Kebijakan Umum Instalasi Farmasi

34
Lampiran : SK Direktur RS Pusat Pertamina No : Kpts 1574 /B00000/2013-S2 Tanggal : 1 Juli 2013 KEBIJAKAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 1 Kebijakan Formularium 2 Kebijakan Perencanaan Perbekalan Farmasi 3 Kebijakan Pengadaan Perbekalan Farmasi 4 Kebijakan Penerimaan Perbekalan Farmasi 5 Kebijakan Penyimpanan Perbekalan Farmasi 6 Kebijakan Stock Opname Perbekalan Farmasi 7 Kebijakan Penarikan dan Pemusnahan Perbekalan Farmasi 8 Kebijakan Pendistribusian Perbekalan Farmasi 9 Kebijakan Pengelolaan Perbekalan Farmasi dalam Emergency Trolley dan Emergency Kit 1 0 Kebijakan Pengelolaan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor 1 1 Kebijakan Pengelolaan Obat dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert Medications) 1 2 Kebijakan Pemesanan dan Peresepan PerbMASIekalan Farmasi 1 3 Kebijakan Penelaahan Resep 1 4 Kebijakan Penyiapan Perbekalan Farmasi Berdasarkan Permintaan Perbekalan Farmasi di Layanan Farmasi 1 5 Kebijakan Pelabelan Perbekalan Farmasi 1 6 Kebijakan Pengaturan Waktu Minum Obat 1 7 Kebijakan Rekonsiliasi Obat 1 8 Kebijakan Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO) 1 9 Kebijakan Pemantauan dan Pelaporan Medication Error 1

description

VRCE WWAV

Transcript of Kebijakan Umum Instalasi Farmasi

Lampiran : SK Direktur RS Pusat Pertamina

No: Kpts 1574 /B00000/2013-S2

Tanggal : 1 Juli 2013

KEBIJAKAN INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA

1Kebijakan Formularium

2Kebijakan Perencanaan Perbekalan Farmasi

3Kebijakan Pengadaan Perbekalan Farmasi

4Kebijakan Penerimaan Perbekalan Farmasi

5Kebijakan Penyimpanan Perbekalan Farmasi

6Kebijakan Stock Opname Perbekalan Farmasi

7Kebijakan Penarikan dan Pemusnahan Perbekalan Farmasi

8Kebijakan Pendistribusian Perbekalan Farmasi

9Kebijakan Pengelolaan Perbekalan Farmasi dalam Emergency Trolley dan Emergency Kit

10Kebijakan Pengelolaan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor

11Kebijakan Pengelolaan Obat dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert Medications)

12Kebijakan Pemesanan dan Peresepan PerbMASIekalan Farmasi

13Kebijakan Penelaahan Resep

14Kebijakan Penyiapan Perbekalan Farmasi Berdasarkan Permintaan Perbekalan Farmasi di Layanan Farmasi

15Kebijakan Pelabelan Perbekalan Farmasi

16Kebijakan Pengaturan Waktu Minum Obat

17Kebijakan Rekonsiliasi Obat

18Kebijakan Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

19Kebijakan Pemantauan dan Pelaporan Medication Error

1. FORMULARIUM a. Formularium adalah daftar obat yang direkomendasikan oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) agar disetujui dan ditetapkan oleh Direktur untuk digunakan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) pada periode waktu tertentu.b. Formularium berisi nama dagang, nama generik dan informasi penting lainnya tentang obat yang diperlukan sebagai pertimbangan klinik dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan apoteker dalam menentukan pengobatan terhadap penyakit pasien.c. Formularium disusun oleh KFT yang anggotanya terdiri dari dokter / dokter gigi yang mewakili masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF), apoteker dan perawat, serta penunjang yang kehadirannya diperlukan secara insidentil.d. Formularium ditelaah keefektifannya setiap tahun berdasarkan ilmu pengobatan terkini.

e. Formularium direvisi setiap 3 (tiga) tahun atau sesuai dengan terbitnya Daftar Obat Standar Pertamina dan atau terbitnya Daftar Obat Standar Pertamina Bina Medika.

f. Obat yang masuk diusulkan oleh minimal 2 (dua) SMF dilengkapi dengan minimal 1 (satu) penelitian ilmiahnya.

g. Obat spesifik yang digunakan oleh SMF tertentu, dapat diusulkan oleh 1 (satu) SMF tersebut saja.h. Usulan obat yang masuk adalah usulan terbanyak dari semua SMF yang berkaitan dengan penatalaksanaan terapi penyakit yang dikelola masing-masing SMF dan disetujui oleh KFT.i. Satu nama generik obat maksimal terdiri dari 5 (lima) produk, yaitu :1) 1 (satu) produk original atau PMA (Penanaman Modal Asing)

2) 3 (tiga) produk PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)

3) 1 (satu) produk OGB (Obat Generik Berlogo)

j. Dalam menentukan pemilihan obat yang masuk, agar mempertimbangkan kebutuhan pengobatan bagi pasien Pensiunan Pertamina Kapitasi, pasien PISA (Pekerja Istri/ Suami dan Anak) Pertamina dan pasien Non Pertamina Jaminan / Tunai.

k. Jumlah obat dalam Formularium adalah jumlah yang paling efisien.

l. Usulan obat yang masuk harus menggantikan numerik obat yang akan dikeluarkan, sehingga jumlah obat dalam Formularium tetap sama.

m. Kriteria Obat yang akan dikeluarkan dari Formularium adalah :

1) Obat yang tidak diproduksi lagi. 2) Obat yang ditarik dari peredaran oleh produsennya atau BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). 3) Obat yang mengakibatkan adverse effect yang berakibat fatal di RSPP.

4) Obat dengan kategori Slow Moving, yaitu obat yang tidak pernah diresepkan selama 2 (dua) bulan berurutan.n. KFT menetapkan nama obat-obat yang akan dikeluarkan dari Formularium.

o. SMF dan dokter pengusul berkewajibkan menghabiskan sisa persediaan obat-obat yang akan keluar Formularium.

p. Instalasi Farmasi menyediakan obat baru yang masuk Formularium segera setelah persedian obat yang keluar Formularium habis.

q. Dokter / dokter gigi yang membutuhkan Obat Non Formularium, mengajukan permohonan persetujuan Wadir Medis melalui Formulir Obat Non Formularium terlebih dahulu.

r. Obat Non Formularium yang dibutuhkan oleh dokter / dokter gigi adalah :

1) Obat yang tidak dapat disubstitusi oleh obat dalam Formularium.2) Obat yang dapat memberikan perbaikan kondisi pasien. Sebelumnya pasien mendapatkan obat dalam Formularium tetapi tidak mengalami perbaikan.s. Instalasi Farmasi melaksanakan pengadaan kebutuhan obat Non Formularium, segera setelah Wadir Medis menyetujui permohonan Formulir Obat Non Formularium tersebut. t. Satu Formulir Obat Non Formularium hanya untuk permohonan pemakaian satu jenis obat pada seorang penderita.u. KFT melakukan monitoring efektivitas terapi dan efek samping obat terhadap obat baru yang masuk dalam Formularium, dan melaporkannya kepada dokter / dokter gigi dan SMF pengusul.v. KFT melaporkan efek samping obat yang tidak biasa terjadi pada pemakaian obat tersebut kepada Pusat Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Nasional.w. KFT menentukan target kepatuhan peresepan terhadap Formularium pada program kerja KFT.2. PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI a. Perencanaan perbekalan farmasi merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang bertujuan untuk menghindari kekosongan obat.b. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan serta dasar-dasar perencanaan sebagai berikut :

1) Konsumsi, yaitu dengan rata-rata pemakaian selama 3 bulan.2) Epidemiologi, yaitu berdasarkan trend penyakit saat itu.3) Kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi .c. Pedoman Perencanaan adalah :1) Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium RSPP, Panduan Praktik Klinik (PPK) RSPP, dan ketentuan setempat yang berlaku.

