Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb
Transcript of Kedudukan RTRW Kab Dlm Pemb
Kedudukan RTRW di Dalam
Pembangunan daerah
KEBIJAKAN PEMERINTAH ACEH TERHADAP PEMBERIAN
REKOMENDASI GUBERNUR UNTUK PEMBINAAN PERCEPATAN
PENYELESAIAN RTRW KABUPATEN/KOTA
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM
Kenapa Harus Memiliki RTRW ?
• Karena RTRW adalah landasan hukum utama bagi seluruh pelaksanaan pembangunan fisik di daerah
• UU 26 Tahun 2007, pasal 26 ayat 3 menyatakan bahwa RTRW menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan
• PP 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 165 menyatakan, bahwa :
– izin prinsip dan izin lokasi diberikan berdasarkan RTRW
– Izin penggunaan pemanfaatan tanah diberikan berdasarkan izin
lokasi
– IMB diberikan berdasarkan RDTR dan Peraturan Zonasi
RDTR hanya dapat diperdakan setelah Perda RTRW terlebih dahulu
terbit
Bagaimana Kalau Tidak Ada RTRW ?
Pembangunan fisik akan tersendat dan investasi akan terhambat karena :
1. tidak ada kepastian hukum
2. Keppres 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah untuk kepentingan Umum, ps 4 menyatakan bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pada RTRW
Bagaimana Solusinya?
• Percepat penyelesaian Perda RTRW
• Bagaimana bila persoalan hutannya belum selesai?
Segera selesaikan proses paduserasinya dengan Kementerian Kehutanan
• Pengajuan perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri oleh kabupaten, melainkan harus diajukan oleh provinsi kepada Kementerian Kehutanan sebagai satu kesatuan usulan seluruh kabupaten/kota
Apakah Bila Perda RTRW Terbit
Persoalan Tata Ruang Selesai?
• Satu persoalan terkait dengan kepastian hukum selesai, tetapi masalah penataan ruang lainnya masih menunggu untuk diselesaikan, yaitu :
a. Pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
b. Penyusunan rencana rinci (RDTR dan RTR Kawasan Strategis)
c. Proses legalisasi rencana rinci
d. Peninjauan ulang RTRW setiap lima tahun
• Penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus berputar sepanjang waktu
Siapa Yang Harus Menyusun RTRW
• Penyusunan RTRW Kabupaten merupakan kewajiban pemerintah daerah, namun dalam pelaksanaannya dapat meminta bantuan konsultan, baik perusahaan maupun individual
• Sekalipun dibantu konsultan pemerintah daerah tidak dapat sepenuhnya “lepas tangan”. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk :
a. menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK atau TOR) yang menjadi arahan atau pegangan konsultan dalam bekerja
b. mengawasi dan memberikan arahan agar pekerjaan konsultan sesuai dengan KAK
c. Melakukan proses legalisasi hingga RTRW tersebut menjadi Peraturan Daerah Kabupaten tentang RTRW Kabupaten
Bagaimana Hubungan Pemda dengan
Konsultan
• Dalam keseluruhan proses penyusunan RTRW Pemerintah Daerah harus menjadi fihak “Pemikir” dan Konsultan sebagai penulis hasil-hasil pemikiran tersebut menjadi Buku RTRW, Buku Rancangan Perda RTRW dan Album Peta RTRW, dengan berpegang pada peraturan perundang-undangan.
• Dalam proses penyusunan RTRW, pemerintah daerah akan diwakili oleh suatu Tim Teknis Daerah yang terdiri dari semua wakil SKPD terkait. Tim Teknis ini sebaiknya adalah BKPRD Kabupaten.
• Hal yang wajib untuk dirumuskan oleh Tim Teknis Daerah adalah Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang yang merupakan “jiwa” dari RTRW
Bagaimana Proses Legalisasi RTRW
• Menurut UU 26 Tahun 2007 pasal 18 ayat 1 dan 2, menyatakan sebelum ditetapkan Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten/Kota harus terlebih dahulu mendapat Rekomendasi Gubernur dan Persetujuan Substansi dari Menteri (Menteri PU)
• Sebelum mendapatkan Rekomendasi Gubernur, materi muatan RTRW kabupaten terlebih dahulu akan diperiksa kesesuaiannya terhadap materi muatan RTRW Provinsi.
