KEEFEKTIFAN MODEL PICTURE AND PICTURE ...iii PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi atas nama Fifin Eka...

326
i KEEFEKTIFAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK SISWA KELAS IV SDN GUGUS PLANGKAWATI SEMARANG SKRIPSI Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Fifin Eka Yuliana 1401412126 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of KEEFEKTIFAN MODEL PICTURE AND PICTURE ...iii PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi atas nama Fifin Eka...

  • i

    KEEFEKTIFAN MODEL PICTURE AND

    PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

    MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK

    SISWA KELAS IV SDN GUGUS PLANGKAWATI

    SEMARANG

    SKRIPSI

    Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Fifin Eka Yuliana

    1401412126

    PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2016

  • ii

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Fifin Eka Yuliana

    NIM : 1401412126

    Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    judul skripsi : Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil

    Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa

    Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang.

    Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

    karya saya sendiri, bukan jiplakan hasil karya tulis orang lain baik sebagian atau

    seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

    berdasarkan kode etik ilmiah.

  • iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi atas nama Fifin Eka Yuliana NIM 1401412126 berjudul

    “Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar IPA Materi

    Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang”

    telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

    Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

    Universitas Negeri Semarang pada:

    hari : Selasa

    tanggal : 2 Agustus 2016

    Semarang, Agustus 2016

  • iv

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi atas nama Fifin Eka Yuliana NIM 1401412126 berjudul

    “Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar IPA Materi

    Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang”

    telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan

    Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

    pada:

    hari : Senin

    tanggal : 15 Agustus 2016

    Panitia Ujian Skripsi

  • v

    MOTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTO

    “Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

    betapa dekatnya meereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah” (Thomas

    Alva Edison)

    “Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan

    kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula” (Peneliti)

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu dan Bapak tercinta (Ibu Kasmiati dan

    Bapak Sulastur) beserta keluarga, terimakasih atas kasih sayang, semangat,

    dukungan, motivasi, dan doa yang selalu menyertai langkahku.

  • vi

    PRAKATA

    Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat, taufik, hidayah,dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

    skripsi dengan judul “Keefektifan Model Picture and Picture terhadap Hasil

    Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus

    Plangkawati Semarang”.

    Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari

    bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam

    kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

    1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang

    yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk studi dan

    menyelesaikan skripsi;

    2. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

    memberikan ijin melaksanakan penelitian;

    3. Drs. Isa Ansori, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

    telah memotivasi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini;

    4. Sutji Wardhayani, S.Pd.,M.Kes. Pembimbing yang dengan sabar memberikan

    bimbingan dan pengalaman hidup yang bermakna;

    5. Drs. Jaino, M.Pd. Pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan

    dan motivasi;

    6. Dra. Sri Hartati, M.Pd. Penguji Utama yang dengan sabar memberikan

    bimbingan dan masukan yang bermanfaat selama ujian sampai skripsi ini

    dapat terselesaikan;

    7. Dra. Mudrikah, M.Si. Kepala SD Negeri Gedawang 01 yang telah

    memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian;

    8. Sri Rochani, S.Pd, M.Si. Kepala SD Negeri Gedawang 02 dan Guru Kelas IV

    SD Negeri Gedawang 02 yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan

    penelitian dan telah membantu pelaksanaan penelitian ini;

    9. Ernayanti, S.Pd. Guru Kelas IV SD Negeri Gedawang 01 yang telah

    membantu dalam pelaksanaan penelitian ini;

  • vii

    10. Siswa Kelas IV SD Negeri Gedawang 01 dan SD Negeri Gedawang 02 yang

    bersedia bekerjasama dengan peneliti;

    11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

    dapat disebutkan satu persatu.

    Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga bantuan dan bimbingan

    yang diberikan menjadi amal kebaikan dan skripsi ini bermanfaat bagi peneliti

    khususnya dan bagi pembaca umumnya.

    Semarang, 2016

    Peneliti

  • viii

    ABSTRAK

    Yuliana, Fifin Eka. 2016. Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil

    Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN

    Gugus Plangkawati Semarang. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

    Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I

    Sutji Wardhayani, S.Pd.,M.Kes.,II Drs.Jaino, Mpd.

    Data awal menunjukkan hasil belajar IPA kelas IV SDN Gugus

    Plangkawati Semarang belum maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah

    pembelajaran di kelas sudah menggunakan pembelajaran kooperatif, tetapi belum

    terlihat jelas nama model pembelajarannya, bahan ajar yang digunakan LKS dan

    menggunakan buku paket, guru pada pembelajaran menggunakan ceramah, tanya

    jawab, diskusi, dan penugasan. Selain itu, kesempatan siswa untuk berdiskusi

    belum dilakukan secara maksimal. Sehingga siswa cenderung individualis dan

    belum bisa berfikir secara kritis dalam menyelesaikan permasalahan. Model

    pembelajaran Picture and Picture dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi

    permasalahan tersebut sehingga siswa dapat berfikir kritis dengan jalan

    memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh

    gambar yang disajikan, selain itu juga model ini sangat sesuai dengan

    karakteristik dan kebutuhan siswa sekolah dasar, karena model ini membuat siswa

    menjadi aktif dalam pembelajaran dan membuat siswa lebih mengetahui aplikasi

    materi yang akan disampaikan melalui gambar.

    Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model pembelajaran jigsaw

    lebih efektif terhadap hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam siswa kelas IV

    SDN Gugus Dewi Sartika Pati. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui

    keefektifan model pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar IPA materi Sumber

    Daya Alam siswa kelas IV SDN Gugus Dewi Sartika Pati.

    Bentuk penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan desain

    Non equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah

    seluruh siswa kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang. Pengambilan sampel

    menggunakan teknik cluster sampling dan terpilih SDN Gedawang 01 sebagai

    kelompok eksperimen dan SDN Gedawang 02 sebagai kelompok kontrol. Teknik

    pengumpulan data menggunakan tes, catatan lapangan, dokumentasi dan

    wawancara tidak terstruktur. Data hasil belajar dianalisis dengan uji-t dan n-gain.

    Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen

    lebih besar daripada kelass kontrol. Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen 80,02

    , sedangkan kelas kontrol 73,88. Hasil uji t menunjukkan thitung sebesar 9,38318,

    sedangkan ttabel sebesar 2,02. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa

    ada perbedaan yang signifikan di antara kedua kelompok tersebut.

    Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan model

    pembelajaran Picture and Picture efektifterhadap hasil belajar IPA materi

    Perubahan Lingkungan Fisik siswa kelas IV SDN GugusPlangkawati Semarang.

