KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila...

237
i KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA MUTU PADA SEKOLAH REGROUPING DI SD UNGARAN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nur Laila Maharani NIM 13110241040 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2017

Transcript of KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila...

Page 1: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

i

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA MUTU

PADA SEKOLAH REGROUPING DI SD UNGARAN 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nur Laila Maharani

NIM 13110241040

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MARET 2017

Page 2: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

Scanned by CamScanner

Page 3: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

Scanned by CamScanner

Page 4: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

Scanned by CamScanner

Page 5: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

v

MOTTO

As long as you have the determination and willingness, you can achieve anything

that you want.

(Nur Laila Maharani)

Jika kau ingin jadi seseorang dalam hidup, Jika kau inginkan sesuatu..

Jika kau ingin memenangkan sesuatu, cukup dengar kata hatimu

Jika hatimu tak bisa menjawabnya

Tutup matamu dan pikirkan kedua orang tuamu

Dan semua rintangan terlewati

Semua masalah lenyap seketika

Kemenangan akan jadi milikmu

Hanya milikmu

(Kabhi Kushi khabhi Gam)

Page 6: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas terselesaikannya karya

ini, maka karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Alm. Ayah dan Ibu Sri Rahayu yang telah

memberikan kasih sayang, do’a dan dukungan yang tak pernah terputus untuk

keberhasilan anakmu ini.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta

3. Teman-teman Program Studi Kebijakan Pendidikan terutama Susi Susilawati,

Kharitsatun Jamilah, Ade Tarina Putri, Yunitasari, Kun Azka yang telah

memberikan dukungan dan tenaganya dalam membantu menyelesaikan

skripsi ini.

4. Agama, Bangsa dan Indonesia Raya

Page 7: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

vii

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA

MUTU PADA SEKOLAH REGROUPING DI SD N UNGARAN 1

YOGYAKARTA

Oleh

Nur Laila Maharani

NIM. 13110241040

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses

formulasi kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu sekolah yang

pernah dilakukan SD N Ungaran 1 Yogyakarta pasca regrouping.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek

dalam penelitian adalah SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Teknik pengumpulan data

yang dilakukan adalah dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi

dokumen. Analisis data dilakukan dengan tiga tahap yaitu, reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data yang digunakan adalah

dengan triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu dilakukan oleh Kepala Sekolah, guru, pegawai,

Komite Sekolah, dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang terjadi dalam 4

tahap yaitu merumuskan masalah, menetapkan agenda kebijakan, memilih

alternatif kebijakan, dan melakukan penetapan kebijakan dengan membuat Surat

Keputusan Kepala Sekolah tentang pengembangan budaya mutu sekolah, yaitu

menyediakan fasilitas sekolah yang memadai, melaksanakan pendidikan

lingkungan hidup, meningkatkan partisipasi orang tua, menciptakan pembelajaran

berbasis budaya lokal (jogja), meningkatkan potensi non akademik siswa,

menciptakan suasana kerja yang kondusif, menciptakan keakraban siswa dan

warga sekolah, serta meningkatkan kompetensi guru dan pegawai. Kendala yang

dialami dalam proses formulasi kebijakan sekolah adalah masih banyak guru dan

pegawai yang tidak terlibat aktif dalam proses formulasi kebijakan.

Kata Kunci: kebijakan, formulasi kebijakan, budaya mutu, sekolah regrouping

Page 8: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkat dan rahmat-Nya sehungga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Kebijakan Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu

pada Sekolah Regrouping di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Kebijakan Pendidikan Universita Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari, bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

kerjasama, bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijaksanaannya yang

telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi penulis untuk belajar di

kampus tercinta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan Skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah menerima dan

menyetujui skripsi ini.

4. Ibu Lusila Andriani P, M.Hum, selaku Pembimbing Skripsi yang dengan

penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun

skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan

Page 9: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Program

Studi Kebijakan Pendidikan, terima kasih atas bekal ilmu pengetahuna dan

bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Ibu Dwi Atmi Sutarini, M.Pd selaku Kepala Sekolah dan segenap keluarga

besar SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin, bantuan,

dan kerjasamanya.

7. Alm. Ayah dan Ibu serta segenap keluarga besar saya, terima kasih atas do’a,

perhatian, kasih sayang, semangat, motivasi, dukungan, dan pengorbanan

yang telah diberikan dengan penuh ketulusan.

8. Sahabat terbaikku Bripda Fika Restu Diana Saputri, Kun Azka, Siti Fauziah

Romadoni, Yunitasari, Ade Tarina P, Maryani, Siska Devi Saputri, Julian,

Bella Novita Sari, dan Irma Monita Putri yang selalu memberikan dorongan

semangat dan warna dalam hidupku, terima kasih untuk do’a, kasih sayang,

motivasi, dan dukungannya.

9. Teman-teman terbaikku, Susilawati, Kharitsatun Jamilah, Oriza Sativa, Tri

Wulan Ningrum, Muhammad Hanafi, Setyoko Bagus, Gani Prihatnanto dan

Yunitasari yang selalu memberikan dukungan dan semangat, terimakasih

karena telah menjadi sahabat terbaikku.

10. Teman-teman seperjuangan Kebijakan pendidikan angkatan 2013 terimakasih

atas doa dan dorongannya.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu terimakasih telah

memberikan informasi, bantuan, dan kerjasamanya.

Page 10: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian
Page 11: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………... ii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………….... iii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. iv

MOTTO ………………………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….. vi

ABSTRAK ……………………………………….......................... …. vii

KATA PENGANTAR …………………………………………………. viii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………....... 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………….. 7

C. Batasan Masalah …………………………………………………… 8

D. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 9

E. Tujuan Masalah …………………………………………………….. 9

F. Manfaat …………………………………………………………….. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………. 12

A. Deskripsi Teori ……………………………………………………. 12

1. Kebijakan Sekolah ……………………………………………. 12

a. Pengertian Kebijakan Sekolah ……………………………... 12

b. Langkah-langkah Formulasi Kebijakan ……………………. 17

2. Budaya Mutu ………………………………………………….. 21

a. Pengertian Budaya Mutu …………………………………… 21

b. Indikator Pengembangan Budaya Mutu Sekolah ………….. 23

Page 12: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

xii

c. Karakteristik Sekolah Unggul Berbudaya Mutu ………….. 24

3. Sekolah Regrouping …………………………………………... 44

a. Pengertian Sekolah Regrouping …………………………… 27

b. Model-Model Sekolah Regrouping ……………………….. 30

c. Mutu Pendidikan pada Sekolah Regrouping ……………… 31

B. Penelitian yang Relevan …………………………………………. 33

C. Kerangka Berpikir ……………………………………………….. 36

D. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………. 38

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………... 40

A. Jenis Penelitian …………………………………………………….. 40

B. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian ……………………………. 41

C. Informan …………………………………………………………… 42

D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….... 44

E. Instrumen …………………………………………………………... 48

F. Keabsahan Data ……………………………………………………. 49

G. Analisis Data ………………………………………………………. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………… 54

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………… 54

B. Hasil Penelitian …………………………………………………… 73

C. Pembahasan ………………………………………………………. 116

D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………….. 149

BAB V PENUTUP …………………………………………………….. 151

A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 151

B. Saran ……………………………………………………………… 158

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 159

LAMPIRAN …………………………………………………………… 163

Page 13: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kisi-Kisi Pedoman Observasi ………………………….. 45

Tabel 2 : Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ………………………… 47

Tabel 3 : Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi ………………………. 48

Tabel 4 : Data Pendidik SD N Ungaran 1 Yogyakarta Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ……………………………………… 61

Tabel 5 : Data Pendidik SD N Ungaran 1 Yogyakarta ……………. 62

Tabel 6 : Data Pegawai SD N Ungaran 1 Yogyakarta …………….. 63

Tabel 7 : Jumlah Peserta Didik SD N Ungaran 1 Yogyakarta …….. 64

Page 14: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir ……………………………………… 38

Page 15: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ................................................. ……. 165

1.1. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perijinan Kota Yogyakarta. ……. 166

1.2. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan……………….. 167

1.3. Surat Keteragan Telah Melakukan Penelitian……………………… 168

Lampiran 2. Catatan Lapangan ………………………………………….. 168

Lampiran 3. Pedoman Observasi, Dokumentasi, dan Wawancara………. 184

3.1. Pedoman Observasi…………………………………………………. 124

3.2. Pedoman Dokumentasi……………………………………………… 185

3.3. Pedoman Wawancara untuk Kepala Sekolah...................................... 186

3.4. Pedoman Wawancara untuk Guru dan Pegawai ………………........ 187

3.5 Pedoman Wawancara Dinas Pendidikan…………………………… 188

3.6. Pedoman Wawancara Komite Sekolah…………………………….. 189

Lampiran 4. Transkrip Wawancara …………………………………….. 190

Lampiran 5. Analisis Data.……………………………………………… 202

Lampiran 6. Dokumen Sekolah.………………………………………… 214

6.1. Alur Pengambilan Kebijakan Sekolah…………………………….. 215

6.2. Tata Tertib Sekolah........................................................................... 216

6.3. Tata Tertib Sekolah........................................................................... 217

6.4. Standar Operasional Kerja ............................................................... 218

Lampiran 7. Dokumentasi……………………………………………… 219

7.1 Foto-Foto pada Saat penelitian.......................................................... 220

Page 16: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan telah menjadi perhatian dari berbagai kalangan,

tidak hanya pada kalangan pendidikan tetapi juga pada kalangan masyarakat

sehingga masalah kualitas pendidikan merupakan masalah urgent yang harus

segera diselesaikan oleh bangsa kita. Hal itu disebabkan karena peran

pendidikan adalah untuk melahirkan generasi-generasi muda yang

berkarakter. Generasi-generasi muda berkarakter sangatlah diperlukan

sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia Indonesia

yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Oleh karena itu

menciptakan lembaga pendidikan yang bermutu merupakan hal yang wajib

dilakukan oleh bangsa kita.

Membangun pendidikan yang berorientasi mutu tidak hanya sekadar

amanat konstitusi, tetapi merupakan sebuah keharusan dalam menghadapi

tuntutan global yang mensyaratkan tampil dan berperannya manusia-manusia

yang berkualitas dan mampu menunjukkan eksistensi dan integrasinya di

tengah persaingan global. Secara administratif lembaga pendidikan yang

bermutu dapat menggambarkan pencapaian mutu pendidikan yang diperoleh

berdasarkan delapan standar yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu standar

kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidikan dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan pendidikan, dan standar pengelolaan pendidikan.

Page 17: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

2

Kebijakan regrouping sekolah merupakan kebijakan yang dikeluarkan

oleh pemerintah dalam upaya mengatasi masalah pemerataan kualitas

pendidikan di Indonesia. Kebijakan regrouping dilakukan berlandaskan pada

efisiensi dan efektivitas anggaran pendidikan terutama untuk sekolah dasar.

Kebijakan tersebut diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional yang menjelaskan

bahwa salah satu kegiatan pokok dalam mengupayakan pemerataan

pendidikan dasar adalah melaksanakan revitalisasi serta penggabungan

(regrouping) sekolah-sekolah terutama sekolah dasar. Keputusan

Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

Sekolah dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 Tahun 2014

menyatakan bahwa penggabungan (regrouping) SD, bentuk sekolah hasil

regrouping merupakan sekolah lama, dengan nomor statistik sekolah (NSS)

lama pula, meskipun terdapat perubahan nama sekolah.

Tujuan utama dilakukannya regrouping sekolah adalah

mengatasi masalah kekurangan tenaga guru, peningkatan mutu, dan efisiensi

biaya bagi perawatan gedung sekolah. Dengan dibuatnya kebijakan

regrouping sekolah, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi

sekolah yang diregrouping. Implementasi kebijakan regrouping sekolah

diharapkan bukan hanya sekedar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

penyelenggaraan pendidikan akan tetapi juga perlu mempertimbangkan dan

memperhatikan kualitas sehingga kebijakan regrouping sekolah tidak akan

menimbulkan masalah baru lagi.

Page 18: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

3

Faktanya berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh

Sudiyono, dkk (2009) menunjukkan bahwa kebijakan regrouping yang ada di

SD Pakem 1 berdampak pada penurunan ranking prestasi akademik siswa

sebagai pengelolaan sekolah pasca regrouping yang kurang baik. Menurunya

ranking prestasi akademik siswa juga disebabkan karena sekolah memperoleh

murid yang memiliki kemampuan yang lebih rendah dari sekolah yang

diregrouping. Hal serupa juga ditunjukkan dalam hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh Marsono (2003) yaitu kebijakan regrouping justru

menimbulkan masalah, baik masalah organisasi, kesiswaan, kurikulum,

kepegawaian, pembiayaan, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan

ketatalaksanaan sekolah. Hal tersebut terjadi karena pelaksanaan

penggabungan sudah dilakukan akan tetapi surat keputusan penggabungan

belum terbit. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Siti Irine (2012)

menunjukkan bahwa pasca regrouping SD Negeri Umbulharjo 2 terus

berupaya mengembangkan budaya mutu untuk memperbaiki mutu sekolah

secara bertahap. Karena guru dan kepala sekolah perlu beradaptasi dalam

lingkungan yang baru.

Fakta lain juga menunjukkan bahwa di beberapa daerah seperti Sragen,

kebijakan regrouping justru menimbulkan masalah salah satunya adalah di

SD Negeri Mojo 58. Masalah tersebut adalah ketidaksiapan sekolah terhadap

adanya kebijakan regrouping dan lemahnya perencanaan yang dilakukan oleh

sekolah karena masih belum adanya komunikasi yang baik antara pihak

sekolah dan orang tua siswa. Di sekolah tersebut puluhan siswa belajar di

Page 19: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

4

emperan sekolah karena tidak kebagian kelas dan yang lebih

memperihatinkan lagi adalah bahwa masalah tersebut justru terjadi di daerah

perkotaan. Siswa belajar di emperan kelas jauh dari standar pelayanan

minimal pendidikan. Padahal Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen sendiri

telah memfungsikan beberapa bangunan sebagai ruang kelas seperti

memanfaatkan salah satu dari ruang perpustakaan, memanfaatkan ruang

Kepala Sekolah yang lama karena Kepala Sekolah sudah satu sehingga tidak

perlu ada tiga kantor. Oleh sebab itu Kepala Sekolah sebagai pimpinan

tertinggi pada sekolah tersebut hendaknya perlu membenahi sistem

manajerial dalam pengelolaan penggabungan tiga sekolah yang diregrouping

tersebut.

Data selanjutnya terkait dengan masalah-masalah yang terjadi pada

sekolah regrouping adalah data berdasarkan hasil penelitian dari Suwarto

(2016) tentang konflik sekolah regrouping di SD Negeri Pucangsawit

Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata masih terdapat

konflik atau permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut pasca

dilakukannya kebijakan regrouping yaitu konflik yang disebabkan karena

penggunaan nama sekolah yang baru yaitu tidak menggunakan nama baru

tetapi menggunakan nama salah satu dari sekolah yang diregrouping. Hal ini

menimbulkan kecemburuan bagi sekolah yang lainnya ditambah lagi karena

adanya saling ketidaksukaan dan perasaan negatif antara SD Negeri

Kentingan dan SD Negeri Pucangsawit. Para guru dari kedua sekolah tersebut

belum bersedia menempati ruang yang sama. Hal ini menyebabkan

Page 20: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

5

terbentuknya iklim sekolah yang tidak kondusif sehingga menghambat

kinerja warga sekolah untuk mengupayakan perbaikan kualitas sekolah pasca

regrouping.

Kebijakan regrouping memang cukup efisien dalam meningkatkan mutu

dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Akan tetapi di sisi lain kebijakan

tersebut ternyata justru menimbulkan berbagai masalah-masalah sosial yang

muncul sebagai dampak dari kebijakan regrouping. Adanya konflik atau

masalah-masalah yang terjadi pada sekolah regrouping tentu saja tidak dapat

dihindarkan karena masing-masing sekolah sebelum digabung sudah

memiliki karakter dan budaya organisasi yang berbeda sehingga

menimbulkan konflik atau masalah dalam berbagai bentuk. Oleh sebab itu

menjadi tugas bagi sekolah untuk dapat menciptakan budaya dan iklim

sekolah yang baru pasca regrouping sebagai upaya untuk mengatasi konflik-

konflik yang terjadi sebagai dampak dari kebijakan regrouping dengan

membuat kebijakan-kebijakan baru.

SD Negeri Ungaran 1 merupakan Sekolah Dasar Negeri unggul yang

ada di Yogyakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

Kota Yogyakarta tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerimaan Peserta

Didik Baru Tahun Ajaran 2012/2013 SD Negeri Ungaran 1 Yoyakarta adalah

hasil regrouping dari 3 Sekolah Dasar yaitu SD Negeri Ungaran 1

Yogyakarta, SD Negeri Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD Negeri Ungaran 3.

Pada tahun 2012 ketiga sekolah tersebut diregrouping menjadi 1 sekolah dan

diberi nama SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta. Bukan pekerjaan yang mudah

Page 21: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

6

untuk bisa mengembangkan budaya mutu di sekolah tersebut karena di antara

ketiga sekolah tersebut hanya SD Negeri Ungaran 1 yang dikenal sebagai

sekolah yang bermutu baik. Namun demikian sebenarnya masing-masing

sekolah memiliki kelebihannya masing-masing.

Pada awal dilakukannya regrouping sekolah masih menghadapi

masalah yaitu dalam proses adaptasi. 3 sekolah yang awalnya saling bersaing

setelah diregrouping harus mau bersatu dan bekerjasama. Sekolah menyadari

adanya kesulitan untuk bisa menyatu dengan sekolah yang lain karena pada

awal regrouping masing-masing sekolah masih sering mengunggulkan

sekolah masing-masing. Oleh sebab itu Selain itu juga sekolah memiliki

tanggung jawab terhadap siswa dalam jumlah yang jauh lebih besar dari

sebelumnya. Sehingga butuh waktu untuk dapat membangun budaya mutu

yang sama pasca dilakukannya regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Berdasarkan data dari UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara Kota

Yogyakarta SD Negeri Ungaran 1 selalu berada pada posisi pertama untuk

kategori sekolah negeri. Website Dikpora memberitakan bahwa pada bulan

Oktober 2015 SD Negeri Ungaran 1 berhasil memperoleh juara 1 Lomba

Budaya Mutu Sekolah di Kota Padang. Sebagai tindak lanjutnya SD Negeri

Ungaran 1 Yogyakarta dijadikan sebagai sekolah percontohan dalam hal

budaya mutu pendidikan. Selain itu SD Negeri Ungaran 1 juga memiliki

tanggung jawab untuk membina/mengimbaskan ilmunya ke sekolah lain.

Tentu saja bukan pekerjaan mudah bagi sekolah untuk bisa mengembangkan

budaya mutu pada sekolah yang diregrouping sehingga budaya mutu SD

Page 22: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

7

Negeri Ungaran 1 dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Prestasi SD N

Ungaran 1 Yogyakarta dalam memperoleh juara 1 lomba budaya mutu

sekolah dasar tingkat nasional di Padang pada Tahun 2015 tidak lepas dari

kesuksesannya dalam memformulasikan kebijakan sekolah dalam

mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping. Pengimplementasian

kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu pada sekolah

regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta tidak akan berhasil jika proses

formulasi kebijakan tidak dilakukan secara matang. Selain itu masih jarang

dilakukan penelitian tentang kebijakan pengembangan budaya mutu

khususnya pada tahap formulasi kebijakan, selama ini penelitian tentang

budaya mutu lebih banyak fokus pada tahap implementasinya saja. Dengan

latar belakang inilah, peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang bagaimana

proses formulasi kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu

sekolah yang pernah dilakukan oleh SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Hal ini

untuk memperjelas fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Oleh karena

itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Kebijakan Sekolah dalam

Mengembangkan Budaya Mutu pada Sekolah Regrouping di SD Negeri

Ungaran 1 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

1. Kebijakan regrouping berdampak pada penurunan rangking akademik

sekolah karena sekolah regrouping memperoleh tambahan murid yang

memiliki kemampuan yang lebih rendah dan sebagai akibat dari

pengelolaan sekolah yang kurang baik (Sudiyono, dkk, 2009).

Page 23: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

8

2. kebijakan regrouping justru menimbulkan masalah, baik masalah

organisasi, kesiswaan, kurikulum, kepegawaian, pembiayaan, hubungan

sekolah dengan masyarakat, dan ketatalaksanaan sekolah (Marsono,

2003).

3. Pasca regrouping guru dan Kepala Sekolah perlu beradaptasi dengan

lingkungan yang baru (Siti Irine, 2012).

4. Masih lemahnya perencanaan pengelolaan sekolah pasca regrouping dan

ketidaksiapan sekolah terhadap kebijakan regrouping menimbulkan

masalah dalam mengalihfungsikan bangunan sekolah.

5. Adanya kecemburuan, saling ketidaksukaan, dan perasaan negative antar

sekolah karena penggunaan nama sekolah yang menggunakan nama

hanya dari salah satu sekolah (Suwarto, 2013).

6. Pasca dilakukannya regrouping, SD N Ungaran 1 Yogyakarta mengalami

kesulitan dalam melakukan adaptasi karena sifat egois masih melekat

pada masing-masing sekolah yang masih mengunggulkan sekolahnya

masing-masing.

7. SD N Ungaran 1 Yogyakarta berhasil meraih juara 1 lomba budaya mutu

tingkat Nasional pada bulan Oktober 2015 di Kota Padang.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada kajian terhadap

proses formulasi kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu

pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Page 24: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

9

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas peneliti merumuskan beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses formulasi kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

E. Tujuan

Berdasarkan pokok permasalahan yang diangkat maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengintepretasikan atau

mengungkap kembali bagaimana proses pengambilan kebijakan sekolah

dalam mengembangkan budaya mutu sekolah pasca regrouping yang pernah

dilakukan oleh SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Diadakannya penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi ilmiah untuk perkembangan ilmu kebijakan

pendidikan seperti pada mata kuliah Standarisasi Pendidikan,

Perundang-Undangan Pendidikan, Manajemen Pendidikan, Dasar-Dasar

Penelitian Kebijakan, Sosio Antropologi Pendidikan, Perencanaan

Pendidikan Terpadu, Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Pendidikan, dan Kultur Sekolah.

Page 25: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

10

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Pada tataran praktis studi ini memberikan sumbangan kepada

lembaga pendidikan formal. Lembaga pendidikan dapat

memanfaatkan studi ini untuk mengembangkan budaya mutu sekolah

melalui kebijakan pada tataran mikro yaitu ditingkat sekolah

utamanya pada sekolah regrouping. Maka perbaikan budaya mutu

merupakan kebutuhan yang sangat penting baik bagi sekolah yang

diregrouping ataupun yang tidak, karena jika sekolah dapat

mengembangkan budaya mutu yang positif maka output yang akan

dihasilkan oleh sekolah akan berkualitas dan tujuan pendidikan akan

tercapai. Pada sekolah regrouping, apabila sekolah tersebut dapat

mengembangkan budaya mutu yang baik maka kebijakan regrouping

ini bukan hanya sekedar untuk membenahi masalah efisiensi dan

efektivitas sekolah tetapi juga dapat berperan dalam memperbaiki

mutu pendidikan di Indonesia.

b. Bagi Peneliti

1) Memberikan pengalaman kepada penulis untuk menerapkan dan

memperluas wawasan penerapan teori dan pengetahuan yang

telah diterima di dalam perkuliahan pada kegiatan nyata

khususnya dalam bidang penelitian kebijakan pendidikan di

lapangan.

Page 26: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

11

2) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan

rujukan atau bahkan dapat dikembangkan lebih lanjut, serta

dapat dijadikan sebagai referensi terhadap penelitian yang

sejenis.

Page 27: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kebijakan Sekolah

a. Pengertian Kebijakan Sekolah

Terbentuknya kebijakan pendidikan di tingkat sekolah berawal

dari kebutuhan sekolah terhadap suatu perubahan kemudian sekolah

mendapatkan kewenangan yang secara sah untuk dapat membuat

suatu kebijakan. Kebijakan pendidikan dalam pandangan H.A.R.

Tilaar dan Riant Nugroho (2012: 140) merupakan keseluruhan proses

dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang

dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan

tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu

kurun waktu tertentu.

Membahas tentang kebijakan sekolah Thompson (Syafaruddin,

2008: 118) mengatakan bahwa kebijakan sekolah adalah kebijakan

yang dibuat oleh orang yang terpilih dan bertanggungjawab untuk

membuat kebijakan pendidikan, dewan sekolah, dan unsur lain yang

diberi kewenangan membuat kebijakan, baik kepala sekolah,

pengawas, atau administrator yang memiliki kewenangan mengelola

kebijakan dari dewan sekolah.

Sedangkan Newton dan Tarrant (Syafaruddin, 2008: 118-119)

mengatakan bahwa bila kebijakan sekolah direncanakan, interaksi

sedemikian menjadi rumit dengan banyak tipe perilaku manusia yang

Page 28: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

13

secara potensial bermacam-macam latar belakang dan diperlukan

kemampuan untuk memberikan kontribusi. Secara khusus, pembuatan

kebijakan adalah sebagai suatu elemen penting dalam hubungan

sekolah dengan masyarakat yang dilayaninya.

Duke dan Canady (Syafaruddin, 2008: 118) berpendapat

bahwa:

“The policies have the potential to affecting teaching and

learning. It is our belief that an understanding of local school

policy, therefore is essential for those concered about

increasing school effectiveness and student achievement,

particularly for school administrators and board members.”

Maksud dari kalimat di atas adalah kebijakan sekolah memiliki

potensi untuk mempengaruhi proses belajar mengajar. Kebijakan baru

yang dibuat oleh sekolah dibuat sebagai jawaban akan kebutuhan yang

dibutuhkan oleh sekolah dan warga sekolah. Dibuatnya kebijakan

sekolah sangatlah penting untuk dapat memajukan kualitas dan mutu

sekolah tersebut.

Selanjutnya Poerwanto (2008: 129) mengatakan bahwa

kebijakan organisasi adalah rumusan yang mencakup ide-ide, standar

dan pola, merupakan berfikir sistem (system thinking) dari orang atau

organisasi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan yang didasari oleh

pengelolaan pengetahuan. Berpikir sistem adalah pemikiran bahwa

kegiatan organisasi tidak berdiri sendiri, tetapi berada pada suatu

lingkungan yang elemen-elemennya saling mengait dan membentuk

sebuah sistem.

Page 29: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

14

Dari pendapat di atas penulis memahami bahwa yang

dimaksud dengan kebijakan sekolah adalah seperangkat aturan yang

telah dipertimbangkan, dibuat oleh sekolah, diputuskan secara

bersama-sama, dan harus dipatuhi serta dijalankan oleh seluruh

personel sekolah sebagai upaya memperbaiki mutu pendidikan di

sekolah dengan tetap mengacu pada kebijakan pendidikan nasional.

Kebijakan sekolah merupakan jawaban dari kebutuhan-kebutuhan

sekolah yang urgent untuk segera mendapatkan solusi sebagai

jawabannya. Kebijakan yang diambil terlebih dahulu harus melalui

proses yang di dalamnya terdapat langkah-langkah yang harus

dilakukan oleh para pembuat kebijakan. Visi dan misi sekolah

merupakan acuan sekolah dalam membuat suatu kebijakan sehingga

visi dan misi sekolah harus termuat dalam kebijakan yang diambil

oleh sekolah dalam rangka mewujudkan tujuan yang ingin dicapai

oleh sekolah. Selanjutnya kebijakan yang telah diputuskan dijadikan

sebagai pedoman sekolah untuk membuat strategi-strategi untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Langkah-Langkah Formulasi Kebijakan

Dalam sebuah kebijakan terdapat proses-proses yang harus

dilalui oleh para pembuat kebijakan. Proses-proses tersebut menjadi

salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan sebuah kebijakan. Sejalan

dengan pernyataan tersebut H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho (2012:

140) menyatakan bahwa kebijakan pendidikan merupakan

Page 30: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

15

keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis

pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka

untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu

masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Oleh sebab itu proses

kebijakan pendidikan idealnya harus melalui proses dan tahap-tahap

tertentu dengan tetap bertumpu pada visi dan misi sekolah.

Tahapan proses kebijakan menurut Widodo (2007: 43) secara

teknis dibedakan dalam tiga tahapan, yaitu formulasi kebijakan,

implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Tahapan proses

kebijakan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tahap

formulasi atau perumusan kebijakan. Tahap formulasi kebijakan

merupakan tahapan yang sangat penting untuk menentukan tahapan

berikutnya pada proses kebijakan publik. Apabila proses formulasi

kebijakan tidak dilakukan secara tepat dan komprehensif, maka hasil

kebijakan yang formulasi kebijakan pun tidak akan bisa mencapai

tataran optimal. Dengan demikian kebijakan itu akan sulit

diimplementasikan, bahkan bisa jadi tidak bisa diimplementasikan.

Hal ini senada dengan pemikiran Wibawa (1994: 2) yang

menyatakan bahwa formulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses

kebijakan publik merupakan tahap yang paling krusial karena

implementasi dan evaluasi kebijakan hanya dapat dilaksanakan

apabila tahap formulasi kebijakan telah selesai dilakukan. Disamping

itu kegagalan suatu kebijakan atau program dalam mencapai tujuan-

Page 31: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

16

tujuannya sebagian besar bersumber pada ketidaksempurnaan

pengolahan tahap formulasi.

Islamy (2000: 77-101) mengemukakan pendapatnya bahwa ada

empat langkah dalam proses formulasi atau pengambilan kebijakan.

Empat langkah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Perumusan Masalah (defining problem).

Pemahaman terhadap masalah dapat membantu

menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis

penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang

memungkinkan, memadukan pandangan yang bertentangan dan

rancangan peluang kebijakan-kebijakan yang baru. Perumusan

masalah merupakan sumber dari kebijakan, dengan pemahaman

dan identifikasi masalah yang baik maka perencanaan kebijakan

dapat disusun, perumusan masalah dilakukan oleh mereka yang

terkena masalah atau orang lain yang mempunyai tanggung jawab

dan pembuat kebijakan harus mempunyai kapasitas untuk itu. Jika

dalam suatu instansi pendidikan seperti sekolah maka orang yang

mempunyai tanggung jawab dalam pembuatan kebijakan adalah

kepala sekolah, guru, komite sekolah, pegawai, dan jika

memungkinkan pihak luar seperti orang tua maupun masyarakat

juga dilibatkan. Proses kebijakan dimulai dengan kegiatan

merumuskan masalah secara benar, karena keberhasilan atau

kegagalan dalam melaksanakan perumusan kebijakan ini akan

Page 32: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

17

sangat berpengaruh pada proses pembuatan kegiatan ini akan

sangat berpengaruh pada proses pembuatan kebijaksanaan

seterusnya.

2) Agenda Kebijakan

Sekian banyak problema-problema umum yang muncul

hanya sedikit yang mendapat perhatian dari para pembuat

kebijakan. Pilihan dan kecondongan perhatian para pembuat

kebijakan menyebabkan timbulnya agenda kebijakan. Sebelum

masalah-masalah berkompotensi untuk masuk dalam agenda

kebijakan, masalah tersebut akan berkompetisi dengan masalah

yang lain yang pada akhirnya akan masuk dalam agenda

kebijakan. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Cob dan Elder

(Islamy, 2000: 83) yang mendefinisikan kebijakan sebagai agenda

sistemik terdiri atas semua isu-isu yang dipandang secara umum

oleh anggota-anggota masyarakat politik sebagai patut

memperoleh perhatian dari publik dan mencakup masalah-

masalah yang berada dalam kewenangan sah setiap tingkat

pemerintah masing-masing. Abdul Wahab (2004: 40) menyatakan

bahwa untuk bisa masuk ke dalam agenda kebijakan suatu

masalah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Page 33: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

18

a) Isu tersebut telah mencapai suatu titik tertentu sehingga ia

praktis tidak lagi bisa diabaikan begitu saja.

b) Isu tersebut telah mencapai tingkat partikularitas tertentu

yang dapat menimbulkan dampak (impact) yang bersifat

dramatik.

c) Isu tersebut menyangkut emosi tertentu dilihat dari sudut

kepentingan orang banyak.

d) Isu tersebut menjangkau dampak yang amat luas.

e) Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan

(legitimasi) dalam masyarakat.

f) Isu tersebut menyangkut suatu persoalan yang fasionable,

dimana posisinya sulit untuk dijelaskan tapi mudah dirasakan

kehadirannya.

3) Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk memecahkan Masalah

Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik

dan para perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah

tersebut ke dalam agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya

adalah membuat pemecahan masalah. Winarno (2002: 83)

menyatakan bahwa dalam tahap ini para perumus kebijakan akan

berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan kebijakan untuk

memecahkan masalah tersebut. Islamy (2000: 92) mengatakan

bahwa perumusan usulan kebijakan (policy proposals) adalah

kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan

yang perlu untuk memecahkan masalah. Proses dalam kegiatan

ini meliputi:

a) Mengidentifikasi altenatif.

b) Mendefinisikan dan merumuskan alternatif.

c) Menilai masing-masing alternatif yang tersedia.

d) Memilih alternatif yang memuaskan atau paling mungkin

untuk dilaksanakan.

Page 34: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

19

Dalam tahap pemilihan alternatif kebijakan sekolah para

perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan

kepentingan antara berbagai aktor, masing-masing aktor

menawarkan alternatif-alternatif kebijakan yang mungkin akan

dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Oleh sebab itu

pada tahapan ini sangat penting untuk mengetahui apa saja

alternatif yang ditawarkan oleh masing-masing aktor. Selanjutnya

pilihan-pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan

negoisasi yang terjadi antara aktor yang berkepentingan dalam

pembuatan kebijakan tersebut.

4) Tahap Penetapan Kebijakan

Setelah alternatif kebijakan dipilih dan diputuskan untuk

diambil sebagai cara memecahkan masalah kebijakan, maka tahap

selanjutnya yang paling akhir dalam pembuatan kebijakan adalah

penetapan kebijakan. Tahap ini dilakukan agar kebijakan yang

diambil mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Proses

pembuatan kebijakan tidak dapat dipisahkan dengan proses

penetapan atau pengesahan kebijakan. Islamy (2000: 100)

menyatakan bahwa proses pengesahan kebijakan adalah proses

penyesuaian dan penerimaan secara bersama tehadap prinsip-

prinsip yang diakui dan ukuran-ukuran yang diterima. Proses

pengesahan kebijakan diawali dengan kegiatan persuasion, yaitu

usaha-usaha untuk meyakinkan orang lain tentang suatu

Page 35: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

20

kebenaran atau nilai kedudukan seseorang dan mereka mau

menerimanya sebagai milik sendiri. Pada tahap persuasion

seorang aktor meyakinkan aktor lawan tentang kebenaran atau

manfaat rancangan kebijakannya, sehingga aktor lawan tersebut

mengadopsi rancangan kebijakannya sendiri. Selanjutnya adalah

bargaining, yaitu tawar menawar diantara para aktor pembuat

kebijakan. Bargaining merupakan suatu proses penetapan

kebijakan yang didalamnya terdapat dua orang aktor atau lebih

yang memiliki kekuasaan yang relatif seimbang dalam mengubah

tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan mereka yang saling

berbeda, baik sebagian maupun seluruhnya. Bargaining meliputi

perjanjian (negotation) saling memberi dan menerima (take and

give), dan kompromi (copromise).

Dalam penetapan kebijakan sekolah para aktor pengambil

kebijakan berjuang agar alternatif yang diberikan dapat diterima.

Pada tahap ini juga terjadi interaksi dengan aktor-aktor lain yang

memunculkan persuasi dan negosiasi. Penetapan kebijakan

dilakukan agar sebuah kebijakan mempunyai kekuatan hukum

yang dapat mengikat dan ditaati oleh seluruh warga sekolah, dan

bentuk kebijakan yang dihasilkan seperti tata tertib sekolah,

Undang-Undang, keputusan Kepala Sekolah, dan sebagainya.

Page 36: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

21

2. Budaya Mutu

a. Pengertian Budaya Mutu

Kemendikbud dalam Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penjaminan Mutu

Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 65) menyatakan bahwa

budaya mutu merupakan suatu kesadaran yang hadir sebagai tradisi

dimana mutu pendidikan merupakan proses pencapaian yang tiada

henti dan terus-menerus (berkelanjutan). Mutu menjadi impian

bersama sehingga seluruh proses dalam penyelenggaraan pendidikan

diletakkan sebagai upaya untuk mencapai tingkat mutu terbaik.,

beretos kerja yang tinggi dan pandai menangkap peluang.

Secara lebih luas Ranjit Singh Malhi (2013: 2) menjelaskan

bahwa “a quality culture is a system of shared values, beliefs and

norms that focuses on delighting customers an continuously

improving the quality of products and services.” Budaya mutu adalah

sistem untuk berbagi nilai-nilai, keyakinan, dan norma-norma yang

berfokus pada upaya memuaskan pelanggan, dan terus meningkatkan

produk dan layanan. Selanjutnya Ranjit Singh Malhi secara umum

juga menjelaskan bahwa dalam sebuah organisasi yang berbudaya

mutu, kualitas tertanam hampir di setiap aspek kehidupan organisasi,

termasuk perekrutan dan promosi, orientasi karyawan dan pelatihan

berkelanjutan, kompensasi/gaya manajemen, pengambilan keputusan,

struktur organisasi, proses kerja, dan tata letak kantor. Secara

Page 37: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

22

sederhana Ranjit Singh Malhi menyimpulkan bahwa dalam budaya

mutu kualitas adalah cara hidup, prinsip kualitas yang dicerminkan

dalam praktik, dan perilaku organisasi.

Hal lain juga diungkapkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah

Dasar Kemendikbud dalam buku panduan lomba budaya mutu di

sekolah dasar (2016: 1-3) yang mendefinisikan budaya mutu sebagai

suatu nilai dan keyakinan yang ada dalam suatu masyarakat yang

digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku yang

bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya. Sekolah-sekolah yang

memiliki budaya mutu tertentu biasanya dapat dilihat dari beberapa

variabel yang mempengaruhinya seperti perolehan nilai, kondisi fisik,

lingkungan sekolah, dan budaya sekolah. Budaya mutu sekolah

berpengaruh terhadap kehidupan di sekolah dan budaya yang

berpengaruh besar dalam kehidupan sekolah adalah budaya yang kuat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan budaya mutu adalah sistem

nilai organisasi yang menciptkan lingkungan yang kondusif untuk

keberlangsungan perbaikan mutu yang berkesinambungan. Budaya

mutu sekolah terdiri dari nilai-nilai, tradisi sekolah, dan harapan

sekolah terhadap mutu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa budaya

mutu sekolah dapat digunakan untuk menjelaskan upaya

membangkitkan minat dan berkenaan dengan cara sekolah dalam

menghasilkan suatu produk yang memenuhi kriteria atau rujukan

Page 38: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

23

tertentu. Sehingga produk atau output yang dihasilkan akan

berkualitas dan dapat bersaing secara global.

b. Indikator Pengembangan Budaya Mutu Sekolah

Daryanto (2015: 41) menyebutkan ada beberapa indikator

penciptaan budaya mutu di sekolah. Indikator penciptaan dan

pengembangan budaya mutu tersebut adalah:

1) Sekolah menciptakan suasana yang memberikan harapan dan

semangat, dimana para guru percaya bahwa siswa dapat mencapai

tingkat prestasi yang tinggi.

2) Sekolah menekankan kepada siswa dan guru bahwa belajar

merupakan alasan yang paling penting untuk bersekolah.

3) Harapan terhadap prestasi siswa yang tinggi disampaikan kepada

seluruh siswa.

4) Harapan terhadap prestasi siswa yang tinggi disampaikan kepada

seluruh orangtua siswa.

Indikator-indikator penciptaan dan pengembangan budaya

mutu sekolah di atas digunakan sebagai landasan untuk dapat melihat

tingkat pencapaian penciptaan dan pengembangan budaya mutu.

Untuk dapat menciptakan budaya mutu dan dapat mencapai indikator-

indikator di atas tentunya sekolah harus memiliki cara atau strategi.

Cara atau strategi penciptaan dan pengembangan indikator budaya

mutu tersebut oleh Daryanto (2015: 41) dijabarkan sebagai berikut:

1) Merumuskan standar sikap dan perilaku yang berorientasi pada

kinerja yang tinggi baik bagi kepala sekolah, guru, staf

administrasi, maupun siswa.

2) Merumuskan standar pelayanan prima yang dipatuhi semua warga

sekolah guna meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan

sekolah, khususnya siswa dan orangtuanya. Standar pelayanan

prima meliputi elemen berikut: kecepatan, ketetapan, keramahan,

ketanggapan, dan pemberian jaminan mutu sekolah.

3) Melaksanakan berbagai lomba untuk mendorong siswa, guru, dan

staf dalam berkompetisi.

Page 39: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

24

4) Menciptakan sistem penghargaan bagi warga sekolah yang

berprestasi tinggi dan pembinaan serta hukuman bagi yang

berprestasi rendah.

5) Memampukan warga sekolah untuk secara terus-menerus

meningkatan kualitas guna memenuhi persyaratan yang dituntut

oleh pengguna lulusan (masyarakat).

