PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DALAM...
Transcript of PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DALAM...
i
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN
DALAM MENGHADAPI SANKSI EKONOMI
TERKAIT PROGRAM NUKLIR TAHUN 2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
oleh:
Fadel Muhamad
1113113000068
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DALAM
MENGHADAPI SANKSI EKONOMI TERKAIT PROGRAM NUKLIR
TAHUN 2013
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Desember 2017
Fadel Muhamad
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Fadel Muhamad
NIM : 1113113000068
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DALAM
MENGHADAPI SANKSI EKONOMI TERKAIT PROGRAM NUKLIR
TAHUN 2013
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 27 Desember 2017
Mengetahui, Menyetujui,
M. Adian Firnas, S.IP, M.Si. Febri Dirgantar H, MM.
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DALAM MENGHADAPI
SANKSI EKONOMI TERKAIT PROGRAM NUKLIR TAHUN 2013
Oleh
Fadel Muhamad
1113113000068
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu spsial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 12 Januari
2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
M. Adian Firnas, M.Si. Eva Mushoffa, MHSPS.
Penguji I, Penguji II,
Dani Setiawan, M.Si. Rahmi Fitriyanti, M.Si.
NIP. 197709142011012004
Ketua Program Studi
Hubungan Internasional,
M. Adian Firnas, M.Si.
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas perubahan kebijakan luar negeri Iran dalam
menghadapi sanksi ekonomi terkait program nuklir Iran tahun 2013. Tujuan
skripsi ini menjawab mengapa Iran mengubah kebijakan luar negerinya, sehingga
penelitian akan menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi perubahan
kebijakan luar negeri Iran. Teori kebijakan luar negeri dengan menggunakan
pandangan faktor internal dan eksternal dari Alex Mint dan James D. Rosenau,
serta konsep kepentingan nasional Kennet Waltz menjadi pisau analisa dalam
skripsi ini. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu menggunakan studi pustaka. Hasil anlisa skripsi ini menjelaskan
bahwa perubahan kebijakan luar negeri Iran dalam menghadapi sanksi ekonomi
terkait program nuklir Iran tahun 2013 merujuk pada kepentingan nasional, juga
pengaruh dari faktor domestik dan internasional. Kepentingan nasional Iran
terbagi tiga, yakni, kekuasaan, keamanan energi, dan ekonomi. Jika Iran
bersihkeras untuk terus melanjutkan program pengembangan nuklir justru akan
mengancam balik keamanan energi Iran di masa mendatang, sedangkan
kepentingan ekonomi bersumber dari embargo yang ditujukan untuk menekan
perekonomian Iran. Dari kepentingan nasional tersebut terdapat faktor pendorong
dari perubahan kebijakan luar negeri Iran ialah faktor domestik dan internasional.
Faktor domestik tersebut ialah pergantian presiden di Iran sehingga jelas sudut
pandang memahami dinamika global berubah. Faktor Internasional ialah rezim
musuh yang menjadi pentu ialah AS dan Uni Eropa merupakan negara demokrasi
dan tentunya mengedepankan cara-cara dialog dan kesepakatan bersama.
Kata Kunci: Iran, AS, EU, IAEA, DK PBB, Sanksi, Nuklir
vi
KATA PENGANTAR
Pertama penulis panjatkan segala puji serta rasa syukur kepada Allah swt,
berkat rahmat, karunia, serta rezkinya penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul “Perubahan Kebijakan Luar Negeri Iran dalam Menghadapai Sanksi
Ekonomi Terkait Program Nuklir Tahun 2013.” Sholawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad saw yang karena teladannya bermanfaat bagi
kehupan muamalah penulis dan Isyaallah bagi kita semua.
Saya menyadari jika penyusunan skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa
motivasi, bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak.
Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga penulis, Ayahanda Muhammad Amir Alkatiri dan Ibunda fahna
bahmid, kakak-kakak penulis Fitria Muhamad dan fatma Muhamad, adik
tercinta Fira Muhamad yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi,
dukungan, doa, kasih sayang dan bimbingannya sehingga penulis bisa
menyelesaikan kuliah S1 di FISIP UIN Jakarta.
2. Bapak Febri Dirgantar H, MM., sebagai pembimbing skripsi. Terima kasih
telah membimbing penulis dengan sabar, serta meluangkan banyak waktu
dan memberikan perhatian agar skripsi ini bisa cepat diselesaikan.
.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun penulis butuhkan untuk perbaikan di
masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan
pembaca dan khasanah studi Hubungan Internasional.
