KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA...

88
KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA MEMERANGI ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) PERIODE 2014-2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Devina Febrianti 11141130000053 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019/1440 H

Transcript of KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA...

Page 1: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA

DALAM RANGKA MEMERANGI ISLAMIC STATE

OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) PERIODE 2014-2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Devina Febrianti

11141130000053

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019/1440 H

Page 2: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM

RANGKA MEMERANGI ISLAMIC STATE OF IRAQ AND

SYRIA (ISIS) PERIODE 2014-2017

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 April 2019

Devina Febrianti

Page 3: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Devina Febrianti

NIM : 11141130000053

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

“KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM

RANGKA MEMERANGI ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS)

PERIODE 2014-2017”

dan telah memenuhi syarat untuk diuji,

Jakarta, 4 April 2019

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi, Pembimbing,

Ahmad Alfajri, M.A Badrus Sholeh

NIP: NIP

Page 4: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

iv

Page 5: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

v

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan

pengiriman militer Australia dalam rangka memerangi ISIS. Irak adalah negara

yang menjadi target teror dan serangannya hingga ke wilayah Suriah.

Serangkaian teror yang dilakukan ISIS membuat negara-negara yang dipimpin

oleh Amerika Serikat membuat koalisi Global. Upaya ini terus dilakukan hingga

ISIS bisa dikalahkan dan dimusnahkan karena dianggap mengancam stabilitas

negara lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan,

yakni melalui buku, jurnal, dokumen pemerintah, serta sumber terkait lainnya.

Selain itu, penelitian ini juga mengumpulkan data dengan cara wawancara.

Kemudian, skripsi ini menggunakan Neorealis dan teori aliansi serta konsep

kontra terorisme untuk menjelaskan alasan. Australia terlibat dalam militernya.

Penemuan dalam skripsi ini berupa adanya pengiriman delapan pesawat tempur

jenis RAAF F/A18, satu pesawat Peringatan Dini dan Kendali jenis Wedgetail

Airbone E-7A, dan satu pesawat transportasi dan tangki multi-fungsi jenis KC-

30A.

Kata Kunci : ISIS, Koalisi Global, Australia, Militer

Page 6: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim, puji serta syukur penulis ucapkan kepada

Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan pengiriman militer Australia

ke Irak dan Suriah dalam rangka memerangi ISIS tahun 2014-2017”. Shalawat serta salam tak lupa diucapkan kepada Baginda Nabi Muhammad

SAW selaku tauladan bagi seluruh umat manusia.

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan program S1 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis kemudian menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan

dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih

sedalam-dalamnya kepada :

1. Allah SWT, terimakasih atas limpahan rahmat dan karunia atas

kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini,

2. Kedua orangtua penulis, Achmad Lukman Hakim dan Ratu Ratna Ria

yang selalu memberikan dukungan tiada henti secara moril dan materil

kepada penulis. Adik penulis, Firdaus Farhan dan Raihan Anwar atas

dukungan yang diberikan kepada penulis agar semangat walau disaat-saat

tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka Eka,

Ka Lia yang memberikan semangat agar segera menyelesaikan skripsi

penulis, serta anggota keluarga besar lain yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu,

3. Bapak Badrus Sholeh selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

membimbing, membantu, dan memberi dukungan tiada henti dalam

menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain

syukur mempunyai dosen yang baik hati semoga selalu dalam

lindunganNYA,

4. Segenap jajaran staff dan dosen Prodi HI UIN Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan wawasan yang bermanfaat bagi penulis dan

mahasiswa HI lainnya,

5. Sahabatku, Richa Octaviana yang merupakan sahabat setia sejak TK

namun tidak pernah lelah memberi dukungan,

6. Teman-teman penulis semasa kuliah Dina, Karbel, Zahra, Khirana, Putri,

Namira, Sakhna, Rifda, Wirda, Aisyah, Cesa, Ahda, Wina, Nanda, Tami,

Yoga, Aden, Purwo, Darma, Gema, Dhika, Arman, Aldi dan teman-teman

HI 2014 lainnya, terima kasih tiada hentinya saling menyemangati agar

penulisan cepat selesai,

7. Keluarga besar Fisip Mengajar yang setia menyemangati penulis,

8. Keluarga besar TBM Kolong yang memberikan motivasi, semangat,

dukungan agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsinya,

9. Agen SPAK Jakarta yang selalu memeberikan motivasi untuk segera

menyelesaikan studi.

Page 7: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

vii

Penulis juga berdoa agar segala dukungan dan bantuan yang diberikan

kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis juga

menyadari banyaknya kekurangan dari skripsi ini. Oleh karena itu saran dan

masukan untuk skripsi ini dapat disampaikan melalui email penulis, yaitu

[email protected]. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta

memberikan wawasan baru bagi setiap pembacanya.

Jakarta, 4 April 2019

Devina Febrianti

Page 8: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pernyataan Masalah....................................................................1

1.2. Pertanyaan Masalah...................................................................6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................6

1.4. Tinjauan Pustaka .......................................................................7

1.5. Kerangka Pemikiran ..................................................................12

1.5.1. Neorealis ........................................................................13

1.5.2. Teori Aliansi....................................................................15

1.5.3. Kontra Terorisme ............................................................16

1.6. Metode Penelitian ......................................................................19

1.7. Sistematika Penulisan ................................................................20

BAB II PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA KE IRAK DAN

SURIAH 2.1. Operasi Militer Australia ke Irak dan Suriah ............................23

2.2. Perluasan Serangan Militer Australia ........................................26

BAB III MEMERANGI ISIS PADA TAHUN 2014-2017

3.1. Sejarah Terbentuknya Koalisi Global .......................................30

3.2. Upaya Koalisi Global dalam Menghalau ISIS .........................34

3.3. Pejuang ISIS yang Kembali ke Negara Asalnya .......................37

BAB IV KEBIJAKAN PENGIRIMAN PASUKAN MILITER

AUSTRALIA KE IRAK DAN SURIAH DALAM

RANGKA MEMERANGI ISIS PADA TAHUN 2014-

2017 4.1. Implementasi Kebijakan Militer Australia dalam Rangka

Memerangi ISIS Tahun 2014-2017 ........................................45

Page 9: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

ix

4.2. Keterlibatan Australia dalam Penyerangan bersama Koalisi

Global ....................................................................................... 50

4.3. Kebijakan Menghentikan Operasi Militer ................................ 53

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... xiii

Page 10: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rapat Pertemuan Koalisi Anti-ISIS di Brussels............................ 32

Gambar 3.2 Sharrouf dan anaknya sebagai pejuang ISIS................................. 41

Page 11: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xi

DAFTAR SINGKATAN

ISIS Islamic State of Iraq and Syria

AQ Al Qaeda

AUSTRAC Australian Transactions and Reports Analysis Centre

DK PBB Dewan Keamanan PBB

UU Undang-undang

RTST The Returning Terrorist Suspects Team

Page 12: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil wawancara dengan Jamal Abdullah

Lampiran 2 Hasil wawancara dengan Keara Shaw

Lampiran 3 Dukungan militer yang diberikan anggota Koalisi untuk

operasi di Irak dan Suriah

Lampiran 4 Serangan ISIS tahun 2014-2017 di Australia

Lampiran 5 Lowy Institute Asia Power Index

Lampira 6 Letter dated 25 June 2014 from the Permanent

Representative of Iraq to the United Nations addressed to

the Secretary-Genera

Page 13: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah

Terorisme telah menghadirkan ancaman yang semakin besar di dunia.

Islamic State of Irak and Syria (ISIS) adalah kelompok teroris yang menuntut

didirikannya negara Islam yang beroperasi di wilayah Timur Tengah khususnya

di wilayah Irak dan Suriah. Kelompok ini telah mendeklarasikan sebagai negara

Islam pada tanggal 29 juni 2014.1

ISIS adalah kelompok ekstremis yang berbasis di Irak dan Suriah yang

menganut jihadis global. Kelompok ekstrimis ini dikatakan menjadi masalah

besar dan baru bagi negara-negara internasional yang bertujuan untuk

mendirikan negara Islam yang berorientasi Salafi mencakup Irak, Suriah, dan

bagian lain dari Levant dan beroperasi di beberapa bagian Suriah dan Irak. ISIS

mengklaim wilayah dari Aleppo di Suriah hingga Diyala di Irak.2

ISIS dikenal karena tindakan yang keras pada Islam dan mengajarkan

kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti melalui bom bunuh diri, menyiksa

dan memukuli orang yang tidak sependapat, menjarah bank serta kegiatan

negatif lainnya. Kekuatan ISIS yang meningkat dan mulai terorganisir membuat

1 Robert G. Rabil, “The ISIS Chronicles: A History”, The National Interest, 17 Juli

2014 https://nationalinterest.org/feature/the-isis-chronicles-history-10895 (Diakses pada 10

Desember 2018) 2 Ibid.,

Page 14: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

2

pendekatan dengan kekerasan lebih sering dilakukan dari pada diplomasi oleh

pihak pemerintah Suriah.3

Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menciptakan ketidakstabilan di

Irak, Suriah dan Timur Tengah yang lebih luas dan menimbulkan ancaman bagi

perdamaian dan keamanan internasional. ISIS secara aktif melakukan beberapa

pelanggaran HAM berat dan menghadirkan ancaman teroris global yang telah

merekrut ribuan pejuang asing ke Irak dan Suriah dari seluruh dunia dan

memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan ideologi ekstremis dan untuk

menghasut tindakan teroris.4

Irak merupakan daerah utama dan salah satu dari dua medan perang

utama ISIS. Bangkitnya kelompok teroris dimulai pada Januari 2014, ketika ISIS

(terpisah dari Al-Qaeda) menguasai kota Fallujah dan bagian Ramadi, di

provinsi Anbar Irak, dan memuncak pada Juni 2014 ketika serangan besar-

besaran ISIS berhasil masuk hanya beberapa hari untuk mengambil alih kota

utara Mosul, difasilitasi oleh desersi secara massal pasukan keamanan Irak.5

ISIS di Irak berkaitan dengan jatuhnya pemerintahan rezim Saddam

Hussein. Kelompok transnasional berlabel religius Islam ke Irak, baik yang

berasal dari kelompok sunni maupun syiah menciptakan ketidakstabilan wilayah

3 Patricia J Campbell, Aran MacKinnon, Christy R, An Introduction to Global Studies,

New York: Wiley-Blackwell, 2010. 4 “The Global Coalition To Defeat ISIS”, U.N Department of State,

https://www.state.gov/s/seci/index.htm (Diakses 28 September 2018) 5“The international coalition to counter ISIL/Da'esh (the 'Islamic State')”, European

Parliament, 17 Maret 2015,

http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRIE/2015/551330/EPRS_BRI%282015%2955

1330_EN.pdf (Diakses 28 September 2018)

Page 15: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

3

Irak. Keterlibatan negara lain seperti Amerika Serikat menjadikan masalah baru

yang belum ada solusi penyelesaiannya.6

Wilayah Suriah juga berdampak setelah Hafiz al-Assad dilaporkan

meninggal dunia pada tanggal 10 Juni 2000. Perubahan konstitusi terjadi dan

putra Hafiz al Assad, Bashar al-Assad, terpilih sebagai presiden. Pada awal

pemerintahannya, terdapat beberapa konflik seperti konflik agama dan kejadian

Arab Spring. Konflik agama berupa sengketa antara masyarakat pemeluk agama

Islam Syi‟ah dan Islam Sunni, sedangkan kejadian Arab Spring adalah kejadian

demo besar-besaran pada awal tahun 2011 di Timur Tengah yang menuntut

berakhirnya era kediktatoran negara menjadi era baru demokrasi. Era demokrasi

tersebutlah yang akhirnya membuka pintu kesempatan bagi pihak-pihak oposisi

untuk semakin mengencangkan suara dan pergerakannya, termasuk di Suriah.7

Pada 15 Maret 2011, terjadi aksi protes besar-besaranyang menuntut

kebebasan sipil dan pembebasan tahanan politik setelah 40 tahun berada di

bawah kekuasaan keluarga Assad. Rezim Assad melakukan tindakan terhadap

demonstrasi di Damaskus dan Dara'a dengan alasan untuk menghalau aksi

“pemberontakan bersenjata oleh kelompok Salafi.8

6 Mulyana Yan, “Power Negara Islam Irak dan Suriah”, Jurnal Ilmu Politik dan

Komunikasi, Volume VI No. 1, Juni 2016 https://jipsi.fisip.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-

06-no-1/2-deasy-hi-unpad-edited.pdf/pdf/2-deasy-hi-unpad-edited.pdf (Diakses 1 Oktober 2018) 7 Charles C Caris, Samuel Reynold, ISIS Governance in Syria, Institute for the Study of

War, 2014.

8S Pascal, “Enam Tahun Perang S uriah dari Aksi Damai Hingga Tembakan 60 Rudal

AS”, Kompas, 7 April 2017,

https://internasional.kompas.com/read/2017/04/07/19251371/enam.tahun.perang.suriah.dari.aksi.

damai.hingga.tembakan.60.rudal.as (Diakses pada 2 Oktober 2018)

Page 16: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

4

Suriah adalah wilayah yang juga mendapat ancaman dari ISIS.

Diperkirakan sepertiga wilayah Suriah (sebagian besar tidak berpenghuni), dan

mayoritas ladang minyak dan gasnya, berada di bawah kendali ISIS tetapi belum

berhasil mempertahankan wilayah penting di Suriah utara dan timur, termasuk

kota Raqqa, ibu kota dari kekhalifahan yang menyatakan diri sebagai kelompok.9

Keterlibatan ISIS mengancam dunia internasional. Dua negara yang

menyatakan ISIS sebagai kelompok teroris paska deklarasi ISIS yaitu Inggris

pada tanggal 20 Juni 2014 dan Australia pada tanggal 11 Juli 2014. ISIS

diketahui secara aktif merekrut pejuang dan keluarga dari Asia yang lebih luas,

termasuk Australia, Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar dan mencari

suaka di Indonesia dan Malaysia, serta Uighur di Xinjiang. Pada November

2015, sekitar 700 orang Indonesia dan sekitar 100 orang Malaysia berjuang

untuk ISIS. Asia Tenggara telah diidentifikasi sebagai pusat perekrutan kunci

dan target kemungkinan serangan sebagai bagian dari strategi untuk

kekhalifahan global.10

Tidak hanya di Asia Tenggara, ancaman ISIS juga tersebar di kawasan

Asia Pasifik seperti di Australia dan mendesak negara-negara Asia dan Pasifik

melawan kelompok ISIS seperti yang dikatakan oleh Perdana Menteri Australia

Tony Abbott. Australia telah menaikkan tingkat ancaman ke level tinggi tahun

2015. Abbott menambahkan kini tantangannya adalah mencegah kaum muda

9 Wawancara dengan Dr. Jamal Abdullah, International Fellows Pusat Studi Timur

Tengah dan Perdamaian Global Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggal 8 Oktober

2018 di Gedung FISIP UIN Jakarta Ruang 402. 10

Elish O‟Gara, “ISIS Look to Recruit Rohingya Muslims Fleeing Myanmar”, Europe

News Week, 2015, http://europe.newsweek.com/isis-look-recruit-rohingya-muslims-fleeing-

myanmar-328087(Diakses pada 6 Mei 2017)

Page 17: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

5

bergabung dengan ISIS. Di tengah kekhawatiran dampak domestik kelompok

ekstremis, Australia memperkenalkan langkah-langkah keamanan nasional salah

satunya mengalokasikan dana tambahan kepada polisi dan lembaga keamanan

guna mencegah aksi terorisme yang lebih besar lagi.11

Australia ikut dalam menjaga perdamaian dunia dengan masuk sebagai

anggota Koalisi global. Koalisi global sudah mendapat bantuan dari 66 negara

yang sepakat bekerjasama untuk menekan ISIS dalam lima hal yaitu,

mendukung Operasi Militer, peningkatan kapasitas, dan pelatihan (dipimpin oleh

AS dan Irak), menghentikan arus teroris asing (dipimpin oleh Belanda dan

Turki), menghentikan pendanaan ISIS (dipimpin oleh Italia, Arab Saudi, dan

AS), menangani bantuan kemanusiaan dan krisis asosiasi (dipimpin Jerman dan

UEA) dan mengekspos sifat ISIS (dipimpin oleh UEA, Inggris, dan AS).12

Beberapa negara lain pun mengambil langkah militer dan kemanusiaan

untuk menghalau ISIS di Suriah. Australia merupakan salah satu negara yang

turut mengambil peran dengan sekutunya Amerika Serikat dalam upaya

menghalau terorisme oleh ISIS tersebut dalam hal militer. Australia memastikan

pihaknya siap melakukan intervensi militer ke Suriah, seperti yang dilakukan

oleh negara lain.13

11

Ani, Nursalikah, “PM Australia Desak Negara Asia Pasifik Lawan ISIS”, Republika ,

11 Juni 2015, https://republika.co.id/berita/internasional/global/15/06/11/nprzy5-pm-australia-

desak-negara-asia-pasifik-lawan-isis (Diakses pada 3 Oktober 2018) 12

Kathleen, Mc.Innis, “Coalition Contributions to Countering the Islamic State”,

Congressional Research Service, 2016, hal. 2-9 13

“Islamic State: Tony Abbott refuses to rule out combat forces as Syria air strikes

announced”, The Sydney Morning Herald, https://www.smh.com.au/politics/federal/islamic-

state-tony-abbott-refuses-to-rule-out-combat-forces-as-syria-air-strikes-announced-20150909-

gjih49.html (Diakses pada 21 Desember 2018)

Page 18: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

6

Pada tahun 2014, Australia di bawah kepemimpinan Tony Abbott

menyatakan diri bahwa Australia akan turut serta dalam misi memerangi ISIS di

Irak yang diprakarsai oleh Amerika Serikat. Australia pun sebelumnya telah

mengirimkan 600 pasukan, Australia juga mengirimkan delapan pesawat tempur

jenis RAAF F/A18, satu pesawat Peringatan Dini dan Kendali jenis Wedgetail

Airbone E-7A, dan satu pesawat transportasi dan tangki multi-fungsi jenis KC-

30A akan dikirim ke wilayah operasi di Uni Emirat Arab.14

Oleh karenanya, makalah ini akan membahas tentang implementasi

kebijakan Australia untuk mengirim pasukan ke Irak Suriah dalam upaya

memerangi ISIS dan analisis terhadap kebijakan tersebut dengan menggunakan

Neorealis, Teori Aliansi dan konsep Kontra Terorisme.

