HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MELIHAT IKLAN … · Cara individu memandang dirinya mempunyai ......

22
1 HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MELIHAT IKLAN KECANTIKAN DENGAN BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI Marshel Relipaletra Yulianti Dwi Astuti INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empirik hubungan antara intensitas melihat iklan kecantikan dengan body image pada remaja putri. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah semakin tinggi intensitas melihat iklan kecantikan maka semakin negatif body image pada remaja putri, demikian pula sebaliknya, semakin rendah intensitas melihat iklan kecantikan maka semakin positif body image pada remaja putri. Subjek dalam penelitian ini adalah pada remaja putri dengan rentang usia 16- 22 tahun bertempat di Larissa Skin Care & Hair Treatment Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan 2 skala sebagai alat ukur. Pertama, skala body image yang diadaptasi oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek body image dari Mc Kinley (Triana, 2005), terdiri dari 39 aitem dengan koefisien korelasi berkisar 0.2597-0.8730 dan koefisien reliabilitas alpha 0. 9519. Kedua, skala intensitas melihat iklan kecantikan berdasarkan aspek-aspek dari teori Kasali (Kurniawan, 2002), terdiri dari 36 aitem dengan koefisien korelasi berkisar antara 0.2913-0.8808 dan koefisien reliabilitas alpha 0.9540. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 11.0 for Windows. Hasilnya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara intensitas melihat iklan kecantikan dengan body image pada remaja putri, (p=0.000, p<0.01). Dimana semakin tinggi intensitas melihat iklan kecantikan maka semakin negatif body image pada remaja putri, dan sebaliknya semakin rendah intensitas melihat iklan kecantikan maka semakin positif body image pada remaja putri. Intensitas melihat iklan kecantikan memberikan sumbangan efektif sebesar 32.2% terhadap body image pada remaja putri, (r=0.32.2). Kata kunci: body image, intensitas melihat iklan kecantikan, remaja putri.

Transcript of HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MELIHAT IKLAN … · Cara individu memandang dirinya mempunyai ......

1

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MELIHAT IKLAN KECANTIKAN

DENGAN BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI

Marshel Relipaletra Yulianti Dwi Astuti

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empirik hubungan antara

intensitas melihat iklan kecantikan dengan body image pada remaja putri. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah semakin tinggi intensitas melihat iklan kecantikan maka semakin negatif body image pada remaja putri, demikian pula sebaliknya, semakin rendah intensitas melihat iklan kecantikan maka semakin positif body image pada remaja putri.

Subjek dalam penelitian ini adalah pada remaja putri dengan rentang usia 16-22 tahun bertempat di Larissa Skin Care & Hair Treatment Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan 2 skala sebagai alat ukur. Pertama, skala body image yang diadaptasi oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek body image dari Mc Kinley (Triana, 2005), terdiri dari 39 aitem dengan koefisien korelasi berkisar 0.2597-0.8730 dan koefisien reliabilitas alpha 0. 9519. Kedua, skala intensitas melihat iklan kecantikan berdasarkan aspek-aspek dari teori Kasali (Kurniawan, 2002), terdiri dari 36 aitem dengan koefisien korelasi berkisar antara 0.2913-0.8808 dan koefisien reliabilitas alpha 0.9540.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 11.0 for Windows. Hasilnya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara intensitas melihat iklan kecantikan dengan body image pada remaja putri, (p=0.000, p<0.01). Dimana semakin tinggi intensitas melihat iklan kecantikan maka semakin negatif body image pada remaja putri, dan sebaliknya semakin rendah intensitas melihat iklan kecantikan maka semakin positif body image pada remaja putri. Intensitas melihat iklan kecantikan memberikan sumbangan efektif sebesar 32.2% terhadap body image pada remaja putri, (r=0.32.2). Kata kunci: body image, intensitas melihat iklan kecantikan, remaja putri.

2

PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Setiap manusia akan melewati beberapa tahapan perkembangan, mulai dari

masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa hingga masa tua. Salah satu tahap

perkembangan yang sangat menarik adalah masa remaja. Karena pada tahap ini,

remaja mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang

meliputi perkembangan fisik, kognitif, sosial emosional dan kepribadian. Selain itu

remaja juga dihadapkan pada suatu keadaan anomi yaitu suatu keadaan sistem sosial

dimana tidak ada petunjuk atau pedoman untuk tingkah laku. Secara kognitif dan

emosional, remaja tidak mempunyai petunjuk atau pedoman yang jelas tentang

bagaimana untuk bertindak secara benar dalam mengaktualisasikan diri.

