TI 462009007 BAB II...Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan...

24
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok (Rahman, 2000). Sedangkan interaksi sosial menurut Gunarsa (2008) adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu, dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu lainnya atau sebaliknya. Dengan demikian interaksi sosial yang dimaksud adalah merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antar individu, antar individu dengan kelompok, maupun antar kelompok yang satu dengan kelompok lain yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu lainnya atau sebaliknya di dalam masyarakat yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam masyarakat ataupun proses sosial. 2.1.2 Aspek-aspek interaksi sosial Menurut Soekanto (2006) menjelaskan bahwa interaksi sosial memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

Transcript of TI 462009007 BAB II...Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksi Sosial

2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis

menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok

maupun antara individu dengan kelompok (Rahman, 2000).

Sedangkan interaksi sosial menurut Gunarsa (2008) adalah

suatu hubungan antara dua atau lebih individu, dimana

perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau

memperbaiki perilaku individu lainnya atau sebaliknya.

Dengan demikian interaksi sosial yang dimaksud adalah

merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang

menyangkut hubungan antar individu, antar individu dengan

kelompok, maupun antar kelompok yang satu dengan

kelompok lain yang saling mempengaruhi, mengubah atau

memperbaiki perilaku individu lainnya atau sebaliknya di

dalam masyarakat yang mengakibatkan terjadinya

perubahan dalam masyarakat ataupun proses sosial.

2.1.2 Aspek-aspek interaksi sosial

Menurut Soekanto (2006) menjelaskan bahwa interaksi

sosial memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

12

2.1.2.1 Kontak sosial

Kontak sosial adalah terjadinya hubungan sosial antara

individu yang satu dengan individu yang lain dan kontak

yang terjadi tidak hanya secara fisik namun juga secara

simbolik seperti senyuman dan berjabat tangan.

2.1.2.2 Komunikasi

Komunikasi adalah suatu cara untuk menyampaikan

pendapat, informasi, ide, perasaan kepada sesamanya

secara timbal balik sebagai penyampai atau komunikator

maupun sebagai penerima atau komunikan. Tujuan

utamanya adalah menciptakan pengertian bersama

dengan maksud untuk mengubah pikiran, perilaku dan

sikap sosial yang menuju ke arah yang lebih positif

(Soekanto, 2006).

2.1.2.3 Identitas kelompok

Identitas kelompok adalah bagaimana individu

mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dan

kemudian menghadapi kelompok lain yang dianggap

sebagai lawan. Keadaan ini dilakukan untuk

mempertahankan identitas serta keutuhan kelompok di

lingkungannya.

13

2.1.2.4 Imitasi

Imitasi adalah seberapa besar individu meniru

pandangan-pandangan dan pikiran-pikiran terhadap

individu lain disekitarnya.

2.1.2.5 Simpati

Simpati diartikan sebagai perasaan tertariknya individu

yang satu terhadap individu yang lain. Simpati timbul

tidak berdasarkan logis rasional melainkan berdasarkan

penilaian perasaan dan dorongan utamanya adalah

ingin mengerti dan ingin kerjasama dengan individu lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

aspek-aspek interaksi sosial adalah kontak sosial,

komunikasi, identitas kelompok, imitasi dan simpati.

2.1.3 Bentuk-bentuk interaksi sosial

Menurut Gerungan (2010) bentuk-bentuk interaksi sosial

dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan

(competition), dan bahkan berbentuk pertentangan atau

pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan

suatu penyelesaian. Penyelesaian itu mungkin hanya akan

diterima sementara waktu akomodasi (accomodation).

Keempat bentuk pokok interaksi sosial tersebut tidak perlu

menjadi suatu kontinuitas, dapat berarti bahwa interaksi itu

dimulai dengan kerjasama yang kemudian menjadi

14

persaingan serta memuncak menjadi pertikaian dan

akhirnya sampai pada akomodasi (Gerungan, 2010)

Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut (Soekanto, 2006)

2.1.3.1 Kerjasama (cooperation)

Kerjasama adalah salah satu bentuk interaksi sosial

yang utama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama

antara orang per orang atau kelompok manusia untuk

mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

Timbulnya kerjasama karena kesadaran adanya

kepentingan bersama.

