Kebijakan Publik
-
Upload
annisa-suwardani -
Category
Documents
-
view
122 -
download
0
description
Transcript of Kebijakan Publik
DARI RAKYAT UNTUK RAKYAT
Annisa Suwardani
1212120015
Ternyata kata-kata tersebut bukanlah hanya wacana atau sekedar harapan masyarakat Indonesia
semata. Tetapi hal tersebut memang terjadi dan dapat dirasakan setidaknya untuk warga Kota
Surakarta, atau lebih dikenal dengan Kota Solo. Kebijakan pemerintah kota (walikota) saat itu
dirasa benar-benar memihak kepada semua warga Surakarta. Lalu kebijakan Walikota Surakarta
manakah yang benar-benar memihak kepada rakyat? Dan bagaimana implementasi atas Perda
tersebut di lapangan?
Kebijakan Peraturan Daerah Kota Surakarta
Dengan persetujuan bersama antara DPRD Kota Surakarta dengan Walikota Surakarta, Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolan dan Perlindungan Pasar
Tradisional ditetapkan.
Lewat peraturan ini, Pemerintah Kota Surakarta berupaya mewujudkan kesejahteraan bagi
masyarakat. Dengan pemikiran bahwa semakin berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam
skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar
tradisional perlu diberdayakan dan dilindungi agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling
memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan. Kondisi situasi yang semakin maju
dan pertumbuhan kegiatan bisnis di Kota Surakarta tersebut maka dipandang perlu adanya
peraturan tentang pengelolaan dan perlindungan pasar tradisional.
Kota Peduli Pasar Tradisional
Kekhawatiran dominasi pasar modern semisal Surakarta Grand Mall (SGM), Singasaren Mall,
Surakarta Square, Makro, Beteng Trade Center (BTC) atau Pusat Grosir Surakarta (PGS) di kota
yang hanya seluas 44 Km2 ini dijawab oleh Pemkot Surakarta tidak hanya melalui Perda yang telah
ia keluarkan. Tindakan nyata dengan merenovasi pasar-pasar tradisional yang berjumlah 38 —
sebuah jumlah yang cukup banyak untuk ukuran kota besar dengan wilayah yang kecil. Bila di kota-
kota lain renovasi pasar tradisional hampir selalu mengundang resistensi komunitas pasar, di
Surakarta realita itu hampir tidak terjadi. Karena beban pembangunan pasar tradisonal disubsidi
pemkot. Jumlahnya pun tidak main-main. Dalam APBD 2006 Pemkot Surakarta menganggarkan
dana hingga Rp. 11 Milyar, yang bertambah menjadi Rp. 16,8 Milyar pada APBD 2007 (SM, 5/6).
Keberadaan PKL juga menjadi perhatian Pemkot Surakarta. Surakarta mengklaim sebagai satu-
satunya kota yang ‘berhasil’ mengelola keberadaan PKL di kotanya. Relokasi ribuan PKL Monumen
45 Banjarsari ke Pasar Klitikan Notohardjo Semanggi menjadi bukti, meski sejumlah pedagang
belakangan mengeluhkan sepinya pembeli.
Penertiban PKL pun dilakukan dengan cara yang manusiawi, tidak langsung membongkar paksa
atau mengerahkan aparat. Ia lebih dulu mengundang makan para pelaku sektor informal itu.
Setelah undangan makan yang ke-54, baru ia yakin pedagang siap dipindahkan. Acara pemindahan
meriah, lengkap dengan arak-arakan yang diramaikan pasukan keraton. Para pedagang gembira ria,
mereka menyediakan tumpeng sendiri.
Nilai Pancasila Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta
Telah jelas terlihat bahwa dari Perda Kota Surakarta No. 1 Tahun 2010 tersebut telah
mencerminkan kesemua nilai-nilai Pancasila di dalamnya. Tidak hanya Perdanya saja tetapi
pengimplementasiannya telah menjunjung tinggi nilai Pancasila, dan inilah sila-sila yang paling
menonjol pengaplikasiannya.
Pada sila ke – 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Terlihat pengimplementasian dalam
menertibkan para PKL dan pedagang yang memanusiakan manusia. Pemkot memperlakukan para
PKL sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai Mahluk tuhan Yang Maha Esa. Pemkot dalam
hal ini bersikap untuk tidak bertindak semena-mena terhadap mereka.
Tak hanya itu, Sila ke-4, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan / Perwakilan. Pemkot Surakarta mengetahui dengan jelas musyawarah harus
diutamakan dalam mengambil keputusan. Maka dari itu, dalam hal relokasi pasar Pemkot Surakarta
mengajak para PKL untuk makan bersama dan membicarakannya dengan baik agar mufakat untuk
kepentingan bersama ini dapat dicapai.
Lalu Sila ke-5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan landasan dari
ditetapkannya Perda Kota Surakarta No. 1 Tahun 2010. Pemkot Surakarta dalam hal ini ingin
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat
Surakarta dengan diberdayakannya pasar tradisional yang dapat terasa hingga kini.
Betapa masyarakat Surakarta patut berbangga atas perubahan yang terjadi dan mendorong
peningkatan ekonomi setiap lapisan masyarakat. Hal ini pun diharapkan dapat menular dan
menjadi contoh bagi para pemerintah kota lainnya dalam menerapkan kebijakan di Indonesia.
Pemerintah kota haruslah mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
dengan mengedepankan kepentingan bersama, kepentingan masyarakatnya.
Menjadi suatu harapan yang besar jika setiap masyarakat Indonesia dan Pemerintah dapat saling
bersinergi dalam mewujudkan bangsa yang besar, adil, makmur untuk semua lapisan
masyarakatnya tanpa ada pengecualian. Bukan suatu hal yang mustahil hanya perlu kesadaran dari
setiap individu untuk talk less do more, negara lain bisa pasti Indonesia pun bisa.