    Kata kunci: IPA; keefektifan; picture and picture;

  • ix

    DAFTARISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

    PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv

    MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

    PRAKATA ...................................................................................................... vi

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

    DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 10

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 10

    1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 10

    1.5 Definisi Operasional ............................................................................. 12

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori .......................................................................................... 13

    2.1.1 Hakikat Belajar ..................................................................................... 13

    2.1.2 Hakikat Pembelajaran .......................................................................... 18

    2.1.3 Hasil Belajar ......................................................................................... 20

    2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA ................................................................... 22

    2.1.5 Hakikat Pembelajaran IPA di SD ......................................................... 24

    2.1.6 Model Pembelajaran ............................................................................. 27

    2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 28

  • x

    2.1.8 Model Pembelajaran Picture and Picture ............................................ 30

    2.1.9 Belajar Kelompok ................................................................................ 31

    2.1.10 Teori Belajar Yang Mendukung ........................................................... 34

    2.2 Kajian Empiris ...................................................................................... 39

    2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 43

    2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 44

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Desain Eksperimen ............................................................... 45

    3.2 Prosedur Penelitian ............................................................................... 47

    3.3 Subjek Penelitian, Lokasi, dan Waktu Penelitian ................................ 49

    3.3.1 Subjek Penelitian .................................................................................. 49

    3.3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 49

    3.3.3 Waktu Penelitian .................................................................................. 49

    3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 49

    3.4.1 Populasi Penelitian ............................................................................... 49

    3.4.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 50

    3.5 Variabel Penelitian ............................................................................... 51

    3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 52

    3.6.1 Dokumentasi ......................................................................................... 52

    3.6.2 Wawancara tidak terstruktur ................................................................ 53

    3.6.3 Catatan Lapangan ................................................................................. 53

    3.6.4 Tes ........................................................................................................ 54

    3.7 Uji Coba Instrumen,Validitas, dan Reliabilitas .................................... 54

    3.7.1 Uji Coba Instrumen .............................................................................. 54

    3.7.2 Validitas ............................................................................................... 55

    3.7.3 Reliabilitas ............................................................................................ 56

    3.7.4 Daya Pembeda ...................................................................................... 57

    3.7.5 Taraf Kesukaran Soal....................................................................... 58

    3.8 Analisis Data ........................................................................................ 60

    3.8.1 Analisis Data Awal ............................................................................... 60

    3.8.2 Analisis Data Akhir .............................................................................. 61

  • xi

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 65

    4.1.1 Analisis Instrumen Penelitian ............................................................... 65

    4.1.2 Analisis Data Awal ............................................................................... 69

    4.1.3 Analisis Data Akhir .............................................................................. 71

    4.2 Pembahasan .......................................................................................... 79

    4.2.1 Pemaknaan Temuan ............................................................................. 79

    4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian .................................................................... 84

    BAB V PENUTUP

    5.1 Simpulan ............................................................................................... 87

    5.2 Saran ..................................................................................................... 88

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89

    LAMPIRAN .................................................................................................... 93

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang ...... 50

    Tabel 3.2 Kriteria Skor Gain ......................................................................... 64

    Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Soal ........................................................ 66

    Tabel 4.2 Hasil Analisis Daya Beda Soal...................................................... 68

    Tabel 4.3 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal ............................................ 69

    Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Populasi ....................................................... 70

    Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Populasi ................................................... 71

    Tabel 4.6 Nilai Pretest Kelompok dan Kelompok Kontrol........................... 72

    Tabel 4.7 Hasil Analisis Data Pretest ........................................................... 74

    Tabel 4.8 Nilai Posttest Kelompok dan Kelompok Kontrol ......................... 74

    Tabel 4.9 Hasil Analisis Data Posttest .......................................................... 76

    Tabel 4.10 Peningkatan Nilai Pretest dan Posttest ......................................... 78

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 3.1 Desain Eksperimen ................................................................... 46

    Gambar 4.1 Diagram Validitas Soal............................................................. 67

    Gambar 4.2 Diagram Hasil Analisis Daya Beda Soal .................................. 68

    Gambar 4.3 Diagram Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal ......................... 69

    Gambar 4.4 Diagram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..... 72

    Gambar 4.5 Diagram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 75

    Gambar 4.6 Diagram Peningkatan Nilai Pretest dan Posttest...................... 78

  • xiv

    DAFTAR BAGAN

    Halaman

    Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir ............................................................ 43

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Kisi-kisi Soal Uji Coba ............................................................. 94

    Lampiran 2 Soal Uji Coba ........................................................................... 97

    Lampiran 3 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, Taraf Kesukaran ......... 105

    Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ........................................... 110

    Lampiran 5 Soal Pretest dan Posttest .......................................................... 113

    Lampiran 6 Uji Normalitas dan Homogenitas Populasi .............................. 120

    Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 1 .................. 128

    Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 2 .................. 143

    Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pem\belajaran Eksperimen 3................. 161

    Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 4 .................. 178

    Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 1 ........................ 195

    Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 2 ........................ 208

    Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 3 ........................ 225

    Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 4 ........................ 240

    Lampiran 15 Catatan Lapangan ..................................................................... 255

    Lampiran 16 Daftar Nilai Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 270

    Lampiran 17 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen ............... 271

    Lampiran 18 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol ...................... 272

    Lampiran 19 Uji Kesamaan Dua Varians DataPretest .................................. 273

    Lampiran 20 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata DataPretest ............................... 274

    Lampiran 21 Daftar Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ....... 275

    Lampiran 22 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen .............. 276

    Lampiran 23 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol ..................... 277

    Lampiran 24 Uji Kesamaan Dua Varians Data Posttest ................................ 278

    Lampiran 25 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Posttest ............................ 279

    Lampiran 26 Hasil Uji Gain ........................................................................... 280

    Lampiran 27 Hasil Pengamatan Ranah Afektif dan Psikomotor ................... 281

    Lampiran 28 Hasil Wawancara ...................................................................... 299

  • xvi

    Lampiran 29 Surat-surat Penelitian................................................................ 300

    Lampiran 30 Foto-foto Dokumentasi ............................................................. 310

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

    Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

    diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Setiap warga Negara

    berhak mendapatkan pendidikan, pengajaran yang layak tanpa terkecuali. Guru

    sebagai fasilitator harus memahami kebijakan pendidikan, menguasai berbagai

    ketrampilan, keahlian agar dapat bekerja secara optimal dalam proses

    pembelajaran di sekolah.

    Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 dijelaskan

    mengenai tujuan pendidikan, yaitu berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi

    mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

    dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

    potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

    Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

    menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan dari

    pendidikan nasional tersebut merupakan suatu rumusan mengenai kualitas

    manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

  • 2

    Demi tercapainya tujuan dari pendidikan itu, maka diperlukan suatu

    peraturan yang mengatur tentang standar bagi pendidikan itu sendiri. Hal tersebut

    seperti tertulis pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang sudah

    menetapkan kurikulum pada jenjang dasar (sekolah dasar). Kurikulum untuk jenis

    pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar terdiri

    dari beberapa kelompok mata pelajaran. Salah satunya yakni kelompok mata

    pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup mata pelajaran ilmu

    pengetahuan alam (IPA).

    IPA adalah rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu

    mempelajari fenomena alam faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan

    hubungan sebab-akibatnya. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh

    dan dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya

    IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. Ada dua hal berkaitan

    yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA

    yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dan

    IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisudawati, 2014: 22 ). IPA merupakan

    mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan,

    gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh

    melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan

    penyajian gagasan-gagasan.

    Tujuan pembelajaran IPA SD/MI dalam KTSP yang tercantum dalam

    Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, bertujuan agar siswa

  • 3

    memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memperoleh keyakinan terhadap

    kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan

    keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

    konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

    sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

    tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi, dan masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan proses untuk

    menyelidiki alam sekitar, memecahkan mapersalah dan membuat keputusan; (5)

    meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

    melestarikan lingkungan alam; (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai

    alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh

    bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

    melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses,

    mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

    penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk

    terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran

    pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,

    menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberi

    ruang yang cukup untuk berkreasi, memunculkan ide gagasan yang selaras dengan

    bakat, minat, fisik dan suasana psikologi siswa. Sebagai seorang pendidik yang

    profesional, seorang guru dituntut agar mampu mengupayakan hal tersebut.

