteraksi dengan wilayah lain di sekitarnya.

    Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang

    biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Mata pencaharian

    mereka dari bercocok tanam atau pun melaut, yang jelas memanfaatkan

    hasil alam. Masyarakat desa adalah sosok yang sederhana dan juga

    masih memegang teguh kebiasaan adat yang diajarkan leluhur mereka

    secara turun temurun dan Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku

    didaerahnya. Sehingga terkadang mereka mudah curiga apalagi dengan

    orang asing, mempunyai sifat kekeluargaan yang erat. Lugas atau

    berbicara apa adanya dan jauh lebih bisa menghargai orang lain juga

    memiliki kehidupan beragama atau religius yang kuat.

    Mengenai lingkungan sebagai faktor penentu karakteristik desa-

    kota, Smith dan Zopf membedakan 3 jenis lingkungan yaitu lingkungan

    fisik/unorganik, lingkungan biologik/organik, lingkungan sosio kultural.

    Lingkungan sosial-kultural dibagi lagi menjadi tiga kategori, yakni fisik,

    biososial dan psikososial (dalam Rahadjo, 1999).Secara garis besarnya

    dalam hal lingkungan fisik, masyarakat desa lebih langsung berhadapan

    dan dipengaruhi oleh lingkungan fisik dibandingkan dengan masyarakat

    kota. Tanah dan kekotoran yang untuk orang kota sinonim dengan bakteri,

    untuk orang desa bergumul dengan kekotoran (lumpur) itu justru menjadi

    kehidupan bagi mereka (Rahadjo, 1999). Dalam hal lingkungan sosio-

    kultural, perbedaan antara kehidupan masyarakat desa dan kota juga

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    3/66

    terlihat jelas pada ketiga katagori lingkungan sosiokultur dalam lingkungan

    psikososial, kota lebih memperlihatkan bangunan-bangunan fisik yang

    lebih banyak dan bervariasi.Berdasarkan lingkungan biososial, kota lebih

    memperhatikan komposisi ras atau kebangsaan yang beragam dibanding

    dengan masyarakat desa. Dalam lingkungan psikososial, lingkungan

    perkotaan jauh lebih kompleks dibanding dengan perdesaan. Desa tidak

    jarang memberikan asosiasi yang romantik. Bagi penduduk kota yang

    tidak mengurangi hiruk pikuk, udara bercampur asap knalpot, siang yang

    membakar serta hidup yang sangat individualistis, desa merupakan

    firdaus yang menawarkan ketenangan, udara bersih, pohon yang rindang

    dan kehidupan yang sangat kekeluargaan.Tetapi asosiasi yang romantik

    itu akan perlahan lenyap apabila seseorang mendapat kesempatan untuk

    tinggal beberapa waktu didesa. Akan segera nampak bahwa sebagian

    besar penduduk desa di Indonesia dililit masalah yang sangat parah yakni

    kemiskinan (Hagul, 1992).

    Biro Pusat Statistik (BPS) mengungkap Maret 2012, 63 persen dari29.13 juta penduduk miskin di Indonesia tingal di pedesaan, hal ini secara

    otomatis dipahami bahwa itu adalah petani dan buruh tani.Profesor

    Sajogyo mengungkap bahwa kepemilikan lahan petani gurem di Indonesia

    adalah rata-rata kurang dari 0.5 hektar, dan setiap tahun meningkat

    sebesar 1.5% per tahun, dan jumlah buruh tani meningkat dengan laju 5%

    per tahun. Penguasaan lahan oleh Pemerintah lebih banyak diberikan

    kepada masyarakat kota dibanding kepada masyarakat pedesaan.

    Setiap tahun puluhan ribu hektar lahan sawah berubah fungsi menjadi

    pemukiman, kawasan industri/pabrik-pabrik, kota mandiri, dan bahkan

    tempat bermain golf.

    Selain kemiskinan masih terdapat beberapa masalah pada

    masyarakat perdesaan. Masalah ini dapat disederhanakan menjadi 3

    bagian yaitu pendapatan yang rendah, adanya kesenjangan yang dalam

    antara yang kaya dan yang miskin, dimana yang miskin adalah mayoritas,

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    4/66

    pastisipasi rakyat yang minim dalam usaha-usaha pembangunan yang

    dilakukan oleh pemerintah. Keadaan yang demikian itu mempunyai sebab

    yang kompleks, namun kalau disederhanakan, maka sebab-sebab pokok

    adalah kurangnya pengembangan sumber daya alam, kurangnya

    pengembangan sumber daya manusia, kurangnya lapangan kerja dan

    adanya struktur masyarakat yang menghambat (Hagul, 1992). Data BPS

    berdasarkan Sensus Pertanian 2003 mengungkap bahwa 80 persen dari

    petani kita hanya menamatkan pendidikan paling tinggi setingkat sekolah

    dasar (SD).

    Masalah pokok dalam pedesaan tidak hanya mencakup pada 3

    bagian sebagaimana yang telah disebut diatas masalah kesehatan juga

    terjadi pada masyarakat pedesaan. Masalah kesehatan dipedesaan dapat

    ditinjau dari dua segi, yakni hal kesehatan sendiri (substantial) dan hal

    penyelenggaraannya (management. Masalah kesehatan (substantial)

    dapat berupa berbagai jenis penyakit sedangkan masalah

    penyelenggaraan kesehatan meliputi masalah peningkatan, perlindungan,penemuan masalah, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada

    perseorangan maupun pada kesehatan masyarakat. Dari hasil penelitian

    masalah kesehatan yang paling sering muncul adalah penyakit-penyakit

    infeksi (pernafasan, perut, kulit, dan lain-lain). Penyakit-penyakit infeksi,

    yang satu sama lain berbeda sifat mempunyai hubungan erat dengan

    lingkungan hidup yang kurang sehat dan daya tahan tubuh rendah. Daya

    tahan tubuh yang rendah dapat terjadi karena ketidakseimbangan

    pemenuhan gizi dan kebutuhannya, kemajuan ekonomi dapat mendorong

    perbaikan gizi sehingga dapat memperkuat daya tahan. Kemajuan

    ekonomi juga akan mendorong perbaikan lingkungan hidup yang

    mengurangi kejangkitan penyakit. Rendahnya kejangkitan penyakit dan

    tingginya daya tahan ini dapat meningkatkan taraf kesehatan pada

    masyarakat (O.M.S dalam Hagul, 1999).

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    5/66

    Masalah kesehatan yang menonjol di daerah pedesaan adalah

    tingginya angka kejadian penyakit menular, kurangnya pengertian

    masyarakat tentang syarat hidup sehat, gizi yang buruk dan keadaan

    hygiene dan sanitasi yang kurang memuaskan (Hagul, 1992). Fasilitas

    pelayanan kesehatan yang kurang didaerah pedesaan menyebabkan

    sebagian besar masyarakat masih sulit mendapatkan atau memperoleh

    pengobatan, selain itu hal penting yang mempersulit usaha pertolongan

    terhadap masalah kesehatan pada masyarakat desa adalah kenyataan

    yang sering terjadi dimana penderita atau keluarga penderita tidak dengan

    segera mencari pertolongan pengobatan. Perilaku yang menunda untuk

    memperoleh pengobatan dari praktisi kesehatan ini disebut dengan

    treatment Delay (Sarafino, 2006).Keadaan seperti ini merupakan keadaan

    yang umum di jumpai di negara-negara yang sedang berkembang

    khususnya di daerah pedesaan dimana tingkat pendidikan rendah dan

    kemiskinan merupakan keadaan yang umum dijumpai. Lebih dari separuh

    kematian anak terjadi karena penyakit-penyakit diare, saluran nafas dan

    kurang gizi merupakan keadaan-keadaan yang saling memperkuat satu

    dengan yang lain, kondisi seperti ini tidak hanya ditimbulkan oleh fasilitas

    kesehatan yang kurang, tetapi juga karena penderita atau keluarga

    penderita tidak segera mencari pertolongan pengobatan atau disebut

    sebagai treatment delay (Hagul, 1992). Hal ini didukung penelitian Michael

    A Koenig (2007), yang menyatakan bahwa dinegara yang sedang

    berkembang seperti India (Bangladesh) hanya 1/3 wanita yang dengan

    segera mencari pertolongan praksiti kesehatan dalam menangani

    masalah kehamilannya dan level memperoleh perawatan kesehatan ibu

    hamil lebih tinggi didaerah perkotaan daripada daerah pedesaan.

    Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan ini, seringkali

    kesalahan dan penyebabnya dikarenakan faktor jarak antara fasilitas

    tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan

    yang tidak memuaskan dan sebagainya. Faktor persepsi atau konsep

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    6/66

    masyarakat itu tentang sakit sering kali terabaikan, pada kenyataannya

    dalam masyarakat sendiri terdapat beraneka ragam konsep sehat-sakit

    yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat sakit

    yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan

    kesehatan. Timbulnya perbedaan konsep sehat sakit yang dialami

    masyarakat dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak

    penyelenggara pelayanan kesehatan karena adanya persepsi sakit yang

    berbeda antara masyarakat dan praktisi kesehatan. Perbedaan persepsi

    ini berkisar antara penyakit (disease) dengan illness (rasa sakit)

    (Notoatmodjo, 1993).

    Kesehatan menurut WHO diartikan sebagai keadaan baik secara

    menyeluruh termasuk kondisi fisik, mental dan sosialnya, tidak sekedar

    ketiadaan suatu penyakit atau kecacatan. Dalam pengertian kesehatan

    seperti inilah setiap kondisi lingkungan yang berpengaruh kepada

    gangguan fisik, mental, dan sosial seseorang pada dasarnya adalah

    pengaruh lingkungan terhadap kesehatan (Amsyari, 1996). Sedangkanmenurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan

    sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

    hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

    Berdasarkan hal di atas penulis akan mengulas konsep mengenai

    kesehatan pedasaan.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Menjelaskan definisi kesehatan pedesaan

    2. Mendeskripsikan karakteristik pedesaan

    3. Mendeskripsikan Isu populasi pedesaan

    4. Mendeskripsikan perawatan populasi pedesaan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    7/66

    1.3 Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Praktis

    Memberikan informasi bagi praktisi kesehatan bagaimana

    konsep kesehatan pedesaan

    Memberikan informasi bagi masyarakat supaya mengetahui

    lebih jauh mengenai konsep kesehatan pedesaan

    Memberikan masukan bagi penyelenggaraan kesehatan di

    desa, agar tidak hanya fokus pada fasilitas kesehatan tetapi juga

    memperhatikan konsep kesehatan masyarakat khususnya di daerah

    pedesaan dalam melakukan intervensi kesehatan.

