KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW DAN STAD DALAM PEMBELAJARAN...
Transcript of KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW DAN STAD DALAM PEMBELAJARAN...
KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW DAN STAD
DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V
SD NEGERI 1 KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
Latifah Fauziana
1401413556
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau keseluruhannya. Pendapat/temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Tegal, Mei 2017
Latifah Fauziana
1401413556
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan ke Sidang Skripsi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang.
Tegal, 29 Mei 2017
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing 2
Dr. Akhmad Junaedi, M.Pd. Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd.
NIP 19630923 198703 1 001 NIP 19560441 198503 2 001
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Keefektifan Model Jigsaw dan STAD dalam pembelajaran
IPS kelas V SD Negeri 1 Kejobong”oleh Latifah Fauziana 1401413556, telah
dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal
2017.
PANITIA UJIAN
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Drs. Utoyo, M.Pd.
19560427 198603 1 001 19620619 198703 1 001
Penguji Utama
Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd.
19611018 198803 1 002
Penguji 1, Penguji 2,
Drs. Sri Ismi Rahayu, M.Pd. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd.
19560441 198503 2 001 19630923 198703 1 001
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Al-Insyiroh: 6).
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain) (Al-Insyiroh: 7).
Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian (Peribahasa).
Persembahan
Untuk ibu Hidayatul Istiqomah,
bapak Tus Harjito, dan kedua
adikku, memberikan semangat dan
doa, serta selalu ada dan setia
membantu dalam kondisi apapun.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keefektifan
Model Jigsaw dan STAD dalam Pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 1 Kejobong
Kabupaten Purbalingga”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof.Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk belajar di
Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberi kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi
ini.
4. Drs.Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memfasilitasi untuk
melakukan penelitian.
5. Drs. Akhmad Junaedi,M.Pd. dan Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd., Dosen
pembimbing yang telah memberi bimbingan, pengarahan, saran, dan
motivasi kepada peneliti selama penyusunan skripsi.
vii
6. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah banyak
membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan.
7. Mutingah, S.Pd, selaku Kepala SDN 1 Kejobong, dan Sumargo, S.Pd
selaku Kepala SD Negeri 2 Pangempon, dan Kepala SD Negeri 1
Pangempon yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
8. Feri Jayatmi, S.Pd., Kusmiyati, S.Pd., Khodir S.Pd., dan Rini Sumanti,
S.Pd., guru kelas V SD 1 Kejobong, SD Negeri 2 Pangempon, dan SD
Negeri 1 Pangempon yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
9. Teman-teman mahasiswa PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang angkatan 2013 yang telah memberi
semangat dan motivasi.
10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
mendapatkan pahala dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi peneliti sendiri.
Tegal, Mei 2017
Peneliti
viii
ABSTRAK
Fauziana, Latifah. 2017. Keefektifan Model Jigsaw dan STAD dalam
Pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri 1 Kejobong Kabupaten
Purbalingga. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Akhmad
Junaedi, M.Pd dan Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd.
Kata Kunci: model Jigsaw, model STAD, hasil belajar
Guru hendaknya mampu menyajikan materi IPS melalui pembelajaran
yang menarik, sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang efektif untuk mengoptimalkan
kemampuan dan hasil belajar siswa. Model yang dapat digunakan antara lain yaitu
model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran Student Team Achievement
Division (STAD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar antara kelas yang menerapkan model pembelajaran Jigsaw dan kelas yang
menerapkan model pembelajaran model STAD pada siswa kelas V SD Negeri 1
Kejobong.
Desain yang digunakan yaitu Quasi Experimental dengan bentuk
Nonequivalent Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VA dan VB SD Negeri 1 Kejobong yang berjumlah 67 siswa yang terdiri dari 34
siswa di kelas eksperimen 1 (VA) dan 33 siswa di kelas eksperimen 2 (VB) serta
32 siswa dari SD Negeri 2 Pangempon sebagai kelas kontrol.Teknik pengumpulan
data meliputi wawancara tidak terstruktur, observasi, dokumentasi, tes, dan
angket. Analisis statistik yang digunakan yaitu Cronbach’s Alpha, Lilliefors
Levene’s, ANOVA dan Post Hoc Test.
Berdasarkan hasil uji yang dilalukan peneliti, hasilnya menunjukan nilai
signifikansi pada variabel hasil belajar kurang dari 0,05 ( 0,000 < 0,05). Adapun
Fhitung pada variabel hasil belajar lebih dari Ftabel ( 14,150 > 3,091). Nilai
signifikansi perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan
kontrol lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,005) dan kelas kelas eksperimen 2 dan
kontrol lebih kecil dari 0,05 ( 0,000 < 0,005). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model Jigsaw model STAD, dan model konvensional. Hasil
analisi uji One-Way- ANOVA dengan uji Tukey HSD menunjukan hasil
perbandingan antara kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 memiliki selisih mean
difference sebesar -1,038 (negatif), kelas eksperimen 1 dan kontrol memiliki
selisih mean difference sebesar 9,733 (positif), serta kelas eksperimen 2dan
kontrol memiliki selisih mean difference sebesar 10,772 (positif). Jadi dapat
disimpulkan bahwa model STAD lebih baik daripada model pembelajaran Jigsaw
dan pembelajaran konvensional.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
PRAKATA ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ………………………………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................. 9
1.3. Pembatasan Masalahdan Paradigma Penelitian ................................... 9
1.4. Rumusan Masalah................................................................................. 11
1.5. Tujuan Penelitian ................................................................................. 11
1.5.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 11
1.5.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 11
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................... 12
x
1.6.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 12
1.6.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 12
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 14
2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Belajar ................................................................................. 14
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar ............................................... 15
2.1.3 Pembelajaran .......................................................................................... 16
2.1.4 Hasil Belajar Siswa ............................................................................... 18
2.1.5 Karakteristik Perkembangan Siswa SD .................................................. 20
2.1.6 Pembelajaran IPS di SD ........................................................................ 23
2.1.7 Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia .......................................... 26
2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 27
2.1.9 Model Pembelajaran Jigsaw .................................................................. 29
2.1.10 Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) ...... 32
2.2 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 35
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 41
2.4 Hipotesis ................................................................................................. 43
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 45
3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 45
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 47
3.2.1 Variabel Independen .............................................................................. 48
3.2.2 Variabel Dependen ...................................................................... 48
3.3 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 48
3.3.1 Variabel Model Pembelajaran Jigsaw ................................................... 49
3.3.2 Variabel Model Pembelajaran STAD .................................................... 49
3.3.3 Variabel Hasil Belajar Siswa ......................................................... 50
3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................. 50
3.4.1 Populasi ................................................................................................. 50
3.4.2 Sampel .................................................................................................. 51
3.5 Data Penelitian ..................................................................................... 52
xi
3.5.1 Sumber Data ......................................................................................... 52
3.5.2 Jenis Data .............................................................................................. 53
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 54
3.6.1 Wawancara Tak Terstruktur ................................................................. 54
3.6.2 Dokumentasi ......................................................................................... 55
3.6.3 Observasi .............................................................................................. 56
3.6.4 Tes ......................................................................................................... 57
3.6.5 Angket ................................................................................................... 58
3.7 Instrumen Penelitian ............................................................................. 58
3.7.1 Pedoman Wawancara ............................................................................ 59
3.7.2 Dokumen .............................................................................................. 59
3.7.3 Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ............................. 59
3.7.4 Soal Tes ...................................................................................... 61
3.7.5 Angket ……………………………………………………………….. 67
3.8 Teknik Analisis Data ............................................................................ 70
3.8.1 Analisis Deskriptif Data ....................................................................... 70
3.8.2 Uji Prasyarat Analisis .......................................................................... 71
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 76
4.1 Objek Penelitian .................................................................................... 76
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 76
4.1.2 Kondisi Responden ............................................................................... 77
4.2 Analisis Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................... 78
4.2.1 Analisis Deskriptif Data Observasi Guru terhadap Pelaksanaan Model
Pembelajaran Jigsaw ............................................................................ 78
4.2.2 Analisis Deskriptif Data Observasi Guru terhadap Pelaksanaan Model
Pembelajaran STAD .............................................................................. 80
4.2.3 Analisis Deskriptif Data Observasi Guru terhadap Pelaksanaan Model
Pembelajaran Konvensional .................................................................. 81
4.2.4 Analisis Deskripsi Data Tes Awal IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan
Siswa ..................................................................................................... 82
xii
4.2.5 Analisis Deskripsi Data Tes Akhir IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan
Siswa ..................................................................................................... 85
4.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ................................................. 91
4.3.1 Uji Prasayarat Analisis .......................................................................... 91
4.3.2Analisis Akhir .............................................................................................. 94
4.4 Pembahasan ........................................................................................... 100
4.4.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran
Jigsaw, STAD dan Konvensional .......................................................... 100
4.4.2 PerbandinganHasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran
Jigsaw, STAD dan Konvensional .......................................................... 107
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................ 109
5.1 Simpulan ............................................................................................... 109
5.2 Saran ..................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 113
LAMPIRAN ........................................................................................................ 116
xiii
DAFTAR BAGAN
1.1 Paradigma Penelitian ............................................................................... 10
2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 42
3.1 Skema nonequivalent control group design ............................................ 46
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kualifikasi Presentase Pelaksanaan Pembelajaran ............................. 60