  • 4

    Pada tahun 2012 hasil studi PISA, diketahui bahwa kemampuan sains

    siswa Indonesia masih rendah. PISA atau Programme for International Student

    Assessment sendiri merupakan sebuah program penilaian internasional yang

    dikembangkan dan diikuti oleh negara-negara yang berpartisipasi didalamnya, dan

    diselenggarakan terhadap anak-anak usia 15 tahun. Hasil studi ini dapat dijadikan

    rujukan mengenai rendahnya kemampuan sains anak-anak Indonesia

    dibandingkan dengan negara lain. Dalam laporan hasil PISA 2012 (OECD, 2013)

    dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382. Indonesia

    menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain menempati

    peringkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA.

    Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia

    masih memiliki kualitas yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara

    lainnya, khususnya dalam bidang sains. Seorang guru yang mengajarkan IPA di

    sekolah dasar, haruslah memahami konsep-konsep dari pelajaran IPA itu sendiri.

    Selain itu guru juga harus membuat proses pembelajaran menjadi semenarik

    mungkin. Hal yang tidak boleh dilupakan yaitu guru harus memahami

    karakteristik dari siswa di sekolah dasar. Karena itu guru tidaklah mungkin

    mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. Kita akan selalu dituntut untuk

    memahami betul karakteristik siswa, arti belajar dan tujuan kegiatan belajar bagi

    mereka di sekolah dasar. Cakupan mata pelajaran IPA sebagian berisi

    pengetahuan-pengetahuan yang bersifat hafalan yang harus diketahui oleh siswa,

    sehingga sering kali siswa dituntut untuk mengingat materi yang banyak tanpa ada

    pemahaman dalam diri siswa.

  • 5

    Berdasarkan observasi di kelas IV SDN Gugus Plangkawati ditemukan

    beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA. Diantaranya adalah

    pembelajaran di kelas sudah menggunakan pembelajaran kooperatif, tetapi belum

    terlihat jelas nama model pembelajarannya, bahan ajar yang digunakan guru LKS

    dan menggunakan buku paket, guru pada proses pembelajaran menggunakan

    ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Selain itu, kesempatan siswa untuk

    berdiskusi belum dilakukan secara maksimal. Sehingga, siswa cenderung

    individualis dan belum bisa berfikir secara kritis dalam menyelesaikan

    permasalahan pembelajaran. Sehingga suasana pembelajaran menjadi kurang

    menyenangkan. Pembelajaran yang kurang menyenangkan tentunya tidak dapat

    membantu siswa agar aktif bertanya dan berani mengeluarkan pendapat. Hal ini

    tentu saja tidak sesuai dengan pendidikan yang dimaksud dalam UU No. 20 tahun

    2003 dimana disebutkan bahwa melalui pendidikan siswa dapat mengembangkan

    potensinya. Demi terwujudnya pendidikan yang dapat membantu siswa untuk

    dapat aktif bertanya dan berani mengungkapkan pendapat, guru harus bisa

    mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa

    untuk mengembangkan potensinya, dan memberikan kesempatan bagi siswa

    untuk berkreasi. Dari hasil observasi tersebut juga diketahui bahwa sebagian besar

    siswa belum mencapai KKM yang sudah ditentukan. Sehingga guru perlu

    menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.

    Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Gugus

    Plangkawati menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA materi perubahan

    lingkungan fisik pada siswa kelas IV SD Gedawang 01 Semarang didapat rata-

  • 6

    rata hasil belajar dari 43 siswa ada 20 siswa (46,51%) yang tidak tuntas, SD

    Gedawang 02 Semarang dari 41 siswa ada 8 siswa (19,51%) yang tidak tuntas,

    dari SD Banyumanik 01 Semarang dari 41 siswa ada 9 siswa (23,68%) tidak

    tuntas, dari SD Pudakpayung 01 dari 40 siswa ada 4 siswa (10%) yang tidak

    tuntas, dari SD Pudakpayung 02 dari 46 siswa ada 6 siswa (13,04%) yang tidak

    tuntas, dan dari SD Pudakpayung 03 dari 44 siswa ada 12 siswa (27,27%) yang

    tidak tuntas. Dari data yang diperoleh maka perlu dilaksanakan penelitian

    eksperimen untuk melihat keefektifan model pembelajaran yang inovatif guna

    meningkatkan hasil belajar IPA.

    Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, maka

    pembelajaran cooperative learning dalam hal ini picture and picture adalah salah

    satu model pembelajaran yang dirasa dapat mewujudkan suasana belajar yang

    menyenangkan dan meningkatkan aktivitas siswa. Menurut Silberman (2011: 30),

    dengan belajar secara berkelompok siswa SD memperoleh rasa aman. Dia

    berpendapat “perasaan saling memiliki memungkinkan siswa untuk menghadapi

    tantangan. Ketika siswa belajar bersama teman, mereka mendapat dukungan

    emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang

    pengetahuan mereka.” Silberman (2011: 30) juga berpendapat bahwa

    mengelompokkan siswa dan memberi mereka tugas untuk dikerjakan bersama

    merupakan cara yang baik untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka. Siswa

    menjadi cenderung lebih terlibat dalam aktivitas belajar karena mereka

    mengerjakan secara bersama-sama.

  • 7

    Model picture and picture adalah model yang menggunakan media

    gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong

    siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-

    permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

    Penerapan model picture and picture dalam pembelajaran membuat pengetahuan

    siswa lebih berkesan namun tetap memiliki kelemahan diantaranya adalah

    memakan banyak waktu dan adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak

    senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain, (Miftahul Huda, 2014: 239).

    Menurut Aris Shoimin (2014: 125) model picture and picture memiliki

    beberapa kelebihan, diantaranya:

    1) Memudahkan siswa untuk mkelekeemahami apa yang dimaksudkan oleh guru

    ketika menyampaikan materi pembelajaran.

    2) Siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diiringi dengan

    gambar-gambar.

    3) Siswa dapat membaca satu per satu sesuai dengan petunjuk yang ada pada

    gambar-gambar yang diberikan.

    4) Siswa lebih berkonsentrasi dan merasa asik karena tugas yang diberikan oleh

    guru berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari, yakni bermain gambar.

    5) Siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau bacaan yang ada pada

    gambar.

    6) Manarik bagi siswa dikarenakan melalui audio visual dalam bentuk gambar-

    gambar.

  • 8

    Dari kelebihan model yang dipaparkan di atas, model pembelajaran

    picture and picture dirasa sangat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa

    sekolah dasar. Karena model ini membuat siswa menjadi aktif dalam

    pembelajaran dan membuat siswa lebih mengetahui aplikasi dari materi yang akan

    disampaikan melalui gambar. Selain itu juga pembelajaran ini akan lebih

    bermakna bagi siswa karena siswa terlibat dalam proses penemuan bagi

    pengetahuan mereka. Sehingga diharapkan dapat lebih efektif dalam pembelajaran

    IPA di SD.

    Penelitian yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah

    penelitian yang dilakukan oleh I Kd. Putra Jaya, dkk (2014) yang berjudul “Model

    Pembelajaran Picture and Picture Berpengaruh Berbantuan Kemampuan Berpikir

    Kreatif Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Gugus Budi Utomo”. Hasil

    penelitiannya adalah didapatkan nilai rata - rata kelompok eksperimen lebih tinggi

    dari kelompok kontrol (79,29>74,06) dan hasil analisis uji-t diketahui =

    2,02 > (α = 0.05, 61) = 2.00. Dengan demikian disimpulkan bahwa model

    pembelajaran picture and picture berpengaruh terhadap kemampuan berpikir

    kreatif siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo

    Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.

    Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian Ni Md Kurniati, dkk

    (2014) yang berjudul “Pengaruh Metode Picture and Picture Terhadap Hasil

    Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Semester Genap di Gugus Kecamatan Buleleng”.

    Adapun hasil penelitiannya yaitu berdasarkan hasil analisis data, diperoleh

    =5,194 dan , (pada taraf signifikansi 5%) = 2,021. Hal ini berarti bahwa

  • 9

    > , sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang

    signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan

    metode Picture and Picture dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan

    metode pembelajaran konvensional.

    Penelitian lain juga dilakukan oleh Endah Purwaningsih pada tahun 2012,

    yang berjudul “Improving Students Writing Skill Through Picture and Picture at

    The Eight Grad Students of SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo in Academic Year

    2012/2013”. Berdasarkan hasil penelitian ini, pelaksanaan picture and picture

    dapat meningkatkan siswa kompetensi dalam menulis teks deskriptif pada siswa

    kelas SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo, terlihat dari peningkatan rata-rata siswa

    skor dari 58 meningkat menjadi 76,25. Akhirnya, peneliti memberikan saran

    bahwa guru bahasa inggris dapat menggunakan gambar dalam pembelajaran yang

    dapat mengundang siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin meneliti

    keefektifan model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran IPA yang

    diyakini dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV SDN Gugus Plangkawati

    Semarang. Antara lain dapat meningkatkan keefektifan siswa, membangun daya

    ingat siswa, mendorong guru lebih inovatif dalam kegiatan belajar mengajar,

    siswa menjadi aktif dan termotivasi, serta siswa lebih kritis dan teliti dalam

    mengamati persoalan belajar.

    Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti akan melakukan

    penelitian eksperimen dengan judul “Keefektifan Model Picture and Picture

  • 10

    terhadap Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa

    Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang”

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Apakah penerapan model picture and picture lebih efektif terhadap hasil

    belajar IPA materi perubahan lingkungan fisik pada siswa kelas IV SDN Gugus

    Plangkawati Semarang?

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    Untuk mengetahui keefektifan model picture and picture terhadap hasil

    belajar IPA materi perubahan lingkungan fisik pada siswa kelas IV SDN Gugus

    Plangkawati Semarang.

    1.4 MANFAAT PENELITIAN

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik yang bersifat

    teoritis dan praktis. Secara teoritis, model picture and picture mampu

    meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk

    kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemecahan masalah guru

    dalam membelajarkan materi IPA.

  • 11

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1.4.2.1 Bagi Siswa

    Siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bermakna melalui

    penerapan model picture and picture sehingga dapat menumbuhkan minat belajar

    siswa pada pembelajaran IPA dan meningkatkan aktivitas siswa dalam

    pembelajaran.

    1.4.2.2 Bagi Guru

    Pembelajaran melalui model picture and picture diharapkan dapat

    membantu guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran dan

    memungkinkan guru secara aktif membimbing diskusi kelompok kecil dan per

    orangan, serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya.

    1.4.2.3 Bagi Sekolah

    Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di

    sekolah, meningkatkan mutu lulusan sekolah, serta dapat mendorong sekolah

    untuk melakukan pembelajaran yang inovatif.

    1.4.2.4 Bagi Peneliti

    Bagi peneliti, hasil penelitian ini digunakan untuk mengetahui keefektifan

    model picture and picture pada pembelajaran IPA. Hasil penelitian ini juga

    digunakan sebagai alternatif model pembelajaran di kelas apabila peneliti sudah

    terjun di dunia pendidikan sebagai guru.

  • 12

    1.5 Definisi Operasional

    1) Pengertian keefektifan menurut Hamdani (2010:194) merupakan suatu konsep

    yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai

    keberhasilan individu dalam mencapai sasaran atau tingkat pencapaian tujuan-

    tujuan.

    2) Model Pembelajaran Picture and Picture merupakan model belajar aktif

    dengan media gambar. Penggunaan gambar sebagai media penyampaian

    materi dapat menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

    3) Hasil belajar siswa adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang

    yang telah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

    mengerti menjadi mengerti (Oemar Hamalik, 2015: 30).

    4) Belajar kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang

    atau lebih untuk membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang

    dihadapinya (Abu Ahmadi, 2013: 111).

  • 13

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 KAJIAN TEORI

    2.1.1 Hakikat Belajar

    Seriap manusia akan mengalami proses untuk mendapatkan pengetahuan

    yang disebut belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap

    individu. Melalui kegiatan belajar, individu memperoleh informasi dan

    pengetahuan baru. Ada beberapa pandangan tentang definisi belajar. Menurut

    Slameto (2010: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

    untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

    sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, tetapi

    aktivitas belajar umumnya disertai dengan perubahan tingkah laku. Menurut

    Siregar, dkk (2014: 3) belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang

    terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi

    (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.

    Kegiatan belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau

    melakukannya sendiri. Kosasih (2014: 2) berpendapat bahwa belajar merupakan

    perubahan tingkah laku, yakni ditandai oleh adanya sesuatu yang baru pada diri

    seseorang, entah itu bentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, ataupun

    kecakapan. Belajar merupakan hasil dari suatu pengalaman, yakni berupa interaksi

    dengan sumber belajar yang berupa lingkungan, buku (bacaan), ataupun orang.

  • 14

    Pendapat lain dari Hamalik (2011: 27), menyebutkan bahwa belajar adalah

    modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is difined

    as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut

    pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu

    hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,

    yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil pelatihan melainkan

    pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama

    tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan,

    bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan

    seterusnya.

    Dari beberapa definisi mengenai pengertian belajar di atas, dapat

    disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

    dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

    psikomotor.

    Dalam belajar, belajar memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya.

    Prinsip belajar merupakan ketentuan yang dijadikan pegangan pelaksanaan

    kegiatan belajar. Menurut Suprijono (2014: 4), menyebutkan bahwa ada 3 prinsip

    belajar. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku

    sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

    1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

    2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

    3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

  • 15

    4. Positif atau berakumulasi.

    5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

    6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any

    relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that occurs

    an result of experience.

    7. Bertujuan dan berarah.

    8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

    Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

    kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang

    dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari

    berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.

    Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan

    lingkungannya.

    Sedangkan menurut Slameto (2010: 27-28), prinsip-prinsip belajar sebagai

    berikut:

    1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

    Dalam belajar setiap siswa harus berpartisipasi aktif, menimbulkan

    motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan instruksional, dan perlu ada

    interaksi siswa dengan lingkungan.

    2) Sesuai hakekat belajar

    Belajar adalah proses kontinu, maka harus tahap demi tahap sesuai

    perkembangannya.

    3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

  • 16

    Belajar bersifat keseluruhan dengan penyajian sederhana, sehingga siswa

    mudah mengerti.

    4) Syarat keberhasilan belajar

    Belajar memerlukan sarana yang cukup agar siswa belajar dengan tenang.

    Perlu ulangan berkali-kali agar materi mendalam pada siswa.

    Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

    merupakan suatu kegiatan atau tindakan seseorang untuk melakukan perubahan

    pada diri sendiri. Perubahan yang terjadi ditandai dengan adanya perubahan

    tingkah laku dari diri seseorang yang dihasilkan dari pengalaman yang dialami.

    Perubahan yang diharapkan merupakan berubahan yang bersifat positif yaitu dari

    yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang buruk menjadi lebih baik.

    Dalam belajar kita tidak akan terlepas dari tujuan belajar. Tujuan belajar

    dapat diartikan sebagai suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan

    tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Menurut Sardiman

    (2011: 26) menyebutkan bahwa tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitu:

    (1) Untuk mendapatkan pengetahuan.

    Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan

    kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak

    dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya

    kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

    (2) Penanaman konsep dan ketrampilan.

    Penenaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu

    ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.

  • 17

    Ketrampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat,

    diamati, sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak/ penampilan dari

    anggota tubuh seseorang yang sedang belajar

    (3) Penanaman sikap.

    Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru

    harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan

    kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa

    menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

    Selain memiliki tujuan, juga terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

    belajar, menurut Hamalik (2014: 32), menyatakan bahwa belajar yang efektif

    sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor tersebut

    adalah sebagi berikut:

    (1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan

    banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,

    merasakan, berpikir, kegiatan motoris dan sebagainya maupun kegiatan-

    kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan.

    (2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan

    reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali.

    (3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa

    berhasil dan mendapat kepuasannya.

    (4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam

    belajarnya.

  • 18

    (5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman

    belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan

    sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

    (6) Pengalaman masa lampau dan pengertian yang telah dimiliki oleh siswa.

    (7) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan

    kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

    (8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar

    lebih baik daripada belajar tanpa minat.

    (9) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat

    berpengaruh dalam proses belajar mengajar

    (10) Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan

    belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran.

    2.1.2 Hakikat Pembelajaran

    Pembelajaran merupakan proses dasar dari pendidikan, dari sanalah

    lingkup terkecil sacara formal yang menentukan dunia pendidikan berjalan baik

    atau tidak. Menurut Winata Putra (2008: 1.18), menyatakan bahwa pembelajaran

    merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan

    meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena

    itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi,

    memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran

    berkaitan erat dengan jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.

    Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi

  • 19

    karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-

    kultural dalam lingkungan masyarakat.

    Pembelajaran bukan hanya proses menyampaikan materi pembelajaran

    kepada peserta didik, melainkan proses memfasilitasi peserta didik untuk belajar.

    Menurut Komalasari (2011: 3), berpendapat bahwa pembelajaran dapat

    didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/

    pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakanm dan dievaluasi secara

    sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan

    pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua

    sudut, yaitu:

    1. Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem

    Pembelajarn terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi. Komponen

    tersebut antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode

    pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi

    pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan).

    2. Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses

    Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau

    kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses belajar meliputi:

    1. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan,

    semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut

    penyiapan alat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat

    evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk

    membaca buku atau media cetak lainnya yang akan disajikan kepada siswa.

  • 20

    2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan

    pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran

    ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak.

    3. dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran

    yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan

    komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.

    Menindak lanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca

    pembelajaran ini dapat berbentuk pengayaan, dapat pula berupa pemberian

    layanan pengajaran tambahan (remidial teaching) bagi siswa yang berkesulitan

    belajar.

    Selain itu, pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi dua arah dari

    seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi

    (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang tela ditetapkan

    sebelumnya (Trianto, 2014:19).

    Dari uraian tentang pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa ada 3

    rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, yaitu

    meliputi persiapan, pelakssanaan pembelajaran dengan mengaju pada persiapan

    pembelajaran, dan pengaruh pendekatan dan metode-metode pembelajaran yang

    digunakan.

    2.1.3 Hasil Belajar

    Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar

    manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan

    bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata

  • 21

    yang dicapai oleh siswa dalam belajar. Menurut Oemar Hamalik (2015: 30)

    mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada

    seseorang yang telah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

    mengerti menjadi mengerti.

    Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari

    selama proses belajar itu sendiri. Menurut Susanto (2014: 5), menyebutkan secara

    sederhana bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan

    yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri

    merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

    bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajarn atau

    kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang

    berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

    atau tujuan instruksional.

    Pendapat lain diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2009: 250-251) hasil

    belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan

    sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental

    yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi

    guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

    Menurut Suprihatiningrum (2016: 38) hasil belajar dibedakan menjadi tiga

    aspek, yaitu hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif

    adalah kemampuan berhubungan dengan berpikiran, mengetahui, dan

    memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensifik, aplikatif, sintesis,

    analisis dan pengetahuan evaluatif. Aspek afektif adalah kemampuan yang

  • 22

    berhubungan dengan sifat, nilai, minat, dan apresiasi. Sedangkan aspek

    psikomotor berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan

    syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kawasan psikomotor mencakup,

    tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau

    motorik.

    Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, kita dapat

    menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang didapat oleh

    individu dan merupakan hasil dari kegiatan belajar. Perubahan perilaku ini berupa

    kemampuan baru yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar

    dan mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini

    difokuskan pada salah satu ranah dalam teori hasil belajar yaitu pada ranah

    kognitif. Sehingga, peneliti akan mengolah data dari tes yang diberikan kepada

    siswa yang akan menentukan tingkat kelulusan belajar siswa.

    2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA

    Dalam kurikulum KTSP, IPA adalah salah satu mata pelajaran yang wajib

    di sekolah. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu

    mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan

    (reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab-akibatnya. Sebagai alat

    pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, IPA sebagai ilmu

    pengetahuan yang mempelajari tentang alam, sudah seyogyanya harus dikuasai

    oleh siswa.

    Menurut Carin dan Sund (1989) dalam Samatowa (2010: 20) menyebutkan

    bahwa unsur IPA terdiri dari tiga macam yaitu proses produk dan sikap.

  • 23

    1) Proses artinya, proses pemecahan masalah pada IPA menungkinkan adanya

    prosedur yang sistemastis melalui metode ilmiah.

    2) Produk artinya, IPA menghasilkan sebuah fakta, prinsip, teori dan hukum.

    Produk IPA tersebut membantu siswa untuk memahami tentang alam dan

    menerapkannya dalam kehidupan.

    3) Sikap artinya, IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang fenomena alam serta

    hubungan sebab akibat. Oleh karena itu IPA sebagai sikap menuntut siswa agar

    mampu menanggapi fenomena alam secara bijaksana.

    Asih Widi Wisudawati (2014: 24) menambahkan satu unsur untuk IPA

    yaitu aplikasi. Aplikasi artinya, metode ilmiah dan konsep IPA diterapkan dalam

    kehidupan sehari-hari dengan berbagai kreativitas, sehingga pemahaman IPA di

    SD sebagai bekal dasar pengenalan konsep IPA.

    Merujuk pada pengertian IPA, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA

    meliputi empat unsur utama yaitu: pertama, proses: prosedur pemecahan masalah

    melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,

    perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan

    kesimpulan; kedua, produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; ketiga, sikap:

    rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan

    sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui

    prosedur yang benar, IPA bersifat open ended; keempat, aplikasi: penerapan

    metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007: 100).

    Sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum, bahwa pembelajaran IPA

    sesuai dengan teori taksonomi Bloom yang menyebutkan bahwa tujuan utama dari

  • 24

    pembelajaran adalah dapat memberikan pengetahuan (kognitif). Selain

    memberikan pengetahuan (kognitif), pembelajaran IPA juga diharapkan dapat

    memberikan ketrampilan (psikomotorik), dan kemampuan sikap (afektif).

    Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan

    fakta yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam yang tersusun secara sistematis

    dan lebih menekankan pada pendekatan ketrampilan proses, sehingga siswa dapat

    menemukan sendiri fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip ilmiah yang

    berpengaruh positif dan dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

    2.1.5 Hakikat Pembelajaran IPA di SD

    IPA sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

    kebutuhan manusia. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

    berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD atau MI diharapkan ada

    penekanan pembelajaran yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk

    merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan

    kompetensi bekerja ilmiah.