Salah satu perubahan yang tampak jelas pada masa remaja adalah

perkembangan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk

tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.

Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpkir abstrak

seperti orang dewasa. Dalam tahap perkembangan fisik, remaja akan menunjukkan

minat yang amat besar terhadap citra tubuh atau body image mereka. Body image

adalah suatu istilah yang menunjuk pada tubuh sebagai suatu pengalaman psikologis

yang terfokus pada perasaan yang dimiliki individu, penilaian dan sikap-sikap

terhadap tubuhnya. Body image sebagai bagian dari konsep diri memiliki peranan

penting dalam tahapan perkembangan fisik dan kepribadian remaja. Menurut Stuart

3

and Sundeen (Amalia, 2007), Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya

secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang

ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang

secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.

Menurut Hamburg (Santrock, 1996), Salah satu aspek psikologis dari

pertumbuhan fisik dimasa remaja adalah, remaja amat memperhatikan tubuh mereka

dan membangun citranya sendiri mengenai tubuh mereka. Perhatian yang berlebihan

terhadap citra tubuh atau body image ini, amat kuat pada masa remaja, terutama amat

mencolok selama pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya

dibandingkan dengan akhir masa remaja. Cross and Cross (Sumartono, 2002),

menerangkan mengapa penampilan begitu penting sehingga menimbulkan minat

pribadi yang kuat. Menurut remaja, kecantikan dan daya tarik fisik sangat penting

bagi umat manusia. Hal ini dikarenakan remaja ingin selalu berpenampilan yang

dapat menarik perhatian orang lain terutama teman sebaya.

Menurut Kelliat (http://www.library.usu.ac.id 2003), body image juga

berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai

dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap

dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga

terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Tingkat body image pada

individu digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-

bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan. Apabila penampilan fisiknya

tidak sesuai dengan konsep idealnya, maka individu tersebut akan merasa memiliki

4

kekurangan pada penampilan fisiknya. Masa remaja yang umumnya ditandai dengan

adanya pertumbuhan fisik yang cepat dipandang sebagai suatu hal yang penting,

namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara

body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang

percaya diri. Adanya kesadaran bahwa dirinya tidak semenarik seperti yang

diharapkan, mendorong remaja mencari jalan untuk memiliki penampilan fisik yang

ideal, antara lain mempercantik diri dan menutupi keadaan fisik yang kurang ideal.

Bentuk tubuh ideal adalah gambaran dari persepsi tentang bagaimana bentuk

dan ukuran tubuh yang proporsional. Setiap individu memiliki konsep ideal yang

berbeda-beda tentang bentuk tubuhnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman,

konsep ideal tentang bentuk tubuh dan penampilan fisik mengalami penyeragaman.

Ditandai dengan munculnya salah satu ikon produk kecantikan pada masa 1950-an

Estee Lauder. Dalam iklan-iklannya Estee Lauder membalikkan konsep mengenai

kenapa wanita harus tampil cantik. Estee Lauder membuat konsep baru yang unik

dalam iklan-iklan produknya yang diarahkan untuk mencitrakan profil wanita mandiri

yang memilih dan membeli produk kecantikan dan perawatan tubuh untuk dirinya

sendiri. Citra dan idealisasi kecantikan seorang wanita pun berubah. Citra kesuburan

seorang ibu tergantikan oleh kemudaan dan keremajaan. Masa muda dan remaja

dianggap lebih memancarkan kecantikan sejati seorang wanita. Estee Lauder juga

menciptakan sebuah ikon untuk mengiklankan produk-produknya, seorang public

5

figure dunia modeling bernama Miss Twiggi yang kurus, berdada rata, berambut

pendek dan memiliki berat hanya 47 kg seperti seorang gadis remaja.

Dengan memanfaatkan psikologi kaum wanita khususnya remaja putri yang

selalu menganggap diri dan tubuhnya tidak sempurna, maka kesempurnaan tubuh

seorang wanita dalam iklan produk kecantikan dan perawatan tubuh dicitrakan dan

diidealisasikan sebagai sosok seorang wanita yang jauh berbeda dengan sebagian

besar wanita. Sementara di Indonesia sosok wanita ideal selalu digambarkan dalam

sosok wanita tinggi, berkulit putih dan halus, memiliki ukuran pinggang yang kecil,

sangat tinggi, berambut panjang, hitam dan lurus menggantikan ikon wanita cantik

Indonesia sebelumnya yang digambarkan berkulit kuning langsat

(http://www.apakabar.com).

