Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

38
Kedudukan RTRW di Dalam Pembangunan daerah KEBIJAKAN PEMERINTAH ACEH TERHADAP PEMBERIAN REKOMENDASI GUBERNUR UNTUK PEMBINAAN PERCEPATAN PENYELESAIAN RTRW KABUPATEN/KOTA DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

Transcript of Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Page 1: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Kedudukan RTRW di Dalam

Pembangunan daerah

KEBIJAKAN PEMERINTAH ACEH TERHADAP PEMBERIAN

REKOMENDASI GUBERNUR UNTUK PEMBINAAN PERCEPATAN

PENYELESAIAN RTRW KABUPATEN/KOTA

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

Page 2: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Kenapa Harus Memiliki RTRW ?

• Karena RTRW adalah landasan hukum utama bagi seluruh pelaksanaan pembangunan fisik di daerah

• UU 26 Tahun 2007, pasal 26 ayat 3 menyatakan bahwa RTRW menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan

• PP 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 165 menyatakan, bahwa :

– izin prinsip dan izin lokasi diberikan berdasarkan RTRW

– Izin penggunaan pemanfaatan tanah diberikan berdasarkan izin

lokasi

– IMB diberikan berdasarkan RDTR dan Peraturan Zonasi

RDTR hanya dapat diperdakan setelah Perda RTRW terlebih dahulu

terbit

Page 3: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Bagaimana Kalau Tidak Ada RTRW ?

Pembangunan fisik akan tersendat dan investasi akan terhambat karena :

1. tidak ada kepastian hukum

2. Keppres 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah untuk kepentingan Umum, ps 4 menyatakan bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pada RTRW

Page 4: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Bagaimana Solusinya?

• Percepat penyelesaian Perda RTRW

• Bagaimana bila persoalan hutannya belum selesai?

Segera selesaikan proses paduserasinya dengan Kementerian Kehutanan

• Pengajuan perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri oleh kabupaten, melainkan harus diajukan oleh provinsi kepada Kementerian Kehutanan sebagai satu kesatuan usulan seluruh kabupaten/kota

Page 5: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Apakah Bila Perda RTRW Terbit

Persoalan Tata Ruang Selesai?

• Satu persoalan terkait dengan kepastian hukum selesai, tetapi masalah penataan ruang lainnya masih menunggu untuk diselesaikan, yaitu :

a. Pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

b. Penyusunan rencana rinci (RDTR dan RTR Kawasan Strategis)

c. Proses legalisasi rencana rinci

d. Peninjauan ulang RTRW setiap lima tahun

• Penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus berputar sepanjang waktu

Page 6: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Siapa Yang Harus Menyusun RTRW

• Penyusunan RTRW Kabupaten merupakan kewajiban pemerintah daerah, namun dalam pelaksanaannya dapat meminta bantuan konsultan, baik perusahaan maupun individual

• Sekalipun dibantu konsultan pemerintah daerah tidak dapat sepenuhnya “lepas tangan”. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk :

a. menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK atau TOR) yang menjadi arahan atau pegangan konsultan dalam bekerja

b. mengawasi dan memberikan arahan agar pekerjaan konsultan sesuai dengan KAK

c. Melakukan proses legalisasi hingga RTRW tersebut menjadi Peraturan Daerah Kabupaten tentang RTRW Kabupaten

Page 7: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Bagaimana Hubungan Pemda dengan

Konsultan

• Dalam keseluruhan proses penyusunan RTRW Pemerintah Daerah harus menjadi fihak “Pemikir” dan Konsultan sebagai penulis hasil-hasil pemikiran tersebut menjadi Buku RTRW, Buku Rancangan Perda RTRW dan Album Peta RTRW, dengan berpegang pada peraturan perundang-undangan.

• Dalam proses penyusunan RTRW, pemerintah daerah akan diwakili oleh suatu Tim Teknis Daerah yang terdiri dari semua wakil SKPD terkait. Tim Teknis ini sebaiknya adalah BKPRD Kabupaten.

• Hal yang wajib untuk dirumuskan oleh Tim Teknis Daerah adalah Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang yang merupakan “jiwa” dari RTRW

Page 8: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Bagaimana Proses Legalisasi RTRW

• Menurut UU 26 Tahun 2007 pasal 18 ayat 1 dan 2, menyatakan sebelum ditetapkan Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten/Kota harus terlebih dahulu mendapat Rekomendasi Gubernur dan Persetujuan Substansi dari Menteri (Menteri PU)

• Sebelum mendapatkan Rekomendasi Gubernur, materi muatan RTRW kabupaten terlebih dahulu akan diperiksa kesesuaiannya terhadap materi muatan RTRW Provinsi.