    2. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

    bidang Psikologi khususnya psikologi klinis.

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    8/66

    BAB II

    TEORI DAN KONSEP

    2.1 Definisi kesehatan pedesaan

    Desa dalam pengertian secara umum adalah sebagai suatu gejala

    yang bersifat universal, terdapat dimanapun didunia ini. Sebagai suatu

    komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat

    tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan

    terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa dimanapun

    cenderung memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang sama.

    (Rahadjo, 2006).

    Desa dalam pengertian umum seperti yang didefiniskan dalam

    Undang0undang nomer 32 tahun 2004 adalah kesatuan masyarakat

    umum yang memiliki batas-batas wilayah, berwenang untuk mengatur dan

    mengurus kepentingan masyarakat setempa, berdasarkan asal usul dan

    adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistempemerintahan Negara kesatuan republic Indonesia (Rahayu, 2009). Ciri

    utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal

    (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata

    lain suatu desa ditandai oleh keterikatan warganya terhadap suatu wilayah

    tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini di samping terutama untuk

    tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka. (Rahadjo,

    2006).

    Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks,

    yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu

    sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak

    hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari

    seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau

    kesehatan tersebut. (Notoatmodjo,2003). Kesehatan pedesaan adalah

    suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    9/66

    sehingga seseorang agar dapat melakukan aktivitas secara optimal

    khususnya di daerah pedesaan (Notoatmojo,2003).

    2.2 Karakteristik Pedesaan

    2.2.1 Karakterisitik Pedesaan :

    Penjelasan mengenai karakteristik desa yang ditempatkan

    sebagai masyarakat yang masih bersahaja, selalu dikaitkan atau

    dilawankan dengan pemahaman mengenai kota yang maju dan

    kompleks. Hal ini menyebabkan karakteristik antara desa dan kota

    cenderung bersifat kontras satu sama lain. Dalam merumuskan

    karakteristik yang kontras tersebut sejumlah sosiolog masih

    mengacu pada pola pemikiran yang bersiat teoritik seperti konsep

    Ferdinand Tonnies (Gemeinschaft-Gesellschaft),Charles Cooley

    (Primary-Secondary group) dan Emile Durkheim (Solidaritas

    Mekanik-organik).

    Menurut Roucek & Warren (1962) dan Horton & Hunt (1976)

    , masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut:

    1. Peranan kelompok primer sangat besar

    2. Faktor geografik menentukan sebagai dasar

    pembentukan kelompok/asosiasi

    3. Hubungan antar personal bersifat intim dan awet

    4. Homogen dan mobilitas sosialnya rendah

    5. Fungsi keluarga lebih ditekankan sebagai unit ekonomi

    6. Jumlah anak dalam keluarga lebih banyak

    7. Adat dan kebiasaan muncul karena kebutuhan sosial

    Sedangkan Pitirin A. Sorokin dan Carle C Zimmerman

    (dalam Rahardjo, 1999) menambahan karakteristik yang belum

    disebutkan oleh Roucek & Warren serta Horton & Hunt

    sebelumnya, yaitu dari aspek stratafikasi sosial, interaksi sosial dan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    10/66

    solidaritas sosialnya. Berikut karakterisitik tambahan dari Pitirin A.

    Sorokin dan Carle C Zimmerman :

    1. Aspek stratafikasi sosial : Sederhana, perbedaan jarak

    sosial dekat, mengelompok pada lapisan menengah,

    dasar pembeda cenderung kaku

    2. Aspek interaksi sosial : kontak sosial cenderung sedikit

    dan tida bervariasi

    3. Aspek solidaritas sosial : muncul berdasarkan kesamaan

    yang ada pada lingkungan sekitarnya

    Konsep-konsep desa yang dikemukana diatas belumlah

    cukup untuk memberikan gambaran desa-desa di Indonesia. Hal ini

    disebabkan di Indonesia masih terdapat desa yang masih

    mendekati desa era prakapitalistik (desa sebelum modernisasi). JH

    Boeke dalam bukunya The Interest of the Voiceless Far east,

    Introduction to Oriental Economics tahun 1948, menggambarkan

    ciri pokok desa prakapitalistik adalah:

    a. Penundukan kegiatan ekonomi dibawah kegiatan sosial,

    artinya kegiatan sosial lebih penitng daripada kegiatan

    ekonomi, bahkan kegiatan ekonomi dipandang sebagai

    kejahatan.

    b. Keluarga merupakan unit swasembada secara ekonomis

    sehingga masyarakat desa hakekatnya bukan

    merupakan unit ekonomi tetapi merupakan unit sosial

    dengan keluarga merupakan unit terkecil dan terpenting.

    Dengan kata lain keterpaduan masyarakat desa bukanlah

    keterpaduan ekonomi tetapi keterpaduan sosial.

    c. Tradisi dapat dipertahankan karena swasembada

    ekonomi, oleh karena itu masyarakat desa merupakan

    pengelompokan kecil-kecil yang menyebabkan

    orangorang desa saling mengenal dan akrab satu sama

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    11/66

    lain. Berdasarkan hubungan personal inilah maka tradisi

    yang ada dapat dipertahankan.

    d. Desa cenderung menatap ke belakang tidak kedepan,

    yang dapat memperkuat kelestarian tradisi setempat.

    e. Setiap orang merasa menjadi bagian dari keseluruhan,

    menerima tradisi dan moral kelompok sebagai

    pedomannya. Hal ini menyebabkan tingkat kolektivitas

    yang sangat tinggi, individualisme otomatis tidak dapat

    diterima.

    2.2.2 Masyarakat Pedesaan

    Karakteristik masyarakat desa di perdesaan dapat dilihat dari

    sisi demografi, Ekonomi, Sosial-budaya dan Psikologi masyarakat

    atau psiko-sosial. Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat desa

    memiliki karakteristik:

    1. Hidup adalah persoalan kelangsungan hidup

    a. karena ekonomi petani terutama produksi yang rendah

    b. karena rural war sangatpenting dalam melihat dunia luar.

    c. karena petani tidak memiliki kontrol dalam keputusan

    sesuatu dalam kehidupan; keputusan dibuat dari pusat

    kekuasaan, bisnis, industri, dan pengetahuan. Petani selalu

    tidak mengetahui bagaimana atau mengapa mereka

    membuat keputusan

    d. karena itu, petani sangat hati-hati banyak langkah yang keliru dibuat

    yang dapat menimbulkan kesukaran. Oleh karena itu, petani enggan

    mengambil risiko.

    2. Tanah/lahan adalah dasar utama dalam kehidupan

    a. produktifitas lahan hampir minimal

    b. pertanian banyak atau sedikit tradisional

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    12/66

    c. tidak proporsional kepemilikan kekayaan dan pendapatan

    d. input dalam penggunaan lahan tidak didapat dengan mudah

    oleh patani, jika pernah, mereka tidak memiliki kontrol setiap

    saat.

    e. tapi pertanian mulai berubah; berubah dalam teknologi,

    kepemilikan lahan, struktur, kemampuan dan skill

    (kecakapan).

    3. Keluarga dalam jumlah besar dan fokus utama kehidupan

    sosial

    a. keluarga inti menjadi tipical pola

    b. tiap anggota keluarga memiliki peran

    c. kawin usia muda menjadi keadaan yang biasa

    d. keluarga-keluarga yang besar, akibatnya; kematian bayi

    tinggi, pertumbuhan fisik anak-anak sangat lambat,

    kesehatan ibu menurun dan skore anak-anak signifikan

    rendah dalam tes IQ

    4. Kehidupan desa adalah mengatur masyarakat sekitar

    a. tetanga mengubah kehidupan keluarga disamping yang lain

    memberikan dasar saling membantu, kunjungan sosial dan

    aktifitas bermain anak-anak.

    b. individu mengenal mereka sendiri dengan masyarakat

    c. dalam masyarakat, kelompok informal menjadi ada untuk

    berbagai tujuan, seperti menggosip, malas-malasan, minum-

    minum, main kartu dan aktivitas informal lainnya.

    d. kelompok formal juga ada, seperti majlis/dewan desa, dan

    banyak organisasi lain yang diatur kelompok dari luar (

    biasanya agen pemerintah)

    e. kepemimpinan yang diberikan oleh masyarakat. Masyarakat

    desa memiliki ranking individu dan pola kepemimpinan yang

    memberi persetujuan tentang sistem ranking. Pemimpin

    diharapkan menunjukkan peran yang tepat dalam sistem.

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    13/66

    5. Karakteristik antar hubungan dan psikologi

    a. hubungan personal sangat penting. Oleh karena itu, ada

    nilai tinggi yang halus dalam hubungan antar personal.

    Banyak transaksi menjadi didasari oleh hubungan personal

    yang tinggi.

    b. Rasa saling tak percaya dan selalu dalam keadaan

    kelambanan. Semangat Bayanihan menahan fenomena ini

    sungguh ada dalam wilayah desa. Ini menemukan dalam

    orang-orang kepercayaan bahwa emuanya baik, seperti

    pada tanah, kekayan, kesehatan, kekuasaan dan

    penyelamatan dan lainlain. Hal ini diberi kuantitas definit

    dan dapat mengalami kenaikan. Oleh karena itu, jika ada

    orang mengalami kenaikan dalam bagian ini, ada hubungan

    penurunan pada yang lain. Konsekuensinya, penduduk

    desa menentang perubahan, yang dapat digunakan untuk

    mengurangi bagian roti atau enggan untuk mengalami

    kenaikan bagiannya untuk ketakutan yang tak

    mnyenangkan dari tetangganya.

    c. Agama dan tahayul sikap penting dalam kehidupan desa.