Contoh kasus tentang iklan kecantikan adalah pada iklan pemutih wajah. Di

iklan tersebut diceritakan seorang laki – laki yang sudah bertunangan akhirnya

kembali pada mantan kekasihnya. Hal tersebut disebabkan ketertarikan si laki-laki

setelah melihat perbedaan pada diri mantan kekasihnya. Wajahnya berubah putih dan

cantik setelah memakai produk pemutih wajah. Begitu seolah citra yang ingin di

sampaikan oleh iklan tersebut. Citra yang dihadirkan adalah bahwa kulit putih dan

cantik lebih baik dibandingkan kulit hitam.

Iklan telah memegang peranan penting dalam perubahan dan penciptaan

bentuk tubuh ideal. Sajian iklan yang menarik dan bersifat persuasif dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Menurut Judith Wlliamson (Kasiyan,

2008), iklan merupakan salah satu budaya yang sangat penting, yang membentuk dan

6

merefleksikan kehidupan masyarakat. Dengan menggunakan model-model cantik,

langsing serta public pigure dalam menawarkan produk-produknya, iklan telah

menjadi jurus ampuh yang mengubah persepsi individu tentang bentuk tubuh ideal.

Sajian iklan-iklan komersial yang menarik merupakan kekuatan iklan dalam

mempengaruhi sikap dan perilaku konsumennya. Pesan-pesan yang disampaikan

selain kental kandungan rekayasanya juga menawarkan fantasi-fantasi yang

persuasif. Fantasi-fantasi ini yang begitu mudah mempengaruhi remaja sebagai

sasaran utama pemasaran beberapa produk. Pada saat ini iklan yang disajikan, selain

dikemas dengan begitu menarik, juga seringkali menggunakan public figure sebagai

model produk yang mampu mengajak remaja bersedia memakai atau mencoba

produk yang ditawarkan.

Contoh kasus lain adalah yang dialami seorang remaja putri. Sudah dua jam

Putri (15 tahun), tercenung di depan kaca rias. Ia tak pernah puas dengan tata rias

yang berulang kali dihapus dan dioles kembali. Putri amat mencemaskan wajahnya,

terutama kulit dan bibir. Kulit Putri yang sawo matang membuat wajahnya tampak

manis. Namun, ia tak senang dengan warna kulitnya dan mendambakan kulit putih

bersih mengkilat seperti artis yang dilihatnya di televisi. Berulang kali ia ke dokter

kulit, ke salon atau ke spa untuk memutihkan kulit, namun sepertinya tak membawa

hasil. Sudah banyak uang ia habiskan untuk itu. Belum lagi keluhannya tentang

bentuk bibir yang menurutnya terlalu lebar. Putri sering menutupi bibir dengan

saputangan, terutama jika sedang bicara dengan seseorang. Ia tak ingin orang

memperhatikan bibirnya. Makin lama, Putri makin cemas dan stres berat sampai-

7

sampai tak bisa berkonsentrasi pada pelajaran sekolah. Tidak ada satu pun usahanya

berhasil memperbaiki apa yang ia anggap sebagai kekurangannya. Tidak ada satu pun

anggota keluarga, bahkan orangtua, yang bisa meyakinkan Putri, bahwa dirinya baik-

baik saja, tak ada yang aneh (www.e-psikologi.com).

Contoh kasus diatas menunjukkan body image negatif yang dimiliki oleh

seorang Putri yang mempengaruhi sikap dan perilakunya. Sikap dan perilaku yang

diperlihatkan oleh Putri adalah cerminan dari ketidaksesuaian apa yang dimiliki

dengan apa yang dilihat. Hal tersebut diduga disebabkan oleh besarnya pengaruh

media dan iklan tentang bentuk tubuh ideal. Putri memiliki body image negatif

terhadap fisiknya, yang menurut sebagian besar orang merupakan hal yang wajar,

dikarenakan body image merupakan bagian dari tahapan dalam perkembangan

pubertas seorang remaja. Akan tetapi karena sifatnya persuasif dan beulang-ulang,

pesan dari iklan ikut mempengaruhi persepsi Putri terhadap body image. Akibatnya

tidak hanya terjadinya perubahan persepsi terhadap body image, akan tetapi juga

perubahan sikap dan perilaku dalam kesehari-hariannya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti beransumsi bahwa iklan kecantikan

mempengaruhi body image atau citra tubuh pada remaja putri. Oleh karena itu

pertanyaan penelitian adalah “Apakah ada hubungan negatif antara iklan kecantikan

dengan body image pada remaja putri?”