2.1.3.2 Persaingan (competition)

Persaingan (competition) adalah suatu proses sosial

dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing

mencari keuntungan melalui bidang kehidupan. Tipe

persaingan adalah bersifat pribadi (rivalry) atau bersifat

tidak pribadi.

2.1.3.3 Pertentangan atau Pertikaian (conflict)

Pertentangan atau pertikaian (conflict) adalah suatu

proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha

untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang

pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau

kekerasan.

15

2.1.3.4 Akomodasi atau penyesuaian diri (accommodation)

Akomodasi berarti adanya suatu keseimbangan dalam

interaksi antara orang perorangan atau kelompok

manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai

sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akomodasi

sebagai suatu proses yang merujuk pada usaha-usaha

manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu

usaha-usaha untuk mencapai suatu kestabilan. Secara

umum, akomodasi adalah suatu cara menyelesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan

sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

2.2 Pengertian Kelompok

2.2.1 Kelompok

Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi

satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang

jumlahnya tidak terlalu banyak (Stuart dan Laria, 2001).

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki

hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan

mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok

mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus

ditangani sesuai dengan keadaannya. Seperti agresif,

takut, kebencian, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan,

dan menarik (Stuart dan Laria, 2001 : 98).

16

Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya

berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku

yang destruktif dan maladaptif. Fungsi kelompok sebagai

tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu

sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan

masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat

mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang

baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif.

Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai

eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.

2.2.2 Menurut Stuart & Lairia, 2001 : 107, kelompok terdiri

dari 8 aspek, sebagai berikut:

a. Struktur Kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan,

komunikasi, proses pengambilan keputusan, dan

hubungan otoritas dalam kelompok, berfungsi menjaga

stabilitas dan membantu mengatur pola perilaku dan

interaksi. Struktur kelompok diatur dengan adanya

pimpinan dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh

pemimpin, namun keputusan diambil bersama.

b. Besar Kelompok

Disini menjelaskan kelompok yang nyaman

dalam kelompok kecil adalah 7-10 orang. Jika jumlah

17

anggota kelompok terlalu besar akan mengakibatkan

tidak semua anggota mendapat kesempatan untuk

mengungkapkan perasaan dan pendapat. Dan jika

terlalu kecil, tidak cukup untuk pengelompokan

informasi dan interaksi.

c. Lama Sesi

Menjelaskan waktu yang optimal untuk 1 sesi

adalah 24-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah

dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi.

Dimulai dengan orientasi, kemudian tahap kerja, dan

diakhiri dengan terminasi. Banyaknya sesi direncanakan

sesuai dengan kebutuhan.

d. Komunikasi

Pemimpin kelompok mengobservasi pola

komunikasi dalam kelompok menggunakan umpan balik

untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok

terhadap dinamika yang terjadi. Elemen penting dalam

observasi komunikasi verbal dan non verbal yaitu

komunikasi tiap anggota kelompok, desain tempat

duduk, tema umum yang ditampilkan, intensitas

komunikasi dan orang yang dituju selama komunikasi,

kemampuan anggota kelompok sebagai pandangan

18

terhadap kelompok dan proses penyelesaian masalah

yang terjadi.

e. Peran kelompok

Peran kelompok diantaranya pemimpin perlu

mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada

tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan

anggota kelompok dalam kerja kelompok, menurut

(Stuart & Lairia, 2001) maintenance roles, yaitu peran

serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok.

Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas dan

masalah. Individual roles adalah self – centered dan

distraksi pada kelompok.

f. Kekuatan Kelompok

Kekuatan dalam kelompok adalah kemampuan

anggota kelompok dalam mempengaruhi kegiatan

kelompok, dan untuk menetapkan kekuatan anggota

kelompok diperlukan kemampuan siapa yang paling

banyak mendengar dan siapa yang membuat

keputusan.

g. Norma Kelompok

Norma dalam kelompok adalah panduan

perilaku yang ada dalam kelompok. Pemahaman

tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui

19

dampak terhadap komunikasi, interaksi dalam kelompok

dan lingkungan.

h. Kekohesifan

Maksud dari kekohesifan adalah kekuatan

anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai

tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk

tetap betah tinggal dalam kelompok, perlu diindentifikasi

agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.