• Sebelum mendapatkan persetujuan substansi menteri, materi muatan RTRW Kabupaten akan terlebih dahulu diperiksa oleh Tim Ditjen Penataan Ruang dan diberi masukan oleh Tim Pelaksana BKPRN (32 instansi)
Apakah Proses Legalisasi Rencana
Rinci Sama Dengan RTRW
• Menurut UU 26 Tahun 2007 pasal 18 ayat 1 dan 2, proses legalisasi rencana rinci sama dengan proses legalisasi RTRW
• Ke depan, proses persetujuan substansi RTRW dan rencana rinci kabupaten/kota akan dilimpahkan kepada pemerintah daerah provinsi
• Hanya persetujuan substansi RTRW Provinsi dan rencana rinci provinsi (RTR Kawasan Strategis Provinsi) saja yang akan ditangani oleh pusat
Bagaimana Dengan Masa Berlakunya
Rencana Rinci
• Masa berlakunya Perda rencana rinci adalah sama dengan masa berlakunya Perda RTRW.
• Bila suatu rencana rinci (misalnya RDTR Pusat Kota Peunayong) diperdakan pada tahun keenambelas masa berlakunya RTRW Kota Banda Aceh, maka masa berlakunya RDTR tersebut sama dengan sisa masa berlakunya RTRW, yaitu hanya empat tahun.
• Namun demikian, pada tahun keduapuluh pada saat RTRW direvisi, RDTR tersebut tidak perlu direvisi sepanjang tidak ada perubahan yang sifatnya mendasar pada RTRW, dan RTRW dapat meng-endorse kembali RDTR tersebut
Siapa Yang Harus Memeriksa Materi
Muatan RTRW dan Rencana Rinci?
• Materi muatan RTRW Kabupaten/Kota dan rencana rinci sebelum diberi rekomendasi oleh Gubernur akan dibahas oleh BKPRD Provinsi
• Materi muatan yang harus diperiksa sama dengan materi muatan yang diperiksa oleh Tim Pelaksana BKPRN, yaitu :– Kelengkapan berkas, dan
– Kesesuaian materi muatan terhadap RTRW Provinsi serta peraturan perundangan-undangan
Apakah RTRW Kabupaten/Kota Dapat
Diperdakan Mendahului Provinsi
• Tidak satu pasalpun dalam UU 26 Tahun 2007 yang melarang kabupaten/kota untuk memperdakan terlebih dahulu dibanding provinsinya.
• Sepanjang Gubernur memberikan rekomendasi dan tidak ada persoalan terkait dengan peralihan fungsi dan peruntukan kawasan hutan, proses persetujuan substansi di BKPRN dapat dilaksanakan
Kelengkapan Berkas Untuk
Pemeriksaan Materi Muatan RTRW
• RTRW Kabupaten/Kota harus diajukan kepada BKPRD untuk mendapatkan Rekomendasi Gubernur dengan kelengkapan berkas sebagai berikut :
a. Buku RTRW (3 kopi)
b. Buku Raperda (3 kopi)
c. Album Peta Ukuran A1 dalam format PDF
d. Softcopy album peta dalam format ArcShape atau MapInfo Table
e. Softcopy buku RTRW dalam MSWord
f. Softcopy buku Raperda dalam MSWord
g. Lampiran : Berita Acara Konsultasi Publik dan Berita Acara Konsultasi Kabupaten/Kota yang bertetangga
Pemeriksaan Materi Muatan RTRW
• Pemeriksaan materi muatan RTRW Kabupaten/Kota dicantumkan di dalam Tabel Evaluasi Materi Muatan RTRW (Lihat Permen PU no 11 tahun 2009)
• Secara umum hal yang diperiksa meliputi kesesuaian materi muatan RTRW Kabupaten/Kota terhadap materi muatan RTRW provinsi.
• Secara khusus harus dilakukan pemeriksaan dengan mengguna kan teknik GIS apakah rencana struktur ruang dan rencana pola ruang kabupaten “duduk” di atas rencana struktur dan pola ruang provinsi atau tidak
Bagaimana Materi Muatan RTRW ?
• Sesuai dengan Permen PU no 16 dan 17 tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten dan RTRW Kota, materi
muatan RTRW Kabupaten/Kota, sekurangnya harus memuat :
1. Pendahuluan (berisi profil lengkap tata ruang kabupaten/kota)
2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten/Kota
3. Rencana Struktur Ruang Kabupaten/Kota
4. Rencana Pola Ruang Kabupaten/Kota
5. Arahan Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota
6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang kabupaten/Kota
• Sistematika materi muatan RTRW Kabupaten/Kota tepat sama
dengan RTRW Provinsi, namun cakupan dan kedalaman
keduanya berbeda
1 - 2
Bagaimana Materi Muatan RTRW ?