• Sebelum mendapatkan persetujuan substansi menteri, materi muatan RTRW Kabupaten akan terlebih dahulu diperiksa oleh Tim Ditjen Penataan Ruang dan diberi masukan oleh Tim Pelaksana BKPRN (32 instansi)

Page 9: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Apakah Proses Legalisasi Rencana

Rinci Sama Dengan RTRW

• Menurut UU 26 Tahun 2007 pasal 18 ayat 1 dan 2, proses legalisasi rencana rinci sama dengan proses legalisasi RTRW

• Ke depan, proses persetujuan substansi RTRW dan rencana rinci kabupaten/kota akan dilimpahkan kepada pemerintah daerah provinsi

• Hanya persetujuan substansi RTRW Provinsi dan rencana rinci provinsi (RTR Kawasan Strategis Provinsi) saja yang akan ditangani oleh pusat

Page 10: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Bagaimana Dengan Masa Berlakunya

Rencana Rinci

• Masa berlakunya Perda rencana rinci adalah sama dengan masa berlakunya Perda RTRW.

• Bila suatu rencana rinci (misalnya RDTR Pusat Kota Peunayong) diperdakan pada tahun keenambelas masa berlakunya RTRW Kota Banda Aceh, maka masa berlakunya RDTR tersebut sama dengan sisa masa berlakunya RTRW, yaitu hanya empat tahun.

• Namun demikian, pada tahun keduapuluh pada saat RTRW direvisi, RDTR tersebut tidak perlu direvisi sepanjang tidak ada perubahan yang sifatnya mendasar pada RTRW, dan RTRW dapat meng-endorse kembali RDTR tersebut

Page 11: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Siapa Yang Harus Memeriksa Materi

Muatan RTRW dan Rencana Rinci?

• Materi muatan RTRW Kabupaten/Kota dan rencana rinci sebelum diberi rekomendasi oleh Gubernur akan dibahas oleh BKPRD Provinsi

• Materi muatan yang harus diperiksa sama dengan materi muatan yang diperiksa oleh Tim Pelaksana BKPRN, yaitu :– Kelengkapan berkas, dan

– Kesesuaian materi muatan terhadap RTRW Provinsi serta peraturan perundangan-undangan

Page 12: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Apakah RTRW Kabupaten/Kota Dapat

Diperdakan Mendahului Provinsi

• Tidak satu pasalpun dalam UU 26 Tahun 2007 yang melarang kabupaten/kota untuk memperdakan terlebih dahulu dibanding provinsinya.

• Sepanjang Gubernur memberikan rekomendasi dan tidak ada persoalan terkait dengan peralihan fungsi dan peruntukan kawasan hutan, proses persetujuan substansi di BKPRN dapat dilaksanakan

Page 13: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Kelengkapan Berkas Untuk

Pemeriksaan Materi Muatan RTRW

• RTRW Kabupaten/Kota harus diajukan kepada BKPRD untuk mendapatkan Rekomendasi Gubernur dengan kelengkapan berkas sebagai berikut :

a. Buku RTRW (3 kopi)

b. Buku Raperda (3 kopi)

c. Album Peta Ukuran A1 dalam format PDF

d. Softcopy album peta dalam format ArcShape atau MapInfo Table

e. Softcopy buku RTRW dalam MSWord

f. Softcopy buku Raperda dalam MSWord

g. Lampiran : Berita Acara Konsultasi Publik dan Berita Acara Konsultasi Kabupaten/Kota yang bertetangga

Page 14: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Pemeriksaan Materi Muatan RTRW

• Pemeriksaan materi muatan RTRW Kabupaten/Kota dicantumkan di dalam Tabel Evaluasi Materi Muatan RTRW (Lihat Permen PU no 11 tahun 2009)

• Secara umum hal yang diperiksa meliputi kesesuaian materi muatan RTRW Kabupaten/Kota terhadap materi muatan RTRW provinsi.

• Secara khusus harus dilakukan pemeriksaan dengan mengguna kan teknik GIS apakah rencana struktur ruang dan rencana pola ruang kabupaten “duduk” di atas rencana struktur dan pola ruang provinsi atau tidak

Page 15: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Bagaimana Materi Muatan RTRW ?