1.2. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang dijelaskan pada latar belakang penelitian,

maka pertanyaan yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini adalah

Bagaimana implementasi kebijakan pengiriman pasukan militer Australia dalam

rangka memerangi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Periode 2014-2017?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:

14

“Australia Kirim 600 Tentara Tumpas ISIS”, JPNN, 15 September 2014,

https://www.jpnn.com/news/australia-kirim-600-tentara-tumpas-isis (Diakses pada 1 November

2017)

Page 19: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

7

1. Menganalisis keterlibatan Australia dalam Koalisi Global

2. Menganalisis implementasi kebijakan pengiriman pasukan militer Australia

ke Irak dalam rangka memerangi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)

periode 2014-2017

Penelitian juga memiliki manfaat penelitian, yaitu:

1. Penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan memberikan gambaran terhadap

ISIS dan mampu dengan cermat menilai kebijakan Militer Australia

terhadap ISIS.

2. Penelitian ini dapat dijadikan menjadi referensi ilmiah bagi para penstudi

Ilmu Hubungan Internasional.

1.4. Tinjauan Pustaka

Untuk menunjang penelitian ini, studi tertentu dijadikan sebagai bahan

rujukan yang sebelumnya pernah dilakukan. Diharapkan referensi ini dapat

memberikan kontribusi baru, memperkuat penelitian serta menjelaskan posisi

penelitian terhadap penelitian yang sudah diteliti sebelumnya.

Literatur pertama ialah ditulis oleh Anggriani N yang merupakan

Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin Makassar.

Penelitian beliau berjudul “Sikap Amerika terhadap gerakan ISIS di Irak dan

Suriah”.15

15

Nining, Anggraini, “Sikap Amerika terhadap gerakan ISIS di Iraq dan Suriah”,

Repository Unhas,

Page 20: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

8

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap

Amerika Serikat terhadap gerakan ISIS di Irak dan Suriah, dan bertujuan untuk

melihat faktor apa saja yang membuat Amerika Serikat berupaya untuk

memberantas ISIS, serta bagaimana Amerika Serikat melakukan tindakan

pencegahan terhadap gerakan ISIS tersebut. Sikap Amerika Serikat terhadap

gerakan ISIS di Irak dan Suriah, di mana Amerika Serikat merasa memiliki

kepentingan dan tanggung jawab sebagai “hegemon” di Irak dan Suriah.

Persamaan yang dapat dilihat ialah bagaimana negara menyikapi ISIS

dengan kebijakan militer baik yang bersifat mencegah semakin bertambah

meluasnya gerakan ISIS dan yang bersifat menekan dengan kekerasan bersenjata

terhadap basis-basis kekuatan ISIS di kedua negara tersebut.

Referensi yang diambil melihat bahwa AS melakukan suatu aliansi

dengan negara yang akan diteliti nantinya. Sedangkan hal yang membuat

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh Anggriani N ialah

negaranya. Oleh karena itu penelitian yang akan dilakukan akan melihat dari

perspektif kebijakan Australia. Bagaimana konsep Konter Terorisme dapat

melihat hubungan kerjasama militer.

Anggriani N menggunakan konsep kepentingan nasional. Charles W.

Kegley dan Eugene R. Wittkopf menyatakan bahwa tujuan dari sebuah negara

dalam mencapai kepentingan nasional adalah kepentingan nasional dari sebuah

negara hendaknya tidak hanya didasarkan pada upaya meningkatkan

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI%20REKTORAT.pdf?

sequence=1 (Diakses pada 22 September 2018)

Page 21: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

9

kesejahteraan bagi setiap warga negaranya, menyediakan pertahanan terhadap

serangan dari luar, dan melindungi nilai-nilai negara dan cara hidup.

Lebih jauh mereka juga menyatakan bahwa tidak mungkin sebuah negara

dapat mencapai kepentingan nasionalnya dengan mengurangi keamanan dan

kesejahteraannya terhadap pesaingnya. Namun gerakan ISIS yang sudah meluas

melewati batas Timur Tengah mengundang reaksi dari negara-negara yang

menjadikannya sebagai kepentingan global.16

Kepentingan global tersebut

adalah negara-negara bekerjasama karena adanya suatu permasalahan bersama

yang perlu ditangani dunia Internasional. Di mana kepentingan global

merupakan sebuah upaya mencapai kepentingan umum. Amerika Serikat sebagai

pencetus koalisi internasional kini didukung banyak negara. Koalisi ini bertujuan

untuk mencegah pergerakan ISIS yang akan meluas. Ini menunjukan bahwa

setiap negara merasa terancam dengan keberadaan ISIS sehingga diperlukan

kerjasama internasional untuk mencapai kepentingan global.

Dari Penelitian yang merujuk pada skripsi Anggraini N ini, maka

nantinya akan melihat pandangan berbeda dengan menggunakan konsep counter

terorism yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Selain itu akan melengkapi

pula penelitian sebelumnya dengan memperbaharui kasus yang kali ini peneliti

akan fokus pada periode 2014-2017.

Literatur kedua diambil dari jurnal berjudul “Strategic Counter-

Terrorism: A Game Changer in Fighting Terrorism?”. Jurnal ini ditulis oleh

16

Charles J Kegley, Eugene R. Wittkopf, World Politics Trend and Transformation ,

8th ed, (Boston: Bedford/St. Martin‟s, 2001).

Page 22: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

10

Gunaratna R yang banyak membahas mengenai strategi untuk menanggulangi

terorisme yang sudah mulai ada sejak peristiwa 9/11 dan lahirnya ISIS atau IS

tahun 2014.17

Terorisme dan ekstrimisme agama saling terkait dan mereka

menghadirkan ancaman yang semakin besar terhadap stabilitas sosial di seluruh

dunia.

Tantangan keamanan yang disajikan oleh keunggulan Al Qaeda (AQ),

yang disebut Negara Islam (IS), dan kelompok lain yang berfokus pada negara

seperti Taliban Afghanistan, Pakistan Taliban dan Filipina Abu Sayyaf Group di

antara yang lain, mengancam harmoni dan stabilitas sosial. Dengan demikian,

jika pemerintah gagal untuk mengelola atau mengekang ancaman dari

kelompok-kelompok ini dan kelompok-kelompok lain yang serupa, keluhan-

keluhan yang kelompok-kelompok teroris yang disebutkan di atas dengan cerdik

mengeksploitasinya dapat meningkat menjadi konflik dan meluasnya

pemberontakan di dalam wilayah geografis langsung dan di luarnya.

Persamaan penelitian yaitu melihat dari teori yang digunakan salah

satunya Kontra Terorisme. Teori ini sama sama digunakan untuk menganalisa

sejauh mana negara dapat menghalau serangan atau pengaruh yang

disebarluaskan oleh ISIS di wilayahnya. Perbedaan terlihat pada aspek ruang

lingkupnya karena penelitian yang ditulis Gunaratna R lebih umum sedangkan

17

Rohan, Gunaratna, “Strategic Counter-Terrorism: A Game Changer in Fighting

Terrorism?”, A Journal of the International Center for Political Violence and Terrorism

Research, Volume 9 No. 6, https://www.rsis.edu.sg/wp-

content/uploads/2017/06/CTTA_June_2017.pdf (Diakses pada 11 Januari 2019)

Page 23: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

11

dalam penelitian ini lebih bersifat khusus yaitu bagaimana Australia dapat

menghalau serangan dari teroris yaitu ISIS.

Diharapkan bahwa pemaparan yang dilakukan oleh Gunaratna R dapat

dijadikan acuan dalam penelitian ini dan membantu melengkapi tulisan agar

datanya lebih akurat.

Literatur ketiga diambil dari jurnal berjudul Power Negara Islam Irak

dan Suriah Ditulis ole Yan Mulyana, Akim, Deasy Silvya Sari yang merupakan

Dosen Hubungan Internasional, FISIP, UNPAD.18

Jurnal ini membahas

mengenai Arab Springs di Timur Tengah yang melahirkan konflik yang

berkepanjangan bagi kawasan Timur Tengah yang efeknya berimbas ke dalam

stabilitas hubungan internasional.

Salah satu wujudnya adalah lahir dan meluasnya Islamic State of Iraq

and Suriah (ISIS). Eksistensi ISIS memberikan teror baru pada dunia terkait

tindak kekerasan yang mereka lakukan disertai dengan okupasi radikal. Upaya-

upaya beberapa negara telah dilakukan untuk melenyakpan ISIS. Sayangnya,

koalisi internasional tidak mudah menundukkan ISIS karena power yang

dimilikinya, baik hard power maupun soft power.

Tulisan ini bertujuan untuk menelaah muncul dan berkembangnya ISIS

serta bentuk dan kapabilitas power yang dimiliki. Temuan dari penelitian ini

menujukkan bahwa ISIS memiliki kapabilitas power yang mumpuni dari sisi

18

Yan, Mulyana, Akim, Deasy Silvya Sari, “Power Negara Islam Irak dan Suriah”, Ilmu

Politik dan Komunikasi, Volume 06 No. 1, (Juni 2016),

https://jipsi.fisip.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-06-no-1/2-deasy-hi-unpad-edited.pdf/pdf/2-

deasy-hi-unpad-edited.pdf (Diakses pada 1 Oktober 2018)

Page 24: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

12

hard power dan soft power. Okupasi ISIS berbasis power menimbulkan respon

kuat dari negara-negara dalam hubungan internasional. Diharapkan telaahan

transnasional movement berbasis keislaman dapat memberikan kontribusi bagi

Studi Hubungan Internasional.

Persamaan penulisan terdapat pada topik utama pembahasan yaitu

mengenai ISIS. Pada jurnal ini lebih menitikberatkan pada ISIS secara umum

sehingga perbedaan dapat dilihat bahwa penelitian yang akan dilakukan lebih

fokus pada ISIS di Australia dan kebijakan militernya.

Diharapkan Jurnal ini dapat membantu mengetahui secara jelas sejarah

keberadaan ISIS DI Irak dan Suriah.

1.5. Kerangka Pemikiran

Untuk melengkapi penelitian dibutuhkan beberapa teori-teori atau

konsep-konsep yang relevan yang mendukung masalah penelitian. Kerangka

pemikiran merupakan merupakan kajian teoritis berdasarkan pengujian secara

empiris terhadap kesimpulan analisis teoritis.19

Dalam menganalisis alasan Australia mengeluarkan kebijakan untuk

mengirim pasukan militer ke Irak dalam upaya melawan ISIS akan

menggunakan satu grand teori yaitu Neorealis menurut John Mearsheimer serta

konsep kontra-terorisme.

19

Jujun S, Suriasumantri, filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka

Sinar Rajawali, 1990, hal. 128.

Page 25: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

13

1.5.1 Neorealis

Neorealisme berawal dari sebuah kritik atas asumsi dasar realisme yang

menganggap sifat dasar manusia sebagai perebutan kekuasaan dalam hubungan

internasional. Pandangan neorealisme, sifat dasar manusia yang konfiktual tidak

berdampak pada perilaku negara dalam politik internasional. Menurut

pandangan neorealisme, yang lebih berpengaruh adalah struktur anarki

internasional. Struktur ini memaksa negara untuk bertindak agresif.20

Teori Mearsheimer memiliki lima asumsi dasar. Pertama adalah bahwa

ada anarki dalam sistem internasional, yang berarti bahwa tidak ada kekuatan

yang unggul secara hirarki yang dapat menjamin batas-batas pada perilaku

negara. Kedua, semua kekuatan besar memiliki kemampuan militer ofensif, yang

mampu mereka gunakan untuk melawan negara lain. Ketiga, negara-negara tidak

pernah dapat memastikan bahwa negara-negara lain akan menahan diri untuk

tidak menggunakan kemampuan militer ofensif tersebut. Keempat, negara

berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka di atas semua

tujuan lain, karena merupakan sarana untuk semua tujuan lainnya. Kelima,

negara adalah aktor rasional, yang berarti bahwa mereka mempertimbangkan

konsekuensi langsung dan jangka panjang dari tindakan mereka, dan berpikir

secara strategis tentang cara untuk bertahan hidup. 21

20

Glenn H. Snyder, “A Review Essay, “Mearsheimer s World: Offensive Realism and

the Struggle for Security”, Perpustakaan nasional,

http://eresources.perpusnas.go.id:2048/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=t

rue&db=edsjsr&AN=edsjsr.3092155&site=eds-live (Diakses pada 25 Februari 2019) 21

John J Mearsheimer, The Tragedy of Great Power Politics, (New York: W. W.

Norton, 2001).

Page 26: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

14

Mearsheimer dalam Realisme Offensif memulai dengan pernyataan

bahwa kekuatan yang besar ialah dengan memaksimalkan kekuatan relatif.

Masing-masing negara didorong untuk mengumpulkan kekuatan dalam

menghalau serangan lawan. Mearsheimer berpendapat dari pandangan Waltz

bahwa kekuasaan dan keamanan tidak akan pernah terpuaskan. Mempertahankan

dan meningkatkan kekuatan adalah tujuan utama negara. Realis ofensif

berasumsi bahwa sistem internasional menciptakan insentif yang kuat bagi

negara untuk mencari peluang ketika manfaat lebih besar untuk mendapatkan

kekuasaan dan untuk mengambil keuntungan dari situasi-situasi. Tujuan utama

negara adalah menjadi hegemon dalam sistem.22

Kondisi ketidakpastian yang dialami setiap negara dalam politik

internasional tersebut yang menyebabkan setiap negara berusaha untuk

mencapai kapabilitas keamanan dan kekuatan semaksimal mungkin. Kekuatan

dalam pandangan neorealisme adalah kapabilitas material yang mampu dikontrol

oleh negara. Maka, dalam pandangan neorealisme, negara yang kuat adalah

negara yang mempunyai kapasitas militer dan ekonomi yang kuat.

Negara hegemon berusaha mempertahankan keseimbangan kekuatan

antara setidaknya dua kekuatan besar dalam wilayah yang berdampingan,

sehingga perhatian dan energi dari kekuatan ini akan saling bersaing. Dia tidak

menekankan bahwa ekspansi dapat berkontribusi (positif atau negatif) untuk

nilai selain kekuasaan dan keamanan. Fokus Mearsheimer yang tak henti-

hentinya pada persaingan kekuasaan-keamanan antara kekuatan besar tentu

22

Ibid.,

Page 27: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

15

berarti bahwa banyak aspek politik internasional yang secara esensial dianggap

esensial diberikan sedikit perhatian atau dihilangkan sama sekali. Sebaliknya,

perebutan kekuasaan mengasumsikan peran yang membengkak jauh melampaui

apa yang disatukan, atau perlindungan hak asasi manusia.23

Australia bergabung dengan aliansi Amerika Serikat dalam memerangi ISIS

dengan bekerjasama dalam bidang militer seperti mengirim pasukan ke Irak,

penempatan pangkalan militer Amerika di Australia, pengiriman pesawat tempur

ke Suriah, dan kerjasama lainnya. Dengan kata lain, Australia akhirnya

memutuskan untuk berkoalisi dengan Amerika Serikat untuk memerangi ISIS di

Suriah karena mereka memang mempunyai kedekatan (beraliansi). Australia

berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup agar tetap aman dan

memutuskan untuk meningkatkan militernya.