Dari bebagai pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa indikator penciptaan dan pengembangan budaya mutu sekolah

lebih berorientasi pada upaya sekolah agar siswa dapat terus belajar

dan berprestasi tinggi. Indikator penciptaan dan pengembangan

budaya mutu tersebut dapat tercapai jika sekolah menggunakan cara

atau strategi yang berorientasi pada bagaimana sekolah memberikan

pelayanan prima kepada siswa dan bagaimana sekolah menciptakan

iklim atau suasana yang dapat meningkatkan mutu atau kualitas

sekolah.

c. Karakteristik Sekolah Unggul Berbudaya Mutu

Selain dilihat dari kualitas output, sekolah yang bermutu juga

harus mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya. Pemenuhan

kebutuhan pelanggan juga harus sesuai dengan 8 standar yang telah

diletakkan dalam Undang-Undang Sisdiknas, yaitu standar kompetensi

lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidikan dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan pendidikan, dan standar pengelolaan pendidikan.

Kedelapan standar tersebut dijadikan sebagai pedoman bagi sekolah

dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggannya.

Page 40: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

25

Siti Irine (2015: 92-104) mengatakan bahwa:

Upaya menciptakan sekolah unggul bagi sekolah dapat

dilakukan melalui peningkatan kualitas atau pembaharuan

pendidikan. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa sekolah

membutuhkan akuntabilitas para siswa dan orang tuanya,

pembayaran pajak, dan masyarakat secara umum. Bagi guru

pengertian sekolah bermutu menjadi penting dalam rangka

membangun “frame of mind”. Frame of mind disini diartikan

sebagai cara-cara apa yang sebaiknya diperjuangkan oleh guru

dalam mengembangkan sekolah dalam proses belajarnya,

sehingga sekolah berproses menuju sekolah yang berkualitas.

Sama halnya dengan Siti Irine, Nanang Fattah (2012: 113)

berpendapat bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang efektif

menggunakan strategi peningkatan budaya mutu, strategi

pengembangan kesempatan belajar, strategi memelihara kendala mutu

(quality control), strategi penggunaan kekuasaan, pengetahuan dan

informasi secara efisien. Sekolah yang berbudaya mutu dapat dilihat

dari beberapa variabel misalnya nilai yang diperoleh, bagaimana

perilaku siswa, bagaimana proses pembelajaran intrakurikuler dan

ekstrakurikuler berlangsung, kondisi fisik sekolah, kinerja staff

perpustakaan, lingkungan sekolah, budaya sekolah, dan manajemen

sekolahnya yang berpengaruh terhadap kinerja individu dan mutu

sekolah itu sendiri.

Page 41: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

26

Bedasarkan hasil penelitian Character Education Partnership

(2011: 1) menyatakan bahwa:

Budaya mutu sekolah yang positif luas mencakup etos kerja

seluruh sekolah dan individu, harapan yang tinggi untuk belajar

dan berprestasi, lingkungan yang aman dan peduli, nilai-nilai

bersamadan kepercayaan dalam bekerjasama, pedagogi kuat dan

kurikulum yang unggul, motivasi siswa yang tinggi dan

keterlibatan guru yang maksimal, budaya guru professional, dan

kemitraan dengan keluarga dan masyarakat.

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud dalam Buku

Panduan Lomba Budaya Mutu Sekolah Dasar (2016: 3) menjelaskan

bahwa Sekolah Dasar berbudaya mutu adalah Sekolah Dasar yang

memberikan layanan prima yang merefleksikan budaya mutu. Mutu

Sekolah Dasar tercermin pada komponen-komponen:

1) pembelajaran dan ekstrakurikuler yang efektif dalam pembentukan

karakter peserta didik,

2) kepemimpinan kepala sekolah disertai dengan manajemen berbasis

sekolah termasuk didalamnya sekolah bersih dan sehat,

3) pengelolaan perpustakaan mendukung keefektifan pembelajaran

dan menumbuh kembangkan budaya baca warga sekolah, serta

4) lingkungan sekolah merefleksikan kondisi bersih, rapih, dan sehat.

Dengan demikian Sekolah Dasar yang mengimplementasikan

budaya mutu sekolah secara optimal akan menjadi acuan bagi sekolah

lain di sekitarnya dan menjadi acuan pembinaan bagi Dinas Pendidikan.

Dalam hal ini, Depdiknas (2000) telah merumuskan beberapa elemen

budaya mutu sekolah sebagai berikut:

Page 42: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

27

1) informasi kualitas untuk perbaikan bukan untuk mengontrol,

2) kewenangan harus sebatas tanggungjawab,

3) hasil diikuti penghargaan atau sanksi,

4) kolaborasi, sinergi, dan bukan persaingan sebagai dasar kerjasama,

5) warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya,

6) atmosfir keadilan,

7) imbal jasa sepadan dengan nilai pekerjaan, dan

8) warga sekolah merasa memiliki sekolah.

Dari berbagai definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa

sekolah berbudaya mutu memiliki karakteristik diantaranya adalah

memiliki visi dan misi yang berfokus pada pelanggan, adanya

keterlibatan total dari personel sekolah dalam upaya mengembangkan

budaya mutu, adanya nilai-nilai dan keyakinan bersama, adanya

komitmen dari seluruh personel untuk memperbaiki budaya mutu

sekolah dan adanya perbaikan secara berkelanjutan setelah

dilakukannya monitoring dan evaluasi secara berkala.

3. Sekolah Regrouping

a. Pengertian Sekolah Regrouping

Untuk mengatasi masalah mutu pendidikan pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan regrouping terutama untuk sekolah dasar

yang berlandaskan pada efisiensi dan efektivitas anggaran

pendidikan. Dasar dari penggabungan sekolah adalah Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang program Pembangunan

Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004 yang menjelaskan bahwa

salah satu kegiatan pokok yang mengupayakan pemerataan

pendidikan dasar adalah dengan melaksanakan revitalisasi serta

penggabungan (regrouping) sekolah-sekolah terutama sekolah

Page 43: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

28

dasar, agar tercapai efisiensi dan efektivitas sekolah yang didukung

dengan fasilitas yang memadai. Penggabungan juga dimaksudkan

dalam rangka efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan

di Sekolah Dasar sehingga perlu diambil kebijakan untuk

menggabung, menghapus, dan atau mengganti nama sekolah dasar.

Landasan hukum lain tentang kebijakan regrouping sekolah

adalah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

421.2/2501/Bangda/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan

Penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar. Tujuan penggabungan

tersebut adalah untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga guru,

peningkatan mutu, efisiensi biaya bagi perawatan gedung sekolah

dan sekolah yang ditinggalkan dimungkinkan penggunaannya

untuk rencana pembukaan SMP kecil/SMP kelas jauh atau setara

sekolah lanjutan sesuai ketentuan setempat untuk menampung

sekolah dasar. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dilihat

keberhasilan dengan bercermin pada tujuan yang tertera dalam

landasan hukum. Kriteria keberhasilan regrouping yang

berlandaskan pada landasan hukum dan tujuan diatas adalah yaitu:

1) Pemenuhan jumlah tenaga pendidik/guru

2) Peningkatan mutu pendidikan

3) Peningkatan efisiensi biaya pendidikan

4) Efektivitas penyelenggaraan pendidikan

5) Pembukaan/pendirian SMP kecil/SMP kelas jauh untuk

memanfaatkan sekolah yang ditinggalkan.

Secara lebih spesifik dalam Peraturan Walikota Yogyakarta

Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Pedoman Regrouping Satuan

Page 44: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

29

Pendidikan, regrouping atau pengintegrasian sekolah diartikan

sebagai peleburan atau penggabungan dua atau lebih sekolah yang

sejenis menjadi satu sekolah. Pada bab 2 pasal 2 dijelaskan tentang

parameter pelaksanaan regrouping sekolah yaitu lokasi, jumlah

siswa, keterbatasan saran, dan kebijakan pemerintah. Sedangkan

pada bab 2 pasal 3 dijelaskan tentang persyaratan dilakukannya

regrouping sesuai parameter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

yaitu:

1) Jumlah peserta didik tidak memenuhi persyaratan sesuai

standar minimal yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah

nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

2) Satuan pendidikan yang diregrouping harus sesuai jenjang dan

jenisnya.

3) Jarak antar satuan pendidikan yang

diregrouping/diintegrasikan saling berdekatan dalam satu

wilayah dan/atau satu kompleks.

4) Jarak sekolah hasil regrouping tidak boleh melebihi dari 2 km

dengan jarak sekolah terdekat baik negeri maupun swasta.

Pendapat lain tentang regrouping juga diungkapkan oleh Siti

Irine (2014: 267) beliau mengatakan bahwa kebijakan regrouping

merupakan satu cara pengembangan sekolah dengan

memberdayakan dan mengembangkan berbagai sumber daya

pendidikan untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan dan

efektivitas sekolah. Kebijakan regrouping sekolah merupakan salah

satu upaya untuk memperbaiki pengelolaan sekolah. Pengelolaan

sekolah adalah sebuah proses untuk menempatkan sekolah sebagai

lembaga yang mempunyai wewenang untuk menetapkan kebijakan

menyangkut visi, misi, dan tujuan sekolah yang nantinya akan

Page 45: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

30

membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum dan

program-program operatif sekolah. Diharapkan dengan adanya

kebijakan yang dibuat dan pengelolaan pendidikan pada satuan

pendidikan, maka sekolah dapat terus memperbaiki dan

meningkatkan kualitasnya.

b. Model-Model Sekolah Regrouping

Menurut hasil penelitian dari Dwi Budi Susanto (2009)

terdapat 2 jenis model sekolah regrouping yang bisa diterapkan

sebagai upaya efisiensi penyelenggaraan pendidikan yaitu

regrouping dalam arti penggabungan dua sekolah menjadi satu

lembaga (total regrouping) dan regrouping dalam arti

penggabungan dua sekolah dibawah satu manajemen (managerial

regrouping). Pada model regrouping sekolah secara total akan

terjadi kelebihan tenaga pengajar atau guru sehingga kelebihan

tenaga pengajar tersebut nantinya dapat dialihkan ke sekolah lain

yang masih kekurangan guru.

Sedangkan pada model regrouping sekolah dalam arti

penggabungan di bawah satu manajemen dua sekolah yang

diregrouping tidak berdiri sebagai dua lembaga dengan manajemen

yang terpisah tetapi menjadi satu lembaga dibawah satu

manajemen. Dengan memberlakukan satu manajemen dan satu

lembaga maka penyelenggaraan pendidikan akan lebih terarah dan

Page 46: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

31

terencana sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan oleh

sekolah yang bersangkutan.

c. Mutu Pendidikan Pada Sekolah Regrouping

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, tujuan dilakukannya

regrouping sekolah adalah untuk efisiensi dan efektivitas sekolah,

memperbaiki pengelolaan sekolah, dan memperbaiki mutu

pendidikan di sekolah. Meskipun fokus utama dalam

penyelenggaraan sekolah regrouping adalah untuk efektivitas dan

efisiensi pendidikan tetapi mutu pendidikan di sekolah regrouping

juga harus diperhatikan. Sekolah regrouping tentu harus memiliki

rencana yang baik dalam pengelolaan sekolahnya. Sekolah harus

mempunyai strategi yang baik untuk membuat model pengelolaan

baru untuk sekolahnya. Jika tidak maka sekolah regrouping malah

justru akan menyebabkan masalah baru, masalah tersebut adalah

pada mutu.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sudiyono, dkk (2009)

menunjukkan bahwa kebijakan regrouping yang ada di SD Pakem

1 berdampak pada penurunan ranking prestasi akademik siswa

sebagai pengelolaan sekolah pasca regrouping yang kurang baik.

Menurunyya ranking prestasi akademik siswa juga disebabkan

karena sekolah memperoleh murid yang memiliki kemampuan

yang lebih rendah dari sekolah yang diregrouping. Hal serupa juga

ditunjukkan dalam hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh

Page 47: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

32

Marsono (2003) yaitu kebijakan regrouping justru menimbulkan

masalah, baik masalah organisasi, kesiswaan, kurikulum,

kepegawaian, pembiayaan, hubungan sekolah dengan masyarakat,

dan ketatalaksanaan sekolah. Hal tersebut terjadi karena

pelaksanaan penggabungan sudah dilakukan akan tetapi surat

keputusan penggabungan belum terbit. Penelitian yang pernah

dilakukan oleh Siti Irine (2012) menunjukkan bahwa pasca

regrouping SD Negeri Umbulharjo 2 terus berupaya

mengembangkan budaya mutu dan memperbaiki mutu sekolah

secara bertahap. Karena guru dan kepala sekolah perlu beradaptasi

dalam lingkungan yang baru.

Dari beberapa hasil penelitian tentang regrouping di atas

penulis dapat menarik kesimpulan bahwa mutu yang dihasilkan

pada sekolah regrouping tergantung pada bagaimana pengelolaan

sekolah pasca regrouping. Jika sekolah mengelola sekolahnya

dengan baik maka mutu secara bertahap akan dapat diperbaiki

tetapi jika sekolah tidak mengelola sekolah dengan baik maka yang

terjadi hanyalah memunculkan masalah baru yaitu masalah mutu

pada sekolah regroupiung. Padahal mutu pendidikan adalah

prioritas utama dalam penyelenggaraan pendidikan.

Page 48: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

33

B. Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran

terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian

terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti, yaitu:

1. Pengembangan Budaya Mutu dalam Meningkatkan Kualitas Madrasah

di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Kota Bandar Lampung. Penelitian ini

dilakukan oleh Syaiful Anwar, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung pada

tahun 2014. Hasil penelitiannya adalah dalam tatanan birokrasi telah

berkembang nilai-nilai budaya mutu, yakni nilai kemandirian, nilai

inovatif, nilai perbaikan yang kontinyu, dan nilai pemberdayaan serta

nilai-nilai dasar yaitu nilai-nilai dasar kesehatan, kebenaran, kasih

sayang, dan spiritual. Nilai tersebut tumbuh dan berkembang

bersentuhan dengan struktur yang telah mapan. Pada pola interaksi

kepemimpinan mengacu pada pola interaksi kepemimpinan yang

berorientasi pada pengembangan mutu, yakni inisiatif terhadap

sesuatu yang inovatif, sharing visi, mendorong orang lain bertindak,

dan menjadi teladan.

2. Pengembangan Budaya Mutu di SMK PGRI 1 Karanganyar.

Penelitian ini dilakukan oleh Moh. Arobi, Sutama, dan Ahmad

Muhibbin, mahasiswa Program Magister Manajemen Pendidikan

Pascasarjana UMS Surakarta pada tahun 2013. Hasil penelitiannya

Page 49: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

34

adalah budaya mutu di SMK PGRI 1 Karanganyar dalam peningkatan

hasil belajar siswa masih terbatas pada kegiatan pembelajaran

sebagaimana yang diprogramkan sekolah dalam manajemen berbasis

sekolah, evaluasi diri sekolah, dan standar pelayanan minimal, jadi

belum dikembangkan pada kegiatan peningkatan mutu akademik,

misalnya kegiatan pembimbingan khusus bagi siswa beprestasi,

pembinaan siswa yang belum berprestasi, dan sebagainya, bentuk-

bentuk pengembangan budaya mutu nonakademik yang berlangsung

di SMK PGRI 1 Karanganyar juga belum optimal, masih terbatas pada

kegiatan pramuka yang menonjol, dan yang lainnya seperti olahraga

(bolla voli, basket), seni (musik, tari, lukis), PMR, dan UKS belum

optimal.

3. Pengelolaan Sekolah Dasar Regrouping (Studi Situs SDN Gondosuli 2

dan 3 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang). Penelitian ini

dilakukan oleh Murdono dan Sutama Guru SDN Muntilan dan Staf

Pengajar Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2012.

Hasil penelitiannya adalah Sumber Daya Manusia sekolah dasar

regrouping di SDN Gondosuli 2 dan 3 tidak hanya mengukir prestasi

dalam bidang akademik dan non akademik saja, namun mampu

menunjukkan sikap santun dan sikap religi. Kepala sekolah memiliki

sikap demokratis dengan melibatkan berbagai pihak dalam kegiatan

sekolah termasuk masyarakat untuk menjadi kepanitiaan dalam

pengajian akhir semester. Guru datang tepat waktu di sekolah dan

Page 50: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

35

bersedia menjadi pemandu dalam kegiatan ekstrakurikuler tanpa

memikirkan honor atau uang transport. Kinerja guru dalam mengelola

pembelajaran yang menggunakan prinsip student center dan

mengoptimalkan lingkungan sebagai sumber belajar mampu

membawa siswa berprestasi.

Dari ketiga hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu pengembangan budaya

mutu di sekolah. Akan tetapi dari keempat penelitian tersebut tidak ada

yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang bagaimana kebijakan sekolah

dalam mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping.

Untuk hasil penelitian yang pertama, persamaannya terletak pada

pengembangan budaya mutu sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh

Syaiful Anwar adalah hanya ingin mengetahui pengembangan budaya

mutu yang ada di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Bandar Lampung yang

lebih menekankan pada tatanan birokrasi dan pola kepemimpinan. Untuk

penelitian yang dilakukan oleh Moh. Arobi, Sutama, dan Ahmad Muhibbin

lebih menekankan pada pengembangan budaya mutu akademik dan non

akademik siswa. Penelitian yang ketiga yang dilakukan oleh Murdono dan

Sutama membahas tentang pengelolaan sekolah regrouping dimana

pengelolaan sendiri lebih berorientasi pada tindakan

mengimplementasikan kebijakan. Sedangkan penelitian yang dilakukan

Page 51: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

36

oleh peneliti fokusnya ada pada proses formulasi kebijakan dan bukan

pada tahap implementasi kebijakan.

Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan

persamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian-

penelitian terdahulu yang sudah dilakukan. Oleh karena itu penelitian yang

berjudul “Kebijakan Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu pada

Sekolah Regrouping di SD Ungaran 1 Yogyakarta” dapat dilakukan karena

masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-penelitian

sebelumnya.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengintrepetasikan bagaimana

proses formulasi kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu

sekolah pasca regrouping yang pernah dilakukan oleh SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Kebijakan regrouping sendiri merupakan strategi yang

diambil oleh pemerintah dalam upaya memeratakan mutu atau kualitas

pendidikan yang berlandaskan pada efektivitas dan evisiensi

penyelenggaraan pendidikan. Namun pasca kebijakan regrouping bukan

berarti tugas sekolah dalam memperbaiki kualitas atau mutu sekolah

selesai begitu saja.

Tantangan-tantangan yang harus dihadapi sekolah pasca kebijakan

regrouping akan muncul dalam bentuk masalah-masalah baru. Masalah-

masalah tersebut ada pada pengelolaan kembali sekolah yang baru dan

proses adaptasi. Sekolah baru pasca regrouping mengalami percampuran

Page 52: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

37

baik budaya, karakteristik, maupun kualitas sekolah. Hal ini terjadi karena

masing-masing sekolah membawa ciri khasnya masing-masing. Jika

perbedaan-perbedaan tersebut tidak disatukan maka bukan tidak mungkin

kualitas sekolah justru akan menurun pasca regrouping. Padahal tujuan

dilakukannya regrouping sendiri adalah untuk memeratakan kualitas

pendidikan di Indonesia.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, maka sekolah

harus bisa mengatur ulang kembali dan membuat strategi baru untuk

pengelolaan sekolah pasca regrouping agar mutu atau kualitas sekolah

dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan. Strategi tersebut dapat dilakukan

dengan cara membuat atau memformulasikan kebijakan sekolah yang

berorientasi pada pengembangan budaya mutu sekolah. Oleh sebab itu

perlu adanya perencanaan yang matang khususnya dalam tahap formulasi

kebijakan sekolah agar nantinya kebijakan sekolah yang dibuat dapat

menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh sekolah. Proses

formulasi kebijakan sekolah hendaknya melibatkan pihak-pihak yang

dianggap penting dan berkemampuan untuk membuat kebijakan. Proses

formulasi kebijakan itu sendiri berlangsung dalam 4 tahapan secara umun

yaitu perumusan masalah, penetapan agenda kebijakan, pemilihan

alternatif kebijakan, dan penetapan kebijakan. Sesuai dengan penjelasan di

atas maka dapat dibuat kerangkan berfikir sebagai berikut:

Page 53: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

38

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir

D. Pertanyaan Penelitian

1. Apa latar belakang dilakukannya regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

2. Bagaimana budaya mutu masing-masing sekolah sebelum diregrouping?

3. Apa latar belakang dibuatnya kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

4. Bagaimana peran dari masing-masing pihak yang terlibat pada proses

formulasi kebijakan pengembangan budaya mutu pada sekolah

regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

Pemerataan Mutu Pendidikan

Kebijakan Regrouping Sekolah

Implementasi

Muncul Masalah

Baru

Strategi

Formulasi Kebijakan Sekolah

Adaptasi dan

Pengelolaan

Sekolah

Budaya,

Karakteristik,

dan Kualitas

Masing-Masing

Sekolah

Berbeda

Budaya

Mutu

Penurunan

Kualitas

Sekolah

1. Perumusan Masalah

2. Agenda Kebijakan

3. Penentuan Alternatif Kebijakan

4. Penetapan Kebijakan

Page 54: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

39

5. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan sekolah dalam proses

perumusan kebijakan pengembangan budaya mutu pada sekolah

regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

Page 55: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang langkah-langkah yang dilakukan oleh

peneliti dalam melakukan penelitian, metode yang akan digunakan dalam

penelitian, pendekatan penelitian dan sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana kerangka

konsep teoritik kearah pengembangan strategi dikaji dan dianalisis melalui

studi eksplorasi terhadap kepustakaan yang relevan. Data-data yang

diperolehpun juga bukan berbentuk angka melainkan informasi yang

berbentuk kata-kata. Berdasarkan pada perumusan masalah dan tujuan

penelitian, maka tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Sugiyono (2006: 11) mengatakan bahwa penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan,

atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.

Sedangkan menurut Irawan (2007: 215) adalah penelitian yang bertujuan

untuk menjelaskan sesuatu seperti apa adanya (as it is) secara mendalam.

Melalui penelitian kualitatif deskriptif ini dapat digambarkan kondisi

faktual tentang bagaimana proses perumusan atau formulasi kebijakan

sekolah dalam mengembangkan budaya mutu sekolah pasca regrouping yang

pernah dilakukan oleh SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta dengan

Page 56: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

41

mengintepretasikan informasi-informasi yang diperoleh dari para informan

yang pernah terlibat dalam proses formulasi kebijakan sekolah.

B. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

1. Subyek

Subyek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang

dijadikan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam

pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang digunakan untuk

menyebut subyek penelitian adalah informan, yaitu orang yang memberi

respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Suharsimi

Arikunto (2006: 145) mengatakan bahwa subyek penelitian adalah

subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang

menjadi subyek penelitian adalah SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

2. Obyek

Obyek penelitian merupakan permasalahan yang akan diteliti.

Husen Umar (2005: 303) menyatakan bahwa obyek penelitian

menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek penelitian.

Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan

dengan hal-hal lain jika dianggap perlu. Sedangkan menurut Sugiyono

(2009: 38) pengertian obyek penelitian adalah suatu atribut, sifat, nilai

dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Page 57: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

42

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa obyek

penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan

tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor

atau ukuran yang berbeda. Obyek penelitian ini adalah proses formulasi

kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu pada sekolah

regrouping di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta.

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di SD

Negeri Ungaran 1 Yogyakarta yang beralamatkan di Jl. Serma Taruna

Ramli No.3 Kota Yogyakarta. Alasan peneliti mengambil lokasi ini

karena SD N Ungaran 1 Yogyakarta adalah hasil regrouping dari SD N

Ungaran 1, SD N Ungaran 2, dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta.

Meskipun merupakan hasil sekolah regrouping namun pada tahun 2015

sekolah ini berhasil memperoleh juara 1 tingkat Nasional dalam lomba

budaya mutu.

C. Informan

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan

utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Sugiyono

(2014: 298) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak digunakan

istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau

situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku

(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu

Page 58: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

43

dan hasil keahliannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi

ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan

dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian

kualitatif disebut dengan narasumber, informan, atau partisipan.

Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan dengan

menggunakan teknik snowball sampling. Sugiyono (2014: 300) menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan snowbal sampling adalah teknik penentuan

informan sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama

menjadi besar. Hal tersebut dilakukan karena dari jumlah sumber data yang

sedikit itu belum mampu memberikan data yang cukup lengkap, maka

peneliti perlu mencari lagi orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber

data. Jadi, untuk menentukan informan dimulai saat peneliti mulai

memasuki lapangan dan selama penelitian sedang berlangsung. Awalnya

peneliti harus menentukan key informance terlebih dahulu dengan

pertimbangan bahwa key informance tersebut adalah orang yang dianggap

paling tahu dan dapat memberikan informasi tentang data yang akan dicari.

Kemudian peneliti akan menetapkan informan lainnya berdasarkan

rekomendasi dari key informance tersebut.

Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan pertama

merupakan hal yang sangat utama sehingga harus dilakukan secara cermat.

Karena penelitian ini mengkaji tentang kebijakan sekolah dalam

mengembangkan budaya mutu di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta, maka

peneliti memutuskan informan pertama atau key informance yang paling

Page 59: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

44

sesuai dan tepat ialah Kepala Sekolah SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta

yaitu Ibu Dwi Atmi Sutarini. Dari key informance ini selanjutnya diminta

untuk memberikan rekomendasi untuk memilih informan-informan

berikutnya, dengan catatan informan-informan tersebut merasakan dan

menilai bagaimana budaya mutu dan kebijakan sekolah dalam

mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping sehingga terjadi

sinkronisasi dan validasi data yang didapatkan dari informan pertama.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan berdasarkan dari hasil

rekomendasi kepala sekolah sebagai key informance yaitu Kepala Sekolah,

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, guru, pegawai perpustakaan, dan

komite sekolah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini

peneliti memilih pendekatan kualitatif maka data yang diperoleh haruslah

mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:

225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi,

dokumentasi, dan wawancara.

1. Observasi

Nana Syaodih (2007: 220) menyatakan bahwa metode

observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

Page 60: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

45

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

berlangsung. Pelaksanaan observasi ini dilakukan untuk memperoleh

data berupa kejadian-kejadian atau hal-hal apa saja yang ada dan

ditemui di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta yang berhubungan

dengan data yang akan dicari. Agar observasi berjalan dengan lancar

maka peneliti menyiapkan pedoman observasi sebagai alat untuk

melakukan observasi. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan

mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati

kegiatan-kegiatan atau aktivitas sekolah yang sedang berjalan di SD

Negeri Ungaran 1 Yogyakarta.

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi

No Aspek yang dikaji Indikator yang dicari

1.

Kondisi Lingkungan

Sekolah

a. Slogan atau simbol-simbol

yang ada di sekolah.

b. Kondisi fisik sekolah

termasuk sarana dan

prasarana sekolah.

2. Wawancara

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir

sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3

kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur,

dan wawancara mendalam (in-depth interview). Sulistyo Basuki

(2006: 173) menjelaskan bahwa tujuan dari wawancara mendalam

adalah untuk mengumpulkan informasi kompleks yang sebagian besar

berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi. Untuk menghindari

Page 61: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

46

kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan

untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan

wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas

gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik

penelitian. Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam

melakukan wawancara, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti

ganda, taksa, atau pun yang bersifat ambiguitas.

b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung

banyak pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya

dipecah menjadi beberapa pertanyaan baru.

c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit

dengan acuan waktu dan tempat yang jelas.

d. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka

pengalaman konkrit si informan.

e. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada

atau sama sekali tidak menyebutkan alternatif.

f. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat informan

marah, malu atau canggung, gunakan kata atau kalimat yang

dapat memperhalus.

Teknik wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung

antara peneliti dengan informan. Dalam proses wawancara dilakukan

tanya jawab untuk saling bertukar informasi dan ide, sehingga dapat

diperoleh jawaban yang lengkap sesuai dengan pedoman wawancara

yang sudah dibuat. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah

berkaitan dengan latar belakang dibuatnya kebijakan sekolah dalam

mengembagnkan budaya mutu pada sekolah regrouping, tahap

formulasi kebijakan dalam pembuatan kebijakan sekolah dalam

mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping, dan pihak-

pihak yang terlibat dalam pembuatan kebijakan.

Page 62: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

47

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No. Aspek yang

dikaji

Indikator yang

dicari

Informan

1 Alasan Dibuatnya

Kebijakan

a. Latar belakang

dilakukannya

regrouping

Dinas

Pendidikan

Kota

Yogyakarta

Guru,

pegawai, dan

Dinas

Pendidikan

Kota

Yogyakarta.

b. Budaya Mutu

sekolah sebelum

diregrouping

c. Latar belakang

pembuatan

kebijakan sekolah

dalam

mengembangkan

budaya mutu

Kepala

Sekolah, Guru,

dan Pegawai.

2 Proses Perumusan

Kebijakan

a. Peran masing-

masing pihak

yang terlibat

dalam formulasi

kebijakan

Dinas

Pendidikan

Kota

Yogyakarta,

Kepala

Sekolah, Guru,

Pegawai, dan

Komite

Sekolah

b. Langkah-langkah

perumusan

kebijakan

(perumusan

masalah, agenda

kebijakan,

penyusunan

alternatif

kebijakan,

penetapan

kebijakan)

Kepala

Sekolah, Guru,

dan Pegawai.

Page 63: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

48

3. Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono, (2009: 240) merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini

berupa foto, gambar, serta data-data mengenai hasil belajar dan

prestasi siswa serta kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya

mutu di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta. Hasil penelitian dari

observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya

apabila didukung oleh foto-foto.

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi

No Aspek yang

dikaji

Indikator yang dicari

1 Arsip tertulis a. Buku profil SD Negeri Ungaran I

Yogyakarta pasca regrouping.

b. Visi dan Misi sekolah

c. Aturan-aturan tertulis tentang kebijakan

sekolah dalam mengembangkan budaya

mutu

2 Foto a. Gedung Sekolah di SD Negeri Ungaran

I Yogyakarta

b. Sarana dan prasarana sekolah

E. Instrumen

Kountur (2007: 159) menyatakan bahwa semua penelitian

memerlukan instrumen untuk pengumpulan sebuah data. Instrumen adalah

alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan pendapat

tersebut, penulis menyimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri dengan dibantu alat-alat seperti alat perekam suara, tape

recorder, kamera, alat tulis dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara

digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan

Page 64: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

49

penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian

tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Selain itu peneliti juga harus membuat pedoman wawancara sebagai bahan

dalam menulis hasil penelitian karena jika peneliti hanya mengandalkan

kemampuan ingatan yang sangat terbatas peneliti khawatir data yang sudah

diperoleh ada yang lupa.

Penggunaan model wawancara tentu saja disesuaikan dengan

keberadaan data-data di lapangan yang diperlukan peneliti. Dengan demikian

untuk wawancara yang terstruktur, seperangkat pertanyaan sudah

dipersiapkan terlebih dahulu dengan mengklasifikasikan bentuk-bentuk

pertanyaan. Suharsimi Arikunto (2010: 137) menyatakan bahwa penelitian

kualitatif bersifat mendeskripsikan keadaan atau fenomena yang sedang

terjadi, sehingga instrumen diperlukan karena peneliti dituntut dapat

menentukan data yang diangkat dari fenomena atau peristiwa tertentu,

peneliti dalam melaksanakan wawancara sifatnya tidak terstruktur, tetapi

minimal peneliti menggunakan ancang-ancang yang akan ditanyakan sebagai

pedoman wawancara (interview guide).

F. Keabsahan Data

Sugiyono (2014: 369-376) berpendapat bahwa setiap penelitian harus

memiliki kredibilitas sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Kredibilitas

penelitian kualitatif adalah keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi

masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian.

Untuk menjaga kredibilitas data dalam penelitian ini peneliti akan

Page 65: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

50

menggunakan cara triangulasi dan meningkatkan ketekunan. Moleong (2010:

331) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu sebagai bahan

pertimbangan. Proses trianggulasi ini dapat dilakukan dengan cara triangulasi

sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan

menggunakan triangulasi data. Triangulasi yang dalam penelitian ini

menggunakan 3 cara yaitu triangulasi sumber, triangulasi waktu, dan

triangulasi teknik.

1. Triangulasi Sumber

Sugiyono (2012: 127) menyatakan bahwa triangulasi sumber

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Triangulasi sumber dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan penggalian data dari sumber yang berbeda baik sumber data

primer yang meliputi kepala sekolah dan guru melalui wawancara

mendalam maupun dari data sekunder seperti, kebijakan sekolah dan

program-program sekolah dengan pihak luar.

2. Triangulasi Teknik

Sugiyono (2012: 127) menyatakan bahwa triangulasi teknik

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Triangulasi teknik yang dilakukan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengumpulan

Page 66: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

51

data yang berbeda kepada masing-masing sumber yang diteliti di atas.

Teknik ini menggunakan 3 cara yaitu wawancara, observasi, dan

dokumentasi.

Praktik triangulasi dalam penelitian ini tergambar dari kegiatan

peneliti yang bertanya pada informan A kemudian mengklarifikasinya dengan

informan B dan mengeksplorasinya pada informan C untuk memperoleh

kejelasan terhadap data yang diperoleh.

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tentang kebijakan

ini adalah analisis kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman

seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2014: 337) yaitu aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas hingga datanya

sudah jenuh. Analisis data tersebut dapat dilakukan dengan melakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta mencarinya bila

diperlukan. Reduksi data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah dengan memilah-milah data-data relevan, penting dan

bermakna, dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan apa yang

Page 67: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

52

menjadi sasaran analisis. Kemudian peneliti menyederhanakannya

dengan membuat fokus, klasifikasi, dan abstraksi data.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah display

data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman

(Sugiyono, 2014: 341) menyatakan “the most frequent form of display

data for qualitative research data in the past has been narrative text.”

Data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan display data, maka memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

telah difahami tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan data

secara deskriptif tentang apa yang ditemukan dalam analisis. Sajian

deskriptif tersebut disajikan dalam bentuk narasi dan alur sajiannya harus

sistematis.

c. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

Page 68: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

53

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif yang diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi lebih

jelas.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah

awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun

secara sistematis, Kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya

kepada orang lain. Dalam penelitian ini peneliti menarik kesimpulan

dengan cara mencermati pola-pola, keteraturan, penjelasan konfigurasi,

dan hubungan sebab akibat.

Page 69: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta

a. Letak geografis

SD N Ungaran 1 terletak di komplek yang terletak di daerah

Kotabaru tepatnya di Jalan Serma Taruna Ramli No 03

Gondokusuman Yogyakarta. Sekolah ini terletak di kelurahan

Kotabaru Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Sekolah ini

berada pada titik koordinat 7°47'11"S 110°22'16"E. Lokasi yang

sangat strategis karena merupakan komplek pusat kota namun jauh

dari keramaian sehingga memungkinkan peserta didik untuk lebih

berkonsentrasi pada saat melakukan proses pembelajaran, Sekolah ini

berada dekat dengan SMA N 3 Yogyakarta, SMA Stella Duce 2

Yogyakarta, dan SD Masjid Syuhada. Sekolah ini menempati lahan

milik sendiri seluas 6761 m2.

b. Sejarah Bedirinya Sekolah Regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta

Secara historis nama SD N Ungaran 1 Yogyakarta diambil dari

nama jalan yaitu jalan Ungaran, Kotabaru Yogyakarta. Menurut

pendapat para guru senior yang saat ini sudah pensiun bahwa nama

jalan tersebut ada sejak jaman Belanda yang pernah menempati di

daerah tersebut. SDN Ungaran 1 Yogyakarta berdiri pada tanggal 5

Juni 1949. SDN Ungaran 1 Yogyakarta dulunya bernama SD Teladan

Page 70: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

55

Jalan Ungaran. Konon katanya nama teladan yang melekat pada

sekolah tersebut merupakan simbol bahwa sekolah tersebut betul-betul

menjadi sekolah percontohan bagi sekolah yang ada disekitarnya.

Dari prestasi akademik maupun non akademik juga memang sudah

tidak bisa diragukan lagi. Masyarakat menilai bahwa sekolah tersebut

memang pantas dengan sebutan SD Teladan.

Sehubungan dengan munculnya beberapa pendapat dari

masyarakat terkait nama Teladan yang melekat pada nama Sekolah

“SD Teladan Jl. Ungaran” yang mengkhawatirkan terjadi banyak

persepsi yang berbeda-beda, akhirnya SD Teladan berubah nama

menjadi SDN Ungaran 1 Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu

sekolah tersebut semakin banyak peminatnya, namun terbentur dengan

jumlah kapasitas kelas yang sudah termenuhi. Pada tahun 1965

akhirnya bediri SDN Ungaran 2 Yogyakarta yang masih 1 komplek

dengan SDN Ungaran 1. SDN Ungaran 2 juga tidak kalah bersaing

dengan SDN Ungaran 1. Dalam prestasi akademik maupun

nonakademik tetap menjadi perhatian masyarakat meskipun belum

bisa sebaik SD N Ungaran 1.

Dengan keberhasilan SDN Ungaran 1 dan 2 dalam prestasi

akademik maupun nonakademik, muncullah instruksi presiden melalui

Dinas Pendidikan Propinsi DIY yang ditindaklanjuti oleh Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta yang kemudian bedirilah SDN Ungaran

3 Yogyakarta. SDN Ungaran 3 masing-masing kelas hanya 1 rombel.

Page 71: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

56

Berbeda dengan SD Ungaran 1 dan 2 dengan masing-masing kelas 2

rombel. Tanggal 21 Juni 2012, keluarlah SK Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta tentang regrouping sekolah. Salah satu sekolah yang

terkena kebijakan tersebut adalah SDN Ungaran 1, 2 dan 3 yang ada

dalam wilayah satu komplek. Akhirnya hasil dari regrouping SDN

Ungaran 1, 2 dan 3, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melalui SK

nya memutuskan bahwa nama yang digunakan adalah SDN Ungaran 1

Yogyakarta. Alasan menggunakan nama SD N Ungaran 1 Yogyakarta

karena memang diantara ketiga sekolah tersebut yang paling unggul

adalah SD N Ungaran 1 Yogyakarta sehingga diambillah nama SD N

Ungaran 1 Yogyakarta. Selain itu nama tersebut digunakan dengan

alasan bahwa menggunakan nama baru sangat sulit untuk mendaftar

NIS (Nomor Induk Sekolah) ke Pusat, sehingga akan membutuhkan

waktu yang cukup lama. SDN Ungaran 1 Yogyakarta terletak di jalan

Serma Taruna Ramli No.03 Kotabaru, Gondokusuman Yogyakarta.

Sekolah ini berdiri di areal tanah kurang lebih seluas 7.000 m2.

Sekolah ini terdiri dari 1 ruang kepala sekolah, 1 Ruang TU (tata

Usaha), 28 ruang kelas, 1 Ruang Perpustakaan, 1 Ruang UKS, 2

Ruang Kantin, 1 Ruang Koperasi , 3 Laboratorium Komputer, 1

Laboratorium Bahasa, 2 Aula Pertemuan dan 1 Aula Utama. Sekolah

ini juga memiliki ruang khusus diantaranya ruang SBK, Ruang PLH

(Pendidikan Lingkungan Hidup), Ruang belajar Agama Non-Islam.

Ruang Karawitan, Ruang Guru BTAQ (Baca Tulis Al-Quran), Ruang

Page 72: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

57

Komite. Selain memiliki ruangan-ruangan khusus, sekolah ini juga

dilengkapi dengan sarana-prasarana yang sangat mendukung Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM).

Sekolah ini juga telah dilengkapi dengan CCTV di beberapa

sudut komplek sekolah untuk mencitakan keamanan dan kenyamanan

bagi warga sekolah. Untuk mendukung proses pembelajaran yang

berbasis IT dan Internet, sekolah ini juga telah dilengkapi dengan Wifi

yang dapat mengakses internet di semua area lingkungan sekolah.

Secara Struktur Keorganisasian, saat ini SDN Ungaran 1 Yogyakarta

memiliki tenaga pendidik dan nonkependidikan kurang lebih 75 orang

yang meliputi guru kelas, guru bidang studi, tenaga tata usaha, tenaga

kebersihan dan keamanan.

c. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi, misi, dan tujuan sebuah organiasi merupakan salah satu

syarat yang harus ada dalam pendirian sebuah organisasi. Layaknya

sebuah perusahaan visi dan misi sekolah menjadi sangat penting untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menurut Arcaro (Terjemahan

Yosal Iriantara, 2007: 154-155) menyatakan bahwa dalam membuat

pernyataan visi sekolah perlu mengartikulasikannya ke dalam satu

alinea masa depan yang diinginkan sekolah yaitu satu hal yang secara

signifikan lebih baik dari sekarang. Visi ini hendaknya didasarkan

pada nilai-nilai dari keyakinan bersama. Arcaro juga menjelaskan

bahwa tujuan dari pernyataan misi adalah untuk mengartikulasikan

Page 73: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

58

cara untuk mencapai visi, membuat pernyataan visi berarti membuat

peta perjalanan untuk sekolah atau wilayah yang akan menjadi

pedoman untuk mewujudkan visi.

Visi, misi, dan tujuan yang dibuat oleh SD N Ungaran 1

Yogyakarta beroreintasi pada didasarkan pada keyakinan bersama

untuk bisa menciptakan output yang uggul dalam berbagai bidang

sehingga kelak di masa depan mereka akan dapat berkompetisi secara

global. Visi, misi, dan tujuan yang ada di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

antara lain adalah sebagai berikut:

1) Visi Sekolah

Visi SD Ungaran adalah unggul dalam prestasi imtaq dan

iptek, terampil, berbudi luhur, serta berwawasan lingkungan

dengan indikator sebagai berikut:

a) Unggul dalam mencetak generasi bangsa yang berakhlak

mulia dan taqwa kepada Tuhan YME.

b) Unggul dalam perolehan nilai ujian nasional.

c) Unggul dalam Olimpiade MIPA.

d) Unggul dalam penguasaan teknologi informasi dan

komunikasi.

e) Unggul dalam lomba keagamaan.

f) Unggul dalam lomba olah raga, seni, dan budaya.

g) Unggul dalam mencetak generasi bangsa yang berbudaya dan

berwawasan lingkungan.

