Kelinci

14

Click here to load reader

description

Pedum Pemberdayaan Kelinci

Transcript of Kelinci

Page 1: Kelinci

1

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI

TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja agribisnis, khususnya subsistem usahatani ternak dengan keluaran berupa produksi primer ternak. Subsistem ini akan menjadi suatu kesatuan kinerja yang tidak terpisahkan dari subsistem agribisnis hulu (kegiatan ekonomi input, produksi peternakan, informasi, dan teknologi) dan subsistem agribisnis hilir (perdagangan, pengolahan, dan jasa agribisnis).

Usaha agribisnis berbasis peternakan pada dasarnya secara operasional memerlukan keterkaitan lintas sub sektor maupun dengan sektor lainnya sehingga diperoleh sinergi yang proporsional antara pelaku agribisnis peternakan baik pada segmen hulu, budidaya dan hilir.

Dalam rangka mendukung program pengembangan agribisnis peternakan, komoditi kelinci khususnya dalam hal deversifikasi pemenuhan protein hewani mempunyai peran penting sebagai alternatif sumber penyediaan daging disamping juga sebagai hewan kesayangan. Usaha budidaya ternak kelinci dapat meningkatkan pendapatan peternak karena kelinci merupakan ternak yang tumbuh dan ber reproduksi cepat (bersifat prolific) serta dapat meningkatkan nilai tambah dengan adanya pengolahan hasil, sehingga pada sisi lain dapat menyerap tenaga kerja yang membantu dan membina pengembangan wilayah di pedesaan.

Dengan maraknya wabah Flu Burung terhadap ternak unggas, salah satu alternatif pengganti unggas adalah melalui pengembangan ternak kelinci di pedesaan guna peningkatan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan serta sumber pakan dapat memanfaatkan limbah tanaman hortikultura (wortel, labu, ketimun, kentang, kangkung dll) serta kotoran dan urinenya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang untuk lahan tanaman sayur-sayuran.

Selanjutnya, dalam upaya memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan kelompok khususnya pengembangan usaha budidaya kelinci, Direktorat Budidaya Ternak pada tahun 2012 perlu melaksanakan kegiatan Pengembangan Budidaya Kelinci melalui fasilitasi Dana Bantuan Sosial (TP, Dekon dll)

Page 2: Kelinci

2

B. Tujuan

Tujuan pengembangan budidaya kelinci antara lain untuk :

1. Memperkuat modal pelaku usaha dalam mengembangkan usaha agribisnis dan ketahanan pangan;

2. Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas serta pendapatan peternak secara berkelanjutan;

3. Meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok;

4. Mendorong berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro agribisnis dan kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya.

C. Sasaran

Sasaran kegiatan, antara lain :

1. Menguatnya modal pelaku usaha dalam mengembangkan usaha agribisnis dan ketahanan pangan;

2. Meningkatnya populasi dan produksi ternak kelinci.

3. Meningkatnya kemampuan kelompok peternak sebagai kelompok perbanyakan dan kelompok pembesaran

4. Meningkatnya kemandirian dan kerjasama kelompok

5. Tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro agribisnis dan kelembagaan ekonomi perdesaan lainnya.

D. Indikator Keberhasilan (Outcome)

1. Terjadinya pemupukan modal usaha kelompok dalam mengembangkan usaha agribisnis peternakan kelinci.

2. Terwujudnya kemandirian kelompok dan berkembangnya usaha kelinci di sekitarnya.

3. Meningkatnya pengetahuan kelompok tentang manajemen pengelolaan usaha kelompok.

E. Pengertian

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Penguatan Modal Usaha adalah stimulasi dana bagi pelaku pertanian yang mengalami keterbatasan modal sehingga selanjutnya mampu mengeakses pada lembaga permodalan secara mandiri. Fasilitasi

Page 3: Kelinci

3

penguatan modal usaha kelompok ini merupakan bagain dari upaya pemberdayaan masyarakat petani, yang dikawal dengan kegiatan terkait yaitu penguatan kelembagaan petani dan peningkatan SDM petani melalui pembinaan, penyuluhan, pelatihan, monitoring, evaluasi dan lainnya.