• Sesuai dengan Permen PU no 16 dan 17 tahun 2009 tentang

Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten dan RTRW Kota, materi

muatan RTRW Kabupaten/Kota, sekurangnya harus memuat :

1. Pendahuluan (berisi profil lengkap tata ruang kabupaten/kota)

2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten/Kota

3. Rencana Struktur Ruang Kabupaten/Kota

4. Rencana Pola Ruang Kabupaten/Kota

5. Arahan Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota

6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang kabupaten/Kota

• Sistematika materi muatan RTRW Kabupaten/Kota tepat sama

dengan RTRW Provinsi, namun cakupan dan kedalaman

keduanya berbeda

1 - 2

Page 16: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Bagaimana Materi Muatan RTRW ?

• RTRW Kabupaten digambarkan pada peta skala 1: 50.000.

RTRW Kota digambarkan pada peta skala 1: 25.000 dan idealnya

digambarkan pada peta 1: 10.000.

• RTRW Kabupaten lebih menitikberatkan pada pemerataan

pengembangan wilayah, khususnya yang berkaitan dengan urban-

rural linkage.

• RTRW Kota lebih menitikberatkan pengaturan pola ruang dan

pengendalian pemanfaatan ruang perkotaan yang relatif lebih dinamis

• Materi muatan RTRW Kabupaten dan RTRW Kota dapat diikuti pada

Permen PU No. 16/ 2009 dan Permen PU No. 17/ 2009

2 - 2

Page 17: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1. Peta dasar untuk penyusunan RTRW umumnya sudah kada

luwarsa. Untuk RTRW Kota bahkan tidak tersedia pada skala

yang disyaratkan 1: 25.000.

Untuk itu penyusunan RTRW harus selalu diawali dengan

updating peta dasar yang sekaligus akan meng-update peta

penggunaan lahan. Updating peta dilakukan dengan

menggunakan citra satelit yang sesuai.

Untuk RTRW Kabupaten dapat digunakan citra satelit

ASTER dengan resolusi 15 m atau SPOT 5 atau ALOS dengan

resolusi 10 m. Untuk RTRW Kota dapat digunakan citra

IKONOS dengan resolusi 1m atau citra Quick Bird dengan

resolusi 61 cm atau WorldView 2 dengan resolusi 50cm

Page 18: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

2. Salah satu amanat UU No. 26/2007 yang paling utama utama

adalah untuk mendasarkan penyusunan RTRW pada mitigasi

bencana.

Sehubungan dengan itu langkah awal dalam penyusunan

RTRW adalah mengidentifikasi kawasan-kawasan rawan

bencana.

Selanjutnya kawasan rawan bencana harus diarahkan untuk

tidak dijadikan sebagai kawasan hunian dan bila sudah

terlanjur berkembang menjadi kawasan hunian, harus

diberlakukan pengendalian pemanfaatan ruang secara

ketat

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Page 19: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

3. RTRW Kabupaten harus bersifat komplementer terhadap

RTRW Provinsi,

a. Rencana Struktur Ruang provinsi yang ada di wilayah

kabupaten sepenuhnya harus diadopsi di dalam Rencana

Struktur Ruang kabupaten.

b. Rencana Pola Ruang Kabupaten harus “duduk” di

dalam Rencana Pola Ruang Provinsi.

c. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang

diamanah kan di dalam RTRW provinsi harus

diterjemahkan menjadi Ketentuan Pengendalian

Pemanfaatan Ruang di dalam RTRW Kabupaten.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Page 20: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

4. Di dalam RTRW Provinsi kota hanya akan berbentuk sebagai

satu titik atau satu delineasi kecil. Pengertian komplementer

untuk RTRW Kota tidak sama dengan RTRW Kabupaten.

Suatu RTRW Kota dapat dinyatakan komplementer terhadap

RTRW Provinsi apabila fungsi dan peranan yang diembankan

oleh RTRW Provinsi terhadap kota tersebut terwujud secara

nyata di dalam Tujuan, Kebijakan dan Strateginya

5. Agar Rencana Pola Ruang Kabupaten dapat “duduk” di atas

Rencana Pola Ruang Provinsi, sangat dianjurkan agar Rencana

Pola Ruang kabupaten disusun di atas peta Rencana Pola Ruang

Provinsi yang sudah di translasikan ke peta dasar kabupaten 1:

50.000

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Page 21: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

6. Rencana Pola Ruang Kota sama sekali tidak terkait dengan Rencana

Pola Ruang Provinsi, dan sepenuhnya bergantung pada Strategi

Penataan Ruang yang ditetapkan dan pada kondisi fisik ruang yang ada.

Demikian pula Rencana Struktur Ruang nya sepenuhnya bergantung

pada strategi penataan ruang dan kondisi fisik ruang yang ada.

