Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

24
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 1 MAKNA KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS DI ASIA TENGAH Oleh: Rusdiyanta, S.IP, M.Si 1 Rusdiyanta, S.IP, M.Si 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur Abstract After collapsing of USSR, Central Asia region divided in a few state for example Kazakhstan, Turkmenistan, Kyrgystan, Uzbekistan, and Tajikistan. This region have strategic meaning for many state, including US either through geopolitics, economic, and cultural and religion. A Period of Clinton administration, US take initiative build of road silk new by developing new oil pipe which pass region of Turkey. Since 1997, US start this area priority with "New Central Asia Strategy" policy. After 11/9 tragedy, US start to develop new defense doctrine by placing forward strike pre-emptive and intervention defensive which very is differing from of cold war moment using containment doctrine of deterrence. In campaign of “War on Terror”, US invite a number of states to fight terrorism with especial target of Al Qaeda with government of Taliban in Afghanistan alleged as its protector. Since then, US come into play diplomatic, military and politics in Central Asia. PENDAHULUAN Selama puluhan tahun di bawah dominasi Uni Soviet, Asia Tengah seolah-olah dilupakan oleh dunia luar. Bahkan dalam pandangan sebagian besar penduduk Uni Soviet, negara-negara yang terletak di wilayah Asia Tengah dan berpenduduk mayoritas muslim ini, merupakan wilayah yang gersang, tandus, terisolasi sekaligus tempat pembuangan para tahanan politik masa pemerintahan Stalin. Satu-satunya rute penting untuk keluar dari kawasan tersebut adalah melalui jalan darat maupun kereta api yang langsung menuju ke Moscow. 1 Dosen Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Budi Luhur 2 Dosen Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Budi Luhur

Transcript of Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Page 1: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 1

MAKNA KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS DI ASIA TENGAH

Oleh: Rusdiyanta, S.IP, M.Si1 Rusdiyanta, S.IP, M.Si2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur

Abstract

After collapsing of USSR, Central Asia region divided in a few state for example Kazakhstan, Turkmenistan, Kyrgystan, Uzbekistan, and Tajikistan. This region have strategic meaning for many state, including US either through geopolitics, economic, and cultural and religion. A Period of Clinton administration, US take initiative build of road silk new by developing new oil pipe which pass region of Turkey. Since 1997, US start this area priority with "New Central Asia Strategy" policy. After 11/9 tragedy, US start to develop new defense doctrine by placing forward strike pre-emptive and intervention defensive which very is differing from of cold war moment using containment doctrine of deterrence. In campaign of “War on Terror”, US invite a number of states to fight terrorism with especial target of Al Qaeda with government of Taliban in Afghanistan alleged as its protector. Since then, US come into play diplomatic, military and politics in Central Asia. PENDAHULUAN

Selama puluhan tahun di bawah dominasi Uni Soviet, Asia Tengah

seolah-olah dilupakan oleh dunia luar. Bahkan dalam pandangan

sebagian besar penduduk Uni Soviet, negara-negara yang terletak di

wilayah Asia Tengah dan berpenduduk mayoritas muslim ini, merupakan

wilayah yang gersang, tandus, terisolasi sekaligus tempat pembuangan

para tahanan politik masa pemerintahan Stalin. Satu-satunya rute

penting untuk keluar dari kawasan tersebut adalah melalui jalan darat

maupun kereta api yang langsung menuju ke Moscow.

1 Dosen Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Budi Luhur 2 Dosen Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Budi Luhur

Page 2: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

2 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

Setelah Uni Soviet bubar, dan berganti menjadi Rusia, perlahan-

lahan negara-negara di Asia Tengah tersebut melepaskan diri dari

negara induknya dan memerdekakan diri menjadi negara-negara

Republik, seperti Kazakhstan, Turkmenistan, Kyrgystan, Uzbekistan dan

Tajikistan. Negara-negara tersebut dikenal sebagai Central Asian States

(CAS). Asia Tengah kira-kira luas wilayahnya seperempat luas wilayah

Rusia. Negara terluas adalah Kazakhstan (2.669.800 km2),

Turkmenistan (488.100 km2), Uzbekistan (425.400 km2), Kyrgystan

(101.300 km2) dan terkecil adalah Tajikistan (142.000 km2).(Pacicolan,

2001:80, 88, 120, 124, 126).

Secara ekonomi, pasca pemerintahan komunis era globalisasi dan

pasar bebas yang berlaku di sebagian negara-negara di dunia tidak

dikenal di wilayah ini. Menurut studi Bank Dunia, Asia Tengah saat ini

keadaannya tidak lebih baik dari pada masa komunisme. Standar

kesehatan dan pendidikan yang buruk mengakibatkan kemunduran atau

penurunan dalam Gross Domestic Product (GDP), kecuali negara-

negara kaya minyak seperti Kazakhstan, namun negara lain kurang

beruntung (Maynes, 2003:122). Reformasi ekonomi telah dilaksanakan,

namun hanya menyebabkan resiko besar tanpa hasil nyata karena

antara satu negara dengan negara lainnya tidak mencapai kesepakatan.

Namun demikian, wilayah Asia Tengah menyimpan sebuah daya

tarik tersendiri bagi negara-negara besar di dunia. Bahkan sejak abad

ke-19, wilayah ini sudah menjadi wilayah perselisihan diantara negara-

negara besar. Wilayah ini tepat berada di tengah-tengah antara benua

Eropa dan Asia. Asia Tengah selalu menjadi penting dan strategis

sebagai jalur vital yang menghubungkan Eropa dan Asia. Pada awal

abad ke-20 Sir Halford Mackinder, seorang ahli geografi Inggris, pernah

mengatakan bahwa Asia Tengah akan selalu menjadi kawasan yang

sangat penting di dunia, dan penguasaan Asia Tengah berarti

mengontrol rimlands (lingkar benua) dan kemudian dunia (Haiyun,

Page 3: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 3

2001:45). Pada abad ke-20, Asia Tengah berada di bawah kekuasaan

Tsar Rusia kemudian Uni Soviet, lalu negara-negara tersebut

melepaskan diri dan merdeka. Setelah disintegrasi di Uni Soviet, posisi

strategis Asia Tengah kembali menjadi sorotan dunia.

Posisi strategis Asia Tengah dengan cepat mendapat perhatian dari

negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dengan mananamkan

modal dan teknologinya. Amerika Serikat mulai terlibat pada awal tahun

1990-an dengan membangun hubungan bilateral dan bantuan

pembangunan ekonomi di kawasan tersebut, pemindahan senjata nuklir

dari Kazakhstan dan pembangunan untuk memproduksi cadangan

minyak di Kaspia.(Cornel & Spector, 2002, 201). Permasalahannya

adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi politik

luar negeri Amerika Serikat di kawasan Asia Tengah?