2. Kelompok Sasaran adalah kelompok yang telah ada dan menjalankan usaha agribisnis dan/atau ketahan pangan dengan prioritas pada kelompok yang memiliki kendala modal karena terbatasnya akses terhadap sumber permodalan antara lain kelompok tani, gabungan kelompo tani, koperasi yang bergerak di bidang pertanian dan lembaga keuangan mikro (LKM) di Pedesaan;

3. Petani Sasaran sebagai penerima dan bantuan sosial adalah anggota kelompok sasaran yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota setempat atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk atas usul tim teknis kabupaten/kota, dengan tembusan antara lain disamapaikan kepada KPPN setempat.

4. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga formal maupun informal yang memberikan pelayanan keuangan kepada masyarakat berupa tabungan dan kredit dengan tujuan untuk mengembangkan usaha, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.

II. PELAKSANAAN A. Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2012

Dalam upaya mengaplikasikan pengembangan budidaya kelinci, pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan) pada tahun anggaran 2012 memfasilitasi dana bantuan sosial melalui Tugas Pembantuan (Provinsi dan Kabupaten/Kota) serta Dekonsentrasi yang dialokasikan, pada Dinas Peternakan atau instansi yang membidangi fungsi peternakan.

1. Persyaratan Lokasi

Lokasi pengembangan ternak kelinci ini, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Merupakan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan ternak kelinci dan diarahkan kepada terbentuknya kawasan/sentra pengembangan budidaya kelinci, baik lokasi lama maupun lokasi pemekaran dan kelembagaan peternak (kelompok tani) telah terbentuk;

Page 4: Kelinci

4

b. Berpotensi untuk dilaksanakan secara terintegrasi dengan sub sektor lain seperti hortikultura, tanaman pangan dan lain-lain;

c. Tersedia sarana dan prasarana budidaya ternak serta petugas teknis peternakan;

d. Mudah dijangkau dalam pembinaan dan pemasaran hasil.

e. Mempunyai potensi untuk dikembangkan, dilihat dari aspek sosial dan ekonomi masyarakatnya. Disarankan untuk melakukan PRA (Participatory Rural Appraisal).

2. Kriteria Umum dan Kriteria Teknis Calon Kelompok Sasaran

Kriteria Calon kelompok sasaran adalah kelompok yang menjalankan usaha agribisnis peternakan, dipilih dengan memenuhi kritera sebagai berikut :

a. Kelompok yang sudah ada (telah eksis) dan berpengalaman, diutamakan bukan kelompok bentukan baru, dapat dipercaya serta mampu mengembangkan usaha melalui kerjasama, jumlah minimal 15 orang. Mempunyai keterampilan dalam budidaya ternak kelinci.

b. Kelompok yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal, fasilitasi dari kegiatan lain pada saat yang bersamaan.

c. Kelompok yang bersangkutan tidak bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya.

d. Anggota kelompok adalah pelaku usaha yang berpotensi dan berminat menjadi penggerak dalam mendorong perkembangan usaha agribisnis atau mewujudkan ketahanan pangan secara luas.

e. Bersedia menjadi kelompok bibit dan kelompok pembesaran kelinci.

f. Memiliki kendala modal karena terbatasnya akses kepada sumber permodalan.

g. Kelompok berada pada kawasan sentra produksi ternak, tersedia sumberdaya pakan, kemudahan mengakses pasar, dan sumber informasi yang diperlukan.

h. Kelompok bersedia untuk ikut dalam pameran promosi daging kelinci dll.

i. Kelompok membuat hari pasar kelinci misal 1(satu) kali dalam seminggu, atau membuat warung kelinci.

Page 5: Kelinci

5

j. Pemanfaatan dana adalah untuk Penguatan Modal Usaha pada kelompok, pengembangan SDM kelompok, serta pengadaan barang/modal untuk kelompok ternak seperti pengadaan ternak, pembuatan/perbaikan kandang, peralatan peternakan, bantuan pakan, pelayanan keswan, pelatihan-pelatihan, kebutuhan administrasi kelompok, dll yang dipandang perlu/dibutuhkan oleh kelompok tersebut.