2.2.3 Perkembangan Kelompok menurut Stuart & Lairia,

2001:

2.2.3.1 Fase pra kelompok

Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai

kelompok adalah tujuan dari kelompok. Pencapaian tujuan

sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan dan pelaksanaan

kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.

2.2.3.2 Fase awal Kelompok

Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya

kelompok baru, dan peran yang baru.

20

1. Tahap Orientasi

Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing –

masing dan leader mulai menunjukkan rancangan terapi

dan melakukan kontrak dengan anggota.

2. Tahap Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota

mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam

kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan

saling ketergantungan yang akan terjadi.

3. Tahap Kohesif

Anggota mulai bekerjasama mengatasi masalah,

anggota mulai menemukan siapa dirinya.

2.2.3.3 Fase Kerja Kelompok

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Peran

positif dan negatif dikoreksi dengan hubungan saling

percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai

tujuan yang disepakati, kecemasan menurun, kelompok

lebih stabil dan realistik, mengekspresikan lebih jauh sesuai

dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian

masalah.

21

2.2.3.4 Fase Terminasi

Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir.

Terminasi dapat pula terjadi karena anggota kelompok atau

pemimpin kelompok keluar dari kelompok.

2.2.4 Faktor-faktor pembentuk kelompok

a. Kedekatan

Kelompok tersusun dari individu-individu yang saling

berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antar individu,

semakin ada kemungkinan mereka saling melihat,

berbicara, dan bersosialisasi. Kedekatan fisik meningkatkan

kemungkinan interaksi yang memungkinkan terbentuknya

kelompok sosial.

b. Kesamaan

Manusia cenderung lebih suka berhubungan dengan

orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan

yang dimaksud diantaranya kesamaan kepercayaan, nilai,

usia. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam

memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial

yang disebut keluarga.

22

c. Pembentukan norma kelompok

Pembentukan kelompok sangat dipengaruhi oleh

norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Karena

setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku

yang pantas untuk dilakukan para anggotanya.

d. Waktu dan zaman

Kelompok tidak terbentuk dengan sendirinya, namun

ada proses di dalamnya dan mengalami perubahan dari

waktu ke waktu sehingga terbentuklah kelompok yang utuh,

terbentuknya suatu kelompok membutuhkan waktu yang

lama.

e. Sebab dan tujuan

Kelompok juga tidak terbentuk tanpa adanya tujuan

tertentu, sehingga tujuan dari kelompok itu menjadi dasar

terbentuknya kelompok tersebut.

f. Sifat dari anggota kelompok

Kesamaan sifat dari anggota kelompok salah satu

faktor yang dapat membentuk kelompok. Kelompok

terbentuk dari banyak individu yang mencari kesamaan

sifat, sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi

dengan baik dengan orang yang memiliki kesamaan dengan

dirinya.

23

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok

(Keliat dan Akemat, 2012) mengatakan Terapi aktivitas

kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat

kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai

terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.

Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling

bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium

tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk

memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Stuart and

Sundeen (2006) menambahkan bahwa terapi aktivitas

kelompok dilakukan untuk meningkatkan kematangan

emosional dan psikologis pada klien yang mengidap gangguan

jiwa pada waktu yang lama. Terapi aktivitas kelompok dapat

menstimulasi interaksi diantara anggota yang berfokus pada

tujuan kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok yaitu suatu

kegiatan yang diberikan kepada suatu kelompok pasien dengan

tujuan memberikan fungsi terapi bagi anggotanya (Stuart and

Sundeen, 2006). Secara khusus tujuannya adalah

meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara

konstruktif, meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal

atau sosial. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian

Asuhan Keperawatan untuk menyelesaikan masalah klien,

24

dengan terapi aktivitas kelompok klien mendapat bantuan

penyelesaian masalah melalui kelompoknya.

Menurut Keliat & Akemat, 2012, Terapi aktivitas

kelompok dibagi empat, yaitu:

a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi

Pada terapi ini pasien dilatih mempersepsikan

stimulus yang ada atau stimulus yang pernah dialami

sebelumnya. Kemampuan persepsi klien dievaluasi

dan ditingkatkan pada tiap sesi. Diharapkan respon

klien terhadap berbagai stimulus menjadi adaptif.

