KEKERASAN TERHADAP TKI

27
TEORI ORGANISASI UMUM 2 KELOMPOK 7 KELAS 2KA33 Nama Anggota : 1. Ayu Setia Dewi (11113552) 2. Ristya Dwima Saputri (17113830) 3. M. Rafli Satriawan (16113068)

description

Kekerasan Terhadap TKI

Transcript of KEKERASAN TERHADAP TKI

TEORI ORGANISASI UMUM 2

KELOMPOK 7KELAS 2KA33Nama Anggota: 1. Ayu Setia Dewi(11113552) 2. Ristya Dwima Saputri(17113830) 3. M. Rafli Satriawan(16113068)

UNIVERSITAS GUNADARMA2015

15

Kata PengantarSegala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini mengenai Kekerasan Terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW). Pada makalah ini kami membahas mengenai perkembangan kekerasan terhadap TKW di luar negeri, solusi atas kekerasan terhadap TKW di luar negeri, penyebabkan terjadinya tindakan kekerasan terhadapTKW, serta cara pemerintah menanggulangi masalah kekerasan terhadap TKW di luar negeri, ini sebagai tugas dari mata kuliah Teori Organisasi Umum2. Pada kesempatan ini kami berterima kasih kepada ibu Mima Nizma, SE,MM selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Organisasi Umum2 yang telah banyak memberi bimbingan dan pengarahan, serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Mudah-mudahan makalah ini memberikan masukan bagi banyak orang khususnya bagi orang yang mempelajari Teori Organisasi Umum2 untuk mempermudah mereka dalam membuat sebuah makalah yang baik. Demikian yang dapat kami sampaikan, sebelumnya kami mohon maaf bila dalam makalah ini dapat kesalahan baik penulisan maupun penjabarannya. Sehingga kritik dan saran yang positif sangat kami harapkan dari para pembaca. Semoga malakah ini akan bermanfaat kepada para pembaca, terutama bagi yang membutuhkannya.

Bekasi, Maret 2015

Penyusun

Daftar IsiKata PengantariDaftar Isi..... iiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang..11.2 Rumusan Masalah.31.3 Tujuan Penulisan...41.4 Manfaat Penelitian.4BAB II KAJIAN TEORI2.1 Pengertian Tenaga Kerja Wanita (TKW)..52.2 Akar Permasalahan TKW..62.3 Contoh Kasus.7BAB III PEMBAHASAN3.1 Motif Tenaga Kerja Wanita (TKW) Bekerja ke Luar Negeri83.2 Perkembangan Kekerasan Terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di Luar Negeri93.3 Solusi Kekerasan Terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri...113.4 Penyebab Masalah Tindakan TKW Indonesia di Luar Negeri. 123.5 Pemerintah Menanggulangi Masalah Kekerasan Terhadap TKW di Luar Negeri13BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan....144.2 Saran..14DAFTAR PUSAKA15