    Agama menjadikan manusia menyesuaikan diri apa yang

    tidak diketahuinya dan tidak terkontrol kekuatan di alam

    semesta. Ini mengatur dia dalam kekuatan dan membangun

    tingkah laku yang dapat diterima sesama manusia. Ini

    meliputi kepercayaan dan pemujaan dan pengorbanan unuk

    memperoleh kepuasaan spiritual dan ini meliputi bagian

    siapa yang berdiri diantara tempat ibadah. Tahayul

    mendalam dalam budaya manusia desa. Ini mempengaruhi

    kepercayaannya, sikap dan perbuatan dalam kehidupan di

    dunia. Sebagai contoh, orang desa Filipina percaya

    kontrasepsi dan aborsi sudah terdapat secara alami dan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    14/66

    ditakdirkan. Oleh karena itu, pemakaian kontrasepsi akan

    dapat dihukum oleh hukum alam dan spiritual.

    6. Waktu sekarang sangat penting dan masyarakat desa biasanya

    tidak berkemauan untuk kelambatan hadiah. Orang memiliki

    perhatian terhadap masa yang akan datang dan sangat respek

    terhadap masa lalu, tapi sangat tidak interes dengan kejadian

    masa datang dalam perasaan agama atau mistik. Konsep

    mengenai waktu teliti dan sedikit terstruktur dibandingkan

    dengan daerah kota. Mungkin karena itu, upah, sangat sering

    tidak terlambat. Untuk mereka merubah sikap dan tingkah laku

    mereka, mereka harus melihat dengan segera keuntungan atau

    upah. Segera setelah melihat upah, ini adalah yang terbaik. Ini

    mungkin satu alasan mengapa rencana (dalam penggunaan

    teknik) tidak segera diterima umum untuk mencapai sasaran

    dalam masyarakat desa. Sebaga contoh, uji coba varitas

    tanaman baru, metode perencanaan keluarga atau proyek

    pembangunan masyarakat seperti bangunan air, upah yang

    diberikan terlambat. Upah diberikan berangsur-angsur dan

    menunggu waktu untuk terwujud. Masyarakat desa hampir tidak

    berkemauan untuk menungu keuntunan sebab mereka ditekan

    oleh masalah memebri makan keluarga mereka, uang untuk

    pakaian, danmembayar untuk jasa kesehatan dan lain-lain.

    7. Karakteristik pendidikan dan komunikasi

    a. Sekolah formal terbatas

    b. tingkat DO tingi. Banyak hal yang menjadi faktor, seperti:

    kualitas yang rendah dari lembaga / fasilitas

    kurikulum tidak relefan berhadapan dengan keinginan

    mereka

    jarak yang jauh sebelum mencapai sekolah

    c. Akses informasi terbatas. Kelambanan informasi ini

    menjadikan desa kurang mengetahui alternatif yang terbaik

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    15/66

    dan membuat mereka terlambat mempraktekannya. Kondisi

    mereka dilanjutkan apa yang yang mereka lihat seperti

    legitimasi, kecocokan dan pantas. Kontibusi ini membuat

    mereka tak tertarik dan segan untuk menerima atau respon

    terhadap ide baru dan kebiasaan baru.

    d. Sistem komunikasi desa selalu melalui pertemuan kelompok

    informal yang tiak reguler tapi frekuensi tempat dalam desa.

    Diskusi yang dilakukan tergantung dari waktu yang mereka

    miliki. Selain itu orang-orang informal mentransfer informasi

    melalui radio yang memiliki banyak saluran. Televisi cepat

    mereka tangkap. Media cetak selalu memiliki keuntungan

    daerah. Barang cetakan yang sangat terkenal adalah komik.

    e. Media tradisional tetap populer. seperti media drama rakyat,

    pertunjukan nyanyian, pertunjukan lawak tetap populer dan

    dapat diterima. Olehkarena itu mereka baik menangkap

    informasi.

    2.2.3 Karakteristik Populasi Masyarakat Desa

    1. Usia dan Gender

    a. Perbedaan usia masyarakat

    Padatnya kesibukan menyebabkan masyarakat

    perkotaan kerap kali mengabaikan pentingnya kualitas

    makanan yang dikonsumsi.Asal cepat dan kenyang menjadi

    motto utama. Hasilnya, selain ketidakteraturan dalam pola

    makan, juga terjadi kekurangan dalam asupan nutrisi yang

    disebabkan dipilihnya fast food sebagai santapan utama.

    Lengkapnya infrastruktur dan fasilitas kota memang

    mempermudah segala aktivitas. Namun karena terlalu

    mudahnya, kuantitas gerak tubuh menjadi berkurang, bahkan,

    menjadi malas berolah raga. Hal ini juga disebabkan warna

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    16/66

    pekerjaan perkotaan yang cenderung mengharuskan duduk

    sepanjang hari di dalam ruangan.

    Fazale R Rana, Hugh Ross, dan Richard Deem

    misalnya. Dalam jurnalnya, Long Life Spans: Adam Lived 930

    Years and Then He Died mereka menyatakan bahwa

    perbedaan rentang usia manusia antargenerasi, selain

    disebabkan oleh faktor genetikayang terdiri dari perubahan

    panjang telomer dan ukuran genom yang lebih kecil juga

    disebabkan oleh radikal bebas dan diet kalori. Radikal bebas

    dan diet kalori berhubungan erat dengan lingkungan, gaya

    hidup, dan pola makan.

    b. Perbedaan Gender

    Pada kehidupan pedesaan terjadi kesetaraan gender

    antara laki-laki dan perempuan. Perempuan berbagi berbagi

    kerja dengan laki-laki. Mereka seringkali ke sawah bersama,

    menanam bibit, mencari rumput untuk ternak dan pekerjaan lain

    yang hampir sama dengan laki-laki. Para perempuan ini

    memiliki peran yang setara. Mereka saling melakukan

    pekerjaan yang terkesan maskulin, sesuatu yang justru jarang

    ditemui di kota. Sebaliknya laki-laki pun tak jarang melakukan

    perkerjaan yang feminin, seperti membuat makanan dan

    minuman pada acara-acara yang besar, mencuci peralatan

    sesudah digunakan, memasak daging dan air seperti rapat atau

    hajatan.Sementara para perempuan menyiapkan nasi dan

    sayuran.

    2. Pekerjaan dan pendapatan

    Masyakat desa umumnya bersifat homogen, seperti

    dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan

    sebgainya.Sebagian besar masyarakat desa umumnya

    bermatapencaharian sebagai petani dan pedagang.Penduduk

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    17/66

    desa bertani baik sebagai pemilik sawah ataupun buruh tani

    yang pengasilannya tergantung hasil panen yang di hasilkan.

    Masyarakat desa memiliki pendapatan yang tidak

    besar.Sebab kebanyakan dari mereka memiliki mata

    pencaharian di bidang agraria.Kekayaan di desa juga tidak

    hanya diukur dari berapa uang yang mereka miliki namun dari

    berapa jumlah ternak yang mereka punya.Ini adalah suatu

    dampak dari kurangnya teknologi di desa.Masyarakat desa

    kebanyakan menyimpan uangnya di rumah, atau di

    celengan.Padahal rumah juga tidak permanen, begitu pula

    celengan.Apabila suatu hari terjadi kebakaran, atau bisa saja

    perampokan, yang berakibat pada hilangnya uang

    mereka.Ternak bisa terkena penyakit (seperti anthrax) dan

    mati.Kekayaan mereka tidak permanen.Mereka belum

    mengenal lebih dalam tentang fungsi dari bank. Atau bahkan

    ada yang belum mengenal bank sama sekali. Meski ada yang

    sudah menabung di koperasi, namun belum semua

    melakukannya.Tingkat ekonomi tentu berpengaruh pada tingkat

    kesejahteraan.Dengan pendapatan yang hanya cukup untuk

    memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sulit untuk

    mengembangkan diri ke tingkat yang lebih tinggi, seperti

    menyekolahkan anaknya sampai ke universitas, atau membeli

    modal untuk mengembangkan usaha mereka.Mereka juga

    kurang mampu membeli fasilitas penunjang seperti transportasi

    yang lebih efisien (mobil, motor, di desa masih dianggap

    sebagai barang mewah).

    3. Pendidikan

    Di desa, pada umumnya tingkat pendidikannya hanya

    sampai SMA. Adapun mereka yang berasal dari desa yang

    telah melanjutkan pendidikannya sampai ke universitas

    (sarjana) , kebanyakan tidak kembali ke desanya, dan tidak

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    18/66

    mengusahakan suatu perngembangan bagi desanya.Adanya

    perbedaan anatara kualitas pendidikan di daerah kota dan di

    daerah pedesaan.Kualitas pendidikan daerah pedesaan

    membuat pemerintah sulit menetapkan standar.Rendahnya

    tingkat mutu pendidikan di daerah pedesaaan dipengaruhi oleh

    beberapa faktor. Sebagai contohnya rendahnya mutu

    pendidikan siswa pedesaan karena dilatarbelakangi rendahnya

    minat dari orang tua untuk menyekolahkan anak mereka.

    Penelitian Firdaus (2005) menyebutkan bahwa rendahnya

    minat orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke

    Sekolah Menengah Pertama disebabkan: Pertama, faktor sosial

    budaya sebesar 87,3%. Kedua, faktor kurangnya biaya

    pendidikan (ekonomi tidak mampu) diperoleh sebesar 86,0%.

    Ketiga, faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan

    pentingnya pendidikan (faktor orang tua) diperoleh sebesar

    59,1%. Keempat, letak geografis sekolah sebesar 50,8%.

    Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur

    masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat istiadat,

    dan kebiasaan. Menurut Dalyono (2008), Anak-anak yang

    dibesarkan di kota pola pikirnya berbeda dengan anak di desa.