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Terhadap Iklan Kecantikan

Pengertian Persepsi

Definisi persepsi menurut Desiderato (Rakhmat, 2003) adalah pengalaman

tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Dalam konteks iklan kecantikan persepsi berarti pengalaman tentang iklan

kecantikan, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menfsirkan pesan dalam iklan kecantikan.

Pengertian Iklan

Kasiyan (2008) mendefinisikan iklan sebagai berita pesanan untuk

mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang

ditawarkan. Dengan kata lain iklan adalah penyampaian pesan untuk mempersuasi

khalayak sasaran tertentu.

Hal senada juga dikemukakan oleh Shimp (Antini, 2003), bahwa iklan

merupakan berita tentang suatu barang atau jasa yang ditujukan kepada orang banyak

dengan tujuan agar mau menggunakan barang atau jasa yang dijual tersebut.

Williamson (Kasiyan, 2008), menambahkan bahwa iklan sebagai salah satu

budaya yang sangat penting, yang membentuk dan merefleksikan kehidupan

masyarakat. Periklanan sendiri memang merupakan bentuk komunikasi yang sering

memunculkan kode-kode sosial tersebut tak jarang pula mengadopsi streotip,

asosiasi-asosiasi, refleksi kultural, serta ideologi di masyarakat.

9

Sedangkan Kasali (2008) berpendapat bahwa iklan sebagai pesan yang

menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media.

Namun demikian, untuk membedakannya dengan pesan biasa, iklan lebih diarahkan

untuk mempengaruhi atau membujuk orang supaya membeli sesuatu produk tertentu.

Aspek-aspek Iklan

Menurut Kasali (Kurniawan, 2002) untuk menghasilkan iklan yang baik harus

memperhatikan beberapa aspek yang dikenal dengan teori AIDCA, yaitu :

a. Attention (perhatian)

Iklan harus menarik perhatian khalayak sasarannya, baik pembaca, pendengar

atau pemirsa. Untuk itu iklan memerlukan bantuan, antara lain berupa ukuran

(airtime dalam mengudarakan media penyiarannya), penggunaan warna (spot atau

full color), tata letak (lay out), jenis-jenis huruf (typography) yang ditampilkan.

Iklan yang baik adalah iklan yang dapat menarik calon pembelinya

b. Interest (minat)

Setelah perhatian calon pembeli didapat, selanjutnya persoalan yang dihadapi

adalah bagaimana agar calon pembeli berminat dan ingin tahu lebih jauh.

Perhatian harus dapat ditingkatkan menjadi minat sehingga timbul rasa ingin tahu

secara lebih rinci didalam diri calon pembeli. Untuk itu harus dirangsang agar

pembeli mau melihat, membaca, dan mendengarkan, serta mengikuti peran-peran

yang disampaikan.

c. Desire (kebutuhan atau keinginan)

10

Tidak ada gunanya menyenangkan calon pembeli dengan rangkaian kata-kata

gembira melalui sebuah iklan, kecuali iklan tersebut berhasil menggerakkan

keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Kebutuhan atau

keinginan untuk memiliki, memakai, atau melakukan sesuatu harus dibangkitkan.

d. Conviction (rasa percaya)

Sampai pada tahap ini diharapkan telah berhasil menciptakan kebutuhan calon

pembeli terhadap kelebihan yang dimiliki produk yang ditawarkan. Untuk

menimbulkan rasa percaya diri, sebuah iklan perlu ditunjang dengan berbagai

peragaan atau pembuktian dan pemberian sampel.

e. Action (tindakan)

Tahap yang paling akhir ini adalah membujuk calon pembeli agar sesegera

mungkin melakukan pembelian atau bagian dari itu.