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangTenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan praktek demi peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya dengan memanfaatkan kesempatan kerja internasional yang tersedia. TKI adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timor- Leste dan Papua Nugini dll) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali sebut dengan pekerja kasar atau TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri telah memberikan dampak yang besar bagi negara Indonesia. Negara telah manerima pemasukan devisayang signitifkan sepanjang tahun 2010dari penghasilan TKI. Berdasarkan data Pusat Penelitian dan Informasi (Puslitfo) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), pemasukan devisa dari TKI sepanjang tahun 2010telah mencapai 8,24 milyar dolar AS (Rp. 80,24 triliyun). Jumlah ini merupakan kenaikan sampai 37,3% (dari Rp. 60 triliyun) dari tahun 2011, dan bila di bandingkan dengan tahun 2010 terdapat kenaikan 48,26% (dari Rp.. 50,56 triliyun).Menurut data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), untuk tahun 2010saja terdapat 900,129 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berhasil ditempatkan di luar negeri secara resmi. Berdasarkan data jumlah TKI yang berhasil ditempatkan di luar negeri pada tahun 2010 dapat diketahui bahwa kurang lebih 77% TKI adalah Tenaga Kerja Wanita (TKW). Sebagian besar dari mereka bekerja di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga.Banyak kabar yang memberitakan tentang kekerasan terhadap TKW yang bekerja di luar negeri, semua itu dapat terjadi karena kekerasan terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja, termasuk kepada Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia, mereka rela menjadi pembantu rumah tangga di luar negeri dengan meninggalkan keluarganya di rumah semata-mata karena ingin mencukupi kebutuhan keluarganya. Keterpaksaan itu mereka lakukan karena tidak ada lapangan kerja yang memadai. Jangankan untuk mereka yang hanya lulus sekolah dasar, lulusan sarjanapun masih banyak yang menganggur. Angka pengangguran sarjana bahkan sampai mencapai 1,1 juta orang pertahun. Kekerasan terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) sering terjadi di mana-mana termasuk di luar negeri, hampir setiap hari Tenaga Kerja Wanita (TKW) dari Indonesia yang bekerja di luar negeri mengalami perlakuan yang sangat tidak wajar dari majikannya. banyak tenaga kerjaIndonesia (TKI) khususnya tenaga kerja wanita (TKW) yang mengalami kekerasan, fisik, pelecehan seksual, gaji yang tidak bayar, bahkan mengalami kematian. Resiko-resiko tersebut tentu sangat memprihatinkan, Karena masih ada di negara tujuan majikan yang menganggap TKW itu sebagai budak dan layak diapakan saja sesuai dengan keinginan majikannya. Seharusnya tidak demikian, mereka harus menyadari bahwa tenaga kerja tersebut juga manusia yang patut kita sayangi. Meski diakui banyak pula Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang sukses, penderitaan mereka tidak dapat diabaikan begitu saja. Mereka juga butuh bantuan dan tanggung jawab dari pemerintah yang telah menyalurkan mereka kepada majikannya. Penanganan kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) ini terlihat tidak serius, sehingga banyak munculnya kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) terbunuh dan terluka ataupun disiksa kepada majikannya sendiri, itu semua merupakan suatu bukti bahwa sangat lemahnya perlindungan pemerintah terhadap warga negaranya.Pemerintah bersama para Pengarah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) begitu sangat bersemangat apabila menyangkut urusan duit. TKW diperas keringatnya