    Pada umumnya anak yang tinggal di kota lebih bersikap aktif

    dan dinamis, bila dibandingkan dengan anak desa yang selalu

    bersikap statis dan lamban. Itulah sebabnya, perkembangan

    dan kemajuan anak yang tinggal di kota jauh lebih pesat

    daripada anak yang tinggal di desa. Masyarakat yang

    berpikiran sempit memandang bahwa pendidikan formal tidak

    begitu penting. Mereka merasa percuma saja sekolah karena

    hanya akan menghabiskan banyak biaya. Terlebih lagi kondisi

    masyarakat desa yang mayoritas bukan dari kalangan yang

    berada

    4. Ras dan etnik

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    19/66

    Suku bangsa / etnis yang tersebar di Indonesia

    sangatlah beraneragam dan menurut Hildred Geertz di

    Indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa, dimana masing-

    masing memiliki bahasa dan identitas kebudayaan yang

    berbeda. Dalam kemajemukan agama di Indonesia secara

    umum agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam,

    Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha.Selain itu terdapat

    agama-agama lain seperti Kong Hu Chu, Kaharingan di

    Kalimantan, Sunda Kawitan (suku Baduy) serta aliran

    kepercayaan.

    Dengan demikian keanekaragaman tersebut

    merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna

    tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran

    untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan

    dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan

    melalui integrasi. Namun masyakat desa umumnya bersifat

    homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-

    istiadat, ras dan etnik.

    RURAL COMMUNITY HELATH NURSING

    Rural Community Helath Nursing lebih sering wanita yang

    dibesarkan atau tinggal di area pedesaan.Perawat pedesaan

    adalah anggota aktif di komunitasnya dan merupakan profesional

    yang dihormati (Bushy, 2000).Pada prakteknya, keperawatan

    komunitas desa menggunakan primary, secondary dan tertiary

    prevention.Primary prevention menyediakan fasilitas imunisasi

    untuk anak-anak pada layanan posyandu atau vaksin influenza

    pada pusat pelayanan masyarakat.Pada secondary prevention

    perawat mengukur tekanan darah pada orang-orang dewasa atau

    skrining skoliosis pada anak-anak masa sekolah. Peluang perawat

    komunitas desa pada tertiary prevention dengan anak-anak yang

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    20/66

    membutuhkan perawatan kesehatan khusus atau memberikan

    home care pada penduduk desa yang baru menjalani rawat inap di

    rumah sakit. Peran perawat pada keperawatan komunitas desa

    antara lain :

    1. Peran sebagai advocate, yaitu membantu klien dan keluarga

    memperoleh perawatan yang terbaik.

    2. Peran sebagai koordinator/case manager, yaitu sebagai

    penghubung kebutuhan kesehatan dengan dan tenaga

    kesehatan.

    3. Peran sebagai health teacher, yaitu memberikan edukasi

    kepada setiap individu, keluarga, maupun kelompok terhadap

    promosi kesehatan atau topik yang berkaitan dengan

    kesehatan lainnya.

    4. Peran sebagai referral agent, yaitu memberi peluang koneksi

    kepada penduduk desa dan pennyedia layanan kota.

    5. Peran sebagai mentor, yaitu membantu perawat komunitas

    yang baru, mahasiswa keperawatan, dan perawat baru lainnya

    tentang komunitas desa.

    6. Peran sebagai change agent/researcher, yaitu memberikan

    pendapat baru terhadap pemecahan masalah perawatan

    pasien dan masalah kesehatan komunitas berdasarkan

    penelitian, literatur yang dapat dipercaha, dan pengkajian

    komunitas.

    7. Peran sebagai collaborator, yaitu bekerja sama dengan tenaga

    kesehatan lain untuk memaksimalkan outcome pada klien

    secara individu dan juga masyarakat secara luas.

    8. Peran sebagai activist, yaitu mengambil resiko yang tepat

    untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    21/66

    2.3 Isu populasi pedesaan

    Saat ini total populasi dunia mendekati 7 trilyun, jauh melebihi

    jumlah 2,2 trilyun pada pertengahan abad 20. Indonesia memiliki

    jumlah penduduk yang besar, menjadikan negara ini negara

    denganpenduduk terpadat ke-4 di dunia setelah China, India, Amerika

    Serikat . Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai

    angka 237.641.326. Jumlah penduduk yang besar ini

    t idak la lu te rsebar ke berbaga i daerah d i indones ia

    secara mera ta . T iap- t iap daerah d i Indones ia

    mempunya i jumlah penduduk yang t idak se imbang.

    Selama 25 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia telah meningkat

    menjadi hampir dua kali yaitu dari 119,2 juta pada tahun 1971 menjadi

    195,29 juta pada tahun 1995 dan menjadi 198,20 juta pada tahun

    1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penduduk telah turun

    secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980 menjadi

    1,98 persen pada periode tahun 1980-1990 dan pada periode tahun

    1990-1996 menjadi 1,69 persen. Terdapat perbedaan yang sangat

    mencolok tentang laju pertumbuhan penduduk bila dilihat menurut

    propinsi pada periode tahun 1990-1996. Angka terendah sebesar 0,01

    persen pada propinsi DI Yogyakarta dan tertinggi sebesar 4,39 persen

    pada propinsi Kalimantan Timur. Dibandingkan dengan tingkat

    pertumbuhan Penduduk tingkat nasional terdapat 9 propinsi yang

    tingkat pertumbuhannya dibawah 1,69 persen, yaitu propinsi SumateraUtara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,

    Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi

    Selatan.Younger J S dkk(2000).

    Rata-rata anak yang pernah dilahirkan oleh wanita pernah kawin

    merupakan salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur

    tingkat kelahiran. Rata-rata anak yang pernah dilahirkan oleh wanita

    http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_pendudukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_pendudukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_pendudukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_pendudukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    22/66

    kawin usia 15-49 tahun 10 bayi pada tahun 1994 dan pada tahun 1996

    sebesar 20 orang anak. George, R (2008) .

    Permasalahan yang bisa penyebab terjadinya Peningkatan yang

    signifikan penduduk dipedesaan tidak jauh dari kurangnya

    pemahaman tentang keluarga berencana , sehingga dalam satu

    keluarga memiliki anak yang melebihi 2, dengan jumlah anak tersebut

    tidak sejalan dengan perekonomian dari keluarga tersebut sehingga

    pemenuhan kebutuhan sehari hari dan juga kebutuhan untuk

    pendidikan moral juga kurang karena orang tua kewalahan dengan

    membimbing anak dengan jumlah yang banyak sehingga anak

    memiliki persepsi dan tingkah laku yang kurang baik ketika sudah

    terjun dala masyarakat. Dan dengan makin banyaknya bayi yang lahir

    setip tahunnya, tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan

    guru yang memadai. Dengan lingkungan yang kurang memadai seperti

    dipedesaan mungkin untuk pemenuhan fasilitas pendidikan akan sulit

    .Sebagai hasilnya, tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk

    bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang memadai.

    Umumnya masyarakat pedesaan kurang begitu sadar akan

    pentingnya pendidikan , Mereka lebih memilih mengajak anak-anak

    mereka berkebun atau bertani, ketimbang menyekolahkan mereka.

    Alhasil banyak dari masyarakat pedesaan yang buta tulis dan hitung.

    Oleh karena itu taraf hidup masyarakat pedesaan relative Salah satu

    kendala yang telah disadari oleh pemerintah dalam bidang pendidikan

    di tanah air adalah kesenjangan dan ketidakadilan dalam mengakses

    terutama pendidikan. Hal ini yang menyebabkan kesadaran

    masyarakat di desa sangat kurang dan tidak antusias serta memahami

    akan pentingnya pendidikan.

    Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas penduduknya.

    Pada daerah yang kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    23/66

    penduduk lebih sulit dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan

    sosial ekonomi, keamanan, kesejahteraan, ketersediaan lahan dan air

    bersih, kebutuhan pangan, dan dapat berdampak pada kerusakan

    lingkungan. Misalnya tingkat pencemaran yang diakibatkan oleh

    kendaraan bermotor antara daerah pedesaan dengan daerah

    perkotaan. Tentu tingkat pencemaran udara di kota lebih tinggi.

    Tumbuhnya kawasan industri dan semakin padatnya pemukiman

    penduduk di daerah perkotaan menyebabkan timbulnya berbagai

    permasalahan yang nyata.

    Untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan. Dengan

    bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah makanan yang

    diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan antara

    bertambahnya jumlah penduduk dengan bertambahnya produksi

    pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akibatnya

    penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan kurang pangan. Di kota-

    kota besar, lahan pertanian boleh dikatakan hampir tidak ada lagi.

    Sebagian besar lahan pertanian di kota digunakan untuk lahan

    pembangunan pabrik, perumahan, kantor, dan pusat perbelanjaan.

    Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kota sangat

    tergantung dengan tersedianya pangan dari desa. Jadi kenaikan

    jumlah penduduk akan meningkat pula kebutuhan pangan dan lahan.

    Thomas Robert Maltusseorang sosiolog Inggris, mengemukakan

    teori yang berjudul Essay on The Principle ofPopulation. Maltus

    menyimpulkan bahwa pertambahan penduduk mengikuti deret ukur,

    sedangkan pertambahan produksi pangan mengikuti deret hitung. Jadi

    semakin meningkat pertumbuhan penduduk, semakin tinggi pula

    kebutuhan pangan. Padahal pertumbuhan penduduk lebih cepat

    daripada pertumbuhan produksi pangan. Hal ini dapat menyebabkan

    terjadinya kekurangan pangan. Oleh karena itu peningkatan produksi

    pangan perlu digalakkan. Penduduk yang kekurangan makanan akan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    24/66

    menyebabkan gangguan pada fungsi kerja tubuh dan dapat terjangkit

    penyakit seperti busung lapar, anemia, dan beri-beri.

    Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan,

    baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri,

    tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk mengatasi kekurangan

    lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian

    produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana

    kehidupan. Selain itu pembukaan hutan juga sering dilakukan untuk

    membangun areal industri, perkebunan, dan pertanian. Meskipun hal

    ini dapat dianggap sebagai solusi, sesungguhnya kegiatan itu merusak

    lingkungan hidup yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.

    Jadi peluang terjadinya kerusakan lingkungan akan meningkat seiring

    dengan bertambahnya kepadatan penduduk. Abdullah, Oekan. S.

    (2002)

    Masalah lain yang muncul terkait dengan jumlah penduduk yang

    besar adalah dalam penyedian lapangan pekerjaan. Kebutuhan akan

    bahan pokok menuntut orang untuk berkerja dan mencari nafkah.

