Kelompok 1 (B) Reaktivitas Ti Dan V
-
Upload
fakoenatcha -
Category
Documents
-
view
381 -
download
10
Transcript of Kelompok 1 (B) Reaktivitas Ti Dan V
Makalah Kimia UnsurReaktivitas Unsur Transisi Deret Pertama (Ti dan V)
Disusun oleh:Kelompok 1
1. Fikka Kartika 08109200342. Iin sundariani 08109200363. Ike Oktaviana 08109200384. Irma Citra R. 0810920044
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas BrawijayaMalang
2011
BAB IPENDAHULUAN
Unsur-unsur transisi secara keseluruhan merupakan logam, dan merupakan konduktor listrik dan konduktor panas yang baik. Logam transisi ini memberikan warna dan bersifat paramagnetik pada banyak seyawa karena kulit mereka yang terisi sebagian (Cotton and Wilkinson, 1986).
Logam transisi mempunyai sifat tertentu yang sudah dikenal, di antaranya adalah logam ini keras, kuat, mengkilap, dan ditempa, dan dapat ditarik. Logam transisi mampu menghantarkan panas dan listrik, mempunyai titik leleh, titik didih, dan kerapatan yang tinggi. Logam transisi dapat membentuk ion kompleks yang berwarna dalam larutan. Logam-logam ini juga mempunyai muatan lebih dari satu, misalnya Fe2+ dan Fe3+. Logam transisi mempunyai banyak kegunaan (Trisnamiati, 1986).
- Beberapa sifat logam transisi secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut :Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu
Titik Leleh 0C 1668 1890 1875 1244 1537 1493 1453 1083Sifat Keras,
tahan korosi
Keras, tahan korosi
Rapuh, tahan korosi
Putih, rapuh reaktip
Mengilap reaktip
Keras, tahan korosi
Sangat tahan
Lunak mudah ditempa
Berat jenis g cm-3 4,51 6,11 7,19 7,18 7,87 8,90 8,91 8,94E0 volt -1,19 -0,91 -1,18 -0,44 -0,28 -0,24 +0,34Kelarutan dalam asam
HCl panas,
HF
HNO3, HF,
H2SO4(p)
HCl encer, H2SO4
HCl encer H2SO4
HCl encer H2SO4
HCl encer
HCl encer H2SO4
HNO3
H2SO4
Makalah ini akan menjelaskan khususnya mengenai Titanium dan Vanadium. Titanium memiliki 4 (empat) elektron valensi 3d2 4s2. Tingkat oksidasi dari titanium -1, 0, 2, 3, dan 4. Tingkat oksidasi 4 yang paling stabil, untuk tingkat oksidasi rendah akan teroksidasi oleh : udara, air atau pereaksi-pereaksi yang lainnya. Beberapa contoh tingkat oksidasi dan stereokimia dari unsur titanium.
Biloks Bilangan Koordinasi
Struktur Geometri Contoh
Ti-1 6 Oktahedral Tibipy3-
Ti0 6 Oktahedral Tibipy3, Ti(CO)6
Ti2+ 4 Tetrahedral (-C5H5)2Ti(CO)2
Ti3+ 3 Planar Ti(N(SiMe3)2)3
5 Trigonal Bipiramid (TBP)
TiBr3(NMe3)2
Ti4+ 4 Tetrahedral TiCl4
5 Tetrahedral K2Ti2O5
6 Oktahedral TiF62-
Vanadium bilangan oksidasi maksimum (V) sedikit memiliki kemiripan sifat dengan unsur-unsur golongan pospor. Beberapa spesies kationik yang dikenal dengan baik antara lain
: [V(II)(H2O)6]2+, [V(III)(H2O)6]3+, V(IV)O22+
(aq), V(V)O2+
(aq). Beberapa contoh tingkat oksidasi dan stereokimia dari unsur vanadium dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Biloks Bilangan Koordinasi