KERANGKA PEMIKIRAN A. Politik Luar Negeri dan Kepentingan Nasional

Politik luar negeri menggambarkan suatu tindakan negara yang

mengarah pada situasi tertentu yang dipengaruhi oleh kondisi, ruang dan

waktu, baik dipengaruhi oleh kondisi domestik maupun kondisi

internasional (Purwasito, 1994:19).

Politik luar negeri suatu negara berarti pencapaian tujuan-tujuan,

yang dicapai di luar batas yurisdiksi nasional. Esensi dari politik luar

negeri merupakan rencana dan kebijakan-kebijakan yang ditujukan

kepada tujuan yang satu yakni perwujudan kepentingan nasional demi

mempertahankan kelangsungan hidup negara (Ibid). Sehingga setiap

pengambilan kebijakan luar negeri, suatu negara selalu mendasarkan

pada kepentingan nasional. Menurut Nuchterlain, kepentingan nasional

adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh suatu negara

dalam hubungan dengan negara-negara lain yang merupakan

lingkungan eksternalnya (Nucthertlein, 1979:75).

Page 4: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

4 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

Kepentingan nasional seringkali dipakai sebagai alat untuk

menganalisa tujuan kebijakan luar negeri suatu negara. Paul Seabury

mendefinisikan konsep kepentingan nasional dalam dua aspek, yakni

normatif dan deskriptif. Secara normatif, konsep kepentingan nasional

mengacu pada serangkaian tujuan ideal yang seharusnya diusahakan

untuk diwujudkan oleh suatu bangsa dalam hubungannya dengan

negara lain. Secara dekriptif, konsep kepentingan nasional dapat

dianggap sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui kepemimpinannya

dengan perjuangan yang gigih (Holsti, 1988:136). Menurut Holsti,

kepentingan nasional diidentifikasikan dalam tiga klasifikasi, yaitu (1)

kepentingan dan nilai inti; (2) tujuan jangka menengah; dan (3) tujuan

jangka panjang (Ibid., 141).

Pertama, kepentingan dan Nilai Inti. Kepentingan ini bisa

digambarkan sebagai jenis kepentingan yang untuk mencapainya

kebanyakan bersedia melakukan pengorbanan sebesar-besarnya.

Kepentingan dan nilai inti merupakan tujuan jangka pendek, karena

tujuan lain jelas tidak dapat dicapai apabila unit politik yang mengejarnya

tidak dapat mempertahankan eksistensinya (Ibid., 142). AS menganggap

kawasan Asia Tengah sebagai kepentingan, maka tidak sedikit sumber

daya yang telah dikeluarkannya demi mempertahankan eksistensinya

secara ekonomi, politik dan militer di kawasan Asia Tengah karena

dalam pandangan AS wilayah ini sangat strategis dan akan

menguntungkan di kemudian hari bagi kepentingan nasional AS.

Kedua, Tujuan jangka menengah. Dalam tujuan ini, (1) akan

mencakup usaha pemerintah memenuhi tuntutan perbaikan ekonomi

melalui tindakan internasional; (2) meningkatkan prestise negara di

dalam sistem itu sendiri, dimana saat ini prestise sebuah negara diukur

dari perkembangan tingkat industri dan teknologinya; dan (3) mencakup

bentuk perluasan diri atau imperialisme, negara lain tidak menduduki

wilayah asing, tetapi mencari keuntungan, termasuk akses pada bahan

Page 5: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 5

mentah, pasar dan rute perdagangan yang tidak dapat mereka peroleh

dari perdagangan biasa dan diplomasi (ibid, 145-147). Pengendalian dan

akses ekslusif mungkin diperoleh melalui kolonisasi, protektorat, satelit

atau lingkup pengaruh. Perluasan diri secara ideologis juga lazim dalam

banyak bentuk, dimana wakil pemerintah berusaha mempromosikan nilai

politik, ekonomi dan sosialnya sendiri di luar negeri.

AS sebelum dan pasca perang serangan 11 September 2001,

sedang dalam krisis ekonomi yang cukup parah sehingga memerlukan

langkah-langkah untuk membantu mengatasi masalah dalam negerinya.

Seperti AS mendukung kepentingan sejumlah Multinational Corporation

(MNC) di luar negeri demi mendorong perluasan perdagangan atau

akses umum pada pasar luar negeri, dalam hal ini tentu saja pemerintah

AS mendapat pengaruh dari kelompok kepentingan ekonomi untuk

mengambil kebijakan ini. Terutama MNC dalam eksplorasi minyak dan

gas atau non-migas.

Ketiga, Tujuan Jangka Panjang. dalam tujuan ini, impian dan

pandangan tentang organisasi ideologi terakhir sistem internasional,

aturan yang mengatur hubungan dalam sistem tersebut dan peran

negara tertentu di dalamnya (Ibid, 147).

Tujuan jangka panjang yang akan dicapai AS, sesuai dangan apa

yang digariskan dalam “Strategi Kebijakan Nasional Amerika Serikat”,

adalah ingin menciptakan dunia yang tidak saja aman, namun lebih baik

yang bertujuan: kebebasan ekonomi dan politik, hubungan yang serasi

dengan negara lain, penghargaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Untuk

mencapai tujuan tersebut, salah satunya AS akan bekerjasama dengan

pihak lain untuk menghindari konflik regional, menciptakan era baru bagi

pertumbuhan ekonomi global lewat pasar dan perdagangan bebas, dan

lain-lain.(Kompas, 23 Maret 2003).