2) Anggaran yang tersedia.

3) Penetapan prioritas.

4) Siklus penyakit.

5) Sisa persediaan.

6) Data pemakaian periode lalu.

7) Rencana pengembangan.

d. Sistem perencanaan pengadaan setiap item perbekalan farmasi dilakukan secara periodik review system (pengecekan stok dan pemakaian perbekalan farmasi setiap kartu perencanaan).

3. PENGADAAN PERBEKALAN FARMASIa. Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan perbekalan farmasi yang telah direncanakan dan disetujui pengadaannya.

b. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan cara :

1) Pembelian secara langsung kepada Distributor / Pedagang Besar Farmasi (PBF) / Rekanan oleh bagian Logistik sesuai usulan dari perencanaan yang dibuat oleh Instalasi Farmasi.

2) Initial Stock / bonus

3) Sampel (RSPP hanya menerima sampel alat kesehatan)4) Hibah dari Dinas Kesehatanc. Kriteria pembelian :

1) Rutin : Pembelian yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama 2 minggu.

2) Tidak rutin :

a) Insidentil :

Pembelian yang dilakukan untuk memenuhi permintaan dokter atau Lantai Rawat melalui resep / MIV dengan prosedur pembelian rutin.

b) Cito :

Pembelian yang dilakukan untuk memenuhi permintaan dokter atau Lantai Rawat melalui resep / MIV dengan prosedur pembelian cito (perbekalan farmasi didatangkan maksimal 2 x 24 jam).

d. Pengadaan item obat baru (belum pernah tersedia di rumah sakit) dimulai dengan pemberian bonus dari pabrik farmasi yang digunakan sebagai initial stock.e. Hasil evaluasi efektivitas dan frekuensi permintaan yang tinggi dari initial stock item obat baru tersebut ditindaklanjuti dengan pengadaan item obat secara konsinyasi yang dievaluasi selama periode tertentu.f. Kekosongan perbekalan farmasi di Distributor akan diinformasikan kepada Layanan Farmasi / Lantai Rawat disertai pemberitahuan resmi dari Distributor terkait, dan untuk obat life saving akan dimintakan saran subtitusi obat kepada SMF terkait.4. PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI

a. Penerimaan perbekalan farmasi dari Distributor / Pedagang Besar Farmasi (PBF) / Rekanan dilakukan oleh bagian Logistik dan diserahkan ke Petugas Penerimaan Gudang Farmasi dengan menyertakan Berita Acara Penerimaan Barang.

b. Penerimaan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi adalah proses penerimaan perbekalan farmasi dari Bagian Logistik ke Gudang Farmasi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

c. Penerimaan Perbekalan Farmasi di Layanan Farmasi / User adalah proses penerimaan perbekalan Farmasi dari Gudang Farmasi ke Layanan Farmasi / User sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.d. Perbekalan farmasi yang diterima, diperiksa kuantitas, kualitas, tanggal kadaluarsa dan suhu penyimpanannya (khususnya untuk perbekalan farmasi yang disimpan pada suhu 2 8 C dan 8-15 C). e. Batas tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi yang diterima adalah lebih dari 6 bulan, kecuali akan digunakan segera sesudah penerimaan.f. Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan tercantum dalam Surat Pesanan (PO) barang. Bila ditemukan ketidaksesuaian dengan spesifikasi maka perbekalan farmasi tersebut dikembalikan ke Distributor.g. Perbekalan farmasi yang sudah diterima untuk sementara ditempatkan di ruang Transit In agar tidak tercampur dengan barang yang sudah ada.h. Perbekalan farmasi dari Gudang Farmasi diserahkan ke Layanan Farmasi / User berdasarkan Material Issue Voucher (MIV).5. PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI

a. Penyimpanan Perbekalan Farmasi adalah proses menyimpan dan memelihara perbekalan farmasi dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

b. Syarat Ruang Penyimpanan Perbekalan Farmasi :

1) Harus tersedia tempat khusus untuk menyimpan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).2) Tersedia tempat khusus / rak untuk produk yang ditolak.3) Tersedia tempat untuk penyimpanan dengan kondisi khusus :a) Vaksin memerlukan cold chain khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.b) Narkotika dan psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci.4) Pencegahan kebakaran :Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau

5) Untuk menjamin keamanan area penyimpanan obat maka :

a) Hanya petugas yang berkepentingan yang diperbolehkan untuk masuk area tersebut.b) Petugas menempatkan CCTV di beberapa area penyimpanan obat untuk menjamin keamanan obat dari kehilangan / pencurian.

c. Penyimpanan perbekalan farmasi di ruang penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan:1) Bentuk sediaan dan jenisnya

2) Suhu penyimpanan dan stabilitasnya

Refrigerator: 2 s.d 8 C

Cool: 8 s.d 15 C

Controled room temperature: 20s.d 25 C

3) Alfabetis4) First Expired First Out (FEFO)5) First In First Out (FIFO)d. Penyimpanan obat di Gudang Farmasi disertai kartu stok dengan warna sebagai berikut :1) Putih, untuk sediaan oral tablet / kapsul / kaplet.2) Kuning, untuk sediaan sirup dan alat kesehatan.3) Merah muda, untuk sediaan injeksi dan infus.4) Biru, untuk sediaan obat luar.e. Penyimpanan obat di Layanan Farmasi menggunakan 1 kotak obat untuk setiap 1 item obat serta label kotak obat dengan warna sebagai berikut : 1) Putih, untuk sediaan oral tablet / kapsul / kaplet.2) Kuning, untuk sediaan sirup dan alat kesehatan.3) Merah muda, untuk sediaan injeksi dan infus.4) Biru, untuk sediaan obat luar.f. Penyimpanan produk reagensia, kontras, radiofarmaka, film dvb, dan film x-ray diatur dalam kebijakan masing-masing unit terkait.

g. Petugas menyimpan produk nutrisi pada kondisi yang sesuai dengan yang tertera pada kemasan produk.h. Penyimpanan obat hibah / bonus / sampel alkes terpisah dari perbekalan farmasi regular lain. i. Lokasi penyimpanan vaksin meliputi Instalasi Farmasi dan Poli anak.

j. RSPP tidak memperbolehkan menyimpan obat-obat sampel.