Struktur Geometri Contoh
V-1 6 Oktahedral V(CO)6-, Li(V(bipy)3).4C4H8O
V0 6 Oktahedral V(CO)6, V(bipy)3
V1 6 Oktahedral [V(bipy)3]+
V2+ 6 Oktahedral [V(H2O)6]2+, [V(CN)6]4+
V3+
6 Oktahedral [V(NH3)6]3+
5 Trigonal Bipiramid (TBP) VCl3(NMe3)2
4 Tetrahedral [VCl4]-
3 Planar V(N(SiMe3)2)3
V4+
6 Oktahedral VO2(rutile), K2VCl6
5 Tetragonal Piramidal (TP) PCl4+, VCl5
-
4 Tetrahedral VCl4
V5+6 Oktahedral VF6
-, V2O5
5 Trigonal Bipiramid (TBP) VF5
4 Tetrahedral VOCl3
BAB IIPEMBAHASAN
1. Apa saja reaksi yang bisa terjadi pada Titanium (Ti) dan Vanadium (V)?
Jawab:
Pada Titanium bisa terjadi beberapa reaksi, yaitu (Anonymous1, 2011):
Reaksi dengan air
Titanium akan bereaksi dengan air membentuk Titanium dioksida dan Hidrogen.
Ti(s) + 2H2O(g) → TiO2(s) + 2H2(g)
Reaksi dengan udara
Ketika Titanium dibakar di udara, akan dihasilkan Titaniun dioksida dengan nyala
putih yang terang dan ketika dibakar dengan Nitrogen murni akan dihasilkan
Titanium Nitrida.
Ti(s) + O2(g) → TiO2(s)
2Ti(s) + N2(g) →TiN(s)
Reaksi dengan halogen
Reaksi Titanium dengan Halogen menghasilkan Titanium Halida. Reaksi dengan
Fluor berlangsung pada suhu 200C.
Ti(s) + 2F2(s) → TiF4(s)
Ti(s) + 2Cl2(g) → TiCl4(s)
Ti(s) + 2Br2(l) → TiBr4(s)
Ti(s) + 2I2(s) → TiI4(s)
Reaksi dengan asam
Logam Titanium tidak bereaksi dengan asam mineral pada temperatur normal tetapi
dengan asam hidrofluorik yang panas membentuk kompleks anion (TiF6)3-.
2Ti(s) + 2HF(aq) → 2(TiF6)3-(aq) + 3H2(g) + 6H+(aq)
Reaksi dengan basa
Titanium tidak bereaksi dengan alkali pada temperatur normal, tetapi pada keadaan
panas.
Vanadium dapat membentuk senyawaan biner, antara lain (Anonymous2, 2011):
Halida, halida dengan tingkat oksidasi +5 VF5 (merupakan cairan tak berwarna (titik
leleh 48C)
VCl4 diperoleh dengan mereaksikan logam vanadium dengan gas klor (Cl2), pada
kondisi penyimpanan dapat kehilangan Cl
VCl4 (Merah) → VCl3 (ungu) → VCl2 (hijau pucat)
Vanadium Oksida (V2O5) diperoleh melalui penambahan H2SO4 encer dalam larutan
amonium vanadat.
2NH4VO3 → V2O5 + 2 NH3 + H2O
Vanadat dibuat dengan melarutkan vanadium pentoksida pada larutan NaOH
V2O5 + NaOH→ VO43- + Na+
Vanadium oxo halida :
Contoh : VOX3 (X = F, Cl, Br), VO2F, VO2Cl, VOF3, dibuat dengan mereaksikan
antara V2O5 dengan F2 pada temperatur tertentu.
Ion dioksovanadium dan vanadium kompleks.
Dibuat melalui pengasaman ion vanadat
VO43- + H+ → VO2+ + (VO2(H2O)4]+
2. Mengapa oxovanadium(IV) atau senyawa vanadil merupakan jenis dari
vanadium yang paling stabil dan penting?
Jawab:
Oksovanadium (IV) atau senyawa vanadil merupakan jenis vanadium yang
paling stabil dan penting, dan unit VO kuat/tahan dengan berbagai reaksi kimia.