untuk kepentingan negara. Pengusaha sebelum berangkat keluar negeri, mereka sudah di bebani banyakbiaya hingga belasan juta, saat kembalinya TKI ke tanah air, mereka juga diperas oleh banyak pihak, karena dianggap banyak duit. Akan tetapi setelah TKI sudah di serahkan kepada tangan majikannya pemerintah beserta PJTKI telah melepaskan tanggung jawabnya, mereka tidak memantau tenaga kerja tersebut. Seharusnya mereka memantaunya agar mengetahui tenaga kerja tersebut baik-baik saja, dan apabila terjadi kekerasan terhadap tenaga kerja tersebut, mereka langsung menolongnya dan menegur kepada majikannya tersebut agar tidak di lakukannya kekerasan terhadap tenaga kerja.Tidak seharusnya Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang merantau ke luar negeri itu mendapatkan perlakuan yang sangat tidak wajar di dapatkan oleh semua orang, karena mereka orang yang membutuhkan pekerjaan dan uang yang setimbang dengan pekerjaannya. Mereka kebanyakan bekerja sebagai pembantu dengan minimnya pengetahuan, itu harus menghadapi kehidupan asing di negeri orang di karenakan terjerat kesulitan ekonomi di dalam negeri. Faktor kemiskinan yang menjadi faktor pendorong mereka bekerja di negeri orang. Sulit sekali mencari pilihan bagi mereka selain bekerja di negeri orang. Mereka sangat membutuhkan ekonomi, karena ekonomi sangat penting untuk kesejahteraan di setiap keluarga. Mereka adalah orang-orang yang memiliki semangat kerja. Sayangnya, pemerintah Indonesia enggan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan.Karena itu Tenaga Kerja Wanita (TKW) rela meninggalkan keluarganya, baik suami, anak dan orang tuanya. Suami yang sebenarnya mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, tidak dapat mencegahnya karena suami tidak sanggup memberikan ekonomi yang cukup kepada keluarganya karena penghasilannya yang sangat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Situasi ini tidak dapat dipersalahkan kepada keluarga-keluarga TKW semata. Ini adalah hasil dari sebuah sistem negara yang salah dalam mengatur urusan umat khususnya di bidang ekonomi. Seharusnya negara ini membukakan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan, agar tidak ada lagi Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di negeri orang dan tidak ada lagi kekerasan yang dialami oleh para tenaga kerja. Mereka para pemerintah harus lebih sering lagi untuk memperhatikan rakyatnya, baik rakyat yang kurang mampu maupun rakyat yang berkecukupan. Sistem ekonomi kapitalis telah melahirkan kemiskinan stuktural. Dengan sistem ini, sampai kapan saja akan muncul orang-orang atau keluarga miskin, apabila pemerintah tidak memberantas semua ini. 1.2. Rumusan Masalah1. Apa alasan/motivasi TKW bekerja ke luar negeri ?2. Bagaimana perkembangan dan penyebab terjadinya tindakan kekerasan terhadap TKW di luar negeri ? 3.Bagaimana solusi atas kekerasan terhadap TKW di luar negeri ?4. Bagaimana cara pemerintah menanggulangi masalah kekerasan terhadap TKW di luar negeri?1.3. Tujuan Penulisan1.Untuk mengetahui alasan TKW bekerja di luar negeri2.Untuk mengatahui perkembangan terhadap kekerasan TKW di luar negeri3.Untuk mengetahui solusi atas tindakan kekerasan terhadap TKW di luar negeri4. Untuk mengetahui cara perintah dalam menaggulangi masalah kekerasan yang terjadi terhadap TKW di luar negeri1.4. Manfaat Penulisan Penulisan ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, seperti : 1. Menambah pengetahuan dan pemahaman dalam menyusun sebuah makalah Teori Organisasi Umum. 2. Memberikan informasi tentang adanya kekerasan dalam Tenaga Kerja Wanita di Indonesia.3. Menambah pengetahuan mengenai adanya perkembangan terhadap kekerasan terhadap TKW di luar negeri.