Berdasarkan Pedum Bantuan Sosial disebutkan bahwa kriteria (umum dan teknis) calon kelompok sasaran/penerima bantuan dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Provinsi berdasarkan kondisi wilayah dan dapat diatur secara lebih spesifik dalam Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan sosial budaya setempat. Disamping itu juga masing-masing kabupaten/kota juga dapat menyusun kriretia teknis calon kelompok sasaran

3. Tata Cara Seleksi Calon Kelompok Sasaran

Seleksi calon kelompok sasaran didasarkan kepada prioritas pengembangan pertanian wilayah dan usulan/propposal dari kelompok peternak. Proses seleksi calon kelompok dilakukan secara bertahap dan seyogyanya telah dipersiapkan sebelumnya oleh pemerintah daerah/Dinas Peternakan/Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan. Salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat pertanian, termasuk pengembangaan modal terletak pada ketepatan dan kebenaran dalam menentukan kelompok sasaran.

Sebelum dilakukan seleksi calon kelompok terlebih dahulu dilakukan inventarisasi/pendataan (long list) terhadap para petani yang telah ada di daerah tersebut yang meliputi : nama dan alamat kelompok peternak beserta jumlah anggota, lokasi dan jumlah polulasi ternak yang dimiliki, lama beternak dan lain-lain yang masih terkait.

Seleksi calon kelompok sasaran setidaknya dilakukan dalam dua tahap. Seleksi Tahap-1 (short list), dimana aspek penilaian pada tahap ini adalah mengenai kelengkapan persyaratan adminstari kelompok sesuai kriteria yang ditentukan di dalam Pedum, Juklak dan Juknis. Seleksi Tahap II, Tim Teknis Kabupaten/Kota melakukan penilaian terhadap usulan/proposal/rencana usaha dari kelompok. Proposal/rencana usaha memuat : diskripsi usaha kelompok, sumberdaya dan sarana yang telah dimiliki kelompok, potensi yang

Page 6: Kelinci

6

dapat dikembangkan serta besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha kelompok.

Setelah dilakukan seleksi tahap I dan II, Tim teknis menyelenggarakan musyawarah dengan stakeholder terkait. Hasil musyawarah dituangkan dalam Berita Acara yang memuat Daftar kelompok sasaran calon penerima bantuan sosial.

4. Penetapan Kelompok Sasaran

Berdasarkan berita acara hasil musyawarah kabupaten/kota, Tim Teknis mengusulkan calon kelompok sasaran untuk ditetapkan sebagai calon penerima Bantuan Sosial dengan SK Bupati/Walikota atau Kepala Dinas/Kantor lingkup pertanian kabupaten/kota. Hasil seleksi dan penetapan kelompok diumumkan/disosialisasikan kepada masyarakat luas oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota melalui media massa/cetak atau media komunukasi lainnya.

III. MEKANISME PENCAIRAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA

BANTUAN SOSIAL

A. Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial

Kegiatan yang menggunakan pola penyaluran Bantuan Sosial ditampung dalam Pos Belanja Bantuan Sosial pada DIPA Pusat, DIPA Provinsi, dan DIPA Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun 2012.

Proses pengajuan dan penyaluran dana bantuan sosial dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Rencana Usaha Kelompok (RUK) disusun oleh kelompok dan disahkan/ditandatangani oleh ketua kelompok serta dua anggota kelompok.

2. Petani/kelompok tani membuka rekening tabungan pada kantor cabang/unit BRI/Bank Pos atau bank lain terdekat dan memberitahukan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di kabupaten/kota.

3. Ketua kelompok tani mengusulkan RUK kepada PPK Kabupaten/Kota setelah diverifikasi oleh Penyuluh Pertanian dan disetujui oleh Ketua Tim Teknis.