Stimulus yang disediakan seperti membaca buku,

menonton TV, stimulus dari masa lalu yang

menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif,

misal: kemarahan, pandangan negatif terhadap orang

lain, dan halusinasi.

b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris

Pada terapi ini aktivitas digunakan sebagai

stimulus pada sensoris pasien. Lalu dilakukan

observasi reaksi sensoris pasien terhadap stimulus

yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara

nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Aktivitas

yang dapat digunakan sebagai stimulus seperti :

musik, menari, menyanyi.

25

c. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita

Dalam terapi ini pasien diorientasikan pada

kenyataan yang ada di sekitar pasien, yaitu diri sendiri,

orang lain yang ada di sekitar pasien atau orang yang

dekat dengan pasien. Demikian juga dengan orientasi

waktu pada saat ini, masa lalu lalu, dan yang akan

datang.

d. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Pada terapi ini pasien dibantu untuk

bersosialisasi dengan individu yang ada disekitar

pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara

bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa.

Aktivitas dapat berupa latihan bersosialisasi dalam

kelompok. Dengan perawat ruangan sebagai terapis,

TAKS dimulai dari tahap orientasi seperti

memperkenalkan nama terapis lalu, memberitahukan

tujuan dari terapi dan kontrak waktu, lalu dilanjutkan

tahap kerja atau dilakukannya terapi dan diakhiri

dengan tahap terminasi atau penutup. TAKS terdapat

7 sesi dimana sesi pertama dilakukan dengan

mengajak pasien untuk memperkenalkan dirinya,

dilanjutkan sesi kedua dengan mengajak pasien untuk

berkenalan dengan teman-temannya, lalu sesi ketiga

26

mengajarkan pasien bercakap-cakap dengan teman-

temannya, sesi keempat mengajarkan pasien untuk

memilih topik pembicaraan, sesi kelima mengajarkan

pasien agar dapat menceritakan masalah pribadi

dengan teman, sesi keenam mengajarkan pasien agar

dapat berpartisipasi dalam permainan dalam

kelompok, dan sesi ketujuh mengajarkan pasien agar

dapat memberikan pendapat tentang kegiatan TAKS

yang telah dilakukan. Penilaian akhir dilakukan

berdasarkan antusias pasien, jika semakin sering aktif

pada tiap sesi maka nilai yang didapat semakin baik.

2.4 Harga Diri Rendah

2.4.1 Pengertian

Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan

dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu

tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan

orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi

dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam

dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas

dunia (Stuart and Gail, 2007). Harga diri rendah dapat

digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri

termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri

27

rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis

(kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat

diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart

& Sundeen, 2006)

2.4.2 Etiologi

Harga diri rendah biasanya terjadi karena kritik diri

sendiri dan orang lain yang menimbulkan penurunan

produktivitas yang berkepanjangan, yang dapat

menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang

lain dan dapat menimbulkan perasaan ketidakmampuan

dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah terhadap orang

lain, mudah sekali tersinggung atau marah yang berlebihan

terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang

tubuhnya sendiri. Karena itu dapat menimbulkan

ketegangan peran yang dirasakan kepada klien yang

mempunyai gangguan harga diri rendah. Harga diri rendah

juga selalu mempunyai pandangan hidup yang pesimis dan

selalu beranggapan mempunyai keluhan fisik, pandangan

hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan

yang dimiliki, dapat menimbulkan penarikan diri secara

sosial, yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada klien.

(Stuart & Gail, 2007)

28

2.4.2.1 Faktor Predisposisi (Yosep, 2011)

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri

meliputi penolakan orang tua, harapan

orang tua yang tidak realistis, sekolah,

ditolak, pekerjaan. Faktor yang

mempengaruhi performa peran adalah

stereotip peran gender, tuntutan peran

kerja, harapan peran budaya.

2. Faktor yang mempengaruhi identitas

pribadi meliputi ketidakpercayaan orang

tua, tekanan dari kelompok sebaya dan

perubahan struktur sosial.

2.4.2.2 Faktor Presipitasi

Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan

dengan frustasi yang dialami dalam peran/posisi,

halusinasi pendengaran dan penglihatan,

kebingungan tentang seksualitas diri sendiri,

kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain,

gangguan citra tubuh, mengalami dunia seperti

dalam mimpi (Yosep, 2011).