BAB IIKAJIAN TEORI2.1. Pengertian Tenaga Kerja Wanita (TKW)Mobilitas angkatan kerja wanita keluar negeri di kenal dengan sebutan TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Pada waktu itu yang disebut TKI adalah laki-laki. Ketika muncul angkatan kerja wanita ke luar negeri, mereka disebut TKW, untuk mempertegas bahwa ada tenaga kerja wanita diantara TKI. Istilah ini menunjukkan bahwa ada pembedaan diantara keduanya. akan tetapi kenyataannya presentase remitan yang dikirim lebih besar dari TKI. Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai penyalur informasi kesempatan kerja yang ada di dalam dan di luar negeri. Lembaga ini juga menyiapkan pelatihan-pelatihan bagi calon tenaga kerja yang akan di salurkan. Pelatihan semacam itu juga diberikan oleh lembaga-lembaga penyalur tenaga kerja swasta ini pada dasarnya membantu calon tenaga kerja memperoleh pekerjaan dangan sedikit keuntungan dari biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh calon tenaga kerja.Jasa(manfaat),baikjasa orang maupun manfaat pekerjaan(manfaat amal), merupakan salah satu sumber ekonomi sebuah negara, selain perdagangan, industri dan pertanian. Bahkan, dapat dikatakan jasalah yang menjadikan perdagangan, industri dan pertanian dapat berjalan. Karena itu, jasa merupakan sumber ekonomi yang sangat penting bagi negara. Karenanya, islam telah mengatur pemanfaatan jasa ini dengan sangat detail, yang kemudian secara khusus di bahas dalam hukum-hukumijarah.Dalam akadijarahini ada empat komponen :1.Ajair(Buruh)2.Mustajir(Majikan)3.Manfaat(Jasa)4.Iwadh(Kompensasi/upah)Namun demikian, bekerja untuk mencari nafkah, menghidupi dan mencukupi kebutuhan keluarganya adalah wajib. Akan tetapi, bagi kaum wanita, bekerja untuk mencari nafkah atau membantu suaminya mencukupi kebutuhan keluarganya akan tetapi tidak wajib. Meski dengan catatan, tidak mengabaikan fungsi dan tugas utamanya sebagai seorang ibu dan pengurus rumah tangga.2.2. Akar Permasalahan TKWMencuatnya kasus-kasus yang sering menimpa TKW, baik yang terjadi di dalam negara maupun di luar negeri, sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor. Mulai dari faktor ideologis, filosofis hingga sistematik. Secara ideologis, kapitalisme yang dijadikan sebagai ideologi telah menempatkan asas manfaat sebagai tolak ukur dalam memproduksi, mengkonsumsi dan mendistribusikan barang dan jasa. Faktor inilah yang menyebabkan tidak diindahkannya aspek halal-haram ketika memproduksi, mengkonsumsi dan mendistribusikan barang dan jasa di tengah-tengah masyarakat. Dan tentu tidak mengindahkan aspek-aspek yang dapat merusak masyarakat. Pada faktor filosofis juga sebagian perempuan, bekerja bukan sekedar frofesi sampingan, akan tetapi juga menjadi ajang aktualisasi diri. Dengan peran dan fropesinya, mereka tidak ingin dianggap masyarakat. Tujuannya untuk menghancurkan tatanan keluarga dan sosial di negeri-negeri kaum muslim. Padahal, mereka menjadi ibu dan pengatur rumah dan dijadikan ratu di rumah-rumah mereka. Karena seluruh kebutuhan mereka telah di penuhi oleh kepala rumah tangga, yang tidak lain adalah pria yang menjadi suaminya. Faktor ketiga adalah faktor sistemik. Munculnya TKW, termasuk pengiriman TKW keluar negeri adalah akibat kegagalan sistem ekonomi. Harus diakui, bahwa pemerintah Indonesia tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk masyarakatnya. Tidak tersedianya lapangan pekerjaan terhadap masyarakat adalah dampak dari kegiatan ekonomi non-riil. Dengan tingkat pengangguran setiap tahun 9 juta, dan skala pertumbuhan 1 persen untuk 200 ribu tenaga kerja, maka untuk menyerap tenaga kerja yang begitu besar, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 45 persen per tahun. Akan tetapi itu tidak mungkin. Akibatnya, masalah penumpukan tenaga kerja terus-menerus terjadi, dan semakin tahun, angkanya terus mengalami peningkatan. Inilah yang mendorong pemerintah untuk menyalurkan jasa TKI dan TKW ke luar negeri. Karena itu, ketiga faktor inilah yang sebenarnya menjadi akar permasalahan munculnya TKW. Selama akar masalah tersebut masih ada, dan tidak pernah diselesaikan, maka selama itu pula, masalah TKW akan selalu ada. Selain ketiga faktor ini, ada juga faktor teknis, yaitu lambatnya penyelesaian pemerintah, termasuk tidak adanya perlindungan terhadap warga negara Indonesia di luar negeri. 2.3. Contoh Kasuscontoh kasus kekerasan yang dialami TKI diantaranya, kasus yang menimpa Siti Hajar yang berumur 33 tahun, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Limbangan, Garut, Jawa Barat yang bekerja pada majikan Michael sejak Juli 2006, di Lanai Klara Condominium, Bukit Klara, Kuala Lumpur Malaysia. Siti Hajar menguak deritanya selama bekerja selama 34 bulan di sana. Dengan sekujur wajah and tubuh bagian atas dipenuhi bisul dan koreng yang memerah, Siti Hajar melarikan diri dari rumah majikannya Juni 2009 lalu. Kepada media, Hajar mengaku majikan perempuannya kerap memukuli dan menyiram tubuhnya dengan air mendidih, dan menggebukinya berulang-ulang dengan sebatang tongkat. Selain tersiksa, selama tiga tahun gaji Siti Hajar tidak dibayar majikannya. Semestinya ia berhak mendapatkan gaji sebesar 17 ribu ringgit atau Rp 15 juta per bulan. (Hutapea, Rita Uli. 10 Juni, 2009. 3 Tahun Disiksa di Malaysia, Siti Hajar Cuma Ingin Kembali ke Indonesia.