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Soal ..................................................................... 63
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Soal .................................................................. 64
Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ............................................. 66
Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji VAliditas Angket Afektif ........................................ 69
Tabel 3.6 Output Uji Reliabilitas Angket Afektif ............................................... 70
Tabel 4.1 Nilai Pengamatan Pelaksanaan Model Pembelajaran Jigsaw ............. 79
Tabel 4.2 Nilai Pengamatan Pelaksanaan Model Pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) ............................................................................ 80
Tabel 4.3 Nilai Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional ............. 81
Tabel 4.4 Deskripsi Data Nilai Tes Awal IPS ................................................... 82
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal IPS ............................................ 83
Tabel 4.6 Deskripsi Data Nilai Tes Akhir IPS ................................................... 85
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir IPS .......................................... 86
Tabel 4.8 Deskripsi Nilai Afektif ....................................................................... 88
Tabel 4.9 Distribusi Nilai Afektif ...................................................................... 89
Tabel 4.10 Klasifikasi Penilaian Afektif ............................................................ 91
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Nilai Tes Awal ...................................... 92
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Nilai Tes Awal .................................... 93
Tabel 4.13 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata .......................................................... 94
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Data Nilai Tes Akhir ...................................... 95
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Data Nilai Tes Akhir .................................. 96
Tabel 4.16 Hasil Uji ANOVA .............................................................................. 97
Tabel 4.17 Hasil Uji Tukey HSD ........................................................................ 98
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Data Nilai Tes Awal Kelas
Eksperimen 1 ..................................................................................................... 83
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Data Nilai Tes Awal Kelas
Eksperimen 2 ...................................................................................................... 84
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Kelas Kontrol ... 84
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Kelas
Eksperimen 1 ..................................................................................................... 86
Gambar 4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Kelas
Eksperimen 2 ....................................................................................................... 87
Gambar 4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol ... 87
Gambar 4.7 Histogram Nilai Afektif Kelas Eksperimen 1 ................................. 89
Gambar 4.8 Histogram Nilai Afektif Kelas Eksperimen 2 ................................. 90
Gambar 4.9 Histogram Nilai Afektif Kelas Kontrol .......................................... 90
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Nama Kelas Eksperimen 1 ................................................................ 116
2. Daftar Nama Kelas Eksperimen 2 ................................................................ 117
3. Daftar Nama Kelas Kontrol ........................................................................ 118
4. Daftar Nama Kelas Uji Coba ....................................................................... 119
5. Tabel Hasil Uji Lilliefors Nilai Ujian Akhir Semester Gasal ...................... 120
6. Tabel Hasil Uji Homogenitas Nilai Ujian Akhir Semester Gasal ............... 121
7. Tabel Hasil Uji Kesamaan Rata-rata ........................................................... 122
8. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur...................................................... 123
9. Program Semester ....................................................................................... 125
10. Silabus Pembelajaran ................................................................................... 126
11. Silabus Pengembangan Kelas Eksperimen 1 ............................................... 128
12. Silabus Pengembangan Kelas Eksperimen 2 ............................................... 132
13. Silabus Pengembangan Kelas Kontrol ........................................................ 138
14. RPP Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen 1 ............................................. 142
15. RPP Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen 1 ................................................ 153
16. RPP Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen 2 ............................................ 163
17. RPP Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen2 ................................................ 176
18. RPP Pertemuan Pertama Kelas Kontrol ....................................................... 182
19. RPP Pertemuan Kedua Kelas Kontrol ........................................................ 189
20. Materi Ajar ................................................................................................... 199
21. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Model Jigsaw ..................... 204
22. Deskriptor Observasi Pembelajaran Model Jigsaw ..................................... 208
23. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD ...................... 213
24. Deskriptor Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD ................ 217
25. Lembar Observasi Pembelajaran Konvensional .......................................... 222
26. Descriptor Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional ................. 226
27. Kisi-Kisi Soal Uji Coba .............................................................................. 229
28. Soal Tes Awal dan Akhir Uji Coba ............................................................ 233
29. Lembar Validasi Soal Kognitif oleh Penilai Ahli 1 ..................................... 244
xvii
30. Lembar Validasi Soal Kognitif oleh Penilai Ahli 2 .................................... 248
31. Hasil Uji Validitas Soal ............................................................................... 252
32. Hasil Uji Reliabilitas Soal ........................................................................... 253
33. Analisis Tingkat Kesukaran ......................................................................... 254
34. Analisis Daya Beda Soal .............................................................................. 255
35. Soal Tes Awal dan Akhir ............................................................................. 256
36. Kisi-kisi Angket Penilaian Afektif ............................................................... 262
37. Angket Penilaian Afektif ............................................................................. 264
38. Lembar Validasi Angket Afektif oleh Penilai Ahli 2 .................................. 267
39. Lembar Validasi Angket Afektif oleh Penilai Ahli 2 .................................. 271
40. Hasil Uji Validitas Angket ........................................................................... 275
41. Hasil Uji Reliabilitas Angket ...................................................................... 276
42. Angket Penilaian Afektif ............................................................................. 277
43. Data Nilai Afektif Kelas Eksperimen 1 ...................................................... 279
44. Data Nilai Afektif Kelas Eksperimen 2 ....................................................... 280
45. Data Nilai Afektif Kelas Kontrol ................................................................. 281
46. Data Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen 1 ................................................... 282
47. Data Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen 2 ................................................... 283
48. Data Nilai Tes Awal Kelas Kontrol ............................................................ 284
49. Hasil Uji Normalitas Tes Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol ................. 285
50. Hasil Uji Homogenitas Tes Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol .............. 286
51. Data Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 ................................................... 287
52. Data Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen 2 ................................................... 288
53. Data Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol ........................................................... 289
54. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol ................. 290
55. Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol ............. 291
56. Hasil Uji Post Hoc Tes Tukey HSD ............................................................. 292
57. Surat-surat Penelitian ................................................................................... 293
58. Dokumentasi ............................................................................................... 298
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan, dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah dan paradigma penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, serta manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu
bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa
itu sendiri. Kementrian Pendidikan Nasional (2012) menetapkan visi pendidikan
Indonesia yaitu terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan
nasional untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkarakter kuat
merupakan gambaran dan cerminan kondisi masa depan Indonesia yang akan
dicapai dan diarahkan secara konsisten, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi
tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang merumuskan Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bemartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggungjawab
(Depdiknas, 2007: 248).
2
Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia.
Melalui pendidikan manusia diharapkan dapat mengembangkan potensi diri
meliputi aspek pemikiran, keterampilan, dan sikap. Zainuddin (2010) dalam
Kosasih dan Sumarna (2013: 2) menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya
merupakan sarana proses humanisasi, proses pemberdayaan dan sosialisasi dalam
kerangka terjadinya proses pembangunan manusia yang inovatif, berdaya kritik,
berpengetahuan, berkepribadian, dan taat azas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Kosasih dan Sumarna (2013: 4) menyatakan, “pendidikan adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada yang belum dewasa melalui
pengajaran, bimbingan dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.”
Pendidikan mempunyai arti yang lebih luas dari pengajaran, karena sasaran
pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi
lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian siswa secara menyeluruh.
Berdasarkan rumusan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia dalam upaya meningkatkan
kualitas hidupnya untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Makna
pendidikan sangat penting bagi Indonesia sehingga pemerintah terus berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Hal tersebut sesuai dengan
3
rumusan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang
RepublikIndonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab II Pasal 3 Ayat 1 yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mejadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu cara untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
pemerintah menentukan standar pelaksanaan pendidikan. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan dan Menengah yaitu:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, serta
penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, diperlukan sistem
pendidikan dari jenjang sekolah dasar hingga menengah yang mencakup berbagai
kompetensi kompetensi dalam mata pelajaran. Pendidikan dasar merupakan
bagian terpadu daru sistem pendidikan nasional. Pelaksanaan pendidikan dasar
yang terjadi di sekolah dasra berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana
tentang pendidikan yang dikemas dalam kurikulum.
Kurikulum pendidikan dasar yang telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional Bab X Pasal 37 yang
4
menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengha wajib memuat
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahas, matematika,
ilmupengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan
jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal. Berpedoman
pada kurikulum, diharapkan tujuan pembelajaran pada semua mata pelajaran
dapat tercapai, termasuk mata pelajaran IPS.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar. Melalui
pembelajaran IPS, siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan
keterampilan memecahkan permasalahan dan peka terhadap lingkungan. Hal
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan IPS menurut Susanto (2013: 145), yaitu
“mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun
yang menimpa masyarakat”. Hadi (1997) dalam Susanto (2013: 146)
menyebutkan bahwa ada empat tujuan pendidikan IPS, yaitu knowledge, skill,
attitude, dan value.