k. Perbekalan farmasi yang telah kadaluarsa atau rusak disimpan di tempat terpisah.l. Setiap hari dilakukan pemeriksaan persediaan perbekalan farmasi secara sampling untuk memantau kesesuaian antara fisik dengan kartu stok / form sampling, bersamaan dengan pemantauan masa kadaluarsa.m. Obat yang dibawa pasien disimpan pada lokasi tersendiri di Layanan Farmasi.n. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disimpan di Gudang B3 atau lemari khusus B3 (untuk Layanan Farmasi / Lantai Rawat). Bahan disusun berdasarkan jenisnya sesuai dengan MSDS (Material Safety Data Sheet) dan tidak menimbulkan interaksi antar bahan berbahaya.o. Pemantauan suhu bertujuan agar suhu ruangan penyimpanan perbekalan farmasi dan kulkas tetap dalam batas yang dipersyaratkan. Pemantauan suhu dilakukan 3 kali sehari dan didokumentasikan.6. STOCK OPNAME PERBEKALAN FARMASI

a. Stock Opname perbekalan farmasi adalah proses menghitung jumlah fisik seluruh perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan) yang ada di Instalasi Farmasi dan Lantai Rawat yang dilakukan setiap bulan pada tanggal yang telah ditentukan.b. Petugas Instalasi Farmasi dan Lantai Rawat melakukan Stock Opname secara mandiri setiap bulan dan bersama dengan Bagian Keuangan setiap 3 (tiga) bulan.c. Petugas Instalasi Farmasi mendampingi Lantai Rawat melakukan Stock Opname setiap bulan.d. Bagian Akuntansi melakukan adjustment (koreksi) stok, segera setelah Instalasi Farmasi dan Lantai Rawat menyelesaikan kegiatan Stock Opname.e. Perbekalan farmasi yang menjelang kadaluarsa ( 6 bulan sebelum kadaluarsa) dilaporkan ke bagian Perencanaan Farmasi untuk dipantau dan kemungkinan dilakukan penukaran ke Distributor terkait.f. Lantai Rawat melaporkan data mutasi seluruh perbekalan farmasi yang ada kepada Instalasi Farmasi maksimal 2 (dua) minggu setelah Stock Opname.g. Instalasi Farmasi membuat Rekapitulasi Hasil Stock Opname Instalasi Farmasi dan melaporkannya ke Bagian Akuntansi Keuangan maksimal setiap tanggal 4 (empat). Sedangkan untuk hasil Stock Opname Lantai Rawat data diambil langsung melalui Sistem Informasi Manajemen / SIM RSPP oleh Bagian Akuntansi Keuangan).h. Instalasi Farmasi melaporkan hasil adjustment (koreksi) Stock Opname perbekalan farmasi kepada Wadir Penunjang Medis menggunakan Berita Acara Physical Check / Stock Opname.i. Bagian Akuntansi Keuangan melalui Wadir Keuangan melaporkan hasil adjustment kepada Direktur untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut dan untuk ditetapkan selisih biaya yang terjadi sebagai transaksi debet/ kredit serta segala akibat yang disebabkan olehnya.7. PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI

a. Penarikan perbekalan farmasi adalah proses penarikan perbekalan farmasi dari Layanan Farmasi dan Lantai Rawat ke Gudang Farmasi melalui Berita Acara (BA) yang akan dikoordinasikan ke Pabrik / Distributor Obat atau Alat kesehatan untuk dilakukan penukaran perbekalan farmasi tersebut.

b. Perbekalan farmasi yang ditarik antara lain :

1) Perbekalan farmasi yang rusak atau kurang jumlahnya.2) Perbekalan farmasi yang menjelang masa kadaluarsa.3) Perbekalan farmasi yang ditarik dari peredaran.c. Pemusnahan perbekalan farmasi adalah proses memusnahkan perbekalan farmasi dengan menggunakan incinerator dengan kriteria sebagai berikut:1) Perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa yang tidak memungkinkan untuk ditukar / diganti ke Pabrik / Distributor.2) Obat sisa racikan oral atau topikal (termasuk antibiotik dan sitostatika).d. Perbekalan farmasi yang rusak adalah perbekalan farmasi yang rusak (berubah warna, bocor, Dan sebagainya) atau kurang jumlahnya dari yang tercantum pada kemasan.

e. Perbekalan farmasi yang menjelang masa kadaluarsa adalah perbekalan farmasi yang membutuhkan pemantauan persediaannya di Layanan Farmasi / Lantai Rawat dan di Gudang Farmasi + 6 bulan sebelum masa kadaluarsa.

f. Perbekalan farmasi yang ditarik dari peredaran adalah perbekalan farmasi yang dicabut izin edarnya oleh regulasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) atau Departemen Kesehatan.g. Layanan Farmasi, Gudang Farmasi, dan Lantai Rawat yang menyimpan perbekalan farmasi yang menjelang kadaluarsa, rusak, atau ditarik dari peredaran mengirimkan perbekalan farmasi tersebut ke bagian Perencanaan Farmasi disertai Berita Acara untuk ditindaklanjuti ke Pabrik / Distributor. h. Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan oleh bagian Perencanaan Farmasi berkoordinasi dengan bagian Lindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) disertai dengan Berita Acara Pemusnahan.8. PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN FARMASI a. Pendistribusian perbekalan farmasi adalah penyaluran perbekalan farmasi dari Gudang Farmasi ke Layanan Farmasi / Lantai Rawat melalui permintaan berupa MIV I Material Issue Voucher (Bon Pengeluaran Material) yang telah ditandatangani oleh Pengawas masing-masing bagian dan disahkan oleh Koordinator / Kepala bagian tersebut.b. Perbekalan farmasi yang berupa reagensia, kontras, radiofarmaka, film dvb, dan film x-ray dilakukan distribusi langsung setelah barang diterima.c. Pemeriksaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas Gudang Farmasi sebelum perbekalan farmasi diserahkan ke Layanan Farmasi / Lantai Rawat. d. Penyerahan perbekalan farmasi dari petugas Gudang Farmasi kepada petugas Layanan Farmasi / Lantai Rawat dilakukan dengan menandatangani kolom penyerahan dan penerimaan yang terdapat pada MIV setelah memeriksa kualitas, kuantitas dan kadaluarsa obat / alat kesehatan yang diserahterimakan. Lembaran MIV asli dikembalikan ke Gudang Farmasi sebagai arsip.9. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DALAM EMERGENCY TROLLEY DAN EMERGENCY KITa. Komite Farmasi dan Terapi (KFT) menetapkan standar perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan) yang disimpan dalam Emergency Trolley dan Emergency Kit.b. Standar perbekalan farmasi dalam Emergency Trolley adalah perbekalan farmasi yang digunakan untuk keperluan pasien dalam kondisi gawat darurat, disimpan dalam trolley khusus yang dikunci menggunakan kunci disposable berseri, disediakan di setiap Lantai Rawat (poliklinik rawat jalan, lantai rawat inap, IGD, MCU, Anestesi dan Kamar Bedah) dan dilakukan pemeriksaan setiap saat sesuai jadwal yang ditentukan. c. Standar perbekalan farmasi dalam Emergency Kit adalah perbekalan farmasi yang digunakan untuk keperluan pasien dalam kondisi gawat darurat, disimpan dalam tas merah yang dibawa dalam ambulance menuju ke lokasi pasien / kegiatan dengan jumlah massa banyak, dikunci menggunakan kunci disposable berseri dan dilakukan pemeriksaan setiap saat sesuai jadwal yang ditentukan.d. Daftar standar perbekalan farmasi dalam Emergency Trolley dan Emergency Kit diletakkan dekat dengan trolley / tas merah. e. Lantai Rawat menyiapkan persediaan awal perbekalan farmasi pada Emergency Trolley dan Emergency Kit dengan membuat MIV I Material Issue Voucher (Bon Pengeluaran Material) ke Instalasi Farmasi.