7. Dalam Rencana Pola Ruang Kabupaten harus diperhatikan

prosentase kawasan hutan minimum dalam setiap DAS sebesar 30%

8. Dalam Rencana Pola Ruang Kota harus diperhatikan adanya Ruang

Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% , dengan proporsi 20% RTH publik

dan 10% RTH privat. Kuburan, sempadan sungai, dsb dapat dimasukan

sebagai bagian dari RTH publik

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Page 22: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

9. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang pada dasar

nya merupakan jiwa atau ruh dari pada RTRW, bukan sekedar

prolog. Disitulah ditentukan akan dibawa kemana kabupaten/

kota di masa datang

10. RTRW Kabupaten/Kota merupakan produk rencana tata ruang

yang bersifat operasional, sehubungan dengan itu Kebijakan

dan Strategi Penataan Ruangnya harus bersifat operasional.

11. Perbedaan kedalaman materi muatan RTRW Nasional,

Provinsi, Kabupaten, Kota dan RDTR digambarkan sebagai

berikut,

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Page 23: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

12. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota pada dasarnya adalah bagian wilayah

kabupaten/kota yang penataan ruangnya dinilai harus untuk dilakukan secara

khusus, lebih dalam dari pada yang diatur di dalam rencana umum tata ruang,

oleh karena :

a. Memiliki nilai strategis tertentu yang harus lebih didorong peranannya

di dalam pelaksanaan pembangunan wilayah, atau

b. Memiliki nilai strategis tertentu yang harus dilindungi eksistensinya agar

tidak mengganggu keseimbangan wilayah secara keseluruhan, dan

c. Perencanaan tata ruangnya tidak sepenuhnya terakomodasi di dalam

rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang yang ada di dalam rencana umum tata ruang

Oleh karena itu penetapan kawasan strategis kabupaten/kota tidak harus

membagi habis seluruh wilayah kabupaten/kota, tapi cukup satu atau dua

kawasan saja yang dinilai benar-benar memiliki nilai strategis bagi

kabupaten/kota

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Page 24: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

13. Arahan Pemanfaatan Ruang pada dasarnya merupakan pedoman bagi

implementasi Rencana Tata Ruang dan akan menjadi lampiran dari Perda

RTRW yang menjadi pegangan dalam penyusunan RAPBD, sehubungan

dengan itu arahan pemanfaatan ruang harus disusun sesuai dengan kemampuan

keuangan daerah yang sebenarnya bukan sekedar shopping list.

14. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang terdiri dari Ketentuan

Umum Peraturan Zonasi, Ketentuan Perijinan, Ketentuan Insentif-

Disinsentif dan Arahan Sanksi, seharus nya sudah berisi dengan ketentuan-

ketentuan yang sudah operasional bukan hanya sekedar berisi definisi atau

pengertian. Ketentuan-ketentuan inilah yang akan menjadi instrumen hukum

di dalam Perda RTRW.

15. Dalam menyusun RTRW secara umum agar benar-benar memperhatikan dan

mengikuti ketentuan sektor terkait, seperti halnya sektor kehuranan,

pengairan, jalan, perhubungan dan lainnya.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Page 25: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

16. Paduserasi kawasan hutan untuk provinsi Kepulauan Riau masih

dalam proses pelaksanaan, dan tidak pernah melakukan padu

serasi kawasan hutan sebelumnya. Karena itu persetujuan

substansi RTRW Kabupaten/Kota hanya dapat diberikan setelah

paduserasi ini selesai

17. Untuk provinsi lain yang sudah pernah melakukan paduserasi

kawasan hutan, persetujuan substansi dapat segera diberikan

apabila RTRW tersebut berpegang pada SK Menhut yang sudah

ada, sementara perubahan fungsi dan atau peruntukan kawasan

hutannya masih dalam proses bersama Kementerian Kehutanan.

(PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,

pasal 30 & 31)

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Page 26: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

RTRW = Pisau Bermata Dua

Ketentuan sanksi UU No. 26/ 2007

Pasal 69 s.d pasal 75

Ketentuan sanksi ini mengikat semua pihak, baik

pelanggar ketentuan RTRW maupun aparat pemberi ijin

pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya adalah kita

semua sebagai bagian dari institusi yang berwenang

memberikan persetujuan substansi.

Page 27: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

S e k i a n & T e r i m a K a s i h

Page 28: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Prosentase Hutan Minimum 30%

• UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ps 17 ayat 5 menyatakan

bahwa luas kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai

(DAS).