    Namun, penyedia lapangan kerja sangatlah minim. Yang menjadi

    masalah adalah penduduk lebih senang untuk menggantungkan diri

    terhadap pekerjaan dan cenderung mencari pekerjaan daripada

    membuka lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan masalah baru

    yaitu pengangguran. Apabila jumlah pengangguran ini tinggi, maka

    rasio ketergantungan tinggi sehingga negara memiliki tanggungan

    yang besar untuk penduduknya yang dapat menghambat

    pembangunan dan menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi tinggi.

    Abdullah, Oekan. S. (2002)

    Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai

    permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang

    besar tentunya membutuhkan ruang yang lebih luas dan juga

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    25/66

    kebutuhan yang lebih banyak namun lahan dan juga wilayah Indonesia

    tidaklah bertambah.

    2.3.2 Isu Masalah Kesehatan

    Penyakit yang sering ditemui meliputi :

    1. Tuberkulosis

    Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

    oleh Mycobakterium tuberkulosis dan bersifat menular (Christian,

    2009; Storla, 2009). WHO menyatakan bahwa sepertiga penduduk

    dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Lingkungan

    mempengaruhi perkembang biakan bakteri ini tidak terkecuali di

    pedesaan yang asri tapu tuberkulosi juga menyerang pedesaan.

    Jumlah penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Mijen tahun

    2010 dari triwulan pertama berjumlah 8 penderita, triwulan ke dua

    berjumlah 11, triwulan ke tiga berjumlah 31 penderita dan triwulan

    ke empat berjumlah 9 penderita. Sedangkan pada tahun 2011 pada

    triwulan pertama terdapat 20 penderita. Kumulatif penderita dari

    triwulan pertama sampai triwulan ke empat tahun 2010 dan triwulan

    pertama tahun 2011 berjumlah 61 penderita sehingga

    mengindikasikan penyakit ini perlu penanganan yang intensif .

    Suharyo (2013)

    Karakteristik wilayah pedesaan menjadi determinan tersendiri

    pada kejadian penyakit TB.dalam penelitian Suharyo 2013

    menunjukan sebagian besar penderita TB paru berpendidikan

    menengah, dalam masa usia produktif, dan dalam kategori kurang

    mampu dari sisi ekonomi. Tempat tinggal sebagian besar penderita

    TB paru belum memenuhi kriteria rumah sehat baik dari sisi

    kepadatan hunian, pencahayaan, ventilasi, dan kelembaban.

    Dalam penelitian Suharyo 2013 rumah subyek penelitian belum

    memenuhi syarat rumah sehat dan sangat berisiko terjadinya

    kejadian TB Paru, karena berdasarkan hasil observasi atau

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    26/66

    pengukuran diketahui keadaan rumah subyek penelitian sebagian

    berada dalam kondisi berisiko, karena:

    sebagian kepadatan hunian rumah subyek penelitian tidak

    memenuhi syarat.

    rerata suhu ruangannya adalah 32.11 0 C maka dikatakan

    tidak memenuhi syarat rumah sehat, hal tersebut disebabkan

    karena subyek penelitian jarang membuka jendela rumah

    setiap hari, dan sebagian genteng tidak memakai genteng

    kaca, sehingga sinar cahaya matahari tidak masuk ke dalam

    rumah.

    rerata pencahayaan adalah 21,7 lux, maka dikatakan tidak

    memenuhi syarat rumah sehat, hal tersebut dipengaruhi

    karena subyek penelitian tidak membuka jendela rumah

    setiap hari, dan letak ventilasi tidak strategis sehingga sinar

    matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah.

    2. Hipertensi

    Banyak yang berpikir kalau orang kota akan lebih mudah

    terkena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Padahal menurut data

    Riskesdas 2013, penderita hipertensi justru paling banyak dialami

    oleh orang di pedesaan. Menurut Dr. Ekowati Rahajeng, SKM,

    MKesi, meningkatnya jumlah penderita hipertensi di desa ini akibat

    banyaknya makanan instan dan cepat saji yang tersebar di daerah,

    Ekowati menerangkan, dari data 2013 didapat bahwa lebih dari 25

    persen orang Indonesia menderita hipertensi tapi sayangnya 76

    persen tak sadar kalau dirinya hipertensi.

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    27/66

    3. Jantung

    Temuan ini menunjukan kalau 1 dari 4 warga yang tinggal di

    wilayah pedalaman dan pedesaan menderita penyakit jantung.

    Sementara jumlah penderita penyakit jantung di wilayah perkotaan

    angkanya lebih kecil yakni 1 berbanding 5 orang. Data ini melihat

    berbagai faktor dibalik penyakit jantung termasuk hipertensi,

    kolesterol, obesitas, merokok dan kurang gerak fisik.

    merokok ditemukan signifikan lebih tinggi pada remajapedesaan daripada di perkotaan, dengan prevalensi 58% dari

    remaja pedesaan menunjukkan penggunaan tembakau,

    dibandingkan dengan 43% dari remaja perkotaan. dari data yang

    dikumpulkan dalam penelitian ini orang tua remaja pedesaan tidak

    berpendidikan, dan banyak merokok sendiri, membuat perilaku

    lebih dapat diterima.. Remaja ini juga menghabiskan lebih banyak

    waktu tanpa pengawasan orangtua, yang juga akan memungkinkan

    mereka untuk merokok tanpa kecaman orangtua. Lundy , KS.,

    Jane, Sharyn .(2001)

    Derajat kesehatan di Indonesia, terutama di daerah pedesaan

    belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa data terakhir yang

    ada di Departemen Kesehatan RI, yaitu :

    1. Umur harapan hidup adalah 60 tahun untuk wanita, dan 50 tahun

    untuk pria.

    2. Angka kematian periode 1971-1980 adalah 12,48 per 1000

    penduduk.

    3. Angka kematian bayi adalah 10% dari jumlah kelahiran, sedangkan

    untuk BALITA adalah 4% dari jumlah BALITA.

    4. Penduduk yang sakit adalah ",4% dan 60% dari penyakit tersebut

    adalah penyakit menular.

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    28/66

    Penyebab utama rendahnya kualitas kesehatan masyarakat tersebut

    antara lain adalah :

    1. Belum sempurnanya pelaksanaan upaya kesehatan.

    2. Masih rendahnya aspek manajemen upaya kesehatan.

    3. Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.

    4. Masih belum sempurnanya peran serta masyarakat serta

    kerjasama lintas sektoral.

    5. Masih rendahnya kualitas sarana fisik lingkungan dan perumahan.

    Masalah kesehatan dipedesaan dapat ditinjau dari dua segi, yakni

    hal kesehatan sendiri (substantial) dan hal penyelenggaraannya

    (management). Masalah kesehatan (substantial) dapat berupa berbagai

    jenis penyakit sedangkan masalah penyelenggaraan kesehatan meliputi

    masalah peningkatan, perlindungan, penemuan masalah, pengobatan dan

    pemulihan kesehatan pada perseorangan maupun pada kesehatan

    masyarakat. Dari hasil penelitian masalah kesehatan yang paling sering

    muncul adalah penyakit-penyakit infeksi (pernafasan, perut, kulit, dan lain-

    lain). Penyakit - penyakit infeksi, yang satu sama lain berbeda sifat

    mempunyai hubungan erat dengan lingkungan hidup yang kurang sehat

    dan daya tahan tubuh rendah. Kurangnya pengertian masyarakat tentang

    syarat hidup sehat, gizi yang buruk dan keadaan hygiene dan sanitasi

    yang kurang memuaskan (Hagul, 1992). Daya tahan tubuh yang rendah

    dapat terjadi karena ketidakseimbangan pemenuhan gizi dan

    kebutuhannya, kemajuan ekonomi dapat mendorong perbaikan gizi

    sehingga dapat memperkuat daya tahan. Kemajuan ekonomi juga akan

    mendorong perbaikan lingkungan hidup yang mengurangi kejangkitan

    penyakit. Rendahnya kejangkitan penyakit dan tingginya daya tahan ini

    dapat meningkatkan taraf kesehatan pada masyarakat (O.M.S dalam

    Hagul, 1999). Fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang didaerah

    pedesaan menyebabkan sebagian besar masyarakat masih sulit

    mendapatkan atau memperoleh pengobatan. Selain itu hal penting yang

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    29/66

    mempersulit usaha pertolongan terhadap masalah kesehatan pada

    masyarakat desa adalah kenyataan yang sering terjadi dimana penderita

    atau keluarga penderita tidak dengan segera mencari pertolongan

    pengobatan. Perilaku yang menunda untuk memperoleh pengobatan dari

    praktisi kesehatan ini disebut dengan treatment Delay(Sarafino, 2006).

    Treatment delay adalah rentang waktu yang telah berlalu ketika

    individu mengalami simptom awal sampai individu memasuki pelayanan

    kesehatan dari praktisi kesehatan (Sarafino, 2006). Keadaan seperti ini

    merupakan keadaan yang umum di jumpai di negara-negara yang sedang

    berkembang khususnya di daerah pedesaan dimana tingkat pendidikan

    rendah dan kemiskinan merupakan keadaan yang umum dijumpai. Lebih

    dari separuh kematian anak terjadi karena penyakit penyakit diare,

    saluran nafas dan kurang gizi merupakan keadaan keadaan yang saling

    memperkuat satu sama lain, kondisi ini tidak hanya ditimbulkan oleh

    fasilitas kesehatan yang kurang, tetapi karena penderita atau keluarga

    penderita tidak segera mencari pertolongan pengobatan atau disebut

    sebagai treatment delay (Hagul, 1992). Hal ini didukung oleh penelitian

    Michael A Koenig (2007), yang menyatakan bahwa dinegara yang sedang

    berkembang seperti India (Bangladesh) hanya 1/3 wanita yang dengan

    segera mencari pertolongan praktisi kesehatan ibu hamil lebih tinggi

    didaerah perkotaan daripada daerah pedesaan.

    Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan ini, seringkali

    kesalahan dan penyebabnya dikarenakan factor jarak antara fasilitas

    tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan

    yang tidak memuaskan dan sebagainya. Faktor persepsi atau konsep

    masyarakat itu tentang sakit sering kali terabaikan, pada kenyataannya

    dalam masyarakat sendiri terdapat beraneka ragam konsep sehat-sakit

    yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat sakit

    yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan

    kesehatan. (Notoatmodjo, 1993).