    Menurut Usman Samatowa (2010:4) ada berbagai alasan yang

    menyebabkan IPA perlu dimasukkan dalam mata pelajaran di Sekolah Dasar,

    yakni: (a) IPA berfaedah bagi suatu bangsa. IPA merupakan dasar teknologi dan

    sering disebut sebagi tulang punggung pembangunan, (b) bila diajarkan dengan

    cara yang tepat, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan

    kesempatan siswa untuk berpikir kritis, (c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-

    percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa , maka IPA tidaklah merupakan mata

    pelajaran hapalan semata melainkan mata pelajaran yang bermakna dan berkesan

  • 25

    bagi siswa, (d) IPA merupakan mata pelajaran yang memiliki potensi yang dapat

    membentuk kepribadian siswa secara keseluruhan.

    Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari

    keterbatasan kemampuannya, sehingga memiliki rasa ingin tahu untuk menggali

    pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikan dalam kehidupan mereka.

    Hal ini tentu saja harus ditunjang dengan perkembangan dan meningkatkannya

    rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi dan mencari berbagai bentuk

    aplikasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bila perkembangan

    IPA diarahkan dengan tujuan yang demikian, diharapkan pembelajaran IPA

    disekolah dasar dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan

    siswa untuk bekal dimasa depan.

    Berhubungan dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Dale dalam

    Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) mengatakan hasil belajar

    seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada

    dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada

    lambang verbal (abstrak). Semakin keatas puncak kerucut semakin abstrak media

    penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari

    pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai

    dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan

    mempertimbangkan situasi belajar”. Pengalaman langsung akan memberikan

    informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena ia

    melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

    (Radyan, 2014)

  • 26

    Berikut merupakan kerucut pengalaman Edgar Dale mulai dari

    pengalaman langsung (konkret) sampai lambang kata (abstrak):

    Gambar 2.1

    Kerucut Pengalaman Edgar Dale

    Dasar pengembangan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan,

    melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama

    penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan

    kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang

    terkandung dalam pengalaman itu.

    Dengan demikian, pembelajaran IPA penting diterapkan di sekolah dasar

    agar siswa dapat mempelajari gejala-gejala alam disekitarnya secara dini sehingga

    siswa dapat menggali informasi untuk mendapatkan suatu persepsi baru tentang

    lingkungan disekitarnya. Pembelajaran IPA harus memperbanyak menggunakan

    pengalaman langsung agar daya ingat siswa terhadap hal yang baru dipelajari

    dapat bertahan lebih lama dalam memori otak.

    Lambang Kata

    Lambang Visual

    Gambar Diam, Rekaman Radio

    Gambar Hidup Pameran

    Televisi

    Karyawisata

    Dramatisasi

    Benda Tiruan/Pengamatan

    Pengalaman Langsung

  • 27

    2.1.6 Model Pembelajaran

    Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang

    tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru

    harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-

    sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan

    secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

    Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian model pembelajaran,

    diantaranya Agus Suprijono (2012: 45) menyatakan bahwa model pembelajaran

    merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi

    pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap

    implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

    Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

    menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

    belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi

    sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan

    pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan harus

    mempertimbangkan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta

    tingkat kemampuan peserta didik (Trianto, 2014:24).

    Menurut Priansa (2015: 150), berpendapat bahwa model merupakan

    kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu

    kegiatan. Model dapat dipahami juga sebagai gambaran tentang keadaan

    sesungguhnya. Berangkat dari pemahaman tersebut, maka model pembelajaran

    dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

  • 28

    sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta

    didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Model

    pembelajaran juga dapat dipahami sebagai blueorint guru dalam mempersiapkan

    dan melaksanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai

    pedoman bagi perancang kurikulum maupun guru dalam merencanakan dan

    melaksanakan proses pembelajaran.

    Dari beberapa pemikiran tentang model pembelajaran seperti yang

    dikemukakan di atas, dapat kita ambil kesimpulan tentang model pembelajaran.

    Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

    melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar.

    Selain itu, model pembelajaran juga bertujuan untuk mencapai tujuan belajar

    tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan

    para guru untuk merencanakan dan melaksanankan aktivitas pembelajaran. Model

    pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat

    dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing

    aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanankan

    aktivitas-aktivitas pembelajaran.

    2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif

    Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan akan mampu

    mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang mereka miliki.

    Di samping itu, siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber

    belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Menurut (Trianto, 2007: 27),

    model pembelajaran cooperative learning bernaung pada teori kontruktivisme,

  • 29

    yang pengajarannya menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, bahwa

    siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila

    mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.

    Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 54) menyatakan bahwa

    pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

    kelompok termsuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan

    oleh guru. Pendapat lain bahwa pembelajaran kooperatif diyakini sebagai praktik

    pedagogis untuk meningkatkan proses pembelajaran, gaya berpikir tingkat tinggi,

    perilaku sosial, sekaligus kepedulian terhadap siswa-siswa yang memiliki latar

    belakang kemampuan, penyesuaian, dan kebutuhan yang berbeda-beda Miftahul

    Huda (2015: 27).

    Menurut Rusman (2014: 207) pembelajaran kooperatif memiliki

    karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Pembelajaran secara tim

    2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

    3) Kemauan untuk bekerja sama

    4) Keterampilan bekerja sama

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

    adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada kerja sama dan interaksi antar

    siswa yang heterogen untuk memperdalam tingkat pemahaman mereka mengenai

    suatu pembelajaran.

  • 30

    2.1.8 Model Pembelajaran Picture and Picture

    Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model

    pembelajaran kooperatif, dimana guru menggunakan alat bantu atau media

    gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif

    belajar. Menurut Shoimin (2014: 122), menyatakan model picture and picture

    adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan

    menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang

    menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, sebelumnya guru

    sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik dalam bentuk kartu atau

    carta ukuran besar.

    Gambar sangat penting digunakan untuk memperjelas pengertian. Melalui

    gambar, siswa mengetahui hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Gambar dapat

    membantu guru mencapai tujuan instruksional karena selain merupakan media

    yang murah dan mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan keaktifan siswa.

    Menurut Huda (2014: 239), menyatakan keuntungan model pembelajaran picture

    and picture anatara lain: 1) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing

    siswa; 2) siswa dilatih berpikir logis dan sistematis; 3) siswa dibantu belajar

    berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan

    kebebasan siswa dalam praktik berpikir; 4) motivasi siswa untuk belajar semakin

    dikembangkan; dan 5) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

    Sedangkan menurut Hamdani (2011: 89), menyebutkan kekurangan model ini

    adalah memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif.

  • 31

    Langkah-langkah pembelajaran model picture and picture menurut

    Suprijono (2012: 125) yaitu:

    (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

    (2) Menyajikan materi sebagai pengantar

    (3) Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan

    dengan materi

    (4) Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian

    (5) Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut

    (6) Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/

    materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

    (7) Kesimpulan/ rangkuman

    Berdasarkan uraian di atas, menurut saya model pembelajaran picture and

    picture memiliki keistimewaan diantaranya adalah memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk berdiskusi tentang materi dalam bentuk gambar. Penyajian

    materi dalam bentuk gambar dapat menarik perhatian siswa dan meningkatkan

    keaktifan siswa, sehingga menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan.