Pengertian Kecantikan

Menurut Wolf (www.ibdajurnal.googlepages.com), kecantikan bukanlah

sesuatu yang objektif universal yang tidak dapat berubah. Menurutnya kecantikan

adalah suatu kontrol sosial terhadap perempuan. Kecantikan itu pada realitasnya ada

dan objektif dalam masyarakat. Berbagai persepsi akan muncul terkait dengan makna

kecantikan. Berbagai pendapat tentang kecantikan dapat diklasifikasikan dalam tiga

kelompok, pertama sebagai kecantikan hanya bersifat fisik saja (outer beauty), wajah

yang ayu, tubuh yang langsing, kulit putih, tinggi semampai, hidung mancung

merupakan manifestasi kecantikan fisik. Kedua kecantikan terdapat dalam diri (inner

11

beauty), kepribadian, intelektualitas, kecakapan emosional, dan kualitas-kualitas non

fisik merupakan gambaran kecantikan. Ketiga kecantikan itu bersifat fisik dan non

fisik, kecantikan tidak hanya pada tataran penampilan fisik saja tetapi juga pada

tataran non fisik. Artinya, perempuan yang memiliki inner beauty juga harus

memiliki outer beauty.

B. Body Image

Pengertian Body Image

Sconfeld (Dewi, 2003) berpendapat bahwa body image adalah konsep

individu tentang fisik, perasaan senang atau tidak senang terhadap tubuhnya,

berdasarkan pengalaman dari tubuhnya yang lalu dan sekarang baik nyata maupun

fantasi.

Hurlock (Amalia, 2007) mengemukakan body image adalah evaluasi dari

persepsi terhadap keadaan fisik. Jika seorang remaja mempunyai body image yang

tinggi maka akan merasa percaya diri dan dapat melakukan penyesuaian diri yang

baik karena tidak ada hambatan dalam diri remaja tersebut.

Sedangkan Stuart dan Sundeen (Amalia, 2007) mendefinisikan body image

sebagai suatu sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap

ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan

potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi

dengan pengalaman baru setiap individu.

12

Aspek-aspek Body image

Menurut Hurlock (Triana, 2005), Komponen perseptual merupakan gambaran

mental yang dimiliki tentang tubuh meliputi ketepatan individu mengestimasi

keadaan tubuhnya, sementara komponen sikap mengarah pada perasaan individu

tentang tubuhnya. Perasaan ini diwakili dengan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan

(body dissatisfaction) individu terhadap bagian-bagian tubuhnya atau

keseluruhannya. Sedangkan komponen sikap meliputi perasaan yang dimiliki

individu mengenai dirinya sendiri, sikap terhadap statusnya, prospek masa depannya,

harga dirinya, kepuasan dan penilaian dirinya.

Mc Kinley (Triana, 2005) berpendapat bahwa ada tiga komponen yang

mempengaruhi body image terutama berkaitan dengan kesadaran terhadap tubuh

diantaranya adalah :

1. Komponen Surveillance, yaitu membandingkan keadaan fisik diri dengan

orang lain sebagai pengamat dari luar.

2. Komponen Body Shame, yaitu perasaan malu terhadap penampilan fisik diri.

3. Komponen Control Beliefs, yaitu keyakinan bahwa penampilan dapat

dikendalikan.

Berdasarkan kajian komponen body image dari teori yang ada, dapat

disimpulkan bahwa aspek-aspek body image secara garis besar sebagai berikut:

A. Aspek Kognitif, meliputi komponen perseptual yaitu tentang gambaran

mental individu mengenai tubuhnya.

B. Aspek Afektif, mengarah pada evakuasi perasaan individu tentang tubuh.

13

Hubungan Antara Iklan Kecantikan Dengan

Body Image Pada Remaja Putri

Menurut Kasali (2008) iklan merupakan sebuah pesan yang menawarkan

suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui media. Fungsi dan tujuan

dari iklan adalah mengajak dan membujuk konsumennya secara berulang-ulang agar

mau membeli dan produk yang ditawarkan. Ada beberapa cara agar iklan dapat

menarik perhatian dan disukai oleh konsumennya yang pada akhirnya timbul rasa

percaya untuk menggunakan produk yang diiklankan, salah satunya adalah dengan

menggunakan model iklan yang cantik. Iklan kecantikan sebagai salah satu iklan

yang membidik pangsa pasar perempuan (remaja putri) boleh dikatakan hampir selalu

menggunakan model cantik didalamnya. Alasannya tentu saja dengan menggunakan

model cantik, remaja putri yang ingin tampil cantik seperti sang model diharapkan

tertarik untuk mencoba produk yang diiklankan. Dengan menggunakan model yang

cantik, iklan kecantikan diharapkan mampu meningkatkan penjualan produk tersebut.