f. Dokter yang melakukan tindakan resusitasi dan menggunakan perbekalan farmasi pada Emergency Trolley, menuliskan resep atas nama pasien untuk mengganti perbekalan farmasi yang digunakan.g. Dokter Emergensi yang melakukan tindakan resusitasi / tindakan lainnya, dan menggunakan perbekalan farmasi pada Emergency Kit, menuliskan resep atas nama pasien untuk mengganti perbekalan farmasi yang digunakan.h. Petugas Lantai Rawat didampingi petugas Instalasi Farmasi melakukan stock opname persediaan perbekalan farmasi dalam Emergency Trolley / Emergency Kit setiap bulan sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan.

10. PENGELOLAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKUSORa. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.b. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.c. Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika

d. Pemesanan obat narkotika, psikotropika dan prekursor menggunakan surat pemesanan khusus yang terpisah dari pemesanan obat lain, dan dilengkapi dengan tandatangan Ka. Instalasi Farmasi, no. SIPA (Surat Izin Praktik Apoteker), stempel, nomor dan tanggal surat pemesanan, alamat jelas dan nomor telepon Instalasi Farmasi.

e. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika dilakukan di Gudang Obat Instalasi Farmasi, Layanan Farmasi dan Lantai Rawat sebagai floor stock dengan jumlah minimal.

1) Obat narkotika disimpan dalam lemari khusus yaitu :

a) Dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

b) Mempunyai kunci yang kuat.

c) Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan (pintu ganda); bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan bentuk garamnya; bagian kedua untuk menyimpan obat narkotika lainnya.

d) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut dengan tembok atau lantai.

e) Tempat menyimpan harus aman dan tidak terlihat oleh umum.

2) Obat psikotropika disimpan dalam lemari yang terpisah dari obat lain, dikunci dengan baik, aman dan tidak terlihat oleh umum.

3) Demi efisiensi tempat dan pemantauan, lemari narkotika di Lantai Rawat digunakan juga sebagai tempat penyimpanan floor stock obat psikotropika, obat yang perlu diwaspadai (HAM =High Alert Medication), obat dan alat kesehatan lainnya .

4) Penyimpanan obat pada lemari narkotika di :

a) Gudang Obat Instalasi Farmasi dan Layanan Farmasi : bagian kanan lemari dipergunakan untuk menyimpan morfin, pethidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kiri lemari dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

b) Lantai rawat : bagian kanan lemari dipergunakan untuk menyimpan floorstock obat narkotika, psikotropika dan HAM. Bagian kiri lemari dipergunakan untuk menyimpan floorstock obat selain narkotika, psikotropika dan HAM.

f. Obat narkotika hanya dapat diberikan untuk indikasi :1) Persiapan pemeriksaan diagnostik.2) Sedasi / relaksasi.3) Analgetika.4) Antitusif.g. Peresepan obat narkotika dilakukan oleh dokter, dokter gigi , dan dokter spesialis yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di RSPP. h. Pemeriksaan pemakaian narkotika psikotropika dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan dan didokumentasikan dalam Formulir Pemantauan Narkotika Psikotropika.

i. Pemakaian narkotika psikotropika didokumentasikan dalam buku Laporan Pemakaian Narkotika Psikotropika.

j. Petugas Lantai Rawat yang menyimpan obat narkotika dan psikotropika sebagai floor stock, harus membuat laporan pemakaian floor stock obat narkotika dan psikotropika yang telah digunakan, dan menyerahkan ke Instalasi Farmasi maksimal tanggal 5 setiap bulannya.

k. Petugas Lantai Rawat menyerahkan ampul bekas obat injeksi narkotika - psikotropika maksimal sehari setelah pemakaian obat kepada petugas Layanan Farmasi.

l. Sisa obat narkotika dan psikotropika injeksi dapat disimpan maksimal 24 jam pada suhu ruangan.

m. Sisa obat narkotika dan psikotropika injeksi yang tidak dipergunakan lagi, dibuang ke dalam wastafel dengan disaksikan oleh minimal satu orang petugas lantai rawat yang lain.

n. Sisa obat narkotika dan psikotropika tablet / patch yang tidak utuh dalam kemasan terkecil, dikembalikan ke Layanan Farmasi.

o. Petugas menyerahkan berita acara pembuangan sisa obat injeksi dan pengembalian sisa obat oral dan patch ke Instalasi Farmasi.p. Instalasi Farmasi memusnahkan sisa obat tablet / patch dan ampul kosong bekas obat injeksi dengan menggunakan incinerator.q. Instalasi Farmasi membuat rekapitulasi laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika seluruh RSPP maksimal setiap tanggal 10 (sepuluh) dan mengirimkannya ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.11. PENGELOLAAN OBAT DENGAN KEWASPADAAN TINGGI (HIGH ALERT MEDICATIONS)

a. Obat dengan kewaspadaan tinggi (High Alert) adalah obat-obat yang mempunyai risiko tinggi menyebabkan cedera berat sampai kematian apabila diberikan secara tidak tepat kepada pasien, termasuk di dalamnya obat-obat yang tampak mirip / ucapan mirip (LASA, look-alike sound-alike).b. Tujuan pengelolaan obat high alert adalah untuk mencegah terjadi kesalahan pemberian obat yang berisiko tinggi kepada pasien sehingga meningkatkan jaminan terhadap keselamatan pasien di RSPP.c. Obat high alert yang ada di RSPP dan diatur dalam kebijakan ini adalah:DAFTAR OBAT HIGH ALERT

(Dalam Nama Generik)