    Indikator model pembelajaran picture and picture adalah terciptanya

    suasana belajar menyenangkan yang memungkinkan siswa untuk aktif bertanya

    dan berani mengeluarkan pendapat sehingga hubungan antara guru dan siswa

    berjalan secara seimbang.

    2.1.9 Belajar Kelompok

    Agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar, maka siswa perlu dilatih

    mengembangkan ketrampilan berpikir untuk memahami suatu proses dengan cara

  • 32

    mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya

    secara sistematis agar tidak terkesan monoton. Dalam setiap model pembelajaran

    apapun yang digunakan dalam pembelajaran, ceramah tidak akan terlepas dari

    model yang digunakan, termasuk juga dalam belajar kelompok.

    Belajar kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua

    orang atau lebih untuk membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang

    dihadapinya (Abu Ahmadi, 2004: 111). Sedangkan menurut Nana S. Sukmadinata

    (dalam M. Jumarin, 2000 : 50) mengemukakan pengertian bimbingan kelompok

    yaitu “usaha penyuluh pendidikan atau guru untuk membantu anak atau siswa

    yang berlangsung dalam situasi kelompok.

    Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar kelompok

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan kedewasaan dan

    meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai materi apapun yang mereka

    kehendaki secara belajar bersama-sama. Dengan melalukan kerja kelompok siswa

    memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengeksplor bakat yang mereka

    miliki,serta memilih teman yang mereka anggap baik dan tepat untuk belajar

    bersama-sama, sehingga mereka dapat dengan mudah menguasai semua

    pengetahuan yang mereka harapkan.

    Samsudin (dalam Jumarin, 2000 : 63) mengemukakan bahwa bimbingan

    kelompok belajar mempunyai tujuan:

    1) Dapat menguasai ilmu pengetahuan dan kecakapan secara bersama-sama.

    2) Dapat mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam belajar bersama-sama.

  • 33

    3) Dapat belajar bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan khususnya dalam

    belajar dari anggota kelompok yang lain.

    4) Membiasakan menghargai pendapat dan usulan orang lain.

    5) Berlatih belajar mengeluarkan ;pendapat dan usul kepada orang lain.

    6) Dapat memupuk gotong royong bagi anggota kelompoknya.

    Manfaat bimbingan belajar kelompok antara lain:

    1) Belajar dalam kelompok belajar dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih

    menyenangkan dan dinamis karena ditemani oleh teman dan berada di rumah

    sendiri sehingga dapat lebih santai. Agar efektif dan tidak berubah menjadi

    bermain diperlukan pembimbing

    2) Tersedianya kondisi belajar yang nyaman,

    3) Mudah saling memberi informasi,

    4) Dapat menghemat biaya untuk sarana belajar karena siswa dapat saling

    berbagi pakai fasilitas atau sarana belajar,

    5) Terperhatikannya karakteristik pribadi siswa,

    6) Siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar,

    7) Siswa dapat berperan aktif dalam mengelola pengetahuan yang telah dimiliki

    untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan siswa dalam memecahkan

    masalah melalui belajar secara kelompok dapat membantu siswa tersebut

    meningkatkan prestasi belajarnya,

    8) Dengan belajar kelompok, dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang

    tinggi pada diri setiap siswa. Siswa dibina untuk mengendalikan rasa egois

    yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina kesetiakawanan

  • 34

    sosial antara siswa dengan siswa. (Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain

    2002:63),

    9) Dapat membantu siswa dalam rangka bertukar pikiran mengenai soal-soal

    yang akan dibahas tersebut, kebiasaan tukar pikiran antara siswa yang satu

    dengan siswa yang lain akan memacu cara belajar untuk lebih mengetahui

    banyak tentang objek atau bahan yang sedang dipelajari.

    2.1.10 Teori Belajar yang Mendukung

    Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua

    orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam

    kandungan) hingga liang lahat. Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan

    tiap individu untuk meperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk

    pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai

    pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

    Menurut Siregar dan Nara (2011: 25-42) teori belajar dibagi menjadi 4 yaitu:

    2.1.10.1 Teori Belajar Behavioristik

    Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar

    diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi

    antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikogi behavioristik adalah suatu

    kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar merupakan akibat

    adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar

    sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya (Thobroni, 2011: 64).

    Sejalan dengan Rifa’I dan Anni (2012: 89) belajar adalah perubahan perilaku.

    Perubahan perilaku dapat berwujud perilaku tampak (overt behavior) atau

  • 35

    perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Perilaku yang tampak misalnya:

    menulis, memukul, menendang. Sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya:

    berfikir, menalar, dan berkhayal. Perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil

    belajar bersifat permanen.

    Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah

    laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya

    perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori ini menggunakan model

    hubungan stimulus respon dan menempatkan peserta didik sebagai individu yang

    pasif.

    2.1.10.2 Teori Belajar Kognitivisme

    Teori ini lebih menekankan proses belajar dari pada hasil belajar. Bagi

    penganut aliran Kognitivisme belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara

    stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir

    yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu berkesinambungan

    dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi

    melalui proses yang mengalir bersambung-sambung menyeluruh.Menurut

    psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha utuk mengerti sesuatu.

    Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari

    pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan,

    mempraktikan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

    Piaget (dalam Rifa’i, 2012: 32-35) menggambarkan tahap perkembangan

    kognitif seseorang mencakup empat tahap, yaitu:

  • 36

    a) Tahap Sensorimotori (0 – 2 Tahun) Pada tahap ini pengetahuan masih terbatas

    pada persepsi yang diperoleh dari penginderaan dan kegiatan motorik.

    Perilaku yang dimiliki masih terbatas pada respons, motorik sederhana yang

    disebabkan oleh rangsangan penginderaan.

    b) Tahap Praoperasional (2 – 7 Tahun) Pada tahap ini pemikiran lebih bersifat

    simbolis, egosentries dan intuitif sehingga tidak melibatkan pemikiran

    operasional. Pada tahap simbolis (2 – 4 tahun) anak sudah mampu

    mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai

    berkembang yang ditunjukan dengan sikap bermain sehingga muncul egoisme

    dan animisme.

    c) Tahap Operasional Konkret (7 – 11 Tahun) Pada tahap ini siswa mampu

    mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda

    konkret. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada

    situasi konkret dan kemampuan untuk menggolonggolongkan sudah ada.

    Operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau

    nyata, dapat dilihat, diraba atau dirasa dari suatu benda atau kejadian.

    d) Tahap Operasional Formal (11 – 15 Tahun) Pada tahap ini siswa sudah bisa

    berpikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih

    jelas dalam pemecahan problem verbal. Siswa juga mampu berpikir spekulatif

    tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang

    lain.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan teori kognitif menekankan

    belajar merupakan peristiwa mental seseorang dari adaptasi intelektual. Jadi,

  • 37

    dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif, pembelajaran dapat lebih

    efektif dan bermakna sehingga akan lebih memudahkan dalam pencapaian

    kompetensi dan tujuan pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran

    Picture and Picture terdapat beberapa harapan diantaranya kemampuan untuk

    menggolonggolongkan, operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada

    yang nyata, dapat dilihat atau dirasa dari suatu kejadian, mencarian informasi

    baru, menganalisis berbagai masalah, menarik simpulan dan sebagainya. Hal

    tersebut sangat didukung oleh teori belajar kognitif

    2.1.10.3 Teori Belajar Humanistik

    Menurut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada

    manusia. Dari teori-teori belajar, seperti behavioristik, kognitif, dan

    konstruktivistik, teori inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia

    filsafat daripada dunia pendidikan. Pada kenyataanya teori ini lebih banyak

    berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling

    ideal. Dengan kata lain teori ini lenih tertarik pada gagasan tentang belajar dalam

    bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa yang diamati dalam

    dunia keseharian.