Menurut Anthony Lake, pada periode pasca Perang Dingin

pemerintah AS perlu menemukan komponen-komponen baru bagi

Page 6: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

6 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

kepentingan nasionalnya. Lake menggariskan tujuh aspek kepentingan

nasional AS yakni;(Notosusanto, 1996:117) (1) untuk mempertahankan

AS, warga negaranya di dalam maupun luar negeri, para sekutu AS dari

berbagai bentuk serangan langsung; (2) untuk mencegah timbulnya

agresi yang dapat mengganggu perdamaian internasional; (3) untuk

mempertahankan kepentingan ekonomi AS; (4) untuk mempertahankan

dan menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi; (5) untuk mencegah

proliferasi senjata nuklir; (6) untuk menjaga rasa percaya dunia

internasional terhadap AS. Untuk itu AS harus selalu mempertahankan

komitmen-komitmen internasionalnya. (7) memerangi kemiskinan,

kelaparan serta pelnggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Sedangkan kepentingan nasional jangka panjang yang akan

dicapai di Asia Tengah adalah (1) untuk mencegah munculnya kembali

“ideologi ekpansionisme Rusia yang radikal”, yang akan menciptakan

kembali konfrontasi nuklir dunia; (2) mencegah atau mengisolir konflik

yang terjadi; (3) mencegah pengembangan senjata nuklir; (4) mencegah

gerakan radikal anti-barat dalam bentuk Islam politik; (5) untuk

mendorong timbulnya demokratisasi dan menjujung tinggi hak-hak asasi

manusia; dan (6) membolehkan Amerika Serikat untuk berperan dalam

pembangunan ekonomi, khususnya akses pada bahan mentah.(Malik,

1994:11)

Peristiwa 11 September 2001, kepentingan AS di Asia Tengah

mengalami beberapa revisi khususnya mengenai masalah keamanan

regional, dimana AS memfokuskan pada perang terhadap terorisme

internasional dan mencegah agar negara-negara di kawasan tersebut

tidak menjadi tempat perlindungan para teroris.

Dengan demikian, politik luar negeri AS di Asia Tengah bertujuan

untuk mencapai kepentingan nasionalnya, seperti menjaga stabilitas

keamanan regional dari aksi-aksi terorisme (keamanan), mengamankan

suplai minyak Asia Tengah dan kemudian memasarkannya ke pasaran

Page 7: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 7

internasional (ekonomi), dan mengenalkan nilai-nilai demokratisasi dan

hak-hak asai manusia, sehingga diharapkan akan terjadi reformasi

dalam bidang politik.

KONSEP KAWASAN DAN GEOPOLITIK Setiap pemerintah lebih banyak berinteraksi dengan sekelompok

bangsa tertentu daripada semua bangsa di dunia. Implikasinya dalam

banyak segi hubungan internasional, dunia ini lebih tepat dipandang

sebagai terdiri dari berbagai kelompok bangsa-bangsa, dan bahwa

banyak urusan hubungan internasional sebenarnya terjadi di dalam dan

diantara kelompok-kelompok itu. Pengelompokan bisa bersifat permanen

dan sementara. Dalam hal ini, pengelompokan yang lebih baku yang

disebut region. Umumnya region didefinisikan secara geografik, karena

faktor geografi dianggap sebagai faktor yang lebih permanen daripada

faktor-faktor lain.(Mas’oed, 1989:156)

Untuk menentukan keberadaan suatu region, Bruce Russett menggunakan metode “taksonomi induktif”. Ia tidak memulai dengan

definisi suatu region, tetapi mengumpulkan data menurut berbagai

kriteria dan melihat apa saja yang muncul tentang yang disebut region

itu. Kriteria yang dipakai untuk melihat sekumpulan bangsa-bangsa itu

adalah (Couloumbis & Wolfe, 1999:312) (1) kemiripan sosiokultural; (2)

sikap politik atau perilaku eksternal yang mirip; (3) keanggotaan yang

sama dalam organisasi-organisasi supra natural atau antar-pemerintah;

(4) interdependensi ekonomi; (5) kedekatan geografik.

Konsep geopolitik merupakan konsep yang melihat hubungan

antara kondisi bumi (wilayah), institusi politik dan kebijakan dari sebuah

negara. Geopolitik adalah sebuah studi geografi yang dikaitkan dengan

kondisi kebijakan luar negeri sebuah negara dan fenomena politik.

seperti dikatakan Rudolf Kjellen, seorang ahli geografi dari Swedia,

bahwa “kekuatan sebuah negara bergantung pada wilayahnya, sungai,

Page 8: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

8 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

jalanan, bahan mentah dan makanan dan termasuk penduduknya,

pemerintahnya, ekonominya dan budayanya”.

Menurut Sir Halford Mackinder, dalam penelitiannya melihat

bahwa ¾ (tiga per empat) muka bumi ini terdiri dari lautan, hanya ¼

(seper empat)-nya terdiri dari daratan. Menurutnya, benua Eropa, Asia

dan Afrika yang merupakan satu daratan luas tersebut merupakan pulau

dunia (World Island), kemudian ia menetapkan wilayah poros (pivot area)

atau daerah jantung (Heartland) dari pulau dunia tersebut (Jones, 1993)

Ada tiga kriteria daerah jantung menurutnya, yakni: pertama,

wilayah daratan yang membentang luas atau yang paling luas; kedua,

daratan tersebut dilewati oleh sungai-sungai besar; dan ketiga,

permukaan daerah jantung diliputi oleh wilayah padang rumput. Menurut

Mackinder, yang merupakan daerah jantung adalah wilayah bagian

dalam dan bagian utara Eurasia, yang menurut analisisnya meliputi

kawasan Eropa Timur sampai ke Siberia (Rusia) yang merupakan

bagian dari kutub utara. Mackinder lalu yakin dengan daerah jantung

yang memiliki potensi kekuatan yang dapat menguasai seluruh dunia.

Peringatan klasiknya adalah “siapa yang yang menguasai Eropa Timur,

maka dapat menguasai daerah jantung; siapa yang menguasai daerah

jantung, maka dapat menguasai pulau dunia; dan siapa yang berkuasa

di pulai dunia, maka dapat menguasai dunia. Oleh karena itu, posisi

Eurasia dianggap sangat strategis oleh para pemimpin, karena wilayah

itu juga terdapat cukup banyak macam sumber daya mineral, yang dapat

memberi kekuatan tersendiri bagi negara yang menguasainya.

Nicholas Spykman memberikan perhatian terutama sekali pada

hubungan antara geografi dunia dan faktor politik pada posisi AS dan

kebijakan luar negerinya. Spykman menekankan pentingnya geografi

sebagai faktor penting dalam membuat sebuah kebijakan luar negeri,

karena faktor tersebut bersifat permanen. Prinsip-prinsip dasarnya, ia

menekankan bahwa kekuatan sebuah negara tidak bergantung pada

Page 9: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 9

kekuatan militernya semata, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor

lainnya, seperti luas wilayah, perbatasan alamnya, jumlah penduduk,

bahan-bahan mentah, ekonomi, pembangunan, keuangan, keragaman

etnis, stabilitas politik, integrasi sosial dan semangat kebangsaan

AS DAN ASIA TENGAH Dalam strategi global Amerika Serikat, Asia Tengah memegang

posisi strategis. Terutama sejak tahun 1997 ketika AS mulai

memprioritaskan kawasan ini dengan kebijakan “New Central Asia

Strategy”. Dalam strategi ini, AS berusaha membantu negara-negara

baru merdeka di Asia Tengah untuk dapat keluar dari pengaruh Rusia

dan benar-benar merdeka. Untuk megimplementasikan strategi ini,

pemerintah AS secara politik mulai melakukan berbagai kunjungan

diplomatiknya. Secara ekonomi AS berusaha menjadikan kawasan ini

sebagai basis suplai energinya yang baru, dengan menanamkan

investasi, bantuan ekonomi, dan pembangunan. Secara militer AS mulai

memberikan bantuan militer berupa peralatan, pelatihan personil militer,

latihan militer berkelanjutan dan akhirnya berusahan mendirikan

pangkalan militer disana (Haiyun, 2001:17). Namun langkah-langkah itu

ditentang oleh Rusia yang tidak ingin kehilangan pengaruhnya di Asia

Selatan.