Berdasarkan tujuan tersebut, IPS sangat penting diajarkan kepada siswa di
SD untuk mengembangkan potensinya dalam memecahkan masalah. Oleh karena
itu, diperlukan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk memperoleh
dan membangun pengetahuannya sesuai dengan pengalaman. Pada kenyataannya,
pembelajaran IPS lebih didominasi dengan pembelajaran konvensional yang
sebagian besar dilakukan dengan ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Kondisi
tersebut menunjukkan pola pembelajaran yang dikembangkan oleh guru
5
cenderung bersifat terpusat, sehingga siswa hanya menjadi objek pembelajaran.
Hal ini mengakibatkan pembelajaran kurang mampu merangsang siswa untuk
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 8 Januari 2017
dengan guru kelas V yaitu ibu Feri dan ibu Kusmiyati dari SD Negeri 1 Kejobong
diperoleh informasi bahwa pembelajaran IPS masih berpusat pada guru, guru
menulis isi materi di papan tulis, sementara siswa mencatat dan menghafal. Guru
menjelaskan materi hanya menggunakan model konvensional dan memberikan
tugas pada buku cetak atau LKS. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang
dilibatkan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru juga jarang
mengelompokkan siswa saat pembelajaran semester I, akibatnya belum seluruh
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Ketika pembelajaran dilakukan dengan
berkelompok, masih terdapat beberapa siswa yang tidak turut serta mengerjakan
tugas kelompok.
Berdasarkan permasalahan tersebut, guru harus mampu merancang
pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang
menyenangkan merupakan pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru
melainkan siswa terlibat dalam pembelajaran, berupa permainan ataupun kerja
kelompok. Pembelajaran tersebut dapat membantu siswalebih aktif dan
meningkatkan komunikasi serta bertukar pikiran dengan siswa lainnya.
Pembelajaran juga dapat lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru dalam kerja kelompok.
Guru perlu menerapkan pembelajaran yang menekankan pada kerja
kelompok agar siswa dapat terlibat aktif selama pembelajaran melalui
6
pembelajaran kooperatif. Tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu siswa dapat
aktif dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta dapat mempertanggung
jawabkannya sendiri. Pembelajaran kooperatif diterapkan melalui berbagai jenis
model pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPS yaitu model Jigsaw dan model Student Teams Achievement
Division (STAD). Kedua model tersebut diterapkan karena sama-sama saling
membantu satu sama lain dan dalam penerapannya pembelajaran berpusat pada
siswa, sehingga akan mendorong keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Model kooperatif Jigsaw menitik beratkan kepada kerja kelompok dalam
bentuk kelompok kecil. Lie (1999) dalam Rusman (2014: 218), menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar
kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari
empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling
ketergantungan posistif dan bertanggung jawab secara mandiri. Hamdayana
(2014: 87) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota
bertangung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok ahli
dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa yang terdiri atas
beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan
keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok
7
siswayang terdiri atas anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan
untuk mendalami topik tertentu kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal. Dengan menerapkan model Jigsaw memungkinkan siswa dapat
mengembangkan kreativitas kemampuannya dalam menyampaikan pengetahuan
yang ia dapat.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmaeta pada tahun 2011 dari Universitas Negeri Semarang yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada materi Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang.” Jenis
penelitian ini adalah PTK. Hasil dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan
pada peningkatan aktivitas, presentase ketuntasan dan rata-rata nilai dari siklus I
ke siklus II.
Model kooperatif lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS
adalah model Student Team Achievement Division (STAD). Student Team
Achievement Division (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran
kooperatif yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa yang
berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran
(Huda, 2014:201). Menurut Slavin (2008) dalam Shoimin (2014: 186), STAD
terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis,
skor, kemajuan individual, dan rekognisi (penghargaan) kelompok.Tidak hanya
secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender,
ras, dan etnis. Dengan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan siswa yang
8
pandai dapat membantu teman satu kelompoknya untuk memahami materi
pembelajaran karena setiap anggota kelompok dalam model pembelajaran ini
harus menyumbangkan skor untuk kelompoknya. Anggota kelompok yang pandai
tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri namun juga teman satu
kelompoknya karena kepandaian yang dimiliki tidak akan bermanfaat ketika
teman dalam kelompoknya tidak mendapatkan hasil yang maksimal.
Keberhasilan penggunaan model Student Team Achievement Divison
(STAD) sudah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Lestari pada tahun
2011 dari Universitas Negeri Semarang yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatfi Tipe STAD dalam Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS Kelas IV SD Sawah Besar 01 Kecamatan Gayamsari Semarang.”
Jenis penelitian ini adalah PTK. Hasil dari penelitian ini adalah terjadinya
peningkatan prestasi siswa yang mencapai ketuntasan 82,5%. Peningkatan juga
terlihat dari keaktifan siswa dalam proses belajar yang mencapai tingkat
keberhasilan dengan kategori baik dapat dibuktikan dibuktikan dengan hasil pada
siklus I pada kegiatan awal mendapatkan skor 3,42 dan pada siklus II menjadi
4,30 pada kegiatan inti siklus 3,32 dan siklus II mendapatkan 3,68, pada kegiatan
akhir siklus I mendapatkan 2,98 dan pada siklus II menjadi 3,75.
Belum diketahui model pembelajaran mana yang lebih efektif untuk
diterapkan di kelas V materi proklamasi kemerdekaan. Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti akan menguji keefektifan model Jigsaw dan model STAD.
Penelitian ini menggunakan metode komparasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Keefektifan Model Jigsaw dan STAD
9
dalam Pembelajaran IPS SiswaKelas V SDN 1 Kejobong Kabupaten
Purbalingga”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang
terjadi dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar. Peneliti mengidentifikasi
beberapa permasalahan sebagari berikut:
(1) Pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran IPS cenderung
pembelajaran konvensional dan kurang bervariasi.
(2) Proses pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga pesertga didik
menjadi kurang aktif dalam pembelajaran.
(3) Hasil belajar IPS melalui model konvensional belum optimal.
(4) Belum diketahui keefektifan model Jigsaw dan STAD, sehingga guru
enggan menerapkannya dalam pembelajaran.
1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian
Peneliti perlu melakukan pembatasan masalah dan menentukan paradigma
penelitian untuk membatasi masalah yang terlalu luas. Berikut ini dijelaskan
tentang pembatasan masalah dan paradigma penelitian yang peneliti gunakan.
1.3.1 Pembatasan Masalah
(1) Materi yang dipelajari terbatas pada mata pelajaran IPS yaitu proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Indikator pembelajaran yang akan diteliti berupa
menceritakan peristiwa–peristiwa penting yang terjadi di sekitar
proklamasi dan memberi contoh cara menghargai jasa tokoh kemerdekaan.
(2) Populasi dalam penelitian yaitu siswa kelas V A dan V B SD Negeri 1
Kejobong dan siswa kelas V SD Negeri 2 Pangempon.
10
(3) Penilaian dalam penelitian ini mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif
dan afektif.
1.3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan
antara variabel yang akan diteliti dan sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang akan
digunakan, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan
digunakan (Sugiyono 2014: 42). Penelitian ini mempunyai tiga variabel yaitu
model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran Student Team Achievement
Division sebagai variabel bebas (X1 dan X2) yang memengaruhi pembelajaran
IPS sebagai variabel terikat (Y). Hubungan antar variabel dapat dilihat pada bagan
berikut:
Bagan 1.1 Paradigma Penelitian
Keterangan:
X1 : Model Pembelajaran Jigsaw
X2 : Model Pembelajaran STAD
Y X1
X2 Y
11
Y : Hasil Belajar
Sugiyono (2014: 71)
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian yaitu:
(1) Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang
mendapat pelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw, STAD dan
konvensional?
(2) Lebih tinggi mana hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat
pelajaran dengan model Jigsaw, STAD dan konvensional?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dan tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
perbedaan keefektifan penerapan model pembelajaran Jigsaw dan STAD dalam
pembelajaran proklamasi kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN 1
Kejobong.
1.5.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan diadakannya
penelitian ini yaitu:
12
(1) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar
IPS siswa kelas V antara pembelajaran yang menggunakan model Jigsaw,
STAD dan konvensional.
(2) Menganalisis dan mendeskripsikan apakah hasil belajar IPS siswa kelas V
yang menggunakan model Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan yang
menggunakan model konvensional.
(3) Menganalisis dan mendeskripsikan apakah hasil belajar IPS siswa kelas V
yang menggunakan model STAD lebih tinggi dibandingkan dengan yang
menggunakan model konvensional.siswa didik kelas V yang
menggunakan model Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan yang
menggunakan model STAD.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua manfaat, yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dalam bentuk
hasil pemikiran yang berkaitan dengan teori yang digunakan, sedangkan manfaat
praktis adalah manfaat yang dapat dirasakan oleh guru, siswa, sekolah maupun
peneliti.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat teoritis yaitu menemukan
keefektifan penerapan model pembelajaran Jigsaw dan STADterhadap hasil
belajar IPS kelas V SDN Kejobong 1, serta menjadi sumber bahan yang penting
bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis atau melanjutkan penelitian
tersebut secara lebih luas dan mendalam.
1.6.2 Manfaat Praktis
13
1.6.2.1 Bagi Guru
(1) Memberi wawasan dan pengetahuan guru tentang model pembelajaran
Jigsaw dan STAD.