1.5.2. Teori Aliansi

Negara adidaya memahami bahwa mereka perlu menjalankan self help

dengan aliansi dengan negara lain yang berguna untuk menghadapi bahaya

lawan. Namun tetap saja dalam aliansi tersebut, negara berkumpul dalam suatu

kepentingan yang sama ,yang disebut dengan Aliansi. Negara dituntut untuk

dapat menyediakan segala kebutuhannya sendiri. Namun bukan berarti negara

tersebut tidak memerlukan negara lain. Seperti diketahui bahwa tidak ada negara

23

John J Mearsheimer, Op.cit., hlm. 146

Page 28: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

16

yang dapat bertahan tanpa adanya negara lain. Bantuan dari negara lain juga

termasuk bagian dari self help system. 24

Dalam sebuah pertemuan informal yang dihadiri enam menteri

pertahanan dari Inggris, Perancis, Australia dan enam negara lain, Menteri Luar

Negeri Amerika Serikat John Kerry menyatakan bahwa dunia internasional

membutuhkan strategi dan gagasan yang solid serta sumbangan masing-masing

negara untuk memerangi ISIS.25

Australia bergabung dengan Amerika Serikat dalam memerangi ISIS

dengan bekerjasama dalam bidang militer seperti mengirim pasukan ke Suriah

dan Irak, penempatan pangkalan militer Amerika di Australia, pengiriman

pesawat tempur ke Suriah, dan kerjasama lainnya.

1.5.3. Konsep Kontra Terorisme

Kontra Terorisme diartikan sebagai tindakan untuk melawan ancaman

terorisme, mencegah terorisme, dan mengurangi pengaruh organisasi terorisme.

Kita dapat menggunakan dari strategi kontra-terorisme yang dilakukan oleh

European Union Counter-Terrorism Strategy pada tahun 2005.26

Kemudian, konsep Counter Terrorism tersebut akan diaplikasikan dengan

operasi Counter Terrorist. Counter Terrorism dibagi ke dalam beberapa jenis,

yaitu preventif (upaya pencegahan terorisme), represif (upaya yang dilakukan

24

John J Mearsheimer, Op.cit., hlm. 79 25

Kathleen, Mc.Innis, (2016), “Coalition Contributions to Countering the Islamic

State”, Congressional Research Service, hal. 2-9 26

Budi Winarno, Dinamika Isu-Isu Glabal Kontemporer, (Yogyakarta: CAPS, 2014),

Hal. 185.

Page 29: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

17

saat terorisme terjadi), dan kuratif (upaya setelah terorisme terjadi).27

Operasi

tersebut tentunya berupaya untuk mewujudkan komitmen sebuah negara untuk

menjaga keamanan warga negaranya pada khususnya dan warga dunia pada

umumnya.

Pemerintah Australia tentu saja khawatir jika warga negaranya merasa

terancam dan tidak aman karena penyebaran kelompok terorisme ISIS di dunia.

Oleh karena itu, Australia telah melakukan upaya preventif dalam mengkonter

terorisme, Australia sudah memiliki Undang Undang Hukum Pidana 1995

(Criminal Code Act 1995) mengenai Pelanggaran Tindak Terorisme di

Australia.28

Tidak hanya kebijakan undang-undang yang dikeluarkan oleh Australia,

negara ini juga mempunyai sebuah badan khusus yang menggunakan sebuah

teknologi bernama Australian Transactions and Reports Analysis Centre

(AUSTRAC). Badan ini yang memantau rekening bank dan pergerakan uang di

Australia sehingga dapat terkontrol dengan baik. Kesempatan ini untuk

menangkap orang yang terlibat dalam pendanaan terorisme cukup besar. Juga

memungkinkan untuk membekukan rekening bank di Australia jika dana dalam

27

Eko, Sulistyo, Upaya Preventif Melawan Terorisme, 2017, http://ksp.go.id/upaya-

preventif-melawan-terorisme/ (Diakses pada 2 Januari 2019) 28

“Australia's counter terrorism laws”, Australian Goverment,

https://www.ag.gov.au/NationalSecurity/Counterterrorismlaw/Pages/AustraliasCounter

TerrorismLaws.aspx

Page 30: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

18

rekening tersebut terdeteksi dimiliki atau berasal dari organisasi teroris

terdaftar.29

Bisa dikatakan bahwa pemerintah Australia pun membuat kebijakan-

kebijakan Counter Terrorism yang diterapkan dengan cara pendekatan ekonomi,

sosial, dan budaya, serta menjalin kerjasama dengan sejumlah negara lain untuk

sama-sama melawan terorisme, khususnya terorisme yang dilakukan oleh ISIS.

Hal tersebut dilakukan karena pengaruh ISIS bisa saja melebar ke kawasan

Australia dan sekitarnya.

Kontra Terorisme dalam bidang militer pun telah dilakukan oleh Australia

dengan mengirimkan pasukan ke Irak, serta mengirimkan pesawat seperti

delapan pesawat jet RAAF F/A18 dan dua pesawat tempur yang berbasis di Uni

Emirat Arab. Hal ini dilakukan pemerintah Australia mengingat ISIS juga

memiliki anggota yang besar serta memiliki persenjataan yang cukup canggih

dalam melawan pasukan pemerintah Irak serta pasukan koalisi dalam

mewujudkan tujuan mereka mendirikan negara Islam.30

1.6. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Cresswell

mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai “Qualitative research is descriptive

29

Council of Australia Governments, “Australian Counter Terorism Strategy”,

https://www.nationalsecurity.gov.au/Media-and-

publications/Publications/Documents/Australias-Counter-Terrorism-Strategy-2015.pdf (Diakses

pada15 April 2018) 30

”Australia Kirim 600 Tentara dan 8 Pesawat Tempur Melawan ISIS”, VOA Indonesia,

https://www.voaindonesia.com/a/australia-kirim-600-tentara-dan-8-pesawat-tempur-

melawan-isis/2449316.html (Diakses pada 10 April 2018)

Page 31: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

19

in that the research is interested in process, meaning, and understanding gained

through words or pictures”31

. Pernyataan ini menjelaskan bahwa penelitian

deskriptif adalah penelitian yang menitikberatkan pada sebuah proses,

pemaknaan dan pemahaman yang kemudian dijabarkan dalam bentuk kata-kata

atau gambar.

Teknik pengumupulan data yang digunakan dalam penelitian, yaitu telaah

Pustaka. Dengan mengumpulkan data teoritis yang bersumber dari literatur,

berupa buku, artikel, makalah, koran, jurnal, dokumen, dan situs-situs resmi

yang memuat kebijakan pemerintah Australia dalam mengirimkan militernya ke

Suriah.

Selain telaah pustaka, dilakukan wawancara dengan berbagai sumber yang

berkaitan dengan penulisan mengenai kebijakan Australia terhadap pengiriman

militernya ke Suriah. Dalam KBBI disebutkan bahwa pengertian

wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk

dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Hasil wawancara ini

dapat dijadikan referensi untuk membantu melengkapi analisa yang akan

dituliskan penulis dalam makalah berjudul kebijakan pengiriman militer

Australia dalam upaya memerangi ISIS di Suriah.

Wawancara akan dilakukan dengan beberapa responden yang ahli dan

berkaitan dalam bidangnya yaitu Prof. Dr. Jamal Abdullah yaitu sebagai Ahli

Kebijakan dan Keamanan Luar Negeri Teluk. Dari wawancara dengan beliau

31John, “Research Design, Qualitative, Quantitative Approaches”, 145.

Page 32: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

20

diharapkan dapat menemukan informasi mengenai Perkembangan ISIS di

Suriah.

Respoden kedua yaitu dengan Kedutaan Australia di Indonesia yaitu Keara

Shaw. Dari responden kedua, diharapkan akan melengkapi penelitian mengenai

sikap Australia dalam Pengimplementasian kebijakan melawan ISIS.

Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data

kualitatif. Dengan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan

data yang diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori yang digunakan. Data

statistik akan digunakan sebagai data pendukung teoritis saja.

Metode penulisan yang digunakan adalah metode penulisan deduktif.

Pembahasan akan dimulai dengan menggambarkan masalah secara umum

terlebih dahulu bagaimana awal kemunculan ISIS di kawasan Australia

kemudian menggambarkan masalah secara khusus berdasarkan pemaparan

sebelumnya yaitu mengenai implementasi pengiriman militer ke Irak dan

Suriah.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal penelitian mengenai Kebijakan Militer

Australia dalam upaya memerangi ISIS di Suriah maka penulis membagi dalam

lima bab utama, yang terdiri dari

Bab I yang berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan dan

manfaat penulisan, tinjauan pustaka, teori, metode penelitian dan sistematika

Page 33: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

21

penulisan. Latar belakang dalam penulisan ini akan berfokus pada awal

kemunculan ISIS serta pengaruhnya terhadap negara lain terutama di kawasan

Australia. Sehingga dalam latar belakang akan dijelaskan langkah awal Australia

untuk mencegah terjadinya teror yang dilakukan ISIS salah satunya dengan

bergabung dalam koalisi anti ISIS.

Bab II berisi bagaimana pengiriman militer Australia dalam rangka

memerangi ISIS tahun 2014-2017. Dijelaskan pula mengenai operasi militer

yang dilakukan Australia.

Bab III berisi mengenai Perang Melawan ISIS tahun 2014-2017. Pada

bab ini akan dijelaskan mengenai Respon Australia terhadap ISIS sehingga

Australia memutuskan untuk bergabung bersama Koalisi global Anti ISIS agar

kekuatannya bisa dimaksimalkan dalam menghalau serangan yang datang.

Dijelaskan pula pembentukan koalisis Anti ISIS oleh Amerika Serikat serta

langkah upaya apa saja yang sudah dilakukan dalam serangan ke Irak dan Suriah.

Bab IV berisi bagaimana implementasi kebijakan pengiriman militer

Australia dalam rangka memerangi ISIS Periode 2014-2017. Pada bab ini akan

dijelaskan bentuk pengiriman militer Australia seperti dalam hal pengiriman

pesawat Australia dalam hal serangan ke Australia. Selain itu akan ditambahkan

beberapa analisis mengenai keberhasilan Australia dibidang militer.

Terakhir yaitu Bab V akan menjelaskan mengenai penutup yang berisi

kesimpulan. Kesimpulan diperlukan sebagai Argumen akhir penulis yang akan

dipaparkan berupa penjelasan yang didapat dari bab sebelumnya. Daftar Pustaka

Page 34: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

22

yang merupakan lampiran wajib dalam penulisan proposal ilmiah sebagai

pendukung penulisan agar tidak dikatakan sebagai plagiarisme.

Page 35: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

23

BAB II

PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA KE IRAK DAN

SURIAH

Bab ini akan membahas bagaimana Australia mengirimkan militernya

dan bagaimana operasi militer Australia ke Irak dan Suriah. Australia telah

mengirimkan 600 pasukan serta delapan pesawat tempur jenis RAAF F/A18,

satu pesawat Peringatan Dini dan Kendali jenis Wedgetail Airbone E-7A, dan

satu pesawat transportasi dan tangki multi-fungsi jenis KC-30A akan dikirim ke

wilayah operasi di Uni Emirat Arab.32

2.1. Operasi OKRA Australia ke Irak dan Suriah

Australia di bawah kepemimpinan Tony Abbott akan memperpanjang

jarak tempurnya dari Irak ke Suriah atas permintaan AS dengan Royal

Australian Air Force (RAAF). Serangan udara untuk pertama kalinya ke Suriah

berlangsung pada 14 September 2015, yaitu sehari sebelum Tony Abbott

digantikan oleh Perdana Menteri Malcolm Turnbull.33

Ia juga mengumumkan

bahwa Australia akan menerima 12.000 pengungsi Suriah dari kaum minoritas.

Namun dalam memerangi ISIS di Suriah, Australia harus

32

”Australia Kirim 600 Tentara dan 8 Pesawat Tempur Melawan ISIS”, VOA Indonesia,

https://www.voaindonesia.com/a/australia-kirim-600-tentara-dan-8-pesawat-tempur-

melawan-isis/2449316.html (Diakses pada 10 April 2018) 33

“2 Bom Pertama Australia Gempur ISIS di Suriah”, Liputan 6,

https://www.liputan6.com/global/read/2116385/2-bom-pertama-australia-gempur-isis-di-suriah

Page 36: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

24

mempertimbangkannya dengan lebih matang. Dalam Pidatonya pada tahun

2015, Tony Abbot Berkata:

We have a formal request from the Americans to extend our airstrikes

into Syria,” the prime minister told reporters in the western city of

Perth. (ISIS) is a movement of almost incalculable, unfathomable evil

and it’s very important that Australia play its part in the campaign to

disrupt, degrade and ultimately destroy this death cult. While there is a

little difference between the legalities of airstrikes on either side of the

border, there’s no difference in the morality.34

Permintaan resmi dari Amerika untuk memperluas serangan

udara ke Suriah, "perdana menteri mengatakan kepada wartawan di

kota Perth barat. (ISIS) adalah gerakan kejahatan yang hampir tak

terhitung, tak terduga dan sangat penting bahwa Australia

memainkan perannya dalam upaya untuk menghancurkan gerakan

ini. Meskipun ada sedikit perbedaan antara legalitas serangan udara

di kedua sisi perbatasan, tidak ada perbedaan dalam moralitas.

Dari pidato Tony Abbot dapat dipandang sebagai suatu komitmen

kebijakan militer Australia untuk menjaga keamanan wilayah Australia.

Perluasan pengiriman militer dari Irak menuju Suriah ialah langkah konkrit

Australia yang ikut serta dalam hal memberantas keberadaan ISIS yang semakin

terorganisir dan mengancam kehidupan warga dunia. Upaya peningkatan ini

terus dilakukan karena Australia melihat bahwa keamanan wilayahnya harus

tetap terjaga.

Partisipasi militer Australia disebut Operasi Okra dan termasuk aktivitas

di wilayah Irak dan Suriah. Operasi Okra adalah kontribusi Angkatan Pertahanan

Australia (ADF) untuk operasi internasional yang dipimpin AS terhadap ISIS di

34

“U.S., allies hit ISIS militants in Iraq with 15 air strikes”, World Defense,

https://world-defense.com/threads/war-against-isis.1272/page-37 (Diakses pada 11 Januari

2019).

Page 37: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

25

Irak dan Suriah. Hingga Juni 2017, sekitar 780 personel Australia dikerahkan ke

Timur Tengah sebagai bagian dari misi ini.35

Kontribusi ADF adalah bagian dari komitmen pasukan berjumlah 9.000

dari 23 negara, meskipun 72 negara adalah bagian dari Koalisi Global yang lebih

luas untuk melawan ISIS dan memberikan bantuan non-militer seperti dukungan

keuangan, peralatan, kemanusiaan, dan logistik.36

Koalisi Global melibatkan Pemerintah Irak, Negara-negara Teluk dan

mitra internasional. Hingga Agustus 2017, sekitar 780 personel Australia

dikerahkan ke Timur Tengah untuk mendukung Operasi Okra. Personel ini

dibagi menjadi tiga elemen.

Air Task Group (ATG) sekitar 300 personil yang beroperasi di Irak,

Suriah dan di seluruh Timur Tengah. Dari mulai operasi hingga akhir Juni 2017,

Hornet F / A-18 melakukan 50 sorti di Suriah, dan mengirimkan 68 amunisi.

Selama periode yang sama di Irak, ADF melakukan 2.399 sorti dan 2.100

amunisi yang digunakan. Refueller KC-30A memasuki wilayah udara Suriah

pada 116 kesempatan antara September 2014 dan Juni 2017. E-7A AEW & C

memasuki wilayah udara Suriah 194 kali antara September 2014 dan Juni 2017.

22 Pesawat pendukung Australia tidak hanya membantu pesawat Australia

35

“Operation Okra”, Air Force, https://www.airforce.gov.au/operations/middle-

east/operation-okra 36

“Syrian Military Operation”, Parliament of Australia,

https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p

ubs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps (Diakses pada 3 Januari 2019)

Page 38: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

26

selama misi mereka, tetapi juga pesawat Koalisi lainnya baik, yang sebagian

mungkin menjelaskan tingkat upaya yang lebih tinggi.37

Special Operation Task Group (SOTG) sekitar 80 personil dan yang

terakhir ialah Task Group Taji (TG Taji) sekitar 300 personil di Irak. Pasukan

Australia juga telah bergabung dengan pasukan Selandia Baru dalam Kelompok

Tugas Gabungan sebagai bagian dari misi Membangun Kapasitas Mitra koalisi.