BAB IIIPEMBAHASAN3.1. Motif Tenaga Kerja Wanita (TKW) Bekerja ke Luar NegeriSemua orang pasti sepakat, alasan utama kebanyakan TKW bekerja ke luar negeri adalah faktor ekonomi. Kebanyakan mereka adalah orang miskin. Jasa tenaga kerja mereka tidak dapat disalurkan di dalam negeri karenanegara tidak menyediakan lapangan kerja yang cukup. Dengan bahasa lain,negara sebenarnya telah gagal merealisasikan kesejahteraan bagi warga negaranya. Anehnya, kebijakan pemerintah bukannya membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, akan tetapi mereka memikirkan bagaimana menjual mereka ke luar negeri sehingga negera bisa memperoleh devisa. Dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), pengiriman TKI disebut sebagai upaya menekan angka pengangguran. Setelah mereka di berangkatkan ke luar negeri, keadaan mereka disana tidak dilindungi sama sekali. Pengiriman TKI selama ini bukanlah urusan Negara, tapi PJTKI dengan pengguna jasa. Akibatnya, jika ada persoalan Negara selalu terlambat merespon permasalahan para pencari devisa tersebut.Sementara itu, peraturan di sana tidak memberikan jaminan perlindungan hukum kepada para TKI. Hanya sedikitnegara yang telah meratifikasi perlindungan terhadap para pekerja asing. Sebagian di beberapa Negara TKI dianggap sebagai budak yang dapat diperlakukan semaunya oleh para majikannya sendiri. Belum lagi, tidak dipungkiri, banyak majikan yang bertindak kejam, jauh dari sifat kemanusiaan. Mereka melakukan itu karena negaranya sendiri seolah memberi toleransi. Apabila tidak, tidak akan mungkin kasus TKW sampai mencapai angka puluhan ribu kasus.Kapitalisme yang dianut Indonesia untuk memberika kesejahteraan kepada rakyat telah gagal. Meskipun Indonesia kaya Sumber Daya Alam (SDA), namun karena kebijakan privatisasi kapitalis, hasil Sumber Daya Alam (SDA) hanya banyak memberi keuntungan pada pihak swasta atau asing. Semestinya SDA milik rakyat ini dikelola oleh negara untuk memenuhi kebutuhan asasi semua rakyat, laki-laki maupun perempuan. Apabilanegara dapat memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok dan asasi setiap rakyat, maka tidak ada perempuan yang rela meninggalkan keluarga dan menanggung risiko besar dengan menjadi TKW. Namunkemiskinan telah memaksa ribuan perempuan untuk bekerja di luar negeri meningglkan suami, anak dan keluarganya.Namun Permasalahan TKW itu memang rumit. Masalah itu bisa berasal dari TKW-nya karena tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja dinegara tujuan. Seharusnya hal ini bisa disepakati antara calon majikan dengan PJTKI tidak membahas mengenai jaminan keamanan. Yang sering terjadi justru alat komunikasi (HP) atau pun paspor diambil majikan, yang seharusnya majikan itu mengisi formulir lalu diberi persyaratan-persyaratan. Misalnya, hak untuk libur satu minggu sekali, dibolehkan untuk berkomunikasi, jam kerjanya tidak lebih 24 jam dll. Agar tidak terjadi adanya kekerasan terhadap TKW dalam negeri. 3.2. Perkembangan Kekerasan Terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di Luar NegeriBerbagai perubahan peraturan yang diterapkan oleh pemerintah di negara-negara Timur Tengah dan Asia masih belum cukup memberikan perlindungan mendasar untuk menanggulangi kekerasan yang dialami oleh tenaga kerja migran sektor domestik. Demikian pernyataan Human Rights Watch juga mengatakan bahwa walaupun akhir-akhir ini sudah terlihat perbaikan peraturan dibeberapa negara, jutaan tenaga kerja wanita yang berasal dari Asia dan Afrika masih rawan terhadap eksploitasi dan kekerasan sementara kecil kemungkinan bagi korban untuk mendapat ganti rugi. ini tentu bukan hal yang membanggakan. Justru ini adalah aib sebuah bangsa. Seharusnya para pemimpin negeri ini malu. Tapi itulah nasib TKI. Sudah bekerja di luar negeri, jauh dari keluarga, menjadi korban kekerasan. Pemerintah tidak terlalu peduli pada para tenaga kerja yang bekerja di luar negri itu.Kondisi kemiskinan yang menghimpit keluarga menjadi alasan betapa banyak warga Indonesia yang ingin bekerja diluar negeri. Apalagi ada berita gaji besar di sana. Permintaan yang tinggi untuk menjadi TKI inilah yang kemudian dimanfaatkan juga oleh perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) untuk menghasilkan keuntungan dengan menyerahkan begitu saja para tenaga kerja kepada majikanya.Tidak jarang, perusahaan-perusahaan itulah yang mengekploitasi keinginan para calon TKI