Sosiolog, Dr. Thamrin Amal Tamagola menemukan 5 citra perempuan dalam iklan,

yang ia sebut sebagai P-5, yaitu: citra peraduan, citra pigura, pilar rumah tangga, citra

pergaulan dan citra pinggan. Citra peraduan bersangkut paut dengan citra perempuan

sebagai obyek seksual. Citra pigura, perempuan sebagai makhluk yang cantik dan

harus selalu menjaga kecantikannya dengan latihan fisik, diet, aksesori, pakaian;

segala sesuatu yang mewah diasosiasikan sebagai perempuan

(Http://www.jurnalperempuan.com). Namun disisi lain persepsi remaja putri terhadap

iklan kecantikan juga dapat berdampak pada aspek lain, yaitu mempengaruhi body

14

image. Turner (Suksesa, 2004) menemukan bahwa iklan yang menekankan pada

penampilan fisik akan mendorong remaja untuk memiliki tubuh ideal agar mereka

merasa nyaman dengan dirinya. Para peneliti berpendapat bahwa iklan mungkin

memberikan pengaruh kuat yang merugikan pada body image remaja putri, yang

dapat membawa pada perilaku yang tidak sehat, seperti usaha yang keras dari remaja

putri untuk mendapatkan tubuh yang sangat kurus sebagaimana yang diidealkan oleh

media, dalam hal ini iklan (mediascope, 2000). Body image pada remaja putri adalah

evaluasi dari penilaian subjektif remaja putri tentang keadaan fisik secara keseluruhan

yang terbentuk dari pengalaman psikologis masa lalu dan sekarang. Body image yang

positif adalah persepsi yang benar dan jelas mengenai bentuk tubuh serta adanya

perasaan bangga dan penerimaan terhadap tubuh. Body image bisa dikatakan negatif

apabila persepsi yang terdistorsi mengenai bentuk tubuh serta adanya perasaan malu,

sadar diri, dan kekhawatiran terhadap tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi

body image adalah identifikasi terhadap orang lain, ini dapat diartikan bahwa remaja

putri berusaha untuk memperbaiki penampilan fisiknya agar sesuai atau sama dengan

simbol kecantikan yang dilihatnya. Simbol kecantikan ini dapat dilihat pada sebagian

besar iklan-iklan kecantikan. Apabila tidak tercapai remaja putri akan merasa cemas

ketika membandingkan bahwa keadaan dirinya tidak sama dengan stereotype dan

simbol kecantikan yang ada, dan ini akan mengurangi citra terhadap tubuhnya

15

Hipotesis

Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap iklan kecantikan dengan body

image pada remaja putri. Semakin tinggi persepsi terhadap iklan kecantikan maka

akan semakin negatif (rendah) body image pada remaja putri. Sebaliknya Semakin

rendah persepsi terhadap iklan kecantikan maka akan semakin positif (tinggi) body

image pada remaja putri.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para remaja putri dengan rentang usia 16-

22 tahun yang berdomilisi di Yogyakarta.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan skala sebagai alat ukur pengumpulan data.

Penggunaan skala diharapkan dapat merefleksikan keadaan subjek yang sebenarnya.

Peneliti menggunakan skala persepsi terhadap iklan kecantikan yang disusun oleh

peneliti berdasarkan aspek-aspek iklan kecantikan yang diambil dari teori Kasali

(Kurniawan, 2002) yaitu teori AIDCA dan skala body image yang disusun oleh

peneliti berdasarkan aspek-aspek body image yang diambil dari Mc Kinley (Triana,

2005).

Skala persepsi terhadap iklan kecantikan disusun oleh peneliti berdasarkan

aspek-aspek iklan kecantikan yang diambil dari teori Kasali (Kurniawan, 2002) yaitu

teori AIDCA, yaitu:

16

a. Attention (perhatian)

b. Interest (minat)

c. Desire (kebutuhan atau keinginan)

d. Conviction (rasa percaya)

e. Action (tindakan)

Skala body image disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek body image

yang diambil dari Mc Kinley (Triana, 2005) yang terdiri dari:

a. Kognitif, meliputi komponen perseptual yaitu gambaran mental individu

mengenai tubuhnya.

b. Afektif, mengarah pada evaluasi perasaan individu tentang tubuhnya.