Ini dirancang untuk membangun ketahanan dan kapasitas Irak melalui pelatihan

pasukan Irak.38

2.2. Perluasan Serangan Militer Australia

Pada Juli 2016, lebih dari 23.000 personel Irak telah menerima pelatihan

melalui program ini. Pemerintah baru-baru ini mengumumkan akan memperluas

upaya Australia untuk memasukkan pelatihan bagi petugas penegak hukum

sejalan dengan upaya untuk meningkatkan elemen-elemen lain dari negara Irak

yang diperlukan untuk stabilitas jangka panjang.39

Pada tanggal 14 September 2015, Menteri Pertahanan Kevin Andrews

mengkonfirmasi ATG telah menyelesaikan serangan pertamanya terhadap target

ISIS di Suriah timur, dengan F / A-18 menghancurkan sebuah pengangkut

personel lapis baja yang disembunyikan di sebuah kompleks. Pesawat tempur

37

“Operation OKRA”, Air Force, https://www.airforce.gov.au/operations/middle-

east/operation-okra (Diakses pada 22 Maret 2019) 38

Ibid., 39

Opcit.,

Page 39: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

27

yang melakukan misi di Suriah juga beroperasi dengan peringatan dini udara dan

pesawat kendali dan pesawat pendukung lainnya, seperti refueller.40

Pada 1 September 2016, Perdana Menteri Turnbull dan Menteri

Pertahanan Marise Payne merilis pernyataan yang mengkonfirmasi ADF

memiliki otoritas penuh untuk menargetkan semua anggota ISIS, sesuai dengan

hukum internasional. Jumlah korban sipil yang dilaporkan tinggi sebagai akibat

dari serangan udara Koalisi Global telah menjadi masalah yang sedang

berlangsung dalam konflik ini, meskipun secara luas diakui bahwa sifat perang

perkotaan dan taktik ISIS memperburuk potensi korban sipil. Koalisi udara di

Libya, Suriah, dan Yaman menunjukkan bahwa korban sipil tidak hanya

mungkin terjadi, tetapi juga tak terhindarkan terlepas dari langkah-langkah yang

diambil untuk menghindarinya.41

LSM AirWars memperkirakan bahwa dari awal operasi pada 2014 hingga 8

Agustus 2017, antara 14.056 dan 20.543 warga sipil kemungkinan besar telah

meninggal pada 1.995 insiden. Koalisi yang dilaporkan secara terpisah di Irak

dan Suriah, yang menyatakan bahwa koalisi global bertanggung jawab atas lebih

banyak kematian warga sipil daripada Rusia. Terlepas dari tantangan signifikan

dalam memverifikasi korban, perkiraan ini secara radikal berbeda dengan total

40

“Jet Tempur Australia Mulai Mengebom Suriah”, Detik News,

https://news.detik.com/abc-australia/d-3020093/jet-tempur-australia-mulai-mengebom-suriah 41

Ibid.,

Page 40: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

28

603 di mana koalisi global menilai itu bertanggung jawab sejak awal operasi

militer pada Agustus 2014.42

ISIS akan mampu melancarkan serangan terhadap kepentingan

Australia maupun negara-negara Barat lainnya yang ada di wilayah

Indonesia dan sekitarnya. Mencuatnya ISIS di Timur Tengah menjadi hal

yang mendestabilisasi keamanan Australia, juga mendestabilisasi keamanan

Indonesia dan mendestabilisasi keamanan negara di dunia.43

42

“Australian military operations”, Parliament of Australia,

https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p

ubs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps (Diakses pada 23 November 2018) 43

“Peringatan Australia ISIS Incar Indonesia Jadi Wilayah Kekhalifahan”, Detik,

https://news.detik.com/internasional/3101960/peringatan-australia-isis-incar-indonesia-jadi-

wilayah-kekhalifahan

Page 41: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

29

BAB III

MEMERANGI ISIS PERIODE 2014-2017

Dalam menjalin hubungan internasional, ketika suatu negara dihadapkan

pada ancaman dari luar, negara tersebut akan cenderung melakukan dengan

melawan sumber ancaman ataupun dengan cara beraliansi dengan sumber

ancaman tersebut. Aliansi yang seperti ini juga nampak pada pola hubungan yang

dibangun oleh Australia dalam inisiatifnya untuk membangun aliansi bersama

dengan Amerika Serikat dan New Zealand melalui ANZUS Treaty. Australia

memandang Amerika Serikat sebagai negara hegemoni dalam perpolitikan dunia,

sehingga ia tetap mempertahankan diri dalam perjanjian yang dibangun dengan

Amerika Serikat.44

Dalam sebuah pertemuan informal yang dihadiri enam menteri

pertahanan dari Inggris, Perancis, Australia dan negara lainnya, Menteri Luar

Negeri Amerika Serikat John Kerry menyatakan bahwa dunia internasional

membutuhkan strategi dan gagasan yang solid serta kontribusi masing-masing

negara untuk memerangi ISIS ysng masuk dalam kejahatan luar biasa.45

Australia bergabung dengan aliansi Amerika Serikat dalam memerangi

ISIS dengan bekerjasama dalam bidang militer seperti mengirim pasukan ke Irak,

44

“Australia Invokes ANZUS Treaty to Stand by the US”, Australian Defence

Magazine, dari http://www.australiandefence.com.au/D8C208B0F806118DFE0050568 C22C9

(Diakses pada 15 April 2017) 45

Kathleen, Mc.Innis, Coalition Contributions to Countering the Islamic State,

Congressional Research Service, 2016, hal. 2-9.

Page 42: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

30

penempatan pangkalan militer Amerika di Australia, pengiriman pesawat tempur

ke Suriah, dan kerjasama lainnya.

Setelah ISIS mendeklarasi menjadi negara Islam, pada bulan Juni 2014

hingga Februari 2017 telah melakukan aksi teroris sekitar 143 serangan di 29

negara. Menurut Soufan Center jumlah anggota ISIS di Suriah September 2015

yaitu sejumlah 30.000 dari 110 negara dengan rincian dari negara Eropa

sejumlah 5000, Rusia sekitar 4.800, Amerika utara sekitar 280, Balkan 875,

Afrika 8000, Timur tengah 8240 dan Asia Pasifik sejumlah 900. September

2017, INTERPOL telah mengumpulkan nama-nama sekitar 19.000 orang

dikonfirmasi telah bergabung dengan ISIS. 46

3. 1. Sejarah Terbentuknya Koalisi Global

Pada 9 September 2015, Perdana Menteri Australia bernama Tony Abbott

mengumumkan Australia akan memperluas komitmen militernya untuk

melakukan operasi terhadap militan ISIS yang berada di sana dari Irak ke Suriah.

Dijelaskan pula pembentukan koalisi global oleh Amerika Serikat serta langkah

upaya apa saja yang sudah dilakukan dalam serangan ke Irak dan Suriah. Respon

Australia terhadap ISIS sehingga Australia memutuskan untuk bergabung

46

“Foreign Fighters”, The Soufan Group, http://soufangroup.com/wp-

content/uploads/2015/12/TSG_ForeignFightersUpdate3.pdf (Diakses pada 22 Maret 2019)

Page 43: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

31

bersama Koalisi Anti ISIS agar kekuatannya bisa dimaksimalkan dalam

menghalau serangan yang datang.47

Sebelum pembentukan koalisi global, pada tanggal 25 juni 2014 Irak

telah mengirim surat kepada PBB untuk meminta perlindungan dan pengamanan

untuk masyarakat Irak dari ancaman ISIS. Dalam suratnya Mentri Luar Negeri

Irak bernama Ibrahim al-Ushayqir al-Ja„fari mengatakan bahwa

We have previously requested the assistance of the international

community. While we are grateful for what has been done to date, it has

not been enough. We therefore call on the United Nations and the

international community to recognize the serious threat our country and

the international order are facing. These international terrorist groups

seek to eliminate borders, exacerbate violence and fan the flames of civil

war. On the other hand, the Iraqi Government is seeking to avoid falling

into a cycle of violence. To that end, we need your support in order to

defeat ISIL and protect our territory and people. In particular, we call on

Member States to assist us by providing military training, advanced

technology and the weapons required to respond to the situation, with a

view to denying terrorists staging areas and safe havens.48

Kami sebelumnya telah meminta bantuan komunitas internasional.

Meskipun kami bersyukur atas apa yang telah dilakukan hingga saat

ini. Karena itu kami menyerukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan

komunitas internasional untuk mengakui ancaman serius yang

dihadapi negara kita dan tatanan internasional. Kelompok-kelompok

teroris internasional ini berusaha menghilangkan perbatasan,

memperburuk kekerasan dan mengobarkan api perang saudara. Di

sisi lain, Pemerintah Irak berusaha untuk menghindari jatuh ke dalam

siklus kekerasan. Untuk itu, kami membutuhkan dukungan Anda

untuk mengalahkan ISIS dan melindungi wilayah dan orang-orang

kami. Secara khusus, kami meminta Negara-negara anggota untuk

membantu kami dengan memberikan pelatihan militer, teknologi

canggih, dan senjata yang diperlukan untuk menanggapi situasi

tersebut, dengan pandangan untuk menyangkal teroris yang sedang

melakukan pentas dan tempat perlindungan.

47

“Tindakan Australia membuat Rusia marah”, Jakarta Greater,

https://jakartagreater.com/tindakan-australia-membuat-rusia-marah/ (Diakses pada 22 Maret

2019) 48

“Letter dated 24 June 2014 from the Permanent Representative of Iraq to the United

Nations addressed to the President of the Security Council”, Security Council,

http://www.securitycouncilreport.org/atf/cf/%7B65BFCF9B-6D27-4E9C-8CD3-

CF6E4FF96FF9%7D/s_2014_440.pdf (Diakses pada 23 Februari 2019)

Page 44: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

32

Beberapa negara anggota koalisi menjadikan surat dari Irak tersebut

sebagai dasar pemberian bantuan kepada Irak. Awalnya bantuan yang diberikan

hanya berupa bantuan pengamanan masyarakat Irak saja, Dewan Keamanan PBB

merasa bahwa penggunaan kekuatan militer juga dibutuhkan dalam upaya koalisi

untuk melawan ISIS. Koalisi global memerangi ISIS dimulai pada 8 Agustus

2014 berdasarkan Undang-Undang Otoritas Penggunaan Kekuatan Militer

Melawan Teroris (AUMF) 2001. AUMF merupakan undang undang yang dibuat

sepekan setelah peristiwa 9/11. Sekitar 27 negara telah bergabung dengan tujuan

memerangi ISIS di Irak dan Suriah, menghentikan penyebarannya ke seluruh

dunia, dan melindungi semua tanah air khususnya Irak dan Suriah. 49

Koalisi global dibentuk pada 10 September 2014 oleh Presiden Obama

berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2178 yang

bertujuan untuk mengalahkan ISIS. Koalisi global melibatkan lebih dari 60

negara dan mitra organisasi. Setiap negara memberikan kontribusi berdasarkan

kepentingan negaranya dengan kekuatan militer atau non militer. AS

menekankan bahwa setiap negara memiliki peran untuk mengalahkan ISIS.

Beberapa anggota koalisi berkontribusi dalam hal militer, dengan menyediakan

senjata, peralatan, pelatihan, atau saran. Koalisi ini termasuk negara-negara di

Eropa dan di kawasan Timur Tengah yang berkontribusi melawan target ISIS.50

Terdapat beberapa negara yang tergabung dalam Koalisi Global baik

dukungan militer ataupun kemanusiaan di antaranya adalah Albania, Liga Arab,

49

Ibid., 50

“The Global Coalition To Defeat ISIS”, US Department of State, 2014,

https://www.state.gov/s/seci/index.htm (Diakses pada 12 Februari 2019).

Page 45: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

33

Australia, Austria, Bahrain, Belgia, Bosnia Herzegovina, Bulgaria, Kanada,

Kroatia, Siprus, Ceko, Denmark, Mesir, Estonia, Uni Eropa, Finlandia, Perancis,

Georgia, Jerman, Turki, Hungaria, Islandia, Irak, Irlandia, Italia, Jepang,

Jordania, Kosovo, Kuwait, Latvia, Lebanon, Lithuania, Luxembourg, Macedonia,

Moldova, Montenegro, Moroko, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Oman,

Panama, Polandia, Portugal, Qatar, Korea Selatan, Romania, Arab Saudi, Serbia,

Singapua, Slovakia, Slovenia, Somalia, Spanyol, Swedia, Taiwan, Turki,

Ukraina, Uni Emirat Arab, Inggris dan Amerika Serikat. Data ini menurut

Departemen Kenegaraan Amerika Serikat. 51

Selain negara diatas yang tergabung sejak berdirinya Koalisi Global,

terdapat 72 negara yang mendukung aksi baik dalam hal militer ataupun bantan

kemanusiaan. Dalam Pertemuan dibahas upaya untuk mengalahkan ISIS akan

membutuhkan penguatan berbagai upaya, termasuk mencegah aliran dana dan

pejuang ke ISIS. Bantuan kemanusiaan sama pentingnya untuk memenuhi

kebutuhan mendesak dan menjaga stabilitas regional.

Gambar 2.1 Pertemuan Koalisi Anti-ISIS di Brussels, 3 Desember 2014

Sumber: The Global Coalition To Defeat ISIS https://www.state.gov/s/seci/index.htm

51

Kathleen J. McInnis, Coalition Contributions to Countering the Islamic State,

Congressional Research Service, 2015.

Page 46: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

34

Pada 10 September 2014, Jaksa Agung George Brandis menjelaskan

dasar hukum yang mencatat tindakan-tindakan Australia dengan tegas

didasarkan pada hukum internasional dan berdasarkan pada prinsip pertahanan

diri kolektif Irak berdasarkan Pasal 51 piagam PBB.52

Dilaporkan pada 22 September 2014 sebagai serangan pertama ke Suriah

yang menargetkan IS dan kelompok al-Nusrah.53

Serangan pertama Ke Irak

dilanjutkan ke Suriah ini ialah salah satu bentuk komitmen Australia dalam

upaya kontribusi Australia dalam hal militer agar stabilitas negara dapat terjaga.

Ketidakamanan dunia membuat setiap negara khususnya Australia meningkatkan

militernya bahkan ke level yang lebih tinggi seperti di tahun 2015.

3.2. Upaya Koalisi Global dalam Menghalau ISIS

Berdasarkan Department of Defense (DOD) pada 15 Maret 2016, koalisi

Global sudah melakukan serangan sebanyak 10.962 serta serangan udara 7.336

serangan untuk ISIS di Irak dan sisanya untuk ISIS di wilayah Suriah. Serangan

demi serangan tersebut berhasil menghancurkan 22.779 target operasi.54

Operasi

militer Australia ikut terlibat sebagai bagian dari Koalisi Global untuk melawan

ISIS.

52

Ibid., 53

Jessica Stern & J. M. Berger, ISIS The State of Terror, (London: William Collins,

2015) hal. 48-49. 54

Moon Cronk, Terri. “Carter: Counter-ISIL Defense Ministers Unanimously Support

Objectives”, US Dept of Defence, http://www.defense.gov/News/Article/Article/655155/carter-

86counter-isil-defense-ministersunanimously-support-objectives (Diakses pada 27 Desember

2018)

Page 47: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

35

Pemerintah Australia menyatakan keamanan nasional menjadi prioritas

utama demi keberlangsungan hidup masyarakat wilayah Australia. Menanggapi

ancaman tersebut, Pemerintah telah bergabung dengan USle koalisi militer

melawan ISIS dengan memberikan $ 630 juta dalam pendanaan ekstra untuk

badan intelijen dan keamanan, dan memperkenalkan undang-undang anti-

terorisme.

Australia telah sepakat untuk menyebarkan kekuatan militer ke wilayah

tersebut dan akan memainkan bagian dalam serangan udara yang dipimpin AS.

Pasukan Khusus Australia melatih pasukan Irak. Dana $ 5 juta dalam bantuan

kemanusiaan ke Irak serta pesawat, sistem peringatan dini dan peralatan militer.