dengan berbagai imbalan. Adanya praktik menyimpang ini diakui oleh Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. PJTKI di seluruh Indonesia juga melakukan pelanggaran seperti adanya unsur percaloan atau sponsor dalam proses rekrutmen yang merugikan TKI. Begitu pula, jual beli sertifikat baik sertifikat kesehatan maupun sertifikat kopetensi atau keahlian yang akhirnya menjadikan TKI menjadi korban.Bukan hanya PJTKI, menurut Komite Pimpinan Pusat (KPP) Federasi Serikat Pekerja (FSP) Bersatu Melalui Ketua Presidiumnya(BMKP), Arief Pouyono, para calon TKI juga harus membayar uang dalam jumlah besar kepada Negara. Sesuai Surat Keputusan No. 186 Tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) Departemen Tenga Kerjadan Transmigrasi setiap TKI wajib membayar Rp 15,5 juta. Ditambah dengan bunga 18 persen per tahun, uang yang harus dibayar TKI, 18,29 juta. Negara tidak begitu peduli dengan nasib mereka. Munculnya berbagai kasus TKI menunjukan hal itu. Pemecahan yang telah diberikan juga terasa asal-asalan dan tidak menyentuh akar persoalan. Perlu diketahui, ribuan TKW bernasib naas di negeri orang gara-gara ingin menutupi kemiskinan. Kasus lainnya yang di hadapi oleh Sumiati, berumur 23 tahun asal Dompu, Nusa Tenggara Timur, babak belur dipukul majukannya di Arab Saudi. Kedua kakinya hampir lumpuhdan bibirnya sobek karena dipukul terus menerus dengan kayu oleh majikannya. Awalnya Sumiati tidak pernah membayangkan nasibnya akan seperti ini. Sebelum berangkat sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW), sumiati berharap memperoleh rial ( mata uang Arab Saudi) dalam jumlah besar. Dengan uang itu, dia berharap mampu mengangkat perekonomian keluarganya yang miskin di Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun harapan itu tinggal impian, bukannya rial yng di kumpulkan namun nasib malang yang justru datang. Sekujur tubuhnya penuh luka akibat penganiayaan yang dilakukan oleh majiknnya di negeri minyak tersebut. Lukanya sangat parah. Tubuhnya mengalami luka bakar di beberapa titik. Kedua kakinya hampir mengalami kelumpuhan, kulit tubuh dan kepalanyaterkelupas, jaritengah retak, alis matanya rusak. Dan yang lebih parah, bibir bagian atasnya sobek. Kata Miea Mirlina, petugas rumah sakit King Fahd asal Indonesia. Sumiati mengaku kepada pamannya, Zulkarnain yang menjenguknya, bibir bagian atasnya hilang akibat dipukul berkali-kali dengan kayu oleh majikannya. Giginyapun rontok. Dia tidak pernah merasa tahu sebab-musabab setiap kali dia disiksa.Dia bilang, main pukul saja kalau majikannya lagi marah. Tidak jelas alasannya, Ujar Zulkarnain.Sumiati bekerja di Arab Saudi sejak10 Juli 2010. Majikannya adalah janda 54 tahunberinisialZS. Bayarannya 800 riyal atau sekitar Rp. 2 juta per bulan.Saudi Gazatte,Rabu, (24/11) memberitakan majikannya telah ditangkap dan dianalisa kondisi kejiwaannya. Penangkapan majikannya yang kejam ini beserta dengan bukti pengakuan anak lelakinya. Sang anak membantah pernyataan ibunya, bahwa Sumiati mencoba bunuh diri. Luka bakar di sekujur tubuh Sumiati diduga bekas setrikaan panas yang dan ditempelkan di kulitnya. Sehingga kasus ini bersifat criminal dan wajid diberi sanski.Human Rights Watch menghimbau negara-negara tersebut untuk mengambil langkah-langkah berikut guna mencegah dan menangani kekerasan terhadap pekerja rumah tangga: Memberikan perlindungan yang sama dalam undang-undang ketenagakerjaan kepada pekerja rumah tangga dan memberi perhatian terhadap hal-hal khusus yang berhubungan dengan lapangan pekerjaan ini seperti jam kerja yang tidak beraturan, makanan dan tempat tinggal; Menyempurnakan peraturan dan pengawasan penyalur tenaga kerja dan ongkos yang dikenakan oleh agen penyalur swasta; Menyempurnakan peraturan keimigrasian sehingga visa pekerja tidak terikat dengan sponsor perorangan dan pekerja rumah tangga bisa meminta pindah majikan tanpa harus mendapat ijin dari majikan sebelumnya; Meningkatkan akses pekerja terhadap proses hukum termasuk menyediakan mekanisme pelaporan tertutup, pengadilan dan memperluas penyediaan layanan korban; Bekerja sama dengan negara asal pekerja migran untuk memantau proses perekrutan antar negara, memberikan tanggapan atas laporan tindak kekerasan yang diterima dan memfasilitasi pengembalian tenaga kerja ke negara asal; Mendukung konvensi mengikat mengenai pekerja rumah tangga serta memberikan rekomendasi dalam konferensi