Kel
description
Transcript of Kel
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA KASUS ASPEK HUKUM DALAM KEPERAWATAN
KELALAIAN DAN MALPRAKTIK
Tugas ini diajukan untuk Mata Kuliah Etik dan Hukum Keperawatan
OLEH:
KELOMPOK 5
DHIAN LULUH ROHMAWATI (1506778804)
EKO PRASTYO CHOLIS (1506707051)
HENNY SRI PURWANTI (1506778880)
RIDHO KUNTO PRABOWO (1506707594)
PASCA SARJANA ILMU KEPERAWATAN
SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas petunjuk dan ridho-NYA
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah Etik
Keperawatan Semester I Program Studi Magister Keperawatan dengan topik
“Analisa Kasus Aspek Hukum Dalam Keperawatan Kelalaian dan Malpraktik”.
Kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ibu Enie Novieastari, S.Kp., MSN
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengaharap kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam upaya
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memaparkan tentang
Analisa Kasus Aspek Hukum Dalam Keperawatan Kelalaian dan Malpraktik dan
memberikan wawasan serta bermanfaat bagi pembaca.
Depok, November 2015
Penyusun
ii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................iKATA PENGANTAR.............................................................................................iiDAFTAR ISI...........................................................................................................iiiBAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................11.2. Tujuan Penulisan...................................................................................1
BAB 2 ANALISA KASUS ETIK DAN HUKUM KEPERAWATAN ..................32.1. Kasus.....................................................................................................32.2. Analisa kasus.........................................................................................3
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................93.1.Kesimpulan.............................................................................................93.2.Saran.......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
iii
Universitas Indonesia
iv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi bertujuan untuk melindungi, meningkatkan dan
mengoptimalkan kesehatan dan kemampuan, mencegah dari penyakit dan injury,
mengurangi penderitaan melalui diagnosis dan pengobatan terhadap respon
manusia, melakukan advokasi kepada individu, keluarga, komunitas dan populasi.
Keperawatan sebagai profesi memberikan pelayanan kepada manusia sebagai
klien sehingga menimbulkan tanggung jawab moral dan etik bagi perawat.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dituntut untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dan aman sesuai dengan standar profesi,
etik dan peraturan perundang-undangan.
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus selalu berdasarkan prinsip
keilmuan dan etika yang berlaku. Namun dalam tindakannya, perawat terkadang
melakukan kesalahan. Perawat dengan sengaja atau tidak sengaja, melakukan
tindakan yang tidak sesuai prosedur yang ada yang mengakibatkan kerugian
ataupun kecacatan bahkan kematian bagi klien. Kejadian yang menyebabkan
kerugian atau diduga menyebabkan kerugian klien sebagai penerima asuhan
keperawatan tersebut dapat berupa kelalaian ataupun malpraktik. Adanya
kelalaian dan malpraktek tersebut berarti dapat terjadi pelanggaran norma etika
dan norma hukum yang berlaku. Oleh karena itu kelompok akan mencoba
menganalisis suatu kasus yang menyebabkan meninggalnya seorang pasien saat
dilakukan transportasi dari ruang operasi menuju ruang ICU di sebuah Rumah
Sakit.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum : Memahami berbagai hukum terkait dalam keperawatan sebagai
dasar dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan.
1
Universitas Indonesia
2
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi permasalahan hukum dalam keperawatan
2. Mengidentifikasi berbagai peraturan dan perundangan-undangan terkait
keperawatan.
3. Menganalisa alternatif penyelesaian masalah.
2
BAB 2
ANALISA KASUS ETIK DAN HUKUM KEPERAWATAN
2.1. Kasus
Kasus ini terjadi pada bulan Mei 2015, Tn. A usia 50 tahun dirawat dengan
diagnosa masuk peritonitis rencana akan dilakukan operasi pada malam hari itu
juga. Kondisi klien stabil, tanda-tanda vital pre operasi 120/80 mmHg, RR 20
x/mnt, HR 96 x/mnt, suhu 36,7 0C dan sudah mendapat persetujuan dari dokter
spesialis penyakit dalam untuk dilakukan operasi. Setelah masuk ruang operasi,
saat premedikasi kondisi klien mulai menurun. Tanda-tanda vital menurun, TD
87/54, HR 62 x/menit, RR 20 x/mnt, Suhu tidak terobservasi, GCS 233.