Perdana Menteri Tony Abbott telah mendukung posisi Obama, selain itu ada pula

negara lainnya seperti Italia, Republik Ceko, Albania, Belanda, Estonia,

Hungaria, Turki, Belgia, Denmark, Inggris, Kanada Lebanon.55

Pada saat itu pemerintah berhati-hati bahwa tujuan dan keterlibatan

militer Australia terbatas pada penargetan ISIS melalui serangan udara, daripada

mengejar tujuan politik yang lebih luas yang bertujuan menggulingkan rezim

Suriah. Di bawah Perdana Menteri Turnbull, Pemerintah terus menekankan

bahwa tujuan di Suriah adalah untuk menghentikan kekuasaan ISIS. Tetapi di

luar ini, belum ada diskusi publik atau debat parlemen tentang rencana atau

strategi jangka panjang di Suriah atau Irak, terlepas dari evolusi konflik dan

55

“Ini Dia 62 Negara Koalisi Anti Negara Islam”, Warta Perang,

http://www.wartaperang.com/2014/09/62-negara-koalisi-anti-isis-dan-langkah-mereka.html

(Diakses pada tanggal 8 Mei 2017 pukul 15.00 wib).

Page 48: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

36

kesimpulan yang akan datang dari operasi militer perkotaan besar-besaran

terhadap kelompok itu.

Pertengahan Mei 2015, koalisi ini sudah merilis serangan udara lebih dari

4,000 serangan. Khusus di Irak, Amerika Serikat menyediakan 1000 pasukan

untuk melatih Peshmerga yang diawali dengan 1,500 serangan pada awal Mei

2015 yang 70% berasal dari Amerika Serikat.56

Koalisi global pimpinan AS

merilis laporan korban sipilnya pada 1 Mei 2017, yang menemukan sedikitnya

352 orang telah terbunuh oleh serangan udara koalisi di Irak dan Suriah sejak

2014.57

Menurut Departemen Pertahanan (DOD), per 28 Juni 2016, koalisi

global melakukan 13.470 serangan udara, 9099 dari mereka yang ada di Irak dan

sisanya di Suriah. Hingga 31 Mei 2016, 26.374 target dihancurkan. Amerika

Serikat telah menghabiskan $ 7,5 miliar untuk militer yang beroperasi sejak 8

Agustus 2014, dengan biaya harian rata-rata $ 11,7 juta.58

Secara terbuka keterlibatan Australia dalam koalisi global mendapat

kecaman ISIS dan menyerukan akan melakukan serangan terhadap Australia.

ISIS mengancam dengan mengirimkan materi propaganda, video pejuang asing

dan pidato oleh pemimpin senior. Serangkaian serangan yang pernah dilakukan

oleh ISIS diantaranya ialah menikam dua petugas polisi anti terorisme di

56

“The Islamic State”, Foreign Affairs, http://www.cfr.org/iraq/islamic-state/p14811

(Diakses pada 22 Desember 2018). 57

Caitlyn Gribbin, “Australian Defence Force to begin releasing Syria, Iraq airstrike

targets in fortnightly reports”, ABC Net, https://www.abc.net.au/news/2017-05-02/adf-to-start-

releasing-syria-iraq-airstrike-reports/8488470 (Diakses pada 11 Desember 2018). 58

“Operation Inherent Resolve: Targeted Operations against ISIL Terrorists”, U.S.

Department of Defense, http://www.defense.gov/News/Special-Reports/0814_Inherent-Resolve

(Diakses pada 25 Januari 2018).

Page 49: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

37

Victoria pada 23 September 2014. Lalu terjadi pengepungan di Martin Place

Sydney pada 15-16 Desember 2014 dan pada tahun 2015 tepatnya tanggal 2

Oktober terjadi penembakan terhadap warga sipil polisi yang tidak bersenjata di

New South Wales.59

Menurut data yang diambil dari website National Security, hingga awal

tahun 2017 terdapat beberapa serangan ISIS yang mengancam kedaulatan

wilayah Australia. Kejadian ini juga telah memakan korban yang jumlahnya

tidak sedikit seperti pada 17 juli 2015 memakan korban 15 orang tewas dan 170

orang terluka.60

Sepanjang konflik, jumlah keseluruhan militer Australia di Suriah tetap

relatif sama, meskipun upaya itu merupakan proporsi kecil dari keseluruhan

upaya Australia di Irak dan Suriah. Australia telah memainkan peran penting

sepanjang konflik dalam hampir dua tahun dan menyelesaikan lebih dari 1.600

misi pemogokan dan mengirimkan hampir 1.300 amunisi. ADF mencatat bahwa

pasukan darat Irak melanjutkan misi mereka untuk mengalahkan ISIS.61

3.3. Pejuang ISIS yang Kembali ke Negara Asalnya

ISIS memiliki keanggotaan hampir diseluruh wilayah. Jumlah pasukan

ISIS antara 28.600 sampai 31.600 orang di Irak dan Suriah menurut Departemen

59

“Islamic State”, Australian Government,

https://www.nationalsecurity.gov.au/listedterroristorganisations/pages/islamicstate.aspx (Diakses

pada 21 November 2018) 60

Ibid., 61

“Iraq and Syria: far from simple”, Parliament Australia,

https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p

ubs/BriefingBook45p/IraqAndSyria (Diakses pada 21 November 2018)

Page 50: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

38

Pertahanan Amerika Pada masa jayanya tahun 2015, para pejabat intelijen

Amerika memperkirakan pasukan ISIS berjumlah 33.000 orang di Irak dan

Suriah, dan jumlah itu terus bertambah dengan ribuan orang lagi tiap bulannya,

karena kedatangan para pendukung ISIS dari luar negeri.Mengutip angka yang

diberikan oleh pihak berwenang di 33 negara, menurut Soufan Center setidaknya

5.600 pejuang asing diyakini telah kembali ke negara masing-masing. Sisanya

menghilang atau sudah tewas.62

Sejumlah 900 pejuang kembali ke Turki. Lebih dari 3.000 pejuang dari

Arab Saudi pergi berperang, dan 760 telah kembali ke rumah. Sekitar 1.200

pejuang telah kembali ke Eropa: 400 ke Inggris, 271 ke Prancis, dan sekitar 300

ke Jerman. Dari 3.400 orang Rusia yang bergabung dalam pertempuran di Suriah

dan Irak; 400 kembali.63

Afrika Utara juga memiliki pejuang yang kembali, dengan 800 yang

pulang ke Tunisia dan hampir 200 ke Maroko. Menurut laporan itu, tujuh

pejuang akan kembali ke Amerika Serikat. Lebih dari 250 orang Amerika

berusaha bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah, dengan 129 orang

bepergian untuk bergabung dengan perang. Pada Agustus 2017, Amerika Serikat

mendakwa 135 orang dengan pelanggaran terkait terorisme karena interaksinya

dengan Negara Islam, dan 77 orang telah dihukum.64

62

“World Middle East”, ABC News, https://www.bbc.com/news/world-middle-east-

41734069 (Diakses pada 25 Desember 2018). 63

“ISIS Returning Fighters”, Washington Post,

https://www.washingtonpost.com/graphics/2018/world/isis-returning-fighters/?noredirect=on

(Diakses pada 22 Desember 2018) 64

Ibid.,

Page 51: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

39

Australia merupakan salah satu negara yang melarang warga negaranya

bepergian ke kawasan-kawasan tempat kelompok militan beroperasi. Dalam

undang-undang yang diperkuat pada Desember 2014, Menteri Luar Negeri Julie

Bishop secara khusus melarang warga Australia pergi ke atau tetap berada di

provinsi al-Raqqa, Suriah, yang dianggap sebagai ibu kota de fakto Suriah dan

basis utama ISIS.

Pengumuman itu menandai pertama kalinya Australia membuat

pernyataan semacam itu untuk suatu area geografis dalam hukum pidananya,

yang sudah menyatakan ISIS sebagai organisasi teroris. Pihak berwenang

memperingatkan warga Australia yang berada di al-Raqqa tanpa alasan sah

untuk berada di sana untuk segera pergi. Siapa pun yang dituntut dan dihukum

karena melanggar undang-undang ini bisa dikenai hukuman penjara hingga 10

tahun.

Jika melihat angka biasanya ialah total keseluruhan. Sehingga angka

radikal digabung begitu saja. Yang membuat masalah biasanya yang ingin ke

Suriah seringkali tidak langsung ke negara tersebut tapi transit dahulu ke negara

lain, sehingga sulit menentukan mana yang benar pergi dan mana yang teroris.

Keberadaan ISIS membuat negara-negara di dunia rentan terhadap

ideologi ekstremis yang mempengaruhi seseorang ke arah yang radikal.

Keterlibatan warga Australia berjumlah 100 orang yang ikut dalam keanggotaan

ISIS di Irak dan Suriah. Negara Australia terbukti terlibat dalam aksi kekerasan

termasuk dalam pengeboman diri dan menahan kepala tentara Suriah. Data ini

Page 52: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

40

dikeluarkan resmi oleh pemerintah Australia melalui website National

Security.65

ASIO memperkirakan bahwa, pada Februari 2015, sekitar 100 warga

Australia berjuang untuk kelompok jihadis di Suriah dan Irak, hingga 40 telah

kembali, dan lebih dari 20 telah meninggal. Beberapa telah muncul dalam video

propaganda untuk Jabhat al-Nusra dan IS, tiga diyakini telah melakukan bom

bunuh diri, dan beberapa warga Australia menduduki posisi kepemimpinan.

Beberapa juga membual tentang perang kejahatan, dan secara eksplisit

mengancam Australia.66

Setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda bagaimana cara

mengatasi para pengungsi yang kembali. Banyak yang dipenjara, sementara

yang lain mungkin direhabilitasi. Program rehabilitasi ini sulit dirancang dan

dijalankan. Sementara para pejuang yang kembali tidak secara langsung

bertanggung jawab atas serangan teror atau ancaman, mereka berfungsi sebagai

inspirasi atau model bagi mereka yang mungkin menjadi teradikalisasi.

Menurut Washiongton Post tanggal 22 februari 2018, jumlah pejuang

ISIS yang kembali ke negara asalnya sebagai berikut:

65

“Islamic State”, Australian National Security,

https://www.nationalsecurity.gov.au/listedterroristorganisations/pages/islamicstate.aspx (Diakses

pada 22 Januari 2019) 66

“Islamic State Recruiting More Australian Fighters Brandis Wams”, ABC News,

https://www.abc.net.au/news/2015-01-24/islamic-state-recruiting-more-australian-fighters-

brandis-warns/6044556 (Diakses pada 18 Februari 2019).

Page 53: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

41

Tabel 3.C.1 Jumlah pejuang ISIS yang kembali

No Negara Jumlah Pejuang ISIS yang kembali

1. Turkey 900

2. Tunisia 800

3. Saudi Arabia 760

4. UK 425

5. Rusia 400

6. German 300

7. Jordan 250

8. Morocco 198

9. Afganistan 120

10. Australia 40

Sumber: https://www.washingtonpost.com/graphics/2018/world/isis-returning-

fighters/?noredirect=on&utm_term=.026c13c5e2f2

Pemerintah Australia mempunyai kebijakan untuk melakukan tindakan

pada para pejuang ISIS. Sebagai contoh ialah Sharrouf mengajak anaknya

tergabung dalam aksi dengan ISIS. Istrinya bernama Duman yang merupakan

warga negara Australia asal Melbourne.

Gambar 3.2 Sharrouf dan anaknya sebagai pejuang ISIS

Page 54: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

42

Sumber: https://www.dailymail.co.uk/news/article-6751439/Australias-jihadi bride-claims-

notorious-terrorist-Khaled-Sharroufs-children-alive.html

Kasus lainnya yaitu akan dicabutnya status kewarganegaraan Neil

Prakash karena yang bersangkutan menjadi perekrut utama untuk Negara Islam

Irak dan Suriah (ISIS). Pemerintah Australia sebelumnya juga telah berencana

mengamandemen undang-undang agar dapat mencabut kewarganegaraan semua

rakyatnya yang terbukti melakukan aksi terorisme. Selama ini UU yang berlaku

mengatur hanya orang yang memiliki dua kewarganegaraan saja yang boleh

dicabut kewarganegaraannya.67

Menurut Keara Shaw jumlah pejuang ISIS di Irak dan Suriah terbilang

sulit dideteksi. Ini diakibatkan bahwa banyaknya warga yang secara tidak

langsung pergi ke wilayah tersebut

Bisa dilihat di website dan itu merupakan data valid dari pemerintah

Australia. Saya pikir tahun ini tidak banyak bertambah bahkan tidak

ada. Yang terpenting memilah. Jika melihat angka biasanya ialah

total keseluruhan. Sehingga angka radikal digabung begitu saja.

Yang membuat masalah biasanya yang ingin ke Suriah seringkali

tidak langsung ke negara tersebut tapi transit dahulu ke negara lain,

sehingga sulit menentukan mana yang benar pergi dan mana yang

teroris.

Kembalinya Pejuang ISIS Ke masing-masing negara menjadi tantangan

sendiri dalam hal penangannya. Setiap negara memiliki kebijakan berbeda. Jika

melihat Australia, maka pemerintah memiliki kebijakan bukan hanya soal

undang-undang yang ketat tetapi ada organisasi kemanusiaan yang disiapkan

khusus untuk menjadikan pejuang asing tidak kembali lagi menyebarkan

aksinya.

67

“Australia Cabut Kewarganegaraan Terduga Perekrut ISIS”, CNN Indonesia,

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181229144857-113-357261/australia-cabut-

kewarganegaraan-terduga-perekrut-isis (Diakses pada 30 Desember 2018)

Page 55: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

43

BAB IV

KEBIJAKAN PENGIRIMAN PASUKAN MILITER

AUSTRALIA DALAM RANGKA MEMERANGI ISIS PADA

TAHUN 2014-2017

Aksi terorisme memang selalu mengancam terutama ancaman domestik

wilayah di Asia Pasifik, khususnya Indonesia dan Australia. Australia dan

Indonesia memiliki ancaman yang sama antarkedua negara. Ada unsur lintas

perbatasan sehingga ancaman dari Timur tengah dapat diatasi dengan berbagi

informasi seputar terorisme.

Menurut Prof. Dr. Jamal Abdullah, Ahli Kebijakan dan Keamanan Luar

Negeri Teluk menyatakan bahwa “ISIS present since 2014. Since the time, US

decided to create coalition to fight ISIS. But there is no any kind of cooperation between

this coalition and the regime of Syria. Actually the coalition is very affected.”68 ISIS

hadir sejak 2014. Sejak saat itu, AS memutuskan untuk membuat koalisi untuk

melawan ISIS. Namun tidak ada kerjasama apa pun antara koalisi ini dan rezim

Suriah. Sebenarnya koalisi sangat terpengaruh.

Koalisi Global dianggap sebagai sebagai upaya untuk menghalau ISIS di

Irak dan Suriah. Upaya terus dilakukan walaupun ada dampak buruk yang akan

dirasakan, misalnya ketika militer dikerahkan oleh koalisi US ataupun Koalisi

Rusia banyak pihak juga yang menjadi korban khususnya anak dan wanita.

68

Wawancara dengan Dr. Jamal Abdullah, Ahli kebijakan dan keamanan luar negeri

Teluk, di Ciputat pada 8 Oktober 2018.

Page 56: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

44

Tetapi menurut Perspektif Neorealis yang fokus terhadap negara dan tidak

memihak pada individu dalam upaya untuk stabilitas negara dan menjaga

keamanan global, aksi militer perlu dilakukan dan untuk keamanan wilayah

setiap negara dapat menghalau negaranya dengan kebijakan masing-masing.

Tindakan ISIS telah mengancam keamanan wilayah Australia seperti

yang diungkapkan oleh narasumber yaitu Keara Shaw bahwa

Aksi terorisme memang selalu mengancam terutama ancaman

domestik wilayah di Asia pasifik khususnya Indonesia dan Australia.

Australia dan Indonesia memiliki ancaman yang sama antar kedua

negara. Ada unsur lintas perbatasan sehingga ancaman dari Timur

tengah dapat diatasi dengan berbagi informasi seputar terorisme.

ISIS tidak perduli dengan perbatasan negara, Hampir di seluruh Asia

Pasifik ada, pelakunya tidak melulu dari negara yang bersangkutan.

Ada ancaman bahwa kelompok teroris akan menafikaan kepentingan

dari negara barat.

Persamaan dalam menindak terorisme sehingga membuat adanya

kerjasama Australia dan Indonesia sebagai negara tetangga. Upaya terus

dilakukan seperti mengeluarkan beberapa kebijakan yang diharapkan dapat

memerangi ISIS di wilayah Pasifik.

Ditambah data terbaru April 2019 menyebutkan bahwa pejuang asal

Australia memiliki posisi penting di ISIS sebagai “Head Of Media Knight”.

Pentingnya posisi pejuang Australia akan menjadi tantangan baru dimana bisa

menumbuhkan dan menyebarkan ideologi ekstremis. Ini menjadi ancaman serius

di wilayah global di mana pemerintah diharuskan untuk terus komitmen dalam

menjaga stabilitas dan kedaulatan negaranya termasuk berkomitmen dengan

Koalisi Global untuk memerangi di wilayah Irak dan Suriah.