Larutan V3+ dioksidasi di udara, ketika VV siap direduksi oleh agen reduksi ringan
menjadi bentuk ion oksovanadium(IV) [VO(H2O)5]2+ :
VO2+ + 2H+ + e- V3+ + H2O E0 = 0.34 V
VO2+ + 2H+ + e- VO2+ + H2O E0 = 1.0 V
Penambahan basa pada [VO(H2O)5]2+ menghasilkan oksida hidrat VO(OH)2, yang
kembali larut dalam asam menghasilkan kation. Senyawa(IV) biasanya berwarna biru
kehijauan. Terdiri dari pyramidal segiempat koordinat lima atau koordinat enam
dengan bentuk octahedron. Contohnya adalah [VO(bipy)2Cl]+, [VO(NCS)4]2-, dsb.
Ikatan VO pendek (1.56-1.59 Å), sehingga ikatan VO dapat dilihat bergagai bentuk,
komponen π timbul dari aliran electron O ( pπ) (dπ). Sama halnya dengan VO2,
yang memiliki struktur rutile distorsi, satu ikatan (1.76 Å) nyata tampak lebih pendek
daripada yang lain dalam unit VO6 ( perlu diketahui bahwa pada TiO2, semua ikatan
Ti – O secara nyata sama). Semua kompleks koordinat lima seperti terlihat pada
gambar mengikat ligan menjadi bentuk octahedral, sehingga dengan struktur seperti
demikian membuatnya stabil (Cotton et al, 1987).
3. Mengapa Ti(H2O)63+ berwarna ungu?
Jawab:
Teori medan Kristal dapat menjelaskan tentang pembentukan senyawa
kompleks, sifat magnetik dan perubahannya karena pengaruh temperatur serta
kestabilan dari senyawa kompleks. Salah satu sifat yang dapat dijelaskan dengan teori
medan kristal atau crystal field theory adalah pengaruh medan ligan pada warna
(Anonymous3, 2009).
Kompleks octahedral memiliki enam ligan yang mengelilingi atom pusat,
dimana masing-masing ligan memiliki muatan negatif. Sebagai contoh, [Ti(OH2)6]3+,
kompleks memiliki muatan 3+ karena H2O dalam keadaan netral (tidak memilki
muatan) dan Ti mamiliki bilangan oksidasi +III. Saat ion logam membentuk
kompleks seperti [Ti(OH2)6]3+, orbital d mengalami split (Crittenden, 2003):
Ini adalah orbital d1 oktahedral, orbital ini memiliki 2 split dengan dz2 dan dx2-y2 berjarak
3/5 Dokt ke atas dan dzx dxy dan dzy berjarak 2/5 Dokt ke bawah.
[Ti(OH2)6]3+ yang memiliki orbital d1, elektronnya menempati orbital t2g yang
dihasilkan oleh split medan ligan oktahedral. Kompleksnya berwarna ungu akibat dari
absorpsi pada daerah 500 nm (20300 cm-1) yang berhubungan dengan promosi elektron d
ke orbital eg (Anonymous4, 2009).
Proses eksitasi pada orbital d (dari t2g ke eg) memerlukan energi dengan panjang
gelombang 5000 Å (Bahar, 2010). Panjang gelombang 5000 Å atau 500 nm memberikan
serapan pada warna hijau. Warna komplementer dari hijau adalah ungu sehingga warna
yang tampak oleh mata kita adalah ungu.
4. Titanium dapat membentuk senyawa kompleks, salah satu diantaranya
membentuk garam okso yaitu TiSO4.H2O. Bagaimana perbedaan struktur
kristal dari senyawa TiSO4.H2O dengan bentuk anhidratnya (TiSO4)?
Jawab:
Jarak interatomik relevan pada struktur kristal TiSO4 dan TiSO4.H2O digambarkan
pada tabel 1 (Ahmed et al, 1996).
Tabel 1. Jarak interatomik (dalam pm) untuk struktur kristal TiSO4 dan TiSO4.H2O
(Ahmed et al, 1996).