Keinginan AS untuk mencari sumber suplai minyak dan gas dari

kawasan selain teluk persia cukup beralasan karena teluk Persia terjadi

rawan konflik, maka AS mulai mencari alternatif dengan melirik Asia

Tengah sebagai pemasok minyak. AS sangat membutuhkan energi bagi

kelangsungan hidup industrinya. Pada tahun 2001, AS mengimpor 53

persen dari kebutuhan minyaknya, dan impornya tersebut akan

meningkat menjadi 62 persen pada tahun 2020 sehingga jika tidak ada

suplai tambahan dalam beberapa tahun mendatang, maka AS akan sulit

mempertahankan, apalagi meningkatkan pertumbuhan ekonominya

Page 10: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

10 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

(Junaedi & Mujiyanto, 2001:97). Ditambah lagi, AS saat ini sedang

mengalami krisis energi paling buruk sepanjang sejarah, sehingga

sangat membutuhkan suplai minyak tambahan (Rahman, dalam Kompas, 18 Oktober 2002).

Meskipun perekonomian AS masih sangat tergantung pada pasokan

minyak dari Timur Tengah, namun AS berusaha mengurangi

ketergantungan tersebut karena wilayah itu rawan konflik. Upaya yang

dilakukan antara lain dengan menjalin hubungan dengan beberapa

negara pemasok minyak yang berada di wilayah Afrika, Amerika Tengah

dan Laut Kaspia (Asia Tengah). Presiden George W Bush di depan

Kongres Amerika Serikat pada tanggal 17 Mei 2001 pengadaan energi

minyak dengan slogan “Tingkatkan Mengalirnya Minyak”(Ibid.). Dalam

konsep ini, mempunyai tujuan yang sangat jelas yaitu terjaminnya

persediaan minyak sehingga pada tingkat yang tidak mengancam

keamanan nasional dan ekonomi AS.

Pada masa pemerintahan Bill Clinton, AS mengambil inisiatif

membangun jalur sutra baru (new silk road) dengan membangun pipa

minyak baru yang melewati wilayah Turki namun masih dirasa kurang

efisien dan efektif (Winarno, dalam Suara Pembaharuan, 23 Mei 1995).

Sebelumnya, George W Bush berencana membuat pipa minyak

melewati rute yang paling murah yakni membangun pipa trans-

Afghanistan yang kemudian melewati Pakistan. Namun karena

Afghanistan selama dua dekade terakhir mengalami berbagai konflik

antar etnis, ideologi maupun perebutan kekuasaan, sehingga ambisi AS

menjadi terhambat (Ibid.).

Pasca tragedi 11 September 2001, AS mulai mengembangkan

doktrin pertahanan baru dengan mengedepankan pre-emptive strike

(serangan dini) dan defensive intervention (intervensi defensif), yang

mana sangat berbeda dengan saat perang dingin yang menggunakan

doktrin containtment (penangkalan) dan deterrence (penangkisan)

Page 11: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 11

(Husaini, dalam Kompas, 11 Juli 2002). Dalam kampanye War on

Terror, AS mengajak sejumlah negara untuk memerangi terorisme

dengan sasaran utama kelompok Al Qaeda dengan pemerintah Taliban

di Afghanistan dituduh sebagai pelindungnya. Posisi Afghanistan di Asia

Tengah kembali menjadi sorotan tajam karena menjadi prioritas AS

dalam pemberantasn terorisme.

Sejak itu, AS mulai aktif secara diplomatik, politik dan militer di Asia

Tengah. Uzbekistan menjadi sekutu kunci AS dengan mengijinkan

pangkalannya dipakai oleh tentara AS. (Cornell & Spector, 2002:193).

Imbalannya Uzbekistan meminta jaminan keamanan kepada AS jika

perang di Afghanistan meluas ke negara-negara sekitar. Selain itu, AS

juga menempatkan 3.000 pasukannya di Kyrgistan dan 1.000 pasukan

lainnya di Uzbekistan. Kehadiran pasukan AS di Asia Tengah mendapat

dukungan dari Presiden Vladimir Putin, karena hal itu akan membawa

keuntungan bagi Rusia. Putin memandang bahwa kehadiran pasukan

militer AS akan meningkatkan keamanan di negara-negara yang tidak

stabil pada sepanjang garis perbatasannya di selatan secara gartis.

Putin dengan cepat mengambil keuntungan dengan meminta negara-

negara di Asia Tengah untuk mendukung penuh kehadiran militer AS.

Rusia mempunyai kepentingan yang sama dengan AS dalam memerangi

terorisme dan Rusia berharap memperoleh dukungan politik yang serupa

dalam memerangi sparatisme di Chechnya (Sulaiman, 2002:87-88).

FAKTOR STRATEGIS ASIA TENGAH Ada beberapa faktor yang menjadikan Asia Tengah sebagai wilayah

strategis bagi negara-negara di dunia, yakni (Haiyun, 2001:45) Pertama, faktor geopolitik. Pasca bubarnya Uni Soviet, kelima bekas Republik

Sosialis tersebut memisahkan diri dan membentuk negara merdeka.

Akibatnya adalah secara geoploitik menjadi “new continent”. Sementara

Rusia terbelenggu krisis ekonomi sehingga pengaruhnya atas wilayah itu

Page 12: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

12 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

berkurang. Maka terjadilah kekosongan kekuasaan (vacuum of power)

selama beberapa periode, yang mana mengundang kekuatan asing yang

berkepentingan di wilayah itu.