Page 57: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

45

4.1 Implementasi Kebijakan Militer Australia dalam Rangka Memerangi

ISIS Periode 2014-2017

Sejak ISIS mendeklarikan dirinya menjadi negara Islam maka ada upaya

yang dilakukan negara guna untuk meningkatkan militernya untuk melindungi

negara dari ancaman militer. Menurut Neorealis, setiap negara bersifat anarki

yang berusaha mempertahankan dan meningkatkan kekuatan yang menjadi

tujuan utama suatu negara. Sehingga ini merupakan upaya yang diambil oleh

koalisi global untuk menghalau ISIS.

Aksi teror terus dilakukan oleh ISIS bukan hanya di wilayah Timur

Tengah tetapi hingga lintas batas negara. Australia sendiri tahun 2014 mendapat

serangan seperti pada tanggal 23 September 2014 di Victoria dan bulan

Desember sempat menyerang wilayah Sydney. Akhir tahun 2015, Amerika

Serikat meminta Australia untuk meningkatkan kapasitas militernya untuk

melawan ISIS di Irak dan Suriah serta memperluas komitmennya dari Irak ke

Suriah, dengan serangan udara Australia akan diperluas ke target ISIS di Suriah

timur. Perdana Menteri Abbott juga mencatat bahwa operasi yang diperluas akan

mencerminkan upaya negara-negara sekutu lainnya membantu melindungi Irak

dan rakyatnya dari serangan ISIS di Irak dan Suriah.

Pada 10 September 2015, Jaksa Agung George Brandis menjelaskan

bahwa keputusan itu didasarkan kuat pada hukum internasional, dan didasarkan

pada prinsip self-kolektif pertahanan berdasarkan Pasal 51 piagam PBB.69

69

“Diminta AS Tingkatkan Bantuan Perangi ISIS Australia Menolak”, Detik News,

https://news.detik.com/internasional/d-3118356/diminta-as-tingkatkan-bantuan-perangi-isis-

australia-menolak (Diakses pada 2 Maret 2019).

Page 58: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

46

Meski demikian, Australia berkomitmen untuk meningkatkan bantuan

humaniter di Irak dan Suriah. Permintaan Amerika Serikat pun masih

dipertimbangkan ulang. Berikut ialah Pidato Menteri Luar Negeri Australia

Marise Payne tahun 2016:

The government has advised Secretary Carter that our existing

contributions will continue. Australia was well placed to make an

important contribution to command roles, and would increase the

number of ADF personnel in coalition headquarters from 20 to 30.

Our aircraft in the Middle East are available to provide additional

airlift support to benefit coalition humanitarian efforts. The

government would, however, keep our contribution under ongoing

review in consultation with our coalition partners.70

Pemerintah melalui Sekretaris Carter bahwa kontribusi kami yang ada

akan terus berlanjut. Australia berada di posisi yang tepat untuk

memberikan kontribusi penting bagi peran komando, dan akan

menambah jumlah personel ADF di markas besar koalisi dari 20

menjadi 30. Pesawat kami di Timur Tengah tersedia untuk

memberikan dukungan pengangkutan udara tambahan untuk

mendapatkan manfaat dari upaya kemanusiaan koalisi. Akan tetapi,

pemerintah akan menjaga kontribusi kami dalam tinjauan yang sedang

berlangsung dengan berkonsultasi dengan mitra koalisi kami

Semakin aktifnya keterlibatan Australia dalam hal militer maka kapabilitas

militernya tidak diragukan lagi. Hal ini merupakan kabar baik bahwa keberadaan

Australia di dunia internasional dipandang baik, terlebih ketika Australia

memilih bergabung dengan koalisi global menjadikan kekuatan semakin besar.

Kekuatan Australia meningkat dengan memilih bergabung dengan koalisi global.

Menurut Lowy Institute Asia Power Index, Australia menduduki peringkat

keenam dari keseluruhan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing negara.

70

“Australia's contribution to the fight against Daesh”, Minister for Defence,

https://www.minister.defence.gov.au/minister/marise-payne/statements/minister-defence-

australias-contribution-fight-against-daesh (Diakses pada 5 Oktober 2018)

Page 59: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

47

Kekuatan militer Australia masuk dalam Middle Power yang militernya hampir

menyaingi Jepang, India serta Rusia.

Kondisi ketidakpastian yang dialami setiap negara dalam politik

internasional tersebut yang menyebabkan setiap negara berusaha untuk

mencapai kapabilitas keamanan dan kekuatan semaksimal mungkin. Seperti yang

dilakukan oleh Australia yang memilih untuk berkontribusi dalam hal militer.

Kekuatan dalam pandangan Neorealisme adalah kapabilitas material yang

mampu dikontrol oleh negara.71

Menurut Keara Shaw dalam wawancaranya menyatakan bahwa tidak ada

satu-satunya kebijakan dalam menghalau ISIS. Jika melihat di website resmi

pemerintah Australia yaitu National Security, ada keluasan kebijakan yang ada.

Ini membuktikan bahwa upaya pemerintah Australia dalam pengiriman militer

ke Irak dan Suriah selalu berbeda tetapi yang paling signifikan ialah terjadi

peningkatan militer yang didukung oleh Koalisi Global.

Aksi kejahatan yang luar biasa dilakukan oleh ekstremis ISIS menjadikan

negara Australia selalu berupaya aktif untuk mengeluarkan kebijakan yang terus

diperbaharui. Selain itu sebagai negara di Asia pasifik menghalau ISIS dengan

melakukan kerjasama baik bilateral maupun kerjasama dalam lingkup global.

Aliansi dengan negara lain yang berguna untuk menghadapi bahaya lawan.

Kondisi ini kemudian memaksa negara untuk meningkatkan kemampuan seperti

71

Glenn H. Snyder. A Review Essay, “Mearsheimer s World: Offensive Realism and the

Struggle for Security”, Perpustakaan Nasional, http://e-

resources.perpusnas.go.id:2048/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&d

b=edsjsr&AN=edsjsr.3092155&site=eds-live (Diakses pada 25 Februari 2019)

Page 60: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

48

melakukan penambahan persenjataan dan angkatn militer. Australia terus

melakukan upaya penyerangan dengan beraliansi dengan negara lain yang

tergabung dengan koalisi global. Aliansi ini menjadikan kekuatan besar dalam

melawan pengaruh ISIS khususnya di wilayah Irak dan Suriah.

Australia telah melakukan upaya preventif dalam mengkonter terorisme,

Australia sudah memiliki Undang Undang Hukum Pidana 1995 yaitu, Criminal

Code Act 1995 mengenai Pelanggaran Tindak Terorisme di Australia. Tidak

hanya undang-undang, Australia juga mempunyai sebuah badan khusus bernama

Australian Transactions and Reports Analysis Centre (AUSTRAC), yang

memantau rekening bank dan pergerakan uang. Ini berarti kesempatan untuk

menangkap orang yang terlibat dalam pendanaan terorisme cukup besar. Juga

memungkinkan untuk membekukan rekening bank di Australia jika dana dalam

rekening tersebut dimiliki atau berasal dari organisasi teroris terdaftar.72

Bisa dikatakan bahwa pemerintah Australia pun membuat kebijakan-

kebijakan Counter Terrorism yang diterapkan dengan cara pendekatan ekonomi,

sosial, dan budaya, serta menjalin kerjasama dengan sejumlah negara lain untuk

sama-sama melawan terorisme, khususnya terorisme yang dilakukan oleh ISIS.

Hal tersebut dilakukan karena pengaruh ISIS bisa saja melebar ke kawasan

Australia dan sekitarnya.

72

“Australian Counter Terorism Strategy”, Council of Australia Governments,

https://www.nationalsecurity.gov.au/Media-and-

publications/Publications/Documents/Australias-Counter-Terrorism-Strategy-2015.pdf (Diakses

pada15 April 2017).

Page 61: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

49

Kontra Terorisme dalam bidang militer pun telah dilakukan oleh Australia

dengan mengirimkan pasukan ke Irak, serta mengirimkan pesawat seperti

delapan pesawat jet RAAF F/A18 dan dua pesawat tempur yang berbasis yaitu

pesawat Airbone Early Warning and Control E-74 Wedgetail dan pesawat

transportasi serta Multitrole Tanker KC-30A. Hal ini dilakukan pemerintah

Australia mengingat ISIS juga memiliki anggota yang besar serta memiliki

persenjataan yang cukup canggih dalam melawan pasukan pemerintah Irak serta

pasukan koalisi dalam mewujudkan tujuan mereka mendirikan negara Islam.73

Pada 1 September 2016, Perdana Menteri Turnbull dan Menteri

Pertahanan Marise Payne merilis pernyataan yang mengkonfirmasi ADF

memiliki otoritas penuh untuk menargetkan semua anggota ISIS sesuai dengan

hukum internasional. RUU Amandemen KUHP (Perang Kejahatan) RUU 2016

bertujuan untuk memperbaiki masalah yang dilaporkan bermasalah selama

operasi ADF di mana aktor non-negara terlibat sebagai pihak yang berperang.74

Perdana Menteri Turnbull juga menguraikan sifat amandemen ini dalam

pidatonya di Konferensi Negara Bagian Partai Liberal Nasional Queensland:

This legislation for the first time enables our soldiers and aviators in the field

in the Middle East to kill terrorists wherever they are, not simply when they've

got a gun in their hand. Where there was a legal barrier to them having

unrestricted targeting access.75

Undang-undang ini untuk pertama kalinya memungkinkan tentara dan

penerbang kami di lapangan di Timur Tengah untuk membunuh teroris di mana

pun mereka berada, bukan hanya ketika mereka memiliki senjata di tangan

73

“Syrian Military Operation”, Parliament of Australia,

https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p

ubs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps (Diakses pada 22 Oktober 2018) 74

Ibid., 75

Ibid.,

Page 62: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

50

mereka. Di mana ada hambatan hukum bagi mereka untuk memiliki akses

penargetan yang tidak terbatas.

Kebijakan ini menjadikan perluasan target ISIS yang dilakukan Australia.

Australia memilih untuk meningkatkan militernya karena menganggap bahwa

keamanan di Australia perlu ditingkatkan agar tidak terjadi lagi suatu

penyerangan terhadap wilayah teritori Australia dan ingin menjamin bahwa

warga negaranya aman dari serangan ISIS.

4.2. Keterlibatan Australia dalam Penyerangan Bersama Koalisi Global

Pada 18 September 2016, pesawat Australia terlibat dalam serangan udara

pimpinan-Koalisi yang menargetkan apa yang diyakini sebagai pejuang ISIS di

dekat Dayr az Zawr, Suriah. Tetapi Amerika Serikat beserta koalisinya,

termasuk Australia, melakukan kesalahan fatal. Pada hari Minggu, tanggal 18

September 2016, empat misil yang menghantam daerah timur Aleppo di Suriah

menewaskan hampir 100 orang tentara Suriah dalam serangan udara yang

melibatkan pesawat-pesawat tempur Australia.76

Kejadian tersebut diakui

sebagai kesalahan dalam perhitungan atau salah sasaran oleh pihak Amerika

Serikat dan koalisinya. Mereka pun mengungkapkan rasa penyesalan terhadap

hal tersebut.

Setelah para komandan koalisi diberitahu oleh Rusia bahwa ada pasukan

Suriah yang menjadi korban, operasi itu dihentikan. Keterlibatan

Australia di Suriah adalah untuk menarget gerakan kelompok Negara

76

“sesalkan serangan udara di Suriah”, VOA Indonesia,

https://www.voaindonesia.com/a/australia-sesalkan-serangan-udara-di-suriah/3514950.html

(Diakses pada 22 November 2018)

Page 63: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

51

Islam (ISIS). Australia berbelasungkawa atas semua personel di Suriah

yang tewas dan luka-luka.77

Meski Australia juga tersudutkan atas kejadian tersebut, Senator Payne

membenarkan bahwa keterlibatan Australia dalam serangan udara di Suriah akan

terus berlanjut sementara penyelidikan dan kajian akan dilakukan pula. Juru

bicara pertahanan dari Partai Hijau, Scott Ludlam, mendukung dilakukannya

investigasi independen atas kejadian tersebut.

Ini adalah insiden yang sangat buruk sehingga mengancam gencatan

senjata yang rapuh yang baru saja dilakukan, dan jika kita membutuhkan

pengingat yang lebih mendesak mengenai pentingnya deeskalasi dan

demiliterisasi konflik di Suriah, maka inilah saat yang tepat untuk

melakukannya.78

Senator Australia Selatan, Nick Xenophon, turut mengatakan bahwa

kajian apapun perlu dilakukan dengan cakupan yang luas.

Jadi kita akan belajar dari insiden ini dengan cara yang berarti, sehingga

kita tidak mengulangi kesalahan di masa lalu Jika kita memang

mengulangi kesalahan - bahkan dalam tingkat yang jauh lebih rendah -

lebih dekat ke negara kita, misalnya di Laut Cina Selatan, konsekuensi

bagi ke Australia bisa cukup mendalam.79

Hingga saat ini, AS adalah satu-satunya negara Koalisi yang mengakui

telah memakan korban warga sipil secara tidak sengaja. AS, melalui Satuan

Tugas Gabungan, merilis laporan korban sipil bulanan. Dalam laporan

kecelakaan bulan April 2017, Komando Sentral AS menyatakan, 'selain itu,

diperkirakan bahwa 80 korban sipil yang disebabkan oleh serangan Koalisi

77

Ibid., 78

“Genjatan senjata diberlakukan Amerika”, Jalur militer,

https://www.jalurmiliter.com/2016/10/genjatan-senjata-diberlakukan-amerika.html 79

“Australia Mengaku Lanjutkan Terlibat dalam Serangan Udara di Suriah”,

Hidayatullah,

https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2016/09/20/101150/australia-mengaku-

lanjutkan-terlibat-dalam-serangan-udara-di-suriah.html (Diakses pada 22 November 2018)

Page 64: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

52

untuk mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah dari Agustus 2014 hingga saat ini

belum pernah diumumkan sebelumnya.80

Investigasi gabungan Foreign Policy Airwars mencatat bahwa pejabat

komando sentral AS mengkonfirmasi korban ini disebabkan oleh sekutu. Tidak

satu pun dari 12 mitra Koalisi global yang telah beroperasi di Suriah termasuk

Australia yang secara terbuka mengakui peran apa pun dalam insiden-insiden

ini, atau yang lain yang telah mengakibatkan korban sipil. Sebelum serangan

udara, Kelompok Tugas Udara Australia melakukan perencanaan misi yang

cermat dan komprehensif termasuk persetujuan nasional dan internasional.

Setelah misi selesai, staf ADF meninjau secara menyeluruh setiap serangan

senjata untuk memastikan serangan itu konsisten dengan persetujuan pra-

serangan.81

Pada November 2016, Kepala Operasi Gabungan, Wakil Laksamana

David Johnston, menyampaikan temuan penyelidikan Koalisi ke dalam insiden

tersebut. Dia mencatat bahwa dua pesawat tempur F / A-18 dan satu E-7A

AW&C Controller telah terlibat, tetapi penyelidikan menemukan bahwa

serangan itu dilakukan dengan kepatuhan penuh terhadap aturan keterlibatan dan

Hukum Konflik Bersenjata.

Sepanjang konflik, banyak mitra Koalisi Global, termasuk AS, Inggris,

Kanada, dan Prancis, secara umum telah memberikan rincian lebih lanjut tentang

80

“Syrian Military Operation”, Parliament of Australia,

https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/p

ubs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps (Diakses pada 22 November 2018) 81

Ibid.,

Page 65: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

53

misi, target, dan hasil mereka relatif terhadap Australia. Mereka berpendapat

bahwa penyediaan informasi semacam itu tidak membahayakan keamanan

operasional atau misi mereka, dan bahwa kebutuhan akan transparansi dan

akuntabilitas adalah penting.