ILO bulan Juni mendatang.3.3.Solusi Kekerasan Terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar NegeriSistem ekonomi kapitalis telah menciptakan kemiskinan struktural, solusinya sistem itu harus ditinggalkan! Salah TKW bukan sekedar kirim mengirimtenaga kerja, tetapi masalah kemiskinan. Ketidak tersediaan lapangan pekerjaandipadu dengan keahlian yang rendah menjadikan kondisi mereka teramat sulit. Belum lagi beban hidup kian berat. Pilihannya adalah menjadi TKW dengan segala risikonya. Kondisi tersebut sebenarnya bisa diatasi manakala pengelola negara menjalankan fungsinya sebagai negara yakni menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat. Ketika fungsi ini diabaikan, maka beban rakyat akan berat sehingga mereka akan terus berada di bawah garis kemiskinan.Tidak dapat dipungkiri, Indonesia termasuk negeri yang diberi kekayaan alam yang melimpah. Hanya saja, negara menyerahkan kekayaan tersebut kepada pihak asing. Minyak dan gas mayoritas dipegang oleh swasta asing. 3.4. Penyebab Masalah Tindakan TKW Indonesia di Luar NegeriPermasalahan yang menimpa para TKW 95% berasal dari dalam negeri. Mulai dari sistem perekrutan sampai penempatan calon TKW yang didominasi oleh calo/agensi yang sering menyalahi aturan atau prosedur yang berlaku. Mereka memanfaatkan kelemahan calon TKW yang ingin bekerja ke luar negeri dengan gaji yang besar dan memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, namun kurang dalam informasi dan pengetahuan tentang prosedur untuk menjadi calon tenaga kerja ke luar negeri.Penyebab masalah yang menimpa para tenaga kerja Indonesia khususnya Tenaga Kerja Wanita (TKW) juga disebabkan oleh sebagian besar dari mereka tidak memiliki daya saing di pasar tenaga kerja di tempat kerja, karena mereka relatif tidak berkualitas. Hal ini dapat diukur dari profil tenaga kerja Indonesia antara lain: (1) tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan sesuai yang dibutuhkan jenis pekerjaannya; (2) tidak memiliki kepribadian yang tangguh, sehingga cenderung tidak dapat membawa diri; (3) tidak memiliki pengetahuan tentang hukum dan peraturan perundangan, setidaknya hukum dan peraturan perundangan yang menyangkut posisi dirinya sebagai tenaga migran; (4) tidak memahami budaya di tempat mereka bekerja; (5) tidak piawai menggunakan teknologi, misalnya peralatan elektronik yang sering digunakan di tempat mereka bekerja; (6) tidak menguasai bahasa yang digunakan mitra kerjanya.3.5. Pemerintah Menanggulangi Masalah Kekerasan Terhadap TKW di Luar NegeriUndang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (PPTKILN) yang ada saat ini belum mampu memberikan perlindungan kepada tenaga kerja Indonesia di luar negeri karena aksi kekerasan dan tindakan yang merugikan TKI masih terus terjadi. Meskipun pemerintah sudah melakukan banyak hal terkait dengan perlindungan TKI terutama yang di luar negeri, namun tidak berdampak pada pengurangan kasus-kasus yang dialami mereka. Kasus kekerasan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan kasus yang sering diperbincangkan ditengah masyarakat. Hampir sepanjang tahun, sejumlah permasalahan-permasalahan mengenai TKI terus bermunculan. Namun, pemerintah nampaknya belum menunjukkan atau memperlihatkan solusi yang pas untuk menyelesaikan masalah ini. Sejumlah permasalahan seperti kurangnya dalam bentuk hukum yang mengatur mengenai permsalahan TKI, dan pemerintah sendiri terlihat tidak terlalu serius. Dalam hal Ini juga bukti pemerintah tidak bisa menciptakan kesempatan kerja di dalam negeri. Justru akan semakin minim perlindungannegara. pemerintah memberikan masukan bahkan mendesak untuk mengubah kebijakan agar lebih melindungi dan menjamin TKI. Tetapi selama ini belum ada masukan-masukan dari masyarakat, buruh migrant, keluarga buruh migrant, itukan hanya dianggap sebagai angin lalu saja. Hak-hak dasar buruh adalah soal gaji, jam kerja, kebebasan berserikat, kebebasan bergerak, kebebasan menjalankan agama, kebebasan mengirimkan uang gaji mereka. Hak-hak dasar buruh itulah yang harus dijamin pemerintah. Bukan sekedar mengatur pola migrasi TKI dari Indonesia ke Negara lain seperti yang selama ini dilkukan. Oleh karena itu, perlu adanya desakan pemerintah untuk berhenti bergantung kepadanegara lain dalam melindungi warga negaranya. Tetapi pemerintah harus dapat mengeluarkan TKI dari krisis yang membuat hak-haknya terlanggar di luar negeri.