(2) Memotivasi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi
dan bermakna bagi siswa.
1.6.2.2 Bagi Sekolah
Memberikan informasi mengenai salah satu permasalahan dalam
pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pertimbangan sekolah dalam mengambil kebijakan untuk mengatasi
permasalahan sejenis dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah.
1.6.2.3 Bagi Peneliti
(1) Mendapat pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran
Jigsawdan STAD di SD.
(2) Menjadi bekal bagi peneliti saat menjadi guru di SD dan dapat
memberikan pengalaman untuk menciptakan karya ilmiah yang lebih baik.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada kajian pustaka dipaparkan mengenai landasan teori, hasil penelitian yang
relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
2.1 Landasan Teori
Landasan teori merupakan dasar–dasar teori yang melandasi sebuah
penelitian. Pada proposal penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa
landasan teori sesuai dengan ruang lingkup masalah penelitian.
2.1.1 Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan manusia seumur hidup.
Melalui pengalaman, siswa dapat belajar sehingga mereka memperoleh informasi
maupun kemampuan yang dapat digunakan dalam kehidupannya. Hal tersebut
didukung oleh pendapat Slavin (1994) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 66) yang
menyatakan bahwa belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal
dari pengalaman. Skinner (1958) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 90) menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku
yang dimaksud yaitu sikap, keterampilan, dan pemikiran yang tidak dihasilkan
oleh faktor–faktor lain.
Gagne (1989) dalam Susanto (2013: 1) menyatakan “belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman.” Slameto (2013: 2) menyatakan “belajar adalah
15
suatuproses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahantingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang yang berasal dari latihan dan
pengalaman yang bersifat relatif permanen, menuju kebaikan, dan berlangsung
dalam kurun waktu tertentu di dalam kehidupan. Melalui kegiatan belajar
diharapkan ketika dewasa manusia terampil melaksanakan tugas–tugas kerja
tertentu.
2.1.2 Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar
Keberhasilan belajar dalam proses pembelajaran di ruang kelas
dipengaruhi olehbeberapa faktor. Anitah (2008: 2.7) mengelompokkan faktor–faktor
tersebut menjadi dua kelompok, antara lain faktor dari dalam diri siswa(internal)
dan dari luar diri siswa (eksternal).Pertama, faktor dari dalam (internal) yang
berpengaruh terhadap hasil belajar yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,
perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan. Setiap individu memiliki
kecakapan yang berbeda–beda, kecapakan tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan kecepatan belajar yaitu sangat cepat, sedang, dan lambat. Begitu pula
pengelompokkan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan,
misalnya proses pemahamannya melalui perantara visual, verbal ataupun dibantu
dengan alat atau media.
Kedua, faktor dari luar(eksternal) yang mempengaruhi hasil belajar yaitu
lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang
gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga,
16
program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan
pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor utama yang
memengaruhi proses dan hasil belajar karena guru merupakan pengelola dalam
kelas. Berdasarkan hal tersebut, guru harus memiliki kompetensi dasar.
Ruseffendi (1991) dalam Susanto (2013: 14) mengidentifikasi faktor-
faktor yang memengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu:
kecerdasan, kesiapan anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi,
pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.
Pada intinya dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar tergantung
pada faktor dari dalam dan dari luar diri siswa. Wasliman (2007) dalam Susanto
(2013: 12) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar yang
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan
belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi hasil belajar yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat
disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa dibedakan
menjadi dua yaitu berasal dari dalam dan luar siswa.
2.1.3 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan perkembangan istilah pengajaran dan belajar
mengajar. “Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” (UU Sisdiknas No.
20 Tahun 2003). Anitah (2008: 1.15) menyatakan, “lingkungan belajar merupakan
suatu sistem yang terdiri dari komponen, yaitu: tujuan, bahan pelajaran, strategi,
17
alat, siswa, dan guru”. Semua komponen tersebut harus saling berkaitan dan
memengaruhi serta semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Surya (2003) dalam Kosasih dan Sumarna (2013: 21) mengartikan
pembelajaran sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Kosasih dan Sumarna (2013: 21) menyatakan “pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi perolehan ilmu dan
pengetahuan,penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik.”Susanto (2013: 19) mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa Dengan kata lain, pembelajaran
adalah kegiatan untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Namun
dalam implementasinya, seringkali kata pembelajaran ini diidentikkan dengan
kata mengajar.
Rusman (2011:3) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkaran belajar. Menurut
Hamalik (2010: 72,) pembelajaran merupakan proses komunikasi yang terjadi
antara guru dan siswa.Berdasarkan definisi beberapa tokoh tersebut, disimpulkan
bahwa pembelajaranmerupakan serangkaian proses yang dilakukan secara sengaja
berupa menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem
18
lingkungan belajar menggunakan berbagai metode, model, dan media, serta siswa
dan guru terlibat dalam proses tersebut.
2.1.4 Hasil Belajar
Kemampuan siswa harus diukur setelah mengikuti pembelajaran guna
mengetahui seberapa jauh siswa mampu berkembang. Hal tersebut akan diketahui
hasil belajar siswa. Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Hasil
belajar menurut Rifa’i dan Anni (2012: 69) merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar. Perubahan perilaku tersebut
sesuai dengan apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, jika siswa
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang
diperoleh berupa penguasaan konsep.
Anitah (2008: 2.19) mengemukakan “hasil belajar merupakan perubahan
perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu
secara utuh”. Perubahan perilaku dalam diri seseorang tidak dapat dilihat hanya
satu aspek, namun sejumlah aspek secara komprehensif. Berdasarkan beberapa
pendapat menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diukur menggunakan teknik penilaian tertentu setelah siswa
mengikuti pembelajaran. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan
patokan dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.Purwanto (2014: 54)
menyatakan “hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.” Manusia
19
mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat di didik dan diubah perilakunya
yang meliputi domain kognitif, psikomotorik dan afektif.
Menurut Bloom (1956) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 139) yang dapat
menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup kognitif, afektif, dan
psikomotorik, sebagai berikut: (1) ranah kognitif (cognitive domain) berkaitan
dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran. Ranah kognitif
(cognitive domain) mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, analisis,
sintesis, dan penilaian, (2) ranah afektif (affective domain) berkaitan dengan
kemampuan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah tersebut mencakup
kemampuan–kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati suatu hal
yang meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan
pembentukan pola hidup, dan (3) ranah psikomotorik (psychtomotoric domain)
berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf,
manipulasi obyek, dan koordinasi syaraf.
Ketiga ranah tersebut sebagai objek penilaian hasil belajar. Sebagian besar
guru SD hanya melakukan penilaian ranah kognitif dibandingkan dengan ranah
lainnya. Disebabkan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menguasai isi materi. Seharusnya hasil belajar afektif juga perlu menjadi bagian
dari penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.Hasil belajar mata pelajaran
IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitu kemampuan kognitif siswa
yang dapat diketahui melalui tes formatif. Penilaian afektif yaitu berupa berkaitan
dengan nilai yang berhbungan dengan materi tersebut.hal tersebut dapat diperoleh
melalui penilaian diri siswa.
Hasilbelajar mata pelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yaitu kemampuankognitif siswa yang dapat diketahui melalui tes
20
formatif.Penilaian afektif dilakukan berdasarkan pendapat Widoyoko (2014: 38-9)
menjelaskan terdapat 3 komponen sikap yaitu:
Kognisi (sikap yang timbul berdasarkan pemahaman, kepercayaan
maupun keyakinan), afeksi (sikap yang timbul berdasarkan apa
yangdirasakan), dan konasi (kecenderungan sesorang untuk
bertindak maupun bertingkah laku dengan cara-cara tertentu
berdasarkan pengetahuan maupun perasaan).
Selanjutnya, Widoyoko (2014: 39-40) menjelaskan hasil belajar sikap
dapat diamati melalui objek sikap dalam pembelajaran yang terdiri dari sikap
terhadap materi pembelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap proses
pembelajaran, dan sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan
dengan suatu materi pelajaran. Hasil belajar afektif yang telah diteliti yaitu sikap
berkaitan dengan nilai yang berhubungan dengan materi tersebut. Hal tersebut
dapat diperoleh melalui angket penilaian diri siswa.
2.1.5 Karakteristik perkembangan siswa SD
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut teori Piaget dalam Rifa’i
dan Ani (2012: 32) meliputi:
(1) Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)
Pada tahap sensorimotorik ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan
mengordinasikan pengalaman indra (sensori) mereka seperti melihat dan
mendengar) dengan gerakan motorik (otot) mereka (menggapai, menyentuh).
Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi
dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukan pola sensorimotorik
yang lebih kompleks. Selama dalam tahap ini, perilaku yang dimiliki masih
terbatas pada respon motorik sederhana yang disebabkan oleh rangsangan
penginderaan.
(2) Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
21
Tahap pemikiran ini lebih bersifat simbolis, egoisentris, dan intuitif,
sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini anak
secara mental sudah mampu mempresentasikan obyek yang tidak nampak dan
penggunaan bahasa mulai berkembang yang ditunjukan dengan sikap bermain,
sehingga muncul egoisme dan animisme. Pada tahap ini anak juga mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan
yang sering disebut intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan
pemahaman mereka, namun tidak mengetahui cara-cara apa yang mereka ingin
ketahui tanpa menggunakan pemikiran yang rasional.