4.3. Kebijakan Menghentikan Operasi Militer

Setahun setelah insiden tersebut, pada 9 Desember 2017, Perdana Menteri

Irak Haider al-Abadi mendeklarasikan perang melawan ISIS berakhir setelah

gabungan pasukan pemerintah dan paramiliter Irak membersihkan kawasan

gurun dari ISIS.82

Kebijakan Australia selanjutnya yaitu Australia telah menghentikan

operasi militer di Irak dan Suriah dan akan menarik pejuang dari Timur Tengah

sebagai tanggapan atas kemenangan terhadap ISIS. Menteri Pertahanan Marise

Payne mengatakan enam pesawat Super Hornet Royal Australian Air Force akan

pulang pada Januari. Keberhasilan melawan ISIS berarti Operasi Okra telah

mencapai titik transisi dan akan kembali ke Australia.83

Keputusan itu diambil setelah dua kota penting ISIS berhasil direbut,

yakni Mosul di Irak 21 Juni, dan Raqqa di Suriah yang berhasil direbut 17

Oktober lalu. Selain itu. Menteri Pertahanan Marise Payne menyatakan,

82

“Perang melawan ISIS telah Berakhir”, BBC News,

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-42297488 (Diakses pada 12 Januari 2019) 83

“Aussie Strike Aircraft Head Home After Victory Over ISIS”, The Australian,

https://www.theaustralian.com.au/national-affairs/defence/aussie-strike-aircraft-head-home-after-

victory-over-isis/news-story/79f55f4d3d6bcf907b21d13318fcd917 (Diakses pada 3 Maret 2019).

Page 66: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

54

Canberra bakal menarik enam jet tempur F/A-18 Hornets setelah tiga tahun

bertugas di Timur Tengah.84

Keamanan wilayah Australia terus dijaga karena hal yang tidak

diinginkan mungkin terjadi dan kekuatan militer terus ditingkatkan. Menurut

Kiera Shaw, Sekertaris satu Kedutaan Besar Australia di Indonesia bahwa:

Australia mempunyai undang-undang yang ketat. Jika ada sesuatu

yang membahayakan, ada upaya untuk penegakan hukum agar

dipastikan bahwa mereka benar-benar akan dihukum supaya tidak

mengancam warga Australia. Kalo ada yang belum terlibat tetapi

udah radikal, ada program dari pemerintah pusat untuk

kemasyarakatan sehingga bisa menjadi masyarakat utuh. Disinilah

payung hukum Australia lebih komplit.85

Berdasarkan wawancara diatas maka, dalam menghalau serangan ISIS

dan menjaga keamanan wilayah Australia maka pemerintah berupaya terus

untuk meningkatkan peraturan dan beberapa kebijakan yang bertujuan agar

penyebaran ideologi ISIS tidak terlalu besar seperti contohnya lembaga The

Returning Terrorist Suspects Team (RTST).

The Returning Terrorist Suspects Team (RTST) telah dibentuk untuk

mengelola ancaman pejuang asing yang kembali ke Australia, terutama mereka

yang terlibat dalam konflik Irak dan Suriah. RTST telah mengembangkan dan

menerapkan teknik dan strategi investigasi tradisional bersama dengan gangguan

dan kemampuan pengalihan untuk mencegah, mengganggu, dan menuntut.

Bekerja sama dengan lembaga persemakmuran, RTST mengkoordinasikan

84

“Australia Expected To End Airstrikes in Iraq”, ABC Net,

https://www.abc.net.au/news/2017-12-22/australia-expected-to-end-air-strikes-in-iraq/9281600 85

Wawancara dengan Kiera Shaw, Sekertaris satu Kedutaan Besar Australia di

Indonesia , Tanggal 26 November 2018 di Kedutaan Besar Australia pukul 13.00.

Page 67: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

55

lembaga penegak hukum negara bagian dan federal untuk memastikan seluruh

pendekatan pemerintah dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh

tersangka terorisme yang kembali dari zona konflik.86

Menurut Kiera Shaw, sekertaris satu Kedutaan Besar Australia di

Indonesia juga berpendapat bahwa:

Jika sudah bergabung dengan ISIS di Timur Tengah akan diadili.

Jika tidak melakukan aksi tindak pidana mereka akan dimasukan ke

program kemasyarakatan. Kebanyakan yang sudah ikut ISIS akan

dihukum87

Perjalanan lebih sulit dan harus lebih hati-hati. Di Indonesia banyak

jaringan teroris salah satunya JID. Di Australia sendiri ada 18.750 pengungsi

setiap tahunnya datang. Ini merupakan hal yang harus diwaspadai karena

ancaman di Australia sedikit berbeda, yaitu tidak ada jaringan besar seperti di

Indonesia, lebih banyak bergerak sendiri yang terinspirasi dari ISIS. Australia

harus merespon cepat dan memisahkan mana yang sebenarnya pengungsi dan

mana yang pejuang ISIS.

Menurut Prof. Dr. Jamal Abdullah Ahli Kebijakan dan Keamanan Luar

Negeri Teluk menyatakan bahwa

The solution of this war sould be based by diplomatic. Regional

organization like OIC should face around the table and the the

solution will be true. If they starting to discuss sit on the table it

will be good.88

86

“Fighting terrorism overseas”, Australian Federal Police,

https://www.afp.gov.au/what-we-do/crime-types/fighting-terrorism/fighting-terrorism-overseas

(Diakses pada 22 februari 2019) 87

Ibid., 88

Wawancara dengan Dr. Jamal Abdullah, International Fellows Pusat Studi Timur

Tengah dan Perdamaian Global Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggal 8 Oktober

2018 di Gedung FISIP UIN Jakarta Ruang 402.

Page 68: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

56

Solusi dalam penyelesaian kasus ini harus terus diupayakan. Walaupun

dengan kekuatan militer dan keterlibatan banyak negara membuat kondisi

wilayah Irak dan Suriah semakin buruk dan stabilitas internasional perlu dijaga.

Negara hegemon berusaha mempertahankan keseimbangan kekuatan antara

setidaknya dua kekuatan besar dalam wilayah yang berdampingan, sehingga

perhatian dan energi dari kekuatan ini akan saling bersaing. Fokus Mearsheimer

yang tak henti-hentinya pada persaingan kekuasaan-keamanan antara kekuatan

besar yaitu koalisi Amerika dan Rusia Sebaliknya, perebutan kekuasaan

mengasumsikan peran yang jauh melampaui apa yang disatukan, atau

perlindungan hak asasi manusia.

Page 69: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

57

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Aksi terorisme memang selalu mengancam terutama ancaman domestik

wilayah di Asia Pasifik khususnya Australia. Kejahatan ini termasuk kejahatan

luar biasa yang tidak mengenal batas negara sehingga ancaman dapat diatasi

dengan berbagi informasi seputar terorisme. Pelakunya tidak hanya dari negara

yang bersangkutan tetapi dapat siapa saja.

Tidak hanya di Asia Tenggara, ancaman ISIS juga tersebar di kawasan

Asia Pasifik. Perdana Menteri Australia Tony Abbott mendesak negara-negara

Asia dan Pasifik melawan kelompok ISIS. Tahun 2015 lalu, Australia menaikkan

tingkat ancaman ke level tinggi dari Irak hingga Suriah.

Ancaman terorisme bukanlah yang eksistensial bagi Asia Tenggara.

Meskipun menghapuskan terorisme sama sekali akan menjadi tatanan yang

tinggi, ancamannya pasti dapat dikelola jika keseimbangan perspektif dan

kebijakan yang benar diambil, dan kerjasama antarnegara regional ditingkatkan.

Kemampuan operasional kelompok militan dan teroris Asia Tenggara, termasuk

yang disejajarkan dengan ISIS, tetap terbatas.

Pemerintah Australia tentu saja khawatir jika warga negaranya merasa

terancam dan tidak aman karena penyebaran kelompok terorisme ISIS di dunia.

Oleh karena itu, Australia telah melakukan upaya preventif dalam mengkonterr

terorisme. Kontra Terorisme dalam bidang militer pun telah dilakukan oleh

Page 70: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

58

Australia dengan mengirimkan pasukan ke Irak, serta mengirimkan pesawat

seperti delapan pesawat jet RAAF F/A18 dan dua pesawat tempur yang berbasis

yaitu pesawat Airbone Early Warning and Control E-74 Wedgetail dan pesawat

transportasi serta Multitrole Tanker KC-30A. Hal ini dilakukan pemerintah

Australia mengingat ISIS juga memiliki anggota yang besar serta memiliki

persenjataan yang cukup canggih dalam melawan pasukan pemerintah Irak serta

pasukan koalisi dalam mewujudkan tujuan mereka mendirikan negara Islam.

Australia berperan aktif dalam menyerang ISIS dan melakukan beberapa

kebijakan. Kondisi ini menjadikan perluasan target ISIS yang dilakukan

Australia. Australia memilih untuk meningkatkan militernya karena menganggap

bahwa keamanan di Australia perlu ditingkatkan agar tidak terjadi lagi suatu

penyerangan terhadap wilayah teritori Australia.

Keikutsertaan Australia tidak hanya faktor kekuatan militer di dunia

internasional yang menjadikan Australia saat ini berada di posisi keenam

menurut Lowy Institute, tetapi lebih dari itu Australia memiliki kepentingan

nasional untuk bergabung di Irak dan Suriah. Aliansi keamanan sebagaimana

yang dinyatakan Mearsheimer ialah untuk stabilitas dan keamana internasional.

Negara berkumpul dengan tujuan yang sama seperti beraliansi.

Membangun kemitraan juga termasuk salah satu cara lain untuk menangani

masalah ini. Seperti biasa, kunci untuk memerangi organisasi teror melalui

koalisi global , kerjasama antar-lembaga, keterlibatan swasta-publik, dan

komunikasi strategis yang efektif sangat disarankan oleh berbagai pihak. Hal ini

Page 71: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

59

pulalah yang kemudian dilakukan oleh Australia, yaitu berkoalisi dengan

Amerika Serikat dan negara-negara lain dalam upaya penanganan terorisme

global.

The Returning Terrorist Suspects Team (RTST) telah dibentuk untuk

mengelola ancaman pejuang asing yang kembali ke Australia, terutama mereka

yang terlibat dalam konflik Irak dan Suriah. RTST telah mengembangkan dan

menerapkan teknik dan strategi investigasi tradisional bersama dengan gangguan

dan kemampuan pengalihan untuk mencegah, mengganggu, dan menuntut.

Page 72: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Campbell, Patricia J, Aran MacKinnon, Christy R. An Introduction to Global

Studies. New York: Wiley-Blackwell, 2010.

Caris, Charles C, Samuel Reynold. ISIS Governance in Syria. Institute for the

Study of War, 2014.

Kegley, Charles J, Eugene R. Wittkopf. World Politics Trend and Transformation

, 8th ed. Boston: Bedford/St. Martin’s, 2001.

Mas’oed, Mohtar. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta

:LP3ES, 1990. hal. 140.

Suriasumantri, Jujun S. filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Rajawali, 1990. hal. 128.

Winarno, Budi. Dinamika Isu-Isu Glabal Kontemporer. Yogyakarta: CAPS, 2014.

Hal. 185.

Nawawi, Hadari. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada

Press, 1991. hal. 31.

Stern, Jessica, J. M. Berger. ISIS The State of Terror. London: William Collins,

2015. hal. 48-49.

Mearsheimer, John J. The Tragedy of Great Power Politics. New York: W.

W. Norton, 2001.

Jurnal

Anggraini, Nining. “Sikap Amerika terhadap gerakan ISIS di Iraq dan Suriah”.

Repository Unhas.

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15775/SKRIPSI

%20REKTORAT.pdf?sequence=1 (Diakses pada 22 September 2018)

Gunaratna, Rohan. “Strategic Counter-Terrorism: A Game Changer in Fighting

Terrorism?”. A Journal of the International Center for Political Violence

and Terrorism Reserch, Volume 9 No. 6. https://www.rsis.edu.sg/wp-

content/uploads/2017/06/CTTA_June_2017.pdf (Diakses pada 11 Januari

2019)

Mulyana, Yan, Akim, Deasy Silvya Sari. “Power Negara Islam Irak dan Suriah”

Ilmu Politik dan Komunikasi, Volume 06 No. 1, (Juni 2016).

https://jipsi.fisip.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-06-no-1/2-deasy-hi-

unpad-edited.pdf/pdf/2-deasy-hi-unpad-edited.pdf (Diakses pada 1

Oktober 2018)

Page 73: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xiv

McInnis, Kathleen J. Coalition Contributions to Countering the Islamic State,

(Congressional Research Service, 2016). hal. 2-9

Snyder. A Review Essay. “Mearsheimer s World: Offensive Realism and the

Struggle for Security. http://e-

resources.perpusnas.go.id:2048/login?url=http://search.ebscohost.com/logi

n.aspx?direct=true&db=edsjsr&AN=edsjsr.3092155&site=eds-live

(Diakses pada 25 Februari 2019)

Laporan

The Lowy Institute. Andrew Zammit. Australian foreign fighters: Risks and

responses. https://power.lowyinstitute.org/ (Diakses pada 22 Januari 2019)

Situs dan Dokumen Resmi Pemerintah

Rabil, Robert G. The ISIS Chronicles: A History. 17 Juli 2014.

https://nationalinterest.org/feature/the-isis-chronicles-history-10895

(Diakses pada 10 Desember 2018)

U.N Department of State. The Global Coalition To Defeat ISIS.

https://www.state.gov/s/seci/index.htm (Diakses 28 September 2018)

European Parliament. The international coalition to counter ISIL/Da'esh (the

'Islamic State'). 17 Maret 2015.

http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRIE/2015/551330/EPRS

_BRI%282015%29551330_EN.pdf (Diakses 28 September 2018)

Council of Australia Governments. Australian Counter Terorism Strategy.

https://www.nationalsecurity.gov.au/Media-and-

publications/Publications/Documents/Australias-Counter-Terrorism-

Strategy-2015.pdf (Diakses pada15 April 2017)

Australian Defence Magazine. Australia Invokes ANZUS Treaty to Stand by the

US. Dari

http://www.australiandefence.com.au/D8C208B0F806118DFE0050568

C22C9 (Diakses pada 15 April 2017)

US Department of State. The Global Coalition To Defeat ISIS. 2014.

https://www.state.gov/s/seci/index.htm (Diakses pada 12 Februari 2019)

Cronk, Terri Moon. Carter: Counter-ISIL Defense Ministers Unanimously

Support Objectives.

http://www.defense.gov/News/Article/Article/655155/carter- 86counter-

isil-defense-ministersunanimously-support-objectives (Diakses pada 27

Desember 2018)

Page 74: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xv

Australian National Security. Islamic State.

https://www.nationalsecurity.gov.au/listedterroristorganisations/pages/isla

micstate.aspx (Diakses pada 22 Januari 2019)

Council of Australia Governments. Australian Counter Terorism Strategy.

https://www.nationalsecurity.gov.au/Media-and-

publications/Publications/Documents/Australias-Counter-Terrorism-

Strategy-2015.pdf (Diakses pada15 April 2017)

Situs Berita Online

Kompas. Pascal, S. Enam Tahun Perang S uriah dari Aksi Damai Hingga

Tembakan 60 Rudal AS. 7 April 2017, dari

https://internasional.kompas.com/read/2017/04/07/19251371/enam.tahun.p

erang.suriah.dari.aksi.damai.hingga.tembakan.60.rudal.as (Diakses pada 2

Oktober 2018)

Europe News Week. ISIS Look to Recruit Rohingya Muslims Fleeing Myanmar.

2015, dari http://europe.newsweek.com/isis-look-recruit-rohingya-

muslims-fleeing-myanmar-328087(Diakses pada 6 Mei 2017)

Republika. PM Australia Desak Negara Asia Pasifik Lawan ISIS. 11 Juni 2015.

https://republika.co.id/berita/internasional/global/15/06/11/nprzy5-pm-

australia-desak-negara-asia-pasifik-lawan-isis (Diakses pada 3 Oktober

2018)

The Sydney Morning Herald. Islamic State: Tony Abbott refuses to rule out

combat forces as Syria air strikes announced.

https://www.smh.com.au/politics/federal/islamic-state-tony-abbott-refuses-

to-rule-out-combat-forces-as-syria-air-strikes-announced-20150909-

gjih49.html (Diakses pada 21 Desember 2018)

JPNN. Australia Kirim 600 Tentara Tumpas ISIS. 15 September 2014.

https://www.jpnn.com/news/australia-kirim-600-tentara-tumpas-isis

(Diakses pada 1 November 2017)

Warta Perang. Ini Dia 62 Negara Koalisi Anti Negara Islam.

http://www.wartaperang.com/2014/09/62-negara-koalisi-anti-isis-dan-

langkah-mereka.html (Diakses pada tanggal 8 Mei 2017 pukul 15.00 wib).

ABC Net. Islamic State Recruiting More Australian Fighters Brandis Wams.

https://www.abc.net.au/news/2015-01-24/islamic-state-recruiting-more-

australian-fighters-brandis-warns/6044556 (Diakses pada 18 Februari

2019).

Washington Post. ISIS Returning Fighters.

https://www.washingtonpost.com/graphics/2018/world/isis-returning-

fighters/?noredirect=on&utm_term=.026c13c5e2f2 (Diakses pada 22

Februari 2019)

Page 75: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xvi

BBC. World Middle East. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-

41734069 (Diakses pada 25 Desember 2018).