Metode Analisis Data

Ketika seluruh data telah diperoleh dan terkumpul, maka untuk membuktikan

hipotesis yang diajukan, data yang telah diperoleh tersebut diolah dengan

menggunakan perhitungan statistik. Untuk melihat hubungan antara body image pada

remaja putri dengan persepsi terhadap iklan kecantikan peneliti menggunakan metode

analisis korelasional Product moment dengan menggunakan bantuan fasilitas

komputer yaitu program SPSS 11 for windows.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan 40 aitem Body Image yang di ujicobakan dan dianalisa ternyata

ada 1 aitem yang gugur yaitu aitem nomor 29. Sedangkan sisanya sebanyak 39 aitem

17

adalah valid dengan koefisien korelasi berkisar antara

0.2597 – 0.8730 serta koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.9519. Hasil analisa

terhadap aitem Persepsi Terhadap Iklan Kecantikan menunjukkan bahwa dari 41

aitem yang diuji cobakan terdapat 5 aitem yang gugur yaitu aitem nomor 17, 18, 19,

31, 41 , ini berarti ada 36 aitem yang valid. Koefisien korelasi bergerak antara 0.2913

– 0.8808 dan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik korelasi Alpha, dimana

koefisien reliabilitas adalah 0.9540.

Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini, maka diperoleh data dari

subjek yang keseluruhannya adalah remaja putri yang memiliki rentang usia dari 16-

22 tahun dengan jumlah subjek 60 orang.

Kategorisasi untuk variabel body image dari 60 subjek diperoleh hasil bahwa

ada 7 subjek (11.9%) yang memiliki tingkat body image pada kategori sangat tinggi,

dan 25 subjek (42.3%) ada pada kategori tinggi. Untuk kategori sedang diperoleh

sebanyak 21 subjek (35.6 %). Kemudian kategori rendah ada 2 subjek (3.4 %) dan

pada kategori sangat rendah ada 4 subjek (6.8 %). Berdasarkan kategori tersebut

dapat dilihat bahwa tingkat body image subjek penelitian berada pada kategori tinggi.

Sedangkan untuk persepsi terhadap iklan kecantikan, remaja putri yang memiliki

persepsi terhadap iklan kecantikan sangat tinggi sebanyak 2 subjek (3.4%), pada

kategori tinggi yaitu sebanyak 8 subjek (13.5%), mayoritas pada tingkatan sedang

sebanyak 25 subjek (42.4%). Kemudian kategori rendah ada 20 subjek (33.9 %) dan

pada kategori sangat rendah ada 4 subjek (6.8 %).

18

Hasil analisa dengan menggunakan SPSS 11.00 for Windows, menunjukkan

bahwa koefisien korelasi dari analisa product moment (Pearson) antara persepsi

terhadap iklan kecantikan dan body image r = -0.567 dengan p = 0,000 (p < 0,01)

dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan

antara persepsi terhadap iklan kecantikan dengan body image, sehingga hipotesis

yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi terhadap iklan

kecantikan dengan body image pada remaja putri dapat diterima.

PEMBAHASAN

Hasil analisa data statistik menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang

sangat signifikan antara persepsi terhadap iklan kecantikan dengan body image pada

remaja putri. Hal tersebut menunjukkan hubungan bahwa semakin rendah persepsi

terhadap iklan kecantikan maka akan semakin tinggi (positif) body image pada remaja

putri, begitu pula sebaliknya. persepsi terhadap iklan kecantikan hanya memberi

sumbangan efektif sebesar 32.2% untuk dapat mempengaruhi body image pada

remaja putri. Hal itu bisa diartikan lebih lanjut bahwa persepsi terhadap iklan

kecantikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi body image pada

remaja putri.

Berdasarkan kategori subjek dapat dilihat bahwa body image pada remaja

putri mayoritas berada pada kategori tinggi sebanyak 25 orang. Sedangkan untuk

persepsi terhadap iklan kecantikan, mayoritas dari remaja putri pada kategori sedang

yaitu sebanyak 25 orang.

19

Hasil penelitian ini menguatkan pendapat Garner (Suksesa, 2004) bahwa

media memainkan peranan penting sebagai penjaga gerbang kebudayaan, menyusun

standar kecantikan bagi kita semua dengan menggunakan model yang mereka pilih.

Penelitian yang pernah dilakukan Garner (Suksesa, 2004) menunjukkan pengaruh

yang kuat dari media pada persepsi seseorang. Sebesar 43% wanita melaporkan

bahwa penggunaan model yang sangat kurus membuat mereka merasa tidak nyaman

dengan berat tubuh mereka. Sebesar 48 % wanita mengindikasikan bahwa model

yang sangat kurus membuat mereka ingin mengurangi berat tubuh mereka agar

badannya tampak seperti model tersebut.