(3) Tahap Operasional Kongkrit (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak mampu mengoperasikan berbagai logika namun masih
dalam bentuk benda kongkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif,
namun hanya pada situasi kongkrit dan kemampuan untuk menggolong-
golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah abstrak. Sebagi
contoh, untuk menguji hukum kekekalan, anak diminta mengamati volume air
yang berada dalam di dalam wadah yang berbeda, air dituang ke dalam gelas,
kemudian dipindahkan ke dalam mangkok lalu anak diminta berpendapat
mengenai banyaknya volume air yang berada di dalam gelas atau mangkok.
Pemikiran anak pada tahap praoperasional hanya berfokus pada tinggi atau
lebarnya tempat, namun untuk pemikiran anak pada tahap ini sudah
mengkoordinasikan kedua dimensi tadi, yaitu mengklasifikasikan atau membagi
sesuatu menjadi sub yang berbeda-beda dan memahami hubungannya.
Pada contoh kedua, guru menggambar beberapa tongkat dari ukuran yang
terpanjang sampai yang terpendek. Anak diminta untuk mengurutkan tongkat
yang terpendek sampai yang terpanjang. Anak pada tahap ini mampu melakukan,
22
karena anak dalam pemikirannya sudah mampu menyusun rangkaian, yakni
operasi kongkrit untuk mengurutkan dimensi kuantitatif, dan pengalihan, yakni
kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan-hubungan secara logis guna
memahami kesimpulan tertentu. Seperti pada contoh tadi, siswa mampu
memahami perbandingan antara panjang dan pendek.
(4) Tahap operasional formal.
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.
Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam pemecahan problem
verbal, seperti anak dapat memecahkan problem walau disajikan secara verbal.
Berdasarkan teori tersebut, guru perlu memahami tingkat perkembangan
intelektual siswa dalam merancang pembelajaran IPS. Usia siswa SD berkisar
antara 6 sampai 12 tahun berdasarkan teori Piaget, siswa kelas V termasuk ke
dalam tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini, cara berpikir siswa
masih bersifat konkret, maksudnya yaitu siswa belum dapat berpikir mengenai
hal-hal yang bersifat abstrak. Sesuatu yang dipelajari harus nyata mulai dari hal
mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana menuju ke hal yang lebih
kompleks.
Berdasarkan teori tersebut, guru perlu memahami tingkat perkembangan
intelektual siswa dalam merancang pembelajaran IPS. Usia siswa SD berkisar
antara 6 sampai 12 tahun berdasarkan teori Piaget (1988), siswa kelas V termasuk
ke dalam tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini, cara berpikir
siswa masih bersifat konkret, maksudnya yaitu siswa belum dapat berpikir
mengenai hal-hal yang bersifat abstrak. Sesuatu yang dipelajari harus nyata mulai
23
dari hal mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana menuju ke hal yang
lebih kompleks.
Selain teori Piaget, guru juga perlu memahami karakteristik siswa sekolah
dasar yang lainnya. Hal tersebut agar guru lebih memahami keadaan siswa
khususnya di tingkat sekolah dasar. Piaget (1956) dalam Sumantri (2011: 1.15)
menjelaskan bahwa pada usia 7-11 tahun perkembangan kognitif anak berada
dalam tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan
berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit atau nyata. Penalaran
logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada situasi konkrit dan
kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada tetapi belum bisa
memecahkan masalah yang abstrak.
2.1.6 Pembelajaran IPS di SD
Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial adalah telaah tentang manusia dan
dunianya. Ilmu pengetahuan sosial atau yang sering disingkat IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, ekonomi,
politik, hukum, antropologi dan budaya.Susanto(2013: 138) menyatakan ,
”hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan
kenyataan kondisi sosial di lingkungan siswa”. Sesuai dengan kondisi lingkungan
nyata siswa diharapkan dapat menjadi warga negara yang mampu memahami dan
menelaah secara kritis kehidupan sosial di sekitarnya, serta mampu secara aktif
berpartisipasi dalam lingkungan.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang berkaitan
dengan lingkungan sosial siswa. Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, mata
24
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Siswa mempelajari mata pelajaran IPS
tidak hanya memeroleh berbagai informasi yang bersifat hafalan (kognitif), akan
tetapi siswa diharapkan mampu mengembangkan keterampilan berpikir. Hal
tersebut mengakibatkan siswa dapat mengkaji berbagai kenyataan sosial beserta
permasalahannya.
Pendidikan IPS bertujuan untuk membina anak didik menjadi warga
negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kepedulian sosial
yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu Ilmu
Pengetahuan Sosial bertujuan untuk membekali siswa agar mereka mampu
menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan dimasyarakat yang terus
berubah dan berkembang secara tidak terduga.Oleh karena itu mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan sosial dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial yang terjadi di masyarakat dalam
memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.
Susanto (2013: 145) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah
untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat.
Menurut Trianto (2010:176, pendidikan IPS bertujuan untuk mengembangkan
potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat,
25
memiliki sikap mental yang positif terhadap segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya
ataupun yang menimpa masyarakat. Adapun tujuan pembelajaran IPS menurut
Permendiknas RI, Nomor 24 Tahun 2006 dalam Susanto (2013: 36) sebagai
berikut:
(1) mengenal konsep–konsep yang berkaitan dengan kehidupan
bermasyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar
untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian;
(4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Mutakin (1998) dalam Susanto (2013: 145-6) merumuskan tujuan
pembelajaran IPS di sekolah sebagai berikut:
(1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat;
(2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang di adaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial;
(3) Mampu menggunakan model-model proses berpikir, serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat;
(4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat;
26
(5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
Secara khusus, pembelajaran IPS di SD sebagai suatu proses pembelajaran
yang memberikan wawasan mengenai masyarakat lokal maupun global. Siswa
dapat mempelajari berbagai nilai sosial, norma atau peraturan serta kebiasaan baik
yang berlaku dalam masyarakat sehingga siswa mendapat pengalaman langsung
antara kehidupan pribadi dan masyarakat.Ruang lingkup mata pelajaran IPS
menurut Depdiknas (2006) dalam Susanto (2013: 160) meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dan lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan,
dan perubahan; (3) sistem sosial dan budaya; (4) perilaku ekonomi dan
kesejahteraan. Materi yang peneliti ambil dalam penelitian ini yaitu proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang termasuk ruang lingkup manusia, tempat, dan
waktu.
Berdasarkan pendapat di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bahan
kajian yang terpadu dan merupakan penyederhanaan adaptasi seleksi dari konsep-
konsep dan keterampilan-keterampilan dari ilmu sosial dan ilmu yang lain sesuai
dengan prinsip paedagogis Psikologis siswa di Sekolah Dasar dan sebagai bahan
ajar di persekolahan.
2.1.7 Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Materi yang diambil dalam penelitian ini merupakan materi IPS pada kelas
V semester genap yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada silabus, materi
tersebut terdapat pada Standar Kompetensi (SK) menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan
27
kemerdekaan Indonesia, dengan Kompetensi Dasar (KD) menghargai jasa dan
peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Indikator yang hendak dicapai yaitu menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi
sekitar proklamasi kemerdekaan, membuat garis waktu tentang tahapan peristiwa
menjelang proklamasi, dan cara menghargai jasa para tokoh proklamasi
kemerdekaan.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia termasuk bidang kajian sejarah,
bersifat abstrak dan hafalan. Siswa dituntut untuk mengingat kronologi peristiwa
sekitar proklamasi kemerdekaan mulai dari berita kekalahan Jepang hingga
pembacaan proklamasi. Selain itu, siswa harus dapat memberikan contoh cara
menghargai jasa pahlawan. Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dirangkum
dari dua buku, yaitu Mengenal Lingkungan Sekitar Ilmu Pengetahuan Sosial 5
untuk Kelas V SD/MI (Nurhadi dan Rahmawati 2009: 99-102), dan buku
Mengenal Lingkungan Sosialku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI Kelas
V (Sutrisno, dkk 2009: 139-145).
Sebagai seorang guru harus memerhatikan materi dengan merancang
pembelajaran melalui model pembelajaran yang menarik. Model pembelajaran
yang diterapkan guru juga tidak harus guru yang selalu menjadi pusat. Pemilihan
model pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan
hasil belajar IPS. Model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran materi
proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah Jigsaw danSTAD. Adanyapenggunaan
dua model tersebut diharapkan dapat mengoptimalisasi kemampuan siswa dalam
pembelajaran IPS.
28
2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif
Seorang guru membutuhkan pedoman dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran yang efektif melalui model pembelajaran. Joyce
(1992) dalam Trianto (2007: 5) menyatakan, “setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta
didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”. Joyce dan Weil
(2000) dalam Sagala (2010: 176) menyatakan bahwa model adalah suatu deskripsi
dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-
kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-
buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar
melalui program komputer. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan
pembelajaran di kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Saat ini, pembelajaran yang diterapkan di sekolah masih bersifat
konvensional, sehingga sulit memeroleh pengalaman belajar yang optimal dan
bermakna. Guru juga belum mengembangkan potensi siswa secara optimal. Oleh
karena itu, terdapat pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan guru.