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    30/66

    Menurut Notoadmojo(1993) individu yang mengalami simtom

    penyakit namun tidak berbuat apa-apa terhadap penyakitnya, disebabkan

    karena dia merasa tidak sakit (not perceived). Persepsi terhadap suatu

    penyakit dibahas dalam health belief model. Health belief model

    memberikan kerangka yang menjelaskan mengapa seorang individu

    melakukan dan tidak melakukan perilaku sehat. Health belief model

    melibatkan penilaian terhadap perceived threat pada symptom yang

    dialami, yaitu semakin individu merasa terancam dengan simptom

    penyakit yang ia alami maka semakin cepat individu mencari pertolongan

    medis (Becker & Rosenstock dalam Sarafino,2006). Seberapa besar

    ancaman yang dirasakan individu akan simptom penyakit yang dialaminya

    tergantung pada tiga faktor. Pertama, cues to action yang merupakan

    faktor pemicu agar individu segera mencari pelayanan kesehatan, hal ini

    dapat berupa nasihat dari teman atau keluarga , informasi dari media

    massa dan lain-lain (Sarafino, 2006). Kedua, perceived seriousnessyaitu

    seberapa parah individu mempersepsikan konsekuensi organik dan sosial

    jika individu tidak segera melakukan pengobatan medis, jika individu

    mempersepsikan bahwa penyakit yang dialaminya memiliki konsekuensi

    yang serius maka individu tersebut akan mencari pertolongan medis

    (Sarafino, 2006Ketiga,perceived susceptibilityyaitu individu mengevaluasi

    kemungkinan akan berkembangnya symptom penyakit, semakin individu

    merasa penyakitnya beresiko maka akan mempersepsikannya sebagai

    ancaman dan melakukan tindakan pengobatan ( sarafino, 2006).

    Selain yang disebutkan diatas masalah kesehatan di pedesaan

    dapat disebabkan oleh masalah yang lebih berhubungan dengan

    kebersihan lingkungan, antara lain :

    1. Masalah Perilaku Kesehatan

    Di Indonesia diduga faktor perilaku menjadi faktor utama

    masalah kesehatan sebagai akibat masih rendah pengetahuan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    31/66

    kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait

    tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat

    untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku diawali respon

    terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap

    obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu

    sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat

    timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron)

    atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas.

    2. Masalah Kesehatan lingkungan

    Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang

    optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat

    kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan

    lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan

    air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-

    tempat umum dan pengolahan makanan.

    3. Penyehatan lingkungan pemukiman

    Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah

    merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia.

    Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah

    cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan

    tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah

    kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki

    kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak

    diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain

    luas bangunan rumah minimal 2,5 m2per penghuni, fasilitas air bersih

    yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah,

    fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gudang dan

    kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah

    sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik,

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    32/66

    mental maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan

    pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.

    4. Penyediaan air bersih

    Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi,

    memasak dan mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi

    syarat minimal sebagai air yang dikonsumsi. Syarat air minum yang

    sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air

    minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak

    berasa, suhu di bawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari

    bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu

    dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-

    sumber air minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air,

    air sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut

    memiliki karakteristik masing-masing yang membutuhkan pengolahan

    sederhana sampai modern agar layak diminum.

    Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan

    masalah kesehatan atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus,

    penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.

    5. Pengelolaan limbah dan sampah

    Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran),

    rumah tangga, industri atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah

    merupakan bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah tidak

    digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan

    sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap

    kesehatan lingkungan.

    Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang

    memenuhi syarat agar tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air

    dan tanah serta menimbulkan polusi bau dan mengganggu estetika.

    Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    33/66

    jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena

    beberapa penyakit disebarkan melalui perantaraan kotoran.

    2.4 Konsep Desa Siaga

    Sebelum membahas desa siaga akan di jelaskan terlebih dahulu

    mengenai Strategi Peningkatan Kesehatan Pedesaan :

    Untuk mewujudkan Visi Departemen Kesehatan pada tahun

    2009, dan sesuai dengan Misi yang telah ditetapkan, maka dalam

    periode 2005- 2009 akan dilaksanakan strategi sebagai berikut:

    1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup

    sehat.

    a. Seluruh desa menjadi Desa Siaga

    b. Seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

    c. Seluruh keluarga sadar gizi

    2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatanyang berkualitas.

    a) Setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang

    bermutu

    b) Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat risiko

    tinggi terlindungi dari penyakit.

    c) Di setiap desa tersedia sumberdaya manusia (SDM)

    kesehatan yang kompeten

    d) Di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat

    kesehatan dasar

    e) Setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan

    dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya

    f) Pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan

    jaringannya memenuhi standar mutu

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    34/66

    3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi

    kesehatan.

    a) Setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada

    kepala desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi

    kesehatan terdekat

    b) Setiap Kejadian Luar Biasa (KLB) dan wabah penyakit

    tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak

    menimbulkan dampak kesehatan masyarakat

    c) Semua ketersediaan farmasi, makanan, dan perbekalan

    kesehatan memenuhi syarat

    d) Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan

    standar kesehatan

    d. Berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence

    based di seluruh Indonesia

    4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

    a) Pembangunan kesehatan memperoleh prioritas

    penganggaran pemerintah pusat dan daerah.

    b) Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya

    pencegahan dan promosi kesehatan.

    c) Terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama

    bagi rakyat miskin.

    2.4.1 Konsep Desa Siaga

    Sesuai dengan SK Menkes No.564 tahun 2006 tentang

    Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga, yang dimaksud Desa Siaga

    adalah: Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya

    dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan

    mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat

    daruratan kesehatan, secara mandiri. Desa yang dimaksud

    disini dapat berarti kelurahan atau istilah-istilah lainbagi

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    35/66

    kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah,

    yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

    yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan

    Republik Indonesia (Depkes RI, 2008).

    Desa Siaga digerakkan dengan melibatkan seluruh warga

    desa yang dimotori oleh kader-kader terlatih untuk mendeteksi

    berbagai masalah kesehatan dan ancaman bahaya potensial

    yang mengancam warga desa. Desa Siaga bertujuan untuk

    mewujudkan masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan

    tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya

    melalui peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

    desa tentang pentingnya kesehatan, Meningkatkan

    kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap

    risiko dan bahaya yangdapat menimbulkan gangguan

    kesehatan (bencana, wabah, kegawat-daruratan dan

    sebagainya), meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan

    melaksanakan perilakuhidup bersih dan sehat, meningkatnya

    kesehatan lingkungan di desa, dan meningkatnya kemampuan

    dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirisendiri di

    bidang kesehatan.

    Menurut Depkes RI (2008), Desa Siaga merupakan desa

    yang mempunyai/memiliki kesiapan sumber daya dan

    kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan,

    dengan demikian Desa Siaga mempunyai ciri-ciri sebagai

    berikut:

    1. Memiliki pemimpin atau tokoh masyarakat yang peduli terhadap

    masalahkesehatan.

    2. Memiliki organisasi kemasyarakatan yang peduli terhadap

    masalah kesehatan.

    3. Mempunyai berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya

    Masyarakat (UKBM).

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    36/66

    4. Mempunyai Poskesdes.

    5. Memiliki sistem surveilans penyakit.

    6. Mempunyai sistem pelayanan kegawat-daruratan (safe

    community).

    7. Mempunyai sistem pembiayaan kesehatan berbasis

    masyarakat.

    8. Warga desa menerapkan PHBS

    Dalam upaya mengembangkan Desa Siaga, perlu

    melibatkan berbagai unsure pimpinan masyarakat.Unsur

    pimpinan masyarakat merupakan pendukung utama Program

    Desa Siaga. Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran

    pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

    1. Sasaran Primer yaitu semua individu dan keluarga di desa, yang

    diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan

    tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.

    2. Sasaran Sekunder yaitu pihak-pihak yang mempunyai pengaruh

    terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat

    menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku

    tersebut,seperti tokoh masyarakat. Termasuk tokoh agama,

    tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.

    3. Sasaran Tersier yaitu pihak-pihak yang diharapkan memberikan

    dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana,

    tenaga, sarana dan lain-lain,seperti Kepala Desa, Camat, para

    pejabat terkait, LSM, swasta, para donatur danpemangku

    kepentingan lainnya.

    Dalam Kepmenkes RI No. 564/Menkes/SK/VIII/2006

    tentang PedomanPelaksanaan Pengembangan Desa Siaga

    dicantumkan indikator keberhasilan yang terdiri dari indikator

    masukan, indikator proses, indikator keluaran dan indicator

    dampak.

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    37/66

    1. Yang termasuk dalam Indikator Masukan adalah:

    a. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa

    b. Ada/tidaknya Poskesdes

    c. Berfungsi/tidaknya UKBM dan sarana bangunan

    sertapelengkapan atau peralatannya

    d. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat

    e. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)

    2. Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif

    upaya yang dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka

    pengembangan Desa Siaga.Indikator proses terdiri atas hal-hal

    berikut:

    a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa

    b. Berfungsi / tidaknya Poskesdes

    c. Berfungsi / tidaknya UKBM yang ada

    d. Berfungsi / tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan

    Penanggulangan Kegawatandan bencana

    e. Berfungsi / tidaknya System Surveilance berbasis

    masyarakat

    f. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk Kadarzi dan

    PHBS

    3. Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa

    besar hasil kegiatanyang dicapai di suatu Desa dalam rangka

    pengembangan Desa Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-

    hal sebagai berikut:

    a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes

    b. Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain

    c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB dilaporkan

    d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah

    untuk Kadarzi danPHBS

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    38/66

    4. Indikator Dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa

    besar dampak darihasil kegiatan di Desa dalam rangka

    pengembangan Desa Siaga. Indikator Dampak terdiri atas hal-

    hal berikut:

    a. Jumlah penduduk yang menderita sakit

    b. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa

    c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia

    d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia

    e. Jumlah balita dengan gizi buruk

    2.4.2 Pengembangan Desa Siaga

    Tujuan utama Desa Siaga adalah untuk memeratakan

    pelayanan kesehatandasar kepada masyarakat. Oleh karena

    itu, pada tahap pertama pengembangan Desa Siaga prioritas

    pengembangan diutamakan kepada desa-desa yang sama

    sekali tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan.