Page 74: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

59

2) Misi Sekolah

Berdasarkan pertimbangan dari segala aspek dan isu

global yang berkembang, maka visi SD N Ungaran 1 Yogyakarta

adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.

b) Menciptakan kegiatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan.

c) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, berkarakter

sehingga tumbuh semangat belajar dan bekerja bagi warga

sekolah.

d) Meningkatkan pembinaan prestasi dalam bidang olah raga.

e) Melestarikan dan mengembangkan seni budaya bangsa.

f) Meningkatkan kualitas kompetensi SDM.

g) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai.

h) Melaksanakan 7 K yaitu Keamanan, Kebersihan, Ketertiban,

Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan dan Kesehatan.

3) Tujuan

Tujuan SD N Ungaran 1 Yogyakarta adalah sebagai

berikut:

a) Terwujudnya mutu akademik dan nonakademik di atas

kriteria ketuntasan minimal berdasarkan Standar Nasional

Pendidikan.

Page 75: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

60

b) Tercapainya kemampuan penelitian sederhana sesuai dengan

pengembangan mata pelajaran.

c) Terwujudnya prestasi siswa di bidang agama, seni, budaya

dan olahraga.

d) Terwujudnya SDM yang berkualitas.

e) Terciptanya kebersamaan dan komunikasi yang santun.

f) Terwujudnya sarana dan prasarana yang memadai.

g) Terwujudnya sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

h) Terwujudnya sekolah yang berwawasan Teknologi Informasi

dan Komunikasi.

1. Keadaan Sumber Daya yang Dimiliki

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh oleh peneliti

selama peneliti berada di lapangan, maka diketahui bahwa sumber daya

yang dimiliki oleh SD N Ungaran 1 Yogyakarta baik dari segi pendidik,

peserta didik, dan sarana prasarana adalah sebagai berikut:

a. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Tenaga pendidik dan kependidikan merupakan komponen

sekolah yang sangat penting dalam membantu proses berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar. Berhasil tidaknya proses pembelajaran di

sekolah tergantung dari ketersediaan pendidik maupun tenaga

kependidikan. Apabila sekolah kekurangan pendidik ataupun tenaga

kependidikan untuk mengajar atau bahkan pendidik maupun tenaga

kependidikan bekerja tidak sesuai dengan klasifikasi dan kebutuhan

Page 76: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

61

yang ada di sekolah maka proses pembelajaran akan terganggu. Hal ini

tentu saja juga akan mempengaruhi prestasi siswa sehingga mutu

pendidikan di sekolah tersebut juga rendah. Oleh sebab itu keberadaan

pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu kunci

keberhasilan dari sebuah sekolah untuk bisa mempengaruhi mutu

sekolah. adapun tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 4 : Data Pendidik SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan

Tertinggi

Jumlah

Guru Tetap Guru Tidak Tetap

SD - -

SLTP - -

SLTA - -

D-II - -

D-III - -

S 1 33 11

S 2 1 -

S 3 - -

Jumlah 34 11

Sumber: Dokumen Tata Usaha SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa SD N Ungaran 1

Yogyakarta memiliki guru yang berjumlah 45 orang diantaranya 34

guru merupakan guru tetap dan 11 guru bukan merupakan guru tetap.

Dari total keseluruhan seluruh pendidik telah memenuhi kriterian untuk

menjadi guru yaitu telah menempuh S1 sebanyak 44 orang dengan

presentase 98% dan 1 orang yang menjabat sebagai kepala sekolah yang

telah menempuh S2 dengan presentase 2%. Kondisi tersebut tentunya

Page 77: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

62

sangat mendukung sekali dalam kegiatan belajar mengajar karena

kemampuan yang dimiliki oleh pendidik sudah sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan

diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan siswa. Harapannya

dengan kondisi yang telah dimiliki oleh guru-guru tersebut dapat

membawa siswa dalam suasana pembelajaran yang mendukung tumbuh

kembang siswa sehingga siswa dapat mengembangkan potensi-potensi

yang ada pada diri mereka.

Tabel 5 : Data Pendidik SD N Ungaran 1 Yogyakarta

No Jabatan Tetap Tidak Tetap

1 Kepala Sekolah 1 -

2 Guru Kelas 25 4

3 Guru Agama Islam 3 -

4 Guru Agama Kristen - -

5 Guru Agama Hindu - -

6 Guru Agama Katholik 2 -

7 Guru Penjas Orkes 3 1

8 Guru Bahasa Inggris 1 -

9 Guru Seni Tari - 1

10 Guru Seni Karawitan - 1

11 Guru TIK - 3

Jumlah 35 10

Sumber: Buku Profil Sekolah

Dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan untuk menyukseskan proses pembelajaran maka

jumlah pendidik yang ada di sekolah haruslah sesuai dengan kebutuhan,

seperti halnya di sekolah ini setiap mata pelajaran telah diampu oleh

lebih dari 1 orang kecuali bahasa Inggris, seni tari, dan seni karawitan.

Page 78: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

63

Secara rinci dapat guru-guru mata pelajaran tersebut adalah 25 guru

kelas tetap dan 4 guru kelas tidak tetap, guru agama Islam berjumlah 3

orang, guru agama Katholik sebanyak 2 orang, guru olahraga tetap

sebanyak 3 orang dan 1 orang guru tidak tetap guru bahasa Inggris, 1

orang guru seni tari tidak tetap, dan 3 orang guru TIK tidak tetap.

Dengan tersedianya guru-guru tersebut diharapkan proses belajar

mengajar dapat berjalan dengan efisien dan efektif, sehingga siswa akan

merasa senang dengan dan akan berdampak pada peningkatan prestasi

belajar dan mengajar.

Tabel 6 : Data Pegawai SD N Ungaran 1 Yogyakarta

No Jabatan Tetap Tidak Tetap

1 Tata Usaha - 3

2 Penjaga Sekolah - 2

3 Tenaga Perpustakaan 1 2

4 Petugas Kebersihan - 3

5 Petugas Koperasi - 1

6 Satpam - 5

Jumlah 1 16

Sumber: Buku Profil Sekolah

Tenaga kependidikan atau pegawai dalam pendidikan

mempunyai peran penting dalam membantu kelancaran proses belajar

mengajar. Dengan keberadaan tenaga pegawai tersebut tentunya dapat

membantu sekolah dalam mempersiapkan seluruh kebutuhan yang

dapat menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas dan bersama-sama

membangun lingkungan sekolah yang nyaman dan tentram sesuai

dengan visi dan misi SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Berdasarkan data di

atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga karyawan berjumlah 17 orang

Page 79: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

64

dengan pegawai tetap 1 orang dan 16 orang pegawai tidak tetap. Tenaga

kependidikan atau pegawai sekolah berperan dalam menunjang proses

kegiatan belajar mengajar, karena setiap pegawai sudah memiliki

kompetensi pekerjaan sesuai dengan jabatan yang diampunya.

b. Keadaan Peserta Didik

Peserta didik merupakan komponen utama dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Peserta didik juga merupakan

indikator utama dalam melihat keberhasilan suatu sekolah. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh

perkembangan jumlah siswa di SD N Ungaran 1 Yogyakarta setelah

dilakukannya regrouping yaitu:

Tabel 7 : Jumlah Peserta Didik SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

2014/2015 408 379 809

2015/2016 422 385 807

2016/2017 411 355 766

Sumber: Buku Profil Sekolah

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun

dalam penerimaan siswa baru selalu ada perbandingan jumlah siswa

laki-laki lebih banyak daripada siswa perempuan.

2. Sarana dan Prasarana Sekolah

Bangunan SD N Ungaran 1 Yogyakarta merupakan bangunan

peninggalan Belanda dan mengalami beberapa renovasi setelah

dilakukannya regrouping seperti penambahan ruang kelas baru,

perpustakaan baru yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar

Page 80: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

65

siswa. Adapaun kondisi sarana dan prasarana di SD N Ungaran 1

Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a. Ruang Belajar/Kelas

Di SD N Ungaran 1 Yogyakarta terdapat 28 ruang kelas yang

digunakan dalam proses belajar mengajar. Kondisi siswa yang

berjumlah 766 siswa jika dibandingkan dengan jumlah ruangan yang

tersedia sudah dapat dikategorikan memadai dan layak. Kondisi setiap

kelas juga bersih dan rapi serta terlihat sejuk dan asri karena memang

banyak pepohonan dan tanaman-tanaman di sekitar sekolah. setiap

ruangan hampir seluruhnya terisi oleh kursi dan meja siswa, white

board, pojok pustaka, kipas angin, dispenser, dan LCD.

b. Ruang Kepala Sekolah

Ruang kepala sekolah SD N Ungaran 1 Yogyakarta berada di

sisi utara sekolah tepatnya di sekitar lobby sekolah tepat disamping

ruang TU. Terdapat pintu penghubung antara ruang kepala sekolah

dan ruang TU hal ini bertujuan untuk memudahkan akses keutuhan

antara TU maupun kepala sekolah. di dalam ruang kepala sekolah

dilengkapi dengan meja tamu, kursi, rak dokumen, AC, Jam dinding,

struktur organisasi, pernyataan integrasi dan kode etik guru dan kepala

sekolah, dan CCTV yang mengawasi seluruh ruangan yang ada di

sekolah yang kesemuanya itu bertujuan untuk menunjang kinerja

kepala sekolah.

Page 81: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

66

d. Ruang TU

Ruang tata usaha terletak di area sekitar lobby tepatnya di depan

pintu gerbang sisi utara dan di sebelah ruang kepala sekolah. Ruangan

ini cukup luas dan terdapat ruang tamu. Ruangan ini sangat strategis

sehingga memudahkan karyawan dalam mempersiapkan kebutuhan

pembelajaran siswa. Fasilitas di ruangan ini cukup lengkap seperti

komputer, printer, almari dan rak-rak untuk dokumen sekolah.

e. Ruang Guru

Ruang guru terletak di sebelah utara bagian sayap barat. Setelah

dilakukannya regrouping ruang guru seluruhnya menjadi satu

meskipun guru-gurunya berasal dari 3 sekolah yang berbeda. Hal ini

bertujuan untuk lebih mengakrabkan guru-guru dan supaya dapat

melakukan kerjasama dengan mudah. Luas ruang guru yang ada di SD

N Ungaran 1 Yogyakarta adalah 16 x 6 m2. Di dalam ruang guru

kondisinya sangat rapi dan terdapat ruang tamu di tengahnya. Di

masing-masing meja guru juga terdapat pernyataan integrasi dan kode

etik guru yang ditempelkan. Ruang guru ini terlihat rapi dan tidak

sempit sesuai dengan jumlah guru yang ada.

f. Parkir Kendaraan Guru

Ruang parkir kendaraan guru berada di pintu masuk UPT

Pengelola TK dan SD Wilayah Utara Kota Yogyakarta. Tempat parkir

ini sedikit agak sempit karena menjadi satu dengan parkir kendaraan

pegawai UPT.

Page 82: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

67

g. Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan SD N Ungaran 1 Yogyakarta sudah cukup

luas meskipun menurut standar perpustakaan masih sedikit kurang

luas. Perpustakaan ini diberi nama perpustakaan Cahaya Ilmu dengan

luas 8,5 x 16 m2. Fasilitas yang diberikan oleh perpustakaan antara

lain adalah kursi-kursi dan meja, koleksi buku yang lengkap, rak-rak

buku yang mudah dijangkau, permainan edukatif, komputer untuk

mencari katalog buku, TV dan CD pembelajaran, rak sepatu, dll.

h. Ruang Laboratorium

Terdapat 3 laboratorium di SD N Ungaran 1 Yogyakarta antara

lain adalah laboratorium bahasa seluas 8 x 7 m2 yang berada di lantai

2. Namun laboratorium ini masih dalam kondisi direnovasi,

laboratorium komputer yang berjumlah 3 ruang dengan luas masing-

masing 6 x 6 m2, 7,5 x 6,75 m

2, dan 8 x 7 m

2 yang digunakan untuk

pembelajaran TIK serta laboratorium IPA yang berjumlah 2 ruangan

masing-masing seluas 9 x 7 m2 dan 8 x 7 m

2 yang digunakan untuk

pembelajaran IPA.

i. Ruang Seni Tari

Ruang seni tari berada di lantai satu tepatnya di sebelah kantin

gedung utara. Ruangan ini cukup luas yaitu sekitar 15 x 10 m2.

Ruangan ini sebenarnya adalah ruang serbaguna. Terkadang

digunakan untuk olahraga ketika hujan tiba dan tidak memungkinkan

untuk melakukan kegiatan pembelajaran di lapangan.

Page 83: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

68

j. Ruang Karawitan

Ruang karawitan terletak di lantai 2 gedung utara sayap timur.

Ruangan ini digunakan untuk mata pelajaran dan ekstrakurikuler seni

karawitan. Di dalam ruangan ini terdapat alat-alat music gamelan

lengkap untuk mendukung proses belajar mengajar siswa.

k. Ruang UKS

Ruang UKS ini tidak terlalu besar hanya sekitar 9 x 2,5 m2

namun fasilitas-fasilitasnya sudah lengkap seperti kotak P3K dan

obat-obatan yang lengkap, tempat tidur, kipas angin, tempat sampah,

dan ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara sudah sangat baik.

Ruang UKS ini digunakan untuk memberikan layanan kesehatan

kepada siswa yang membutuhkan.

l. Koperasi Sekolah

Koperasi sekolah ini terletak di gedung sisi utara tepatnya di

bawah tangga ruang kelas 1. Ruangan yang digunakan untuk koperasi

sekolah ini tidak terlalu besar namun koperasi ini menyediakan

perlengkapan siswa secara lengkap seperti pulpen, penggaris, buku-

buku, makanan ringan dan minuman, ice cream, dll.

m. Kantin Sehat

Kantin di SD N Ungaran 1 Yogyakarta berjumlah 2 yaitu di sisi

timur dan sisi selatan. Keadaan kantin di sekolah ini sangat bersih dan

makanan-makanan yang dijual adalah makanan sehat. Tidak ada

makanan yang dijual dengan sterofom karena penggunaan sterofom

Page 84: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

69

untuk makanan di sekolah ini dilarang. Terdapat juga tempat cuci

tangan dan sabun di setiap kantin. Ada juga slogan-slogan tentang

menjaga kesehatan makanan dan peraturan-peraturan sekolah dalam

menyediakan makanan di kantin sekolah ini.

n. Ruang Pramuka

Ruang pramuka terletak di sebelah ruang tari atau ruang aula

utama. Ukurannya tidak terlalu besar dan berisi meja dan kursi serta

alat-alat pramuka. Ruangan ini tidak digunakan untuk kegiatan

pramuka namun digunakan untuk singgah para pengajar pramuka.

o. Ruang Ibadah

Setiap umat beragama di sekolah ini memiliki rang beribadah.

Ruang ibadah di sekolah ini ada 3 yaitu ruang agama hindu, ruang

agama katolik dan Kristen serta mushola yang cukup besar yang

berada di lantai 2 sayap utara.

p. Kamar Mandi

SD N Ungaran 1 Yogyakarta memiliki 30 kamar mandi untuk

siswa dan guru. Untuk kamar mandi guru terdapat 6 kamar mandi dan

untuk siswa terdapat 24 kamar mandi. Kondisi kamar mandi sangat

bersih dan harum serta terdapat doa-doa baik di dalam maupun di

pintu kamar mandi.

q. Lapangan Sekolah

Lapangan sekolah di sekolah ini terbagi menjadi dua. Pertama

adalah lapangan sekolah yang ada di sisi timur yang biasa digunakan

Page 85: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

70

untuk upacara bendera dan lapangan sekolah yang berada di sisi utara

yang biasa digunakan untuk bermain basket. Baik lapangan sekolah

yang ada di sisi timur maupun utara digunakan untuk kegiatan belajar

mengajar mata pelajaran olahraga.

r. Ruang Baca Terbuka

Ruang baca terbuka di SD N Ungaran 1 Yogyakarta ada di

beberapa sisi. Pertama di sekitar lapangan basket atau di dekat ruang

tari dan kantin utara dan yang kedua ada di sebelah perpustakaan Ilmu

Cahaya. Ruang baca terbuka di sekolah ini sangat sejuk dan tersedia

juga meja dan kursi yang nyaman. Ruang baca terbuka ini tidak hanya

berfungsi sebagai tempat untuk belajar atau membaca tetapi juga

sebagai tempat untuk makan saat istirahat.

s. Taman

Kondisi tanah yang subur menyebabkan banyak sekali

tumbuhan yang hidup di area taman SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Terdapat 2 taman di sekolah ini yaitu di dekat gerbang masuk sisi

utara dan di dekat gerbang masuk sisi selatan. Taman yang berada di

sisi utara diberi nama kebun toga. Di kebun toga terdapat banyak

tanaman-tanaman hias dan obat terdapat juga banyak kupu-kupu yang

berada di kebun toga ini. Sedangkan taman sekolah yang berada di sisi

selatan terdapat berbagai tanaman-tanaman dan pohon besar serta

terdapat juga burung yang ada di dalam sangkar yang cukup besar.

Page 86: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

71

4. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di sekolah ini adalah kurikulum 2013

dan kurikulum cerdas istimewa. Kurikulum 2013 yang digunakan di

sekolah ini sama dengan kurikulum 2013 yang digunakan pada umumnya

atau sama dengan kurikulum nasional yaitu dengan menggunakan

pendekatan tematik dan terpadu untuk seluruh muatan pelajaran.

Kurikulum 2013 merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan

pada aspek afektif atau perubahan perilaku dan kompetensi yang ingin

dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan,

dan pengetahuan disamping cara pembelajarannya yang holistic dan

menyenangkan. Kurikulum 2013 untuk SD bersifat tematik integratif dan

semua mata pelajaran menggunakan pendekatan saintifik yaitu 5S

(mengamati, menanya, mengumpulkan, informasi, menalar, dan

mengkomunikasikan). Kurikulum 2013 dikembangan untuk

penyempurnaan pola pikir penguatan pola pembelajaran yang berpusat

pada peserta didik, pembelajaran interaktif dan aktif, penguatan belajar

sendiri ataupun berbasis tim, penguatan pembelajaran kritis serta

penguatan pembelajaran berbasis multimedia. Sedangkan pada tataran

penguatan tata kelola guru harus lebih bersifat kolaboratif, penguatan

manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala

sekolah sebagai pimpinan kependidikan dan penguatan sarana dan

prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Page 87: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

72

Sedangkan kurikulum cerdas istimewa yang digunakan di sekolah

ini berbeda dengan kurikulum kelas regular namun tetap mengacu pada

kurikulum nasional yaitu kurikulum 2013. Karena tidak ada juklak dan

juknis mengenai penyelenggaraan kelas cerdas istimewa maka kepala

sekolah dan tim khusus SD N Ungaran 1 Yogyakarta membuat sendiri

kurikulumnya. Kurikulum cerdas istimewa dirumuskan berdasarkan

kurikulum 2013 dengan pengembangan aspek bahasa, matematika, sains,

dan seni. Perencanaan kurikulum cerdas istimewa meliputi perencanaan

tujuan, strategi pencapaian tujuan, menyusun struktur dan muatan

kurikulum CI, beban belajar yang diberikan, kalender akademik, dan

RPP. Kurikulm cerdas istimewa ini bertujuan untuk mengembangkan

potensi, bakat, dan minat yang dimiliki oleh anak cerdas istimewa.

Potensi, bakat, dan minat yang ingin dikembangkan melalui kurikulum

cerdas istimewa ini antara lain adalah pengembangan sains yang

berkaitan dengan matematika dan IPA, pengembangan seni yang

berkaitan dengan bakat dan minat anak-anak CI seperti menari, melukis

dan seni vokal, pengembangan olahraga seperti senam dan renang, dan

pengembangan keterampilan menulis untuk menumbuhkan pola pikir

yang kritis dan analitis.

Kurikulum cerdas istimewa diarahkan untuk program percepatan

atau kelas akselerasi dengan ketentuan masa belajar akselerasi dalam

pengembangan keilmuan yaitu masa belajar untuk kelas 1, 2, dan 6

ditempuh masing-masing dalam waktu satu tahun dengan pembelajaran

Page 88: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

73

menggunakan sistem semester dan masa belajar untuk kelas 3, 4, dan 5

ditempuh selama dua tahun dengan pembelajaran menggunakan sistem

catur wulan.

B. Hasil Penelitian

1. Latar Belakang Dilakukannya Regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta

Berdasarkan Surat Keputusan dari Walikota Yogyakarta Nomor

243/KEP/2012 maka Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melakukan

regrouping terhadap sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta khususnya

Sekolah Dasar. Salah satu sekolah yang diregrouping adalah SD N

Ungaran 1 Yogyakarta, SD N Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD N Ungaran

3 Yogyakarta. Alasan dilakukannya regrouping salah satunya adalah

karena sekolah ini menempati satu lahan yang sama dan saling berjajar.

Maka untuk efisiensi pendanaan pendidikan maka digabungkan menjadi

satu sekolah. hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta sebagai berikut:

“……….kebetulan SD N Ungaran 1 Yogyakarta, SD N Ungaran 2

Yogyakarta, dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta itu kan lokasinya itu

menjadi satu ada di satu lahan. Jadi alasan dilakukannya

regrouping itu adalah untuk efisiensi……” (WAW/AW/12

Desember 2016)

Selain itu mindset masyarakat adalah SD N Ungaran 1 Yogyakarta

adalah tujuan utama mereka mandaftarkan anaknya sekolah karena

memang kualitasnya yang bagus. Sedangkan SD N Ungaran 2 dan SD N

Ungaran 3 adalah pilihan terakhir. Ketiga sekolah ini akhirnya saling

Page 89: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

74

bersaing satu sama lain untuk memperoleh siswa pada saat penerimaan

siswa baru yang terkadang menimbulkan kecemburuan antar sekolah. Hal

ini dibuktikan dengan hasil wawancara kepada Dinas Pendidikan sebagai

berikut:

“………..mindset masyarakat ini lho yang beranggapan bahwa

Ungaran 1 ini sebagai tujuan utama orang tua mendaftarkan anak-

anaknya sedangkan kalau nggak diterima ya baru ke 2 atau 3. Nanti

sekolah berlomba-lomba memperoleh nilai akademik dan yang

dipentingkan adalah nilai akademik terus. Rak yo mesakke murid e

to? (Kasian muridnya kan?) Kon sinau terus anane mung sinau

sinau sinau. (Disuruh belajar terus). Stress murid e ngko. (Nanti

muridnya stress). Apalagi ini sekolahnya lokasinya di satu lahan

kan akan terlihat sekali persaingannya mbak.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas persaingan dalam penerimaan

siswa baru sangat terasa karena sekolah benar-benar berada dalam satu

lahan yang sama dan bahkan tidak ada sekat pemisah di antara ketiga

sekolah tersebut. Hal tersebut ternyata dapat menimbulkan kecemburuan

antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Apalagi ditambah dengan

mindset masayarakat bahwa SD N Ungaran 1 Yogyakarta adalah pilihan

pertama sedangkan SD N Ungaran 2 dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta

adalah pilihan terakhir. Padahal tidak demikian, masing-masing sekolah

memiliki kelebihannya masing-masing baik dalam bidang akademik

maupun non akademik. Masyarakat juga beranggapan bahwa nilai

akademik itu adalah hal yang terpenting sehingga mereka lebih memilih

SD N Ungaran 1 Yogyakarta sebagai pilihan pertama untuk

menyekolahkan anaknya.

Page 90: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

75

2. Budaya Mutu Masing-Masing Sekolah Sebelum Regrouping

Sebelum diregrouping masing-masing sekolah memiliki budaya

mutu masing-masing yang satu sama lain saling berbeda. SD N Ungaran

1 Yogyakarta memiliki prestasi akademik yang baik yaitu dibuktikan

dengan perolehan nilai Ujian Nasional yang selalu bagus setiap tahunnya.

Hal ini berdasarkan data yang peneliti diperoleh dari dokumen UPT

Pengelola TK dan SD Wilayah Utara Kota Yogyakarta. SD N Ungaran 1

Yogyakarta juga memiliki budaya yang khas yaitu pendidikan

lingkungan hidup. Hal ini dibuktikan oleh hasil wawancara berikut ini:

“Ungaran 1 dulu prestasinya akademik maksudnya mbak itu paling

menonjol. Selalu meraih rangking di Ujian Nasional. Dan dulu

budaya yang paling unggul ya ini budaya cinta lingkungan.”

(WAW/LNM/27 Desember 2016)

Kegiatan unggulan yang unik dari SD N Ungaran 1 Yogyakarta

kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Tanaman dan Lingkungan

Hidup). Data ini diperoleh oleh peneliti dari dokumen sekolah yaitu

berupa foto-foto kegiatan SEMUTLIS di SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Wujud dari kegiatan ini adalah dilakukannya kerja bakti rutin setiap 10

menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi yang dilakukan oleh seluruh

warga sekolah. Adanya budaya cinta lingkungan seperti ini menjadikan

SD N Ungaran 1 Yogyakarta sebagai sekolah yang bersih dan sehat.

Selanjutnya ciri khas yang menonjol dari SD N Ungaran 2

Yogyakarta sebelum diregrouping adalah adanya pembelajaran berbasis

TIK yaitu dengan memanfaatkan internet sebagai media dan sumber

belajar baik siswa maupun guru. Ciri khas lainnya adalah SD N Ungaran

Page 91: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

76

2 Yogyakarta memiliki budaya religious yang baik. Nilai-nilai religious

ditanamkan melalui kegiatan pembiasaan yaitu sholat duha dan sholat

dhuhur berjamaah. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut

ini:

“…………………….pendidikan berbasis TIK ini yang khas.

Belajar dari internet itu ada koneksi kan di sana. Komputer di lab

bisa dipakai juga untuk cari materi cari bank soal.” (WAW/AW/12

Desember 2016)

“………….Ada juga sholat duha bersama dan duhur berjamaah.”

(WAW/AW/12 Desember 2016)

Ciri khas yang dimiliki oleh SD N Ungaran 3 Yogyakarta adalah

adanya pembelajaran berbasis game atau bermain sambil belajar hal ini

didukung oleh adanya tenaga pendidik yang berkompetensi dalam

mengembangkan metode pembelajaran dan didukung oleh banyaknya

tenaga pendidik wiyata yang masih berusia muda yang kreatif dalam

mengembangkan metode pembelajaran. Hal ini dibuktikan berdasarkan

hasil wawancara sebagai berikut:

“…………………………banyaknya jumlah guru wiyata mbak.

Terbantu sekali kami. Karena kami sekolah yang relatif baru

dibandingkan dengan Ungaran 1 jadi guru wiyata disini juga masih

muda-muda. (WAW/LST/21 Des 2016)

Berdasarkan hasil studi dokumen dan wawancara SD N Ungaran 3

Yogyakarta peneliti menemukan ciri khas lain yang dimilki oleh SD N

Ungaran 3 Yogyakarta adalah pada bidang seni yaitu pembelajaran seni

tari yang dibuktikan dalam wawancara berikut ini:

“……………kami juga kekhasan yaitu seni tari –tari gaya

jogja…..” (WAW/LST/21 Des 2016)

Page 92: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

77

Ketika ada kegiatan-kegiatan tertentu sekolah ini sering

menampilkan tarian-tarian khususnya tarian gaya jogja. Biasanya tarian-

tarian ini ditampilkan pada saat perpisahan atau peringatan hari-hari

tertentu.

3. Latar Belakang Pembuatan Kebijakan Pengembangan Budaya

Mutu pada Sekolah Regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Pembuatan kebijakan pengembangan budaya mutu di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta diawali dengan munculnya berbagai masalah

yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping. Masalah yang paling dapat

dirasakan adalah masalah adaptasi atau penyesuaian warga sekolah

dengan situasi sekolah yang baru, dengan orang-orang yang baru, dan

dengan lingkungan yang baru. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

“………..Dulu ya masih egois-egoisan mengunggulkan kelebihan

sekolahnya masing-masing sehingga masih terjadi (gep), yang dari

Ungaran 1 maunya juga cuma sama Ungaran 1 begitu juga

sebaliknya. Masih membentuk kelompok-kelompok sendiri. Masih

belum mau bergabung. Gep ini nggak cuma terjadi di guru ya

mbak. Di karyawan dan siswa juga demikian….(WAW/LNM/27

Des 2016)

Pada awal dilakukannya regrouping guru, pegawai, dan siswa

masih mengalami masalah dalam hal adaptasi. Baik guru. Pegawai, dan

siswa masih membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan asal

sekolahnya masing-masing. Mereka belum mau bergabung dan mengenal

satu sama lain. Hal ini berpengaruh terhadap kinerja guru dan pegawai.

Padahal dalam melaksanakan pekerjaan antara guru satu dan yang

Page 93: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

78

lainnya dan antara pegawai satu dengan pegawai yang lainnya harus bisa

saling bekerja sama. Untuk dapat bekerja sama dengan baik maka mereka

juga harus menjalin hubungan yang baik karena pada dasarnya pasca

regrouping mereka ini adalah satu keluarga. Sehingga dengan munculnya

masalah gep ini suasana kerja menjadi tidak kondusif lagi. Nantinya jika

terus dibiarkan akan berdampak pada penurunan kualitas SD N Ungaran

1 Yogyakarta.

Masalah selanjutnya yang dihadapi oleh sekolah pasca

dilakukannya regrouping adalah masing-masing guru masih

mengunggul-unggulkan sekolah asalnya. Seperti misalnya SD N Ungaran

1 Yogyakarta unggul dalam prestasi akademik. Sehingga muncul rasa

saling tidak suka. Hal ini dibuktikan oleh hasil wawancara berikut ini:

“………..Kami yang dulu masih mau menang sendiri dengan

mengunggul-unggulkan sekolah asal masing-masing. Tadinya ya

maunya masing-masing keunggulan sekolah di pakai dalam sistem

sekolah yang baru. (WAW/LST/21 Des 2016)

Masih adanya sifat egois dari masing-masing personil sekolah

menyebabkan adanya hubungan yang tidak harmonis antar personil

sekolah yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap penurunan

kualitas sekolah karena kinerja yang kurang baik yang disebabkan oleh

sifat egois masing-masing personil. Selain itu masalah juga sebenarnya

tidak hanya berangkat dari masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah .

Sekolah juga belajar dari kasus-kasus yang terjadi pada sekolah-sekolah

lain yang diregrouping. Banyak sekolah-sekolah pasca regrouping justru

kualitasnya menurun karena pengelolaan sekolah yang kurang baik

Page 94: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

79

sebagai akibat dari ketidaksiapan mereka terhadap kebijakan regrouping.

Hal ini dibuktikan oleh wawancara berikut ini:

“…Yang sudah-sudah kan ternyata juga pasca regrouping banyak

sekolah-sekolah malah banyak yang turun kualitasnya. Kami

maunya pasca regrouping kualitas kami malah bisa tambah baik

karena didukung oleh tenaga pendidik dan pegawai yang banyak

kan akibat percampuran itu. Saya pernah juga baca hasil

penelitian itu bahkan ada juga diberita-berita pasca regrouping

sekolah malah jadi kisruh karena egois-egoisan maunya yang dari

sekolah satu kayak gini yang dari sekolah 2 kayak gini. Kita

belajar juga dari sekolah-sekolah regrouping lainnya mbak dan

sebenernya masalah nggak hanya berangkat dari apa yang kita

alami tapi juga kita melihat yang sudah-sudah.” (WAW/DAS/16

Des 2016)

Adanya konflik-konflik yang terjadi pada sekolah-sekolah di

Indonesia pasca regrouping ternyata juga menjadi pertimbangan bagi SD

N Ungaran 1 Yogyakarta untuk mengambil kebijakan pengembangan

budaya mutu agar mutu SD N Ungaran 1 Yogyakarta tetap terjaga.

Sekolah belajar dari kasus-kasus yang telah terjadi di sekolah lain pasca

regrouping baik melalui penelitian maupun dengan membaca berita-

berita terkait dengan konflik-konflik sekolah pasca regrouping. Sekolah

menyadari dengan adanya budaya mutu pasca regrouping maka kualitas

SD N Ungaran 1 Yogyakarta ini akan tetap terjaga bahkan dapat

ditingkatkan. Sehingga sebenarnya kebijakan ini diambil sebagai langkah

preventif terhadap penurunan kualitas SD N Ungaran 1 Yogyakarta

karena selama ini SD N Ungaran 1 Yogyakarta dikenal sebagai sekolah

berkualitas unggul.

Page 95: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

80

4. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proses Formulasi Kebijakan

Pengembangan Budaya Mutu pada Sekolah Regrouping di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta

Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumen peneliti

memperoleh hasil bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam proses

formulasi kebijakan pengembangan budaya mutu sekolah pasca

regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta adalah Kepala Sekolah, guru,

pegawai, Komite Sekolah, dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

Dalam proses formulasi kebijakan masing-masing bidang memiliki

perannya masing-masing. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara

berikut ini:

“Ya Kepala Sekolah kan yang memutuskan kebijakan apa yang

mau diambil. Meskipun juga tetap berdasarkan hasil diskusi

bersama dengan berbagai pihak (maksudnya anggota rapat yang

lain). Kepala Sekolah menggali informasi itu dari guru dan pegawai

yang memang paham dengan kondisi tersebut. Disini juga Kepala

Sekolah memberikan idenya tentang solusi yang harusnya diambil

oleh sekolah.”(WAW/DAS/16 Des 2016)

Dalam proses formulasi kebijakan Kepala Sekolah berperan dalam

memberikan keputusan-keputusan terhadap kebijakan yang diambil yaitu

mulai dari perumusan masalah, pemilihan masalah yang akan masuk ke

dalam agenda kebijakan, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, dan

pemilihan alternatif-alternatif kebijakan yang akan ditetapkan sebagai

kebijakan baru. Kepala sekolah juga menggali informasi-informasi dari

guru dan pegawai tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi

sekolah pasca regrouping. Tujuannya adalah agar kebijakan yang

Page 96: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

81

diambil sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

sekolah pasca regrouping sehingga kebijakan tersebut dapat dengan tepat

diimplementasikan. Selain itu Kepala Sekolah juga berperan dalam

pembuatan alternatif-alternatif kebijakan dengan menyampaikan ide yang

disarankan kepada anggota rapat yang lain.

Pihak selanjutnya yang terlibat dalam proses formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pasca regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta adalah guru-guru baik yang berasal dari SD N Ungaran 1

Yogyakarta, SD N Ungaran 2 Yogyakarta, maupun SD N Ungaran 3

Yogyakarta. Peran dari para guru dalam formulasi kebijakan sekolah

adalah sebagai sumber informasi terhadap permasalahan-permasalahan

yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping. Ditemukannya masalah-

masalah yang dihadapi oleh sekolah maka diharapkan nantinya kebijakan

yang diambil akan tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh

sekolah. Ikut berperannya guru dalam proses formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu sekolah dibuktikan dengan hasil wawancara

berikut ini:

“…………kami memberikan masukan untuk perbaikan pelayanan

kepada siswa. Intinya semua pihak terlibat sesuai dengan

kapasitasnya masing-masing. Kami ngasih gambaran permasalahan

tentang pembelajaran di kelas, masalah prestasi belajar siswa juga.

Nanti kan biasanya Kepala Sekolah Tanya pas rapat buat kebijakan

itu.” (WAW/LST/21 Des 2016)

Selain itu guru juga berperan dalam pembuatan alternatif-alternatif

kebijakan sesuai dengan agenda kebijakan yang telah disepakati

sebelumnya. Selanjutnya pada tahap penetapan kebijakan guru-guru juga

Page 97: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

82

dilibatkan kembali oleh Kepala Sekolah. Guru-guru menguatkan anggota

rapat yang lain dengan mengadakan bargaining atau tawar menawar

dengan anggota rapat yang lain agar alternatif yang mereka usulkan dapat

diterima sebagai solusi terhadap masalah dan ditetapkan dalam kebijakan

sekolah. hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

“Terus kami juga memberikan masukan juga tentang apa yang

harus dilakukan (maksudnya mengusulkan alternatif-alternatif

kebijakan). Misal program yang harus dibuat apa, kebijakan harus

gimana. Ditahap terakhir (maksudnya tahap penetapan kebijakan)

kami saling bersaing intinya ya tawar menawar terhadap alternatif

kebijakan yang kita tawarkan agar dapat diterima oleh Kepala

Sekolah dan Komite Sekolah.” (WAW/LST/21 Des 2016)

Pihak selanjutnya yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan

adalah pegawai sekolah. Para pegawai sekolah berperan dalam

menyampaikan informasi-informasi terkait dengan masalah-masalah

yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping sesuai dengan masalah

yang ada pada bidangnya. Dalam tahap pemilihan alternatif kebijakan

para pegawai juga memberikan usulan terhadap alternatif-alternatif

kebijakan yang dirasa tepat. Selanjutnya pada tahap penetapan kebijakan

para pegaawai juga dilibatkan kembali yaitu meyakinkan kepada seluruh

anggota rapat bahwa alternatif-alternatif yang mereka berikan layak

untuk ditetapkan sebagai kebijakan. Pada intinya peran guru dan pegawai

dalam proses perumusan kebijakan adalah sama. Hal ini dibuktikan

dengan hasil wawancara berikut ini:

Page 98: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

83

“Ya kami dari kelompok pegawai memberikan opini kami tentang

bagaimana perpustakaan termasuk kendala dan masalah. Nanti

biasanya masing-masing posisi akan mengusulkan program. Tidak

selalu semua. Tapi pasti ada yang mengusulkan program. Ya ini

juga mbak kendalanya masih banyak yang diam sebenarnya

maksudnya ya ngalir aja ngikut sama yang lain padahal sebenarnya

informasi dari mereka itu perlu sekali. Karna mungkin ini juga ya

mbak masih pada kaku dengan suasana yang baru karena belum

akrab kuga mungkin bisa itu.” (WAW/LNM/27 Des 2016)

Dari hasil wawancara di atas peneliti menemukan informasi terkait

dengan adanya kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam formulasi

kebijakan yaitu masih adanya para anggota yang tidak berperan aktif.

Mereka hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh anggota rapat yang

lain. Padahal informasi-informasi yang didapatkan dari mereka sangat

diharapkan oleh Kepala Sekolah agar kebijakan yang diambil dapat

menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh sekolah.

Pihak selanjutnya yang terlibat dalam formulasi kebijakan adalah

Komite Sekolah. Komite sekolah berperan dalam proses penyusunan

agenda kebijakan. Agenda kebijakan diambil dari masalah-masalah yang

telah dirumuskan pada tahap perumusan masalah. Disini Komite Sekolah

bersama dengan Kepala Sekolah ikut menentukan masalah-masalah apa

saja yang akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Selanjutnya Komite

Sekolah juga berperan dalam memberikan saran dan masukan terhadap

alternatif yang diusulkan oleh para anggota rapar serta ikut mengusulkan

alternatif-alternatif kebijakan yang sesuai dengan masalah-masalah yang

masuk ke dalam agenda kebijakan. Dalam penetapan kebijakan Komite

Sekolah kembali dilibatkan yaitu memilih alternatif-alternatif kebijakan

Page 99: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

84

yang telah diusulkan oleh para anggota rapat dalam perumusan altenatif

kebijakan untuk ditetapkan ke dalam kebijakan sekolah. hal ini

dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

“Memberi masukan atas rencana kebijakan yang mereka buat.

Kami dengarkan dulu rencana mereka pada rapat pertemuan nanti

kiranya kurang apa kami kasih mereka masukan. Jadi Komite

Sekolah dan Kepala Sekolah pada waktu itu mendengarkan

informasi-informasi terkait dengan masalah yang dihadapi sekolah

pasca regrouping. Masuk ke agenda selanjutnya kami ikut memilih

masalah-masalah yang tadi itu lho mbak yang disebutkan sama

guru dan pegawai itu di saring lagi di identifikasi mana ini yang

harus segera diselesaikan. Penetapan juga ikut mbak kami ikut juga

menentukan kegiatan dan program apa yang harus dilakukan.”

(WAW/MF/14 Desember 2016)

Pihak terakhir yang terlibat dalam formulasi kebijakan sekolah

adalah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Peran Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta dalam formulasi kebijakan adalah memberikan arahan dan

masukan terhadap alternatif-alternatif kebijakan yang telah ditetapkan.

Masukan-masukan yang diberikan adalah terkait dengan apakah

kebijakan yang telah ditetapkan telah sesuai dan bisa menjawab

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sekolah pasca

regrouping. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

“Pendengar sekaligus memberikan arah mbak. Ya termasuk itu tadi

sekolah nduwe kebijakan opo (sekolah punya kebijakan apa). Nanti

kami arahkan juga sebaiknya gimana. Kami menyarankan ya

sebaiknya program itu tidak menghabiskan banyak uang, yang

mudah-mudah dan murah-murah tapi efektif untuk

mengembangkan budaya mutu itu. Karena kebanyakan sekolah ki

pingine programe akeh neng lali mikir duite seko ngendi waktu

penyelenggaraane kapan. Kadang itu dilupakan.sing penting

programe akeh ben dipandang bagus (sekolah inginnya punya

banyak program tapi lupa sumber dananya dari mana yang penting

kalau banyak program itu nanti sekolah dipandang bagus)”

(WAW/MF/14 Des 2017)

Page 100: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

85

5. Langkah-Langkah Formulasi Kebijakan Pengembangan Budaya

Mutu di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Terdapat empat langkah yang dilakukan oleh SD N Ungaran 1

Yogyakarta dalam formulasi kebijakan pengembangan budaya mutu pada

sekolah yaitu perumusan masalah, penyusunan agenda kebijakan,

pemilihan alternatif kebijakan, dan penetapan kebijakan. Dalam tahap

formulasi kebijakan ini anggota rapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok guru dan pegawai. Sedangkan Kepala Sekolah dan Komite

Sekolah berperan dalam memimpin jalannya rapat. Proses tersebut

dibuktikan dengan hasil penelitian berikut ini:

a. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan

oleh sekolah dalam proses formulasi kebijakan. Tujuan dari

perumusan masalah ini adalah untuk mendiagnosis permasalahan-

permasalahan apa saja yang terjadi di sekolah pasca regrouping.