Pembelajaran kooperatif munsul berdasarkan teori konstruktivisme. Roger, dkk
(1992) dalam Huda (2015:29) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajaran yang harus didasarkan pada perubahan
29
informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya
setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong
untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain.
Nurulhayati (2002) dalam Rusman (2014: 202) menjelaskanbahwa
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
sendiri terdiri dari empat sampai enam anggota dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2014:
207-8) yaitu: (1) pembelajaran secara tim, (2) didasarkan pada manajemen
kooperatif, (3) kemauan untuk bekerja sama, dan (4) keterampilan bekerja sama.
Jadi berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran kooperatif sangat
menekankan pada aktivitas belajar siswa secara berkelompok. Hal ini bertujuan
melatih siswa untuk berinteraksi dan memotivasi siswa lainnya agar dapat
meningkatkan hasil belajar. Guru perlu membimbing dan memfasilitasi siswa agar
siswa dapat membangun pengetahuan dan memecahkan permasalahan saat proses
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam model
pembelajaran, diantaranya adalah model Jigsaw dan model STAD.
2.1.9 Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw menitik beratkan kepada kerja
kelompok kecil. Shoimin (2014: 90) menyatakan, “model Jigsaw merupakan
model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen.” Dalam model
pembelajaran Jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat melatih keterampilan
30
berkomunikasi serta melatih tanggung jawab setiap anggota kelompok untuk
berperan aktif dalam kelompoknya untuk kesuksesan dirinya maupun anggota
kelompok yang lain.
Rusman (2014: 219) menyatakan bahwa pembelajaran model Jigsaw
dikenal juga dengan kooperatif para ahli karena anggota setiap kelompok
dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Dalam Jigsaw, guru harus
memahami kemampuan siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar
materi pelajaran menjadi lebih bermakna.Jigsaw adalah suatu variasi model
pembelajaran kooperatif dimana setiap anggota menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh
anggota.
Langkah-langkah model pembelajaran tipe Jigsaw menurut Hamdayana
(2014: 88) adalah sebagai berikut:
(1) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan empat sampai enam
orang.
(2) Tiap orang dalam kelompok diberi subtopik yang berbeda.
(3) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing
dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli
(4) Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan
mengintegrasikan semua subtopik yang telah dibagikan sesuai dengan
banyaknya kelompok.
(5) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut.
31
(6) Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke
kelompok masing-masing kemudian menjelaskan materi kepada rekan
kelompoknya.
(7) Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
(8) Guru memberikan tes individu pada akhir pembelajaran tentang materi
(9) yang telah di diskusikan.
(10) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua
topik.
Jadi, dalam model Jigsaw siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni
dalam kelompok mereka sendiri dan dalam “kelompok ahli”. Setelah masing-
masing anggota menjelaskan bagiannya masing-masingkepada teman-teman atau
kelompoknya, mereka mulai bersiap untuk diuji secara individu.
Kelebihan model Jigsaw menurut Shoimin (2014: 93) yaitu:
(1) Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan,
dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri.
(2) Hubungan antara guru dan murid berjalan secara seimbang dan
memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab dan harmonis.
(3) Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif.
(4) Mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu pendekatan kelas,
kelompok, dan individual.
Kekurangan model Jigsaw menurut Shoimin (2014: 93-4) yaitu:
(1) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing,
dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.
(2) Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.
32
(3) Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum
terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi yang
dapat menimbulkan kegaduhan.
2.1.10 Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-
temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan model pembelajaran yang
sederhana. Slavin (2009) dalam Taniredja, dkk (2011: 64) mendefinisikan bahwa
model pembelajaran tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk pemulaan bagi guru
yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Semua model pembelajaran
kooperatif, termasuk STAD didasarkan pada prinsip bahwa siswa harus belajar
bersama dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan pembelajaran
teman-teman satu kelompoknya.
Isjoni (2009) dalam Taniredja, dkk (2011: 64) menyatakan, “STAD yang
dikembangkan oleh Slavin ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.” Huda (2014: 201) menyatakan, “Student Team
Achievement Division (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran
kooperatif yang didalamnya beberapa kelompok kecil dengan level kemampuan
akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan
pembelajaran.” Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara
beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Guru menyajikan pelajaran dan
33
kemudian siswa bekerja dalam tim mereka, memastika bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Slavin (2010) dalam Rusman (2014: 214)
mengatakan bahwa gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan
yang diajarkan guru.
Langkah-langkah pelaksanaan STAD menurut Shoimin (2014: 187-8)
yaitu:
(1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang ingin dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam
menyampaikan materi pembelajaran, misal dengan metode penemuan
terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam
satu kali pertemuan.
(2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga
akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.
(3) Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5
anggota dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik
yang berbeda-beda. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari budaya
atau suku yang berbeda serta memerhatikan kesetaraan gender.
(4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang
telah diberikan, mendiskusikan secara bersama-sama saling membantu
antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru.
Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat
34
menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan
oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.
(5) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individu.
(6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
(7) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individu dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.
Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh
penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi
yang diberikan. Mereka harus mendorong teman mereka untuk melakukan yang
terbaik dan menyadarkan bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting,
berharga, dan menyenangkan.
Kelebihan model STAD menurut Shoimin (2014: 189) yaitu:
(1) Siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok.
(2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
(3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
(4) Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
(5) Meningkatkan kecakapan individu.
(6) Meningkatkan kecakapan kelompok.
(7) Tidak bersifat kompetitif.
35
(8) Tidak memiliki rasa dendam.
Kekurangan model STAD menurut Shoimin (2014: 189-190) yaitu:
(1) Kontribusi dari siswa yang berprestasi rendah menjadi kurang.
(2) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran
anggota yang pandai lebih dominan.
(3) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai
target kurikulum.
(4) Membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga pada umumnya guru tidak
mau menngunakan pembelajaran kooperatif.
(5) Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif.
2.2 Penelitian yang relevan
Terdapat beberapa penelitian yang telah dipublikasikan tentang
penggunaan model Jigsaw dan STAD. Beberapa penelitian tersebut sebagai
berikut:
(1) Penelitian yang dilakukan oleh Lestari pada tahun 2011 dari Universitas
Negeri Semarang yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Kelas IV SD Sawah Besar 01 Kecamatan Gayamsari Semarang”. Jenis
penelitian ini adalah PTK. Hasil dari penerapan ini adalah terjadinya
peningkatan prestasi siswa yang mencapai ketuntasan 82,5%. Peningkatan
juga terlihat dari keaktifan siswa dalam proses belajar yang mencapai
36
tingkat keberhasilan dengan kategori baik dapat dibuktikan dibuktikan
dengan hasil pada siklus I pada kegiatan awal mendapatkan skor 3,42 dan
pada siklus II menjadi 4,30 pada kegiatan inti siklus 3,32 dan siklus II
mendapatkan 3,68, pada kegiatan akhir siklus I mendapatkan 2,98 dan
pada siklus II menjadi 3,75.
(2) Penelitan yang dilakukan oleh Priyatna dari Universitas Negeri Semarang
pada tahun 2013 yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw Untuk meningkatkan Hasil Belajar Materi
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia pada Kelas V SD Negeri Parareja 01
Kabupaten Brebes”. Hasil penelitian menunjukan bahwa model kooperatif
tipe Jigsaw efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada
materi perjuangan kemerdekaan Indonesia di SD Negeri Parareja 01
Kabupaten Brebes. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar kelas eksperimen
dan kelas kontrol menunjukan adanya perbedaan signifikan, dengan rata-
rata nilai hasil belajar kelas eksperimen 60,12 dan kelas kontrol 53.
(3) Penelitian yang dilakukan oleh Fadoli dari Universitas Negeri Semarang
pada tahun 2012 yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap
Aktivitas dan Hasil Belajar Peristiwa Alam Kelas V SD Negeri Pekiringan
02 Kabupaten Tegal”. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil
perhitungan aktivitas siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, aktivitas
siswa kelas eksperimen meningkat dibandingkan kelas kontrol. Rata-rata
skor aktivitas belajar siswa kelas eksperimen pada pertemuan pertama
37
yaitu 86,11 % dan pada pertemuan kedua yaitu sebesar 93,42% keduanya
termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Sedangkan rata-rata skor aktivitas
siswa di kelas kontrol pada pertemuan pertama sebesar 19,91% dan pada
pertemuan kedua sebesar 21,14%, keduanya termasuk dalam kategori
rendah.