NOOBATNOOBAT

ANTITROMBOSIS / ANTIKOAGULAN IVINSULIN, IV / SK

1Heparin7Insulin Aspart / Insulin Aspart Protamine

2Alteplase8Insulin Aspart

3StreptokinaseNEUROMUSKULAR BLOCKER

DEXTROSE HIPERTONIK, 20%1Atracurium

1Dextrose 40%2Rocuronium

OBAT INOTROPIK, IV3Vecuronium

1DigoxinMgSO INJEKSI

INSULIN, IV / SK1MgSO

1Insulin GlulisineOKSITOSIN, IV

2Insulin Lispro / Insulin Lispro Protamine1Oksitosin

3Insulin Isophan SuspensionKCL INJEKSI, KONSENTRAT

4Insulin Reguler1KCl

5Insulin GlargineNaCl INJEKSI HIPERTONIK, 0,9%

6Insulin Detemir1NaCl 3%

d. Penyimpanan dan Penandaan1) Obat high alert disimpan di Gudang Farmasi dan Layanan Farmasi. Obat high alert tidak disimpan di Ruang Rawat, kecuali di Ruang Rawat yang membutuhkan obat high alert secara klinis. Penyimpanan ditempatkan pada area yang terpisah, akses terbatas, serta ditandai label HIGH ALERT atau "HIGH CONCENTRATE" (khusus KCl 7,46; MgSO4; Dekstrose 40%; dan NaCl 3%) berwarna merah. 2) Obat high alert yang diperbolehkan untuk disimpan di Ruang Rawat (floor stock, dalam jumlah terbatas) adalah : KCl 7,46% (hanya boleh di Ruang Rawat jantung Lantai 5B; ICU, dan Stroke Unit), serta MgSO4 dan Oksitosin (hanya boleh di kamar bersalin).3) Obat high alert yang disimpan di Ruang Rawat ditempatkan pada lemari terkunci, kunci dipegang oleh Perawat Kepala Shift. 4) Khusus untuk penyimpanan narkotika menggunakan lemari dengan dua lapis pintu yang terkunci dan syarat lainnya sesuai kebijakan Pengelolaan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor di Instalasi Farmasi RSPP. 5) Penyimpanan obat-obat LASA diberi stiker LASA berwarna hijau pada kotak obat di Layanan Farmasi. LASA dengan nama obat yang sama dan 2 atau lebih kekuatan obat yang berbeda di Layanan Farmasi diatur penyimpanannya dengan menempatkan kekuatan obat yang lebih kecil berada di sebelah kiri obat dengan kekuatan lebih besar. Antara obat LASA satu dengan lainnya diberi jarak 1 kotak obat.e. Pengendalian

1) Jumlah stok fisik obat high alert sama dengan jumlah stok di komputer.

2) Dilakukan stock opname untuk obat dengan kewaspadaan tinggi yang mengikuti Kebijakan Stock Opname Instalasi Farmasi RSPP.

f. Pemberian

1) Pemberian KCl, MgSO4, heparin intravena, serta trombolitik parenteral (streptokinase, alteplase) menggunakan protokol khusus.2) Penyiapan dan pemberian obat high alert parenteral harus dilakukan dengan teliti. Lakukan verifikasi terhadap konsentrasi obat, kecepatan pemberian, dan jalur parenteral yang digunakan. Pemberian label dilakukan pada jalur infus dan pada kolf infus sesuai kebijakan Pelabelan.3) Pemberian obat high alert harus dengan independent double check, dalam hal ini di Lantai Rawat dilakukan oleh Perawat Kepala Shift.g. Pemantauan

Insiden keselamatan pasien yang terjadi dilaporkan dengan mekanisme pelaporan medication error.

h. Edukasi Staf

Staf farmasi maupun non farmasi diberikan edukasi terkait obat dengan kewaspadaan tinggi secara berkesinambungan mengenai jenis dan pengelolaan obat dengan kewaspadaan tinggi.

12. PEMESANAN DAN PERESEPAN PERBEKALAN FARMASIa. Tenaga kesehatan yang kompeten menulis permintaan obat (pada resep atau Catatan Pengobatan / CP) adalah dokter yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP), yaitu dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. b. Proses peresepan perbekalan farmasi dilakukan oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis, sementara penyediaan obat dilakukan oleh Layanan Farmasi baik Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun Rawat Inap. Peresepan tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem peresepan secara elektronik atau tertulis.c. Resep yang dapat diterima oleh Layanan Farmasi adalah resep yang dikeluarkan oleh RSPP.d. Resep hanya dapat ditulis oleh dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP di RSPP yang masih berlaku.e. Dalam resep harus tercantum :1) Identitas pasien secara lengkap (barcode pasien).2) Nama obat.3) Bentuk sediaan.4) Dosis dan frekuensi.5) Jumlah obat.6) Rute pemberian.7) Nama dokter / dokter gigi penulis resep dan paraf.8) Tanggal penulisan resep.9) Berat badan untuk pasien anak atau jika perlu.10) Luas permukaan tubuh (untuk pasien kemoterapi).11) Klirens Kreatinin (untuk pasien gangguan ginjal).12) Alergi obat (jika ada).f. Nama obat yang ditulis di resep dapat berupa nama generik atau nama dagang dan ditulis dengan lengkap tanpa disingkat.g. Satuan dosis obat ditulis dengan lengkap dan jelas.h. Obat racikan diresepkan hanya jika obat tersebut tidak tersedia bentuk jadinya, dan terdiri dari maksimal empat bahan aktif.i. Obat berikut tidak dapat diberikan dalam bentuk racikan:1) Obat dalam bentuk sediaan khusus yang tidak dapat diracik, seperti bentuk Sustained Release (SR), higroskopis, Enteric Coated, Extended Release (XR / ER), Once Daily (OD / CD), dan lain-lain.2) Obat dalam bentuk sediaan kombinasi.3) Antibiotika yang dicampur dengan obat simptomatis.j. Penulisan resep dilakukan di lembar resep yang terdiri dari resep rawat jalan, resep instalasi gawat darurat (IGD), resep rawat inap, dan Catatan Pengobatan (CP). Resep rawat inap digunakan untuk penulisan obat kemoterapi dan obat-obat yang dibawa pulang pasien sedangkan Catatan Pengobatan digunakan untuk pasien rawat inap. CP dimasukkan ke dalam rekam medis pasien.k. Penulisan instruksi terapi di Catatan Pengobatan dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) atau dokter ruangan.l. Obat yang dibawa pasien dari luar RSPP dituliskan di dalam Form Rekonsiliasi Pengobatan. Dokter atau dokter gigi melakukan pengkajian terhadap obat obatan tersebut untuk ditentukan kelanjutan pemberiannya.m. Dokter atau dokter gigi dapat memberikan instruksi pemberian obat untuk pasien secara lisan / telepon dan perawat / dokter jaga ruangan mencatat instruksi tersebut dalam CP. Dokter melakukan verifikasi instruksi tersebut dengan membubuhkan paraf maksimal 24 jam setelah instruksi diberikan.n. Dalam meresepkan obat, sumber informasi yang digunakan adalah Formularium RSPP dan MIMS manual.o. Petugas Farmasi harus melakukan telaah resep sebelum memberikan obat atau alat kesehatan yang diresepkan.p. Petugas Layanan Farmasi melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep untuk :1) Ketidaklengkapan administratif.2) Ketidaksesuaian persyaratan farmasetis.3) Ketidak sesuaian persyaratan klinis.q. Peresepan obat narkotika dilakukan oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis yang memiliki surat izin Praktik (SIP) di RSPP.

r. Peresepan obat kemoterapi dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di RSPP dengan melampirkan Protokol Pemberian Obat Kemoterapi.

s. Obat-obat high alert tertentu diberikan dengan menggunakan suatu Protokol Pemberian Obat High Alert.t. Penulis resep untuk order pertama kali harus melakukan rekonsiliasi (membandingkan order obat pertama dengan daftar obat yang digunakan pasien sebelum masuk rawat yang diperoleh dari wawancara oleh dokter / perawat / bidan).u. Penulisan resep harus menggunakan singkatan atau simbol yang diperbolehkan di lingkungan RSPP.v. Resep / CP harus disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan disaksikan oleh Kepala Instalasi Farmasi / petugas yang dikuasakan. Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Suku Dinas kesehatan Jakarta Selatan dengan tembusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).13. PENELAAHAN RESEPa. Penelaahan resep adalah kegiatan evaluasi terhadap suatu resep, yang dilakukan sebelum obat diberikan kepada pasien, untuk memastikan obat diberikan berdasarkan prinsip 7 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute pemberian, benar waktu pemberian, benar penyimpanan, dan benar dokumentasi).

b. Untuk pasien rawat inap, penelaahan resep dilakukan oleh apoteker berlisensi terhadap : 1) Ketepatan obat, dosis, frekuensi, dan rute pemberian.

