KEJANG
description
Transcript of KEJANG
TUGAS ILMU KESEHATAN ANAK
KEJANG
Oleh :
Bram Ray Leonard S.Ked (08700237)
I Ketut Mahavira Diputra S.Ked (09700157)
SMF ILMU KESEHATAN ANAKRSUD SIDOARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2013
A. Pengertian
Kejang terjadi akibat lepasnya muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu populasi neuron yang
sangat mudah terpicu (focus kejang) sehingga mengganggu fungsi normal otak
Namun kejang juga dapat terjadi pada jaringan otak normal dibawah kondisi patologik tertentu,
seperti perubahan keseimbangan asam basa atau eleektrolit, kejang juga dapat merupakan manifestasi
dari suatu penyakit contohnya gangguan metabolism, infeksi intracranial, gejala putus obat, intoksikasi
obat , enselofati hipertensi
B. Klasifikasi kejang
Kejang pada bayi baru lahir (0-28 hari)
Kejang demam
Tetanus
Kejang demam
Kejang sebab radang intracranial
Gangguan metabolic dan elektrolit
Epilepsy
Gangguan peredaran darah dan trauma
Keganasan
Bahan toksik
Kelainan congenital
C. Patofisiologi
Kejang terjadi akibat lepasnya muatan paroksisimal yang berlebihan dari suatu focus kejang atau
dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan yang patologik. Aktivitas kejang
sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah ,
thalamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat epileptogenic, sedangkan lesi
diserebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Untuk mepmertahankan kelangsungan hidup sel atau oran otak diperlukan suatu energy yang
didapat dari metabolism. Bahan baku untuk metabolism otak yang terpenting adalah glukosa.
Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantara fungsi paru – paru
dan diteruskan dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energy otak
adalah glukosa melalui proses oksidasi dipecah menjadi C02 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu
membrane yang terdairi dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic.
Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)
dan sangat sulit di lalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya , kecuali ion klorida (Cl -),
akibatnya konsenstrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na + rendah, sedangkan
diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan yang disebut potensial membrane dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energy dan bantuan enzim Na ,
K, ATP ase yang terdapat pada permukaan sel.
Fenomena biokimiawi yang terjadi dalam tahap sel adalaha :
Instabilitas membrane sel saraf, sehingga lebih mudah untuk mengalami pengaktifan
Neuron – neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan
apabila terpicu akan melepaskan muatan berlebihan
Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihaan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi GABA
Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit yang
menggngu kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron. Ganguan
keseimbangan ini menyebankan peningkatan berlebihan neurotransmitter eksiatorik atau
deplesi neurotransmitter inhibitorik
D. Manifestasi klinik
Kejang diklasifikasikan sebagai parsial aatau generalisata berdasarkan apakah kesadaran utuh
atau lenyap. Kejang dengan kesadaran utuh disebut kesadaran parsial
1. Kejang parsial
a. Kejangpasrial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1. Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah atau slaah satu sisi tanda atau gejala
otonimik :
Muntah , berkeringatm muka merah, dilatasi pupil
2. Gejala somatosensoris atau sensosris khusu :
Mendengar music , merasa seakan jatuh dari udara, parastesia.
3. Gejala psikis :
Dejavu, disfagia, gangguan daya ingat
4. Biasaanya berlangsung kurang dari 1 menit
b. Kejang parsial kompleks
1. Dimulai dri kekjang parsial sederhana, kesadaran berubah tapi tidak hilang
2. Otomatisme :
Mengecapkan bibir, mengunyah atau dapat otomatisme, atau tanpa otomatisme :
tatapan terpaku
3. Biasanay berlangsung kurang dari 1 menit
2. Kejang generalisata
a. Kejang absence
1. Mentaap kosong , kepala sedikit lunglai , kelopak mata ergetar, atau nerkedip secara
cepata, tonus postural tidak hilang
2. Berlangsung beebrapa detik
b. Kejang mioklonik
1. kontraksi mirip shock mendadak yang terbatas di beberapa otot atau tungkai,
berlangsung singkat
c. kejang tonik – klonik
1. diawali dengan hilang kesadaran dan saat tonik, kaku umum pda otot ekstremitas,
batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
2. inkontinensia urin dan alvi,menggigit lidah
3. saat tonik didikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah
4. lethargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. kejang atonik
1. hialngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopat mata turun ,
kepala menunduk atau jatuh ke tanah. (drop attack)
E. diagnose kejang pada anak
a. anamnesa
1. riwayat penyakit sekarang
apakah betul kejang ?
apakah pernah kejang sebelumnya ?
apakah disertai demam ?
selama serangan
pola serangan
frekuensi serangan keadaan sebelum, , selama, sesudah kejang,
2. riwayat penyakit kejang
riwayat kehamilan
riwayat persalinan
perkembangan mental taau motoric
penyakit dahulu
3. anamnesa keluarga
b. pemeriksaan fisik :
bentuk bangkitan kejang
kesadaran
kelainan neurologi
vital sign
adakah penyakit dari orang lain
pemeriksaan neurologi:
deraja kesadaran
anatomi kepala leher
nervi cranialis
reflek : primitive, fisiologis dan patologis
motoric : tonus dan kekuatan otot
sensoris
keseimbangan
c. pemeriksaan penunjang
darah lengkap :
glukosa,BUN /S kreatinin ,LFT, asam basa darah, serum elektrolit, toksikologi, kadar
obat anti konvulsan,
urin lengkap
CSF : tekanan ,warna, jumlah sel, jenis sel, kadar protein, glukosa, biakan kuman.