29

2.4.3 Tanda dan gejala harga diri rendah menurut

Yosep (2011)

1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri

2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau

menolak diri sendiri

3. Mengalami gejala fisik : tekanan darah tinggi.

4. Menunda keputusan

5. Sulit bergaul

6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa

puas

7. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga

8. Merusak diri : harga diri rendah yang menyokong

pasien untuk mengakhiri hidup

9. Merusak/melukai orang lain

10. Perasaan tidak mampu

11. Pandangan hidup yang pesimistis

12. Tidak menerima pujian

13. Penurunan produktivitas

14. Berpakaian tidak rapi

15. Tidak berani menatap lawan bicara

16. Lebih banyak menunduk

17. Bicara lambat dengan suara lemah

30

Gejala-gejala tersebut sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya pada pasien harga diri rendah berdasarkan

catatan medik di tiap ruangan.

2.4.4 Rentang respon

Respon harga diri rendah sepanjang sehat-sakit

berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif

sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi

yang lebih maladaptif. Kerancuan identitas merupakan

suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan

berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam

kepribadian psikososial yang harmonis. Depersonalisasi

ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing

dengan diri sendiri.

Rentang respon harga diri rendah ( Stuart & Gail, 2007 )

Respon maladaptif Respon adaptif

Kerancuan

identitas

Harga diri

rendah

Konsep

diri positif

Aktualisasi

diri

depersonalisasi

31

2.4.5 Mekanisme Koping Harga Diri Rendah

Mekanisme koping adalah segala usaha yang

diarahkan untuk menanggulangi stress. Usaha ini dapat

berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan

masalah langsung. Rasmun, (2001) mengungkapkan

macam-macam mekanisme koping tersebut adalah :

2.4.5.1 Pertahanan jangka pendek

1. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara

dari kritis, misalnya: bekerja keras, menyaksikan

acara televisi, dll.

2. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti

sementara, misalnya: mengikuti kegiatan sosial,

politik, agama, dll.

3. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan

perasaan diri, misalnya: berkompetisi dalam

pencapaian akademik.

4. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk

membuat masalah identitas menjadi kurang berarti

dalam kehidupan, misalnya: penyalahgunaan obat.

32

2.4.5.2. Pertahanan jangka panjang

1. Penutupan identitas yaitu adopsi identitas prematur yang

diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa

memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu.

2. Identitas negatif yaitu asumsi identitas yang tidak wajar

untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.

2.4.5.3. Mekanisme pertahanan ego

1. Fantasi;

2. Dissosiasi;

3. Isolasi;

4. Proyeksi;

5. Displacement; (pergeseran)

6. Marah atau amuk pada diri sendiri.

33

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual hubungan terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial pada pasien

harga diri rendah

Rentan gangguan jiwa

: harga diri rendah Kondisi kejiwaan terganggu

� Masalah

kehidupan

� Tekanan dari

banyak orang

� Stimulus

negatif dari

luar

Gejala : mengejek dan

mengkritik diri sendiri

(perilaku maladaptif)

Penurunan mekanisme koping

Pemberian terapi aktivitas

kelompok : sosialisasi

Peningkatan mekanisme koping :

pasien mampu menyebutkan

kelebihan yang dimiliki Perilaku adaptif

34

Berbagai macam masalah kehidupan, berbagai tekanan

mental merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan

manusia mengalami stress berkepanjangan yang berujung pada

gangguan mental psikiatri, salah satu gangguan tersebut adalah

harga diri rendah atau yang lebih dikenal orang banyak dengan

minder. Seseorang dengan harga diri rendah mengalami berbagai

gejala seperti sering mengejek dan mengkritik diri sendiri,

pandangan hidup yang selalu pesimis, sulit bergaul. Dengan kondisi

seperti itu pasien dengan harga diri rendah sangat rentan untuk

melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri maupun orang

lain. Karena hal itu peran perawat sangat diperlukan untuk

meningkatkan mekanisme koping pasien dan juga memberikan

terapi yang sesuai, diantaranya memberikan terapi aktivitas

kelompok sosialisasi, dengan tujuan pasien dengan harga diri

rendah dapat bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya.

2.6 Hipotesis penelitian

a. H0 = Tidak ada hubungan antara terapi aktivitas kelompok

sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga

diri rendah.

b. H1 = Ada hubungan antara terapi aktivitas kelompok

sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga

diri rendah.