4. PPK meneliti RUK dari masing-masing kelompok yang akan dibiayai, selanjutnya mengajukan ke Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kabupaten/ Kota, kemudian KPA mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dengan lampiran sebagai berikut :

Page 7: Kelinci

7

a. Surat Keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas/Badan lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk tentang penetapan kelompok sasaran.

b. Rekapitulasi RUK dengan mencantumkan :

1) Nama Kelompok

2) Nama Ketua Kelompok

3) Nomor Rekening Bank a.n. kelompok tani

4) Nama cabang/unit BRI/Bank Pos atau bank lain terdekat

5) Jumlah dana dan susunan keanggotaan kelompok.

c. Kuitansi yang ditandatangani oleh ketua kelompok tani, diketahui/ disetujui oleh PPK Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

d. Surat Perjanjian kerjasama antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan kelompok sasaran tentang pemanfaatan dana penguatan modal kelompok.

5. Atas dasar SPP-LS, Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (P4) menguji dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS), selanjutnya KPA menyampaikan SPM-LS ke KPPN setempat.

6. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai ketentuan yang akan diterbitkan oleh Departemen Keuangan.

B. Pokok-Pokok Pengelolaan/Pemanfaatan Dana Bantuan Sosial

Dana tugas pembantuan (TP) maupun Dekonsentrasi yang dialokasikan ke Dinas Peternakan atau yang membidangi fungsi peternakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota pemanfaatannya 100% untuk kegiatan pengembangan ternak kelinci seperti:

1. Pembelian ternak minimal 80% dari total anggaran;

2. Sarana dan prasarana (maksimal 18%) yang terdiri dari pakan, perbaikan kandang, obat-obatandan lain-lain sesuai kebutuhan kelompok.

3. Administrasi dan pelaporan (maksimal 2%).

Sedangkan untuk kegiatan pendukung pelaksanaan yang bersifat operasional seperti sosialisasi, identifikasi dan seleksi lokasi serta pembinaan dan monitoring dapat difasilitasi melalui dana APBD setempat.

Dana yang dikelola oleh kelompok tani disalurkan melalui mekanisme LS digunakan untuk : memperkuat modal, maupun untuk usaha produktif

Page 8: Kelinci

8

bidang pertanian/peternakan, pendampingam, pengembangan sumber daya manusia, kegiatan produksi dan operasionalisasi usaha kelompok.

Prinsip-Prinsip dasar dalam pengelolaan dan pemanfaatan dana Bansos sebagai berikut :

1. Dana Bansos merupakan stimulan dalam mendukung usaha kelompok, sedangkan motor penggerak utama pengembangan usaha kelompok adalah kemauan dan kemampuan kelompok itu sendiri.

2. Dana Bansos wajib digunakan untuk usaha produktif yang diarahkan untuk menumbuhkan dan memperbesar skala usaha, efisiensi dan jaringan usaha, serta memanfaatkan sumber daya local secara optimal.

3. Pemanfaatan dana kelompok untuk modal usaha direncanakan bersama secara transparan oleh kelompok dan difasilitasi oleh pendamping. Pemanfaatan dana kelompok untuk pengadaan sarana produksi (saprodi) dilaksanakan oleh kelompok sesuai dengan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku. Pengadaan tersebut dilakukan secara transparan dengan jenis dan jumlah saprodi diputuskan berdasarkan musyawarah anggota kelompok. Penyaluran saprodi kepada anggota dilegitimasi dengan berita acara serah terima barang. Pengurus kelompok membukukan seluruh aktivitas penarikan dana, pembelanjaan dan penyerahan lepada anggota kelompok.

Pemanfaatan dana fisik secara umum didasarkan pada hasil keputusan bersama seluruh anggota kelompok yang ditunjukkan dengan Berita Acara Hasil Rapat Kelompok. Namun, dalam pengalokasian dana tersebut harus mengikuti arahan pilihan-pilihan jenis kegiatan yang dapat disesuaikan dengan prioritas masing-masing kelompok sasaran, antara lain :

1. Digunakan untuk membiayai penyediaan sarana/prasarana, infrastruktur dan fasilitas sesuai kebutuhan kelompok seperti rehabilitasi kandang.

2. Digunakan untuk pengadaan/rehabilitasi atau optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin para-produksi, produksi dan pengolahan hasil .