Dalam proses perumusan masalah para anggota rapat dibagi dalam 2

kelompok yaitu kelompok guru dan kelompok pegawai. Tujuannya

addalah untuk memperoleh informasi-informasi terkait dengan

masalah-masalah yang mereka hadapi sesuai dengan bidangnya

masing-masing.

Page 101: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

86

Dari kelompok guru diperoleh 4 informasi terkait permasalahan-

permasalahan sebagai berikut:

1) Pemberian nama sekolah pasca regrouping karena menggunakan

nama SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Hal ini menimbulkan

kecemburuan pada sekolah yang diregrouping yaitu SD N

Ungaran 2 Yogyakarta dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta. Guru

meminta agar nama sekolah diganti dan sama sekali tidak

menggunakan nama SD Ungaran. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara sebagai berikut:

“Dulu masalah yang muncul karena penamaan sekolah

kenapa kok yang dipakai SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Guru pinginnya ganti (maksudnya ganti nama sekolah dan

idak menggunakan nama SD Ungaran agar adil)”

(WAW/DAS/16 Des 2016)

2) Masalah munculnya gep yaitu guru, siswa, dan murid masih suka

berkumpul sesuai dengan asal sekolahnya masing-masing

sehingga lingkungan sekolah menjadi tidak kondusif. Hal ini

berdampak pada kualitas kerja guru dan pegawai yang semestinya

dapat saling bekerja sama. Namun karena masih adanya gep,

maka kerja sama yang dijalinpun menjadi kurang baik karena

mereka kurang akrab sehingga canggung untuk saling bertanya

jika membutuhkan bantuan. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

Page 102: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

87

“Waktu itu dari pihak guru sendiri ya bilang, masalah yang

kami hadapi itu masih adanya gep. Belum mau kita

membaur bersama. Masih ngumpul sama masing-masing

sekolah.” (WAW/LST/21 Des 2016)

“Pengaruhnya ke kinerja guru dan pegawai juga ternyata.

Masih ada gep diantara mereka. Mengelompok-

mengelompok. Jadi ya nggak bisa akrab padahal

notabennya kita ini sudah menjadi satu rumh dan satu

keluarga tapi tidak saling mengenal. Keluarga kan harus

bekerjasama padahal. Tapi bagaimana bisa bekerjasama

dengan baik wong suasana juga tidak memungkinkan untuk

menjalin kerjasama karena nggak ada keakraban satu sama

lain. Nggak kondusif to jadinya kalau masih ada gep.

(WAW/DAS/16 Des 2016)

3) Masing-masing masih sering mengunggul-unggulkan sekolahnya

asalnya. SD N Ungaran 1 Yogyakarta lebih unggul dalam bidang

akademik meskipun demikian bukan berarti SD N Ungaran 2 dan

SD N Ungaran 3 memiliki kualitas yang tidak baik. Hanya saja

SD N Ungaran 1 memiliki kualitas atau prestasi akademik yang

lebih menonjol. Hal ini menimbulkan saling ketidaksukaan antar

guru dan pegawai dari masing-masing sekolah asal yang berakibat

pada kualitas kinerja mereka yang menurun. Pekerjaan-pekerjaan

administrasi menjadi lebih lama terselesaikan karena adanya

saling ketidaksukaan sehingga mereka enggan untuk bekerjasama

mengerjakan tugas dan administrasi sekolah. Hal ini dibuktikan

dengan hasil wawancara berikut ini:

Page 103: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

88

“Pencapaian nilai akademik juga berbeda. SD 1 lebih

unggul nilainya. SD 2 juga tidak kalah unggul walaupun SD

1 tetap nomor 1. SD 3 berada di posisi ketiga. Hal ini

menyebabkan sekolah masih sering mengunggul-unggulkan

sekolahnya masing-masing.”(WAW/LST/21 Des 2016)

4) Penggantian seragam identitas sekolah untuk siswa sebagai

identitas baru untuk sekolah. Pihak guru meminta agar diadakan

pergantian seragam identitas untuk memberikan ciri khas baru

bagi sekolah pasca regrouping. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

“Dulu juga masalah seragam sekolah ada yang minta

diganti biar baru punya identitas baru.” (WAW/DAS/16

Des 2016)

Sedangkan dari kelompok pegawai diperoleh 2 informasi terkait

permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1) Masih terjadi gep antara pegawai sekolah dari masing-masing

sekolah yang menimbulkan adanya sekat atau pemisah di antara

mereka. Pegawai masih suka berkumpul dengan pegawai lain

sesuai dengan sekolah asalnya. Padahal dalam melakukan tugas

khususnya administrasi sekolah mereka dituntut untuk saling

bekerja sama mengingat beban kerja yang lebih banyak pasca

regrouping karena bertambahnya jumlah murid dan guru.

Seharusnya dengan regrouping ini jumlah pegawai bertambah

banyak dan bisa meringankan beban kerja pegawai tetapi karena

adanya gep ini maka mereka masih sering bekerja sendiri-sendiri.

hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian sebagai berikut:

Page 104: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

89

“…..tapi diantara kami masih ada gep yaaa karena juga

ruangan masih terpisah-pisah sesuai asal sekolah masing-

masing. Padahal sudah jadi satu pasti nanti aka nada butuhnya

dengan pegawai yang dari sekolah lainnya. Jauh dan buang-

buang waktu. Malah jadi nggak bisa saling mengenal satu

sama lain to mbak.”(WAW/LNM/27 Des 2016)

Adanya masalah gep ini juga ternyata terjadi karena masih

terpisahnya ruangan-ruangan pegawai sesuai asal sekolah masing-

masing sehingga intensitas untuk bertemu dan saling mengenal

kurang dan mengakibatkan adanya kettidakakraban di antara

mereka.

2) Administrasi sekolah pasca regrouping dituntut untuk bisa

dilakukan lebih cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas

pelayanan terhadap pelanggan. Selama ini belum semua pegawai

mahir dalam menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk

menyelesaikan pekerjaan mereka. Padahal pasca regrouping beban

kerja bertambah besar karena bertambahnya jumlah siswa dan guru

terutama dalam mengurus administrasi mereka. Kebanyakan masih

manual ataupun meminta tolong kepada pegawai lain yang bisa

mengoperasikan komputer. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

“Masalah administrasi sekolah mbak. Wah, tantangannya luar

biasa sekali itu kami sebagai pegawai. Ketambahan murid dan

guru kami harus mengurus administrasi sekolah itu tentu lebih

besar beban kerjanya mbak. Sedangkan dari kami masih belum

banyak yang bisa pakai komputer padahal kami dituntut untuk

melakukan administrasi dengan cepat, baik, dan tepat. Kalau

manual ya lama itu mbak.” (WAW/LNM/27 Des 2016)

Page 105: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

90

b. Penyusunan Agenda Kebijakan

Tahap kedua yang dilakukan oleh sekolah dalam formulasi

kebijakan sekolah adalah tahap penyusunan agenda kebijakan. Agenda

kebijakan dipilih berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan

sebelumnya. Terdapat 3 Masalah-masalah yang masuk ke dalam

agenda kebijakan adalah sebagai berikut:

1) Adanya gep yaitu guru, siswa, dan pegawai masih suka

berkumpul berdasarkan asal sekolahnya masing-masing. Jika

tidak segera diselesaikan akan memunculkan masalah baru bagi

keberlangsungan sekolah. Guru dan pegawai akan sulit

bekerjasama dalam melakukan pekerjaan sekolah karena tidak

saling mengenal satu sama lain. Oleh sebab itu perlu dilakukan

upaya untuk dapat mengakrabkan mereka yang juga dapat

meningkatkan kualitas kerja mereka. Hal ini dibuktikan dengan

hasil wawancara berikut ini:

“Masalahe ki ternyata yang paling urgent ki masalah

adaptasi (masalahnya yang paling penting adalah adaptasi).

Lha kalau susah beradaptasi yo ngaruh e mbak neng

kualitas sekolah (ya ngaruh ke kualitas sekolah). Apalagi

Ungaran 1 ki terkenal apik mutune (apalagi Ungaran 1

terkenal baik mutunya). Guru dan pegawai masih egois-

egoisan belum mau membaur dengan yang lain dari sekolah

lain. Padahal guru ki kudu profesional to. Ngajar neng endi

wae kudu profesional. (padahal seharusnya guru itu harus

profesional. Dimanapun dia mengajar).” (WAW/DAS/19

Des 2016)

Page 106: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

91

2) Warga sekolah masih mengunggulkan asal sekolahnya masing-

masing padahal sekolah ini sudah menjadi satu. Sehingga

timbullah saling ketidaksukaan satu sama lain yang ternyata juga

berakibat pada menurunnya kualitas kerja mereka. Hal ini

dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut:

“Masalah lainnya ya itu mengunggul-unggulkan sekolahnya

masing-masing ini. Pingine sing dianggep apik ki sekolah

asale. Padahal kabeh ki apik mbak. Akibatnya ya itu terus

jadi saling tidak suka. Ini kan bahaya wong satu keluarga

kok nggak suka. Ya sebenarnya nggak semuanya gitu mbak.

Yang bisa membaur juga ada tapi yang susah membaur juga

ada. Kalau nggak akrab mau bekerjasamapun juga akhirnya

kaku.” (WAW/DAS/19 Des 2016)

3) Administrasi sekolah pasca regrouping dituntut untuk bisa

dilakukan lebih cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas

pelayanan terhadap siswa. Namun ternyata masih ada pegawai

yang masih belum mahir dalam menggunakan komputer. Padahal

saat ini kegiatan administrasi sekolah dituntut untuk

menggunakan sistem komputer. Hal ini berdampak pada lebih

lamanya pekerjaan-pekerjaan mereka terselesaikan karena

menggunakan sistem manual atau meminta bantuan pegawai lain

untuk mengerjakannya. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

“Masalah administrasi sebenarnya kami ini. Beban tugas

yang lebih besar ini kami terima pasca regrouping.

Mengurus administrasi guru dan murid jadi lebih banyak.

Seringnya manual kalau nggak minta bantuan teman lain.

Tidak bisa juga kalau manual harus ada cara yang cepat

misal dengan otomasi sistem komputerisasi. Tapi

kendalanya adalagi ternyata banyak dari kami yang belum

Page 107: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

92

mahir menggunakan komputer. Maka ini perlu ternyata

dicarikan solusinya.” (WAW/LNM/27 Des 2017)

Ketiga masalah tersebut dipilih karena ternyata berdampak pada

kualitas kerja guru dan pegawai. Siswa yang masih sering berkumpul-

kumpul sesuai sekolahnya masing-masing berdampak juga berdampak

pada kurang kondusifnya suasana kekeluargaan di sekolah.

Dikhawatirkan dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut

maka akan berdampak pada penurunan kualitas SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Sehingga harus segera dicarikan solusi-solusinya.

Sedangkan masalah-masalah yang tidak dipilih untuk masuk ke

dalam agenda kebijakan adalah sebagai berikut:

1) Pemberian nama sekolah pasca regrouping karena menggunakan

nama SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Hal ini menimbulkan

kecemburuan pada sekolah yang diregrouping yaitu SD N

Ungaran 2 Yogyakarta dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta. Namun

ternyata masalah penggantian nama ini akan berdampak pada

siswa karena siswa akan kehilangan NIS (Nomor Induk Siswa).

Jika siswa tidak memiliki NIS maka tidak akan bisa mengikuti

Ujian Nasional. Sedangkan untuk bisa mendapatkan NIS sekolah

harus mengurus kembali ke Jakarta untuk mendapatkan NIS baru

dan ini memakan waktu yang lama. Jika masih menggunakan

salah satu nama sekolah maka siswa tidak akan kehilangan

NISnya dan hanya tinggal melakukan mutasi guru dan siswa saja.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian berikut ini:

Page 108: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

93

“Dulu masalah yang muncul karena penamaan sekolah

kenapa kok yang dipakai SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Guru pinginnya ganti tapi ternyata itu malah mempersulit

kita nantinya harus ngurus-ngurus sampai ke Jakarta karena

siswa kehilangan NISnya. Kasian kalau kelas 6 mau ujian

nggak ada NIS padahal ngurus ke Jakarta juga lama sekali.

Akhirnya ini bisa diatasi dan guru tidak lagi

mempermasalahkan itu mbak. Kalau pakai salah satu nama

kan jadinya tinggal mutasi saja mbak. Yang paling sulit

adalah mengakrabkan mbak adaptasinya ini lho.”

(WAW/DAS/14 Des 2016)

2) Penggantian seragam identitas sekolah untuk siswa sebagai

identitas baru untuk sekolah. Sebelum diregrouping sendiri ketiga

sekolah tersebut sudah memiliki seragam identitas yang sama.

Karena hanya akan mengakibatkan pemborosan dana sekolah saja

sementara pengelolaan sekolah pasca regrouping masih

membutuhkan dana yang besar. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

“Dulu juga masalah seragam sekolah ada yang minta

diganti biar baru punya identitas baru. Tapi dirasa ini nggak

terlalu penting dan malah boros dana sekolah kan mbak

karena kami dari sebelum regroupingpun sudah sama

seragamnya mbak cm beda identitas. Seragam identitas

yang batik itu juga sama malah dulu kami bekerjasama kan

dalam pengadaan seragam dan itu sengaja tidak diberi bet

nama sekolah. Jadi kalau sudah sama ya kenapa harus

diganti sementara masih banyak yang harus dipikirkan.”

(WAW/DAS/14 Des 2016)

c. Pemilihan Alternatif Kebijakan

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh sekolah dalam formulasi

kebijakan sekolah adalah tahap pemilihan alternatif kebijakan sesuai

dengan agenda kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini

Kepala Sekolah kembali membuat dua kelompok, yaitu kelompok

Page 109: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

94

guru dan kelompok pegawai. Sedangkan Kepala Sekolah bersama

dengan Komite Sekolah dalam satu kelompok. Berikut ini adalah

alternatif-alternatif kebijakan yang diusulkan oleh Kepala Sekolah dan

Komite Sekolah:

1) Menyediakan Fasilitas yang Dapat Menunjang Proses Belajar

Siswa dan Dapat Diakses oleh Seluruh Siswa

Hal ini bertujuan untuk memberikan fasilitas yang terbaik

dan berkeadilan kepada seluruh siswa, serta dapat diakses oleh

semua siswa baik yang berada di blok timur maupu barat. Hal ini

dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

“Sekolah menyediakan fasilitas belajar yang lengkap, bisa

diakses oleh seluruh siswa mulai dari blok barat sampai

blok timur………….” (WAW/DAS/14 Des 2016)

2) Mensosialisasikan Kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk

Tanaman dan Lingkungan Hidup) Kepada Siswa, Guru, dan

Karyawan dari Masing-Masing Sekolah yang Merupakan

Kegiatan Bawaan dari SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Alasannya karena lahan sekolah yang luas dan banyaknya

tanaman-tanaman di lingkungan sekolah dapat dimanfaatkan

untuk menanamkan budaya cinta lingkungan. Selain itu dengan

adanya kegiatan ini dapat mengakrabkan seluruh warga sekolah

karena kegiatan ini berbentuk kerja bakti rutin dengan

membersihkan lingkungan sekolah dan menyiram tanaman-

tanaman secara bersama setiap 10 menit sebelum bel masuk

Page 110: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

95

berbunyi sekaligus memberikan ciri khas bagi SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut

ini:

“Agar sekolah baru punya ciri khas kami usulkan masukkan

kembali kegiatan SEMUTLIS itu. Pendidikan lingkungan

hidup kan itu karena halaman sekolah luas jadi bisa ditanami

pepohonan. Nanti kan ada kerja bakti juga itu tiap pagi mbak.

Bisa itu untuk mengakrabkan warga sekolah. Kerja baktinya

ya bareng-bareng rutin dilakukan. Selain dari bisa

mengakrabkan bisa juga malahan menciptakan lingkungan

bersih dan sehat.” (WAW/DAS/14 Des 2016)

3) Meningkatkan Partisipasi Orang Tua Dalam Pendidikan Anak

Tujuannya adalah untuk mendukung upaya preventif

terhadap penuruan kualitas SD N ungaran 1 Yogyakarta karena

orang tua adalah mitra sekolah sehingga diharapkan orang tua

juga dapat memberikan sumbangan-sumbangan pemikiran

maupun materi yang dapat membantu sekolah dalam

mengembangkan budaya mutu sekolah pasca regrouping. Selain

itu juga dapat mengakrabkan orang tua dan guru. Hal ini

dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

”Kami juga mengusulkan agar bisa melibatkan orang tua

dalam pendidikan anak. Orang tua kan mitra sekolah jadi

diharapkan nanti bisa juga membantu kami misal dengan

rapat rutin orang tua dengan membentuk forum. Nanti bisa

mengakrabkan orang tua dengan guru-guru dari sekolah yang

lain.” (WAW/DAS/14 Des 2016)

Page 111: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

96

Selanjutnya alternatif-alternatif yang diusulkan oleh guru adalah

sebagai berikut:

1) Meningkatkan Profesionalitas Guru Melalui Pelatihan dan

Workshop Pengembangan Metode Pembelajaran bagi Seluruh

Guru untuk Memperkaya Metode Pembelajaran

Tujuan diusulkannya alternatif ini agar guru lebih kreatif

dalam mengembangkan metode pembelajaran karena pasca

regrouping mereka akan menghadapi siswa-siswa dengan

karakter yang baru dari sekolah lainnya. Guru harus memahami

karakteristik siswanya sehingga diharapkan metode pembelajaran

yang mereka gunakan dapat sesuai dengan karakteristik siswa

yang dihadapinya. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara

berikut ini:

“Usulan kelompok guru sendiri yaitu kami minta dilakukan

peningkatan skil guru lewat workshop atau pelatihan. Ini

tentang pengembangan metode pembelajaran juga. Biar

metode banyak, yang kami hadapi kan muridnya tambah

banyak, karakteristiknya juga beda-beda. Guru harus

memahami mbak siswa dari sekolah ini seperti ini jadi harus

kreatif guru itu utamanya dalam cara mengajar.”

(WAW/LST/21 Des 2016)

2) Meningkatkan Keakraban antar Siswa Melalui Roling Kelas

untuk Menghindari Adanya Gap antar Siswa dari Masing-Masing

Sekolah

Tujuannya adalah agar siswa dapat saling mengenal satu

sama lain. Ketika siswa dari sekolah satu digabung dengan siswa

dari sekolah lainnya maka siswa akan dapat saling mengenal

Page 112: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

97

sehingga timbul keakraban di antara mereka. Selain itu tujuan dari

diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah untuk menghindari

munculnya gep atau kelompok-kelompok siswa sesuai dengan

sekolah asalnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara

sebagai berikut:

“Lalu rolling kelas biar dicampur antara siswa dari sekolah

satu dengan lainnya. Biar saling mengenal juga jadi nggak

cuma guru dan pegawai……..” (WAW/LST/21 Des 2016)

3) Membentuk Kelas Parallel bagi Tiap-Tiap Tingkatan Kelas agar

Siswa dari Masing-Masing Sekolah Lebih Dekat dan Akrab

Tujuan diusulkannya alernatif kebijakan ini adalah sama

seperti yang telah penulis bahas pada poin kedua di atas, yaitu

untuk mengakrabkan siswwa satu sama lain karena dalam 1

tingkatan dibuat 1 rombel yang saling berjajar. Hal ini dibuktikan

dengan hasil wawancara berikut ini:

“…………atau kelas dibuat parallel tiap tingkatan satu jejer

mbak. Kami itu seperti memberikan pilihan saja silahkan

mana yang dirasa paling baik (maksudnya pilihan jika

alternatif rolling kelas tidak diterima). (WAW/LST/21 Des

2016)

4) Mengatur Ulang Pengelolaan Perpustakaan dengan Membangun

Perpustakaan Baru

Tujuan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar

seluruh siswa dapat memperoleh fasilitas dan pelayanan

perpustakaan yang baik juga dapat meningkatkan intensitas

bertemu dari para siswa. Selain itu juga dapat meningkatkan

Page 113: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

98

budaya baca siswa sehingga dengan satu alternatif kebijakan ini

bisa didapatkan berbagai manfaat sekaligus. Hal ini dibuktikan

dengan hasil wawancara sebagai berikut:

“Lalu ada lagi karena perpustakaan ini masih sendiri-sendiri

jadi kami mengusulkan untuk membuat perpustakaan baru

yang lebih besar dan ukurannya sesuai standar nasional

mbak. Yang tempatnya strategis dan bisa di jangkau oleh

seluruh siswa dari masing-masing blok. Ini juga bisa

memberikan intensitas bertemu bagi para siswa kalau sudah

jadi satu gini. Kan kalau masih sendiri-sendiri nanti juga

ketemunya Cuma saam itu-itu aja. Kalau dijadikan satu kan

nanti mereka bisa saling bertemu juga to mbak. Selain itu

juga bisa meningkatkan minat baca siswa karena otomatis

koleksi buku jadi tambah banyak kalau digabung.”

(WAW/LST/21 Des 2016)

5) Menciptakan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal untuk

Membentuk Kekhasan yang Dimiliki oleh Sekolah.

Kelompok guru mengusulkan agar sekolah tidak hanya

memiliki ciri khas pada prestasi akademik siswa saja tetapi juga

pada bidang lain seperti dalam bidang budaya. Alasannya karena

SD N Ungaran 1 Yogyakarta berada di tengah kota yang kental

dengan nuansa budaya jogja. Sehingga guru menginginkan

adanya kegiatan yang mendukung pelestarian budaya jogja dan

juga dapat melestarikan budaya jogja. Hal ini dibuktikan dengan

hasil wawancara berikut ini:

“Kami juga mengusulkan agar ada sesuatu yang khas dari

sekolah. Jadi nggak harus selalu prestasi akademik saja.

Karena sekolah kami berada di tengah kota yang kental

budaya jogjanya maka kami pingin ada ciri khas budaya

lokal itu.” (WAW/LST/21 Des 2016)

Page 114: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

99

6) Menyediakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat

dan bakatnya melalui kegiatan ekstrakurikuler

Tujuan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar

siswa juga dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada

dalam diri mereka di luar akademik. Kegiatan ini diharapkan juga

dapat lebih mengakrabkan siswa karena adanya intensitas bertemu

di luar jam pelajaran. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara

berikut ini:

“Lalu juga kami mengusulkan agar minat dan bakat siswa di

luar akademik ini juga bisa di kembangkan lagi. Lewat

kegiatan ekstrakurikuler nanti mereka dapat

mengembangkan itu. Apalagi kalau itu dilakukan bersama-

sama pasti seneng anak-anak. Punya temen baru bisa saling

kenal satu sama lainnya.” (WAW/LST/21 Des 2016)

Sedangkan usulan alternatif-alternatif kebijakan dari kelompok

pegawai sekolah adalah sebagai berikut:

1) Menciptakan Keakraban antar Guru dan Pegawai Sekolah untuk

Terciptanya Suasana Kerja yang Kondusif dengan Penggabungan

Ruang Kerja

Tujuan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah untuk

menciptakan kualitas kerja yang baik, dengan akrabnya para guru

dan pegawai diharapkan mereka dapat saling bekerjasama satu

sama lain dalam melakukan pekerjaan. Dengan kualitas kerja yang

baik maka diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas atau

mutu sekolah. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut

ini:

Page 115: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

100

“Yaa usulannya terkait dengan bagaimana agar kami ini bisa

menyatu dan membaur satu dengan yang lainnya. Selain

minta digabung ruangannya……………” (WAW/LNM/27

Des 2016)

2) Meningkatkan Kemampuan Pegawai dalam Menggunakan

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Meningkatkan

Kualitas Pelayanan Terhadap Siswa maupun Orangtua

Tujuan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar

pegaeai dapat mahir atau menguasai penggunaan Teknologi

Komunikasi dan Informasi khususnya komputer. Dengan demikian

pegawai bisa dengan cepat dan tepat dalam melakukan pekerjaan

terkait dengan administrasi sekolah. hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

“……….kami pinginnya kami dilatih lagi dalam

menggunakan komputer mbak. Kan kegiatan administrasi

dituntut untuk cepat tepat. Itu penting mengingat banyak

dari kami yang masih gaptek juga. Pelatihan TIK mbak itu

juga usulan juga dari kami dan guru.” (WAW/LNM/27 Des

2016)

d. Penetapan Kebijakan

Langkah terakhir yang dilakukan oleh SD N Ungaran 1

Yogyakarta dalam formulasi kebijakan adalah penetapan kebijakan.

Pada tahap ini para aktor perumus kebijakan memilih manakah

alternatif-alternatif yang sekiranya tepat untuk dijadikan sebagai

kebijakan sekolah dan dapat menjawab permasalahan-permasalahan

yang dihadapi sekolah serta dapat dijadikan sebagai langkah preventif

terhadap penurunan kualitas SD N Ungaran 1 Yogyakarta pasca

Page 116: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

101

regrouping. Pada tahap ini pula sekolah juga menentukan kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan sebagai perwujudan dari program-

program yang telah ditentukan pada tahap pemilihan alternatif

kebijakan karena belum semua program dapat ditentukan kegiatan-

kegiatannya. Hal ini karena terbatasnya waktu yang tersedia dalam

penyelenggaraan rapat dan masih banyaknya anggota rapat yang

bersifat pasif. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara berikut

ini:

“Ini mbak pada kegiatan ini kami masih harus menentukan

beberapa kegiatan yang akan dilakukan. Ya istilahnya wujud

dari program yang telah kita tentukan itu. Karena pada tahap

sebelumnya itu masih ada beberapa program yang kami

belum bisa menemukan alternatif kegiatannya. Karena

memang waktu yang tersedia juga terbatas sedangkan

anggota rapat masih banyak yang belum aktif istilahnya

hanya manut saja makanya kami memutuskan untuk

menentukan kegiatannya yang belum itu pas menyeleksi

alternatif-alternatif kebijakan itu. Jadi yang sudah ditentukan

bentuk kegiatannya kami seleksi dan yang belum kami

langsung membuatnya.” (WAW/DAS/14 Des 2016)

Alternatif-alternatif kebijakan yang dipilih untuk ditetapkan

menjadi sebuah kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya

mutu sekolah pasca regrouping antara lain adalah sebagai berikut:

a) Menyediakan fasilitas yang dapat menunjang proses belajar siswa

dengan kegiatan melakukan penggabungan ruang perpustakaan,

penambahan ruang belajar terbuka, koleksi buku, jaringan internet

dan komputer sekolah.

Tujuan dipilihnya alternatif penggabungan ruang

perpustakaan adalah untuk memperbaiki kualitas perpustakaan

Page 117: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

102

sekolah yang masih berdiri sendiri-sendiri di masing-masing

sekolah dan masih belum sesuainya luas ruangan dengan standar

nasional perpustakaan. Selain itu juga bertujuan untuk

memperbanyak koleksi buku karena antara koleksi buku dari

sekolah yang satu dengan yang lainnya digabung sehingga juga

dapat dijadikan sebaga cara untuk meningkatkan minat baca siswa

dan juga dapat meningkatkan intensitas bertemu para siswa karena

selama ini siswa hanya mau berkunjung ke perpustakaan dari

sekolah asalnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara

berikut ini:

“…….karena perpustakaan ini masih sendiri-sendiri jadi

kami mengusulkan untuk membuat perpustakaan baru yang

lebih besar dan ukurannya sesuai standar nasional mbak.

Yang tempatnya strategis dan bisa di jangkau oleh seluruh

siswa dari masing-masing blok. Ini juga bisa memberikan

intensitas bertemu bagi para siswa kalau sudah jadi satu

gini. Kan kalau masih sendiri-sendiri nanti juga ketemunya

Cuma saam itu-itu aja. Kalau dijadikan satu kan nanti

mereka bisa saling bertemu juga to mbak. Selain itu juga

bisa meningkatkan minat baca siswa karena otomatis

koleksi buku jadi tambah banyak kalau digabung.”

(WAW/LST/21 Des 2016)

Kegiatan lain yang dipilih adalah menambah ruang belajar

terbuka untuk memberikan keleluasaan siswa dalam belajar di luar

kelas dan juga dapat digunakan secara bersama-sama sehingga

dapat meningkatkan keakraban satu sama lain dengan melakukan

sharing atau diskusi di ruang belajar terbuka serta dapat

menumbuhkan semangat belajar siswa. Selain itu alternatif lainnya

adalah dengan memasang jaringan internet dan menambah unit

Page 118: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

103

komputer agar dapat digunakan oleh siswa untuk mengakses

materi-materi pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

“…..memasang jaringan internet sama nambah jumlah

komputer. Biar nanti siswa bisa lebih leluasa dalam mencari

materi. Internet bisa dijadikan sebagai sumber belajar.”

(WAW/LST/21 Des 2016)

“Yang ditetapkan pada saat itu melakukan atau menambah

fasilitas sekolah yang sifatnya selain dapat diakses semua

siswa juga bisa mengakrabkan mereka. Kami mengusulkan

dibuat ruang belajar terbuka yang bisa mereka gunakan

mungkin pada saat istirahat sekolah. Ini dibuat yang

letaknya strategis di timur dan di barat. Harapannya nanti

bisa dipakai untuk mereka bersama-sama belajar, saling

sharing, dan diskusi.” (WAW/LST/21 Des 2016)

b) Mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan

SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Lingkungan Hidup) yaitu kerja

bakti membersihkan lingkungan dan menyiram tanaman setiap 10

menit sebelum KBM.

Tujuan dipilihnya alternatif ini adalah untuk memberikan

suatu ciri khas bagi sekolah baru sehingga tidak hanya unggul

dalam bidang akademik saja tetapi sekaligus bisa menanamkan

karakter pada anak untuk cinta terhadap lingkungan dan

membudayakan hidup bersih. Program ini diwujudkan dalam

kegiatan kerja bakti bersama secara rutin selama 10 menit sebelum

bel masuk berbunyi yaitu dengan membersihkan sampah, menyapu

lantai, dan menyiram tanaman-tanaman yang ada di lingkungan

sekolah.

Page 119: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

104

Kegiatan ini nantinya akan dilakukan secara bersama-sama

oleh seluruh warga sekolah sehingga dapat meningkatkan kerja

sama dan saling mengakrabkan satu sama lain. Sebenarnya

kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Tanaman dan

Lingkungan Hidup) ini merupakan kegiatan yang dahulu ada di SD

N Ungaran 1 Yogyakarta sehingga sekolah ingin menghidupkan

kembali kegiatan tersebut pada sekolah yang baru dengan

mensosialisasikannya kepada warga sekolah yang berasal dari SD

N Ungaran 2 dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan

dengan hasil wawancara berikut ini:

“Pendidikan lingkungan hidup pertama. Kegiatannya ada

SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Tanaman dan

Lingkungan Hidup. Nanti disitu seperti ada kerja bakti kecil

lah sepuluh menit sebelum bel itu. Bareng semua seluruh

warga sekolah. Jadi biar bisa saling membaur saling

mengenal juga satu sama lain sekaligus menanamkan

karakter cinta lingkungan hidup, menciptakan lingkungan

sekolah yang sehat dan bersih. Ini sebenarnya sudah ada di

U 1 (maksudnya Ungaran 1) dulu sebelum regrouping. Jadi

ini sebenarnya bawaan. Istilahnya kami ingin

menghidupkan itu kembali. Agar menjadi ciri khas biarpun

di kota tapi kami bisa melestarikan lingkungan kami bisa

hidup bersih dan sehat. Karena yang dari Ungaran 2 dan 3

belum mengenal itu yam aka kami sosialisasikan.”

(WAW/LST/24 Des 2016)

c) Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak dengan

kegiatan membentuk Forum Orang tua Siswa (FOS) dan buku

hubung.

Tujuan dipilihnya alternatif ini adalah agar orang tua juga

terlibat aktif dalam membantu upaya sekolah melakukan upaya

Page 120: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

105

preventif terhadap penurunan kualitas sekolah pasca regrouping.

kegiatan yang dipilih adalah dengan membentuk Forum Orang tua

Siswa (FOS) untuk memberikan wadah kepada orang tua untuk

saling bertemu baik dengan orang tua lainnya maupun dengan guru.

Di dalam forum tersebut nantinya orang tua dapat melakukan

sharing terkait dengan masalah belajar anak dan juga dapat menjadi

wadah untuk guru dalam mensosialisasikan program-program

sekolah. Kegiatan selanjutnya adalah membuat buku hubung antara

orang tua dan guru untuk memantau perkembangan belajar anak.

Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

“Membentuk Forum Orang tua Siswa untuk mendukung

pengembangan budaya mutu ini dalam rangka juga

memperbaiki budaya mutu pasca regrouping ini. Misalnya

ya melibatkan orang tua dalam kegiatan di sekolah, jadi

wadah untuk diskusi, bisa mempererat hubungan antara

orang tua dan sekolah juga. Guru bisa juga tuh sosialisi

program-program sekolah. Orang tua bisa cerita masalah

belajar anak apa saja. Lalu bikin buku hubung untuk

memantau perkembangan anak dalam belajar.”

(WAW/LST/24 Des 2016)

d) Menciptakan pembelajaran berbasis budaya lokal (jogja) untuk

membentuk suatu ciri khas baru bagi sekolah pasca regrouping

dengan kegiatan melaksanakan muatan lokal karawitan dan

gamelan jawa serta tari gaya jogja.

Tujuan dipilihnya alternatif-alternatif ini adalah untuk

memberikan ciri khas pada sekolah baru karena sekolah ini terletak

di tengah perkotaan yang kental dengan nuansa dan budaya jogja.

Selin itu juga dapat dijadikan sebagai alat untuk melestarikan

Page 121: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

106

budaya-budaya lokal khususnya jogja. Kegiatan yang dipilih adalah

karawitan dan seni tari khusus gaya jogja. Alasannya adalah

sekolah ini sudah memiliki peralatan gamelan secara lengkap

namun belum dimanfaatkan secara maksimal dan tersedianya guru

seni tari yang berasal dari salah satu sekolah yaitu SD N Ungaran 2

Yogyakarta. Hal ini dinuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

“Lalu yang ditetapkan itu ada juga pendidikan bebasis

budaya lokal untuk melestarikan budaya jogja juga agar

kami punya ciri khas karena sekolah kami ini kan ada di

daerah wisata juga ya kan karena di tengah kota. Ini agar

kekhasan jogja itu tetap melekat pada kami. Kami kan

sebenarnya punya satu set gamelan itu belum

dimaksimalkan penggunaannya makanya kami pilih

karawitan sekaligus gamelan itu. Lalu seni tari khusus jogja.

Kami ada guru soalnya dulu dari salah satu sekolah itu

punya guru seni tari.”(WAW/LNM/27 Des 2016)

e) Meningkatkan potensi non akademik siswa dengan

mengembangkan minat dan bakat siswa melalui kegiatan

ekstrakurikuler.

Tujuan dipilihnya alternatif ini adalah untuk

mengembangkan potensi-potensi peserta didik di luar bidang

akademik. Harapannya siswa tidak hanya saja dapat berprestasi

dibidang akademik tetapi juga non akademik. Selama ini kegiatan

ekstrakurikuler di masing-masign sekolah masih belum berjalan

maksimal dan belum diminati oleh banyak siswa. Sekolah

menyediakan kegiatan ekstrakurikuler wajib dan pilihan.

Ekstrakurikuler wajib seperti pramuka dan bahasa inggris serta

kegiatan ekstrakurikuler pilihan agar siswa dapat memilih mana

Page 122: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

107

yang mereka minati. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara

berikut ini:

“……..anak itu juga punya potensi lain di luar akademik

yang perlu untuk dikembangkan. Sekolah berbudaya mutu

kan ngak harus atau nggak mesti harus akademiknya yang

menonjol. Di luar akademik juga harus ada. Misal anak

berprestasi di bisang olahraga. Ini kan juga prestasi juga

sebenarnya. Maka kami harusnya bisa menyediakan wadah

untuk mereka. Lewat apa? Ekstrakurikuler itu. Ada wajib

dan ada pilihan, kalau wajib ya kayak pramuka dan bahasa

inggris itu wajib. Yang pilihan juga ada biar anak-anak bisa

milih.” (WAW/LNM/27 Des 2016)

Selanjutnya peneliti melakukan studi dokumen dan

ditemukan bahwa kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler wajib yang

ditentukan oleh sekolah antara lain adalah sebagai berikut:

(1) Pramuka

Tujuannya adalah untuk menciptakan kemandirian pada diri

siswa karena dalam kegiatan ini diajarkan bagaimana cara

bertahan hidup dan menghadapi permasalahn sehari-hari,

mendapatkan keluarga baru karena adanya kegiatan jamboree,

mencintai lingkungan karena mengajarkan kita untuk lebih

dekat dengan alam, dan leadership karena mengajarkan

kepemimpinan, kedisiplinan, dan juga tanggung jawab.

(2) Baca Tulis Al-Quran

Tujuannya adalah untuk menanamkan nilai-nilai

keagamaan pada diri siswa dan meningkatkan kemampuan

dalam membaca Al-Quran khususnya untuk siswa muslim.

Page 123: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

108

(3) Karawitan dan Seni Tari

Tujuannya adalah untuk melestarikan budaya-budaya jogja

karena letak sekolah yang memang berada pada daerah yang

kental dengan nuansa dan budaya jogja.

(4) Teknologi Informasi dan Komunikasi

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan anak

dalam penggunaan teknologi khususnya Teknologi Informasi

dan Komunikasi karena saat ini kita telah masuk pada era

teknologi yang maju.

(5) Bahasa Inggris

Tujuannya adalah agar siswa dapat mahir berbahasa inggris

karena bahasa inggris sangat diperlukan dan dirasa penting baik

untuk sekarang maupun dimasa depan sebagai bahasa

komunikasi dunia.

Sedangkan dari hasil studi dokumen peneliti juga

mendapatkan data tentang kegiatan ekstrakurikuler pilihan yang

dapat dipilih siswa, yaitu musik dan paduan suara, pencak silat,

robotic, melukis, futsal, MTQ, Pecinta Lingkungan Hidup,

pantomime, dongen dan cerita, dokter kecil, pembuatan game

edukasi, voli, tenis meja, dan Kelompok Ilmiah Anak.

Page 124: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

109

f) Menciptakan suasana kerja dan kerjasama yang baik antara guru

dan pegawai dengan kegiatan melaksanakan rapat rutin, dan

evaluasi, serta penggabungan ruangan kerja.

Tujuan dipilihnya alternatif ini adalah untuk lebih

mengakrabkan kembali antara guru dan pegawai. Kegiatan yang

dipilih adalah dengan mengadakan rapat rutin, evaluasi kerja dan

penggabunga ruangan guru dan pegawai yang pada awalnya masih

terpisah-pisah sesuai dengan asal sekolah masing-masing. Hal ini

dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

“Penggabungan ruang guru dan pegawai agar lebih akrab

lagi mbak. Suasana kekeluargaan menjadi hidup. Tidak

egois-egoisan. Bisa saling mengenal satu sama lainnya.

Diadakan rapat rutin dan evaluasi kerja. Kalau rapat nanti

kan mesti ada diskusi-diskusi jadi saling mengenal.”

(WAW/LNM/27 Des 2016)

g) Menciptakan keakraban siswa dan seluruh warga sekolah dengan

kegiatan melakukan pembentukan rombel kelas dan menerapkan

budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun).

Pada awalnya terjadi perdebatan antara pilihan rolling kelas

dan rombel kelas. Perdebatan tersebut terjadi dalam kelompok

guru. Beberapa kelompok guru menginginkan adanya

penggabungan murid dalam satu kelas dengan melakukan rolling

untuk lebih mengakrabkan siswa lagi dan juga membentuk kelas

rombel. Namun Komite sekolah dan beberapa guru yang lain

menyarankan agar memilih salah satu saja efektivitas waktu dan

mempermudah kepengurusan administrasi siswa. Sehingga pada

Page 125: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

110

akhirnya sluruh anggota rapat menyepakati keputusan tersebut. Hal

ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini:

“Ternyata juga pada waktu itu ada sedikit perdebatan. Ada

beberapa orang guru pinginnya kelasnya di rolling tapi juga

sekaligus dibentuk rombel biar bisa saling mendekatkan lagi

antar siswa itu. Tapi waktu itu Komite mintanya rombel saja

karena nanti kalau dicampur malah mempersulit juga

administrasi harus ngrombak lagi. Makanya sudah biar tetep

satu kelas dengan sekolah asal tapi kelasnya di rombel. Ini

kan sudah efektif sebenarnya karena tidak ada lagi jarak

sudah saling berjejer. Ya akhirnya manut mereka itu karena

ada baiknya juga.” (WAW/DAS/14 Des 2016)

Alternatif selanjutnya adalah dengan membudayakan 5S

(Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun). Hal ini akan lebih bisa

mengakrabkan seluruh warga sekolah karena adanya budaya saling

bertegur sapa, saling menghormati, dan bersikap santun terhadap

seluruh warga sekolah. hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara

berikut ini:

“Melaksanakan kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan,

Santun) ini juga dirasa akan efektif juga dalam

mengakrabkan seluruh warga sekolah.” (WAW/LST/24 Des

2016)

h) Meningkatkan kompetensi guru dan pegawai dengan kegiatan

workshop dan pelatihan pengembangan metode pembelajaran dan

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Tujuan dipilihnya alternatif ini adalah untuk meningkatkan

profesionalitas guru dan pegawai. Pasca regrouping guru akan

menghadapi jumlah siswa yang lebih banyak dengan berbagai

macam karakteristik yang mungkin akan berbeda dengan siswa

Page 126: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

111

sebelumnya yang berasal dari sekolahnya sehingga guru dituntut

untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan metode

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswanya. Oleh

karena itu alternatif yang dipilih adalah dengan dilakukan pelatihan

dan workshop pengembangan metode pembelajaran bagi guru.