Kedua, faktor ekonomi. Asia Tengah mempunyai tiga keuntungan

besar, yakni (1) keuntungan sumber daya alam; (2) pasar dan (3)

keuntungan sebagai jembatan. Asia tengah sangat kaya akan minyak

bumi dan gas alam. Berdasarkan data statistik, cadangan minyak di

seluruh kawasan (termasuk laut Kaspia) mencapai 23 milyar ton, yang

berarti kedua terbesar setelah kawasan teluk. Sedang cadangan gas

alamnya mencapai 3000 milyar ton, menempati urutan ketiga di dunia.

Cadangan uranium, dan emas sangat besar dan merupakan produsen

kapas terbesar di dunia. Penduduk Asia Tengah 550 juta jiwa yang

merupakan pasar potensial. Sedang posisinya menajdai jembatan antara

benua Asia dan Eropa sehingga disebut jalur sutera (Silk Road).

Ketiga, faktor budaya dan agama. Dalam sejarahnya, wilayah itu

terdapat tiga kebudayaan dan tiga agama besar. Dan sudah terbukti

menjadi kawasan dimana berbagai budaya, ideologi dan agama di dunia

saling berbenturan. Disini berkumpul kebudayaan Islam, Han, Slav,

Mongolia dan Persia secara tersebar. Agama Budha, Islam dan Gereja

Orthodox.

KEPENTINGAN NASIONAL AS

Munculnya Asia Tengah sebagai kawasan strategis dan kaya akan

cadangan sumber alam, mendorong beberapa kekuatan besar untuk

bersaing mencari pengaruh demi kepentingan strategisnya. Melihat

situasi demikian, AS dan negara-negara lainnya telah “menduduki”

beberapa posisi strategis di kawasan ini dengan membawa modal dan

teknologi.

Dalam strategi global AS, posisi Asia Tengah masuk dalam agenda

politik luar negerinya. Adapaun politik luar negeri merupakan upaya

Page 13: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 13

untuk mencapai kepentingan nasional. Begitu juga dengan AS, dimana

kepentingan nasional AS di kawasan Asia Tengah meliputi : (Malik,

1994:130)

1. Mencegah bangkitnya ideologi ekspansionis Rusia yang radikal

di kalangan negara-negara bekas Uni Soviet, yang dapat

menimbulkan kembali konflik nuklir global.

2. Mencegah atau mengisolir konflik yang terjadi di kawasan

tersebut, yang dikhawatirkan nanti akan meluap ke negara-

negara tetangga.

3. Mencegah pengembangan senjata nuklir.

4. Mencegah berkembangnya paham radikal yang anti-Barat

dalam bentuk Islam politik di kawasan ini.

5. Mendorong berkembangnya hak-hak asasi manusia,

demokrasi, sistem perekonomian pasar bebas dan lingkungan

dunia yang bersih.

6. Membolehkan AS untuk berperan dalam pembangunan

ekonomi, khususnya akses pada bahan mentah.

7. Membendung pengaruh Rusia dan Iran dan menempatkan

kawasan ini sebagai lingkungan pengaruh dalam kepentingan

strategis AS.(Haiyun, 2001:47)

Paska peristiwa 11 September, terdapat sedikit pergeseran

prioritas kepentingan nasional AS yang difokuskan pada perang

melawan terorisme. Meskipun secara umum tujuan utama politik luar

negeri AS di Asia Tengah tetap sama yakni membantu negara-negara di

kawasan ini berkembang menjadi lebih stabil, penerapan pasar bebas,

demokrasi, sebagai benteng dalam menghadapi kemungkinan

ketidakstabilan dan konflik kawasan. Sedang secara luas, tujuan AS

mencakup tiga kepentingan strategis, yaitu: keamanan regional,

Page 14: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

14 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

reformasi politik dan ekonomi, dan pembangunan ekonomi.

(www.uyghuramerica.org, 17 Agustus 2004)

1. Keamanan. Dalam bidang keamanan regional, AS mendorong negara-negara

di kawasan Asia Tengah untuk saling bekerjasama, bekerjasama dengan

AS dan kekuatan global lainnya. Asia Tengah menghadapi sejumlah

ancaman transnasional yang serius, yang pada umumnya berasal dari

Afghanistan. Ancaman iru brupa gerakan kelompok teroris, Islam

ekstrimis, penyelundupan narkotika dan senjata (termasuk senjata

pemusnah massal). AS bekerjasama dengan pemerintah negara-negara

tersebut untuk menangani masalah-masalah tersebut.

Masalah-masalah politik-agama merupakan alasan pertama

negara-negara Asia Tengah bergabung dengan koalisi anti terorisme

pimpinan AS. Mayoritas negara di kawasan itu sering terlibat kekerasan

sebagai akibat gerakan Islam domestik, yang mempunyai hubungan

dengan Taliban dan Al-Qaeda. Sejak akhir 1990-an, Uzbekistan,

Tajikistan dan Kyrgistan mempunyai pengalaman dalam masalah

domestik karena Islam garis keras. Uzbekistan misalnya, telah

memerangi “Islamic Movement of Uzbekistan” (IMU), sebuah organisasi

militan yang bertanggung jawa dalam serangan-serangan terorisme di

Uzbekistan dan Kyrgistan selama tahun 1999 dan 2000. IMU dan

organisasi pengikutnya, seperti di Tajikistan “United Tajik Opposition”

(UTO) dan Hizb-ul-Tahrir (HT). Kelompok HT dipandang sebagai

kelompok yang lebih moderat, pencapaian tujuannya tidak selalu

menggunakan aksi bersenjata namun melalui propaganda (Cornell & Spectator, 2002:200). Kelompok-kelompok tersebut mempunyai tujuan

yang sama yakni mengganti elit yang berkuasa dengan rezim Islam pada

semua negar-negara di Asia Tengah.

Page 15: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 15

Dengan mendukung AS dalam berperang melawan terorisme

internasional, negara-negara ini ingin menumpas kelompok-kelompok

ekstremis tersebut tanpa mendapat kritikan dunia internasional dan

organisasi HAM lainnya. Kerjasama ini merupakan kerjasama saling

menguntungkan, AS ingin memerangi terorisme dan negara-negara Asia

Tengah menumpas ekstremis Islam, yang mana disinyalir kelompok-

kelompok itu mempunyai kaitan.

Berbagai macam permasalahan keamanan yang dihadapi Asia

Tengah seperti terorisme, penyelundupan narkotika dan senjata,

kemungkinan juga pencurian material nuklir dan perdagangan gelap, dan

berbagai konflik multi-etnis. Untuk mengatasi masalah ini, Asia Tengah

kekurangan dana dan sumber daya militer. Dan kehadiran dan bantuan

militer AS sangat membantu. Kerjasama militer antara negara-negara di

Asia Tengah adalah berupa pasokan senjata dan pelatihan intelijen oleh

militer AS dan meningkatkan kerjasama dengan NATO dalam sebuah

aliansi untuk program perdamaian (Sulaiman, 2002:86).