• RTRW Kabupaten digambarkan pada peta skala 1: 50.000.
RTRW Kota digambarkan pada peta skala 1: 25.000 dan idealnya
digambarkan pada peta 1: 10.000.
• RTRW Kabupaten lebih menitikberatkan pada pemerataan
pengembangan wilayah, khususnya yang berkaitan dengan urban-
rural linkage.
• RTRW Kota lebih menitikberatkan pengaturan pola ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang perkotaan yang relatif lebih dinamis
• Materi muatan RTRW Kabupaten dan RTRW Kota dapat diikuti pada
Permen PU No. 16/ 2009 dan Permen PU No. 17/ 2009
2 - 2
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Peta dasar untuk penyusunan RTRW umumnya sudah kada
luwarsa. Untuk RTRW Kota bahkan tidak tersedia pada skala
yang disyaratkan 1: 25.000.
Untuk itu penyusunan RTRW harus selalu diawali dengan
updating peta dasar yang sekaligus akan meng-update peta
penggunaan lahan. Updating peta dilakukan dengan
menggunakan citra satelit yang sesuai.
Untuk RTRW Kabupaten dapat digunakan citra satelit
ASTER dengan resolusi 15 m atau SPOT 5 atau ALOS dengan
resolusi 10 m. Untuk RTRW Kota dapat digunakan citra
IKONOS dengan resolusi 1m atau citra Quick Bird dengan
resolusi 61 cm atau WorldView 2 dengan resolusi 50cm
2. Salah satu amanat UU No. 26/2007 yang paling utama utama
adalah untuk mendasarkan penyusunan RTRW pada mitigasi
bencana.
Sehubungan dengan itu langkah awal dalam penyusunan
RTRW adalah mengidentifikasi kawasan-kawasan rawan
bencana.
Selanjutnya kawasan rawan bencana harus diarahkan untuk
tidak dijadikan sebagai kawasan hunian dan bila sudah
terlanjur berkembang menjadi kawasan hunian, harus
diberlakukan pengendalian pemanfaatan ruang secara
ketat
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
3. RTRW Kabupaten harus bersifat komplementer terhadap
RTRW Provinsi,
a. Rencana Struktur Ruang provinsi yang ada di wilayah
kabupaten sepenuhnya harus diadopsi di dalam Rencana
Struktur Ruang kabupaten.
b. Rencana Pola Ruang Kabupaten harus “duduk” di
dalam Rencana Pola Ruang Provinsi.
c. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang
diamanah kan di dalam RTRW provinsi harus
diterjemahkan menjadi Ketentuan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang di dalam RTRW Kabupaten.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
4. Di dalam RTRW Provinsi kota hanya akan berbentuk sebagai
satu titik atau satu delineasi kecil. Pengertian komplementer
untuk RTRW Kota tidak sama dengan RTRW Kabupaten.
Suatu RTRW Kota dapat dinyatakan komplementer terhadap
RTRW Provinsi apabila fungsi dan peranan yang diembankan
oleh RTRW Provinsi terhadap kota tersebut terwujud secara
nyata di dalam Tujuan, Kebijakan dan Strateginya
5. Agar Rencana Pola Ruang Kabupaten dapat “duduk” di atas
Rencana Pola Ruang Provinsi, sangat dianjurkan agar Rencana
Pola Ruang kabupaten disusun di atas peta Rencana Pola Ruang
Provinsi yang sudah di translasikan ke peta dasar kabupaten 1:
50.000
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
6. Rencana Pola Ruang Kota sama sekali tidak terkait dengan Rencana
Pola Ruang Provinsi, dan sepenuhnya bergantung pada Strategi
Penataan Ruang yang ditetapkan dan pada kondisi fisik ruang yang ada.
Demikian pula Rencana Struktur Ruang nya sepenuhnya bergantung
pada strategi penataan ruang dan kondisi fisik ruang yang ada.