Alternatif kegiatan selanjutnya yang ditetapkan adalah pelatihan

atau workshop penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Hal ini karena beban kerja pegawai pasca regrouping lebih besar

karena bertambahnya jumlah murid dan guru, serta pegawai yang

membuat pegawai harus melakukan penataan adminitrasi kembali.

Belum lagi pasca regrouping banyak sekali dokumen-dokumen

sekolah yang harus diurusi.

Dengan bertambahnya beban kerja tersebut maka pekerjaan

administrasi sekolah akan memakan waktu yang relatif lebih lama

jika dikerjakan secara manual. Oleh sebab itu pegawai dituntut

untuk dapat mahir menggunakan komputer karena pengolahan data

administrasi sekolah akan lebih cepat selesai jika menggunakan

sistem komputerisasi. Namun kendalanya adalah masih banyak

para pegawai maupun guru yang masih belum menguasai

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi sehingga perlu

dilakukan pelatihan maupun workshop penggunaan TIK (Teknologi

Komunikasi dan Informasi). Pelatihan dan workshop ini nantinya

juga harus diikuti oleh guru agar guru dapat memanfaatkan TIK

Page 127: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

112

dalam kegiatan mengajar di kelas. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara berikut ini:

“Workshop dan pelatihan pengembangan metode

pembelajaran dan penggunaan TIK baik untuk pengajaran

maupun administrasi. Ini meningkatkan profesionalitas para

guru dan pegawai. Masih banyak itu pegawai dan guru

masih belum bisa pakai-pakai komputer atau internet.”

(WAW/LST/24 Des 2016)

Setelah alternatif-alternatif tersebut dpilih langkah selanjutnya

adalah melakukan konsultasi dengan meminta saran dan masukan

kepada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melalui kegiatan

monitoring yang merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh

UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara Kota Yogyakarta. Saran

dan masukan yang diberikan oleh pihak Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta terkait dengan alternatif-alternatif kebijakan yang mereka

pilih adalah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta meminta sekolah

untuk menentukan kegiatan-kegiatan apa yang dapat menunjang

terlaksananya program-program yang telah ditentukan. Kegiatan-

kegiatan yang disarankan adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya

mudah untuk dilakukan, berdampak pada terbentuknya budaya mutu

sekolah yang baru, dan tidak boros dana. Hal ini dibuktikan dengan

hasil wawancara berikut ini:

Page 128: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

113

“Disini penetapan kebijakan terjadi dalam 2 tahap yang pertama

adalah penetapan bersama pihak sekolah dan yang kedua bersama

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Yang dengan Dinas ini

sifatnya lebih ke minta pendapat atau konsultasi. Program dan

kegiatan yang seharusnya kami buat itu yang kayak gimana. Dan

mereka kasih saran agar kegiatannya itu yang hemat biaya,

gampang diterapkan, dan bisa benar-benar membentuk budaya

mutu sekolah. Dinas minta kami mengidentifikasi alternatif kami

apakah mengandung 3 aspek yang disarankan. Ternyata setelah

diidentifikasi kami merasa bahwa ini tepat karena kami sudah

mengeliminasi program dan kegiatan yang kiranya akan terjadi

pemborosan yaiu pengadaan seragam tadi.” (WAW/DAS/ 14 Des

2016)

Setelah mendapatkan masukan dan saran selanjutnya sekolah

mengidentifikasi kembali alternatif-alternatif kebijakan yang telah

dipilih sebelumnya apakah sudah masuk ke dalam 3 aspek yang

disarankan oleh Dinas Pendidikan Kota Yogykarta. Alternatif-

alternatif yang dipilih untuk ditetapkan menjadi sebuah kebijakan

ternyata sudah merupakan pilihan yang paling tepat karena sekolah

sudah mengeliminasi alternatif-alternatif yang sekiranya akan

mengeluarkan banyak dana yaitu penggantian seragam sekolah.

berdasarkan kesepakatan bersama dan keputusan dari Kepala Sekolah

akhirnya alternatif-alternatif kebijakan tersebut akhirnya ditetapkan

sebagai kebijakan pengembangan budaya mutu yang ditetapkan dalam

Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang pengembangan budaya mutu

pasca regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Tujuannya adalah

untuk melakukan upaya-upaya preventif terhadap penurunan kualitas

sekolah pasca regrouping dengan memutuskan 8 program dan

kegiatan yaitu:

Page 129: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

114

1) Menyediakan fasilitas sekolah yang dapat mendukung proses

belajar siswa dengan kegiatan:

a) Melakukan penggabungan ruangan perpustakaan di tempat

yang strategis dan dapat dijangkau oleh siswa dari blok barat

dan blok timur.

b) Melakukan penggabungan koleksi buku perpustakaan dari

masing-masing sekolah yaitu SD N Ungaran 1 Yogyakarta,

SD N Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD N Ungaran 3

Yogyakarta.

c) Melakukan penambahan ruang belajar terbuka.

d) Memasang jaringan internet di lingkungan sekolah.

e) Melakukan penambahan unit komputer.

2) Mengembangkan Pendidikan Berbasis Lingkungan dengan

kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Tanaman dan

Lingkungan Hidup) melalui kerja bakti bersama membersihkan

lingkungan setiap pagi sebelum bel masuk sekolah.

3) Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak

dengan kegiatan:

a) Membentuk Forum Orang Tua Siswa (FOS).

b) Membuat buku hubung orang tua dan guru untuk memantau

perkembangan belajar siswa.

Page 130: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

115

4) Menciptakan pembelajaran berbasis budaya jogja untuk

melestarikan budaya jogja dengan kegiatan:

a) Melaksanakan muatan lokal karawitan dan gamelan jawa.

b) Melaksanakan muatan lokal tari gaya jogja.

5) Meningkatkan potensi non akademik siswa dengan

mengembangkan minat dan bakat siswa melalui kegiatan:

a) Mengadakan ekstrakurikuler wajib, yaitu Baca Tulis Al-

Qur’an, karawitan, tari gaya jogja, TIK atau computer,

bahasa inggris, dan pramuka.

b) Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler pilihan, yaitu musik

dan paduan suara, pencak silat, robotic, melukis, futsal,

MTQ, Pecinta Lingkungan Hidup, pantomime, dongen dan

cerita, dokter kecil, pembuatan game edukasi, voli, tenis

meja, dan kelompok ilmiah anak.

6) Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dengan kegiatan:

a) Melaksanakan rapat rutin dan evaluasi kerja seminggu sekali.

b) Melaksanakan penggabungan ruangan kerja guru dan

pegawai.

7) Menciptakan keakraban antar siswa dengan kegiatan:

a) Melaksanakan pembentukan rombel kelas pada setiap

tingkatan.

b) Menerapkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan

Santun).

Page 131: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

116

8) Meningkatkan kompetensi guru dan pegawai dengan kegiatan:

a) Workshop dan pelatihan pengembangan metode

pembelajaran.

b) Workshop dan pelatihan pengembangan keterampilan

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

C. Pembahasan

1. Latar Belakang Dilakukannya Regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta

Kebijakan regrouping sekolah merupakan salah satu strategi yang

diambil oleh pemerintah untuk mengatasi masalah mutu pendidikan di

Indonesia. Kebijakan tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang Pedoman

Pelaksanaan Penggabungan Sekolah (Regrouping) Sekolah Dasar.

Tujuan dari dilakukannya penggabungan tersebut adalah untuk

mengatasai masalah kekurangan tenaga guru, peningkatan mutu, dan

efisiensi biaya bagi perawatan gedung sekolah dan sekolah yang

ditinggalkan dapat dialih fungsikan menjadi gedung SMP.

Berdasarkan Surat Keputusan dari Walikota Yogyakarta Nomor

243/KEP/2012 maka Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melakukan

regrouping terhadap sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta khususnya

Sekolah Dasar. Salah satu sekolah yang diregrouping adalah SD N

Ungaran 1 Yogyakarta, SD N Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD N Ungaran

3 Yogyakarta. Alasan pertama dilakukannya regrouping SD N Ungaran 1

Page 132: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

117

Yogyakarta, SD N Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD N Ungaran 3

Yogyakarta adalah karena sekolah ini menempati satu lahan yang sama

dan saling berjajar. Maka untuk efisiensi pendanaan pendidikan sekolah

ini digabungkan menjadi satu sekolah dengan menggunakan nama SD N

Ungaran 1 Yogyakarta.

Alasan kedua dilakukannya regrouping di SD N Ungaran 1, SD N

Ungaran 2, dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta adalah adanya mindset

masyarakat yang beranggapan bahwa SD N Ungaran 1 Yogyakarta

adalah tujuan utama mereka mandaftarkan anaknya sekolah karena

memang kualitasnya yang paling unggul. Sedangkan SD N Ungaran 2

Yogyakartadan SD N Ungaran 3 Yogyakarta adalah pilihan terakhir.

Ketiga sekolah ini akhirnya saling bersaing satu sama lain untuk

memperoleh siswa pada saat penerimaan siswa baru yang terkadang

menimbulkan kecemburuan satu sama lain di antara ketiga sekolah

tersebut. Padahal tidak demikian, masing-masing sekolah memiliki

kelebihannya, baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

Masyarakat juga beranggapan bahwa nilai akademik itu adalah hal yang

terpenting sehingga mereka lebih memilih SD N Ungaran 1 Yogyakarta

sebagai pilihan pertama untuk menyekolahkan anaknya.

2. Budaya Mutu Masing-Masing Sekolah Sebelum Diregrouping

Meskipun SD N Ungaran 1 Yogyakarta, SD N Ungaran 2

Yogyakarta, dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta berada atau menempati

satu lahan akan tetapi ketiga sekolah ini memilki budaya mutunya

Page 133: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

118

masing-masing. Budaya mutu tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki

oleh masing-masing sekolah. Budaya mutu itu sendiri menurut

Kemendikbud (2016: 65) adalah suatu kesadaran yang hadir sebagai

tradisi dimana mutu pendidikan merupakan pencapaian yang tiada henti

dan terus-menerus sehingga penyelenggaraan pendidikan selalu

difokuskan pada pencapaian mutu terbaiknya.

Sebelum diregrouping masing-masing sekolah memiliki budaya

mutu masing-masing yang satu sama lain saling berbeda. SD N Ungaran

1 Yogyakarta memiliki prestasi akademik yang baik yaitu dibuktikan

dengan perolehan nilai Ujian Nasional yang selalu bagus setiap tahunnya.

SD N Ungaran 1 Yogyakarta juga memiliki budaya yang khas yaitu

pendidikan lingkungan hidup dimana sekolah tersebut mengajarkan siswa

dan seluruh warga sekolah untuk selalu menjaga lingkungan sekitar

dengan dilakukan kegiatan bersih-bersih sekolah, memunguri sampah,

dan menyiram tanaman-tanaman setiap hari sebelum bel masuk sekolah

berbunyi. Sekolah meyakini bahwa dengan terus dijaganya lingkungan

sekolah maka akan dapat menciptakan lingkungan sekolah yang bersih

dan sehat yang dapat membuat suasana belajar menjadi kondusif.

Ciri khas yang menonjol dari SD N Ungaran 2 Yogyakarta

sebelum diregrouping adalah adanya pembelajaran berbasis TIK

(Teknologi Informasi dan Komunikasi) yaitu dengan memanfaatkan

internet sebagai media dan sumber belajar baik siswa maupun guru.

Sebenarnya sekolah ini juga memiliki prestasi akademik yang baik

Page 134: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

119

namun jika dibandingkan dengan SD N Ungaran 1 Yogyakarta maka

sekolah ini memiliki prestasi yang lebih rendah daripada SD N Ungaran

1 Yogyakarta yang memang merupakan SD N Ungaran yang pertama

kali berdiri. Ciri khas lainnya adalah SD N Ungaran 2 Yogyakarta

memiliki budaya religious yang baik. Nilai-nilai religious ditanamkan

melalui kegiatan pembiasaan yaitu sholat duha pada jam istirahat pertama

dan sholat dhuhur berjamaah pada jam istirahat kedua.

Ciri khas yang dimiliki oleh SD N Ungaran 3 Yogyakarta adalah

adanya pembelajaran berbasis game atau bermain sambil belajar hal ini

didukung oleh adanya tenaga pendidik yang berkompetensi dalam

mengembangkan metode pembelajaran dan didukung oleh banyaknya

tenaga pendidik wiyata yang masih berusia muda yang kreatif dalam

mengembangkan metode belajar sambil bermain. Ciri khas lain yang

dimilki oleh SD N Ungaran 3 Yogyakarta adalah pada bidang seni yaitu

pembelajaran berbasis seni tari gaya jogja. Ketika ada kegiatan-kegiatan

tertentu sekolah ini sering menampilkan tarian-tarian khususnya tarian

gaya jogja. Biasanya tarian-tarian ini ditampilkan pada saat perpisahan

kelas 6 atau peringatan hari-hari tertentu.

3. Latar Belakang Pembuatan Kebijakan Pengembangan Budaya

Mutu pada Sekolah Regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Dibuatnya sebuah kebijakan sekolah tentu saja berangkat dari

sebuah masalah yang sedang dihadapi oleh sekolah dan harus segera

mendapatkan solusi penyelesaiannya. Duke dan Canady (Syafaruddin,

Page 135: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

120

2008: 118) berpendapat bahwa kebijakan baru yang dibuat oleh sekolah

dibuat sebagai jawaban akan kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah

dan warga sekolah. Dibuatnya kebijakan sekolah sangatlah berpengaruh

dalam memajukan kualitas dan mutu sekolah karena dapat meningkatkan

efektivitas sekolah.

Pembuatan kebijakan pengembangan budaya mutu di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta diawali dengan munculnya berbagai masalah

yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping. Masalah yang dihadapi

sekolah pasca regrouping antara lain adalah sebagai berikut:

a. Adaptasi Warga Sekolah Pasca Regrouping

Masalah yang paling dapat dirasakan adalah masalah adaptasi

atau penyesuaian warga sekolah dengan situasi sekolah yang baru,

dengan orang-orang yang baru, dan dengan lingkungan sekolah yang

baru. Baik guru, pegawai, dan siswa masih membentuk kelompok-

kelompok sesuai dengan asal sekolahnya masing-masing. Mereka

belum mau bergabung dan mengenal satu sama lain. Hal ini

berpengaruh terhadap kinerja guru dan pegawai. Padahal dalam

melaksanakan pekerjaan antara guru satu dan yang lainnya dan

antara pegawai satu dengan pegawai yang lainnya harus bisa saling

bekerja sama dengan baik maka mereka juga harus menjalin

hubungan yang baik karena pada dasarnya pasca regrouping mereka

ini adalah satu keluarga. Dengan munculnya masalah gep ini suasana

kerja menjadi tidak kondusif lagi. Nantinya jika terus dibiarkan,

Page 136: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

121

sekolah khawatir hal ini akan berdampak pada penurunan kualitas

SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

b. Guru Masih Mengunggul-Unggulkan Sekolah Asalnya

Masalah selanjutnya yang dihadapi oleh sekolah pasca

dilakukannya regrouping adalah masing-masing guru masih

mengunggul-unggulkan sekolah asalnya. Seperti misalnya SD N

Ungaran 1 Yogyakarta unggul dalam prestasi akademik sehingga

muncul rasa saling tidak suka. Masih adanya sifat egois dari masing-

masing personil sekolah menyebabkan adanya hubungan yang tidak

harmonis antar personil sekolah yang dikhawatirkan akan

berpengaruh terhadap penurunan kualitas sekolah karena kinerja

yang kurang baik yang disebabkan oleh sifat egois masing-masing

sekolah.

c. Belajar dari Masalah yang Terjadi pada Sekolah Regrouping

Lainnya

Alasan dibuatnya kebijakan ini sebenarnya tidak hanya

berangkat dari masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah, tetapi

sekolah juga belajar dari kasus-kasus yang terjadi pada sekolah-

sekolah lain yang diregrouping. Banyak sekolah-sekolah pasca

regrouping justru kualitasnya menurun karena pengelolaan sekolah

yang kurang baik sebagai akibat dari ketidaksiapan mereka terhadap

kebijakan regrouping. Adanya konflik-konflik yang terjadi pada

sekolah-sekolah di Indonesia pasca regrouping ternyata juga

Page 137: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

122

menjadi pertimbangan bagi SD N Ungaran 1 Yogyakarta untuk

mengambil kebijakan pengembangan budaya mutu agar mutu SD N

Ungaran 1 Yogyakarta tetap terjaga.

Sekolah belajar dari kasus-kasus yang telah terjadi di sekolah

lain pasca regrouping baik melalui penelitian maupun dengan

membaca berita-berita terkait dengan konflik-konflik sekolah pasca

regrouping. Sekolah menyadari dengan adanya budaya mutu pasca

regrouping maka kualitas SD N Ungaran 1 Yogyakarta ini akan

tetap terjaga bahkan dapat ditingkatkan. Sehingga sebenarnya

kebijakan ini diambil sebagai langkah preventif terhadap penurunan

kualitas SD N Ungaran 1 Yogyakarta karena selama ini SD N

Ungaran 1 Yogyakarta dikenal sebagai sekolah berkualitas unggul.

Hal ini ternyata sejalan dengan pemikiran dari European

University Association (2006: 10) yang menyatakan bahwa

organisasi berbudaya mutu mengacu pada budaya organisasi yang

bermaksud untuk meningkatkan kualitas secara permanen yang

ditandai oleh dua unsur yang berbeda, yaitu unsur budaya/psikologis

yaitu nilai nilai, keyakinan harapan dan komitmen bersama terhadap

kualitas. Sedangkan yang kedua adalah unsur struktur pengelolaan

yang didefinisikan sebagi proses untuk meningkatkan kualitas dan

bertujuan untuk mengkoordinasikan kualitas dan upaya-upaya yang

dilakukan oleh individu.

Page 138: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

123

4. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proses Formulasi Kebijakan

Pengembangan Budaya Mutu pada Sekolah Regrouping di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta

Kebijakan pendidikan bukanlah merupakan hasil pemikiran satu

orang melainkan hasil pemikiran dari banyak orang yang merasakan

adanya masalah pada organisasinya dan memiliki kewenangan dalam

membuat sebuah kebijakan sebagai strategi mengatasi masalah.

Kebijakan sekolah menurut Thompson (Syafaruddin, 2008: 118)

mengatakan bahwa kebijakan sekolah adalah kebijakan yang dibuat oleh

orang-orang yang terpilih dan bertanggungjawab untuk membuat

kebijakan pendidikan, dewan sekolah, dan unsur-unsur lain yang diberi

kewenangan membuat kebijakan baik Kepala Sekolah, pengawas, atau

administrator yang memiliki kewenangan mengelola kebijakan dari

dewan sekolah.

Ternyata pembuatan kebijakan di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Thompson, yaitu kebijakan

pengembangan budaya mutu yang dibuat oleh sekolah melibatkan

komponen-komponen sekolah seperti Kepala Sekolah, guru, pegawai,

dan Komite Sekolah, serta pihak luar yaitu Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta. Kelima pihak yang terlibat dalam formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu sekolah di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

tersebut memiliki perannya masing-masing. Peran-peran tersebut antara

lain adalah sebagai berikut:

Page 139: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

124

a. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah berperan dalam memberikan keputusan-

keputusan terhadap kebijakan yang diambil yaitu mulai dari

perumusan masalah, pemilihan masalah yang akan masuk ke dalam

agenda kebijakan, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, dan

pemilihan alternatif-alternatif kebijakan yang akan ditetapkan

sebagai kebijakan baru. Kepala sekolah juga menggali informasi-

informasi dari guru dan pegawai tentang permasalahan-permasalahan

yang dihadapi sekolah pasca regrouping. Tujuannya adalah agar

kebijakan yang diambil sesuai dengan permasalahan-permasalahan

yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping sehingga kebijakan

tersebut dapat dengan tepat diimplementasikan. Selain itu Kepala

Sekolah juga berperan dalam pembuatan alternatif-alternatif

kebijakan dengan menyampaikan ide yang disarankan kepada

anggota rapat yang lain.

b. Guru

Guru-guru yang dimaskud adalah guru-guru yang berasal dari

SD N Ungaran 1 Yogyakarta, SD N Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD

N Ungaran 3 Yogyakarta. Peran dari para guru dalam formulasi

kebijakan sekolah adalah sebagai sumber informasi terhadap

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sekolah pasca

regrouping. Ditemukannya masalah-masalah yang dihadapi oleh

Page 140: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

125

sekolah maka diharapkan nantinya kebijakan yang diambil akan tepat

sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.

Guru juga berperan dalam pembuatan alternatif-alternatif

kebijakan sesuai dengan agenda kebijakan yang telah disepakati

sebelumnya. Selanjutnya pada tahap penetapan kebijakan guru-guru

juga dilibatkan kembali oleh Kepala Sekolah. Guru-guru menguatkan

anggota rapat yang lain dengan mengadakan bargaining atau tawar

menawar dengan anggota rapat yang lain agar alternatif yang mereka

usulkan dapat diterima sebagai solusi terhadap masalah dan

ditetapkan dalam kebijakan sekolah.

c. Pegawai Sekolah

Para pegawai sekolah berperan dalam menyampaikan informasi-

informasi terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh

sekolah pasca regrouping sesuai dengan masalah yang ada pada

bidangnya. Dalam tahap pemilihan alternatif kebijakan para pegawai

juga memberikan usulan terhadap alternatif-alternatif kebijakan yang

dirasa tepat. Selanjutnya pada tahap penetapan kebijakan para

pegawai juga dilibatkan kembali yaitu meyakinkan kepada seluruh

anggota rapat bahwa alternatif-alternatif yang mereka berikan layak

untuk ditetapkan sebagai kebijakan. Pada intinya peran guru dan

pegawai dalam proses perumusan kebijakan adalah sama yaitu

menyampaikan informasi-informasi terkait dengan masalah-masalah

yang dihadapi pada bidangnya.

Page 141: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

126

d. Komite Sekolah

Komite sekolah berperan dalam proses penyusunan agenda

kebijakan. Agenda kebijakan diambil dari masalah-masalah yang

telah dirumuskan pada tahap perumusan masalah. Disini Komite

Sekolah bersama dengan Kepala Sekolah ikut menentukan masalah-

masalah apa saja yang akan masuk ke dalam agenda kebijakan.

Selanjutnya Komite Sekolah juga berperan dalam memberikan saran

dan masukan terhadap alternatif yang diusulkan oleh para anggota

rapat serta ikut mengusulkan alternatif-alternatif kebijakan yang

sesuai dengan masalah-masalah yang masuk ke dalam agenda

kebijakan. Dalam penetapan kebijakan Komite Sekolah kembali

dilibatkan yaitu memilih alternatif-alternatif kebijakan yang telah

diusulkan oleh para anggota rapat dalam perumusan altenatif

kebijakan untuk ditetapkan ke dalam kebijakan sekolah.

e. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Peran Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam formulasi

kebijakan adalah memberikan arahan dan masukan terhadap

alternatif-alternatif kebijakan yang telah ditetapkan. Masukan-

masukan yang diberikan adalah terkait dengan apakah kebijakan

yang telah ditetapkan telah sesuai dan bisa menjawab permasalahan-

permasalahan yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping.

Ternyata dalam proses formulasi kebijakan, sekolah masih

menghadapi hambatan-hambatan yaitu, masih adanya para anggota baik

Page 142: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

127

dari pihak guru maupun pegawai yang tidak berperan aktif. Mereka

hanya mengikuti apa yang disampaikan oleh anggota rapat yang lain.

Padahal informasi-informasi yang didapatkan dari mereka sangat

diharapkan oleh Kepala Sekolah agar kebijakan yang diambil dapat

menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh sekolah.

5. Langkah-Langkah Formulasi Kebijakan Pengembangan Budaya

Mutu di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Dalam proses formulasi kebijakan pengembangan budaya mutu

sekolah pasca regrouping, SD N Ungaran 1 Yogyakarta melewati 4

langkah, yaitu:

a. Perumusan Masalah

Merumuskan masalah merupakan cara awal yang dilakukan

oleh SD N Ungaran 1 Yogyakarta dalam proses formulasi kebijakan.

Pada tahap ini pihak-pihak yang terlibat adalah Kepala Sekolah,

guru, pegawai, dan Komite Sekolah. Tujuan dari perumusan masalah

ini adalah untuk mendiagnosis permasalahan-permasalahan apa saja

yang telah terjadi di sekolah pasca regrouping. Hal ini sejalan

dengan pendapat dari Islamy (2000: 77-101) yang menyatakan

bahwa perumusan masalah ini dilakukan untuk memahami

permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi dan mendiagnosis

apa saja yang menjadi penyebab-penyebabnya. Dalam proses

perumusan masalah para anggota rapat dibagi dalam 2 kelompok

yaitu kelompok guru dan kelompok pegawai. Tujuannya adalah

Page 143: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

128

untuk memperoleh informasi-informasi terkait dengan masalah-

masalah yang mereka hadapi sesuai dengan bidangnya masing-

masing. Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari Islamy (2000: 77-

101) yang menyatakan bahwa perumusan masalah seharusnya

dilakukan oleh mereka yang terkena masalah.

Sebelum rapat dimulai Kepala Sekolah dan Komite Sekolah

sebagai pemimpin rapat menginstruksikan kepada guru-guru dan

pegawai-pegawai untuk membagi menjadi 2 kelompok, yaitu

kelompok guru dan kelompok pegawai. Setelah itu masing-masing

kelompok diminta untuk mendiskusikan masalah-masalah apa yang

terjadi di sekolah dan mereka rasakan pasca kebijakan regrouping di

SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Pada tahap ini diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut:

1) Kelompok Guru

Dalam tahap perumusan masalah kelompok guru membuat

4 macam masalah yang harus segera diselesaikan, yaitu:

a) Pemberian Nama Sekolah Pasca Regrouping

Penggunaan nama sekolah yang hanya

menggunakan nama salah satu sekolah yaitu SD N Ungaran

1 Yogyakarta ternyata menimbulkan konflik yaitu

kecemburuan satu sama lain. Guru meminta agar

penggunaan nama sekolah dapat diganti dengan nama baru

dan tidak menggunakan nama dari salah satu sekolah.

Page 144: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

129

b) Munculnya Gep di Antara Guru, Pegawai, dan Siswa

Guru, siswa, dan murid masih suka berkumpul

sesuai dengan asal sekolahnya masing-masing sehingga

lingkungan sekolah menjadi tidak kondusif. Hal ini

berdampak pada kualitas kerja guru dan pegawai yang

semestinya dapat saling bekerja sama. Namun karena masih

adanya gep, maka kerja sama yang dijalinpun menjadi

kurang baik karena mereka kurang akrab sehingga

canggung untuk saling bertanya jika membutuhkan bantuan.

Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi

adanya masalah gep ini.

c) Masing-Masing Pihak Masih Sering Mengunggul-

Unggulkan Sekolah Asalnya

SD N Ungaran 1 Yogyakarta lebih unggul dalam

bidang akademik meskipun demikian bukan berarti SD N

Ungaran 2 dan SD N Ungaran 3 memiliki kualitas yang

tidak baik. Hanya saja SD N Ungaran 1 memiliki kualitas

atau prestasi akademik yang lebih menonjol. Hal ini

menimbulkan saling ketidaksukaan antar guru dan pegawai

dari masing-masing sekolah asal yang berakibat pada

kualitas kinerja mereka yang menurun.

Pekerjaan-pekerjaan menjadi lebih lama

terselesaikan karena di antara pegawai maupun guru enggan

Page 145: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

130

untuk bekerjasama dalam mengerjakan tugas administrasi

sekolah karena adanya ketidaksukaan satu sama lain yang

berdampak pada lebih lamanya pekerjaan-pekerjaan

tersebut terselesaikan karena hanya dikerjakan sendiri.

d) Penggantian Seragam Identitas Sekolah Baru

Pihak guru meminta agar diadakan pergantian

seragam identitas untuk memberikan ciri khas baru bagi

sekolah pasca regrouping.

2) Kelompok Pegawai

a) Masih Terjadi Gep di Antara Pegawai Sekolah

Masih terjadi gep antara pegawai sekolah dari

masing-masing sekolah yang menimbulkan adanya sekat

atau pemisah di antara mereka. Pegawai masih suka

berkumpul dengan pegawai lain sesuai dengan sekolah

asalnya. Padahal dalam melakukan tugas khususnya

administrasi sekolah mereka dituntut untuk saling bekerja

sama mengingat beban kerja yang lebih banyak pasca

regrouping karena bertambahnya jumlah murid dan guru.

Seharusnya dengan regrouping ini jumlah pegawai

bertambah banyak dan bisa meringankan beban kerja

pegawai tetapi karena adanya gep ini maka mereka masih

sering bekerja sendiri-sendiri. Adanya masalah gep ini juga

ternyata terjadi karena masih terpisahnya ruangan-ruangan

Page 146: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

131

pegawai sesuai asal sekolah masing-masing sehingga

intensitas untuk bertemu dan saling mengenal kurang dan

mengakibatkan adanya kettidakakraban di antara mereka.

b) Banyak Pegawai yang Belum Mahir Menggunakan

Komputer

Administrasi sekolah pasca regrouping dituntut untuk

bisa dilakukan lebih cepat dan tepat untuk meningkatkan

kualitas pelayanan terhadap pelanggan karena

bertambahnya beban kerja pasca regrouping. Beban kerja

ini terutama dalam mengurus administrasi siswa dan guru

yang bertambah banyak pasca regrouping. Selama ini

belum semua pegawai menggunakan komputer sebagai alat

bantu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka karena masih

terbatasnya kemampuan dalam menggunakan komputer.

Kebanyakan masih manual ataupun meminta tolong kepada

pegawai lain yang bisa mengoperasikan komputer.

b. Penyusunan Agenda Kebijakan

Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh sekolah dalam

formulasi kebijakan pengembangan budaya mutu sekolah adalah

memilih atau menyeleksi masalah-masalah yang telah dirumuskan

oleh kelompok guru dan kelompok pegawai untuk dapat bersaing

untuk masuk ke dalam agenda kebijakan. Dari lima masalah yang

dihadapi oleh sekolah pasca regrouping, hanya tiga yang dipilih

Page 147: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

132

untuk masuk ke dalam agenda kebijakan. Ketiga masalah tersebut

penting untuk segera diselesaikan karena berdampak pada tidak

kondusifnya suasana kerja dan lingkungan sekolah sehingga kualitas

kerja guru dan pegawai menurun. Dikhawatirkan jika masalah

tersebut tidak segera mendapatkan solusi maka akan berdampak

pada penurunan kualitas sekolah. Hal ini ternyata juga sejalan

dengan pendapat dari Islamy (2000: 83) yang menyatakan bahwa

dari sekian banyak problema-problema yang umum yang muncul,

hanya sedikit yang mendapatkan perhatian dari para pembuat

kebijakan.

Pihak-Pihak yang terlibat dalam penyusunan agenda kebijakan

antara lain adalah Kepala Sekolah, guru, pegawai, dan Komite

Sekolah. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan agenda

kebijakan bersama-sama mengidentifikasi masalah-masalah yang

dianggap urgent untuk segera dicarikan solusinya. Masalah-masalah

yang dimasukkan ke dalam agenda kebijakan antara lain adalah

sebagai berikut:

1) Masih Terjadi Gep di Antara Warga Sekolah

Adanya gep yaitu guru, siswa, dan pegawai masih suka

berkumpul berdasarkan asal sekolahnya masing-masing. Jika

tidak segera diselesaikan akan memunculkan masalah baru bagi

keberlangsungan sekolah. Guru dan pegawai akan sulit

bekerjasama dalam melakukan pekerjaan sekolah karena tidak

Page 148: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

133

saling mengenal satu sama lain. Hal ini tentu saja akan

memberikan dampak panjang jika tidak segera diselesaikan

yaitu dengan terkendalanya para pegawai dalam melakukan

pekerjaan sebagai akibat dari tidak kondusifnya lingkungan

kerja karena masih adanya rasa saling tidak suka yang bisa

menjadikan kualitas sekolah justru menurun.

2) Warga Sekolah Masih Mengunggul-Unggukan Asal Sekolahnya

Masing-Masing Padahal Sekolah ini Sudah Menjadi Satu

Warga sekolah masih mengunggul-unggulkan asal

sekolahnya masing-masing padahal sekolah ini sudah menjadi

satu sehingga timbullah saling ketidaksukaan satu sama lain

yang ternyata juga berakibat pada menurunnya kualitas kerja

mereka. Para anggota rapat merasa bahwa masalah ini adalah

masalah urgent karena membuat suasana sekolah menjadi tidak

kondusif dan tidak adanya kenyamanan di sekolah yang akan

berdampak panjang terhadap penurunan kualitas sekolah.

3) Administrasi Sekolah Pasca Regrouping dituntut untuk bisa

dilakukan Lebih Cepat dan Tepat untuk Meningkatkan Kualitas

Pelayanan Sekolah

Administrasi sekolah pasca regrouping dituntut untuk bisa

dilakukan lebih cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas

pelayanan terhadap siswa. Namun ternyata masih ada pegawai

yang masih belum mahir dalam menggunakan komputer.

Page 149: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

134

Padahal saat ini kegiatan administrasi sekolah dituntut untuk

menggunakan sistem komputer. Hal ini berdampak pada lebih

lamanya pekerjaan-pekerjaan mereka terselesaikan karena

menggunakan sistem manual atau meminta bantuan pegawai

lain untuk mengerjakannya.

Sedangkan masalah-masalah yang tidak masuk ke dalam agenda

kebijakan adalah masalah-masalah yang dirasa tidak berdampak

pada penurunan kualitas sekolah, yaitu:

1) Pemberian Nama Sekolah Baru Pasca Regrouping

Pemberian nama sekolah pasca regrouping karena

menggunakan nama SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Hal ini

menimbulkan kecemburuan pada sekolah yang diregrouping

yaitu SD N Ungaran 2 Yogyakarta dan SD N Ungaran 3

Yogyakarta. Namun ternyata masalah penggantian nama ini

akan berdampak pada siswa karena siswa akan kehilangan NIS

(Nomor Induk Siswa). Jika siswa tidak memiliki NIS maka tidak

akan bisa mengikuti Ujian Nasional. Sedangkan untuk bisa

mendapatkan NIS sekolah harus mengurus kembali ke Jakarta

untuk mendapatkan NIS baru dan ini memakan waktu yang

lama. Jika masih menggunakan salah satu nama sekolah maka

siswa tidak akan kehilangan NISnya dan hanya tinggal

melakukan mutasi guru dan siswa saja.

Page 150: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

135

2) Penggantian Seragam Identitas Sekolah yang Baru

Penggantian seragam identitas sekolah untuk siswa

bertujuan untuk memberikan identitas baru sekolah. Sebelum

diregrouping sendiri ketiga sekolah tersebut sudah memiliki

seragam identitas yang sama tanpa diberi bet nama sekolah.

sehingga jika upaya ini dilakukan hanya akan mengakibatkan

pemborosan dana sekolah saja sementara pengelolaan sekolah

pasca regrouping masih membutuhkan dana yang besar.

c. Pemilihan Alternatif Kebijakan

Langkah ketiga yang dilakukan oleh sekolah dalam

memformulasikan kebijakan pengembangan budaya mutu sekolah

pasca regrouping adalah membuat usulan-usulan strategi berupa

tindakan-tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk memecahkan

masalah yang sedang dihadapi oleh sekolah. Hal ini ternyata juga

sejalan dengan pendapat dari Islamy (2000: 92) yang menyatakan

bahwa perumusan usulan kebijakan adalah kegiatan menyusun dan

mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk

memecahkan masalah. Dalam memilih alternatif-alternatif kebijakan

sekolah mengacu pada agenda kebijakan yang telah ditetapkan pada

tahap sebelumnya. Dalam tahap ini Kepala Sekolah kembali

membuat dua kelompok, yaitu kelompok guru dan kelompok

pegawai sedangkan Kepala Sekolah bersama dengan Komite

Sekolah dalam satu kelompok.

Page 151: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

136

Pada tahap pemilihan alternatif kebijakan ini Kepala Sekolah

dan Komite Sekolah juga ikut memberikan usulan alternatif-

alternatif kebijakan, yaitu:

1) Menyediakan Fasilitas yang Dapat Menunjang Proses Belajar

Siswa dan Dapat Diakses oleh Seluruh Siswa

Hal ini bertujuan untuk memberikan fasilitas yang terbaik

dan berkeadilan kepada seluruh siswa, serta dapat diakses oleh

semua siswa baik yang berada di blok timur maupun blok barat.

2) Mensosialisasikan Kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk

Tanaman dan Lingkungan Hidup) Kepada Siswa, Guru, dan

Karyawan dari Masing-Masing Sekolah yang Merupakan

Kegiatan Bawaan dari SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Alasan diusulkannya alternatif kebijakan ini karena lahan

sekolah yang luas dan banyaknya tanaman-tanaman di

lingkungan sekolah dapat dimanfaatkan untuk menanamkan

budaya cinta lingkungan. Selain itu dengan adanya kegiatan ini

dapat mengakrabkan seluruh warga sekolah karena kegiatan ini

berbentuk kerja bakti rutin dengan membersihkan lingkungan

sekolah dan menyiram tanaman-tanaman secara bersama setiap

10 menit sebelum bel masuk berbunyi sekaligus memberikan ciri

khas bagi SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Page 152: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

137

3) Meningkatkan partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Alternatif ini diusukan tujuannya adalah untuk mendukung

upaya preventif terhadap penuruan kualitas SD N ungaran 1

Yogyakarta karena orang tua adalah mitra sekolah sehingga

diharapkan orang tua juga dapat memberikan sumbangan-

sumbangan pemikiran maupun materi yang dapat membantu

sekolah dalam mengembangkan budaya mutu sekolah pasca

regrouping. Selain itu juga dapat mengakrabkan orang tua dan

guru.

Selanjutnya pada kelompok guru memberikan usulan alternatif-

alternatif kebijakan sebagai berikut:

1) Meningkatkan Profesionalitas Guru Melalui Pelatihan dan

Workshop Pengembangan Metode Pembelajaran bagi Seluruh

Guru untuk Memperkaya Metode Pembelajaran

Tujuan diusulkannya alternatif ini adalah agar guru lebih

kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran. Pasca

regrouping mereka tentu saja akan menghadapi siswa-siswa

dengan karakter yang baru dari sekolah lainnya. Guru harus

memahami karakteristik siswanya sehingga diharapkan metode

pembelajaran yang mereka gunakan dapat sesuai dengan

karakteristik siswa yang dihadapinya. Oleh sebab itu guru harus

memperkaya metode-metode pembelajaran.Guru juga dituntut

untuk kreatif dan inovatif dalam mengajar siswanya.

Page 153: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

138

2) Meningkatkan Keakraban antar Siswa Melalui Roling Kelas

untuk Menghindari Adanya Gap antar Siswa dari Masing-

Masing Sekolah

Diusulkannya alternatif ini bertujuan agar siswa dapat

saling mengenal satu sama lain. Ketika siswa dari sekolah satu

digabung dengan siswa dari sekolah lainnya maka siswa akan

dapat saling mengenal sehingga timbul keakraban di antara

mereka dan suasana kekeluargaan menjadi lebih erat. Selain itu

tujuan dari diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah untuk

menghindari munculnya gep atau kelompok-kelompok siswa

sesuai dengan sekolah asalnya dahulu.

3) Membentuk Kelas Parallel bagi Tiap-Tiap Tingkatan Kelas agar

Siswa dari Masing-Masing Sekolah Lebih Dekat dan Akrab

Alasan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah untuk

mengakrabkan siswa satu sama lain karena dalam 1 tingkatan

dibuat 1 rombel yang saling berjajar. Dalam 1 rombel terdiri dari

3 kelas yang sama tingkatannya namun berbeda asal sekolahnya.

Sehingga meskipun tidak digabung dalam satu kelas mereka

tetap bisa saling mengenal satu sama lain karena ruangan kelas

yang berjajar memungkinkan mereka untuk bisa saling bertemu

setiap hari.

Page 154: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

139

4) Mengatur Ulang Pengelolaan Perpustakaan dengan Membangun

Perpustakaan Baru

Alasan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar

seluruh siswa baik yang berasal dari SD N Ungaran 1

Yogyakarta, SD N Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD N Ungaran 3

Yogyakarta dapat memperoleh fasilitas dan pelayanan

perpustakaan yang baik dan sama, juga dapat meningkatkan

intensitas bertemu dari para siswa karena siswa tidak lagi hanya

berkunjung ke perpustakan dari asal sekolahnya. Selain itu juga

dapat meningkatkan budaya baca siswa sehingga dengan satu

alternatif kebijakan ini bisa didapatkan berbagai manfaat

sekaligus. Hal ini ternyata sejalan dengan yang perna

diungkapkan oleh Daryanto (2015: 41) yang menyatakan bahwa

sekolah yang merefleksikan budaya mutu adalah sekolah yang

pengelolaan perpustakannya dapat mendukung keefektivan

pembelajaran dan menumbuh kembangkan budaya baca warga

sekolah.