2. Reformasi Politik dan Ekonomi Amerika ingin mendorong demokratisasi dan dari institusi politik

dan membangun sebuah sistem perekonomian pasar bebas agar tidak

menghalangi investor dan pedagang asing, termasuk AS. Nilai-nilai

demokrasi dan sistem pasar bebas, seperti yang diterapkan pada

negara-negara demokrasi kapitalis lainnya di dunia diharapkan dalam

jangka panjang dapat menjadi jaminan bagi tercapainya keamanan dan

kemakmuran kawasan tersebut.

Sayangnya reformasi berjalan lambat. Pemerintah Turkmenistan

tetap menjadi salah satu rezim represif. Di Uzbekistan presiden Islam

Karimov dengan tegas menolak reformasi ekonomi yang ditawarkan AS.

Kazakhstan telah menerima keuntungan dari hasil penjualan minyak dan

gas bumi sehingga telah mencapai kestabilan secara makro ekonomi,

Page 16: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

16 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

akan tetapi masih memerlukan reformasi lebih lanjut untuk

mempertahankan hasil yang telah dicapai. Meskipun Kazakhstan

menyauarakan isu-isu demokrasi namun pengkapan terhadap kelompok

oposisi, media massa dan aktivis NGO terus dilakukan. Kyrgistan yang

pernah menjadi pemimpin regional dalam hal demokratisasi dan pasar

bebas, namun dalam dua tahun terakhir mengalami kemunduran.

( www.uyghuramerica.org , 17/8/2004).

Harapan yang ada mungkin di Tajikistan, sebuah negara yang baru

saja pulih dari perang saudara. Karena pemerintahan pusatnya kurang

kuat, membuat timbulnya kebebasan pers, keragaman partai politik, dan

demokrasi. Dalam bidang ekonomi Tajikistan tengah berjuang untuk

keluar dari kemiskinan dengan bantuan IMF (Ibid.).

Janji akan imbalan ekonomi jika mendukung perang AS melawan

terorisme menjadi motivasi negara-negara kawasan Asia Tengah,

karena situasi ekonomi kawasan tersebut (kecuali Kazakhstan) sulit

untuk pulih dari krisis paska lepas daru Soviet tanpa bantuan asing.

Semua negara membutuhkan itu, sehingga pada tahun fiskal 2002

bantuan ekonomi AS terus meningkat, seperti tabel berikut (Sulaiman,

2002:85).

NEGARA

BANTUAN TAHUN 2001

BANTUAN TAHUN

2002

Uzbekistan 55.9 juta dollar AS 161.8 juta dollar AS

Kyrgistan 40.6 juta dollar AS 49.0 juta dollar AS

Tajikistan 56.4 juta dollar AS 85.3 juta dollar AS

Kazakhstan 71.5 juta dollar AS 81.6 juta dollar AS

Turkmenistan 12.2 juta dollar AS 16.4 juta dollar AS

Disamping paket bantuan tersebut, tarif untuk menyediakan

pangkalan militer merupakan sumber pendapatan tersendiri bagi negara-

Page 17: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 17

negara tersebut. Seperti Kyrgistan memperoleh 7.000 USD setiap kali

pesawat-pesawat lepas landas maupun mendarat, 1.000 USD setiap kali

truk dan 500 USD bagi mobil AS setiap kali memasuki bandara (Ibid.).

Negara-negara Asia Tengah juga membutuhkan bantuan untuk

mengekspor barang-barang dan sumber daya alamnya agar bisa

menembus pasar internasional karena wilayahnya terisolasi. Ada dugaan

kuat bahwa kehadiran militer AS di kawasan itu adalah untuk

mengamankan kepentingan sumber energi. Akan tetapi jika AS

membangun pipa minyak dan gas dari Asia Tengah ke luar, hal itu tidak

saja menguntungkan AS tetapi juga negara-negara Asia Tengah karena

mendapatkan keuntungan ekonomis. Pembangunan jalur pipa minyak

dari Asia Tengah yang melintasi Afghanistan menuju teluk akan

meembawa penghasilan, lapangan kerja, pelatihan dan pendidikan baik

bagi rakyat Afghanistan dan Asia Tengah (Ibid., 86).

Namun demikian dalam kenyataanya kepentingan negaralah yang

lebih diutamakan. Dengan kerjasama dengan AS, maka hubungan

diplomatik dan politik akan ditingkatkan. AS memberi dukungan politik

dan diplomatik terhadap rezim represif yang berkuasa da diharapkan

akan “tutup mata” terhadap penangkapan oposisi politik, pelanggaran

HAM, dan membatasi kebebasan sipil yang terjadi (Ibid., 84)

Sebagai contoh, Presiden Turkmenistan Saparmurat Niyazov

yang memproklamirkan bahwa selam ia memerintah, terjadi “kestabilan

dan kemakmuran” dan menolak keinginan pihak oposisi untuk diberikan

kebebasan politik bahkan ia melakukan perubahan susunan badan

keamanan dan intelijen mengindikasikan bahwa ia ingin

mempertahankan kekuasaannya. Presiden Uzbekistan Islam Karimov

yang pada bulan Januari 2002 mangadakan referendum, telah dicapai

kesepakatan untuk memperpanjang pemerintahannya sampai 2007, dan

AS membiarkan hal itu. Di Kazakhstan dan Kyrgistan banyak para

Page 18: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

18 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

pemimpin oposisi yang memegang posisi kunci ditangkap dan

dipenjarakan dengan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.(Ibid.)

3. Pembangunan Energi. Asia Tengah mempunyai banyak sumber energi yang sangat

dibutuhkan untuk kelangsungan industri AS. Kazkhstan sangat potensial

untuk menjadi satu dari lima teratas sebagai eksportir minyak pada tahun

2015, produksinya pada tahun 2002 mencapai 900.000 barel per hari,

akan meningkat menjadi 5 juta barel per hari pada tahun 2015 sehingga

melebihi produksi Iran atau Kuwait. Turkmenistan merupakan salah satu

enagar yang mempunyai sumber gas alam terbesar di dunia, yang

mencapai 101 trilyun kaki kabik dan produksi minyaknya 160.000 per

hari. Sementara itu di Tajikistan dan Kyrgistan terdapat sumber alam

yang dapat dijasikan pembangkit listrik tenaga air yang cukup potensial

untuk dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di Asia Tengah,

Afghanistan dan Asia Selatan.