Akhirnya perawat di ruang sebelumnya dipanggil untuk mengambil kembali
pasien yang sudah berada di ruang operasi tersebut dan rencana operasi
dibatalkan. Klien langsung dipindahkan ke ruang ICU karena kondisinya semakin
menurun, setelah sampai di ruang ICU pasien ternyata sudah meninggal dunia.
TTV sudah tidak ada dan pupil sudah midriasis maksimal. Kecurigaan muncul
bahwa pasien meninggal saat transportasi dari ruang operasi ke ruang ICU. Saat
itu perawat yang mengambil pasien dari ruang operasi ke ruang ICU adalah
perawat yang masih baru. Namun semua pihak tidak langsung menyalahkan
perawat baru tersebut, kasus tersebut langsung dianalisa penyebabnya dan
diselesaikan secara damai antara pihak Rumah Sakit dan pihak korban.
2.2. Analisa kasus
Bagian ini membahas perundangan – undangan atau peraturan Kesehatan yang
terkait dengan kasus tersebut. Kasus ini terkait dengan beberapa UU Kesehatan
yang telah ditetapkan Pemerintah seperti yang tersebut dibawah ini :
1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Pasal 28
Ayat (3) : Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar
prosedur operasional.
3
Universitas Indonesia
4
Kecurigaan kelalaian dari kasus ini adalah ketika perawat yang masih baru
diberikan kewenangan untuk mengambil klien dari ruang operasi dan
memindahkannya ke ruang ICU, kita belum mengetahui apakah perawat tersebut
sudah dapat mengatasi keadaan kegawatdaruratan yang dialami klien saat
memindahkan dari ruang operasi ke ruang ICU. Menurut standar prosedur
operasional (SPO) setiap akan memindahkan klien dari satu ruangan ke ruangan
yang lain, petugas kesehatan harus membawa peralatan yang dapat digunakan
untuk menangani kegawatdaruratan saat melakukan transportasi, misalnya:
membawa tabung oksigen, ambu bag/bag valve mask, obat-obat emergency dan
peralatan lainnya dan mampu menangani kasus kegawatdaruratan selama
memindahkan pasien. Dijelaskan pada pasal 35 ayat (1) Dalam keadaan darurat
untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat melakukan tindakan
medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya, ayat (2) Pertolongan
pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan
nyawa klien dan mencegah kecatatan lebih lanjut, dan ayat (4) Keadaan darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil
evaluasi berdasarkan keilmuannya. Dari pasal 35 ayat (4) sudah dijelaskan bahwa
untuk menentukan kondisi darurat perawat harus dapat mengevaluasi kondisi
kliennya sesuai keilmuannya atau kompetensinya.
Pasal 29
Ayat (3) : Pelaksanaan tugas perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Jika perawat baru ini mendapat perintah dari perawat lain yang lebih senior untuk
memindahkan pasien, maka perawat senior tersebut harus memastikan apakah
perawat baru tersebut dapat melaksanakan tugas secara bertanggung jawab dan
akuntabel. Apabila perawat baru tersebut belum memiliki pengalaman dan
kemampuan memindahkan klien maka sebaiknya didampingi oleh perawat yang
lebih senior. Apabila kasus ini mengandung unsur kelalaian saat melakukan
pemindahan klien maka dapat dibawa ke ranah hukum dan pihak yang terkait
dikenakan hukum pidana Pasal 359 KUHP : Kelalaian yang menyebabkan
Universitas Indonesia
5
kematian. Namun kasus ini tidak sepenuhnya menyalahkan perawat baru yang
mengambil klien dari ruang operasi ke ruang ICU, harus ditelusuri dan dianalisa
secara mendalam tentang bagaimana kronologi dari kasus ini. Penelusuran kasus
bisa dilakukan dengan metode Route Case Analysa. Pihak berwenang dapat
menelusuri kasus ini dari barang bukti tertulis misalnya catatan asuhan
keperawatan Tn. A yang telah dibuat dan diisi mulai dari perawat ruangan,
perawat ruang operasi sampai terakhir perawat ICU. Pentingnya
pendokumentasian asuhan keperawatan telah dijelaskan pada pasal 37 Point (d)
Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar. Jika
pendokumentasian sudah sesuai standar maka bisa menjadi aspek legal tindakan
keperawatan.