    Namun pada tahun 2007, prioritas pengembangan ditambah ke

    desa-desa yang memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan

    tetapi sarana tersebut dalam keadaan rusak atau kurang

    berfungsi (Depkes,2006)

    Diamanatkan dalam SK Menkes no.564 tahun 2006,

    Sebagaimana pembentukan Desa Siaga tidak harus mempunyai

    gedung tersendiri namun dapat memanfaatkan berbagai potensi

    yang ada di masyarakat seperti gedung Posyandu,Poskesdes

    dan UKBM lainnya. Sebuah desa layak membentuk Desa Siaga

    jika mempunyai beberapa syarat seperti: minimal mempunyai

    satu tenaga kesehatan yang menetap (Bidan Desa), mempunyai

    salah satu bentuk bangunan UKBM dan peralatannya serta

    mempunyai alat komunikasi ke masyarakat dan puskesmas.

    Pembentukan Desa Siaga dimulai dengan pergerakan

    dan pemberdayaan masyarakat, dilanjutkan dengan survey

    mawas diri, musyawarah masyarakat desa (MMD) dan rencana

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    39/66

    kegiatan dan tindak lanjut. Pada tahap pergerakan masyarakat,

    kegiatan yang dilakukan adalah melatih kader desa agar

    mampu melaksanakan survey mawas diri. Kader desa perlu

    diberikan pengetahuan tentang tata cara surveikesehatan yang

    meliputi kesehatan lingkungan, Perilaku Hidup Bersih dan

    Sehat(PHBS), Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi dan lain-lain.

    Hasil survei adalah gambaran desa dan permasalahannya, yang

    akan dibicarakan pada tahap Musyawarah Masyarakat Desa

    (MMD).

    Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan

    dengan kegiatan sebagai berikut :

    a. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga

    Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan

    melalui pertemuan khusus para pimpinan, pengelola dan

    tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat.

    Pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat, sesuai

    dengan tatacara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi

    oleh puskesmas.

    b. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga

    Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada

    pengelolaan dan kader Desa Siaga terpilih perlu diberikan

    orientasi atau pelatihan.Orientasi / pelatihan dilaksanakan

    oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman orientasi /

    pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan

    mencakup kegiatan yang akan dikembangkan di Desa

    Siaga, antara lain pengelolaan Desa Siaga, pengelolaan

    Polkesdes, kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-

    Jaga, gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan

    penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan

    lingkungan pemukiman (PAB-PLP),kegawat-daruratan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    40/66

    sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar biasa,

    warung obat desa (WOD), diversifikasi pertanian tanaman

    pangan dan pemanfaatan perkarangan melalui Taman Obat

    Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih

    dan sehat (PHBS), dan materi lain yang diperlukan.Pada

    waktu menyelenggarakan orientasi/pelatihan ini sekaligus

    juga disusun Rencana Kerja (Plan of Action) Desa Siaga

    yang akan dibentuk, lengkap denganwaktu dan tempat

    penyelenggaraan, para pelaksana dan pembagian tugas

    serta saranadan prasarana yang diperlukan.

    c. Pembangunan Polkesdes

    Dalam hal ini rencana pembangunan Polkesdes

    sudah harus dibahas dandicantumkan dalam Rencana Kerja.

    Dengan demikian sudah diketahui bagaimanaPolkesdes

    tersebut akan diadakan membangun baru dengan fasilitas

    dari Pemerintah,membangun baru dengan bantuan dari

    donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat,

    mengembangkan bangunan Polindes yang ada, atau

    memodifikasi bangunan lain yang ada.

    d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga

    Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan

    dengan pelaksanaan kegiatanDesa Siaga secara rutin,

    berpedoman pada panduan yang berlaku. Kegiatan

    DesaSiaga utamanya dilakukan oleh kader kesehatan yang

    dibantu tenaga kesehatan profesional (bidan plus, tenaga

    gizi, dan sanatarian). Secara berkala kegiatan Desa Siaga

    dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas,yang hasilnya

    dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    41/66

    pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas

    sektoral (Depkes RI, 2008).

    2.4.3 Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga

    Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya,

    namun secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang

    perlu ditempuh adalah persiapan internal dan persiapan

    eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Persiapan Internal

    Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-

    kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah

    mempersiapkan provider, atau petugas kesehatan yang berada

    di puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas

    administrasi. Persiapan para provider ini bisa berbentuk

    sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi,

    yang disesuaikan dengan kondisi setempat.Keluaran atau

    output dari langkah ini adalah diharapkan para provider

    memahami tugas dan fungsinya, serta siap untuk melakukan

    dan fungsinya, serta siapuntuk melakukan pendekatan kepada

    stakeholders dan masyarakat.

    2. Persiapan Eksternal

    Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para

    petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka

    tahu dan mau mendukung pengembangan Desa Siaga. Dalam

    hal ini termasuk kegiatan advokasi kepada penentu

    kebijakan,agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa

    dana maupun kebijakan atau anjuran, serta restu, sehingga

    Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar.Pendekatan kepada

    tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan

    mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna

    menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    42/66

    Siaga.Jadi dukungan diharapkan dapat berupa moral, finansial

    atau material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat

    dalam rangka pengembangan Desa Siaga.Jika didaerah

    tersebut telah terbentukwadah-wadah kegiatan masyarakat di

    bidang kesehatan, Badan Pemberdayaan Desa,PKK, serta

    organisasi kemasyarakatan lainnya hendaknya lembaga-

    lembaga ini diikut-sertakan dalam setiap pertemuan.

    o Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri

    Survei mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri

    (TMD) atau Community SelfSurvey (CSS) bertujuan agar

    masyarakat dengan bimbingan petugas mampu melakukan

    telaah mawas diri untuk desanya.Survei ini harus dilakukan

    oleh masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga

    Kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi

    sadar akan permasalahan yang dihadapi di desa nya,serta

    bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya. Untuk itu

    sebelumnya perlu di lakukan pemilihan dan pembekalan

    ketrampilan bagi warga masyarakat yangdinilai mampu

    melakukan SMD.Keluaran atau output dari SMD ini berupa

    identifikasi permasalahan kesehatan serta daftar potensi di

    desa yang dapat didayagunakan dalam menyelesaikan

    masalah-masalah kesehatan tersebut.

    o Musyawarah Masyarakat Desa

    Tujuan penyelenggaraan musyawarah atau

    lokakarya desa ini adalah mencari alternatif penyelesaian

    masalah hasil SMD dikaitkan dengan potensi yangdimiliki

    desa.Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya

    berasal dari para tokoh masyarakat yang mendukung

    pembentukkan Desa Siaga.Peserta musyawarah ini adalah

    wakil-wakil tokoh masyarakat termasuk perempuan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    43/66

    dangenerasi muda. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan

    pula kalangan dunia usaha yang bersedia mendukung

    pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untukitu

    diperlukan upaya advokasi).

    Data serta temuan lain yang diperoleh pada SMD

    disajikan utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data

    potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendapat

    tersebut di musyawarahkan untuk penentuan prioritas,

    dukungan dan kontribusi apayang dapat disumbangkan

    oleh masing-masing individu/institusi yang diwakilnya,serta

    langkah-langkah solusi untuk pengembangan Desa Siaga

    (Depkes RI, 2008).

    2.4.4 Kegiatan Pokok Desa Siaga.

    Desa Siaga mempunyai beberapa kegiatan pokok antara

    lain adalah:

    1. Menggerakkan PHBS

    Adalah masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk

    mencegah dan menanggulagi masalah kesehatan,

    mengupayakan lingkungan sehat, memanfaatkan pelayanan

    kesehatan serta mengembangkan UKBM. Yang dimaksud

    dengan upaya mencegah : adalah mengupayakan agar yang

    sehat tetap sehat dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan

    perilaku hidup bersih dan sehat termasuk pola makan dengan

    gizi seimbang, menjaga kebersihan pribadi , berolah raga,

    menghindari kebiasaan yang buruk, serta berperan aktif dalam

    pembangunan kesehatan masyarakat.(promotif - preventif).

    Yang dimaksud dengan menanggulangi : adalah

    mengupayakan agar yang terlanjur sakit atau mengalami

    gangguan gizi tidak menjadi semakin parah, tidak menulari

    orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, sertadi pulihkan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    44/66

    kesehatannya dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan

    yang ada(kuratifrehabilitatif). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

    ini terdiri dari ratusan praktik kehidupan sehari hari, tidak hanya

    terbatas pada indikator yang biasa di gunakan untuk mengukur

    kinerja program kesehatan (Depkes RI, 2007)

    2. Pengamatan Kesehatan Berbasis Masyarakat.

    Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus

    oleh masyarakat terhadap:

    a. Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak

    menular termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.

    b. Kejadian lain di masyarakat. dan segera melaporkan kepada

    petugas kesehatan setempat untuk di tindak lanjuti, Contoh

    penyakit :

    o Penyakit menular : TBC, Frambusia, HIV /AIDS, Kusta

    o Penyakit Menular Potensial KLB antara lain : Diare,

    Typhus, Diphteri,Hepatitis, Polio / AFP, Malaria, Campak,

    DBD, Flu Burung, dan lain-lain.

    c. Faktor risiko antara lain :

    o Adanya penolakan masyarakat terhadap imunisasi

    o Adanya kematian unggas

    o Adanya tempat-tempat perindukan nyamuk

    o Adanya migrasi penduduk (in / out)

    d. Perilaku yang tidak sehat.

    o Faktor risiko tinggi ibu hamil, bersalin , menyusui dan

    bayi baru lahir

    o Kejadian lain di masyarakat seperti keracunan makanan,

    bencana, Kerusuhan

    o Bentuk pengamatan masyarakat (anggota keluarga,

    tetangga, kader) disesuaikan dengan tatacara setempat,

    misalnya pengamatan terhadap tanda penyakit, batuk

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    45/66

    yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu bercak putih

    dikulit yang mati rasa

    o Ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi (4 terlalu,

    kedaruratan pada kehamilan sebelumnya,dan lain-lain)

    o Bayi baru lahir yang kuning, tidak bisa menetek,dan lain-

    lain

    o Balita yang tidak naik berat badannya

    Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat

    komunikasi yang ada di desa (telepon, telepon seluler ataupun

    Handy Talkie ) dan segera disampaikan kepadapetugas

    kesehatan setempat atau Petugas Pembina Desa (Depkes RI,

    2007).