3. Digunakan untuk pengadaan sarana produksi (bibit ternak kelinci,pakan pupuk, obat-obatan dan pengadaan sarana biosekuriti) sesuai kebutuhan. Penggunaan dana untuk penyediaan saprodi untuk komoditas peternakan tidak dibatasi besarnya dana, namun tetap mengacu pada kebutuhan kelompok yang bersangkutan.

4. Digunakan untuk pengembangan kelembagaan antara lain memperluas jaringan pemasaran, pengembangan usaha penunjang agribisnis, jaringan kerja dengan mitra usaha, dan pengembangan simpan pinjam pola LKM.

Page 9: Kelinci

9

5. Digunakan dalam rangka peningkatan dan pengembangan kemampuan melalui pelatihan pengurus/anggota kelompok. Untuk memperoleh hasil yang optimal agar dalam pelaksanaan pelatihan dikoordinasikan dengan Badan Diklat Pertanian setempat.

Tata cara penggunaan dana bantuan sosial kepada petani dapat dijabarkan dalam secara jelas dalam juklak yang disusun oleh Tim Pembina Provinsi dan harus diatur secara spesifik berdasarkan jenis komoditasnya yang diusahakan dan tingkat perkembangan usaha kelompok di dalam juknis yang disusun oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.

C. Pola Pengembangan dan Sistem Perguliran

Pada prinsipnya, dana bantuan sosial diberikan dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan usaha peternakan. Dana yang disalurkan kepada kelompok tani bersifat stimulan, sehingga perlu dikembangkan untuk usaha produktif hingga kelompok yang bersangkutan dapat mandiri. Meskipun dana yang disalurkan kepada kelompok merupakan bantuan sosial yang perlu dikembangkan untuk usaha produktif kelompok sehingga usaha kelompok yang bersangkutan mandiri. Dengan demikian anggota kelompok yang menerima dana bantuan sosial tidak memperolehnya secara cuma-cuma, namun mereka harus memupuk/mengembangkan usaha sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok dan anggota kelompok sasaran diharapkan memberikan kontribusi dalam penyediaan modal usaha yang besarnya ditetapkan atas kesepakatan seluruh anggota kelompok. Diharapkan agar penyediaan saprodi seperti bibit/ternak, pakan, obat-obatan, dan lain-lain, sebagian dananya dibiayai sendiri oleh petani/kelompok tani. Sedangkan sarana yang diperlukan untuk pengembangan usaha, akan tetapi tidak dapat disediakan oleh kelompok, dapat dibiayai dari dana bantuan sosial.

Bilamana, kelompok tani tidak menggunakan dana bantuan sosial sesuai dengan ketentuan yang berlaku, atau tidak menunjukkan kemauan/kemampuan untuk menumbuhkan usaha produktif sesuai dengan yang diharapkan, maka pihak satker dapat menarik dana tersebut, sesuai dengan klausul Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK dengan kelompok tani, untuk selanjutnya diberikan kepada kelompok tani lain yang lebih potensial.

Diharapkan agar pola usaha budidaya ternak yang dilaksanakan adalah kelinci dapat dikandangkan secara intensif (pedaging dan pembibitan). Skala usaha untuk masing-masing anggota antara 10-30 ekor induk/kk. Apabila kelinci yang dipelihara lebih dari 10 ekor induk diharapkan dapat dijadikan sebagai kooperator. Jenis kelinci yang dipelihara tegantung dari

Page 10: Kelinci

10

tujuan pemeliharaan untuk jenis bibit seperti : Rex, New Zealand White, Satin, English Spot, Flemish Giant dll. Jenis kelinci pedaging : Flemish Giant, New Zealand, Rex . Jenis kelinci hias : Angora, Lops, Fuzzy, Neth Dwarf. Diperlukan tempat pembibitan sebagai sumber bibit, dan dikelola oleh kelompok.