Sedangkan proyeksi dan perspektif struktur ditunjukkan pada gambar 1.
Banyaknya rantai zigzag ...—Ti – O – .... yang merupakan bentuk tersendiri dari
kedua struktur, membentuk secara horisontal pada proyeksi. Jarak antar rantai Ti – O
memiliki panjang yang hampi sama, 179 pm untuk TiSO4 dan 182 pm untuk
TiSO4.H2O. Jarak ini sebenarnya sangat pendek dibandingkan dengan nilai normal
dari ikatan Ti – O yaitu sekitar 195 pm. Struktur ini terdiri dari gugus SO 4 tetrahedral
dengan jarak S – O 144 – 150 pm pada TiSO4 dan 148-150 pm pada TiSO4.H2O.
Pada TiSO4 atom oksigen dari SO4 dihubungkan ke empat atom titanium berbeda
pada jarak 188-201 pm. Pada TiSO4.H2O ini hanya 3 dari 4 oksigen dari SO4 yang
berikatan dengan atom titanium pada jarak 198-203 pm. Atom oksigen keempat dari
gugus SO4 langsung terhubung dengan terusan terbuka dimana molekul air ditemukan
(gambar 1). Pada terusan ini, jarak keenam oksigen-oksigen antara oksigen dari
molekul air dan oksigen disekitarnya berkisar 270-290 pm, yang mana merupakan
tipe untuk ikatan hydrogen O --- H – O pada hidrat (Ahmed et al, 1996).
Gambar 1. Struktur kristal TiSO4 dan TiSO4.H2O proyeksi dan perspektif
(Ahmed et al, 1996).
Detail struktur pada gambar 1cenderung mengaburkan perbedaan antara TiSO4
dan TiSO4.H2O. Karena itu representasi proyektif yang lebih sederhana dan ideal
ditunjukkan pada gambar 2, yang segera focus pada perbedaan susunan dari rantai
...—Ti – O – . Pada TiSO4 rantai tersebut berbentuk parallel, sedangkan terdapat
hubungan oleh bayangan cermin pada TiSO4.H2O. Perbedaan cara gugus SO4 dan
rantai ...—Ti – O –... berhubungan merupakan hasil susunan rantai yang berbeda dan
bergabungnya kristalair dari TiSO4.H2O (Ahmed et al, 1996).
Gambar 2. Representasi proyektif yang lebih sederhana dan ideal dari struktur TiSO4 dan
TiSO4.H2O (Ahmed et al, 1996).
5. Bagaimana peran Titanium dan Vanadium sebagai katalis?
Jawab:
Logam transisi dan persenyawaannya merupakan katalis yang baik. Logam
transisi dan senyawa-senyawanya dapat berfungsi sebagai katalis karena memiliki
kemampuan mengubah tingkat oksidasi atau, pada kasus logam dapat mengadsorp
substansi yang lain pada permukaan logam dan mengaktivasi substansi tersebut selama
proses berlangsung.
Senyawa dari unsur Vanadium dapat digunakan sebagai katalis dalam suatu
reaksi. Vanadium (V) oksida adalah sebuah katalis dalam proses Kontak untuk
memproduksi asam sulfat.
Reaksi keseluruhan
Selama berlangsungnya proses kontak untuk membuat asam sulfat, belerang
dioksida diubah menjadi belerang trioksida. Hal ini dilakukan dengan cara
melewatkan belerang dioksida dan oksigen diatas padatan katalis vanadium(V)
oksida.
Bagaimana jalannya reaksi
Hal ini merupakan contoh yang baik untuk melihat kemampuan logam transisi
dan persenyawaannya untuk digunakan sebagai katalis karena kemampuan yang
dimiliki oleh logam transisi dan persenyawaannya untuk mengubah tingkat
oksidasinya (bilangan oksidasi).
Belerang dioksida di oksidasi menjadi belerang trioksida dengan vanadium(V)
oksida. Pada saat proses berlangsung, vanadium(V) oksida di reduksi menjadi
vanadium(IV) oksida.