    3. Penyehatan Lingkungan

    Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi

    lingkungan memadai, perumahan pemukiman sehat, yaitu :

    a. Terpeliharanya kebersihan tempat-tempat umum dan

    institusi yang ada didesa, antara lain : pasar, tempat ibadah,

    perkantoran dan sekolah.

    b. Terpeliharanya kebersihan lingkungan rumah : lantai rumah

    bersih, sampahtak berserakan, saluran pembuangan air

    limbah terawat baik

    c. Membuka jendela setiap hari.

    d. Memiliki kecukupan akses air bersih (untuk minum, masak,

    mandi dan cuci)dan sanitasi dasar.

    e. Mempunyai pola pendekatan pemberdayaan masyarakat

    untuk pemenuhan sanitasi dasar (ada jamban, mandi cuci di

    tempat khusus)

    4. Kesehatan Ibu dan Anak

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    46/66

    Salah satu penetrasi pada aspek Kesehatan Ibu dan Anak

    adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

    Komplikasi (P4K).P4K dengan stiker merupakan upaya

    terobosan percepatan penurunan angka kematian ibu. Melalui

    P4Kdengan stiker yang ditempel di rumah ibu hamil, maka

    setiap ibu hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara

    tepat. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil,taksiran

    persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan,

    pendamping persalinan, transport yang digunakan dan calon

    donor darah.

    Dengan data dalam stiker tertera nama suami, keluarga,

    kader, dukun, bersama bidan di desa dapat memantau secara

    intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil, untuk

    mendapatkan pelayanan yang sesuai standar pada saat

    hamil,persalinan dan nifas, sehingga proses persalinan sampai

    dengan nifas termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman

    dan selamat, tidak terjadi kesakitan dan kematian ibu serta bayi

    yang dilahirkan selamat dan sehat. Manfaat P4K ini adalah

    terjalinnya kemitraan antara tenaga kesehatan, dukundan

    masyarakat yang tinggal di sekitar ibu hamil.Dengan demikian

    maka komplikasi dapat tertangani secara dini, terpantaunya

    kesakitan dan kematian ibu serta yang paling penting adalah

    menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu.

    Pelaksanaan di tingkat desa :

    a. Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa antara bidan

    desa, kader, dukun, kepala desa, tokoh masyarakat untuk

    mendata jumlah ibu hamil yang ada diwilayah desa serta

    membahas dan menyepakati calon donor darah, transport

    danpembiayaan (asuransi kesehatan masyarakat miskin,

    tabungan ibu bersalin).

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    47/66

    b. Bidan di desa bersama kader dan/atau dukun melakukan

    kontak dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat

    dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pasca salin.

    c. Pemasangan stiker di rumah

    d. Suami, keluarga, kader dan dukun memantau secara intensif

    keadaan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan sesuai

    standar.

    e. Bidan melakukan pencatatan pada buku KIA sebagai

    pegangan ibu hamil dan di kartu kohort ibu untuk disimpan di

    polindes/puskesmas, memberikan pelayanan dan memantau

    ibu hamil serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu

    diwilayah desa (termasuk laporan dari dokter dan bidan

    praktek swasta di desatersebut) ke puskesmas setiap bulan

    termasuk laporan kematian ibu, bayi lahirhidup dan bayi lahir

    mati.

    f. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K, maka

    dibentuk wadah forum komunikasi yang bersifat lintas

    program dan lintas sektor di berbagai tingkatan dan

    melibatkan masyarakat setempat (Depkes RI, 2007).

    5. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

    Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) adalah keluarga yang

    seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang,

    mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap

    anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-

    langkahuntuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh

    anggota keluarganya.

    Untuk mencapai Kadarzi diperlukan serangkaian kegiatan

    pemberdayaan di berbagai tingkat mulai dari keluarga,

    masyarakat dan petugas yang diarahkan untuk meningkatkan

    kepedulian terhadap perbaikan gizi masyarakat melalui Gerakan

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    48/66

    Nasional.Tahap awal strategi pemberdayaan kadarzi dimulai

    dari melibatkan secara aktif keluarga dalam pemetaan kadarzi

    untuk identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga.Dan

    identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga.Hasil pemetaan

    dibahas bersama masyarakat untuk merencanakan tindak

    lanjut. Apabila masalah tersebut bisa diselesaikan langsung

    oleh keluarga maka perlu dilakukan pembinaan, akan tetapi

    apabila ditemui masalah kesehatan dan masalah lain maka

    perlu dirujuk ke petugas kesehatan dan petugas sektor lain.

    Strategi yang dilakukan dalam mewujudkan Kadarzi

    adalah:

    a. Pemberdayaan keluarga dengan menitikberatkan pada

    peningkatanpengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang,

    misalnya melaluipengembangan konseling dan KIE sesuai

    kebutuhan setempat

    b. Melakukan advokasi dan mobilisasi para pengambil

    keputusan, pejabat pemerintah di berbagai tingkat

    administrasi, penyandang dana dan pengusaha dengan

    tujuan meningkatkan kepedulian atau komitmen terhadap

    masalah gizi ditingkat keluarga

    c. Mengembangkan jaring kemitraan dengan berbagai

    perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat,

    tokoh agama, media massa, kelompok profesi lainnya untuk

    mendukung tercapainya tujuan Kadarzi

    d. Menerapkan berbagai teknik pendekatan pemberdayaan

    petugas ditujukan untuk mempercepat perubahan perilaku

    dalam mewujudkan kadarzi(Hardinsyah, 2006).

    6. Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan dan kesiapsiagaan

    bencana

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    49/66

    Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat

    dalam kesiapsiagaan menghadapi situasi kedaruratan

    (bencana, situasi khusus, dan lain-lain).

    Masyarakat sudah dipersiapkan apabila terjadi situasi

    darurat maka :

    a. Mereka tahu harus berbuat apa

    b. Mereka tahu tempat untuk mencari maupun memberi

    informasi kemana.

    c. Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala alam pada

    lingkungan setempat mampu mengenali tanda akan

    timbulnya bencana dan selanjutnya melakukan kegiatan

    tanggap darurat sebagaimana pernah dilatihkan untuk

    menghindari /mengurangi jatuhnya korban.

    d. Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal

    dari sumber yang bisa dipercaya, misalnya dari perangkat

    desa (yang memperolehnya dari kecamatan),berita resmi di

    TVRI , RRI atau telepon dari Pemerintah Daerah Kabupaten

    / Kota.Penyebaran informasi mengikuti tata cara setempat,

    misalnya menggunakan titir/kentongan, pengeras suara dari

    musholla atau dari mulut ke mulut (Depkes RI, 2007).

    7. Pengelolaan Obat

    Kegiatan di atas memerlukan dana yang besar sehingga

    untuk pengadaan seluruh kebutuhan sarana dan prasana diatas

    menjadi tanggung jawab pemerintahbekerjasama dengan

    lembaga donor, LSM dan peminat masalah kesehatan.

    Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu

    negara diarahkan kepada beberapa hal pokok yakni;

    kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas,

    reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of

    pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    50/66

    mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses

    pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber

    daya (resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan

    dapat diterima pengguna jasa (Kasni, 2009).

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    51/66

    BAB III

    Kesimpulan

    3.1 Kesimpulan

    Kesehatan pedesaan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan

    sosial yang terbebas dari suatu penyakit pada individu sehingga

    seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal khususnya di

    daerah pedesaan. Pedesaan sendiri memilik beberapa karakteristik

    yang di rumuskan dan dikaitkan dengan karakteristik kota. Hal ini

    menyebabkan karakteristik antara desa dan kota cenderung bersifat

    kontras satu sama lain. Jumlah dari populasi di pedesaan saat ini

    mencapai 7 trillyun. Beberapa alas an terjadinya banyaknya populasi

    masyarakat di pedesaan salah satunya disebabkan oleh kurang

    adanya pengetahuan terhadap program keluarga berencana. Sesuai

    dengan SK Menkes No.564 tahun 2006 tentang Pedoman

    Pelaksanaan Desa Siaga, yang dimaksud Desa Siaga adalah: Desa

    yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan

    serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

    kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara

    mandiri.

  • 7/26/2019 Kelompok 3 Konsep Kesehatan Pedesaan

    52/66

    Daftar Pustaka

    Abdullah, Oekan. S. 2002. Tanggung Jawab Sosial Masyarakat Ilmiah

    Dalam Menata Lingkungan Masa Depan, Upaya Meniti

    Pembangunan Berkelanjutan, Bandung: Program Pascasarjana

    Universitas Padjadjaran.

    Adisasmita, Rahardjo, 2006. Membangun Desa Partisipatif. Makassar:

    Graha Ilmu.

    Christian, W., Gomes, V.F. Rabna, P., Gustafson, P., Aaby, P., Lisse, I.M,Andersen, P.L., Glerup, H. & Sodemann, M. 2009. Vitamin D as

    Supplementary Treatment for Tuberculosis. American Journal of

    Respiratory and CriticalCare Medicine, 179(9): 843-850.

    Depkes RI. 2009. Rencana Strategi Departemen Kesehatan 2005-2009

    J.Cohen,Bruce.1983.Sosiologi Pedesaan.Suatu Pengantar.Rajawali

    Pers.Jakarta

    Lundy , KS., Jane, Sharyn . 2001. community health nursing caring for

    the publics health .jones and Bartlett publisher .

    Murdiyanto, Eko. 2008. Sosiologi Perdesaan : Pengantar untuk

    Memahami Masyarakat Desa.Edisi I.Wiyama Press UPN Veteran :

    Yogyakarta

    Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo,. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu

    Kesehatan Masyarakat.Cet. ke-2, Mei.Jakarta : Rineka Cipta.

    Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan

    Masyarakat.Cet. ke-2, Mei.Jaka