CNN Indonesia. Australia Cabut Kewarganegaraan Terduga Perekrut ISIS.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181229144857-113-

357261/australia-cabut-kewarganegaraan-terduga-perekrut-isis (Diakses

pada 30 Desember 2018)

Detik News. Diminta AS Tingkatkan Bantuan Perangi ISIS Australia Menolak.

https://news.detik.com/internasional/d-3118356/diminta-as-tingkatkan-

bantuan-perangi-isis-australia-menolak (Diakses pada 2 Maret 2019)

The Australian. Aussie Strike Aircraft Head Home After Victory Over ISIS.

https://www.theaustralian.com.au/national-affairs/defence/aussie-strike-

aircraft-head-home-after-victory-over-isis/news-

story/79f55f4d3d6bcf907b21d13318fcd917 (Diakses pada 3 Maret 2019).

ABC Net. Australia Expected To End Airstrikes in Iraq.

https://www.abc.net.au/news/2017-12-22/australia-expected-to-end-air-

strikes-in-iraq/9281600 (Diakses 3 Maret 2019)

Wawancara

Wawancara dengan Kiera Shaw, Sekertaris satu Kedutaan Besar Australia di

Indonesia , Tanggal 26 November 2018 di Kedutaan Besar Australia.

Wawancara dengan Dr. Jamal Abdullah, International Fellows Pusat Studi Timur

Tengah dan Perdamaian Global Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Tanggal 8 Oktober 2018 di Gedung FISIP UIN Jakarta Ruang 402.

Page 76: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xvii

Lampiran wawancara 1

Dr. Jamal Abdullah

International Fellows Pusat Studi Timur Tengah dan Perdamaian Global

Senin 8 Oktober 2018 pukul 13.00

Di Gedung FISIP UIN Jakarta Ruang 402

1. What is Syria situation before the ISIS established and operated in

Syria and Iraq?

Answer: Syria was very stabil country in the Middle East. 1945 When the

world war 2 end syrian got their independence. Syria has been governed

by the family of Assad since 1971. The father of Bassar al Assad who get

the power from 2000 until now and his father Abdul Al Assad 1971-2000.

Syria is very closed to Rusia with the party governed called al Bath its

like komunis.

2. How war started ? And why the war still continued? Why that

happened?

Answer: in the end of 2010, something happened called Arab Spring.

Start from Tunisia arrived to egypt, Libya, Yaman, and Syria was the last

country attacked by arab spring. On 15th of March some young boys, they

tried to do kind of invitation to wrote something in the wall against the

regime of syria. The boys have been arrested by the authority and have

been jail for a while. People started to go up in the street start to make of

revolution and the war started. The army, the police sense forces attacked

people and start to kill them. Many parties from outside, from Iraq from

all around the world came to Syria and make it complicated to jihad and

make a khilafah. Many Countries participate in this war and very difficult.

Actually the revolution is very peacefull but Syrian people found the

Occasion around them. They need they freedom.

3. Who gets the big effect due to ISIS attacked Syria?

Page 77: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xviii

Answer: The single part of syria has been protected until now is the

capital, Damaskus. We can see nothing happened, Damaskus is very safe.

Otherwise all other part of Syria from North until South, From East until

West have been attacked. Most important largest has been attacked was

family it means woman and children is the civil people.

4. How is the current defence and security of Syria?

Answer: is very bad actually, Syrian regime supported by Iran dan Rusia,

get a lot of land in Syria under the countrol supported by Turkey. All of

land of Syria under the control of regime this is situation today.

5. What do you know about the American coalition involved in fighting

the ISIS?

Answer: ISIS present since 2014. Since the time, US decided to create

coalition to fight Rusia and to firght ISIS. But there is no any kind of

cooperation between this coalition and the regime of Syria. Actually the

coalition is very affected.

6. Does the involvement of another countries help solving the problem?

Answer: i dont think so. The solution of this war sould be based by

diplomatic. Regional organization like OIC should face around the table

and the the solution will be true. If they starting to discuss sit on the table

it will be good.

7. Could foriegn countries help ending the war?

There is no solutions. Each parties comes with own ideas. Negotiation

means that i have idea and other too and we have to discuss thats why we

can approach together but in the real there is no willing to find revolution.

8. What is the responsibility of the Gulf states after the fall of ISIS? The

returnees endangered the regional security?

Answer: Gulf State like Saudi Arabia, they control the war because this

countries supported some parties in Syria. Gulf State lead by US. It is

very bad situation until now.

Page 78: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xix

Lampiran wawancara 2

Keara Shaw

Sekertaris Satu (Bidang Politik)

Kedutaan Besar Australia di Indonesia

26 November 2018 pukul 13.00

Di kedutaan besar Australia

9. Bagaimana ISIS mengancam wilayah Asia Pasifik?

Jawaban: Aksi terorisme memang selalu mengancam terutama ancaman

domestik wilayah di Asia pasifik khususnya Indonesia dan Australia.

Australia dan Indonesia memiliki ancaman yang sama antar kedua negara.

Ada unsur lintas perbatasan sehingga ancaman dari Timur tengah dapat

diatasi dengan berbagi informasi seputar terorisme. ISIS tidak perduli

dengan perbatasan negara, Hampir di seluruh Asia Pasifik ada, pelakunya

tidak melulu dari negara yang bersangkutan. Ada ancaman bahwa

kelompok teroris akan menafikaan kepentingan dari negara barat.

10. Bagaimana respon negara Asia pasifik terhadap ancaman ISIS?

Jawaban: Perjalanan lebih sulit dan harus lebih hati-hati. Di Indonesia

banyak jaringan teroris salah satunya JID. Di Australia sendiri ada 18.750

pengungsi setiap tahunnya datang. Ini merupakan hal yang harus

diwaspadai karena ancaman di Australia sedikit berbeda yaitu tidak ada

jaringan besar seperti di Indonesia, lebih banyak bergerak sendiri yang

terinspirasi dari ISIS. Australia harus merespon cepat dan memisahkan

mana yang sebenarnya pengungsi dan mana yang pejuang ISIS.

11. Bagaimana kerjasama Australia dan Indonesia dalam Menghalau

terorisme?

Answer: Kerjasama Australia dan Indonesia sudah sejak lama terutama

sejak Bom bali 2. Kerjasama terus dilakukan antara pemerintah Indonesia

dan Australia, Di tahun 2018 sekitar bulan oktober terjadi serangan di

Page 79: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xx

Melbourne yang dikabarkan adanya sumber online dan komunikasi

langsung dari Timur Tengah. Australia dan Indonesia harus menghadapi

ancaman yang hampir mirip sehingga diantara keduanya berbagi

ninformasi bagaimana cara efektif untuk menghadapi serangan. Untuk

menghadapi masalah terprime, ada unsur lintas batas sehingga harus ada

kerjasamanya seperti berbagi informasi dalam hal jenis ancaman yang ada,

bagaimana kemampuan ancaman, cara paling efektif menghadapi ancaman

dan lain lain. Alasan Australia ingin bekerja sama dengan Indonesia

karena jumlah korban Australia terbesar di Indonesia sehingga kita target

di Indonesia. Program kerjasama Indonesia dan Australia ada di AIPJ pilar

3 tentang radikalisme. Beberapa pertemuan juga terjadi karena ingin

menggabungkan semua negara untuk memikirkan ide bagaimana setiap

negara bisa bekerjasama lebih baik termasuk berbagi keterangan dengan

polisi.

12. Apakah kebijakan Australia dalam menghalau terorisme?

Jawaban: Tidak ada satu-satunya kebijakan. Jika melihat di website resmi

pemerintah Australia yaitu National Security, ada keluasan kebijakan yang

ada.

13. Berapa jumlah Orang Australia yang bergabung dengan ISIS?

Jawaban: Bisa dilihat di website dan itu merupakan data valid dari

pemerintah Australia. Saya pikir tahun ini tidak banyak bertambah bahkan

tidak ada. Yang terpenting memilah, Jika melihat angka biasanya ialah

total keseluruhan. Sehingga angka radikal digabung begitu saja. Yang

membuat masalah biasanya yang ingin ke Suriah seringkali tidak langsung

ke negara tersebut tapi transit dahulu ke negara lain, sehingga sulit

menentukan mana yang benar pergi dan mana yang teroris.

14. Bagaimana pemerintah Australia mencegah adanya penyebaran

ekstrimis khususnya ISIS?

Page 80: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxi

Jawaban: Kami punya undang-undang yang ketat. Jika ada sesuatu yang

membahayakan, kami punya “resources” untuk penegakan hukum untuk

dipastikan bahwa mereka benar-benar akan dihukum supaya tidak

mengancam warga Australia. Kalo ada yang belum terlibat tetapi udah

radikal, ada program dari pemerintah pusat untuk kemasyarakatan

sehingga bisa menjadi masyarakat utuh. Disinilah payung hukum Australia

lebih komplit.

15. Bagaimana pemerintah merespon orang Australia yang kembali lagi

setelah bergabung dengan ISIS?

Jawaban : Jika sudah bergabung dengan ISIS DI timur tengah akan diadili.

Jika tidak melakukan aksi tindak pidana mereka akan dimasukan ke

program kemasyarakatan. Kebanyakan yang susdah ikut ISIS akan

dihukum.

Page 81: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxii

Dukungan militer yang diberikan anggota Koalisi untuk operasi di Irak dan

Suriah

Negara Kontribusi

Amerika Serikat Pesawat F-22 Raptor dan F-18 Super

Hornet jets serta drones dan misil

untuk membantu pasukan Irak serta

tentara Kurdi berdasarkan kesepakatan

dengan pemerintah Irak serta

membantu menyerang ISIS lewat

udara ke Suriah bersama 5 negara

Arab lainnya. Amerika Serikat telah

mengirim 1,600 pasukan ke Irak untuk

melatih tentara Irak dan tentara Kurdi.

800 dari pasukan tersebut bertugas

untuk menjaga keamanan tentara.

Bantuan pasukan terus ditingkatkan

Amerika Serikat hingga dua kali lipat

menjadi 3,100 dan terus meningkat

hingga 4,850 pasukan.

Inggris 6 RAF Tornados diterbangkan dari

Siprus untuk langsung menyerang IS

di Irak sedangkan pasukan khusus

Inggris menyerang pangkalan minyak

yang dikuasai oleh IS melalui

serangan darat. Inggris juga

berkontribusi dalam bentuk

pengiriman amunisi serta bantuan

persenjataan udara untuk Kurdistan.

Arab Saudi mengirim 305 pesawat tempur yang

langsung menargetkan Suriah dan

telah berpasrtisipasi di Suriah dalam

memberikan bantuan serangan udara

serta bantuan tentara untuk melatih

pasukan pemberontak Suriah.

Uni Emirat Arab Mengirimkan 201 combat aircraft di

Suriah bersama dengan Dubai dalam

memberikan bantuan serangan udara

serta bantuan tentara untuk melatih

pasukan pemberontak Suriah.

Jordania Serangan udara dengan mengirimkan

Page 82: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxiii

85 pesawat tempur untuk menargetkan

Suriah serta membantu memutuskan

aliran pendanaan terhadap

kelompokkelompok ekstremis.

Belanda Mengirim 6 unit jet tempur F-16 ke

Iraq, 130 ahli militer untuk

mendukung Iraqi and pasukan Kurdi,

1,000 helm dan 1,000 peluru.

Perancis Perancis meluncurkan serangan ke

Irak melalui serangan udara melalui

Uni Emirat Arab dengan melibatkan

750 personil. Perancis juga telah

meluncurkan serangan untuk melawan

IS melalui 2 jet tempur, pesawat

perdamainan angkatan laut

Kanada Mengirimkan tentara untuk membantu

Irak dengan 70 tentara operasi khusus

untuk melatih Kurdistan di bagian

Utara Irak serta bantuan berupa 5

hingga 8 CF-18 fighter aircraft serta

61 tanker aircraft. Kanada,

berkontribusi dalam mengirimkan

ribuan tentara ke Irak serta membantu

Albania untuk memberikan 500 ton

bantuan militer ke Irak. Kanada juga

memberikan bantuan nonmiliter

sebanyak 10 juta dolar Amerika dan

bantuan kemanusiaan sebanyak 5 juta

dolar Amerika

Bahrain Bahrain sebagai negara yang

berdekatan dengan Arab Saudi ini

lebih berkontribusi pada serangan

udara dalam upaya mendukung

Amerika Serikat sebagai salah satu

aliansi kuat dengan berpartisipasi di

Suriah baik dalam bentuk bantuan

serangan udara maupun bantuan

tentara untuk melatih pasukan

pemberontak Suriah melalui

pemberian fasilitas militer.

Belgium Mengirim 6 unit F-16 jets dan

beberapa pesawat kargo tipe C-130.

Belgia juga mengirimkan 120 staf

pendukung termasuk di dalamnya 8

Page 83: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxiv

pilot yang berbasis di Jordania serta

13 ton bantuan untuk Irak

Denmark Denmark memberikan bantuan 7 unit

jet tempur tipe F-16, 4 unit pesawat

operasional serta staf pendukung

selama 12 bulan. Denmark juga

berkontribusi dalam mengirimkan ahli

militer untuk melatih pasukan Kurdi

yang beroperasi di darat. Denmark

berperan penting dalam menyediakan

pesawat untuk transportasi bantuan

kemanusiaan di bagian Utara Irak.

Turki Turki juga ikut berkontribusi pada

perlengkapan serangan udara serta

memberikan dukungan di bidang

militer dan bantuan logistik untuk

menyerang ISIS ke Suriah. Turki telah

memberikan bantuan kemanusiaan

sebanyak 1.5 juta mata uang Turki

terhadap bagian Utara Irak serta

membangun tempat pengungsi untuk

menampung 20,000 pengungsi dari

Irak. Turki juga memberikan bantuan

dalam bentuk latihan militer Kurdish

Peshmerga di bagian Utara Irak.

Sumber:

https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/pu

bs/rp/rp1718/SyriaMilitaryOps

Page 84: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxv

Serangan ISIS

No Tanggal Kronologi Korban

1 17 Juli 2015 Bom mobil yang meledak di pasar

yang ramai di kota Irak Khan Bani

Saad

15 orang tewas

dan 170 orang

terluka

2 10 Agustus

2015

Dua pemboman di Baquba dan

Kanaan di Provinsi Diyala

Hampir 60 orang

tewas dan 105

orang terluka

3 11 Januari 2016 Serangkaian serangan terhadap sipil

di Irak

51 orang tewas

4 11-28 Januari

2016

Gelombang serangan terhadap

tentara irak dan pejuan pro

pemerintah di Ramadi

Lebih dari 80

orang tewas

5 1 Februari 2016 Bom mobil diikuti oleh dua bom

bunuh diri di dekat kuil Syiah

Sayyida Zaynab di Damaskus

Suriah

70 orang tewas

dan 40 orang

terluka

6 3 Juli 2016 Meledakan bom rakitan yang

dilakukan di luar sebuah restaurant

di komplek perbelanjaan distrik

Shia Karrada di Baghdad Irak

292 orang tewas

dan ratusan orang

terluka

7 4-10 Januari

2017

Dua operasi bunuh diri dan lima

bahan peledak yang menargetkan

warga sipil syiah di Baghdad

Sekitar 300 orang

tewas dan terluka

Sumber:https://www.nationalsecurity.gov.au/listedterroristorganisations/pages/isl

amicstate.aspx

Page 85: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxvi

Lowy Institute Asia Power Index

Negara Keseluruhan Kekuatan Peringkat

Klasifikasi

United States 85,0 1 Super Powers

China 75,5 2

Japan 42,1 3 Major Powers

India 41,5 4

Russia 33,3 5 Middle Powers

Australia 32,5 6

Korea, South 30,7 7

Singapore 27,9 8

Malaysia 20,6 9

Indonesia 20,0 10

Thailand 19.2 11

New Zealand 18.9 12

Vietnam 16.5 13

Pakistan 15.1 14

Taiwan 14.9 15

Philippines 12.4 16

North Korea 11.4 17

Bangladesh 8.7 18 Minor Powers

Brunei 8.2 19

Myanmar 7.6 20

Srilanka 7.6 21

Kamboja 6.1 22

Mongolia 5.0 23

Laos 4.8 24

Nepal 3.1 25

Sumber:https://power.lowyinstitute.org/downloads/LowyInstitute_AsiaPowerIndex_2018-

Summary_Report.pdf

Page 86: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxvii

Page 87: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxviii

Page 88: KEBIJAKAN PENGIRIMAN MILITER AUSTRALIA DALAM RANGKA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tersulit. Keluarga penulis, wa Tatu, wa Leli, ka Aam, ka Fadlun, ka

xxix