2) Kemungkinan duplikasi terapi.

3) Alergi / reaksi sensitivitas baik yang potensial maupun aktual.

4) Interaksi obat-obat atau obat-makanan baik yang potensial maupun aktual.

5) Berat badan pasien dan informasi fisiologis lain.

6) Kontraindikasi yang lain. c. Untuk pasien rawat jalan, telaah dilakukan pada seluruh resep oleh apoteker berlisensi dan dititikberatkan terhadap :1) Ketepatan obat (tepat pasien, dosis, dan rute pemberian).

2) Kemungkinan duplikasi terapi.

d. Penelaahan resep yang bersifat administratif pada saat penerimaan resep dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).

e. Jika terdapat ketidakjelasan pada penulisan resep, kelebihan / kekurangan dosis, polifarmasi, dan kemungkinan interaksi obat, maka petugas farmasi menghubungi dokter penulis resep.

f. Penelaahan resep tetap dilakukan saat tidak hadirnya Apoteker oleh TTK dalam hal pengkajian resep sederhana meliputi persyaratan administrasi dan teknis farmasi.

g. Penelaahan resep tidak perlu dilakukan pada keadaan darurat atau bila dokter penulis resep hadir untuk pemesanan, pemberian, dan monitoring pasien (seperti di IGD atau kamar bedah).h. Saat penelaahan resep tidak dapat dilakukan seketika oleh Apoteker, maka penelaahan resep dilakukan saat Apoteker hadir.

i. Seluruh tahapan penelaahan resep harus didokumentasikan dengan baik.14. PENYIAPAN PERBEKALAN FARMASI BERDASARKAN PERMINTAAN PERBEKALAN FARMASI DI LAYANAN FARMASI a. Permintaan Perbekalan Farmasi adalah permintaan perbekalan kesehatan dengan menggunakan resep asli / copy resep / Catatan Pengobatan (CP) / bon penjualan bebas dari pasien rawat jalan dan rawat inap. b. Penyiapan obat dikerjakan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan / atau Apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang, dan di bawah pengawasan penanggung jawab bagian.

c. Perbekalan farmasi disiapkan setelah dilakukan telaah resep oleh Apoteker / Apoteker farmasi klinis.

d. Petugas farmasi memberikan informasi dan memberikan saran substitusi kepada dokter penulis resep sesuai dengan Formularium RSPP saat terjadi ketidaktersediaan atau kekosongan perbekalan farmasi.

e. Daily Dose Drug Distribution (DDDD) adalah sistem distribusi perbekalan farmasi (obat / alat kesehatan) untuk pasien rawat inap yang disiapkan oleh petugas Layanan Farmasi untuk kebutuhan satu hari. f. DDDD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

1) DDDD dilakukan di seluruh Lantai Rawat. 2) Permintaan perbekalan farmasi pada sistem DDDD menggunakan Catatan Pengobatan (CP).3) Petugas CP Farmasi akan datang ke Lantai Rawat sebanyak 2 kali, yaitu :

a) Pukul 08.00 12.00

b) Pukul 13.00 16.004) Di luar jam 08.00 12.00 atau 13.00 16.00 atau bila tidak ada petugas CP Farmasi, perawat mengantarkan ke Layanan Farmasi : a) Resep untuk meminta tambahan terapi obat baru.b) Form Permintaan Alat Kesehatan untuk meminta tambahan alat kesehatan.c) Pengembalian perbekalan farmasi.5) Perawat melakukan pengembalian perbekalan farmasi ke Layanan Farmasi Rawat Inap dalam waktu 1 x 24 jam.6) Perawat dapat menggunakan stok perbekalan farmasi yang tersedia di ruangan (floor stock) atau Emergency Trolley kemudian mengganti stok tersebut dengan cara mengantarkan resep ke Layanan Farmasi.

7) Serah terima perbekalan farmasi dilakukan melalui pengecekan bersama antara petugas CP Farmasi dan perawat.

8) Petugas CP Farmasi dan perawat membubuhkan paraf pada kolom serah terima di Form Farmasi setelah obat diserahterimakan dari Layanan Farmasi kepada perawat.g. Peracikan obat terdiri dari peracikan obat steril dan non steril (non sitostatika). Peracikan obat steril terdiri dari peracikan / rekonstitusi sitostatika dan non sitostatika.

h. Obat racikan non steril dikerjakan oleh petugas farmasi dengan memperhatikan teknik aseptik dan dilakukan di ruangan terpisah / tertutup dengan sirkulasi udara keluar.i. Penyiapan obat injeksi di Lantai Rawat dilakukan oleh perawat yang terlatih dan menggunakan teknik aseptis serta dilaksanakan di ruang yang bersih.j. Rekonstitusi Obat Sitostatika merupakan kegiatan melarutkan obat kanker injeksi ke dalam pelarut atau larutan infus; dan meracik obat kanker oral. Rekonstitusi obat sitostatika dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Layanan Rekonstitusi Obat Sitostatika bertujuan untuk :

a) Menghindarkan petugas dan lingkungan RSPP dari resiko keterpaparan obat sitostatika.b) Menjamin sterilitas dan kualitas produk akhir.2) Layanan Rekonstitusi Obat Sitostatika diselenggarakan setiap hari kerja; Senin s.d Jum'at, pkl. 07.30 s.d 16.00 di Ruang Rekonstitusi Sitostatika Lantai 6B, kecuali apabila ada penambahan Sumber Daya Manusia (SDM) maka waktu pelayanan akan diatur lebih lanjut.

3) Layanan Rekonstitusi Obat Sitostatika dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker Instalasi Farmasi RSPP yang sudah mengikuti pelatihan On Job Training Aseptic Dispensing & Cytotoxic Handling, dengan materi antara lain :

a) Pengetahuan tentang obat kanker, teknik khusus dan hal-hal yang harus disiapkan dalam pelaksanaan rekonstitusi.

b) Keterampilan dan teknik cara rekonstitusi yang aman.