    Thobroni dan Mustofa (2011: 157) menjelaskan bahwa bagi para penganut

    teori humanistik, proses belajar harus bermuara pada manusia. Pendapat tersebut

    didukung oleh Rifa’i dan Anni, bahwa teori humanistik menganggap bahwa

    pembelajaran merupakan wahana bagi siswa untuk melakukan aktualisasi diri,

    sehingga pendidik harus membangun kecenderungan dan mengorganisir kelas

    agar siswa melakukan kotak dengan peristiwa-peristiwa yang bermakna. Fokus

  • 38

    utama teori ini adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara-

    cara belajar (learning how to lear) dan meningkatkan kreativitas dan semua

    potensi siswa.

    2.1.10.4 Teori Belajar Konstruktivisme

    Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

    dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

    aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi

    siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka

    harus bekerja memacahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,

    berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto, 2014: 29).

    Konstruktivisme menekankan pada belajar sebagai proses operatif dan

    autentik. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur

    pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam

    situasi. Sedangkan belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek

    yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan hanya sekadar mempelajari teks-teks,

    terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata (Agus

    Suprijono, 2012: 39).

    Berdasarkan uraian tersebut maka teori belajar yang mendasari penelitian ini

    adalah adalah teori belajar kognitivisme dan konstruksivisme. Berdasarkan teori

    kognitif piaget, peserta didik usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional

    konkrit (7-11 tahun), oleh karena itu dalam pembelajaran hendaklah

    menggunakan benda-benda konkrit dan sesuai dengan situasi nyata sehingga

    siswa mudah memahami materi yang diberikan guru. Teori konstruktivisme

  • 39

    digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan pengalaman siswa dalam

    menerima pengetahuan, karena pada pembelajaran siswa dituntut untuk

    memikirkan, menanggapi, dan memecahkan permasalahan yang diberikan guru

    secara mandiri dengan mengontruksi berbagai pengetahuan yang telah dimiliki

    sebelumnya.

    2.2 KAJIAN EMPIRIS

    Beberapa hasil penelitian yang mendukung pada penelitian ini diantaranya

    adalah:

    Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ulil Aidi (2014), yang berjudul

    “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Sikap

    Toleran terhadap Keberagaman Siswa”. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan

    Pembelajaran dengan Model Picture and Picture menunjukkan hasil yaitu pada

    siklus I secara keseluruhan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar

    47,37%, sedangkan hasil observasi pelaksanaan PTK pada siklus II secara

    keseluruhan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar 78,95%.

    Peningkatan kegiatan layanan setiap siklus dari siklus I ke siklus II sebesar

    78,95% - 47,37%, = 31,58%. Simpulan dari penelitian ini adalah: dari hasil

    observasi yang dilaksanakan pada siklus I menunjukkan 47,37% siswa memahami

    akan arti rasa toleransi pada Pembelajaran dengan Model Picture and Picture, di

    siklus II siswa mengalami peningkatan dalam pemahamannya tentang arti rasa

    toleransi Pembelajaran dengan Model Picture and Picture sebasar 78,95%, mereka

  • 40

    lebih banyak bersosial dan berani mngungkapkan pendapatnya pada saat diskusi

    maupun saat pembelajaran..

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Bambang Riyono volume 2 tahun

    2015, yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Picture and Picture dengan

    Strategi Inkuiri terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”. Hasil penelitian

    menunjukan bahwa hasil belajar afektif menunjukkan peningkatan 4 sikap yang

    berada pada kriteria baik dan sangat baik. Hasil belajar psikomotorik

    menunjukkan 3 aspek yang dinilai pada kriteria baik dan sangat baik. Hasil belajar

    kognitif menunjukkan bahwa 77,8% siswa tuntas KKM. Dalam hal ini, nilai LDS

    lebih dominan menentukan nilai akhir dibandingkan nilai posttest. Hasil analisis

    tanggapan model picture and picture dengan strategi inkuiri terbukti efektif

    terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi protista.

    Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi, dkk (2013) yang

    berjudul “pengaruh Model Picture and Picture terhadap Hasil Belajar Ilmu

    Pengetahuan Sosial Kelas III SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui

    analisis data diperoleh rata-rata post-test pada kelas eksperimen diperoleh sebesar

    77,85 sedangkan kelas kontrol sebesar 74,17. Hasil perhitungan effect size data

    hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh sebesar 0,3

    diklasifikasikan dalam kategori sedang, yang berarti bahwa penerapan model

    picture and picture memberikan pengaruh yang sedang terhadap hasil belajar

    siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III Sekolah Dasar Negeri

    03 Pontianak Selatan.

  • 41

    Keempat, penelitian yang dilakukan oleh I Komang Gunadi (2013), yang

    berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan teknik

    Tutor Sebaya Berbantuan Picture and Picture terhadap Hasil Belajar TIK Siswa

    Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Sukasada tahun Ajaran 2011/2012”.

    Dari pengujian hipotesis dengan taraf signifikan 5% dan dk 79 diperoleh

    sebesar 5,493 dengan sebesar 1,990, karena , maka Ho

    ditolak, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil

    belajar antara siswa yang belajar dengan menggunakan penerapan model

    pembelajaran dengan teknik tutor sebaya berbantuan picture and picture dengan

    model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri

    1 Sukasada tahun pelajaran 2011/2012.

    Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Subbarono Pri Hartoyo, dkk

    volume 3 tahun 2013, yang berjudul “Implementasi Metode Picture and Picture

    untuk Meningkatkan Ketrampilan Menulis Cerita Bagi Siswa Kelas VI SLB

    Negeri Klungkung”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi

    metode picture and picture dapat meningkatkan ketrampilan dalam menulis cerita

    pada pelajaran Bahasa Indonesia, dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai t-

    score : -8,613 < = -2,060 peningkatan dari hasil belajar siswa pada kelas

    eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelas

    kontrol.

    Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Maryam Lalilehvand volume 8

    nomor 3 tahun 2012, yang berjudul “The Effects of Text Length and Picture on

    Reading Comprehension of Iranian EFL Students”. hasil penelitian ini

  • 42

    menunjukkan panjang teks bacaan tidak mempengaruhi pemahaman bacaan

    pembaca, nemun menunjukkan bahwa gambar memiliki pengaruh yang sangat

    signifikan terhadap kemampuan belajar peserta didik.

    Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Varibia Zulkarnaen, dkk volume

    2 nomor 3 tahun 2013, yang berjudul “The Effect of Using Composite Pictures On

    reading Comprehension Achievement of The Seventh Grade Students at SMP N 2

    Tenggarang Bondowoso”. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata

    (M) dari kelompok eksperimen adalah 75,91 dan kelompok kontrol adalah 59,52

    dan nilai t-test adalah 3,016 dan t-tabel 5% dan derajat kebebasan 70 adalah 2,00.

    Hasil nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan

    kelompok kontrol dan juga nilai t-test adalah lebih tinggi dari t-tabel. Ini berarti

    bahwa penggunaan gambar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi

    pemahaman membaca ketujuh siswa kelas di SMPN 2 Tenggarang Bandowoso.

    Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penggunaan model Picture

    and Picture efektif meningkatkan hasil dan aktivitas belajar, serta pemahaman

    siswa. Penelitian yang dilakukan sebelumnya relevan dengan penelitian yang akan