• Apakah kabupaten yang memiliki kawasan hutan lebih besar dari 30%

boleh menguranginya hingga sampai dengan 30%? Untuk menjawabnya:

a. Pertama harus diingat bahwa 30% luas kawasan hutan adalah dari

luas DAS bukan dari luas wilayah administratif

b. Di dalam suatu DAS sebagian besar kawasan hutan sebaiknya

berada di bagian hulu yang merupakan daerah resapan air, dan

sebagian lainnya di kawasan pantai untuk menjaga keanekaragaman

hayati pesisir dan melindungi pantai dari abrasi

• Hal ini menyebabkan akan ada kabupaten di bagian hulu sungai yang

memiliki kawasan hutan jauh di atas 30% dan harus tetap

mempertahankannya -> Kabupaten Konservasi

Page 29: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Pelepasan air tanah

Arus antara

Aliran Permukaan

PeresapanPermukaan Air Tanah

evapotranspirasi

SIKLUS HIDROLOGI PADA SUATU DAERAH ALIRAN SUNGAI

Page 30: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

KOMPENSASI

• Kabupaten konservasi harus konsisten untuk terus menjaga luasan dan

kelestarian kawasan hutannya. Secara langsung hal ini akan menambah

beban biaya dan selain itu juga akan mengurangi peluang untuk

mengembangkan lahan usaha bagi penghidupan masyarakatnya.

• Di sisi lain kabupaten/kota yang berada di bagian hilir akan menikmati

manfaat yang sangat besar, antara lain terjaminnya ketersediaan air baku

tahun dan terbebas dari ancaman bencana banjir di musim hujan

• Untuk itu kabupaten konservasi seharusnya mendapat kompensasi dari

kabupaten/kota yang berada di bagian hilir yang menikmati semua manfaat

di atas.

• Bentuk dan besaran kompensasi ini seharusnya sudah diatur dalam RTRW

Provinsi

Page 31: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Sosial-politikHankam

Pertanian

Geologi tata lingk.

Kehutanan

Transportasi

Kelembagaan

Arsitektur

Sosial-Budaya

Urban design

Page 32: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Bobot Materi Muatan RTRW

RTRW NASIONAL

RTRW PROVINSI

RTRW KABUPATEN

RTRWKOTA RDTR

Tujuan, Kebijakan & Strategi

Rencana Struktur Ruang

Rencana Pola Ruang

Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Page 33: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Dimana kedudukan KLHS di dalam RTRW ?

Page 34: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Proses Penyusunan RTRW

Pengumpulan Data

Pengolahan Data/Analisis

Penyusunan Rencana

Page 35: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Pengolahan Data/Analisis

Garis Besar Pendekatan

Supply dan Demand

Supply adalah ruang budidaya yang tersedia atau yang diperkenankan untuk dimanfaatkan

Demand adalah kebutuhan ruang untuk hidup dan beraktivitas guna mencapai Tujuan Penataan Ruang yang ingin dicapai.

Analisis Supply dan Demand akan memberikan informasi daya tampung dan karakteristik fisik (lingkungan hidup), sosial dan ekonomi wilayah secara utuh -> Profil Tata Ruang Lengkap

Berdasarkan profil tata ruang lengkap ini disusun kebijakan & strategi penataan ruang yang tepat untuk mewujudkan Tujuan Penataan Ruang yang ingin dicapai

Page 36: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Kedudukan KLHS dalam RTRW

KLHS merupakan bagian dari Analisis Tata Ruang, bukan produk rencana, dimana hampir semua hal-hal yang menjadi fokus dalam KLHS juga menjadi fokus dalam analisis tata ruang.

Hasil KLHS yang baik dan benar akan tercermin pada :

Profil Lengkap Tata Ruang Wilayah yang ada di Bab I RTRW

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang yang realistis

Bagaimana bila proses penyusunan RTRW sudah terlanjur sudah berjalan. Lengkapi penyusunan RTRW tersebut dengan dokumen analisis tata ruang yang benar, dimana di dalamnya terdapat KLHS.

Page 37: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Pasal 30 PP 15/2010

(1) Dalam hal terdapat bagian kawasan hutan dalam wilayah provinsi yang belum memperoleh persetujuan peruntukan ruangnya, terhadap bagian kawasan hutan tersebut mengacu pada ketentuan peruntukan kawasan hutan berdasarkan rencana tata ruang wilayah provinsi sebelumnya.

(2) Bagian kawasan hutan dalam wilayah provinsi yang belum memperoleh persetujuan peruntukan ruangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diintegrasikan ke dalam rencana tata ruang wilayah provinsi yang akan ditetapkan dengan mengacu pada ketentuan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan berdasarkan rencana tata ruang wilayah provinsi sebelumnya.

Page 38: Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb

Pasal 31 PP 15/2010

(1) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan.

(2) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diintegrasikan dalam perubahan rencana tata ruang wilayah.

(3) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sebelum ditetapkan perubahan rencana tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).