IV. PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

A. Pembinaan

Pembinaan pengembangan usaha budidaya ternak kelinci pada prinsipnya ditujukan untuk meningkatkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha budidaya ternak kelinci. Pembinaan ini merupakan tugas dan tangungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang harus dilakukan secara terpadu/terkoordinasi dan secara berkelanjutan oleh aparatur Dinas peternakan atau Instansi yang membidangi fungsi peternakan bekerjasama dengan instansi terkait lainnya. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjtan yang bersumber dari APBD

1. Struktur Organisasi

Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan ini berada pada dinas/kantor lingkup pertanian provinsi dan kabupaten/kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan program berada pada Dinas/Badan lingkup pertanian Provinsi atas nama Gubernur. Tanggung jawab program dan kegiatan adalah Ditjen/Badan Lingkup Kementrian Pertanian. Eselon I ini memfasilitasi program dan kegiatan kepada provinsi dan kabupaten/kota. Kegiatan koordinasi pembinaan lintas kabupaten/kota difasilitasi oleh Provinsi, sedangkan kegiatan koordinasi dan pelaksaanaan teknis operasional difasilitasi oleh kabupaten/kota. Untuk kelancaran pelaksanaan program pembangunan pertanian di tingkat Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota.

2. Penanggung Jawab Program

Eselon I lingkup Kementrian Pertanian memfasilitasi koordinasi persiapan pemantauan dan evaluasi kegiatan-kegiatan, dengan melaksanakan tugas meliputi menyusun pedoman teknis untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan; menggalang kemitraan dengan provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan advokasi dan

Page 11: Kelinci

11

pemantauan/pengendalian dan evaluasi serta menyusun laporan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sebagai ujung tombak dari pelaksanaan program dan anggaran

3. Tim Pembina Provinsi

Tim pembina Provinsi terdiri dari unsur dinas/badan lingkup pertanian, instansi terkait, UPT lingkup pertanian seperti BPTP, perguruan tinggi, asosiasi profesi serta organisasi petani dan lain-lain sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran. Tugas Tim Pembina Provinsi adalah : 1. Menyusun Petunjuk pelaksanaan (Juklak) dengan mengacu kepada

Pedoman Umum (Pedum) Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Kepada Petani sesuai kondisi setempat;

2. Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral antar instansi di tingkat provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan fasilitasi dana bantuan sosial;

3. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam pemantauan dan pengendalian, serta membantu mengatasi permasalah di lapangan;

4. Menyusun laporan hasl pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan laporan ke tingkat pusat;

4. Tim Teknis Kabupaten/Kota

Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan dinas teknis lingkup pertanian, instansi terkait, lembaga penyuluh pertanian kabupaten/kota, perguruan tinggi. Organisasi petani/petani ahli/asosiasi petani lainnya sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran. Tugas Tim Teknis Kabupaten/Kota adalah 1. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) dengan mengacu Pedum dan

Juklak disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat dan usaha yang dikembangkan;

2. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon kelompok sasaran 3. Melakukan pembinaan, pemantauan dan pengendalian 4. Membuat laporan hasil pemantauan dan pengendalian

B. Perencanaan Operasional

Kegiatan operasional dituangkan ke dalam Juklak yang disusun oleh Tim Pembina Provinsi dan Juknis yang disusun oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota mengacu lepada Pedum Pengelolaan Dana Bantaun Sosial kepada Petani dan Pedum Teknis dari Ditjen/Badan lingkup Kementrian Pertanian. Juklak dan Juknis disusun untuk mengatur hal-hal

Page 12: Kelinci

12

yang belum jelas dan belum diatur dalam Pedum. Untuk itu Juklak dan Juknis adar disusun secara fleksibel dengan memperhatikan aspirasi dan kondisi masing-masing wilayah.

C. Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi, membangun komitmen, tranparansi dan akuntabilitas pelaksanaan program pembangunan pertanian. Kegiatan sosialisasi ini juga sekaligus unutk menampung aspirasi masyarakat melalui konsultasi publik sehingga pemanfaatan dana bantuan sosial dapat lebih terarah dan bermanfaat masyarakat pertanian. Sosialisasi kegiatan pemberdayaan kelompok pengembangan usaha budidaya ternak kelinci dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat (oleh Direktorat Jenderal Peternakan), tingkat Provinsi (oleh Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungís peternakan provinsi) dan tingkat kabupaten (oleh Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan kabupaten). Pemahaman terhadap kegiatan pengembangan usaha budidaya ternak kelinci perlu ditingkatkan baik terhadap masyarakat atau para pemelihara ternak kelinci maupun terhadap pihak terkait lainnya yang secara tidak langsung ikut berperan dalam menentukan keberhasilan prorgam pengembangan usaha budidaya kelinci