Jakarta, 25 Desember 2017
Fadel Muhamad
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.......................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................iii
LEMBARPENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI...................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN...........................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................xii
BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................5
1.3 Tujuang dan Manfaat Penelitian...........................................................6
1.4 Tinjauan Pustaka.................................................................................6
1.5 Kerangka Pemikiran ...........................................................................9
1.5.1 Neorealis....................................................................................9
1.5.2 Teori Kebijakan Luar Negeri..............................................................11
1.5.2.1 Faktor internasional..................................................................13
1.5.2.2 Faktor Domestik.......................................................................14
viii
1.5.3 Kepentingan Nasional.........................................................................15
1.5.3.1 Kekuasaan.........................................................................17
1.5.3.2 Keamanan................................................................................17
1.5.3.3 Ekonomi..................................................................................18
1.6 Metode Penelitian..............................................................................19
1.7 Sistematika Penulisan.........................................................................20
BAB II: PROGRAM NUKLIR IRAN............................................................23
2.1 Tujuan Program Pengembangan Nuklir dalam Perspektif Iran...................23
2.2 Program Nuklir Iran dalam Perspektif Amerika Serikat Dan Uni Eropa ...27
2.2.1 Perspektif Amerika Serikat Terhadap Program Nuklir Iran................27
2.2.2 Perspektif Uni Eropa Terhadap Program Nuklir Iran..........................31
2.3 Dukungan Terhadap Program Nuklir Iran..............................................35
BAB III: SANKSI EKONOMI AMERIKA SERIKAT DAN UNI EROPA
TERHADAP IRAN ..................................................................................38
3.1 Resolusi IAEA Terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran ..................38
3.2 Resolusi Dewan Keamanan PBB Terhdap Program Nuklir Iran ............... 43
3.3 Sanksi Ekonomi Uni Eropa Terhadap Iran ...........................................49
BAB VI: ANALISA PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN
DALAM MENGHADAPI SANKSI EKONOMI TERKAIT PROGRAM
NUKLIR TAHUN 2013.....................................................................................52
4.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri Iran ..............................................52
4.2 Kepentingan Nasioanal Iran..............................................................55
4.2.1 Kepentingan Energi.......................................................................55
4.2.2 Kepentingan Ekonomi.................................................................59
ix
4.3 Faktor–Faktor Perubahan Kebijakan Luar Negeri .................................64
4.3.1 Faktor Domestik..........................................................................64
4.2.2 Faktor internasional.....................................................................69
BAB V: PENUTUP............................................................................... 73
5.1 Kesimpulan .........................................................................................73
5.2 Saran ..................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................79
x
DAFTAR BAGAN
Bagan I.5.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri
………………………………………......……..................14
Bagan II.2.1. Negara-Negara dengan Cadangan Minyak Terbesar Di
Dunia...........................................……………………..24
Bagan IV.4.1.2.1. Struktur Perdangan Iran sebelum di Embargo................60
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II.2.2.2.1. Tingkat Konflik Berkaita dengan Aktor.….....................30
Tabel II.2.2.2.2. Tingkat Konflik Berdasarkan isu......……………………..31
Tabel IV 4.2.1.1 Konsumsi Energi Iran Tahun 2012....................................57
Tabel IV 4.2.1.2 Sektor Pemenuhan Energi Iran Tahun 2012....................58
Tabel IV.4.2.2.1. Hilangnya Ekspor Iran Akibat Sanksi................................61
xii
DAFTAR SINGKATAN
TNRC Teheran Nuclear Research Center
NTP Non proliferation Treaty
AEOI Atomic Energy Organization of Iran
IAEA International Atomic Energy Agency
JCPOA The Joint Comprehensive Plan Of Action
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
DK Dewan Keamanan
ECE Energy Comission for Europe
ESS European Security Strategy
UE-3 Inggris, Prancis, dan Jerman
HEU High Enriched Uranium
AS Amerika Serikat
UE Uni Eropa
CFSP Common Foreign and Security Policy
WTO World Trade Organization
P5+1 Cina, Prancis, Rusia,, Inggris, AS, dan Jerman
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program pengembangan nuklir Iran dalam tahapannya telah melalui proses
panjang. Diawali dengan melakukan kerjasama eishenhower plan dengan Ameika
Serikat (AS), terkait atom untuk perdamaian di tahun 1956. Selanjutnya, pada
tahun yang sama Iran mendirikan Teheran Nuclear Research Center
(TNRC).1Iran menandatangani Non proliferation Treaty (NPT) pada 1968, hal ini
menunjukan komitmen Iran untuk memiliki nuklir dengan tujuan damai pada
akhir abad 20.2 Iran merealisasikannya pada tahun 1973 dengan mendirikan
Atomic Energy Organization of Iran (AEOI).3
Pada tahun 1974, Iran menandatangani kesepakatan dengan AS, terkait
dengan pasokan uranium yang telah diperkaya selama 10 tahun dan secara
menyeluruh. Iran memiliki target kapasitas tenaga yang dihasilkan dari program
nuklir sebesar 28.000 megawatt.4
1NTI. 2011. Iran. tersedia di http://www.nti.org/country-profiles/iran/nuclear/. Internet;
diunduh pada 6 Juni 2017 2Anne Hessing Cahn, "Determinants of the Nuclear Option: The Case of Iran," Nuclear
Proliferation in the Near-Nuclear Countries (Cambridge: Ballinger Publishing Co., 1975), Hlm.