Pasal 32
Ayat (4): pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) hanya dapat diberikan kepada perawat profesi atau perawat vokasi terlatih
yang memiliki kompetensi yang diperlukan.
Pasal tersebut menjelaskan bahwa apabila tenaga kesehatan memberikan
wewenang seharusnya diberikan kepada perawat profesi atau perawat vokasi yang
terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan. Dalam kasus ini wewenang
tersebut diberikan oleh perawat yang baru yang belum terlatih dan belum cukup
pengalaman dalam menangani pasien dalam kondisi darurat. Seharusnya kepala
ruang ICU menunjuk perawat lain yang lebih senior untuk mendampingi perawat
baru tersebut, sehingga kelalaian itu bisa dihindari.
Apabila perawat tidak ada indikasi melakukan kelalaian dalam menjalankan tugas
atau sudah sesuai dengan standar prosedur operasional maka perawat berhak
mendapat perlindungan hukum. Hal ini tercantum dalam :
Pasal 36 : Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berhak :
Point (a) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Universitas Indonesia
6
2. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 27 ayat (1): Hak tenaga kesehatan untuk mendapatkan imbalan dan
perlindungan hukum
Pasal 29 : Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya, kelalaian harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
mediasi.
Mediasi dilakukan bila timbul sengketa antara tenaga kesehatan pemberi
pelayanan kesehatan dengan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan.
Mediasi dilakukan bertujuan untuk menyelesaikan sengketa diluar pengadilan
oleh mediator yang disepakati oleh para pihak. Kemungkinan terburuk kasus ini
adalah ketika pihak keluarga membawa kasus ini ke ranah hukum baik secara
perdata maupun pidana. Apabila ada indikasi kelalaian atau pelanggaran secara
pidana dari pihak pemberi pelayanan kesehatan bisa dikenakan Pasal 359 KUHP :
Kelalaian yang menyebabkan kematian.
Jika pihak-pihak keluarga menuntut secara perdata, maka pihak rumah sakit pun
harus ikut bertanggung jawab untuk menyelesaikan kasus ini sesuai dengan pasal
1367 KUHPer Tentang tanggung jawab majikan/atasan terhadap bawahan.
3. UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Pasal 29
Ayat (1) setiap rumah sakit mempunyai kewajiban:
Point (d) memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
Point (g) membuat, melaksanakan dan menjaga standart mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
Sesuai dengan pasal tersebut Rumah sakit bisa dituntut ke meja hukum karena
sudah melanggar pasal 29 ayat (1) point d dan g. Seharusnya Rumah Sakit
mengupayakan pemberian pelayanan gawat darurat kepada pasien dalam kondisi
apapun sehingga dapat menjaga standart mutu pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
7
Pasal (32)
Point (d) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standart
profesi dan standart prosedur operasional.
Point (f) mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
Berdasarkan pasal ini jelas bahwa hak seorang pasien adalah mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan prosedur, namun kenyataannya ada unsur kelalaian
dari perawatnya baik perawat baru maupun perawat yang memberi wewenang.
Seharusnya apabila perawat baru tidak mampu untuk melakukan asuhan
keperawatan pasien (melakukan transport pasien) maka meminta perawat senior
untuk menemani. Begitu juga dengan perawat yang memberi wewenang,
seharusnya mengetahui kualifikasi atau keahlian dari perawat baru tersebut.
Apabila pasien menuntut ini sesuai dengan point (f) yaitu pasien berhak untuk
mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan. Hal ini ditambah
lagi dengan point (q) yaitu menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart
baik secara perdata ataupun pidana.
4. UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga kesehatan
Pasal 58:
ayat (1): tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib: (a) memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standart profesi, standart pelayanan profesi, standart
prosedur operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan penerima
pelayanan kesehatan.
Ayat ini menjelaskan seperti halnya terdapat dalam UU keperawatan bahwa pada
undang-undang dijelaskan dalam memberikan tindakan atau asuhan keperawatan
dalam kasus ini transport pasien harus sesuai dengan SOP. Berdasarkan kasus
tersebut seharusnya perawat baru didampingi perawat senior dan terdapat
beberapa alat untuk tindakan darurat dari OK ke ruang ICU sehingga tidak terjadi
kelalaian yang menyebabkan kematian pada seseorang. Hal ini bisa dikenakan
hukum pidana sesuai dengan Pasal 359 KUHP.
Universitas Indonesia
8
Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan
kerugian berupa kematian, sehingga bisa dikategorikan sebagai malpraktek yang
termasuk ke dalam “criminal malpractice” yang bersifat “neglegence” atau
kelalaian yang dapat dijerat hukum antara lain:
1. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati: Barangsiapa
karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat: Ayat (1) Barang
siapa karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling
lama satu tahun. Ayat (2) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan
orang lain luka-luka sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau
alangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu
tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
denda paling tinggi tiga ratus rupiah.
3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan
(dalam hal ini profesi perawat) apabila melalaikan peraturan-peraturan
pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat
hukuman yang lebih berat pula. Pasal 361 KUHP menyatakan: Jika kejahatan
yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan
atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah
dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan
kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya diumumkan.
Pertanggungjawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain
atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.
Universitas Indonesia
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kelalaian merupakan bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan dalam
pelanggaran etik dan juga dapat digolongan dalam pelanggaran hukum, yang jelas
harus dilihat dahulu proses terjadinya kelalaian tersebut bukan pada hasil akhir
kenapa timbulnya kelalaian. Harus dilakukan penilaian terlebih dahulu atas sikap
dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh tenaga keperawatan
dengan standar yang berlaku.
Sebagai bentuk tanggung jawab dalam praktek keperawatan maka perawat
sebelum melakukan praktek keperawatan harus mempunyai kompetensi baik
keilmuan dan ketrampilan yang telah diatur dalam profesi keperawatan, dan
legalitas perawat Indonesia dalam melakukan praktek keperawatan telah diatur
oleh perundang-undangan tentang registrasi dan praktek keperawatan disamping
mengikuti beberapa peraturan perundangan yang berlaku.
Penyelesaian kasus dugaan kelalaian dan malpraktik harus dilihat sebagai suatu
kasus profesional bukan sebagai kasus kriminal, berbeda dengan
perbuatan/kegiatan yang sengaja melakukan kelalaian sehingga menyebabkan
orang lain menjadi cedera dan lain-lain. Untuk itu perawat dituntut untuk lebih
hati-hati, cermat dan tidak ceroboh dalam melakukan praktek keperawatannya.
Perawat harus selalu berdasar pada basis keilmuan keperawatan dan etika serta
peraturan hukum yang ada dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga
pasien terhindar dari kelalaian ataupun malpraktik.
3.2. Saran
Saran bagi tenaga kesehatan khsususnya perawat adalah sebaiknya cermat, tidak ceroboh dan tidak melakukan kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan. Apabila seseorang diberi wewenang oleh atas, jika merasa belum mampu dalam hal ini perawat baru minta ditemani oleh perawat senior sehinnga mengurangi risiko kematian. Perawat harus selalu berdasar pada basis keilmuan keperawatan
9
Universitas Indonesia
10
dan etika serta peraturan hukum yang ada dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga pasien terhindar dari kelalaian ataupun malpraktik.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
-----------. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
-----------. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.
-----------. (2014). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
-----------. (2014). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Soenarto Soerodibroto. (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi
Mahkamah Agung dan Hoge Road. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
11
Universitas Indonesia