(Wanita hamil dan menyusui tidak diperbolehkan menjadi petugas Layanan Rekonstitusi Obat Sitostatika)

4) Petugas Layanan Rekonstitusi Obat Sitostatika menjalani Medical Check-up sebelum mulai berdinas di layanan tersebut dan setiap 6 bulan sekali untuk memastikan keamanan petugas dari efek negatif keterpaparan obat kanker terhadap kesehatan petugas. Rotasi petugas Layanan Rekonstitusi Sitostatika dilakukan paling lama 2 tahun sekali.k. Vial / ampul / botol infus untuk single dose dan multi dose vial harus digunakan dengan cara yang dapat menjaga syarat aseptis.l. Obat / alat kesehatan yang berasal dari Instalasi Farmasi dan tidak digunakan lagi oleh pasien selama perawatan di RSPP dapat dikembalikan, kecuali : obat racikan, kemasan obat rusak atau segel obat sudah dibuka, obat tidak utuh atau telah digunakan sebagian (inhaler, insulin, turbohaler, salep, krim, dan lain-lain), dan obat kadaluarsa.15. PELABELAN PERBEKALAN FARMASI

a. Pelabelan perbekalan farmasi adalah pemberian identitas perbekalan farmasi melalui pencetakan atau penulisan label / etiket yang jelas terbaca dan melekat pada kemasan perbekalan farmasi untuk menjamin ketepatan penggunaan perbekalan farmasi yang beredar di RSPP. b. Seluruh obat, bahan kimia, dan hasil produksi yang disiapkan dari Instalasi Farmasi dan perawat harus diberi label / etiket.c. Apabila ditemukan obat / cairan / bahan yang tidak berlabel maka harus dibuang.d. Label perbekalan farmasi yang disiapkan di Layanan Farmasi menggunakan kertas berwarna putih (obat yang diminum / oral) atau biru (rute pemberian non oral dan alat kesehatan) serta berisi informasi sebagai berikut :1) No. etiket.2) No. urut item perbekalan farmasi.3) Tanggal etiket (tanggal penerimaan resep).4) Nama pasien.5) Tanggal Lahir pasien.6) Kode dan nama dokter penulis resep.7) Signa (cara pakai), peringatan, dan waktu penggunaan.8) Nama perbekalan farmasi (nama dagang dan / isi generiknya).9) Kuantitas perbekalan farmasi.10) Tanggal kadaluarsa atau Beyond Use Date / BUD (khusus untuk sediaan racikan).11) Subtitusi obat (bila ada).e. Pelabelan perbekalan farmasi di Layanan Farmasi menggunakan etiket elektronik kecuali saat Sistem Manajemen Informasi (SIM) RSPP sedang mati, maka menggunakan etiket manual yang ditulis oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) atau Apoteker.f. Label perbekalan farmasi yang ditarik Layanan Farmasi / Lantai Rawat harus mencantumkan informasi sebagai berikut :1) Tanggal penarikan.2) Layanan Farmasi / Lantai Rawat asal penarikan perbekalan farmasi.3) Tujuan penarikan (penukaran / pemusnahan / ditarik dari peredaran)4) Informasi perbekalan farmasi yang ditarik.g. Obat dengan kategori High Alert Medication diberi label HIGH ALERT atau "HIGH CONCENTRATE" (khusus KCl 7,46; MgSO4; Dekstrose 40%; dan NaCl 3%) berwarna merah pada kemasan luar obat atau stiker "LASA" berwarna hijau pada kotak obat.h. Obat injeksi atau infus yang telah disiapkan atau dilarutkan / dicampur namun belum akan diberikan harus diberi label yang berisi identitas pasien (nama dan tanggal lahir pasien, nama dan kekuatan obat, tanggal dan jam penyiapan / pencampuran obat, nama dan jumlah pelarut, dan waktu kadaluarsa stabilitas atau Beyond Use Date (BUD).i. Semua hasil produksi / hasil kemas ulang harus diberi label yang berisi: tanggal dan nomor produksi; nama obat, komposisi, dan kekuatan obat; peringatan; tanggal membuka kemasan obat pertama kali; dan tanggal kadaluarsa / Beyond Use Date (BUD).j. Label perbekalan farmasi sediaan multidosis harus mencantumkan tanggal membuka kemasan obat dan BUD.k. Pelabelan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus jelas terbaca, melekat pada kemasan bahan dan dinding lokasi penyimpanan, dan dilengkapi dengan Material Safety Data Sheet (MSDS). l. Obat yang dibawa pasien diberi label Obat Milik Pasien.16. PENGATURAN WAKTU PEMBERIAN OBATa. Ketentuan waktu pemberian obat oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) :

Waktu Pemberian Obat Oral Setelah Makan

1 x 1 Pagi: 06.001 x 1 Sore : 18.00

2 x 1 : 06.00; 18.00

3 x 1 : 06.00; 13.00; 20.00

4 x 1 : 06.00; 12.00; 18.00; 24.00

5 x 1 : 06.00; 10.00; 15.00; 20.00; 24.00

6 x 1 : 06.00; 09.00; 13.00; 17.00; 21.00; 01.00

Waktu Pemberian Obat Sebelum Makan

1 x 1 Pagi: 05.00

1 x 1 Sore : 17.00

2 x 1 : 05.00; 17.00

3 x 1 : 05.00; 12.00; 19.004 x 1 : 05.00; 11.00; 17.00; 23.00

5 x 1 : 05.00; 09.00; 14.00; 19.00; 23.00

6 x 1 : 05.00; 08.00; 12.00; 16.00; 20.00; 00.00

Waktu Pemberian Obat Injeksi1 x 1 Pagi: 08.00

1 x 1 Sore : 20.00

2 x 1 : 08.00; 20.00

3 x 1 : 08.00; 16.00; 24.004 x 1 : 08.00; 14.00; 20.00; 02.00b. Pemberian obat untuk pertama kali dilakukan segera setelah instruksi, selanjutnya mengikuti jadwal pemberian yang sudah ditetapkan.c. Khusus untuk pemberian obat satu kali sehari, pemberian obat berikutnya mengikuti waktu yang paling dekat dengan 24 jam setelah pemberian untuk pertama kali.d. Untuk antibiotika, antivirus, dan antijamur harus diberikan tepat waktu (strict time). Toleransi waktu jika terjadi keterlambatan pemberian dimungkinkan hanya untuk jenis antibiotika yang mempunyai post antibiotic effect sesuai literatur.e. Toleransi keterlambatan pemberian obat non strict time adalah 1 (satu) jam dari jadwal pemberian seharusnya.

f. Untuk obat-obatan oral yang harus diminum dalam keadaan perut kosong, maka waktu yang direkomendasikan adalah 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.g. Pada kondisi pasien muntah setelah minum obat, maka diperkenankan minum obat lagi hanya jika jarak antara waktu muntah dan waktu minum obat kurang dari 60 menit (untuk sediaan padat), dan 30 menit (untuk sediaan cair).h. Sebagai sarana kontrol terhadap ketepatan waktu minum obat, untuk obat-obat dengan profil penyerapan terpengaruh makanan, petugas Layanan Farmasi harus mencantumkan rekomendasi jarak minum obat terhadap waktu makan pada etiket.

17. REKONSILIASI OBATa. Rekonsiliasi obat adalah adalah identifikasi dan penyimpanan obat (khusus pasien di rawat inap) yang digunakan dan / dibawa pasien pada saat pasien menjalani perawatan di Instalasi Gawat Darurat IGD dan / sebelum masuk rawat inap.

b. Tujuan rekonsiliasi obat adalah untuk memastikan agar penambahan / perubahan / penghentian terapi dapat dievaluasi secara akurat dan komprehensif.

c. Dokter melakukan rekonsiliasi obat (membandingkan antara order obat pertama dengan daftar obat yang digunakan pasien sebelum masuk rawat) pada saat akan memberikan instruksi terapi yang pertama kali.d. Identifikasi saat rekonsiliasi obat dilakukan melalui proses wawancara dengan pasien / keluarga oleh dokter / perawat / bidan, meliputi

1) Nama obat.2) Kekuatan obat.3) Dosis dan frekuensi obat.4) Waktu mulai pasien minum obat.