Karena kawasan sekitar laut Kaspia terisolasi, para pengusaha di

sana menghadapi tantangan besar dalam mengantar sumber-sumber

energi ini untuk dapat mencapai pasaran dunia. Untuk membantu

negara-negara di Asia Tengah dalam mendapatkan kedaulatan dan

kemakmuran. AS telah membangun beberapa rute ekspor alternatif.

Caspian Pipeline Consortium Pipeline diresmikan pada tahun 2001 dan

mengapalkan minyak tersebut untuk kemudian menuju laut hitam. The

Baku-Tbilis-Ceyhan (TBC) Pipeline yang mampu mengapalkan 1 juta

barel minyak per hari dari laut Kaspia menuju Mediterania, yang

mencapai keputusan akhir pada 1 Agustus 2002. Turkmenistan, Pakistan

dan Afghanistan telah bekerjasama dengan Bank Pembangunan Asia

dan Bank Dunia untuk merealisasikan pembangunan pipa trans-

Afghanistan.

Page 19: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 19

Sumber daya energi Asia Tengah yang memiliki cadangan yang

cukup banyak, menghadirkan tiga keuntungan baru, yakni:( Sokolsky and Charlek-Paley, 1999:69-70). pasar dunia, kawasan dan Amerika

Serikat. Pertama, munculnya pasokan energi baru akan membuat

pasokan di dunia menjadi beragam dan dapat mengendalikan harga

minyak yang naik ketika permintaan akan minyak meningkat. Banyaknya

pasokan minyak dari laut Kaspia akan mengamankan suplai minyak

dunia (khususnya sekutu AS) karena suplai terbesar saat ini berasal dari

teluk Persia (sebesar 66 persen), yang mana daerah tersebut rawan

konflik sehingga pasokannya sering terganggu, seperti ketika krisis

minyak dunia pada tahun 1973.(Kompas, 24/11/2002).

Kedua, apabila dikendalikan dengan baik, maka keuntungan dari

penjualan minyak dan gas akan memperbaiki pertumbuhan ekonomi

negara-negara di Asia Tengah. Dengan harga pada pasaran dunia saat

ini, cadangan minyak laut Kaspia bernilai antara 2-4 trilyun dollar AS.

Kemampuan laut Kaspia untuk memasok energi pada pasaran dunia

akan memperkuat prospek bagi pertumbuhan ekonomi dan kestabilan

politik di kawasan tersebut.

Ketiga, ada kesempatan yang sangat besar bagi perusahaan

minyak Multinasional AS dan negara-negara Barat untuk melakukan

investasi pada minyak di laut Kaspia dan juga pada bidang-bidang lain

seperti pertambangan mineral, berbagai industri dan pertanian. Pada

saat ini, lebih dari selusin perusahaan (umumnya dari negara-negara

Barat) telah berinvestasi senilai lebih dari 40 juta dolar AS di kawasan

ini. Dengan asumsi bahwa pendapatan yang akan diraih oleh

perusahaan-perusahaan minyak multinasional AS tersebut dapat

mencapai sebesar 5-10 milyar dollar AS pada tahun 2010. Salah satu

perusahaan minyak besar AS Chevron Oil Company, memperhitungkan

total keuntungannya sebesar 20 milyar dollar AS dari investasinya di

Kazakhstan.

Page 20: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

20 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

Pada masa mendatang, kebutuhan minyak global dapat diperoleh

dari minyak laut Kaspia, Asia Tengah. Menurut U.S. Energi Information

Administration (EIA), kebutuhan minyak dunia pada saat ini sekitar 72

milyar juta barel per hari dan akan meningkat menjadi 103 milyar juta

barel per hari pada tahun 2015. Total konsumsi gas alam adalah sekitar

78 trilyun kaki kubik per tahun dan gas alam tersebut pada masa

mendatang akan digunakan secara besar-besaran dibandingkan minyak

karena ada kelebihan produksi gas alam di dunia (Sokolsky and Charlek-Paley, 1999:70).

Peningkatan yang tinggi akan permintaan minyak dunia ini akan

dicukupi oleh suplai minyak dari Teluk Persia (sekitar 66 persen). Akan

tetapi suplai minyak dari laut Kaspia (sekitar 6 persen) akan membantu

mencukupi permintaan energi dunia ini. Menurut pemerintah Amerika

Serikat kawasan Asia Tengah, khususnya laut Kaspia memiliki cadangan

minyak sebesar 16 milyar barel, yang menempatkan kawasan ini sejajar

dengan daerah penghasil minyak di laut Utara, Eropa. Beberapa pakar

memperkirakan cadangan minyak potensial di kawasan ini adalah antara

70 sampai 200 milyar barel, meskipun para analis industri minyak dan

gas yang lainnya memperkirakan cadangan minyaknya tidak sebesaritu,

hanya sekitar 40 sampai 75 milyar barel yang setara dengan cadangan

minyak Irak. Sedangkan perkiraan cadangan minyak di kawasan

tersebut berkisar antara 230-360 trilyun kaki kubik, jumlah ini sama

dengan cadangan gas di Amerika Serikat ditambah Meksiko, atau

sebesar 7 persen dari total cadangan minyak dunia. Menurut perkiraan

Internasional Energi Agency, ekspor minyak dari laut Kaspia dapat

mencapai 1.5 juta barel perhari pada awal abad 21, pada tahun 2015

kawasan ini diperkirakan mampu mendekati produksi 2,3 juta barel

perhari, yang mana dapat memenuhi 7 persen pertumbuhan minyak

dunia (Ibid., 70-71).

Page 21: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 21

Meskipun kawasan Asia Tengah mempunyai cadangan sumber

energi potensial, yang untuk proses eksploitasi dan ekspor ke pasaran

dunia membutuhkan waktu 10 sampai 15 tahun kedepan menjadi tidak

menentu. Investasi minyak di laut Kaspia sangat mahal dam

teknologinya susah didapat dan dikembangkan. Memang ada beberapa

rintangan yang dihadapi oleh negara-negara di kawasan ini untuk

membawa hasil produksinya ke pasaran dunia. Rintangan yang paling

signifikan adalah (Ibid, 73-75)

• Geografis, tidak ada jalan yang mudah untuk mengekspor energi

ini dari laut kaspia. Negara-negara penghasil minyak ini secara geografis

terisolasi dan harus bergantung pada kerjasama dengan negara

tetangga untuk mengapalkannya ke pasaran dunia. Banyak jalur pipa

yang potensial ini melewati wilayah yang tidak stabil dan konflik yang

disebabkan masalah agama, seperti Afganistan dan sebagian kawasan

Kaukasus, Turki atau Irak, merupakan partner bisnis yang tidak

diinginkan dan tidak dapat dipercaya menurut pandangan Amerika

Serikat karena berbagai alasan politis.