Foto X-RAY kepala
EEG
CT-SCAN – MRI indikasi :tanda ICP meningkat , pembesaran kepala cepat ,
kelainan neurologis fokal ,koma, dugaan pendarahan intracranial, follow up post op
dan post radioterapi
F. Kejang Demam
1. Epidemiologi
2- 5 % pada anak dibawah 15 athun, laki laki : perempuan 1,4 : 1 sering terjadi
banyak di bulan November sampai januari (ISPA), di bulan juni – agustus (GEA),
paling banyak terjadi pada umur dibawah 1 tahun sebanyak 45,9% , dan 1 – 2 tahun
sebanayk 38,3%
2. Definisi
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38 derajat celcius) yang disebakan oleh suatu proses intracranial
Kejang demam terjadi pada 2 – 4 % anak berumur 6 bulan – 5 tahun
Anak yang mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam
kembali, tidak termasuk kejang demam
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam
Bila anak kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang yang
di dahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau
epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam
3. Klasifikasi kejang demam
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
- kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dar i15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri
- kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik , tanpa gerakan fokal
- kejang tidak berulang dalam 24 jam
- kejang demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam
2. kejang demam kompleks (kopleks febrile seizure)
- kejang lama lebih dar i15 menit
- kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umumdidahului kejang parsial
- berulang atau lebih dari 1 x dalam 24 jam ,
- catatan : kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit
atau kejang berulang lebih dar i2 kali dan diantara bangkitan kejang anak
tidak sadar . kejang lama terjadi pada 8 % kejang demam . kejang berulang
adalah kejang 2 kali atau lebih dalam satu hari diantara dua bangkitan anak
sadar, kejang berulang terjadi pada 16 % dianatara anak yang mengalamai
kejang
3. factor yang mempengaruhi kterjadinya kejang demam :
1. demam : kejang yang terjadi pada 24 jam peertama demam 75 % diatas 39
derajat celcius , 25 % suhu duatas 40 erajat celcius jadi terpenting adaldah
kecepatan peningkatan suhu
2. usia : 15 % pada usia 5 – 6 bulan, sedagkan 85 % pada 1 – 3 tahun, median
17 – 23 bulan
3. genetic 17 % : orang tua ,riwayat kejang, anaknya kejang demam, 22 % nya
bila saudara kandung ada riwayat kejang
4. diagnose kejang demam
Anamnesis :
- adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
- suhu sebelum / saat kejang , frekunsi dalam 24 jam, interval, kesadaran anak
pasca kejang penyebab demam diluar infeksi SSP (ISPA,OMA,ISK)
- riwayat tumbuh kembang, riwayat kejang demam, dan epilepsy dalam
keluarga
- singkirkan penyebab kejang yang lain (diare / muntah yang menyebabkan
gangguan elektrolit, sesak yang hipoksemia, hipoglikemi)
Pemeriksaan fisik
- kesadaran : apakah terjadi penurunan kesadaran, suhu tubuh apakah terdapat
demam
- tanda rangsangan meningeak kaku kuduk, brudznki I dan II ,kernique,
laseque
- pemeriksaan nervus kranialis
- tanda – tanda ICP meningkat : UUB ,menonjol,papil edema
- tanda infeksi diluar SSP : ISPA,OMA,ISK
- pemeriksaan neurologi, tonus, motoric, reflek fisiologis, reflek patologis
Pemeriksaan penunjuang
- Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam taau kejang. Pemeriksan dapat meliputi darah lengkap, gula darah,
elektrolit, urinalisi dan biakan darah, urine, feses,
- Pemeriksaan CSF dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis,
pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin
bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal , pungsi
lumbal dianjurkan pada bayi : bayi usi kurang dari 12 bulan : sangat di
anjurkan, nayi 12 – 18 bulan : dianjurkan , bayi . 18 bulan : tidak rutin
dilakukan
- EEG tidak direkomendasikan, EEG masih dapat dilakukan pada kejang
demam yang tidak khas , mislanya : KDK pada anak diatas 6 tahun atau
kejang demam fokal
- CT scan dan MRI hanya jika ada indikasi : kelainan neurologi fokal menetap
(hemiparesis) atau kemungkinan ada lesi structural diotak (mikrosefali,
spatisitas), terdaapt tanda ICP yang yang menigkat (kesadaran menurun ,
muntah berulah,UUB ,menonjol, paresis nervus VI ,papil oedema)
G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan fase akut
1. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat
2. Pemberian oksigen melalui face mask
3. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rectal (melalui) atau jika terpasang
selang infuse 0,2 mg/kg per infus
4. Pengawasan tanda – tanda depresi pernafasan
5. Paracetamol 10-15mg/kgBB/kali 4 kali sehari
USIA DOSIS IV (infuse) (0,2mg/kg) Dosis per rektal (0,5 mg/kg)
< 1 tahun 1 – 2 mg 2,5 – 5 mg1 – 5 tahun 3 mg 7,5 mg5– 10 tahun 5 mg 10 mg
> 10 tahun 5 – 10 mg 10 – 15 mg
Jika kejang masih berlanjut :
1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infuse diulangi. Jika belum terpasang selang infus 0,5 mg/kg
per rectal. Boleh diulang 3x jarak pemberian 15 menit
2. Pengawasan tanda- tanda depresi pernapasan
3. Pemberian fenobarbital 20 – 30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15 – 40 mg/kg per
infus dalam 30 menit. (15mg/kg adalah dosis awal)
4. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG , jika kejang masih
berlanjut ,diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan thiopental , da
nalat bantu pernapasan