Dampak media terhadap body image juga telah diteliti oleh Thompson dan

Heinberg (Suksesa, 2004) yang menemukan bahwa media merupakan faktor yang

signifikan dalam perkembangan gangguan makan (yang merupakan manifestasi dari

body image negatif). Hal serupa juga ditemukan oleh Tiggermann dan Ruutel

(Suksesa, 2004) yaitu pemaparan terhadap media berkorelasi dengan simptom

gangguan makan (yang merupakan manifestasi dari body image negatif).

Salah satu bagian dari media adalah iklan. Iklan merupakan media yang

paling banyak diminati oleh masyarakat. Program iklan merupakan program yang

selalu diperlihatkan dihampir setiap media, salah satunya adalah di televisi. Mander

(Suksesa, 2004) mengatakan bahwa televisi adalah iklan. Televisi adalah medium

yang mempunyai tujuan untuk menjual, untuk mempromosikan kapitalisme. Dalam

kaitannya dengan body image, penekanan pada penampilan fisik dan bentuk tubuh

adalah hal yang umum dalam iklan. Terutama para kaum perempuan, iklan akan

20

menggiring mereka untuk menimbulkan keinginan sangat kuat untuk memiliki sifat

tubuh yang ideal agar mereka merasa cocok dan baik tentang diri mereka sendiri.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap iklan

kecantikan dengan body image pada remaja putri. Semakin rendah persepsi terhadap

iklan kecantikan maka akan semakin tinggi (positif) body image pada remaja putri.

Sebaliknya, semakin tinggi persepsi terhadap iklan kecantikan maka akan semakin

rendah (negatif) body image pada remaja putri.

SARAN

Bagi subjek penelitian diharapkan untuk dapat memilih dengan bijak

menyaring dengan baik dan mengambil sisi positif dari pesan-pesan yang terdapat

pada iklan kecantikan. Sedangkan untuk pihak pengiklan untuk dapat menghilangkan

pengaruh negatif dari iklan terhadap psikologis konsumennya.

Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk meneliti body image,

disarankan untuk mempertimbangkan variable lain yang berhubungan dengan body

image, sehingga dapat ditentukan faktor-faktor yang paling berperan dan mempunyai

sumbangan paling besar terhadap body image remaja putri untuk semua hal baik

pendidikan, kehidupan bermasyarakat, dan lain-lain.

21

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. 2006. Psikologi Perkembangan. Pendekatan Psikologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung : PT Refika Aditama.

Amalia, N.R. 2007. Hubungan Body Image Dengan Penyesuaian Diri Sosial Pada

Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Hardy, M and Heyes, S. 1998. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga Hurlock, E.B. 1996. Psikologi Pengantar : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Waktu. (Terjemahan). Jakarta : Erlangga Kasiyan. 2008. Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan Dalam Iklan. Yogyakarta :

Ombak. Kurniawan, L.H. 2002. Hubungan Antara Intensitas Menonton Iklan Rokok di

Televisi Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMK PIRI Sleman. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence-Perkembangan Remaja. (Edisi Keenam). Jakarta :

Erlangga. Sarwono, S.W. 1994. Psikologi Remaja. Edisi 1. Cetakan 3 Jakarta : PT Grafindo

Persada. Shimp, T.A. 2003. Periklanan Promosi (Jilid I Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga. Suksesa, R. 2004. Hubungan Antara Intensitas Menonton Iklan Kosmetik Dengan

Citra Raga Pada Wanita. Skripsi. (tidak diterbitkan) Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan. Bandung : Alfabeta.

22

Sutriandewi. 2003. Hubungan Citra Raga Dengan Perilaku Diet Pada Remaja Putri. Skripsi. (tidak diterbitkan) Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Triana, R. 2005. Hubungan Antara Citra Raga Dengan Kecemasan Berbicara di Muka

Umum. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Website Internet:

1. http://www.ibdajurnal.googlepages.com 2. http://www.library.usu.ac.id. 2003

3. http://www.e-psikologi.com 4. http://www.elearning.unej.ac.id

5. http://www.apakabar.com

6. http://www.balipost.co.id/Bali 7. http://www.parentsguide.co.id

8. http://www.mediascope.org