BAB IVPENUTUP4.1. KesimpulanDapat disimpulkan bahwa Alasan utama pada TKW bekerja ke luar negeri adalah faktor ekonomi yang sangat minim. Jasa tenaga kerja mereka tidak dapat disalurkan di dalam negeri karenanegara tidak menyediakan lapangan kerja yang cukup. Dengan bahasa lain,negara sebenarnya telah gagal merealisasikan kesejahteraan bagi warga negaranya. Hal ini kemudian menjadi sebuah permasalahan ketika gaji para TKI tidak dibayarkan serta menerima perlakuan yang tidak sepantasnya. beberapa Negara pun telah melakukan langkah nyata untuk memberikan perlindungan kepada pekerja rumah tangga. Namun perubahan-perubahan tersebut masih berjalan lambat dan harus melalui perdebatan yang sulit. Dengan demikian, untuk itulah diperlukan peran pemerintah Indonesia dalam menangani kasus-kasus tersebut. Selain itu juga, Indonesia juga telah menandatangani peraturan mengenai ketenagakerjaan, diantaranya dengan Malaysia dan Saudi Arabia.4.2. SaranSaran yang dapat kami sampaikan bahwa, seharus pemerintah bisa melihat kapasitan dan potensi keterampilan dari setiap TKW sehingga penyaluran Tenaga Kerja Wanita (TKW) dapat terwujud lebih baik lagi demi menghindari adanya tindakan kekerasan terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang tengah bekerja di luar negeri.Selama beberapa tahun belakangan ini, kasus penganiayaan terhadap kekerasan TKI terus meningkat. Pemerintah Indonesia dinilai tidak berhasil memberikan perlindungan terhadap para TKI yang bekerja di luar negeri.Oleh karena itu pemerintah, sebagai pengayom masyarakat diharapkan mampu mempercepat tindakannya sebelum sejumlah kasus-kasus semakin meningkat terjadi. Selain itu, pemerintah juga harus memperbanyak landasan hukum sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan TKI tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.damandiri.or.id/file/tesis/04%20aidil%20fitri%20-%20bab%20I.pdfhttp://e-journal.uajy.ac.id/1484/2/1KOM02746.pdfhttp://eyranucwaemtea.blogdetik.com/2011/02/05/kekerasan-terhadap-tenaga-kerja-wanita/http://gebypurnama.blogspot.com/2012/11/kebijakan-pemerintah-indonesia-dalam.html(http://www.detiknews.com/read/2009/06/10/095104/1145274/10/siti-hajar-cumaingin-kembali-ke-indonesia, diakses 21 Juli 2010)).http://www.sayangi.com/hukum1/read/10631/uu-no-39-2004-belum-mampu-lindungi-tki-perempuan