5) Menciptakan Pendidikan Berbasis Budaya Lokal untuk

Membentuk Kekhasan yang Dimiliki oleh Sekolah.

Kelompok guru mengusulkan agar sekolah tidak hanya

memiliki ciri khas pada prestasi akademik siswa saja tetapi juga

pada bidang lain seperti dalam bidang budaya. Alasannya karena

SD N Ungaran 1 Yogyakarta berada di tengah kota yang kental

Page 155: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

140

dengan nuansa budaya jogja. Sehingga guru menginginkan

adanya kegiatan yang dapat mendukung pelestarian budaya

jogja.

6) Menyediakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat

dan bakatnya melalui kegiatan ekstrakurikuler

Tujuan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar

siswa juga dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada

dalam diri mereka baik di bidang akademik maupun di luar

akademik yang tidak bisa mereka dapatkan secara maksimal

pada saat proses pembelajaran intrakurikuler. Sehingga dengan

adanya kegiatan ini potensi-potensi mereka baik di bidang

akademik maupun non akademik dapat terwadahi. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Kemendikbud (2016: 3) yang

menyatakan bahwa salah satu komponen budaya mutu adalah

dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang efektif dalam

pembentukan karakter siswa. Kegiatan ini diharapkan juga dapat

lebih mengakrabkan siswa karena adanya intensitas bertemu di

luar jam pelajaran sekolah.

Page 156: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

141

Sedangkan usulan alternatif-alternatif kebijakan dari kelompok

pegawai sekolah adalah sebagai berikut:

1) Menciptakan Keakraban antar Guru dan Pegawai Sekolah untuk

Terciptanya Suasana Kerja yang Kondusif dengan Penggabungan

Ruang Kerja

Alasan dilakukannya penggabungan ruang kerja guru dan

pegawai karena pasca regrouping ini mereka masih suka

mengelompok sesuai dengan asal sekolahnya masing-masing.

Dengan dilakukannya penggabungan ruang kerja guru dan

pegawai maka diharapkan dapat lebih mengakrabkan satu sama

lainnya karena setiap hari mereka akan berada pada ruangan yang

sama sehingga intensitas bertemu menjadi lebih tinggi. Dengan

adanya keakraban di antara mereka diharapkan juga dapat

meningkatkan kerjasama yang baik sehingga dapat memperbaiki

kualitas kerja mereka. Dengan kualitas kerja yang baik maka

diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas atau mutu

sekolah.

2) Meningkatkan Kemampuan Pegawai dalam Menggunakan

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Meningkatkan

Kualitas Pelayanan Terhadap Siswa maupun Orangtua

Tujuan diusulkannya alternatif kebijakan ini adalah agar

pegawai dapat dengan mahir dalam menggunakan Teknologi

Komunikasi dan Informasi khususnya komputer. Pasca

Page 157: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

142

regrouping sendiri tugas-tugas administrasi menjadi lebih banyak

sehingga agar tidak membuang banyak waktu hanya untuk

mengerjakan satu pekerjaan maka harus menggunaan komputer

agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat.

d. Penetapan kebijakan.

Langkah terakhir yang ditempuh oleh sekolah dalam

memformulasikan kebijakan pengembangan budaya mutu adalah

menetapkan alternatif-alternatif kebijakan yang dirasa tepat untuk

menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi sekolah

sehingga terbentuklah budaya mutu sekolah yang baru. Selain itu

alternatif kebijakan ini diharapkan juga dapat dijadikan sebagai

upaya preventif terhadap penurunan kualitas sekolah pasca

regrouping.

Pada tahap ini ternyata sekolah juga masih memberikan

usulan-usulan alternatif tambahan yang dirasa masih perlu untuk

dilakukan oleh sekolah karena pada tahap sebelumnya yaitu

pemilihan alternatif kebijakan alternatif-alternatif tersebut belum

diusulkan karena belum terpikirkan oleh para anggota rapat. Jadi

pada intinya dalam penetapan kebijakan ini sekolah ternyata masih

menyusun beberapa alternatif kebijakan kembali. Proses penetapan

kebijakan yang dilakukan oleh sekolah terjadi dalam dua tahap,

yaitu:

Page 158: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

143

1) Tahap Penetapan Kebijakan dengan Pihak Sekolah (Kepala

Sekolah, Guru, Pegawai, dan Komite Sekolah)

Penetapan kebijakan dilakukan secara bersama-sama oleh

pihak sekolah. Tahap ini adalah tahap yang dirasa paling sulit

oleh sekolah karena masing-masing kelompok menginginkan

alternatif-alternatif yang diusulkannya dapat diterima semua

keadaan seperti ini sama seperti teori dari Islamy (2000: 100)

bahwa pada tahap ini usaha-usaha untuk saling meyakinkan

orang lain tentang kebenaran dan manfaat dari rancangan

kebijakan yang dibuatnya. Dalam tahap ini juga para anggota

rapat melakukan penambahan-penambahan alternatif kebijakan

yang dirasa juga perlu dilakukan. Setelah mengidentifikasi

masing-masing alternatif maka kebijakan yang ditetapkan

adalah sebagai berikut:

(a) Menyediakan fasilitas yang dapat menunjang proses belajar

siswa dengan kegiatan melakukan penggabungan ruang

perpustakaan, penambahan ruang belajar terbuka, koleksi

buku, jaringan internet dan komputer sekolah.

Altenatif yang ditambahkan adalah penambahan unit

komputer dan pemasangan jaringan internet. Alasan

dilakukannya penambahan unit komputer dan pemasangan

jaringan internet adalah agar siswa maupun guru dapat

dengan mudah memperoleh sumber belajar dengan mencari

Page 159: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

144

materi pelajaran maupun soal-soal dengan menggunakan

internet. Hal ini juga bertujuan untuk membentuk budaya

mutu pembelajaran intrakurikuler. Prestasi akademik siswa

dapat ditingkatkan dengan kemudahan yang diberikan oleh

sekolah yang menyediakan kemudahan untuk memperoleh

sumber belajar.

(b) Melaksanakan pendidikan lingkungan hidup melalui

kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Lingkungan

Hidup) yaitu kerja bakti membersihkan lingkungan dan

menyiram tanaman setiap 10 menit sebelum KBM.

(c) Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak

dengan kegiatan membentuk Forum Orang tua Siswa dan

buku hubung.

(d) Menciptakan pembelajaran berbasis pendidikan lokal

(jogja) untuk membentuk suatu ciri khas baru bagi sekolah

pasca regrouping dengan kegiatan melaksanakan muatan

lokal karawitan dan gamelan jawa serta tari gaya jogja.

(e) Meningkatkan potensi non akademik siswa dengan

menyediakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan

minat dan bakat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler

wajib dan pilihan.

(f) Menciptakan suasana kerja yang kondusif agar terjalin

kerjasama yang baik antara guru dan pegawai dengan

Page 160: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

145

kegiatan melaksanakan rapat rutin, evaluasi dan

penggabungan ruangan kerja.

(g) Menciptakan keakraban siswa dan warga sekolah lainnya

dengan kegiatan melakukan pembentukan rombel kelas dan

menerapkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan,

Santun).

Disini terjadi sedikit perdebatan karena beberapa

pihak guru menginginkan dilakukan rolling siswa dan

rombel kelas. Namun melalui saran dari Komite Sekolah

akhirnya dapat diselesaikan dan alternatif yang dipilih

adalah rombel kelas. Rolling siswa tidak dipilih karena akan

membingungkan kegiatan administrasi siswa sehingga TU

(Tata Usaha) harus mengelola kembali administrasi siswa

dan ini akan menjadikan waktu tidak efektif. Alasannya

karena sudah banyak alternatif lainnya yang dipilih untuk

dapat mengakrabkan siswa.

(h) Meningkatkan kompetensi guru dan pegawai dengan

kegiatan workshop dan pelatihan pengembangan metode

pembelajaran dan penggunaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

Page 161: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

146

2) Tahap penetapan kebijakan dengan pihak Dinas Pendidikan

Kota Yogyakarta (Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta).

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta meminta sekolah untuk

menentukan kegiatan-kegiatan apa yang dapat menunjang

terlaksananya program-program yang telah ditentukan.

Kegiatan-kegiatan yang disarankan adalah kegiatan-kegiatan

yang sifatnya mudah untuk dilakukan, berdampak pada

terbentuknya budaya mutu sekolah yang baru, dan tidak boros

dana.

Selanjutnya agar alternatif kebijakan yang telah ditetapkan

dapat memiliki kekuatan hukum di tingkat sekolah maka Kepala

selanutnya menetapkan kebijakan tentang pengembangan budaya

mutu sekolah. Tujuannya adalah untuk melakukan upaya-upaya

preventif terhadap penurunan kualitas sekolah pasca regrouping

dengan memutuskan 8 program dan kegiatan yaitu:

1) Menyediakan fasilitas sekolah yang dapat mendukung proses

belajar siswa dengan kegiatan:

a) Melakukan penggabungan ruangan perpustakaan.

b) Melakukan penggabungan koleksi buku perpustakaan.

c) Melakukan penambahan ruang belajar terbuka.

d) Memasang jaringan internet di lingkungan sekolah.

e) Melakukan penambahan unit komputer.

Page 162: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

147

2) Mengembangkan Pendidikan Berbasis Lingkungan dengan

kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Tanaman dan

Lingkungan Hidup) melalui kerja bakti bersama membersihkan

lingkungan setiap pagi sebelum bel masuk sekolah.

3) Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak

dengan kegiatan:

a) Membentuk Forum Orang Tua Siswa (FOS).

b) Membuat buku hubung orang tua dan guru untuk memantau

perkembangan belajar siswa.

4) Menciptakan pembelajaran berbasis budaya jogja untuk

melestarikan budaya jogja dengan kegiatan:

a) Melaksanakan muatan lokal karawitan dan gamelan jawa.

b) Melaksanakan muatan lokal tari gaya jogja.

5) Meningkatkan potensi non akademik siswa dengan

mengembangkan minat dan bakat siswa melalui kegiatan:

a) Mengadakan ekstrakurikuler wajib, yaitu Baca Tulis Al-

Qur’an, karawitan, tari gaya jogja, TIK atau computer,

bahasa inggris, dan pramuka.

b) Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler pilihan, yaitu musik

dan paduan suara, pencak silat, robotic, melukis, futsal,

MTQ, Pecinta Lingkungan Hidup, pantomime, dongen dan

cerita, dokter kecil, pembuatan game edukasi, voli, tenis

meja, dan kelompok ilmiah anak.

Page 163: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

148

6) Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dengan kegiatan:

a) Melaksanakan rapat rutin dan evaluasi kerja seminggu

sekali.

b) Melaksanakan penggabungan ruangan kerja guru dan

pegawai.

7) Menciptakan keakraban antar siswa dengan kegiatan:

a) Melaksanakan pembentukan rombel kelas pada setiap

tingkatan.

b) Menerapkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan

Santun).

8) Meningkatkan kompetensi guru dan pegawai dengan kegiatan:

a) Workshop dan pelatihan pengembangan metode

pembelajaran.

b) Workshop dan pelatihan pengembangan keterampilan

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan di atas melalui

Surat Keputusan Kepala Sekolah bertujuan untuk membangun

budaya-budaya mutu yang positif pasca kebijakan regrouping.

Hal ini dibuktikan dengan dibuatnya kebijakan-kebijakan yang

berorientasi pada upaya meningkatkan profesionalitas guru,

membangun mitra dengan orang tua melalui pembuatan Forum

Orang tua Siswa (FOS), menciptakan lingkungan sekolah yang

kondusif agar terbangun budaya kerja sama di antara guru dan

Page 164: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

149

karyawan yang berasal dari sekolah yang berbeda-beda,

menyediakan fasilitas sekolah yang memadai untuk

membangkitkan minat baca dan belajar anak melalui

pembangunan perpustakaan baru yang lengkap dan membangun

ruang belajar terbuka, dan menyediakan wadah untuk

mengembangkan minat dan bakat agar siswa tidak hanya

berprestasi di bidang akademik saja. Hal ini ternyata sesuai

dengan hasil penelitian Character Education Partnership (2011:

1) yaitu budaya mutu sekolah yang positif luas mencakup etos

kerja seluruh sekolah dan individu, harapan yang tinggi untuk

belajar dan berprestasi, lingkungan yang aman dan peduli, nilai-

nilai bersama dan kepercayaan dalam bekerjasama, pedagogi

yang kuat dan kurikulum yang unggul, motivasi siswa yang tinggi

dan keterlibatan guru maksimal, budaya guru profesional, dan

kemitraan dengan keluarga dan masyarakat.

D. Keterbatasan Penelitian

Tahapan proses kebijakan menurut Widodo (2007: 43) secara teknis

dibedakan dalam tiga tahapan, yaitu formulasi kebijakan, implementasi

kebijakann, dan evaluasi kebijakan. Namun karena adanya keterbatasan

waktu dan biaya dalam penelitian ini maka penelitian ini hanya memfokuskan

pada tahap formulasi kebijakan. Selain itu pada saat pencarian data yang

berbentuk dokumen terjadi kesulitan karena dokumen-dokumen yang terkait

dengan proses formulasi kebijakan tersebut ada yang tidak dibukukan.

Page 165: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

150

Keterbatasan lainnya adalah pada informan di mana tidak semua pihak-pihak

yang terlibat dalam perumusan kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu sekolah pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta diteliti.

Keterbatasan-keterbatasan tersebut menyebabkan informasi-informasi

atau data yang diperoleh menjadi kurang lengkap. Meskipun demikian,

peneliti telah berusaha untuk memperoleh data dan informasi yang lebih

lengkap dan relevan agar dapat menjawab permasalahan penelitian dengan

berbagai cara seperti melakukan observasi yang lebih cermat dan dilakukan

beberapa kali, melakukan wawancara secara mendalam dan menguji

keabsahan data melalui triangulasi data, serta memberikan penjelasan secara

detail kepada subjek mengenai maksud dan tujuan penelitian ini agar para

informan bersedia memberikan informasi yang akurat.

Page 166: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

151

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis

lakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebijakan regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta yang diambil oleh

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

dilatarbelakangi oleh adanya persaingan antar sekolah dalam proses

penerimaan siswa baru karena SD N Ungaran 1 Yogyakarta menjadi

sekolah yang paling diminati oleh masyarakat berkat prestasi akademik

yang tinggi. Hal ini menimbulkan adanya kecemburuan antara satu

sekolah dengan sekolah lainnya. Ditambah lagi lokasi sekolah yang

menjadi satu lahan mengakibatkan persaingan yang terjadi terasa jelas

sekali. Oleh sebab itu pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta melakukan regrouping pada ketiga sekolah ini, sehingga

selain dapat mengatasi adanya persaingan tersebut kebijakan regrouping

pada ketiga sekolah ini juga dapat bermanfaat bagi efisiensi biaya

penyelenggaraan pendidikan.

2. Budaya mutu yang dimilki oleh masing-masing sekolah adalah SD N

Ungaran 1 Yogyakarta menonjol dalam bidang akademik dan budaya

cinta lingkungan, SD N Ungaran 2 Yogyakarta menonjol dalam bidang

pembelajaran berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi),

bidang akademik, dan budaya religious. Sedangkan SD N Ungaran 3

Yogyakarta menonjol dalam mengembangakn metode pembelajaran

Page 167: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

152

berbasis bermain sambil belajar yang didukung oleh banyaknya guru-

guru wiyata yang masih berusia mudan dan kreatif, serta unggul dalam

bidang seni dan budaya yaitu seni tari gaya jogja.

3. Latar Belakang dibuatnya kebijakan pengembangan budaya mutu di SD

N Ungaran 1 Yogyakarta pasca kebijakan regrouping yaitu; 1) adanya

kesulitan para warga sekolah dalam melakukan adaptasi kembali dengan

lingkungan sekolah pasca regrouping karena masih terbentuknya

kelompok-kelompok atau gep sesuai dengan asal sekolahnya masing-

masing, 2) masih adanya konflik di antara guru karena masih

mengunggul-unggulkan sekolah asalnya masing-masing sehingga timbul

saling ketidaksukaan, 3) dan sekolah belajar dari konflik-konflik yang

terjadi pada sekolah lain yang diregrouping yang salah satunya adalah

masalah pengelolaan sekolah yang kurang baik dan ketidaksiapan mereka

terhadap kebijakan regrouping yang menyebabkan turunnya kualitas

sekolah pasca regrouping. Sekolah sadar bahwa jika masalah-masalah

tersebut tidak segera mendapatkan solusi maka bisa jadi kualitas SD N

Ungaran 1 Yogyakarta dapat menurun. Sehingga kebijakan ini lebih tepat

disebut sebagai upaya preventif terhadap penurunan kualitas SD N

Ungaran 1 Yogyakarta.

4. Proses formulasi kebijakan dilakukan oleh; 1) Kepala Sekolah dengan

perannya memimpin jalannya proses perumusan kebijakan, menggali

informasi-informasi mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh

sekolah dari guru dan pegawai sekolah, memberikan masukan terhadap

Page 168: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

153

alternatif-alternatif yang sebaiknya diambil oleh sekolah, memberikan

keputusan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan, 2) guru dan pegawai

yang berperan menyampaikan informasi-informasi terkait dengan

masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping,

menentukan alternatif-alternatif kebijakan yang dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sekolah, ikut terlibat

dalam penetapan kebijakan melalui negosiasi dengan seluruh anggota

rapat, 3) Komite Sekolah berperan menentukan masalah-masalah yang

akan masuk ke agenda kebijakan berdasarkan tingkat urgensinya sesuai

dengan permasalahan-permasalahan yang telah ditentukan oleh pihak

sekolah, ikut mencarikan solusi atau altenatif-alternatif kebijakan

terhadap permasalahan yang dihadapi oleh sekolah, ikut memberikan

saran dan masukan terhadap alternatif-alternatif kebijakan yang

diusulkan oleh anggota rapat yang lainnya, menetapkan alternatif-

alternatif kebijakan yang telah dipilih untuk menjadi sebuah kebijakan, 4)

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta berperan memberikan arahan dan

masukan terhadap alternatif-alternatif kebijakan yang telah ditetapkan

apakah sesuai atau layak untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi

oleh sekolah.

Page 169: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

154

5. Langkah-langkah dalam formulasi kebijakan pengembangan budaya

mutu sekolah di SD N Ungaran 1 Yogyakarta:

a. Perumusan Masalah

Proses ini dilakukan dengan membagi 2 kelompok, yaitu

kelompok guru dengan usulan masalah tentang pemberian nama

sekolah pasca regrouping agar mengganti nama sekolah dan tidak

menggunakan salah satu nama sekolah, munculnya gep di antara

guru, pegawai, dan siswa yang menyebabkan lingkungan sekolah

menjadi tidak kondusif, masih suka mengunggul-unggulkan sekolah

asalnya masing-masing sehingga timbul saling ketidaksukaan satu

sama lain yang juga menyebabkan suasana sekolah menjadi tidak

kondusif, dan pergantian seragam identitas sekolah agar ada ciri khas

baru bagi sekolah pasca regrouping. Sedangkan dari pihak pegawai

mengusulkan, bahwa masih adanya gep di antara pegawai sekolah

sehingga masih enggan untuk menjalin kerjasama dalam melakukan

tugas administrasi sekolah dan masih banyaknya para pegawai yang

belum mahir menggunakan komputer. Padahal beban kerja pasca

regrouping lebih besar dan dituntut untuk cepat dan tepat dalam

menyelesaikan pekerjaannya. Oleh sebab itu diperlukan

keterampilan dalam mengoperasikan komputer.

b. Agenda Kebijakan

Masalah yang masuk ke dalam agenda kebijakan adalah

masalah adanya gep di antara warga sekolah pasca regrouping,

Page 170: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

155

masih ada pihak yang suka mengunggul-unggulkan sekolahnya

masing-masing sehingga berdampak pada tidak kondusifnya suasana

kerja dan lingkungan sekolah, serta masih terdapat pegawai yang

belum mahir mengoperasikan komputer untuk kegiatan administrasi

sekolah padahal beban kerja bertambah banyak pasca regrouping

dan kegiatan administrasi dituntut untuk menggunakan sistem

komputer agar cepat dan tepat. Sedangkan masalah yang tidak

dipilih adalah masalah yang dirasa tidak akan berdampak pada

penurunan kualitas sekolah, yaitu penggantian seragam baru dan

pemberian nama baru untuk sekolah.

c. Pemilihan Alternatif Kebijakan

Alternatif-alternatif kebijakan yang diambil oleh Kepala

Sekolah dan Komite Sekolah adalah menyediakan fasilitas yang

dapat menunjang proses belajar siswa dan dapat diakses oleh seluruh

siswa, mensosialisasikan kegiatan SEMUTLIS kepada siswa, guru,

dan karyawan dari masing-masing sekolah, dan meningkatkan

partisipasi orang tua dalam pendidikan anak. Kelompok guru adalah

meningkatkan profesionalitas guru melalui pelatihan dan workshop

pengembangan metode pembelajaran bagi seluruh guru,

meningkatkan keakraban antar siswa melalui rolling kelas,

membentuk kelas parallel bagi tiap-tiap tingkatan kelas agar siswa

dari masing-masing sekolah lebih dekat dan akrab, mengatur ulang

pengelolaan perpustakaan dengan membangun perpustakaan baru

Page 171: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

156

agar seluruh siswa dapat memperoleh fasilitas dan pelayanan

perpustakaan yang baik juga dapat meningkatkan intensitas bertemu

dari para siswa, menciptakan pendidikan berbasis budaya lokal untuk

membuat kekhasan yang dimiliki oleh sekolah, dan menyediakan

wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya

melalui kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan kelompok pegawai

adalah menciptakan keakraban antar guru dan pegawai sekolah

untuk terciptanya suasana kerja yang kondusif dengan penggabungan

ruang kerja dan meningkatkan kemampuan pegawai dalam

menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk

meningkatkan kualitas pelayanan terhadap siswa maupun orangtua.

d. Penetapan Kebijakan

Proses penetapan kebijakan dilakukan melalui 2 tahap,

yaitu penetapan kebijakan bersama pihak sekolah dan penetapan

kebijakan dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Kebijakan

yang ditetapkan bersama dengan pihak sekolah adalah

menyediakan fasilitas yang dapat menunjang proses belajar siswa

dengan kegiatan melakukan penggabungan ruang perpustakaan,

penambahan ruang belajar terbuka, koleksi buku, jaringan internet

dan komputer sekolah, melaksanakan pendidikan lingkungan hidup

melalui kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Lingkungan

Hidup) yaitu kerja bakti membersihkan lingkungan dan menyiram

tanaman setiap 10 menit sebelum KBM, meningkatkan partisipasi

Page 172: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

157

orang tua dalam pendidikan anak dengan kegiatan membentuk

Forum Orang tua Siswa dan buku hubung, menciptakan

pembelajaran berbasis pendidikan lokal (jogja) untuk membentuk

suatu ciri khas baru bagi sekolah pasca regrouping dengan

kegiatan melaksanakan muatan lokal karawitan dan gamelan jawa

serta tari gaya jogja, meningkatkan potensi non akademik siswa

dengan menyediakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan

minat dan bakat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler wajib dan

pilihan, menciptakan suasana kerja yang kondusif agar terjalin

kerjasama yang baik antara guru dan pegawai dengan kegiatan

melaksanakan rapat rutin, evaluasi dan penggabungan ruangan

kerja, menciptakan keakraban siswa dan warga sekolah lainnya

dengan kegiatan melakukan pembentukan rombel kelas dan

menerapkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun),

meningkatkan kompetensi guru dan pegawai dengan kegiatan

workshop dan pelatihan pengembangan metode pembelajaran dan

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sedangkan

pada tahap penetapan kebijakan bersama Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta diperoleh saran dan masukan agar sekolah menentukan

kegiatan-kegiatan apa yang dapat menunjang terlaksananya

program-program yang telah ditentukan. Kegiatan-kegiatan yang

disarankan adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya mudah untuk

dilakukan, berdampak pada terbentuknya budaya mutu sekolah

Page 173: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

158

yang baru, dan tidak boros dana. Setelah melalui keputusan secara

bersama-sama Kepala Sekolah menetapkan kebijakan tentang

pengembangan budaya mutu sekolah agar kebijakan ini memiliki

kekuatan hukum pada tingkat sekolah dan dapat dilaksanakan oleh

sekolah.

B. Saran

Setelah dilakukan pembahasan dari berbagai macam temuan pada data-

data yang diperoleh oleh peneliti maka diajukan saran agar dalam proses

formulasi kebijakan sekolah, hendaknya para aktor pembuat kebijakan

khususnya guru dan pegawai dapat secara aktif terlibat mulai dari proses

perumusan masalah hingga penetapan kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh data bahwa masih adanya pihak-pihak dari guru dan pegawai yang

hanya pasif dan tidak mau memberikan informasi-informasinya terkait

dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah dan ide-idenya terkait

dengan alternatif-alternatif kebijakan untuk menjawab masalah-masalah yang

dihadapi oleh sekolah. Padahal informasi-informasi dan ide-ide dari mereka

sangat diperlukan agar kebijakan yang diambil oleh sekolah benar-benar

sesuai dengan masalah yang dialami oleh sekolah.

Page 174: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

159

DAFTAR PUSTAKA

Character Education Partnership. (2011). “Developing and Assessing School

Culture: A New Level of Accountability for School”. Connecticut Ave,

NW, Suite 1011 Washington, DC 20036. http://www.rucharacter.org.

diakses pada tanggal 12 Oktober 2016, Jam 12.32 WIB.

Daryanto. (2015). Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah. Yogyakarta: Penerbit

Gava Media.

European University Association (EUA). (2006). Quality Culture in European

Universities: A Bottom-Up Approach. Report on The Three Rounds of The

Quality Culture Project 2002-2006. Brussels: EUA. DIakses dari

http://www.eua.be/publications pada tanggal 5 November 2016 pukul 08.00

WIB.

Dikti. (2016). Naskah Akademik Rancangan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Kemendikbud.

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2016). Panduan Lomba Budaya Mutu di

Sekolah Dasar Tahun 2016. Jakarta: Kemendikbud.

Dwi Budi Susanto. (2009). Pengaruh Penggabungan Sekolah (Regrouping)

Terhadap Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan Se-

Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. Skripsi. UM.

H.A.R. Tilaar & Riant Nugroho. (2012). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Husein Umar. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Kepmendagri Nomor 421.2/2501/bangda. tentang Pedoman Pelaksanaan

Penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar.

Keputusan Kemendiknas Nomor 060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian

Sekolah.

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor 188/ADP/3073

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) pada Satuan Pendidikan.

Ronny Kountur. (2007). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.

Edisi Revisi. Jakarta: PPM.

Page 175: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

160

Malhi, Ranjit Singh. (2013). Creating and Sustaining: A Quality Culture.

Research Article. Hlm. 2-3.

Marsono. (2003). Problem-Problem dalam Penyelenggaraan Sekolah Dasar yang

Diregrouping di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Skripsi. FIP UNY.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyadi. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya

Mutu. Malang: Uin Maliki Press.

Murdono dan Sutama. (2012). Pengelolaan Sekolah Dasar Regrouping (Studi

Situs SDN Gondosuli 2 dan 3 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang).

Penelitian. UMS.

Moh. Arobi, Sutama, & Ahmad Muhibbin. (2013). Pengembangan Budaya Mutu

di SMK PGRI 1 Karanganyar. Jurnal Penelitian. Hlm. 16-17.

M. Irfan Islamy. (2000). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:

Sinar Grafika.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nanang Fattah. (2012). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 Tahun 2014 tentang Pedoman

Regrouping Satuan Pendidikan.

Poerwanto. (2008). Budaya Perusahaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samudera Wibawa. (1994). Politik Perumusan Kebijakan Publik. Jakarta: Raja

Grafindo.

Setyo Teguh Widodo. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam

Peningkatan Mutu Sekolah (Studi Kasus pada Sekolah Regrouping di SDN

Petompon 02). Jurnal Thesis. UNNES.

Siti Irene Astuti. (2014). Modal Sosial dalam Pengembangan Pendidikan:

Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Page 176: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

161

Siti Irene Astuti dan Rini Widiowati. (2014). School Resiliency and Social Capital

of Regrouping Policy After Merapi Eruptiom in The Special District of

Yogyakarta of Indonesia (A Case Study at SD Umbulharjo 2, Sleman,

Special District of Yogyakarta). Jurnal International. Hlm. 521-522.

Solichin Abdul Wahab. (2008). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang:

UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

________________. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sulistyo Basuki. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Sudiyono, Mada Sutapa & Nurtanio Agus Purwanto. (2009). Dampak Regrouping

Sekolah Dasar: Kasus SD Pakem 1 di Kecamatan Pakem Kabupaten

Sleman. Jurnal Penelitian. Hlm. 23.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D).Bandung: Alfabeta.

_________. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D).Bandung: Alfabeta.

_________. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D).Bandung: Alfabeta.

_________. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suwarto. (2016). Manajemen Konflik Sekolah Regrouping di SD Negeri

Pucangsawit Surakarta. Jurnal Tesis. Hlm 118.

Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, dan

Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syaiful Anwar. (2014). Pengembangan Budaya Mutu dalam Meningkatkan

Kualitas Madrasah di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Kota Bandar Lampung.

Jurnal Skripsi. Hlm. 458-486.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. (2003). Bandung: Citra Umbara.

Page 177: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

162

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional

(Propenas) Tahun 2000-2004.

Page 178: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

163

LAMPIRAN

Page 179: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

164

LAMPIRAN 1

Surat Ijin Penelitian

Page 180: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

165

Lampiran 1.1. Surat Izin Penelitian dari Dinas Peizinan Kota Yogyakarta

Page 181: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

166

Lampiran 1.2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan

Page 182: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

167

Lampiran 1.3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 183: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

168

LAMPIRAN 2

Catatan Lapangan

Page 184: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

169

Lampiran 2.1. Catatan Lapangan

CATATAN LAPANGAN

CATATAN LAPANGAN HARI PERTAMA

Hari/Tanggal : Selasa, 29 November 2016

Waktu : 09.00-13.30 WIB

Tempat : 1. Dinas Perijinan Kota Yogyakarta

2. SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Kegiatan : 1. Mengurus administrasi perijinan

2. Mengantar surat ijin penelitian ke SD N Ungaran 1

Yogyakarta

Deskripsi : Kegiatan pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan

hak yang bersifat administratif yaitu berupa surat perijinan

penelitian di Dinas Perijinan Kota Yogyakarta setelah

sebelumnya mendapatkan surat pengantar dari Subbag Fakultas

Ilmu Pendidikan UNY. Pada pukul 08.30 WIB peneliti telah

sampai di Dinas Perijinan Kota Yogyakarta dengan membawa

proposal dan surat pengantar dari universitas. Selanjutnya

peneliti menyerahkan surat pengantar dan proposal tersebut ke

loket. Setelah di proses kemudian peneliti mendapatkan surat ijin

penelitian pada pukul 11.00 WIB. Selanjutnya peneliti menuju ke

SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Sebelumnya peneliti meminta ijin

kepada security untuk bertemu dengan kepala sekolah SD N

Page 185: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

170

Ungaran 1 Yogyakarta. Namun karena kepala sekolah sedang

tidak berada di sekolah maka surat ijin diserahkan kepada staf

TU. Kemudian staf TU meminta peneliti untuk kembali lagi ke

sekolah keesokan harinya.

CATATAN LAPANGAN HARI KEDUA

Hari/Tanggal : Rabu, 30 November 2016

Waktu : 07.30-12.00 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1Yogyakarta

Kegiatan : 1. Membuat jadwal wawancara dengan informan bersama

dengan kepala sekolah.

2. Meminta dokumen sekolah tentang profil sekolah

Deskripsi : Pada pukul 07.30 WIB peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Sebelum masuk ke sekolah seperti biasanya peneliti

meminta ijin kepada security. Kemudian peneliti bertemu dengan

kepala sekolah SD N Ungaran 1 Yogyakarta yaitu Ibu Dwi Atmi

Sutarini. Peneliti bersama dengan kepala sekolah menentukan

siapa-siapa saja yang akan menjadi informan berdasarkan

rekomendasi dari kepala sekolah dan membuat jadwal untuk

wawancara dengan para informan. Setelah jadwal terbentuk

kemudian peneliti bertanya tentang sejarah sekolah regrouping di

SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Namun karena Ibu Dwi Atmi

Sutarini baru menjabat sebagai kepala sekolah pada tahun 2014

sedangkan sekolah di regrouping pada tahun 2012 maka beliau

Page 186: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

171

meminta peneliti untuk bertanya langsung kepada Dinas

pendidikan Kota Yogyakarta. Selanjutnya peneliti menemui

salah satu pegawai TU untuk meminta profil sekolah. Setelah

mendapatkan buku profil sekolah peneliti kemudian berpamitan.

CATATAN LAPANGAN HARI KETIGA

Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Desember 2016

Waktu : 08.00-12.30 WIB

Tempat : 1. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

2. SD N Ungaran 1Yogyakarta

Kegiatan : 1. Mengantarkan surat ijin wawancara ke Dinas Pendidikan

Kota Yogyakarta

2. Melakukan observasi tentang lingkungan dan aktivitas yang

ada di sekolah

Deskripsi : Pada pukul 08.00 peneliti telah sampai di Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta untuk mengantarkan surat ijin untuk melakukan

wawancara dengan bagian Dikdas. Peneliti menyerahkan surat di

bagian informasi. Kemudian peneliti diminta kembali lagi ke

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada hari Senin, 12

Desember 2016 untuk melakukan wawancara. Selanjutnya

peneliti menuju ke SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Pada pukul

09.30 WIB peneliti meminta ijin kepada security untuk

melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Setelah selesai

melakukan pengamatan peneliti kemudian berpamitan.

Page 187: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

172

CATATAN LAPANGAN HARI KEEMPAT

Hari/Tanggal : Senin, 12 Desember 2016

Waktu : 08.00-09.00 WIB

Tempat : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Kegiatan : 1. Melakukan wawancara dengan Bapak Aris di bagian Dikdas.

Deskripsi : Pada pukul 08.00 WIB peneliti sudah sampai di Dinas

Pendidikan Kota Yogyakara. Sebelum melakukan wawancara

peneliti terlebih dahulu menghubungi bagian informasi, setelah

itu peneliti mendapatkan arahan dari bagian informasi dan

diminta menuju ke bagian Dikdas di lantai 3. Peneliti bertemu

dengan Bapak Aris Widodo selaku Kasie. Manajemen Sekolah

Dasar untuk melakukan wawancara mengenai sejarah

dilakukannya regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Setelah wawancara dirasa cukup kemudian peneliti berpamitan

untuk kemudian kembali ke kampus.

CATATAN LAPANGAN HARI KELIMA

Hari/Tanggal : Rabu, 14 Desember 2016

Waktu : 11.00-12.00 WIB

Tempat : Gedung Pascasarjana UNY

Kegiatan : 1. Wawancara dengan Komite Sekolah

Deskripsi : Pada pukul 11.00 WIB peneliti telah sampai di kantor dosen BK

pascasarjana UNY. Peneliti langsung bertemu dengan Bapak

Muhammad Farozin dosen Program Studi Bimbingan dan

Page 188: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

173

Konseling UNY selaku Ketua Komite Sekolah SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan

Bapak Muhammad Farozin terkait dengan bagaimana proses

perumusan kebijakan pengembangan budaya mutu pada sekolah

regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Setelah data yang

diperoleh dirasa cukup kemudian peneliti berpamitan dan

mengucapkan terima kasih.

CATATAN LAPANGAN HARI KEENAM

Hari/Tanggal : Jum’at, 16 Desember 2016

Waktu : 09.00-12.00 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Kegiatan : 1. Wawancara dengan Kepala Sekolah

2. Melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekolah

Deskripsi : Pada pukul 09.00 WIB peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Seperti biasa peneliti meminta ijin terlebih dahulu

kepada security untuk bertemu dengan kepala sekolah. Setelah

diijinkan kemudian peneliti menuju ke ruang kepala sekolah dan

bertemu dengan kepala sekolah untuk melakukan wawancara

terkait dengan bagaimana proses perumusan kebijakan sekolah

dalam mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping,

siapa saja pihak yang terlibat dalam perumusan kebijakan, dan

bagaimana bentuk-bentuk pengembangan kebijakan. Setelah data

yang diperoleh dirasa cukup peneliti kemudian meminta ijin

Page 189: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

174

untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Peneliti

mengamati fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah. Setelah data

dirasa cukup peneliti kemudian berpamitan.

CATATAN LAPANGAN HARI KETUJUH

Hari/Tanggal : Senin, 19 Desember 2016

Waktu : 12.00-12.30 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Kegiatan : 1. Melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah SD N

Ungaran 1 Yogyakarta

Deskripsi : Pada pukul 12.00 peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Peneliti kemudian langsung menuju ruang kepala

sekolah. Setelah bertemu dengan Kepala Sekolah peneliti

langsung melakukan wawancara tentang bentuk-bentuk

pengembangan kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Setelah data yang diperoleh dirasa cukup peneliti

kemudian berpamitan.

Page 190: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

175

CATATAN LAPANGAN HARI KEDELAPAN

Hari/Tanggal : Rabu, 21 Desember 2016

Waktu : 08.00-09.30 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1Yogyakarta

Kegiatan : 1. Melakukan wawancara dengan guru

Deskripsi : Pada pukul 08.00 WIB peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Seperti biasa peneliti meminta ijin terlebih dahulu

kepada security untuk melakukan wawancara dengan guru dan

siswa. Setelah diijinkan kemudian peneliti menuju ke ruang guru

untuk bertemu dengan Ibu Lestari selaku guru kelas 6 yang

dahulu berasal dari SD N Ungaran 3 Yogyakarta. Setelah

bertemu dengan guru tersebut peneliti kemudian melakukan

wawancara terkait dengan keterlibatannya dalam proses

pembuatan kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya

mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta,

bagaimana proses perumusan kebijakan sekolah, dan bagaimana

bentuk-bentuk pengembangan kebijakan sekolah dalam

mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta. Setelah data dirasa cukup peneliti

kemudian berpamitan.

Page 191: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

176

CATATAN LAPANGAN HARI KESEMBILAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Desember 2016

Waktu : 07.30 - 08.15 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1Yogyakarta

Kegiatan : 1. Melakukan wawancara dengan guru

Deskripsi : Pada pukul 07.30 WIB peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Seperti biasanya peneliti harus meminta ijin terlebih

dahulu kepada security untuk melakukan wawancara dengan

guru. Seetelah diijinkan peneliti kemudian menuju ruang guru

dan menemui Ibu Lestari selaku guru kelas 6 yang dahulu berasal

dari SD N Ungaran 3 Yogyakarta. Wawancara yang dilakuka

adalah tentang apa saja yang menjadi alternatif kebijakan sekolah

dalam mengembagnkan budaya mutu pada saat proses

perumusan kebijakan. Setelah data dirasa cukup peneliti

kemudian berpamitan.

Page 192: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

177

CATATAN LAPANGAN HARI KESEPULUH

Hari/Tanggal : Selasa, 27 Desember 2016

Waktu : 09.30-11.45 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1Yogyakarta

Kegiatan : 1. Melakukan wawancara dengan Kepala Perpustakaan

2. Melakukan pengamatan terhadap fasilitas-fasilitas

perpustkaaan

Deskripsi : Pada pukul 09.30 peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Seperti biasa peneliti meminta ijin terlebih dahulu

kepada security untuk melakukan wawancara. Setelah diijinkan

peneliti menuju ruang perpustakaan dan menemui Ibu Ningrum

selaku kepala perpustakaan. Kemudian peneliti melakukan

wawancara terkait dengan perannya dalam proses perumusan

kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu pada

sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta, bagaimana

proses perumusan kebijakan tersebut dan bagaimana bentuk-

bentuk pengembangan kebijakan khususnya dalam pengelolaan

perpustakaan sekolah. setelah data dirasa cukup peneliti

kemudian berpamitan.

Page 193: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

178

CATATAN LAPANGAN HARI KESEBELAS

Hari/Tanggal : Kamis, 29 Desember 2016

Waktu : 10.30-11.00 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1Yogyakarta

Kegiatan : 1. Melakukan wawancara dengan Kepala Perpustakaan

Deskripsi : Pada pukul 10.30 peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta untuk melakukan wawancara dengan pegawai

perpustakaan. Seperti biasa peneliti meminta ijin terlebih dahulu

kepada security dan setelah diijinkan peneliti kemudian menuju

ruang TU. Disana pegawai perpustakaan yang juga sebagai

kepala perpustakaan yang bernama Ibu Ningrum telah menunggu

peneliti di ruang tamu yang ada di ruang TU. Kemudian setelah

mempersiapkan pedoman wawancara dan alat perekam kemudian

peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Ningrum. Hal-hal

yang peneliti tanyakan adalah mengenai bentuk-bentuk

pengembangan kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta terutama dalam pengelolaan perpustakaan dan

siapakah yang membuat program-program perpustkaan tersebut.

Setelah data dirasa cukup peneliti kemudian berpamitan.