7. Dalam Rencana Pola Ruang Kabupaten harus diperhatikan
prosentase kawasan hutan minimum dalam setiap DAS sebesar 30%
8. Dalam Rencana Pola Ruang Kota harus diperhatikan adanya Ruang
Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% , dengan proporsi 20% RTH publik
dan 10% RTH privat. Kuburan, sempadan sungai, dsb dapat dimasukan
sebagai bagian dari RTH publik
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
9. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang pada dasar
nya merupakan jiwa atau ruh dari pada RTRW, bukan sekedar
prolog. Disitulah ditentukan akan dibawa kemana kabupaten/
kota di masa datang
10. RTRW Kabupaten/Kota merupakan produk rencana tata ruang
yang bersifat operasional, sehubungan dengan itu Kebijakan
dan Strategi Penataan Ruangnya harus bersifat operasional.
11. Perbedaan kedalaman materi muatan RTRW Nasional,
Provinsi, Kabupaten, Kota dan RDTR digambarkan sebagai
berikut,
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
12. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota pada dasarnya adalah bagian wilayah
kabupaten/kota yang penataan ruangnya dinilai harus untuk dilakukan secara
khusus, lebih dalam dari pada yang diatur di dalam rencana umum tata ruang,
oleh karena :
a. Memiliki nilai strategis tertentu yang harus lebih didorong peranannya
di dalam pelaksanaan pembangunan wilayah, atau
b. Memiliki nilai strategis tertentu yang harus dilindungi eksistensinya agar
tidak mengganggu keseimbangan wilayah secara keseluruhan, dan
c. Perencanaan tata ruangnya tidak sepenuhnya terakomodasi di dalam
rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang ada di dalam rencana umum tata ruang
Oleh karena itu penetapan kawasan strategis kabupaten/kota tidak harus
membagi habis seluruh wilayah kabupaten/kota, tapi cukup satu atau dua
kawasan saja yang dinilai benar-benar memiliki nilai strategis bagi
kabupaten/kota
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
13. Arahan Pemanfaatan Ruang pada dasarnya merupakan pedoman bagi
implementasi Rencana Tata Ruang dan akan menjadi lampiran dari Perda
RTRW yang menjadi pegangan dalam penyusunan RAPBD, sehubungan
dengan itu arahan pemanfaatan ruang harus disusun sesuai dengan kemampuan
keuangan daerah yang sebenarnya bukan sekedar shopping list.
14. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang terdiri dari Ketentuan
Umum Peraturan Zonasi, Ketentuan Perijinan, Ketentuan Insentif-
Disinsentif dan Arahan Sanksi, seharus nya sudah berisi dengan ketentuan-
ketentuan yang sudah operasional bukan hanya sekedar berisi definisi atau
pengertian. Ketentuan-ketentuan inilah yang akan menjadi instrumen hukum
di dalam Perda RTRW.
15. Dalam menyusun RTRW secara umum agar benar-benar memperhatikan dan
mengikuti ketentuan sektor terkait, seperti halnya sektor kehuranan,
pengairan, jalan, perhubungan dan lainnya.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
16. Paduserasi kawasan hutan untuk provinsi Kepulauan Riau masih
dalam proses pelaksanaan, dan tidak pernah melakukan padu
serasi kawasan hutan sebelumnya. Karena itu persetujuan
substansi RTRW Kabupaten/Kota hanya dapat diberikan setelah
paduserasi ini selesai
17. Untuk provinsi lain yang sudah pernah melakukan paduserasi
kawasan hutan, persetujuan substansi dapat segera diberikan
apabila RTRW tersebut berpegang pada SK Menhut yang sudah
ada, sementara perubahan fungsi dan atau peruntukan kawasan
hutannya masih dalam proses bersama Kementerian Kehutanan.
(PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
pasal 30 & 31)
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
RTRW = Pisau Bermata Dua
Ketentuan sanksi UU No. 26/ 2007
Pasal 69 s.d pasal 75
Ketentuan sanksi ini mengikat semua pihak, baik
pelanggar ketentuan RTRW maupun aparat pemberi ijin
pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya adalah kita
semua sebagai bagian dari institusi yang berwenang
memberikan persetujuan substansi.
S e k i a n & T e r i m a K a s i h
Prosentase Hutan Minimum 30%
• UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ps 17 ayat 5 menyatakan
bahwa luas kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai
(DAS).