(4) Penelitian yang dilakukan oleh Listyowati dari Universitas Negeri
Semarang pada tahun 2014 yang berjudul “Studi Komparasi Model
Kooperatif STAD dan PBL Terhadap Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar
IPS Kelas V SDN Wates 01 Semarang”.Hasil penelitian menunjukan
bahwa model pembelajaran kooperatif STAD efektif dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalalm pembelajaran IPS. Rata-rata aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran yang menerapka model STAD yaitu 69,8% pada
pertemuan pertama, pertemuan kedua 72,1% dan pada pertemuan ketiga
meningkat menjadi 75%. Model pembelajaran PBL juga terbukti efektif
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS materi
Perjuangan mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Rata-rata nilai
aktivitas dikelas eksperimen II yang menerapkan model PBL yaitu 62,25
pada pertemuan pertama dan 69,6 % pada pertemuan kedua dan 73,72%
pada pertemuan ketiga. rata-rata posttest kelas eksperiman I dengan
menerapkan model STAD lebih baik dari nilai postest kelas V B setelah
menrapkan model pembelajaran PBL.
(5) Penelitian yang dilakukan oleh Rahmaeta dari Universitas Negeri
Semarang pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
38
Hasik Belajar Siswa Kelas V pada Materi Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan di SD Negeri 04 Bulu Pemalang”. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajarn kooperatif
tipe Jigsaw terjadi peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II.
Presentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 67,05% dengan
kriteria tinggi menjadi 82,65%.
(6) Penelitian yang dilakukan oleh Hanafi dkk dari Universitas Tadulako pada
tahun 2008 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD
Inpres Salabenda Kecamatan Bunta”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar sisswa pada pembelajaran IPS siswa kelas V SD Inpres
Salabenda. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan peningkatkan hasil
belajar siswa. Pada pelaksanaan siklus I, didapatkan peningkatan sebesar
65,79% dan dayaa serap sebesar 67,11% serta presentase nilai rata-rata
67%. Pada siklus II, ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,84% serta daya
serap sebesar 73,8% serta persentase nilai rata-rata sebesar 73,82%.
(7) Penelitian yang dilakukan oleh Rosaliana dari Universitas Negeri
Semarang pada tahun 2014 yang berjudul “Perbedaan Quantum Teaching
melelui Jigsaw dan NHT terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa
Kelas V SDN Bendan Ngisor Semarang”. Hasil penelitian menunjukan
bahwa Pembelajaran IPS dengan model quantum teaching melalui Jigsaw
dan NHTpada siswa kelas V SDN Bendan Ngisor siswa dapat
meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
39
Hasil belajar siswa kelas VA SDN Bendan Ngisor yang diajar
menggunakan model quantum teaching melaluiJigsaw berbeda dengan
hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model quantum teaching
melalui NHT.
(8) Penelitian yang dilakukan Yusuf dari STKIP Taman Siswa Bima pada
tahun 2013 yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif STAD-PS
dan Jigsaw-PS ditinjau dari Motivasi Belajar, Kemmapuan Interpersonal,
dan Prestasi Belajar.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kooperatif tipe STAD-PS dan tipe
Jigsaw-PS masing-masing efektif ditinjau dari motivasi belajar,
kemampuan interpersonal dan prestasi belajar siswa; (2) terdapat
perbedaan keefektifan pembelajaran kooperatif tipe STAD-PS dan tipe
Jigsaw-PS ditinjau dari motivasi belajar, ke-mampuan interpersonal dan
prestasi belajar siswa; (3) pembelajaran kooperatif tipe STAD- PS dan tipe
Jigsaw-PS sama-sama unggul ditin-jau dari motivasi belajar dan prestasi
belajar; dan (4) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-PS lebih unggul
dibandingkan dengan tipe STAD-PS ditinjau dari kemampuan
interpersonal.
(9) Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih, dkk (2014) dengan judul
“peningkatan Minat dan Hasil Belajar Matematika Materi Jarak dan
Kecepatan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di kelas V SDN
Pandeanlamper 03 Semarang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V SDN
Pandeanlamper 03 Semarang. hasil penelitian menunjukan pembelajaran
40
dengan model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan minat
belajar siswa. Berdasarkan angket minat belajar belajar siswa pada siklus I
dengan skor 1354 dan presentase 75,18% sedangkan pada siklus II dengan
skor 1392 dan presentase 82,40% termasuk dalam kriteria minat belajar
yang baik. Peningkatan juga terlihat dari nilai rata-rata yang meningkat di
setiap siklusnya.
(10) Penelitian yang dilakukan oleh Nikou dkk dari Islamic Azad University
yang berjudul The Effect of Student Team-Achievement Division (STAD)
on Language Achievement of Iranian EFL Students across Gender.
Penyelidikan ini merupakan penelitian kuasi-eksperimental yang telah
menggunakan dua kelompok desain pretest posttest. Sebanyak 80
perempuan dan laki-laki (48 perempuan dan 32 laki-laki) siswa EFL pada
tingkat kemahiran menengah belajar bahasa Inggris di Jahad Daneshgahi
Language Institute di Urmia, Iran, dipilih dan ditetapkan dua kelompok
berdasarkan hasil tes penempatan. Sampel dibagi menjadi dua kelompok
kelompok eksperimen (n = 40) dan kelompok kontrol (n = 40). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan statistik yang signifikan
pada tingkat 0,05 antara sarana kinerja kelompok eksperimen dan kontrol
pada tes prestasi untuk kepentingan kelompok eksperimen. Hasil
penelitian menunjukkan STAD dapat secara efektif diimplementasikan
untuk meningkatkan kemampuan bahasa siswa. Tidak ada perbedaan
gender dalam prestasi bahasa siswa setelah mereka diajarkan melalui
STAD. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa STAD adalah
41
paradigma pembelajaran yang lebih efektif untuk bahasa Inggris
dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Jigsaw dan STADefektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa,
tetapi belum diketahui model pembelajaran kooperatif mana yang lebih baik
antara Jigsaw dan STADdalam pembelajaran IPS materi proklamasi
kemerdekaan di kelas V SD. Tujuan penelitian ini hampir sama dengan beberapa
penelitian yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu membuktikan keefektifan
model pembelajaran Jigsaw dan STAD. Namun, penelitian ini merupakan
penelitian baru yang membandingkan keefektifan penerapan model pembelajaran
Jigsaw dan STADterhadap hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan di
siswa kelas V SD. Hasil belajar dalam penelitian ini mencakup hasil belajar
kognitif dan afektif.
2.3 Kerangka Berfikir
IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang manusia dan
lingkungan sosial. Pendidikan IPS pada saat ini dihadapkan pada upaya
peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia,
sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengembangkan
pemahaman dan keterampilan berpikir kritis. Tujuan utama pembelajaran IPS
ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif, dan terampil
42
mengatasi setiap masalah yang menimpa dirinya maupun yang menimpa
masyarakat.
Pada kenyataannya, pembelajaran IPS mayoritas berpusat pada guru. Guru
mengajarkan materi IPS melalui kegiatan ceramah dan siswa hanya sebagai
penerima informasi tanpa terlibat langsung dalam pembelajaran. Saat
pembelajaran, siswa hanya mendengar, duduk, dan mencatat sehingga materi yang
didapat siswa bersifat verbal.Siswa juga menjadi pasif dan tidak memiliki
keberanian untuk bertanya atau berpendapat, serta antar siswa kurang
berinteraksi.Hal tersebut menyebabkan siswa kurang tertarik dengan mata
pelajaran IPS dan hasil belajar masih tergolong rendah.
Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya penerapan model pembelajaran
yang lebih bervariasi. Salah satu model yang dapat diterapkan ialah model Jigsaw
dan STAD. Kedua model ini memiliki kelebihan, yaitu dapat mengoptimalisasi
potensi interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat. Akan tetapi belum diketahui model pembelajaran mana yang
lebih efektif digunakan dalam pembelajaran IPS di SD khususnya pada
proklamasi kemerdekaan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan alur penelitian dalam
penelitian yakni sebagai berikut;
Posttest
Siswa
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 1
Pretest Pretest Pretest
Pembelajaran menggunakan model Jigsaw
Pembelajaran menggunakan model STAD
Pembelajaran
Konvensional
Posttest Posttest
43
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H01: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPSsiswa kelas V yang mendapat
pembelajaran dengan model Jigsaw, modelSTAD dan model konvensional.
Ho1: µ1 = µ2= µ3
Ha1: Terdapat perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model Jigsaw modelSTAD dan model konvensional.
Ha1: µ1= µ2≠ µ3
H02: Hasil belajar IPSmateri proklamasi kemerdekaan siswa kelas V yang
memeroleh pembelajaran dengan model Jigsaw tidak lebih baik daripada
siswa yang memeroleh pembelajaran dengan model STAD.
Ho2:µ2≥ µ1≤ µ3
Ha2: Hasil belajar IPSmateri proklamasi siswa kelas V yang memeroleh
pembelajaran dengan model Jigsaw lebih baik daripada siswa yang
memeroleh pembelajaran dengan model STAD.
Ha2: µ2< µ1>µ3
44
H03: Hasil belajar IPSmateri proklamasi siswa kelas V yang memeroleh
pembelajaran dengan model Jigsawtidak lebih baik daripada yang
memeroleh pembelajaran dengan model konvensional.
Ho3: µ1≥ µ2≤ µ3
Ha3: Hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan siswa kelas V yang
memeroleh pembelajaran dengan model Jigsaw lebih baik daripada siswa
yang memeroleh pembelajaran dengan model konvensional.