Page 194: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

179

CATATAN LAPANGAN HARI KEDUABELAS

Hari/Tanggal : Kamis, 5 Januari 2017

Waktu : 09.00-09.30 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Kegiatan : 1. Melakukan wawancara dengan siswa

Deskripsi

: Pada pukul 09.00 tepatnya ketika jam istirahat pertama peneliti

bertemu dengan salah seorang siswa kelas 6 yang bernama Avriz

untuk melakukan wawancara. Setelah bertemu kemudai peneliti

mengajukan 2 pertanyaan tentang aktivitas-aktivitas dalam

pembelajaran intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Setelah

data dirasa cukup peneliti kemudian berpamitan.

CATATAN LAPANGAN HARI KETIGABELAS

Hari/Tanggal : Jum’at, 6 Januari 2017

Waktu : 06.30-09.00 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1Yogyakarta

Kegiatan : 1. Melakukan dokumentasi terhadap kegiatan penelitian

Deskripsi : Pada pukul 06.30 peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Seperti biasa peneliti terlebih dahulu meminta ijin

kepada security untuk melakukan dokumentasi kegiatan

penelitian. Setelah diijinkan kemudian peneliti mulai mengambil

foto di lingkungan sekolah mulai dari simbol-simbol dan slogan,

fasilitas sekolah, dan aktivitas atau kegiatan di sekolah. setelah

data dirasa cukup peneliti kemudian berpamitan.

Page 195: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

180

CATATAN LAPANGAN HARI KEEMPATBELAS

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Januari 2017

Waktu : 11.30

Tempat : SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Kegiatan : 1. Meminta dokumen sekolah tentang aturan-aturan dan tata

tertib sekolah

Deskripsi : Pada pukul 11.30 peneliti datang ke SD N Ungaran 1Yogyakarta

untuk menemui Bapak Dede selaku guru kelas untuk meminta

data tentang aturan-aturan dan tata tertib yang dibuat oleh

sekolah sebagai pengembangan kebijakan sekolah. Peneliti juga

melakukan wawancara terkait dengan aturan-aturan dan tata

tertib sekolah yang masih belum peneliti pahami. Setelah data

dirasa cukup dan peneliti paham, peneliti kemudian berpamitan.

CATATAN LAPANGAN HARI KELIMABELAS

Hari/Tanggal : Senin, 16 Januari 2017

Waktu : 08.30-10.00 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Kegiatan : 1. Meminta data tentang program-program sekolah

2. Mengurus surat keterangan telah selesai melakukan

penelitian.

Deskripsi : Pada pukul 08.30 WIB penelitit telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Seperti biasanya peneliti meminta ijin terlebih

dahulu kepada security untuk bertemu dengan Bapak Dede untuk

Page 196: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

181

meminta data-data tentang program-program yang dibuat oleh

sekolah sebagai tindak lanjut dari keputusan kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta. Selanjutnya peneliti menemui Ibu

Ningrum untuk meminta surat keterangan telah melakukan

penelitian. Setelah bertemu dengan Ibu Ningrum dan beliau telah

menyetujui permintaan surat keterangan penelitian peneliti

kemudian berpamitan.

CATATAN LAPANGAN HARI KEENAMBELAS

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Januari 2017

Waktu : 08.00-09.00 WIB

Tempat : SD N Ungaran 1 Yogyakarta

Kegiatan : 1. Berpamitan dengan pihak-pihak yang menjadi informan

penelitian

Deskripsi : Pada pukul 08.00 peneliti telah sampai di SD N Ungaran 1

Yogyakarta. Seperti biasa peneliti terlebih dahulu menemui

security untuk meminta ijin masuk ke sekolah. Setelah diijinkan

peneliti kemudian menuju ruang kepala sekolah untuk bertemu

dengan Kepala Sekolah yaitu Ibu Dwi Atmi Sutarini. Setelah itu

peneliti kemudian mengucapkan terima kasih atas bantuan yang

telah diberikan selama proses penelitian berlangsung dan

selanjutnya peneliti berpamitan. Kemudian peneliti bertemu

dengan Ibu Ningrum selaku Kepala Perpustakaan untuk

Page 197: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

182

berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas bantuan yang

telah diberikan selama penelitian berlangsung. Setelah itu

peneliti bertemu dengan guru dan siswa kelas 6 yang kebetulan

masih berada di ruang kelas saat jam istirahat berlangsung.

Peneliti kemudian berpamitan kepada guru dan siswa serta

memberikan kenang-kenangan untuk siswa sebagai ucapan

terima kasih.

Page 198: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

183

LAMPIRAN 3

Pedoman Observasi, Dokumentasi, dan

Wawancara

Page 199: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

184

Lampiran 3.1. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

1. Mengamati Kondisi Lingkungan Sekolah

a. Slogan atau simbol-simbol yang ada di sekolah.

b. Kondisi bangunan fisik sekolah.

c. Sarana dan prasarana sekolah.

Page 200: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

185

Lampiran 3.2. Pedoman Dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Arsip Tertulis

a. Profil SD Ungaran 1 Yogyakarta pasca regrouping

b. Visi dan misi sekolah

c. Data guru, pegawai, dan siswa

d. Dokumen tetang kebijakan sekolah

2. Foto

a. Gedung sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

b. Sarana dan prasarana sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta

Page 201: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

186

Lampiran 3.3. Pedoman Wawancara untuk Kepala Sekolah

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA

MUTU PADA SEKOLAH REGROUPING

A. Sumber Data/Informan : Kepala Sekolah

B. Daftar Pertanyaan :

1. Apa latar belakang dibuatnya kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

2. Apa peran anda dalam proses perumusan kebijakan sekolah dalam

mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran

1 Yogyakarta?

3. Bagaimana perumusan masalah pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

4. Bagaimana penyusunan agenda kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

5. Bagaimana pemilihan alternatif kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

6. Bagaimana penetapan kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

Page 202: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

187

Lampiran 3.4. Pedoman Wawancara untuk Guru, dan Pegawai Sekolah

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA

MUTU PADA SEKOLAH REGROUPING

A. Sumber Data/Informan : Guru dan Pegawai

B. Daftar Pertanyaan :

1. Bagaimana budaya mutu masing-masing sekolah sebelum diregrouping?

2. Apa latar belakang dibuatnya kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

3. Apa peran anda dalam proses perumusan kebijakan sekolah dalam

mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta?

4. Bagaimana perumusan masalah pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran

1 Yogyakarta?

5. Bagaimana penyusunan agenda kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran

1 Yogyakarta?

6. Bagaimana pemilihan alternatif kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran

1 Yogyakarta?

7. Bagaimana penetapan kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran

1 Yogyakarta?

Page 203: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

188

Lampiran 3.5. Pedoman Wawancara untuk Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA

MUTU PADA SEKOLAH REGROUPING

A. Sumber Data/Informan : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

B. Daftar Pertanyaan :

1. Apa latar belakang dilakukannya regrouping sekolah di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

2. Bagaimana budaya mutu masing-masing sekolah sebelum diregrouping?

3. Apa peran Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam proses perumusan

kebijakan sekolah dalam mengembangkan budaya mutu pada sekolah

regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

Page 204: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

189

Lampiran 3.6. Pedoman Wawancara untuk Komite Sekolah

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA

MUTU PADA SEKOLAH REGROUPING

A. Sumber Data/Informan : Komite Sekolah

B. Daftar Pertanyaan :

1. Apa latar belakang dibuatnya kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

2. Apa peran Komite Sekolah dalam proses perumusan kebijakan sekolah

dalam mengembangkan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N

Ungaran 1 Yogyakarta?

Page 205: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

190

LAMPIRAN 4

Transkip Hasil Wawancara

Page 206: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

191

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

1. Apa latar belakang dilakukannya regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

AW :

“Jadi alasan dilakukannya regrouping itu adalah untuk efisiensi dan

efektivitas. Nah, kalau di SD N Ungaran sendiri kenapa di regrouping ya

karena memang kebetulan SD N Ungaran 1 Yogyakarta, SD N Ungaran 2

Yogyakarta, dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta itu kan lokasinya itu menjadi

satu ada di satu lahan. Tapi kualitasnya berbeda-beda meskipun demikian

kan masing-masing sekolah juga punya kelebihannya masing-masing. Kalau

dulu SD N Ungaran 1 Yogyakarta sebelum diregrouping ya memang sudah

jadi sekolah yang kualitasnya bagus. Sekolah unggul atau teladan jadi

sebutannya. Berbeda dengan dua sekolah lainnya. Dilihat dari prestasi ya

berbeda kalau dibandingkan dengan Ungaran 1. Tapi kan tetep ya mbak 2

sekolah itu punya kelebihan masing-masing mungkin bukan di prestasi

akademik. Ungaran 2 punya banyak guru wiyata jadi KBM terbantu sekali.

Daya tampung sekolah kan juga berbeda-beda. SD N Ungaran 1 dan 2

kelasnya ada 12 rombel. Ungaran 3 itu lebih sedikit. Dan yang lebih diminati

itu biasanya Ungaran 1. Ini biar tidak terjadi persaingan maka ya jalan yang

harus ditempuh ya kami regrouping. Jadi regrouping ini ya kebijakan dari

Dinas. Tapi ya yang jelas karena memang lokasinya yang menjadi satu itu

maka kami regrouping. Kan Ungaran 2 dan 3 muridnya dulu sedikit jadi ya

biar efektif dan biaya juga efisien maka ya kita regrouping. Ungaran 1 dulu

ada 12 rombel, Ungaran 2 juga 12 rombel, lalu Ungaran 3 hanya 6 rombel.

Itu juga jumlah murid perkelas dari masing-masing sekolah berbeda-beda.

Walaupun Ungaran 1 masih menjadi sekolah yang berkualitas paling baik

tapi kan mereka ini berada dalam satu lokasi tentu saja akan terus bersaing

terus. Ini takutnya nanti malah jadi yang diutamakan persaingannya

memperoleh murid bukan pada bagaimana memberikan pelayanan terbaik

untuk siswa. Ini juga gini mbak, mindset masyarakat ini lho yang

beranggapan bahwa Ungaran 1 ini sebagai tujuan utama orang tua

mendaftarkan anak-anaknya sedangkan kalau nggak diterima ya baru ke 2

atau 3. Nanti sekolah berlomba-lomba memperoleh nilai akademik dan yang

dipentingkan adalah nilai akademik terus. Rak yo mesakke murid e to? Kon

sinau terus anane mung sinau sinau sinau. Stress murid e ngko. Apalagi ini

sekolahnya lokasinya di satu lahan kan akan terlihat sekali persaingannya

mbak. Wes jan bener-bener satu lahan satu tanah itu. Jadi ya bukan masalah

jaraknya jauh kalau regrouping di jogja itu. Kalau di luar pulau jawa atau

jawa yang masih pelosok ya biasanya karena jarak antar satu sekolah dengan

sekolah lain atau dengan pemukiman masyarakat jauh ya jadi regrouping.”

2. Bagaimana budaya mutu masing-masing sekolah sebelum diregrouping?

LST :

“Ya dulu kalau Ungaran 3 yang kita tonjolkan ada di banyaknya jumlah guru

wiyata mbak. Terbantu sekali kami. Karena kami sekolah yang relatif baru

dibandingkan dengan Ungaran 1 jadi guru wiyata disini juga masih muda-

Page 207: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

192

muda. Meskipun demikian kami masih terkendala dalam penguasaan TIK

mbak. Padahal kami merasa ini penting sekali. Ungaran 1 dan 2 karena

sekolahnya berdiri sudah lebih lama jadi guru dan karyawan juga banyak

yang sudah tua. Sehingga performa mengajarnya juga mungkin kalah sama

yang muda. Kalau yang muda kan lebih energik. Ide-idenya lebih cepat dapat

apalagi untuk metode pembelajaran. Tapi kan mbak kalau dilihat dari

inputnya juga kami masih kalah karena yang bagus-bagus milihnya di

Ungaran 1. Kami juga kekhasan yaitu seni tari –tari gaya jogja. Ya mungkin

nggk semua yang bagus milih sana tapi kebanyakan ya gitu. Ungaran ini

kualitasnya bagus semua dari yang 1, 2 maupun 3 sebenernya kok.”

LNM :

“Ungaran 1 dulu prestasinya akademik maksudnya mbak itu paling

menonjol. Selalu meraih rangking di Ujian Nasional. Dan dulu budaya yang

paling unggul ya ini budaya cinta lingkungan. Kegiatan SEMUTLIS itu kan

dulu bawaan dari Ungaran 1. SEMUTLIS ini mbak Sepuluh Menit untuk

Tanaman dan Lingkungan Sekolah. Itu ya nyapu, bersihin lingkungan,

menyiram bunga, tanam bunga, dll yang sifatnya cinta lingkungan. Karena

kami juga didukung oleh luasnya halaman sekolah dan lahan yang kosong

jadi kami manfaatkan untuk menanam tanaman dan pohon dan kebun toga

juga yang unik dari kami. Kami punya kebun toga isinya tanaman-tanaman

hias dan obat-obatan. Untuk praktik belajar juga.”

AW :

“Dulu itu ini mbak yang saya masih ingat kalau Ungaran 2 yang khas itu

pendidikan berbasis TIK ini yang khas. Belajar dari internet itu ada koneksi

kan di sana. Komputer di lab bisa dipakai juga untuk cari materi cari bank

soal. Pemanfaatan internet juga baik di sana. Yo masing-masing ada

kekhasan mbak. Ora eneng sing elek apik kabeh. Sebenernya kan sekolah

dikatakan kualitasnya baik atau tidak nggak hanya bisa dilihat dari

pencapaian nilai akademik. Ada juga sholat duha bersama dan duhur

berjamaah.”

3. Apa latar belakang dibuatnya kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

DAS :

“Yang paling umum sebenarnya masih pada seneng mengelompok mbak

susah adaptasi nggak mau membaur satu sama lain karena mungkin masih

canggung juga. Ini terjadi nggak hanya pada murid pada guru dan pegawai

juga. Padahal guru kan harus profesional ya dimanapun ditempatkan harus

mau harus profesional tenaga kependidikan juga gitu. Ya sebenernya dalam

dunia kerja begitu mbak kabeh kudu profesional. Kudu gelem bekerja sama,

harus mau membaur, harus mau juga berinteraksi satu sama lain. Ini jadi

nggak kondusif juga lingkungannya, suasana kerjanya. Kalau dibiarkan terus

kan nanti dampaknya ke penurunan kualitas to mbak. Wong diregrouping ki

bene tambah apik kualitase roto kok. Tenaga pendidik tambah akeh, pegawai

tambah akeh pekerjaan jadi lebih terbantu. Lha kalau nggak mau pada

membaur nanti susah mau diajak kerjasama ya canggung arep takon-takon

yo isin. Yang sudah-sudah kan ternyata juga pasca regrouping banyak

Page 208: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

193

sekolah-sekolah malah banyak yang turun kualitasnya. Saya pernah juga

baca hasil penelitian itu bahkan ada juga diberita-berita pasca regrouping

sekolah malah jadi kisruh karena egois-egoisan maunya yang dari sekolah

satu kayak gini yang dari sekolah 2 kayak gini. Kita belajar juga dari

sekolah-sekolah regrouping lainnya mbak dan sebenernya masalah nggak

hanya berangkat dari apa yang kita alami tapi juga kita melihat yang sudah-

sudah.”

LST :

“Yo sing jelas ngene lho mbak, namanya sekolah regrouping kan ya

gabungan. Siswa, guru, karyawan ini digabung. Padahal kami dari masing-

masing sekolah punya karakter sendiri-sendiri. SD yang satu punya budaya

lingkungan, yang dua punya budaya belajar dengan TIK, yang ketiga punya

kelebihan di olahraga misalnya. Tadinya ya maunya masing-masing

keunggulan sekolah di pakai dalam sistem sekolah yang baru. Tapi kan tidak

bisa demikian. Kami yang dulu masih mau menang sendiri dengan

mengunggul-unggulkan sekolah asal masing-masing. Ini ya pengaruh sama

siswanya juga. Makanya kami menyamakan persepsi pikiran mencari strategi

agar kami bisa menyatu. Kalau guru ya pasti punya caranya sendiri-sendiri

dalam mengajar maksudnya dari tiap-tiap sekolah. Aku pingine ngene, kae

pingine ngono. Ungaran 2 senenge nek sinau model outdoor learning misal.

Ungaran 3 senenge model belajar di kelas. Metodenya sekolah yang satu

lebih terbiasa dengan metode belajar sambil bermain atau game. Ketika guru

dari sekolah A ngajar di sekolah B dengan metode itu. Kadang mereka juga

mengunggul-unggulkan metodenya masing-masing. Inilah yang

menyebabkan kami mengambil kebijakan tersebut. ”

LNM :

“Kami dulu sulit beradaptasi mbak. Karena kan masing-masing sekolah

punya prinsip masing-masing. Dulu ya masih egois-egoisan mengunggulkan

kelebihan sekolahnya masing sehingga masih terjadi (gep), yang dari

Ungaran 1 maunya juga cuma sama Ungaran 1 begitu juga sebaliknya. Masih

membentuk kelompok-kelompok sendiri. Masih belum mau bergabung. Gep

ini nggak Cuma terjadi di guru ya mbak. Di karyawan dan siswa juga

demikian. Dulu kami kan bersaing ya mbak dalam hal prestasi dan mutu.

Pinginnya sekolah menyatukan pandangan gitu lho mbak. Biar sejalan. Kalau

masih terdapat gep dan egois-egoisan itu kan dampaknya ke kualitas belajar

mengajar siswa kan mbak, ke kualitas kerja pegawai juga demikian karena

suasana jadi tidak kondusif.”

4. Bagaimana peran dari masing-masing pihak yang terlibat pada proses

formulasi kebijakan pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di

SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

DAS :

“Ya Kepala Sekolah kan yang memutuskan kebijakan apa yang mau diambil.

Meskipun juga tetap berdasarkan hasil diskusi bersama dengan berbagai

pihak. Kepala Sekolah ya menampung opini-opini yang diberikan guru saat

proses pembuatan kebijakan. Mestikan nanti biasanya ada usul dari guru.

Nanti juga Komite Sekolah memberikan masukan dan saran, nanti Dinas

Page 209: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

194

yang mengarahkan kebijakan yang seharusnya bagaimana. Disini juga

Kepala Sekolah memberikan idenya tentang solusi yang harusnya diambil

oleh sekolah. Karena Kepala Sekolahnya baru mbak jadi sebenarnya belum

terlalu memahami betul kondisi masing-masing sekolah jadi caranya ya

Kepala Sekolah menggali informasi itu dari guru dan pegawai yang memang

paham dengan kondisi tersebut. Pokonya Kepala Sekolah terlibat dari awal

sampai akhir.”

LST :

“Karena kan sekolah yang budaya mutunya baik ya pasti fokus utamanya

siswa sebagai penerima jasa di sekolah. Maka ya kami memberikan masukan

untuk perbaikan pelayanan kepada siswa. Intinya semua pihak terlibat sesuai

dengan kapasitasnya masing-masing. Kami ngasih gambaran permasalahan

tentang pembelajaran di kelas, masalah prestasi belajar siswa juga. Nanti kan

biasanya Kepala Sekolah Tanya pas rapat buat kebijakan itu. Terus kami juga

memberikan masukan juga tentang apa yang harus dilakukan. Misal program

yang harus dibuat apa, kebijakan harus gimana. Ditahap terakhir kami saling

bersaing intinya ya tawar menawar terhadap alternatif kebijakan yang kita

tawarkan agar dapat diterima oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah.”

LNM :

“Ya kami dari kelompok pegawai memberikan opini kami tentang bagaimana

perpustakaan termasuk kendala dan masalah. Nanti biasanya masing-masing

posisi akan mengusulkan program. Tidak selalu semua. Tapi pasti ada yang

mengusulkan program. Ya ini juga mbak kendalanya masih banyak yang

diam sebenarnya maksudnya ya ngalir aja ngikut sama yang lain padahal

sebenarnya informasi dari mereka itu perlu sekali. Karna mungkin ini juga ya

mbak masih pada kaku dengan suasana yang baru karena belum akrab kuga

mungkin bisa itu.”

MF :

“Memberi masukan atas rencana kebijakan yang mereka buat. Kami

dengarkan dulu rencana mereka pada rapat pertemuan nanti kiranya kurang

apa kami kasih mereka masukan. Karena masalahnya itu ternyata

adaptasinya susah karena masih mengunggulkan sekolahnya masing-masing

ya saran yang kami berikan buatlah program atau kegiatan yang sifatnya

dapat membaurkan mereka. Rapat rutin misalnya. Ruang guru digabung jadi

satu. Mejanya di selang-seling. Mengajarnya jangan sendiri-sendiri, guru di

roling juga. Lewat rapat itu nanti bisalah guru saling sharing metode

mengajar. Jadi Komite Sekolah dan Kepala Sekolah pada waktu itu

mendengarkan informasi-informasi terkait dengan masalah yang dihadapi

sekolah pasca regrouping. Kalau Komite ya tidak terlalu memahami secara

dalam apa-apa saja yang dihadapi oleh sekolahh pasca regrouping. Karena

kan kalau Komite ya nggak setiap hari di sekolah lha wong saya ngajar juga

di kampus to. Masuk ke agenda selanjutnya kami ikut memilih masalah-

masalah yang tadi itu lho mbak yang disebutkan sama guru dan pegawai itu

di saring lagi di identifikasi mana ini yang harus segera diselesaikan.

Penetapan juga ikut mbak kami ikut juga menentukan kegiatan dan program

apa yang harus dilakukan. Sebenarnya juga tidak melulu masalah datang dari

Page 210: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

195

sekolah tapi kami juga belajar dari pengalaman sekolah-sekolah lain. Banyak

itu yang pasca regrouping sekolah malah jadi amburadul pengelolaannya.

Karena konflik terus terjadi antar personil sekolah dari masing-masing

sekolah. Kualitas turun karena sudah tidak ada lagi budaya mutunya gara-

gara dirusak oleh konflik-konflik tadi. Konflik misal karena perebutan nama

sekolah sehingga wes diganti nama sekolahe neng isih ra trimo padahal

sekolah sudah jalan. Ini sebenernya sangat disayangkan yang kebanyakan

sekolah-sekolah regrouping gitu. Kalau dari pihak kami juga awalnya

muncul seperti itu tapi kan itu akhirnya mereda setelah ditengahi Dinas

Pendidikan. Imbasnya kalau ganti nama sekolah nanti mereka kehilangan

NIS siswanya. Harus proses lagi. Ngurus harus ke Jakarta. Ribet tambah

lama susah juga. Kalau pakai nama salah satu sekolah kan enak tinggal

mutasi aja guru-gurunya dan siswa-siswanya. Dadi waktune ora kebuang

nggo kuwi. Soale gaweane pasca regrouping ki akeh.”

AW :

“Pendengar sekaligus memberikan arah mbak. Kami selalu pantau sekolah-

sekolah di Yogyakarta melalui pertemuan rutin yang biasanya dilakukan di

Aula UPT masing-masing wilayah. Kami pantau mereka. Terutama sekolah-

sekolah regrouping kami perhatikan betul. Rapat rutin juga sekaligus sebagai

alat untuk memantau monitoring sekolah. Nanti di rapat akan kami Tanya

gimana perkembangan sekolah. Ada program-program apa saja. Apa saja

upaya sekolah. Ya termasuk itu tadi sekolah nduwe kebijakan opo. Nanti

kami arahkan juga sebaiknya gimana. Kami menyarankan ya sebaiknya

program itu tidak menghabiskan banyak uang, yang mudah-mudah dan

murah-murah tapi efektif untuk mengembangkan budaya mutu itu. Karena

kebanyakan sekolah ki pingine programe akeh neng lali mikir duite seko

ngendi waktu penyelenggaraane kapan. Kadang itu dilupakan.sing penting

programe akeh ben dipandang bagus.”

5. Bagaimana perumusan masalah pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

DAS :

“Dulu masalah yang muncul karena penamaan sekolah kenapa kok yang

dipakai SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Guru pinginnya ganti tapi ternyata itu

malah mempersulit kita nantinya harus ngurus-ngurus sampai ke Jakarta

karena siswa kehilangan NISnya. Kasian kalau kelas 6 mau ujian nggak ada

NIS padahal ngurus ke Jakarta juga lama sekali. Akhirnya ini bisa diatasi dan

guru tidak lagi mempermasalahkan itu mbak. Kalau pakai salah satu nama

kan jadinya tinggal mutasi saja mbak. Yang paling sulit adalah

mengakrabkan mbak adaptasinya ini lho. Pengaruhnya ke kinerja guru dan

pegawai juga ternyata. Masih ada gep diantara mereka. Mengelompok-

mengelompok itu lho sesuai asal sekolah masing-masing. Jadi ya nggak bisa

akrab padahal notabennya kita ini sudah menjadi satu rumh dan satu keluarga

tapi tidak saling mengenal. Keluarga kan harus bekerjasama padahal. Tapi

bagaimana bisa bekerjasama dengan baik wong suasana juga tidak

memungkinkan untuk menjalin kerjasama karena nggak ada keakraban satu

Page 211: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

196

sama lain. Nggak kondusif to jadinya kalau masih ada gep. Dulu juga

masalah seragam sekolah ada yang minta diganti biar baru punya identitas

baru. Tapi dirasa ini nggak terlalu penting dan malah boros dana sekolah kan

mbak karena kami dari sebelum regroupingpun sudah sama seragamnya

mbak cm beda identitas. Seragam identitas yang batik itu juga sama malah

dulu kami bekerjasama kan dalam pengadaan seragam dan itu sengaja tidak

diberi bet nama sekolah. Jadi kalau sudah sama ya kenapa harus diganti

sementara masih banyak yang harus dipikirkan. Urusan yang lebih penting

masih banyak apalagi perbaikan pasca regrouping ini nantinya akan

membutuhkan banyak dana. Sedangkan dana yang dimiliki sekolah itu

sifatnya terbatas dan karena kami sekolah negeri kami tidak boleh memungut

biaya dari orang tua.”

LST :

“Kami dikelompokkan terlebih dahulu. Yang guru dengan guru dan yang

pegawai dengan pegawai. Lalu selanjutnya Kepala Sekolah nyuruh kami

mendiskusikan masalah-masalah apa yang terjadi di sekolah ya sesuai

dengan bidangnya masing-masing ya. Waktu itu dari pihak guru sendiri ya

bilang, masalah yang kami hadapi itu masih adanya gep. Belum mau kita

membaur bersama. Masih ngumpul sama masing-masing sekolah. Lalu pada

proses pembelajaran juga. Ternyata susah juga menyamakan cara

mengajarnya. SD 1 biasanya belajar dengan berbasis lingkungan, SD 2 biasa

belajar dengan berbasis TIK, SD 3 biasanya belajar dengan metode bermain

sambil belajar. Pencapaian nilai akademik juga berbeda. SD 1 lebih unggul

nilainya. SD 2 juga tidak kalah unggul walaupun SD 1 tetap nomor 1. SD 3

berada di posisi ketiga. Hal ini menyebabkan sekolah masih sering

mengunggul-unggulkan sekolahnya masing-masing. Makanya kami

mengusulkan agar dilakukan penyamaan standar KBM. Ada lagi mbak dulu

juga masalah penamaan sekolah juga masih jadi masalah karena yang

digunakan kok SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Tapi kami itu bukan hal yang

sulit untuk diselesaikan karena Dinas mewanti-wanti kami nggak usah lah

masalah nama saja kok diperebutkan. Kita pakai Ungaran 1 Yogyakarta saja

yang dikenal kualitasnya paling bagus. Karena nanti kalau ganti nama

sekolah kan ribet kita. Nanti siswa nggak punya nomor induk siswa. Kasian

yang kelas 6 nanti nggak bisa ikut ujian nasional. Otomatis kan hilang itu

NIS nya. Jangan sampai nanti hanya karena nama sekolah kok siswa yang

jadi korban. Dan ini tidak terlalu dipermasalahkan ternyata oleh kami. Kami

juga mencari yang terbaik untuk siswa dan untuk kami semua.”

LNM :

“Masalah administrasi sekolah mbak. Wah, tantangannya luar biasa sekali itu

kami sebagai pegawai. Ketambahan murid dan guru kami harus mengurus

administrasi sekolah itu tentu lebih besar beban kerjanya mbak. Sedangkan

dari kami masih belum banyak yang bisa pakai komputer padahal kami

dituntut untuk melakukan administrasi dengan cepat, baik, dan tepat. Kalau

manual ya lama itu mbak. Adalagi kami nggak bisa bekerja sendiri kami

harus membentuk tim dalam mengurus administrasi sekolah. Tapi diantara

kami masih ada gep yaaa karena juga ruangan masih terpisah-pisah sesuai

Page 212: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

197

asal sekolah masing-masing. Padahal sudah jadi satu pasti nanti aka nada

butuhnya dengan pegawai yang dari sekolah lainnya. Jauh dan buang-buang

waktu. Malah jadi nggak bisa saling mengenal satu sama lain to mbak.”

6. Bagaimana penyusunan agenda kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

DAS :

“Yah saking akehe yo mbak masalahe dadi yo kami milih. Mana yang harus

segera diselesaikan. Apalagi ini kan menyangkut mutu sekolah juga pasca

regrouping. Karena pasca regrouping masalah baru itu muncul maka kami

ya mengupayakan mana masalah yang harus segera untuk diselesaikan.

Masalahe ki ternyata yang paling urgent ki masalah adaptasi. Lha kalau

susah beradaptasi yo ngaruh e mbak neng kualitas sekolah. Apalagi Ungaran

1 ki terkenal apik mutune. Guru masih egois-egoisan belum mau membaur

dengan guru lain dari sekolah lain. Padahal guru ki kudu profesional to.

Ngajar neng endi wae kudu profesional. Ben adil yo kudu di roling le ngajar.

Ojo mung ngajar seko sekolah asale wae. Ya iki mbak sik perlu

digarisbawahi agenda yang kami angkat dalam formulasi kebijakan ya

masalah adaptasi ini. Adaptasi baik dengan warga sekolahnya,

lingkungannya, maupun dengan program-program sekolahnya. Nanti

pengaruhnya ke mutu sekolah. Sekolah dirasa perlu melakukan perbaikan

lagi terhadap pengelolaan sekolah.”

LST :

“Kami masih dilibatkan dalam pemilihan masalah-masalah ini, kami pilih

masalah yang paling pokok dari masalah-masalah yang sebelmnya telah kami

ditentukan tadi. Disini kamu seperti ada diskusi tawar menawar biar apa yang

kami usulkan itu dapat diterima. Dan dari masalah-masalah yang kami

usulkan ternyata yang dipilih adalah masalah adaptasi yaitu masih adanya

gep diantara kami dari masing-masing sekolah asal. Kekhawatiran sekolah

adalah jika ini masih terus berlanjut maka akan berdampak pada kinerja

kami. Tidak saling mengenal dan enggan untuk saling sharing dan saling

membantu dalam melaksanakan pekerjaan. Padahal kerjasama itu perlu

apalagi kami ini keluarga istilahnya ya satu rumah. Bermanfaat to sharing

cara mengajar yang baik bagaimana, sharing tentang kharakteristik siswa

yang dari sekolah lain. Nanti bisa membantu guru dalam memilih metode

pembelajarannya. Guru juga kan urusannya juga nggak hanya sama guru

mbak. Sama pegawai TU juga, pegawai perpustakaan juga jadi harus saling

mengenal. Sekolah harus punya cara agar kami ini bisa akrab tapi cara itu

juga bisa sekaligus membangun budaya mutu lagi di sekolah yang baru

sehingga mutu itu terus diperbaiki.”

LNM :

“Ini kami juga masih terlibat. Kami meyakinkan kepada para aktor-aktor

yang terlibat bahwa masalah ini harus segera diselesaikan. Masalah

administrasi sebenarnya kami ini. Beban tugas yang lebih besar ini kami

terima pasca regrouping. Mengurus administrasi guru dan murid jadi lebih

banyak. Tidak bisa juga kalau manual harus ada cara yang cepat misal

Page 213: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

198

dengan otomasi sistem komputerisasi. Tapi kendalanya adalagi ternyata

banyak dari kami yang belum mahir menggunakan komputer. Maka ini perlu

ternyata dicarikan solusinya.”

7. Bagaimana pemilihan alternatif kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

DAS :

“Saya juga terlibat disini. Masih dibantu juga oleh Komite. Kami juga

mencarikan alternatif mbak dari masalah yang dihdapi sekolah. Kami

mengusulkan agar kebijakan juga difokuskan pada siswa sebagai pelanggan

ya istilahnya. Sekolah menyediakan fasilitas belajar yang lengkap, bisa

diakses oleh seluruh siswa mulai dari blok barat sampai blok timur. Agar

sekolah baru punya ciri khas kami usulkan masukkan kembali kegiatan

SEMUTLIS itu. Pendidikan lingkungan hidup kan itu karena halaman

sekolah luas jadi bisa ditanami pepohonan. Nanti kan ada kerja bakti juga itu

tiap pagi mbak. Bisa itu untuk mengakrabkan warga sekolah. Kerja baktinya

ya bareng-bareng rutin dilakukan. Selain dari bisa mengakrabkan bisa juga

malahan menciptakan lingkungan bersih dan sehat. Kami juga mengusulkan

agar bisa melibatkan orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua kan mitra

sekolah jadi diharapkan nanti bisa juga membantu kami misal dengan rapat

rutin orang tua dengan membentuk forum. Nanti bisa mengakrabkan orang

tua dengan guru-guru dari sekolah yang lain. Ini mbak pada kegiatan ini

kami masih harus menentukan beberapa kegiatan yang akan dilakukan. Ya

istilahnya wujud dari program yang telah kita tentukan itu. Karena pada

tahap sebelumnya itu masih ada beberapa program yang kami belum bisa

menemukan alternatif kegiatannya. Karena memang waktu yang tersedia

juga terbatas makanya kami memutuskan untuk menentukan kegiatannya

yang belum itu pas menyeleksi alternatif-alternatif kebijakan itu. Jadi yang

sudah ditentukan bentuk kegiatannya kami seleksi dan yang belum kami

langsung membuatnya.”

LST :

“Usulan kelompok guru sendiri yaitu kami minta dilakukan peningkatan skil

guru lewat workshop atau pelatihan. Ini tentang pengembangan metode

pembelajaran juga. Biar metode banyak, yang kami hadapi kan muridnya

tambah banyak, karakteristiknya juga beda-beda. Guru harus memahami

mbak siswa dari sekolah ini seperti ini jadi harus kreatif guru itu utamanya

dalam cara mengajar. Lalu rolling kelas biar dicampur antara siswa dari

sekolah satu dengan lainnya. Biar saling mengenal juga jadi nggak cuma

guru dan pegawai atau kelas dibuat parallel tiap tingkatan satu jejer mbak.

Kami itu seperti memberikan pilihan saja silahkan mana yang dirasa paling

baik. Lalu ada lagi karena perpustakaan ini masih sendiri-sendiri jadi kami

mengusulkan untuk membuat perpustakaan baru yang lebih besar dan

ukurannya sesuai standar nasional mbak. Yang tempatnya strategis dan bisa

di jangkau oleh seluruh siswa dari masing-masing blok. Ini juga bisa

memberikan intensitas bertemu bagi para siswa kalau sudah jadi satu gini.

Kan kalau masih sendiri-sendiri nanti juga ketemunya Cuma saam itu-itu aja.

Page 214: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

199

Kalau dijadikan satu kan nanti mereka bisa saling bertemu juga to mbak.

Selain itu juga bisa meningkatkan minat baca siswa karena otomatis koleksi

buku jadi tambah banyak kalau digabung. Kami juga mengusulkan agar ada

sesuatu yang khas dari sekolah. Jadi nggak harus selalu prestasi akademik

saja. Karena sekolah kami berada di tengah kota yang kental budaya

jogjanya maka kami pingin ada ciri khas budaya lokal itu. Lalu juga kami

mengusulkan agar minat dan bakat siswa di luar akademik ini juga bisa di

kembangkan lagi. Lewat kegiatan ekstrakurikuler nanti mereka dapat

mengembangkan itu. Apalagi kalau itu dilakukan bersama-sama pasti seneng

anak-anak. Punya temen baru bisa saling kenal satu sama lainnya.

LNM :

“Yaa usulannya terkait dengan bagaimana agar kami ini bisa menyatu dan

membaur satu dengan yang lainnya. Selain minta digabung ruangannya juga

kami pinginnya kami dilatih lagi dalam menggunakan komputer mbak. Kan

kegiatan administrasi dituntut untuk cepat tepat. Itu penting mengingat

banyak dari kami yang masih gaptek juga. Pelatihan TIK mbak itu juga

usulan juga dari kami dan guru.”

8. Bagaimana penetapan kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

DAS :

“Yang punya tugas pokok ya Kepala Sekolah dan Komite mbak. Sing kiro-

kiro cocok ki sing endi. Tapi ya tetep dari alternatif-alternatif yang sudah

diajukan oleh para anggota rapat itu. Karena itu sudah yang paling utama

harus diselesaikan. Waktu itu kami milihnya ke penyediaan fasilitas sekolah

yang berkeadilan bisa digunakan dan dirasakan oleh seluruh siswa. Ben ra

cemburu, mengko sing seko Ungaran 1 fasilitase lengkap sing Ungaran 2 kr

3 ora. Ben adil ya kami berupaya itu menyediakan fasilitas yang lengkap

rapi dapat diakses oleh seluruh siswa. Disini penetapan kebijakan terjadi

dalam 2 tahap yang pertama adalah penetapan bersama pihak sekolah dan

yang kedua bersama Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Yang dengan

Dinas ini sifatnya lebih ke minta pendapat atau konsultasi. Program dan

kegiatan yang seharusnya kami buat itu yang kayak gimana. Dan mereka

kasih saran agar kegiatannya itu yang hemat biaya, gampang diterapkan, dan

bisa benar-benar membentuk budaya mutu sekolah. Dinas minta kami

mengidentifikasi alternatif kami apakah mengandung 3 aspek yang

disarankan. Ternyata setelah diidentifikasi kami merasa bahwa ini tepat

karena kami sudah mengeliminasi program dan kegiatan yang kiranya akan

terjadi pemborosan yaiu pengadaan seragam tadi. Ternyata juga pada waktu

itu ada sedikit perdebatan. Ada beberapa orang guru pinginnya kelasnya di

rolling tapi juga sekaligus dibentuk rombel biar bisa saling mendekatkan lagi

antar siswa itu. Tapi waktu itu Komite mintanya rombel saja karena nanti

kalau dicampur malah mempersulit juga administrasi harus ngrombak lagi.

Makanya sudah biar tetep satu kelas dengan sekolah asal tapi kelasnya di

rombel. Ini kan sudah efektif sebenarnya karena tidak ada lagi jarak sudah

saling berjejer. Ya akhirnya manut mereka itu karena ada baiknya juga.”

Page 215: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

200

LST :

“Yang ditetapkan pada saat itu melakukan atau menambah fasilitas sekolah

yang sifatnya selain dapat diakses semua siswa juga bisa mengakrabkan

mereka. Kami mengusulkan dibuat ruang belajar terbuka yang bisa mereka

gunakan mungkin pada saat istirahat sekolah. Ini dibuat yang letaknya

strategis di timur dan di barat. Harapannya nanti bisa dipakai untuk mereka

bersama-sama belajar, saling sharing, dan diskusi. Kami juga minta ruang

perpustakaan digabung agar lebih besar dan koleksi buku-bukunya

bertambah. Biar yang dari Ungaran 1 nggak di perpus Ungaran 1 saja yang

lain juga gitu. Ini juga bisa menjadi jalan agar siswa bisa saling bertemu bisa

juga meningkatkan minat baca siswa. Kami pinginnya satu alternatif yang

kami ambil itu dampaknya bisa banyak nggak hanya ke satu aspek saja.

Memasang jaringan internet sama nambah jumlah komputer. Biar nanti

siswa bisa lebih leluasa dalam mencari materi. Internet bisa dijadikan

sebagai sumber belajar. Membentuk Forum Orang tua Siswa untuk

mendukung pengembangan budaya mutu ini dalam rangka juga memperbaiki

budaya mutu pasca regrouping ini. Misalnya ya melibatkan orang tua dalam

kegiatan di sekolah, jadi wadah untuk diskusi, bisa mempererat hubungan

antara orang tua dan sekolah juga. Guru bisa juga tuh sosialisi program-

program sekolah. Orang tua bisa cerita masalah belajar anak apa saja. Lalu

bikin buku hubung untuk memantau perkembangan anak dalam belajar.

Alternatif selanjutnya yang dipilih adalah membentuk rombel kelas pada

tiap-tiap tingkatan. Ini akan memudahkan mereka dalam mengenal satu sama

lain juga berfungsi untuk mengatur tatanan kelas agar mudah dicari juga.

Melaksanakan kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) ini juga

dirasa akan efektif juga dalam mengakrabkan seluruh warga sekolah.

Workshop dan pelatihan pengembangan metode pembelajaran dan

penggunaan TIK baik untuk pengajaran maupun administrasi. Ini

meningkatkan profesionalitas para guru dan pegawai. Masih banyak itu

pegawai dan guru masih belum bisa pakai-pakai komputer atau internet.”