• Apakah kabupaten yang memiliki kawasan hutan lebih besar dari 30%
boleh menguranginya hingga sampai dengan 30%? Untuk menjawabnya:
a. Pertama harus diingat bahwa 30% luas kawasan hutan adalah dari
luas DAS bukan dari luas wilayah administratif
b. Di dalam suatu DAS sebagian besar kawasan hutan sebaiknya
berada di bagian hulu yang merupakan daerah resapan air, dan
sebagian lainnya di kawasan pantai untuk menjaga keanekaragaman
hayati pesisir dan melindungi pantai dari abrasi
• Hal ini menyebabkan akan ada kabupaten di bagian hulu sungai yang
memiliki kawasan hutan jauh di atas 30% dan harus tetap
mempertahankannya -> Kabupaten Konservasi
Pelepasan air tanah
Arus antara
Aliran Permukaan
PeresapanPermukaan Air Tanah
evapotranspirasi
SIKLUS HIDROLOGI PADA SUATU DAERAH ALIRAN SUNGAI
KOMPENSASI
• Kabupaten konservasi harus konsisten untuk terus menjaga luasan dan
kelestarian kawasan hutannya. Secara langsung hal ini akan menambah
beban biaya dan selain itu juga akan mengurangi peluang untuk
mengembangkan lahan usaha bagi penghidupan masyarakatnya.
• Di sisi lain kabupaten/kota yang berada di bagian hilir akan menikmati
manfaat yang sangat besar, antara lain terjaminnya ketersediaan air baku
tahun dan terbebas dari ancaman bencana banjir di musim hujan
• Untuk itu kabupaten konservasi seharusnya mendapat kompensasi dari
kabupaten/kota yang berada di bagian hilir yang menikmati semua manfaat
di atas.
• Bentuk dan besaran kompensasi ini seharusnya sudah diatur dalam RTRW
Provinsi
Sosial-politikHankam
Pertanian
Geologi tata lingk.
Kehutanan
Transportasi
Kelembagaan
Arsitektur
Sosial-Budaya
Urban design
Bobot Materi Muatan RTRW
RTRW NASIONAL
RTRW PROVINSI
RTRW KABUPATEN
RTRWKOTA RDTR
Tujuan, Kebijakan & Strategi
Rencana Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Dimana kedudukan KLHS di dalam RTRW ?
Proses Penyusunan RTRW
Pengumpulan Data
Pengolahan Data/Analisis
Penyusunan Rencana
Pengolahan Data/Analisis
Garis Besar Pendekatan
Supply dan Demand
Supply adalah ruang budidaya yang tersedia atau yang diperkenankan untuk dimanfaatkan
Demand adalah kebutuhan ruang untuk hidup dan beraktivitas guna mencapai Tujuan Penataan Ruang yang ingin dicapai.
Analisis Supply dan Demand akan memberikan informasi daya tampung dan karakteristik fisik (lingkungan hidup), sosial dan ekonomi wilayah secara utuh -> Profil Tata Ruang Lengkap
Berdasarkan profil tata ruang lengkap ini disusun kebijakan & strategi penataan ruang yang tepat untuk mewujudkan Tujuan Penataan Ruang yang ingin dicapai
Kedudukan KLHS dalam RTRW
KLHS merupakan bagian dari Analisis Tata Ruang, bukan produk rencana, dimana hampir semua hal-hal yang menjadi fokus dalam KLHS juga menjadi fokus dalam analisis tata ruang.
Hasil KLHS yang baik dan benar akan tercermin pada :
Profil Lengkap Tata Ruang Wilayah yang ada di Bab I RTRW
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang yang realistis
Bagaimana bila proses penyusunan RTRW sudah terlanjur sudah berjalan. Lengkapi penyusunan RTRW tersebut dengan dokumen analisis tata ruang yang benar, dimana di dalamnya terdapat KLHS.
Pasal 30 PP 15/2010
(1) Dalam hal terdapat bagian kawasan hutan dalam wilayah provinsi yang belum memperoleh persetujuan peruntukan ruangnya, terhadap bagian kawasan hutan tersebut mengacu pada ketentuan peruntukan kawasan hutan berdasarkan rencana tata ruang wilayah provinsi sebelumnya.
(2) Bagian kawasan hutan dalam wilayah provinsi yang belum memperoleh persetujuan peruntukan ruangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diintegrasikan ke dalam rencana tata ruang wilayah provinsi yang akan ditetapkan dengan mengacu pada ketentuan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan berdasarkan rencana tata ruang wilayah provinsi sebelumnya.
Pasal 31 PP 15/2010
(1) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan.
(2) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diintegrasikan dalam perubahan rencana tata ruang wilayah.
(3) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sebelum ditetapkan perubahan rencana tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).