• Teknologi yang terbatas , faktor-faktor teknologi akan

meningkatkan ongkos produksi dan merupakan kesulitan yang dihadapi

dalam membangun energi di Laut Kaspia. Kesulitan-kesulitan lainnya

adalah: biaya transportasi yang tinggi yang membuat peralatan sangat

mahal untuk diimpor dan minyak sangat mahal untuk ekspor,

penambangan minyak yang menggunakan teknologi dan peralatan yang

sudah usang produksi menjadi tidak efisien, kurangnya infrastruktur,

ladang-ladang minyak yang rusak karena penambangan dilakukan oleh

orang yang tidak berpengalaman, produksi minyak yang buruk pada

sebagian negara, tidak adanya perangkat hukum untuk melindungi para

investor, yang menghambat masuknya investasi asing. Kesimpulannya

adalah meskipun produksi meningkat, biaya operasi dan transportasinya

Page 22: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

22 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

juga meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara

penghasil minyak lainnya.

• Masalah politik, Pembangunan politik di kawasan ini merupakan

rintangan bagi pembangunan energi dan ekspornya, termasuk

ketidakstabilan domestik pada negara-negara industri minyak dan gas

seperti Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan, pemerintahan yang

buruk, salah manajemen dan korupsi, dan intervensi atau halangan dari

Rusia.

• Modal, meskipun perusahaan-perusahaan minyak dan gas terus

mencari kontrak baru yang menguntungkan, namun tetap saja para

investor melihat seberapa banyak eksplorasinya, pemulihannya,

produksinya dan transportasinya yang akan mereka biayai. Menurut

Cambrige Energy Resources Associates, eksplorasi di Laut Kaspia akan

memakan biaya 70 - 11 milyar dollar Amerika untuk membangun dan

mengangkut cadangan minyak di kawasan tersebut dan jumlahnya sama

apabila ingin mengesploitasi gas alam disana.

• Masalah Hukum, konflik yang berkepanjangan untuk

memperebutkan wilayah perbatasan dan juga lemahnya perlindungan

terhadap hak milik pribadi membuat produksi dan distribusi minyak

menjadi terhambat karena ketidak jelasan garis perbatasan masing-

masing negara.

PENUTUP Negara-negara di Asia Tengah bekas pecahan Uni Soviet seperti

Kazakhstan, Kyrgistan, Uzbeckistan, Turmenistan dan Tajikistan

merupakan daerah yang diperebutkan hingga sekarang. Kawasan ini

mempunyai arti strategis secara politik, ekonomi, geografi dan

kebudayaan.

Secara ekonomi, kawasan ini kaya energi minyak dan gas,

terutama di laut Kaspia. Kwantitas cadangan energi minyak dan gas

Page 23: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah 23

cukup besar dan mampu mensuplai minyak dari teluk Persia untuk

mencukupi minyak dunia. Dan dalam perspektif AS, potensi Asia Tengah

sebagai lahan investasi baru bagi perusahaan-perusahaan minyaknya.

Pasca kehancuran Uni Soviet, kawasan ini terjadi vacuum of

power, sehingga AS berusaha mengambil peluang untuk berperan

menggantikan posisi Soviet. Caranya dengan membantu negara-negara

tersebut agar lebih mandiri dan stabil sehingga dapat mencegah

masuknya kembali peran Rusia. Selain mendorong reformasi ekonomi

dan politik, AS juga memperkenalkan demokrasi, HAM dan ekonomi

liberal.

Untuk mencapai tujuan tersebut, AS melakukan kunjungan kerja

dalam rangka meningkatkan hubungan diplomatik antara AS dengan

negara-negara di Asia Tengah. Secara ekonomi, AS memberikan

bantuan atau pinjaman untuk perbaikan ekonomi mereka. Dalam bidang

militer, AS memberikan bantuan persenjataan mengingat wilayah

tersebut rawan konflik yang berkepanjangan seperti separatisme,

terorisme, penyelundupan senjata, obat bius dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Cornell, Svante E. and Regine A. Spector,:”Central Asia More

than Islamic Extremist”, dalam The Washington Quarterly,

Vol.25/No.I, Winter, 2002

[2] Couloumbis, Theodore A. dan J.H. Wolfe, ”Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional, Keadilan dan Power”. Bandung: CV.

Putra Abardin, 1999

[3] Haiyun, Wang. “The Security Situation In Central Asia”, International Strategic Studies, No.1, January, 2001

Page 24: Kebijakan Luar Negeri as Di Asia Tengah

24 Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah

[4] Husaini, Adian. “Doktrin Ofensif AS, Gejala Paranoid”, dalam

Kompas 11 Juli 200

[5] Malik, Hafeez. Central Asia’s Geopolitical Significance and

Problems of Independence: An Introductions, (New York: St.

Martin Press, 1994

[6] Mas’oed, Mohtar. Studi Hubungan Internasional: Tingkat

Analisis dan Teorisasi, (Yogyakarta: PAU-SS UGM, 1989

[7] Mas’oed, Mohtar. Studi Hubungan Internasional: Tingkat

Analisis dan Teorisasi, (Yogyakarta: PAU-SS UGM, 1989

[8] Maynes, Charles William. “America Discoves Central Asia”,

Foreign Affairs, Vol. 82/No.2, March/April ( 2003 )

[9] Notosusanto, Indrya Smita.”Politik Global Amerika Serikat

Pasca Perang Dingin”, Juwono Sudarsono, dkk.,

Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan

Masa Depan. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996 )

[10] Pacicolan, Paolo. US and Asia Statistic Handbook 2001-2002.

Washington D.C.: The Heritage Foundations, 2001.

[11] Sokolsky, Richard and Tanya Charlek-Paley, “NATO Caspian

Security: A Mission to Far?”. Santa Monica: Rani, 1999.

[12] Sulaiman, Sadia. ”The Role of Central Asia in War Against

Global Terrorism: Futuristic Apprisal”, dalam Strategic

Studies, Vol.XXII/No.2, Summer, 2002, hlm.82

[13] Winarno, Budi. “Persaingan Bisnis Minyak di Asia Tengah”,

dalam Suara Pembaharuan, 23 Mei 1995

Website Http://www.uyghuramerica.org/researchanalysis/Uspolicycenasia.html,

diakses tanggal 17 Agustus 2004