LNM :

“Pendidikan lingkungan hidup pertama. Kegiatannya ada SEMUTLIS

(Sepuluh Menit untuk Tanaman dan Lingkungan Hidup. Nanti disitu seperti

ada kerja bakti kecil lah sepuluh menit sebelum bel itu. Bareng semua

seluruh warga sekolah. Jadi biar bisa saling membaur saling mengenal juga

satu sama lain sekaligus menanamkan karakter cinta lingkungan hidup,

menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan bersih. Ini sebenarnya

sudah ada di U 1 (maksudnya Ungaran 1) dulu sebelum regrouping. Jadi ini

sebenarnya bawaan. Istilahnya kami ingin menghidupkan itu kembali. Agar

menjadi ciri khas biarpun di kota tapi kami bisa melestarikan lingkungan

kami bisa hidup bersih dan sehat. Lalu yang ditetapkan itu ada juga

pendidikan bebasis budaya lokal untuk melestarikan budaya jogja juga agar

kami punya ciri khas karena sekolah kami ini kan ada di daerah wisata juga

ya kan karena di tengah kota. Ini agar kekhasan jogja itu tetap melekat pada

kami. Kami kan sebenarnya punya satu set gamelan itu belum

dimaksimalkan penggunaannya makanya kami pilih karawitan sekaligus

Page 216: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

201

gamelan itu. Lalu seni tari khusus jogja. Kami ada guru soalnya dulu dari

salah satu sekolah itu punya guru seni tari. Lalu apalagi ya mbak? Ohh ini

mengembangkan ekstrakurikuler juga mbak karena selama ini yang jadi

fokus utama dari masing-masing sekolah hanya prestasi akademiknya.

Padahal anak itu juga punya potensi lain di luar akademik yang perlu untuk

dikembangkan. Sekolah berbudaya mutu kan ngak harus atau nggak mesti

harus akademiknya yang menonjol. Di luar akadmeik juga harus ada. Misal

anak berprestasi di bidang olahraga. Ini kan juga prestasi juga sebenarnya.

Maka kami harusnya bisa menyediakan wadah untuk mereka. Lewat apa?

Ekstrakurikuler itu. Ada wajib dan ada pilihan, kalau wajib ya kayak

pramuka dan bahasa inggris itu wajib. Yang pilihan juga ada biar anak-anak

bisa milih. Penggabungan ruang guru dan pegawai agar lebih akrab lagi

mbak. Suasana kekeluargaan menjadi hidup. Tidak egois-egoisan. Bisa

saling mengenal satu sama lainnya. Diadakan rapat rutin dan evaluasi kerja.

Kalau rapat nanti kan mesti ada diskusi-diskusi jadi saling mengenal.”

Page 217: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

202

LAMPIRAN 5

Analisis Data

Page 218: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

203

Lampiran 5.1. Analisis Data

ANALISIS DATA

(Reduksi, Display, dan Kesimpulan) Hasil Wawancara Tentang Kebijakan

Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu pada Sekolah Regrouping di

SD N Ungaran 1 Yogyakarta

1. Apa latar belakang dilakukannya regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

AW :

Tujuan dilakukannya regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta adalah

untuk efektivitas dan efisiensi SD N Ungaran. Karena SD N Ungaran sendiri

terdiri dari 3 sekolah yang menempati 1 lahan sama yaitu SD N Ungaran 1

Yogyakarta, SD N Ungaran 2 Yogyakarta, dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta.

Dalam pelaksanaannya ketiga ini selalu bersaing dalam hal prestasi

akademik. Meskipun demikian SD N Ungaran 1 Yogyakarta yang

merupakan sekolah yang pertama kali berdiri pada waktu itu masih menjadi

sekolah yang berkualitas terbaik. Sehingga sekolah yang masih banyak

diminati oleh masyarakat adalah SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Persaingan ini

juga terjadi ketika proses penerimaan siswa baru. SD N Ungaran 1

Yogyakarta masih menjadi tujuan utama orang tua mendaftarkan anaknya.

Barulah ketika mereka tidak diterima di SD N Ungaran 1 Yogyakarta mereka

baru mendaftar di Ungaran 2 dan 3. Ini menyebabkan adanya persaingan di

antara ketiga tersebut karena mindset masyarakat adalah bahwa SD N

Ungaran 2 dan 3 merupakan sekolah buangan padahal tidak demikian.

Karena adanya persaingan ini maka Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

khawatir nantinya sekolah hanya sibuk untuk berkutat pada prestasi

akademik saja sebagai bentuk persaingan antar sekolah. Akibatnya siswa

yang menjadi korban. Siswa dituntut untuk terus mencapai nilai akademik

yang tinggi dan tujuan sekolah hanya untuk memperoleh nilai akademik yang

tinggi saja. Selain itu ketiga sekolah ini menempati lahan yang sama

sehingga memungkinkan untuk dilakukan penggabungan sekolah.

Kesimpulan :

Latar belakang dilakukannya regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta

adalah munculnya masalah-masalah di antara ketiga sekolah tersebut

sehingga jika tidak segera diselesaikan akan berdampak pada efektifitas dan

efisiensi penyelenggaraan pendidikan pada ketiga sekolah tersebut. Masalah-

masalah tersebut adalah:

a. Adanya persaingan dalam hal prestasi akademik sehingga masing-masing

sekolah hanya sibuk menuntut siswa meraih nilai akademik yang tinggi.

b. Ketiga sekolah menempati lahan yang sama.

c. Adanya persaingan dalam penerimaan siswa baru karena mindset

masayarakat yang menganggap SD N Ungaran 2 dan 3 adalah alternatif

terakhir ketika tidak diterima di SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

Page 219: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

204

2. Bagaimana budaya mutu masing-masing sekolah sebelum diregrouping?

LST :

Yang khas dari SD N Ungaran 3 adalah memiliki guru-guru wiyata maupun

PNS yang relatif lebih muda karena sekolah ini tergolong sekolah baru

dibandingkan dengan SD N Ungaran 1 dan SD N Ungaran 2 Yogyakarta.

Performa mengajar dari guru-guru muda ini ternyata lebih baik dibandingkan

guru-guru yang sudah tua. Kreatifitas dalam mengembangkan metode

pembelajaran juga lebih tinggi. Metode pembelajaran di SD N Ungaran 1

Yogyakarta yang khas adalah pembelajaran berbasis praktik. Siswa lebih

banyak belajar di luar kelas untuk melakukan praktik terhadap teori-teori

yang telah disampaikan.

LNM :

Yang khas dari SD N Ungaran 1 Yogyakarta adalah pendidikan lingkungan

hidup karena lahan SD N Ungaran 1 Yogyakarta cukup luas dan dipenuhi

dengan tanaman-tanaman dan pepohonan. Selain itu SD N Ungaran 1

Yogyakarta juga memiliki Kebun Toga yang berisi tanaman-tanaman hias

dan obat-obatan yang juga digunakan sebagai tempat atau media belajar

siswa. Sekolah ini juga memiliki program yang khas yaitu SEMUTLIS

(Sepuluh Menit untuk Tanaman dan Lingkungan Hidup).

AW :

Yang khas dari SD N Ungaran 2 Yogyakarta adalah pembelajaran berbasis

TIK. Sekolah ini lebih sering belajar dengan memanfaatkan internet baik

untuk mencari materi belajar maupun soal-soal latihan. Adanya dukungan

fasilitas yang lengkap seperti komputer dan jaringan internet membuat

sekolah ini unggul dalam penggunaan TIK sebagai media belajar.

Kesimpulan :

Masing-masing sekolah memiliki ciri khasnya sendiri, yaitu:

a. Ciri khas SD N Ungaran 1 Yogyakarta adalah pendidikan lingkungan

hidup didukung oleh luasnya lahan yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh

sekolah untuk menanam pepohonan dan tanaman-tanaman yang dapat

digunakan sebagai media belajar siswa. Selain itu SD N Ungaran 1

Yogyakarta juga memiliki prestasi akademik yang menonjol dibandingkan

dua sekolah lainnya.

b. Ciri khas SD N Ungaran 2 Yogyakarta adalah pembelajaran berbasis TIK

dengan memanfaatkan internet. Ciri khas lainnya adalah sekolah ini

memiliki budaya religius yang tinggi. Nilai-nilai religious ditanamkan

melalui kegiatan pembiasaan yaitu sholat duha dan sholat duhur

berjamaah.

c. Ciri khas SD N Ungaran 3 Yogyakarta adalah pembelajaran berbasis game

atau bermain dengan didukung oleh tersedianya tenaga pendidik yang

berkompetensi dalam mengembangkan metode pembelajaran bermain

sambil belajar. Ciri khas lainnya adalah pada bidang seni, sekolah ini

melestarikan budaya jogja melalui pembelajaran seni tari.

Page 220: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

205

3. Apa latar belakang dibuatnya kebijakan sekolah dalam mengembangkan

budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

DAS :

Munculnya masalah-masalah pendidikan pasca regrouping yaitu adanya gep

antar warga sekolah dari masing-masing sekolah. Seluruh warga sekolah

masih mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Masalah-masalah tersebut akan membuat penyelenggaraan pendidikan

menjadi tidak kondusif dan akan berdampak pada penurunan kualitas SD N

Ungaran 1 Yogyakarta jika tidak segera dicari solusinya. Kebijakan ini

berangkat dari masalah yang dihadapi sekolah yang berfungsi sebagai upaya

preventif terhadap penurunan kualitas SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

LST :

Guru masih punya sifat egois karena masih mengunggul-unggulkan

sekolahnya masing-masing. Guru juga masih belum mau bergabung atau

membaur dengan guru dari sekolah lainnya. Guru-guru masih membentuk

kelompok-kelompok sesuai dengan asal sekolah masing-masing.

LNM :

Masalah adaptasi dengan suasana sekolah yang baru, dengan orang-orang

yang baru dan dengan lingkungan yang baru. Baik guru, pegawai, maupun

siswa masih enggan untuk membaur satu sama lain karena masih adanya

sifat egois pada diri mereka. Baik guru maupun pegawai masih suka

membanding-bandingkan antara sekolah satu dengan sekolah lain. Ini

menjadikan suasana menjadi tidak kondusif. Kerjasama antar guru dan

pegawai menjadi kurang baik karena tidak adanya keakraban yang

dikhawatirkan akan berdampak pada penurunan kualitas sekolah pasca

regrouping.

Kesimpulan :

Masalah yang muncul pada saat pertama kali dilakukan regrouping adalah

masalah adaptasi warga sekolah. Dimana rasa saling memiliki sekolah yang

baru masih belum muncul. Sifat saling egois seperti mengunggul-unggulkan

sekolahnya masing-masing masih terjadi. Selain itu masalah adaptasi seluruh

warga sekolah ksusunya bagi sekolah yang diregrouping ke SD N Ungaran 1

Yogyakarta juga masih sulit dilakukan. Mereka masih belum membaur satu

sama lain baik siswa, guru, maupun, pegawai. Jika hal ini terus dibiarkan

maka dikhawatirkan akan mengganggu proses kependidikan di sekolah yang

berdampak pada penurunan kualitas SD N Ungaran 1 Yogyakarta pasca

regrouping. Maka untuk tetap mempertahankan kualitas atau mutu sekolah

hal yang dapat dilakukan adalah mengembangkan budaya mutu sekolah

pasca regrouping. Hal ini sebagai langkah preventif terhadap penurunan

kualitas SD N Ungaran 1 Yogyakarta sebagai akibat dari kebijakan

regrouping.”

4. Bagaimana peran dari masing-masing pihak yang terlibat pada proses

formulasi kebijakan pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di

SD N Ungaran 1 Yogyakarta?

Page 221: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

206

DAS :

Kepala Sekolah berperan dalam memimpin jalannya proses formulasi

kebijakan mulai dari perumusan masalah hingga pada tahap penetapan

kebijakan. Kepala Sekolah menggali informasi dari guru dan pegawai

tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. Selain itu

Kepala Sekolah juga memberikan masukan terhadap alternatif-alternatif

kebijakan yang dirasa cocok untuk menjawab persoalan yang sedang

dihadapi oleh sekolah.

LST :

Dari pihak guru memberikan informasi-informasi terkait dengan masalah-

masalah yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping baik pada guru

maupun siswa. Selanjutnya guru dilibatkan kembali dalam memilih solusi-

solusi yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi

oleh sekolah. Pada tahap penetapan kebijakan guru juga dilibatkan kembali

dalam menetapkan alternatif-alternatif kebijakan yang dirasa paling tepat

untuk dijadikan sebagai solusi masalah.

LNM :

Peran pegawai sekolah dalam proses formulasi kebijakan adalah

menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah pasca

regrouping. Kemudian dilibatkan kembali dalam pemilihan solusi sesuai

dengan masalah-masalah yang telah masuk ke dalam agenda kebijakan yang

telah ditentukan oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Selanjutnya

pegawai juga dilibatkan dalam proses penetapan kebijakan untuk memilih

mana alternatif-alternatif yang dirasa paling baik.

MF :

Komite Sekolah terlibat dalam menentukan masalah-masalah yang masuk ke

dalam agenda kebijakan. Masalah-masalah yang tersedia adalah masalah-

masalah yang telah ditentukan oleh pihak sekolah pada tahap penentuan

masalah atau perumusan masalah. Selanjutnya Komite Sekolah dilibatkan

kembali dalam proses menentukan alternatif-alternatif kebijakan sesuai

dengan agenda kebijakan bersama-sama dengan seluruh anggota rapat.

Komite Sekolah dilibatkan pula dalam tahap penetapan kebijakan yaitu

memilih alternatif-alternatif yang dirasa tepat untuk menjawab masalah yang

dihadapi sekolah pasca regrouping. Selain itu Komite Sekolah juga

memberikan saran dan masukan terhadap alternatif-alternatif kebijakan yang

diusulkan oleh anggota rapat yang lainnya.”

AW :

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ikut berperan dalam proses penetapan

kebijakan melalui kegiatan monitoring yang dilakukan di UPT Pengelola TK

dan SD Wilayah Utara Kota Yogyakarta. Dalam kegiatan ini Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta memberikan arahan dan masukan terhadap

alternatif-alternatif kebijakan yang telah dipilih dan masuk ke dalam tahap

penentuan kebijakan.

Page 222: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

207

Kesimpulan :

Peran masing-masing aktor pembuat kebijakan di SD N Ungaran 1

Yogyakarta:

a. Kepala Sekolah

1) Memimpin jalannya proses perumusan kebijakan

2) Menggali informasi-informasi mengenai masalah-masalah yang

dihadapi oleh sekolah dari guru dan pegawai sekolah.

3) Memberikan masukan terhadap alternatif-alternatif yang sebaiknya

diambil oleh sekolah.

4) Memberikan keputusan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan.

b. Guru dan Pegawai

1) Menyampaikan informasi-informasi terkait dengan masalah-masalah

yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping.

2) Menentukan alternatif-alternatif kebijakan yang dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.

3) Ikut terlibat dalam penetapan kebijakan melalui negosiasi dengan

seluruh anggota rapat.

c. Komite Sekolah

1) Menentukan masalah-masalah yang akan masuk ke agenda kebijakan

berdasarkan tingkat urgensinya sesuai dengan permasalahan-

permasalahan yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.

2) Ikut mencarikan solusi atau altenatif-alternatif kebijakan terhadap

permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.

3) Ikut memberikan saran dan masukan terhadap alternatif-alternatif

kebijakan yang diusulkan oleh anggota rapat yang lainnya.

4) Menetapkan alternatif-alternatif kebijakan yang telah dipilih untuk

menjadi sebuah kebijakan.

d. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

1) Memberikan arahan dan masukan terhadap alternatif-alternatif

kebijakan yang telah ditetapkan apakah sesuai atau layak untuk

mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh sekolah.

5. Bagaimana perumusan masalah pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

DAS :

Perumusan masalah diikuti oleh seluruh personil sekolah yaitu Kepala

Sekolah, guru, dan pegawai. Pada proses perumusan masalah anggota rapat

dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok guru dan pegawai. Tujuannya

adalah untuk memahami permasalahan yang terjadi pada masing-masing

bidang. Kepala Sekolah menggali informasi terkait dengan masalah-masalah

yang dihadapi oleh sekolah pasca regrouping mulai dari guru sampai kepada

pegawai yang mengurusi administrasi sekolah.

LST :

Masalah yang muncul adalah pemberian nama sekolah pasca regrouping

yang menggunakan nama SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Maka terjadi

kecemburuan terhadap kedua sekolah lain. Namun hal ini berhasil diatasi

Page 223: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

208

oleh sekolah setelah mendapat penjelasan dari Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta. Timbulnya gep atau kelompok-kelompok sesuai sekolah asal

masing-masing yang terjadi pada siswa dan guru yang mengakibatkan

kurang adanya keakraban diantara mereka. Sekolah masih suka

mengunggulkan sekolahnya masing-masing padahal sudah diregrouping dan

menjadi satu. Hal ini menyebabkan sulitnya mereka menyatu dan menjalin

keakraban sehingga terjadi kerjasama yang baik dalam melakukan pekerjaan

sekolah. Jika terus berlanjut maka akan menciptakan suasana sekolah yang

kurang kondusif untuk keberlangsungan proses kependidikan di sekolah.

Dari pihak sekolah juga mempermasalahkan pergantian seragam sekolah

khususnya seragam identitas sekolah agar ada kekhasan namun ditolak oleh

kepala sekolah karena sebelum doregrouping ketiga sekolah tersebut sudah

memiliki seragam identitas yang sama. Jika dilakukan akan terjadi

pemborosan keuangan sekolah.

LNM :

Terhambat dalam pengelolaan administrasi sekolah karena pertambahan

jumlah siswa dan guru dan jika dilakukan dengan cara manual maka akan

memakan waktu yang lama sedangkan beberapa dari pegawai masih

terhambat dalam penggunaan komputer. Masih terjadi gep di antara pegawai

yang masih suka berkumpul dengan teman-teman dari asalnya dan tidak mau

membaur satu sama lain sehingga ketika diharuskan untuk melakukan

pekerjaan secara bersama-sama justru mereka canggung.

Kesimpulan :

a. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses perumusan masalah antara lain

adalah :

1) Kepala Sekolah yang bertugas sebagai pemimpin rapat dan menggali

permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah pasca regrouping

dari para pegawai dan guru.

2) Pegawai dan guru bertugas mengungkapkan opininya terkait dengan

masalah-masalah pasca regrouping yang mereka hadapi.

b. Masalah-masalah yang muncul dalam perumusan masalah:

1) Kelompok Guru

a) Pemberian nama sekolah pasca regrouping karena menggunakan

nama SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Hal ini menimbulkan

kecemburuan pada sekolah yang diregrouping yaitu SD N Ungaran

2 Yogyakarta dan SD N Ungaran 3 Yogyakarta.

b) Masalah munculnya gep yaitu guru, siswa, dan murid masih suka

berkumpul sesuai dengan asal sekolahnya masing-masing sehingga

lingkungan sekolah menjadi tidak kondusif.

c) Adanya sifat khas masing-masing sekolah membuat sekolah masih

sering mengunggul-unggulkan sekolahnya masing-masing. SD N

Ungaran 1 Yogyakarta lebih unggul dalam bidang akademik

meskipun demikian bukan berarti SD N Ungaran 2 dan SD N

Ungaran 3 memiliki kualitas yang tidak baik. Hanya saja SD N

Ungaran 1 memiliki kualitas atau prestasi akademik yang lebih

menonjol.

Page 224: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

209

d) Penggantian seragam identitas sekolah untuk siswa sebagai identitas

baru untuk sekolah. Sebelum diregrouping sendiri ketiga sekolah

tersebut sudah memiliki seragam identitas yang sama. Jadi masalah

ini sebenarnya tidak berpnegaruh terhadap pengelolaan sekolah.

2) Kelompok Pegawai

a) Adanya kendala dalam administrasi sekolah karena jumlah siswa

dan guru yang lebih besar sedangkan administrasi sekolah dituntut

untuk cepat dan tepat padahal masih belum banyak pegawai yang

mahir menggunakan computer.

b) Masih terjadi gep antara pegawai sekolah dari masing-masing

sekolah.

6. Bagaimana penyusunan agenda kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

DAS :

Dalam menyusun agenda kebijakan Kepala Sekolah dibantu oleh Komite

Sekolah yaitu memilih masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

Masalah-masalah yang dipilih untuk masuk ke agenda kebijakan adalah

sulitnya para warga sekolah untuk membaur satu sama lain dan masih suka

mengelompok sesuai dengan sekolahnya masing-masing. Hal ini

dikhawatirkan akan berdampak pada kualitas kerja guru dan pegawai karena

tidak saling akrab yang akan berdampak pada sulitnya mereka melakukan

kerjasama padahal dalam melaksanakan tugas sekolah kerjasama antar guru

dan antar pegawai sangat diperlukan.

LST :

Guru masih terlibat dalam pemilihan agenda kebijakan yaitu meyakinkan

kepada pemimpin rapat agar masalah-masalah yang mereka sampaikan dapat

masuk ke dalam agenda kebijakan. Guru merasa bahwa diantara mereka

masih sering mengunggulkan sekolahnya msing-masing maka perlu adanya

perubahan yaitu membuat ciri khas yang baru bagi sekolah agar mereka

tidak lagi mengunggul-unggulkan sekolahnya masing-masing karena pasca

regrouping mereka telah menjadi satu kesatuan dan tidak lagi terpisah-pisah.

LNM :

Masalah administrasi sekolah yang diusulkan oleh para pegawai masuk ke

dalam agenda kebijakan. Pegawai merasa dengan pertambahan beban kerja

pasca regrouping Karena bertambanya jumlah siswa dan guru maka perlu

ada strategi agar pekerjaan yang mereka lakukan dapat dilakukan dengan

cepat dan tepat yaitu dengan sistem komputerisasi. Namun kendalanya

adalah belum semua pegawai terampil dalam penggunaan Teknologi

Informasi dan Komunikasi.

Kesimpulan :

a. Pihak-Pihak yang terlibat dalam penyusunan agenda kebijakan antara lain

adalah Kepala Sekolah, guru, pegawai, dan Komite Sekolah.

b. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan agenda kebijakan bersama-

sama mengidentifikasi masalah-masalah yang dianggap urgent untuk

segera dicarikan solusinya. Masalah-masalah yang dimasukkan ke dalam

Page 225: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

210

agenda kebijakan adalah masalah-masalah yang terkait dengan budaya

mutu sekolah pasca regrouping: Karena budaya mutu sekolah pasca

regrouping akan berpengaruh terhadap pencapaian kualitas sekolah:

4) Adanya gep yaitu guru, siswa, dan pegawai masih suka berkumpul

berdasarkan asal sekolahnya masing-masing. Jika tidak segera

diselesaikan akan memunculkan masalah baru bagi keberlangsungan

sekolah. Guru dan pegawai akan sulit bekerjasama dalam melakukan

pekerjaan sekolah karena tidak saling mengenal satu sama lain.

5) Warga sekolah masih mengunggulkan asal sekolahnya masing-

masing padahal sekolah ini sudah menjadi satu.

6) Administrasi sekolah pasca regrouping dituntut untuk bisa dilakukan

lebih cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan sekolah.

7. Bagaimana pemilihan alternatif kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

DAS :

Kepala Sekolah sebagai pemimpin rapat dibantu oleh Komite Sekolah

mengusulkan 3 alternatif yaitu menyediakan fasilitas yang kiranya dapat

menunjang proses belajar siswa, dapat diakses oleh seluruh siswa, dan dapat

mengakrabkan siswa. Memasukkan kembali kegiatan SEMUTLIS (Sepuluh

Menit untuk Tanaman dan Lingkungan Hidup sebagai ciri khas dari SD N

Ungaran 1 Yogyakarta yang wajib dilakukan oleh seluruh warga sekolah.

meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak untuk

mendukung upaya preventif terhadap penuruan kualitas SD N ungaran 1

Yogyakarta. Dalam tahap ini masih ada beberapa program yang belum dapat

ditentukan bentuk-bentuk kegiatannya karena waktu yang terbatas dan masih

banyaknya anggota rapat yang tidak terlibat aktif dalam proses perumusan

kebijakan.

LST :

Meningkatkan profesionalitas guru dengan pelatihan atau workshop

pengembangan metode pembelajaran. Melakukan rolling kelas untuk

menambah keakraban siswa antar sekolah dan menghindari adanya gap.

Membentuk kelas parallel untuk mengakrabkan seluruh siswa. Pengelolaan

kembali perpustakaan sekolah yang dapat diakses oleh seluruh siswa dan

dapat memberikan intensitas bertemu bagi para siswa. Menciptakan

kekhasan bagi sekolah dalam hal budaya lokal agar ciri khas sekolah bukan

hanya pada tingginya prestasi akademik. Memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mengembangkan minat dan bakat melalui kegiatan

ekstrakurikuler.

LNM :

Menciptakan suasana kerja yang kondusif dengan meningkatkan keakraban

sehingga timbul kerjasama yang baik antar pegawai. Karena dalam kegiatan

administrasi sekolah pegawai dituntut cepat maka sekolah dituntut untuk

menggunakan sistem komputerisasi. Bertambahnya jumlah guru dan siswa

yang tentu saja menambah beban kerja administrasi sekolah maka perlu

adanya pelatihan penggunaan TIK.

Page 226: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

211

Kesimpulan :

a. Pemilihan alternatif-alternatif kebijakan dilakukan oleh Kepala Sekolah,

guru, pegawai, dan Komite Sekolah.

b. Alternatif-alternatif kebijakan yang diambil adalah sebagai berikut:

1) Kepala Sekolah dan Komite Sekolah:

4) Menyediakan fasilitas yang dapat menunjang proses belajar siswa

dan dapat diakses oleh seluruh siswa.

5) Mensosialisasikan kegiatan SEMUTLIS kepada siswa, guru, dan

karyawan dari masing-masing sekolah.

6) Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak.

2) Kelompok guru:

a. Meningkatkan profesionalitas guru melalui pelatihan dan

workshop pengembangan metode pembelajaran bagi seluruh guru

untuk memperkaya metode pembelajaran.

b. Meningkatkan keakraban antar siswa melalui roling kelas untuk

menghindari adanya gap antar siswa dari masing-masing sekolah.

c. Membentuk kelas parallel bagi tiap-tiap tingkatan kelas agar

siswa dari masing-masing sekolah lebih dekat dan akrab.

d. Mengatur ulang pengelolaan perpustakaan dengan membangun

perpustakaan baru agar seluruh siswa dapat memperoleh fasilitas

dan pelayanan perpustakaan yang baik juga dapat meningkatkan

intensitas bertemu dari para siswa.

e. Menciptakan pendidikan berbasis budaya lokal untuk membuat

kekhasan yang dimiliki oleh sekolah.

f. Menyediakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat

dan bakatnya melalui kegiatan ekstrakurikuler.

3) Kelompok pegawai:

3) Menciptakan keakraban antar guru dan pegawai sekolah untuk

terciptanya suasana kerja yang kondusif dengan penggabungan

ruang kerja.

4) Meningkatkan kemampuan pegawai dalam menggunakan

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk meningkatkan

kualitas pelayanan terhadap siswa maupun orangtua.

8. Bagaimana penetapan kebijakan pada tahap formulasi kebijakan

pengembangan budaya mutu pada sekolah regrouping di SD N Ungaran 1

Yogyakarta?

DAS :

Kepala Sekolah dibantu oleh Komite Sekolah melakukan penetapan

kebijakan. Menetapkan alternatif-alternatif kebijakan yang paling tepat yang

telah dipilih dalam proses penentuan alternatif kebijakan. Alternatif yang

ditetapkan untuk dijadikan sebagai kebijakan kala itu adalah penyediaan

fasilitas sekolah yang dapat diakses secara adil oleh seluruh siswa agar tidak

terjadi kecemburuan satu sama lain dan dapat mengakrabkan mereka. Dalam

penetapan terjadi 2 tahap yaitu tahap diskusi dengan pihak sekolah dan tahap

mengkonsultasikannya kepada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melalui

kegiatan monitoring. Dinas pendidikan Yogyaakrta menyarankan agar

Page 227: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

212

kegiatan yang dipilih kiranya dapat dengan mudah dilaksanakan, biaya

efisien, dan berdampak pada terbentuknya budaya mutu sekolah sehingga

dapat mencegah penurunan kualitas SD N Ungaran 1 Yogyakarta.

LST :

Melakukan penambahan fasilitas utamanya yang dapat lebih mengakrabkan

siswa dan memberikan keadilan dalam pemberian fasilitas seperti melakukan

penggabungan perpustakaan, ruang belajar terbuka di blok barat dan timur,

penambahan koleksi buku, serta menyediakan jaringan internet dan

penambahan komputer di sekolah. Meningkatkan partisipasi orang tua dalam

pendidikan anak dalam mendukung perbaikan mutu sekolah pasca

regrouping dengan membentuk Forum Orang tua Siswa dan buku hubung.

Membentuk rombel kelas pada tiap-tiap tingkatan dengan ruangan yang

saling berjejer dan melaksanakan kegiatan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan,

dan Santun) untuk lebih mengakrabkan siswa satu sama lain. Workshop dan

pelatihan untuk guru dan pegawai yang berorientasi pada pengembangan

metode pembelajaran dan penggunaan TIK baik dalam mengajar maupun

administrasi sekolah.

LNM :

Melaksanakan pendidikan lingkungan hidup dengan kegiatan SEMUTLIS

(Sepuluh Menit untuk Tanaman dan Lingkungan Sekolah) yaitu kerja bakti

membersihkan lingkungan dan menyiram tanaman sebagai kegiatan bawaan

dari SD N Ungaran 1 Yogyakarta. Pendidikan berbasis budaya lokal dengan

kegiatan karawitan dan tari gaya jogja. Karena selama ini sekolah hanya

fokus pada pencapaian nilai akademik siswa maka sekolah dirasa perlu untuk

juga mengembangkan minat dan bakat anak di luar akademik yaitu

menyediakan kegiatan ekstrakurikuler wajib dan pilihan. Menciptakan

suasana kerja yang dan kerjasama yang baik melalui penggabungan ruang

guru dan pegawai serta kegiatan rapat dan evaluasi sehingga mereka akan

lebih saling mengenal dan akrab satu sama lain.

Kesimpulan :

a. Penetapan Kebijakan terjadi dalam 2 tahap yaitu sebagai berikut:

1) Tahap penetapan kebijakan dengan pihak sekolah (Kepala Sekolah,

guru, pegawai, dan Komite Sekolah).

Penetapan kebijakan dilakukan secara bersama-sama oleh pihak

sekolah. Dalam tahap ini adalah tahap yang dirasa paling sulit oleh

sekolah karena masing-masing kelompok menginginkan alternatif-

alternatif yang diusulkannya dapat diterima semua. Namun setelah

mengidentifikasi masing-masing alternatif maka kebijakan yang

ditetapkan adalah sebagai berikut:

a) Menyediakan fasilitas yang dapat menunjang proses belajar siswa

dengan kegiatan melakukan penggabungan ruang perpustakaan,

penambahan ruang belajar terbuka, koleksi buku, jaringan internet

dan komputer sekolah.

b) Melaksanakan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan

SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk Lingkungan Hidup) yaitu kerja

bakti membersihkan lingkungan dan menyiram tanaman setiap 10

Page 228: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

213

menit sebelum KBM.

c) Meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak

dengan kegiatan membentuk Forum Orang tua Siswa dan buku

hubung.

d) Menciptakan pembelajaran berbasis budaya lokal (jogja) untuk

membentuk suatu ciri khas baru bagi sekolah pasca regrouping

dengan kegiatan melaksanakan muatan lokal karawitan dan

gamelan jawa serta tari gaya jogja.

e) Meningkatkan potensi non akademik siswa dengan menyediakan

wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakat siswa

melalui kegiatan ekstrakurikuler wajib dan pilihan.

f) Menciptakan suasana kerja yang kondusif agar terjalin kerjasama

yang baik antara guru dan pegawai dengan kegiatan melaksanakan

rapat rutin, evaluasi dan penggabungan ruangan kerja.

g) Menciptakan keakraban siswa dan warga sekolah lainnya dengan

kegiatan melakukan pembentukan rombel kelas dan menerapkan

budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun). Disini terjadi

sedikit perdebatan karena beberapa pihak guru menginginkan

dilakukan rolling siswa dan rombel kelas. Namun melalui saran

dari Komite Sekolah akhirnya dapat diselesaikan dan alternatif

yang dipilih adalah rombel kelas. Rolling siswa tidak dipilih

karena akan membingungkan kegiatan administrasi siswa

sehingga TU (Tata Usaha) harus mengelola kembali administrasi

siswa dan ini akan menjadikan waktu tidak efektif. Alasannya

karena sudah banyak alternatif lainnya yang dipilih untuk dapat

mengakrabkan siswa.

h) Meningkatkan kompetensi guru dan pegawai dengan kegiatan

workshop dan pelatihan pengembangan metode pembelajaran dan

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

2) Tahap penetapan kebijakan dengan pihak Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta (Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta).

a) Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta meminta sekolah untuk

menentukan kegiatan-kegiatan apa yang dapat menunjang

terlaksananya program-program yang telah ditentukan. Kegiatan-

kegiatan yang disarankan adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya

mudah untuk dilakukan, berdampak pada terbentuknya budaya

mutu sekolah yang baru, dan tidak boros dana.

Setelah itu kegiatan-kegiatan diidentifikasi kembali oleh sekolah berdasarkan

4 aspek yang disarankan oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan

ternyata alternatif-alternatif yang dipilih sebelumnya sudah tepat karena

sekolah sudah mengeliminasi program-program dan kegiatan yang

menghabiskan banyak dana yaitu penggantian seragam identitas baru.

Selanjutnya program-program dan kegiatan tersebut diputuskan untuk

menjadi sebuah kebijakan.

Page 229: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

214

LAMPIRAN 6

DOKUMEN SEKOLAH

Page 230: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

215

Lampiran 6.1. Alur Pengambilan Kebijakan Sekolah di SD N Ungaran 1

Yogyakarta

ALUR PENGAMBILAN KEBIJAKAN SEKOLAH SD N UNGARAN 1

YOGYAKARTA

KEGIATAN PELAKU

ISU-ISU MASALAH

MEMILIH

MASALAH

SOLUSI/STRATEGI

PEMECAHAN

MASALAH

KEPALA

SEKOLAH,

GURU,

PEGAWAI,

KOMITE

SEKOLAH

DINAS

PENDIDIKAN

KOTA

YOGYAKARTA

SURAT

KEPUTUSAN

KEPALA SEKOLAH

KEPALA SEKOLAH

DIRASAKAN WARGA SEKOLAH

KEPALA SEKOLAH, GURU, PEGAWAI

KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH

KEPALA

SEKOLAH,

GURU,

PEGAWAI,

KOMITE

SEKOLAH

DINAS

PENDIDIKAN

KOTA

YOGYAKARTA

MENENTUKAN

PROGRAM

Page 231: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

216

Lampiran 6.2. Tata Tertib Sekolah

TATA TERTIB SISWA

SDN UNGARAN 1 YOGYAKARTA

1. Siswa datang di sekolah paling lambat pukul 06.45

2. Sebelum masuk siswa melakukan SEMUTLIS (Sepuluh Menit Untuk Taman dan

Lingkungan Sekolah) bersama guru dan karyawan

3. Masing-masing Siswa membawa botol Air Minum bekas dari rumah dan disimpan di

sekolah untuk menyiram tanaman setiap SEMUTLIS

4. Siswa membawa bekal makanan sendiri, jika tidak memungkinkan silakan

membawa tempat makanan dan minuman sendiri dari rumah untuk kepentingan jajan

di kantin sekolah.

5. Siswa tidak diperbolehkan membeli makanan dan minuman dengan menggunakan

kemasan plastik

6. Selama pembelajaran di sekolah siswa dilarang:

a. mencurat coret dinding sekolah dan fasilitas sarana lain yang ada di sekolah

dalam bentuk apapun

b. merusak atau menginjak tanaman yang ada di lingkungan sekolah

c. jajan di luar lingkungan sekolah, kecuali Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

sudah berakhir

d. bermain bola di halaman sekolah, kecuali pada saat pelajaran olahraga

e. membawa bungkus makanan yang tidak bisa didaur ulang seperti Stereofom dll

f. membuang sampah sembarang tempat

SANKSI BAGI PELANGGAR TATA TERTIB

Bagi siswa yang melanggar Tata Tertib di atas akan dikenai sanksi sebagai berikut:

1. Peringatan secara lisan.

2. Peringatan secara tertulis.

3. Tindakan berbasis lingkungan

4. Hukuman yang bersifat educatif

Yogyakarta, 11 Agustus 2014

Kepala Sekolah

Dwi Atmi Sutarini, M.Pd

NIP. 19680129 199203 2 00

Page 232: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

217

Lampiran 6.3. Tata Tertib Sekolah

TATA TERTIB GURU DAN KARYAWAN

SDN UNGARAN 1 YOGYAKARTA

1. Hadir di sekolah paling lambat 06.45 WIB sebelum pelajaran dimulai dan pulang

setelah jam kerja selesai

2. Petugas piket menyalami siswa di depan gerbang pintu masuk sesuai jadwal yang

telah ditentukan (datang paling lambat 06.35)

3. Sebelum masuk kelas, guru dan karyawan membimbing siswa untuk melakukan

SEMUTLIS (Sepuluh Menit Untuk Taman dan Lingkungan Sekolah)

4. Setiap satu bulan sekali guru dan karyawan melakukan kerjabakti bersama siswa yang

dilaksanakan pada hari jumat minggu ke 4

5. Wajib melaksanakan tugasnya sesuai job discription masing-masing

6. Dilarang merokok selama berada di lingkungan sekolah

7. Membina kerjasama antar sesama warga sekolah

8. Mematikan listrik ketika tidak digunakan

9. Mematikan kran air ketika tidak digunakan

10. Menggunakan telepon sekolah seperlunya

Yogyakarta, 11 Agustus 2014

Kepala Sekolah

Dwi Atmi Sutarini, M.Pd

NIP. 19680129 199203 2 005

Sanksi :

1. Akan diberi peringatan secara lisan.

2. Akan diberi tindakan.

Page 233: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

218

Lampiran 6.4. Standar Operasional Kerja

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KERJA

SATPAM SDN UNGARAN 1 YOGYAKARTA

A. KEDISIPLINAN

1. Datang pukul 6.00 sudahsiap di SDN Ungaran 1 Yogyakarta

2. Mengisi buku daftar hadir/absen baik datang maupun pulang

3. Pukul 6.30 sudah siap jaga di depan pintu gerbang

4. Mengatur lalulintas kendaraan, ketika siswa naik dan turun dari kendaraan

5. Mengatur sepeda motor/mobil guru dan tamu

6. Selalu siap di pos satpam

7. Melarang siswa keluar sekolah pada jam efektif tanpa surat izin dari kepala sekolah/guru

piket

8. Jika berhalangan hadir atau ada kepentingan keluar pada waktu tugas jaga, harus lapor

dan mendapatkan ijin dari kepala sekolah.

9. Menanyakan kepada setiap tamu yang datang tentang keperluannya dan diminta mengisi

buku tamu

10. Selalu siap menjaga ketertiban dan keamanan di dalam lingkungansekolah SDN Ungaran

1 Yogyakarta setiap hari.

B. KESOPANAN

1. Harus sopan dalam berbicara, bersikap, dan berprilaku terhadap semua warga sekolah dan

tamu

2. Dilarang keluar masuk kantor pada jam efektif jika tidak ada kepentingan

3. Dilarang merokok pada jam kerja selama berada di lingkungan sekolah

4. Bergurau sewajarnya dengan bahasa yang santun

C. KERAPIAN

1. Selama bertugas berseragam satpam lengkap dengan atribut

2. Bersepatu dan berpakaian bebas rapi pada waktu yang telah ditentukan sesuai keputusan

kepala sekolah

3. Dilarang memakai celana pendek, kostum dan sandal pada saat bertugas kecuali ada

alasan khusus

D. TUGAS TAMBAHAN

Menyiram dan merawat tanaman yang ada di lingkungan sekolah sesuai jadwal piket pada:

a. Setiap sore hari

b. Setiap hari libur nasional atau hari libur lain yang telah ditentukan.

Sanksi :

1. Peringatan secara lisan.

2. Diberi peringatan secara tertulis

3. Diberi tindakan

Yogyakarta, 11 Agustus 2014

Kepala Sekolah

Dwi Atmi Sutarini, M.Pd

NIP. 19680129 199203 2 005

Page 234: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

219

LAMPIRAN 7

Dokumentasi

Page 235: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

220

Lampiran 7.1. Foto-Foto pada Saat Penelitian

Anak-anak sedang membaca buku

dari pojok pustaka di ruang

belajar terbuka sambil menunggu

dijemput orang tuanya

Anak-anak mengerjakan tugas saat

jam wajib kunjung perpustakaan

Antusias anak-anak untuk membaca

buku di perpustakaan besar saat jam

istirahat sekolah

Antusias anak-anak membaca buku

literasi pada saat kelas literasi sebelum

pelajaran dimulai di SD Ungaran

1Yogyakarta

Wawancara dengan

Pegawai perpustakaan SD Ungaran 1

Yogyakarta

Pupuk dan pot untuk kegiatan

SEMUTLIS (Sepuluh Menit untuk

Tanaman dan Lingkungan Sekolah)

Page 236: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

221

Slogan berisikan pesan untuk

menghemat air

Aktivitas siswa pada saat jam istirahat

sekolah

Anak-anak pada jam pulang sekolah

membaca buku di pustaka umum di

lobby sekolah

Aktivitas siswa pada saat kegiatan

ekstrakurikuler wajib yaitu pramuka

Piala penghargaan sebagai bukti

prestasi sekolah

Kantin ssehat di gedung sayap utara

Page 237: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN …eprints.uny.ac.id/48714/1/Nur Laila Maharani_13110241040_skripsi.7.pdf · Kemendiknas Nomor 060/U/2002 pasal 23 ayat 1 tentang Pedoman Pendirian

222

Kebun toga yang digunakan dalam

proses pembelajaran siswa

Slogan-slogan yang ada di sekolah

Slogan-slogan berbahasa inggris yang

ada di area lobby sekolah

Pamphlet untuk promosi perpustakaan

Cahaya Ilmu

Promosi koleksi buku baru

peprustakaan Cahaya Ilmu