Kebudayaan Dalam Era Globalisasi Dan Pengaruhnya Terhadap Jiwa Agama
-
Upload
ilham-al-bantani -
Category
Documents
-
view
296 -
download
42
Transcript of Kebudayaan Dalam Era Globalisasi Dan Pengaruhnya Terhadap Jiwa Agama
KEBUDAYAAN DALAM ERA GLOBALISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
JIWA AGAMA
Kemajuan dan kecanggihan di era globalisasi ini menjadikan manusia hisup di satu
kota. Batas Negara sudah tidak penghlang bagi manusia untuk saling berhubungan. Sehingga
segala sesuatu yang sebelumnya dianggap sebagai pemilik sautu bangsa tertentu akan
terangkat menjadi milik bersama.
Dalam kaitannya dalam jiwa keagamaan, barang kali dampak glbalisasi itu dapat di
lihat melalui hubungannya dengan perubahan sikap. Prof. Dr. Mar’at mengemukakan
beberapa teori mengenai perubahan sikap ini. Mennurut teori yang di kemukakan oleh
Osgood dan Tannen Baum, perubahan sikap akan terjadi jika terjadi persamaan persepsi pada
diri seseorang atau masyarakat terhadap sesuatu. Hal ini berarti apabila pengaruh globalisasi
dengan segala muatannya di ilai baik oleh individu maupun masyarkat maka mereka akan
menerimanya.
Secara fenomenal kebudayaan dalam era globalisasi mengarah kepada nilai-nilai
yang besar pengaruhnya tehadap jiwa kwagamaan, khususnya di kalangan generasi muda
meskipun pada sisi-sisi tertentu kehidupan tradisi keagamaan tampak meningkatdalam
kesemarakannya, namun dalam kehidupan global yang cenderung sekuler barang kali akan
ada pengaruhnya terhadap perumbuhan jiwa keagamaan para generasi muda. Paling tidak ada
kecenderungan yang tampak :
1. Muncul sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan agama. Sikap toleransi
biasanya di jumpai di kalangan keolompok yang di sebut moderat.
2. Muncul sikap fanatic keagamaan sedangkan sikap fanaftik keagamaan identik dengan
kelompok fundamental.
Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara menyeluruh
dan tatanan itu di hadapi bersama sebagai suatu perubahan yang wajar. Sebab mau tudak mau
siap tidak siap perubahan itu di perkirakan akan terjadi. Di kala itu, manusia di hadapkan
pada peradaban umat manusia. di sisi lain manusia di hadapkan kepada malapetaka sebagai
dampak perkembangan dan kemajuan modernisasi dan perkembangan teknologi itu sendiri.
Pada garis besarnya teori mengungkapkan bahwa sumber jiwa keagamaan
berdasarkan factor intern dan factor ekstern manusia. pendapat pertama menyatakan bahwa
manusia adalah homo religius (makhluk beragama) karena manusia sudah memiliki jiwa
untuk beragama. Potensi tersebut bersumber dair faktir intern manusia yang termuat dalam
aspek kejiwaan manusia seperti nalauri, akal perasaan maupun kehendak. Teori kedua
menyatakan bahwa kejiwaaan manusia bersumber dari factor ekstern. Manusia terdorong
untuk beragama karena factor di luar dirinya seperti rasa takut, dan rasa ketergantungan
ataupun rasa bersalah.
Kedua pendekatan itu tampak berbeda, namun keduanya mengingkari bahwa secara
psikologis manusia sukit untuk di pisahkan dari agama. Pengaruh psikologis ini pula yang
tercermin dalam sikap dadn tingkah laku keagamaan manusia, baik dalam kehidupan individu
maupun dalam kehidupan sosialnya. Dalam kehidupan manusia sebagai individu, pengaruh
psikologi itu membentuk keyakinan dalam diriya dan menampakan pola tingkah laku sebagai
realisasi dari keyakinan tersebut.sedangkan dalam kehidupan sosial keyakinan dan pola
tingkah laku tersebut mendorong manusia untuk melahirkan norma-norma dan pranata
keagamaan sebagai pedoman dansarana kehidupan beragama di mas.yarakat.