Ha3: µ1< µ2>µ3
H04: Hasil belajar IPS materi proklamasi siswa kelas V yang memeroleh
pembelajaran dengan model STADtidak lebih baik daripadasiswa yang
memeroleh pembelajaran dengan model konvensional.
Ho3: µ1≥ µ3≤ µ2
Ha4: Hasil belajar IPS materi proklamasi siswa kelas V yang memeroleh
pembelajaran dengan model STADlebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model konvensional.
Ho3: µ1< µ3>µ2
109
BAB 5
PENUTUP
Pada bagian penutup memuat tentang simpulan dan saran. Pembahasan
lebih lanjut mengenai bab penutup diuraikan dalam penjelasan sebagi berikut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang dilaksanakan dan
pembahasan pada pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan dengan
menggunakan model Jigsaw dan STAD pada siswa kelas V SDN 1 Kejobong,
dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.
(1) Pengujian hipotesis pertama menggunakan ujiANOVA. Uji One-Way
ANOVA dapat dilakukan menggunakan bantuan program aplikasi SPSS
versi 21 melalui menu Analyze → Compare Means → One-ANOVA.
Hasilnya menunjukan nilai signifikansi pada variabel hasil belajar kurang
dari 0,05 ( 0,000 < 0,05). Adapun Fhitung pada variabel hasil belajar lebih
dari Ftabel ( 14,150 > 3,091). Nilai signifikansi perbedaan rata-rata hasil
belajar antara kelas eksperimen 1 dan kontrol lebih kecil dari 0,05 (0,000 <
0,005) dan kelas kelas eksperimen 2 dan kontrol lebih kecil dari 0,05 (
0,000 < 0,005). Jadi, dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak dan Ha1
diterima atau terdapat perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa
yang mendapat pembelajaran dengan model Jigsaw modelSTAD, dan
model konvensional.
110
(2) Pengujian hipotesis ke 2 menggunakan uji One-Way- ANOVA dengan uji
Tukey HSDmelalui bantuan SPSS versi 21. Hasil uji hipotesis menunjukan
hasil perbandingan antara kelas eksperimen 1 (Jigsaw) dan eksperimen 2
(STAD) memiliki selisih mean difference sebesar -1,038 (negatif), artinya
hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan yang memeroleh
pembelajaran model Jigsaw tidak lebih baik daripada yang memeroleh
pembelajaran model STAD(Ho2 diterima dan Ha2 ditolak).
(3) Pengujian hipotesis ke 3 menggunakan uji One-Way- ANOVA dengan uji
Tukey HSDmelalui bantuan SPSS versi 21. Hasil uji menunjukkan hasil
perbandingan antara kelas eksperimen 1 (Jigsaw) dan kontrol
(konvensional) memiliki selisih mean difference sebesar 9,733 (positif)
artinya hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan yang memeroleh
model pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada yang memeroleh model
pembelajaran konvensional.Jadi model pembelajaran Jigsaw lebih baik
daripada model pembelajaran konvensional (Ha3 diterima dan Ho3 ditolak).
(4) Pengujian hipotesis ke 4 menggunakan uji One-Way- ANOVA dengan uji
Tukey HSDmelalui bantuan SPSS versi 21.Pengujian hipotesis ketiga
menunjukkan hasil perbandingan antara kelas eksperimen 2 (STAD) dan
kontrol (konvensional) memiliki selisih mean difference sebesar 10,772
(positif) artinya hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan yang
memeroleh model pembelajaran STADlebih baik daripada yang
memeroleh pembelajaran konvensional.Jadi model STAD lebih baik
daripada model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran
konvensional. (H04ditolak dan Ha4diterima).
111
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan pada
pembelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan
menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan STAD pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Kejobong kabupaten Purbalingga, peneliti menyampaikan saran sebagai
berikut:
(1) Guru hendaknya mempertimbangkan model pembelajaran yang hendak
diterapkan. Hal tersebut penting agar siswa mudah dalam memahami
materi. Pemilihan model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan
materi, kondisi siswa, dan ketersedian media ataupun fasilitas yang ada di
sekolah.
(2) Pemilihan model yang tepat pun tidak akan efektif jika dilakukan tanpa
persiapan matang. Sehingga guru hendaknya menguasai langkah-langkah
dari model pembelajaran yang akan digunakan. Guru juga harus
menjelaskan tata cara dan aturan dalam pelaksanaan suatu model
pembelajaran agar tidak terjadi salah paham antara guru dan siswa.
(3) Guru hendaknya mendorong siswa agar dapat berinteraksi dengan baik.
Beberapa siswa mungkin cenderung akan pasif pada saat berdiskusi,
sehingga pengguanaan model pembelajaran kooperatif harus diutamakan
agar dapat melatih siswa dalam berinteraksi dengan temannya. Hal
tersebut juga dapat melatih jiwa sosial siswa.
(4) Guru hendaknya bisa mengarahkan siswa untuk melaksanankan tugas
sesuai arahan danbimbingan. Guru juga hendaknya mampu mengondisikan
112
siswa agar bisa menjaga sikap dalam proses pembelajaran, terutama tidak
berbicara dengan teman saat mendapatkan penjelasan dari guru, sehingga
siswa mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru.
(5) Sekolah hendaknya memberikan fasilitas dan kelengkapan yang
mendukung model pembelajaran kooperatif baik bagi guru maupun siswa.
Fasilitas dan kelengkapan yang dimaksud antara lain sumber belajar yang
memadai, dan buku0buku relevan yang dapat digunakan guru untuk lebih
memahami berbagai model pembelajaran kooperatif.
(6) Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan
untuk memperhatiklan kelemahan-kelemahan model pembelajaran aktif
tipe Jigsaw dan STAD. Selain itu, peneliti lanjutan perlu mengkaji lebih
dalam model Jigsaw dan STAD, sehingga penelitian yang dilakukan
semakin lebih baik.
113
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
-----. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Besral. 2010. Pengolahan dan Analisis Data Menggunakan SPSS. Depok:
Departemen Biostatistika-Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Fadoli, Farhan. 2012. Keefektifan Penggunaan Model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar
Peristiwa Alam Kelas V SD Negeri Pekiringan 02 Kabupaten Tegal.
Skripsi jurusan PGSD. (diakses pada 25 Januari 2017)
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamdayana, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hanafi, dkk. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD Inpres
Salabenda Kecamatan Bunta. Universitas Tadukalo. (diakses pada 21
Januari 2017)
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
-----. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kosasih dan Sumarna. 2013. Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi
Kecerdasan. Bandung: Alfabeta.
Lestari. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Kelas IV SD Sawah Besar 01
Kecamatan Gayamsari Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Semarang. Tersedia di http://lib.unnes.ac.id/17958/1/1401408058.pdf
(diakses pada 21 Januari 2017)
Listyowati, Ika S. 2014. Studi Komparasi Model Kooperatif STAD dan PBL
Terhadap Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Wates 01
Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. tersedia di
114
http://lib.unnes.ac.id/17958/1/1403408438.pdf.. (diakses pada 21 Januari
2017)
Nikou, Farahnaz Rimani, Alireza Bonyadi, dan Khatereh Ebrahimi. 2014. The
Effect of Student Team-Achievement Division (STAD) onLanguage
Achievement of Iranian EFL Students across Gender. Jurnal Penelitian.
Universitas Islam Azad, Iran. Tersedia di http://european-
science.com/eojnss/article/viewFile/799/pdf. (Diakses pada tanggal 20
Januari 2017).
Priyatna, Apri. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Untuk meningkatkan Hasil Belajar Materi Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia pada Kelas V SD Negeri Parareja 01 Kabupaten Brebes”.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. tersedia di
http://lib.unnes.ac.id/17958/1/1403408438.pdf. (diakses 18 Januari 2017).
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Jakarta:
MediaKom.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. 2012. Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.
-----.2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Rifa’i, Achmad dan Chatarina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang
Pusat Pengembangan MKU-MKDK UNNES 2012.
Rosaliana . 2014. Perbedaan Quantum Teaching melelui Jigsaw dan NHT
terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Bendan
Ngisor Semarang”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. (diakses pada
19 Januari 2017)
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method). Bandung: Alfabeta.
-----. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
-----. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
115
Sumantri dan Syaodih. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.
Taniredja, Tukiran, Efi Miftah F. dan Sri Harmianto. 2011. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.
Malang: Madani.
Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Trihendradi. 2013. Step by Step IBM SPSS: Analisis Data Statistik. Yogyakarta:
Andi.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2014. Jakarta: diperbanyak oleh Citra Umbara.
Wahyuningsih, Dwi dkk. 2014. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar
Matematika Materi Jarak dan Kecepatan Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SD Negeri Pandeanlamper 03
Semarang. Jurnal Penelitian. Universitas Islam Sultan Agung.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/pendas/article/view/733/610.( diakses
pada 21 Januari 2017)
Widoyoko, S. Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yusuf , Muhammad. 2013. Keefektifan Pembelajaran Kooperatif STAD-PS dan
Jigsaw-PS ditinjau dari Motivasi Belajar, Kemmapuan Interpersonal, dan
Prestasi Belajar. Jurnal Penelitian. STKIP Taman Siswa Bima. Tersedia
di http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras. (diakses pada 21 Januari
2017)