Vanadium(IV) dioksida kemudian di oksidasi kembali oleh oksigen.
Meskipun katalis berubah-ubah selama proses reaksi berlangsung, pada akhir
proses reaksi sifat kimia dari katalis tersebut sama dengan pada awal proses reaksi.
Katalis Zigler-Natta
Senyawa dari unsur Titanium dapat digunakan sebagai katalis dalam suatu
reaksi. Titanium Tetraklorida adalah sebuah katalis dalam proses pembentukan
polietena. Larutan TiCl4 dan AlEt3 dalam pelarut hidrokarbon bereaksi secara
eksotermis untuk membentuk suatu padatan berwarna coklat. Katalis ini penting
untuk polimerisasi etena (etilena) untuk membentuk polietena yang bersifat
stereoregular, yaitu polimer yang molekul-molekulnya mempunyai orentasi yang
sama. Dimana polimer yang dihasilkan dengan menggunakan katalis ini mempunyai
titik leleh yang lebih tinggi dan lebih kuat dari pada polimer yang bersifat ataktik.
Spesi aktif dari katalis ini adalah Ti(III) dan AlEt3 dapat mereduksi TiCl4 menjadi
TiCl3. Kemudian salah satu dari atom Cl diganti oleh gugus etil. Mekanismenya
adalah ikatan rangkap dalam etena terikat pada tempat yang kosong pada atom Ti
pada permukaan katalis. Kemudian reaksi pergeseran karbon terjadi dan juga migrasi
etena dimana etena masuk/diinsersikan diantara Ti dan C dalam ikatan Ti-Et.
Perpanjangan dari rantai C dari 2 menjadi 4 atom, meninggalkan tempat kosong dari
Ti. Proses ini diulangi sampai terbentuk rantai C yang panjang.
Polimerisasi etena berlangsung dengan temperatur dan tekanan tinggi. Dengan
menggunakan katalis Zigler-Natta polimerisasi dapat dilakukan pada kondisi
temperatur ruang-930C dan pada tekanan atmosfir-100atm.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, M. A. K., Fjellvag, H., and Kjekshus, A., 1996, SYNTHESES AND CRYSTAL
STRUCTURES OF TITANIUM OXIDE SULFATES, Department of Chemistry,
University of Oslo, Norway
Anonymous1, 2011, TITANIUM, http://www.bilangapa.co.cc/2011/02/titanium-dan-paduannya_09.html, diakses tanggal 05 Mei 2011
Anonymous2, 2011, UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE PERTAMA (Ti,V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni dan Cu), , diakses tanggal 05 Mei 2011
Anonymous3, 2009, MAKALAH TEORI MEDAN KRISTAL, http://gokilgoblin.blogspot.com/2009_02_01_archive.html, diakses tanggal 05 Mei 2011
Anonymous4, 2009, SPEKTRA, DIAGRAM TANABE-SUGANO DAN DERET SPEKTROKIMIA, http://anakx2.multiply.com/journal/item/536, diakses tanggal 05 Mei 2011
Bahar, Setyadi Laksono, 2010, TEORI MEDAN KTRISTAL, http://chemistry-its.blogspot.com/2010/12/teori-medan-kristal.html, diakses tanggal 06 Mei 2011
Clark, Jim, 2008, SIFAT-SIFAT UNSUR GOLONGAN TRANSISI,
http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/logam_transisi/vanadium-
anorganik/ diakses tanggal 3 Mei 2011
Cotton, F.A and Wilkinson, G., 1986, BASIC INORGANIC CHEMISTRY, John Willey and
Son, New York
Crittenden, Timothy, 2003, SPLITTING IN THE d-ORBITAL, http://www.chem.shef.ac.uk/chm 131-2002/cha02tdc/cft.html , diakses tanggal 05 Mei 2011
Lee, J.D., 1991, CONCICE INORGANIC CHEMISTRY, Chapman and Hall, London
Trisnamiarti, A., 1986, Kamus KIMIA BERGAMBAR, Penerbit Erlangga, Jakarta