D. Pendampingan Usaha

Untuk mendukung kegiatan pengembangan usaha budidaya ternak kelinci maka diperlukan adanya pendampingan, sehingga pemeliharaan kelinci yang dilakukan masyarakat dapat sesuai dengan aturan budidaya yang baik (GFP). Kegiatan pendampingan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Peternakan atau dinas teknis yang membidangi fungsi peternakan masing-masing daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

E. Pengendalian

Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota, serta Tim Pembina Provinsi dan Pusat. Proses pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi.

Dalam penyelenggaraan pengendalian tersebut, ada 6 (enam) tahapan yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina di Pusat/ Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.

2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.

3. Tahap penyaluran dana bantuan sosial ke rekening kelompok.

Page 13: Kelinci

13

4. Tahap pencairan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh kelompok.

5. Tahap kebenaran serta ketepatan pemanfaatan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh kelompok, dan

6. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh kelompok. V. MONITORING DAN EVALUASI

Ukuran keberhasilan terhadap implementasi kegiatan perlu dilakukan sebagai umpan balik dan akuntabilitas publik. Adapun beberapa ukuran penentu keberhasilan yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut :

1. Ada perkembangan jumlah kelompok perbanyakan dan pembesaran ternak kelinci.

2. Ada perkembangan jumlah kepemilikan ternak.

3. Ada perkembangan usaha-usaha lain, baik on-farm maupun off-farm, seperti usaha jasa, usaha pupuk kandang, usaha pembesaran, usaha simpan pinjam, dsb.

4. Ada kegiatan kerjasama dengan stakeholder lainnya seperti dalam pengadaan hasil samping tanaman.

5. Ada perkembangan dalam permodalan kelompok, baik internal (dari usaha yang dilakukan oleh kelompok itu sendiri), maupun dari sumber eksternal (perbankan, kemitraan, dsb).

6. Kelompok mampu melakukan analisa, merencanakan dan memonitor sendiri semua kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, sehingga tidak ada lagi pendampingan secara rutin dari Pemerintah (kelompok yang mandiri).

7. Ada perkembangan peningkatan pendapatan anggota kelompok. VI. PENGAWASAN DAN PELAPORAN

A. Pengawasan

Pengawasan dilakukan melalui jalur struktural, dapat dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten, Tim Pembina di Propinsi dan di Pusat. Disarankan agar dapat dilakukan :

1. Dinas Kabupaten/Kota melakukan pendampingan sekaligus pengawasan kegiatan kelompok di lokasinya masing-masing, baik kegiatan dalam rangka penguatan modal usaha kelompok, maupun budidaya ternak.

Page 14: Kelinci

14

2. Dinas Propinsi melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan seluruh kelompok di setiap Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi.

3. Direktorat Jenderal Peternakan, bersama-sama Dinas Propinsi, Kabupaten/Kota melakukan pengawasan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan secara menyeluruh.

B. Pelaporan

Pelaporan sangat diperlukan untuk mengetahui kemajuan kegiatan kelompok di lapangan, terutama perkembangan kegiatan penguatan modal usaha dan kegiatan teknis peternakan. Untuk itu perlu diatur sistem pelaporan sebagai berikut :

1. Kelompok ternak wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan setiap triwulan kepada Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi-fungsi peternakan dengan tembusan ke Dinas Peternakan Propinsi, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

2. Tim Pendamping melakukan rekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang diterima dari kelompok di Kabupaten/Kota dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Budidaya Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.

VII. PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci ini merupakan pedoman yang bersifat umum dalam rangka mendukung keberhasilan operasionalisasi di daerah. Pemanfaatan dan pendayagunaan dananya diharapkan dapat dilakukan secara baik dan mengacu kepada aturan yang berlaku sehingga pencapaian dari program ini dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri dan berkesinambungan ditingkat pedesaan.