5) Terakhir kali pasien minum obat.

6) Asal Resep / Obat.

7) Jumlah Obat (bila ada obat yang dibawa pasien).

8) Alasan menggunakan obat.e. Rekonsiliasi obat dilakukan untuk obat-obat berikut :

1) Semua obat yang pernah diresepkan.2) Obat kategori bebas.3) Obat herbal (dalam bentuk siap pakai)

4) Obat tradisional cina (dalam bentuk siap pakai) yang digunakan pasien.

f. Rekonsiliasi obat didokumentasikan dalam Form Rekonsiliasi Pengobatan.g. Obat yang dibawa oleh pasien harus diperiksa oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) / Apoteker untuk memastikan kualitas fisik, label / identitas obat, dan tanggal kadaluarsa atau Beyond Use Date (BUD).h. Pasien dapat memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan) yang diperlukan selama masa terapi di Rawat Jalan / perawatan Rawat Inap menggunakan perbekalan farmasi yang diperoleh / dibelinya sendiri dari luar Instalasi Farmasi RSPP apabila :1) Aturan penjamin pasien mensyaratkan pengambilan perbekalan farmasi hanya di apotek / Instalasi Farmasi RS lain yang telah ditetapkan

2) Jumlah deposit keuangan sebagai jaminan perawatan Rawat Inap yang telah disetorkan pasien telah habis / tidak mencukupi (tidak dapat segera dipenuhi) untuk penyediaan perbekalan farmasi oleh Instalasi Farmasi RSPP. Pasien akan diberikan resep untuk pengambilan obat secara tunai di Instalasi Farmasi RSPP / RS lain / apotek lain.

i. Pasien yang menginginkan penggunaan perbekalan farmasi yang diperoleh dari luar Instalasi Farmasi RSPP, namun tidak masuk pada kategori poin i. 1) sampai 2) dapat menggunakan perbekalan farmasi tersebut dengan menandatangani surat pernyataan khusus.j. Setiap penggunaan perbekalan farmasi yang diperoleh dari luar Instalasi Farmasi RSPP harus menggunakan surat pernyataan khusus yang ditandatangani oleh pasien.k. Penyimpanan perbekalan farmasi yang dibawa pasien adalah kegiatan menyimpan perbekalan farmasi yang dibawa pasien di Layanan Farmasi Rawat Inap pada suhu sesuai dengan persyaratan dan diletakkan dalam wadah / kemasan terpisah dari perbekalan farmasi lain serta diberi label, baik yang disetujui untuk digunakan oleh DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) ataupun tidak.l. Penyimpanan perbekalan farmasi yang dibawa pasien dilakukan selama pasien dirawat dan akan dikembalikan saat pasien pulang rawat.

18. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT (ESO)

a. Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat / ESO (reaksi obat yang merugikan dan tidak dikehendaki) adalah kegiatan pemantauan dan pelaporan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi pada dosis normal yang digunakan untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.b. Pemantauan dan pelaporan ESO, dikoordinasi oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT).c. Setiap petugas kesehatan (dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain) yang mengetahui adanya ESO, wajib melaporkan pada KFT.d. Reaksi yang dilaporkan adalah reaksi yang sifatnya berat, tidak dikenal, atau frekuensinya jarang, yang terjadi pada pasien rawat inap dan rawat jalan, baik belum diketahui hubungan kausalnya, maupun yang sudah pasti reaksi obat yang merugikan dan tidak dikehendaki.e. ESO yang perlu dilaporkan adalah: 1) Setiap reaksi yang dicurigai akibat obat terutama reaksi yang selama ini tidak pernah / belum pernah dihubungkan dengan obat yang bersangkutan. 2) Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat. 3) Setiap reaksi efek samping serius, antara lain :a) Reaksi anafilaktik.b) Diskrasia darah.c) Perforasi usus.d) Aritmia jantung.e) Seluruh jenis efek fatal.f) Kelainan kongenital.g) Perdarahan lambung.h) Efek toksik pada hati.i) Efek karsinogenik.j) Kegagalan ginjal.k) Edema laring.l) Efek samping berbahaya seperti Sindrom Stevens Johnson.m) Serangan epilepsi dan neuropati.f. Pelaporan ESO menggunakan lembaran Formulir Pelaporan Efek Samping Obat yang ditentukan oleh Pusat MESO (Monitoring Efek Samping Obat) / Farmakovigilans Nasional dan diserahkan kepada KFT.

g. KFT mendokumentasikan pelaporan monitoring ESO dan mengirim ke Pusat MESO / Farmakovigilans Nasional. h. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah obat baru yang masuk dalam Formularium RSPP dan obat yang terbukti dalam literatur menimbulkan efek samping serius.i. KFT melakukan sosialisasi terkait ESO yang ditemukan di satu unit kepada unit lainnya.

19. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN MEDICATION ERROR a. Medication Error / kesalahan obat adalah setiap kejadian yang jika tidak dicegah dapat menyebabkan atau mengarah kepada penggunaan obat yang tidak tepat atau bahkan membahayakan pasien, ketika pasien masih berada dalam pengawasan petugas kesehatan, pasien, atau konsumen.

b. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang menemukan atau terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau Kepala Bagian / Kepala Ruang.

c. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur dan format Laporan Insiden Keselamatan Pasien yang sudah ditetapkan oleh Komite Keselamatan Pasien.

d. Kerangka waktu pelaporan, risk grading, tindak lanjut dan pencegahan mengikuti kerangka yang ditetapkan oleh Komite Keselamatan Pasien.

e. Tipe-tipe kesalahan obat (medication error) yaitu :1) Prescribing error : pemilihan obat yang tidak tepat.2) Omission error : kegagalan untuk memberikan dosis yang diminta sebelum jam pemberian selanjutnya.3) Wrong time error : pemberian obat diluar interval waktu yang ditentukan.4) Unauthorized drug error : pemberian obat yang tidak diotorisasi oleh dokter penulis resep.5) Improper dose error : dosis lebih kecil atau lebih besar daripada yang seharusnya.6) Wrong dosage form error : pemberian obat yang bentuk sediaannya berbeda dari yang diresepkan dokter.7) Wrong drug preparation error : manipulasi produk obat yang tidak tepat sebelum diserahkan pada pasien.8) Wrong administration-technique error : teknik / prosedur pemberian yang tidak tepat.9) Deteriorated drug error : pemberian obat yang masa kadaluarsanya sudah lewat atau sudah rusak secara fisika / kimia.10) Monitoring error : kegagalan telaah terhadap obat yang diresepkan, kegagalan mendeteksi masalah, atau kegagalan dalam menggunakan data klinis / laboratoris yang tepat untuk menilai respon pasien terhadap terapi.11) Compliance error : ketidakpatuhan pasien terhadap terapi.

f. Dampak kesalahan obat (medication error) yang harus dilaporkan adalah Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event, dan Sentinel Event.

1