186 3 NTI. 2011. Iran. tersedia di http://www.nti.org/country-profiles/iran/nuclear/. Internet;
diunduh pada 6 Juni 2017 4 Ali M. Ansari, Supremasi Iran (Jakarta: Zahra, 2008), 81.
2
Dengan berbagai kesepakatan yang dilakukan Iran terkait program
pengembangan nuklirnya menunjukan keseriusan pemerintah dalam program
tersebut. Pada tahun 1979 terjadi revolusi di Iran yang bertujuan untuk
menggulingkan Shah Reza Pahlevi sebagai presiden. Dampak revolusi tersebut
mengakibatkan terputusnya berbagai kesepakatan program pengembangan nuklir
dengan AS dan beberapa negara seperti Jerman, Prancis, dan Inggris.5
Kebijakan luar negeri Iran mengenai program pengembangan nuklir setelah
revolusi tidak berjalan mulus. Iran mencoba untuk keluar dari tekanan terkait
dengan program tersebut pasca revolusi, hal itu dikarenakan kebutuhan Iran
terhadap energi alternatif untuk kebutuhan nasional. Ayatullah Khomeini
kemudian memutuskan untuk melanjutkan dan menyelesaikan program Bushehr
dengan meminta bantuan internasional pada 1984.6
Keputusan Iran untuk tetap melanjutkan program pengembangan nuklir
bukan dikarenakan kekurangan sumber daya minyak. Iran termasuk eksportir
kebutuhan minyak dunia sebanyak 18% yang dipasok untuk kebutuhan negara-
negara UE terutama Italia, Yunani, dan Spanyol.7
Namun, meski dengan keunggulan komparatif sumber daya alamnya yang
berupa minyak bumi, Iran perlu tetap mempertimbangkan kehadiran energi
5Irib. 2012. Resistensi Nuklir: Sketsa Perjuangan Bangsa Iran Menggapai Kemajuan.
Tersedia di http://www2.irib.ir/worldservice/melayuRadio/nuklir/resistensi.htm. internet; diunduh
pada 6 Juni 2017 6IISS. 2005. Iran's Strategic Weapons Programmes: A Net Assessment. (London: The
International Institute for Strategic Studies, 2005), tersedia di
https://www.iiss.org/en/about%20us/press%20room/press%20releases/press%20releases/archive/2
005-cbbd/september-4051/iran-strategic-sd-press-statement-415d, internet; diunduh pada 7Juni
2017 7Andirini Pujayanti, Sanksi Ekonomi Terhadap Iran dan Dampak Internasionalnya, Vol. IV
No. 04 II/P3DI/Februari/2012, 6; Tersedia di
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-4-II-P3DI-Februari-2012-
16.pdf,; Internet; diunduh pada 7 Juni 2017.
3
alternatif untuk mengisi keamanan energinya di masa mendatang. Nuklir menjadi
pilihan alternatif untuk dikembangkan Iran sebagai penggati sumber daya minyak
yang diekspor ke luar negeri. Nuklir, sebenarnya di beberapa negara sudah
dikembangkan menjadi tenaga pembangkit listrik terbaru. AS sendiri memiliki
100 reaktor nuklir untuk pemenuhan 20% listrik nasional dengan sumbangan 60%
tenaga listrik bebas karbon.8
Dapat dikatakan nuklir merupakan pilihan terbaik bagi Iran untuk mengisi
kebutuhan energi nasional dengan mobilitas ekspor minyaknya. Kendati
demikian, proses pengembangan teknologi nuklir Iran menimbulkan kecurigaan
setelah Revolusi Islam Iran. Kecurigaan tersebut, terjadi saat Iran melakukan
pengembangan nuklirnya secara tertutup, Iran tidak mengizinkan (IAEA) Badan
Tenaga Atom Internasional untuk mengunjungi instalasi nuklir Parchin yang
berada dekat Teheran.9Hal ini memicu kehwatiran terhadap negara-negara barat
yang selama ini memiliki sejarah kelam dengan Iran.
AS dan sekutunya kemudian melaporkan masalah nukril Iran pada Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk diproses. Namun, upaya
tersebut tidak berujung pada kesepakatan, sehingga DK PBB mengeluarkan
Resolusi 1696 pada tanggal 31 Juli 2006, di mana Resolusi tersebut
mengharuskan Iran menghentikan kegiatan pengayaan dan pengelolaan uranium.
Iran kembali menolak penghentian pengayaan uranium, hal itulah yang
menyebabkan DK PBB mengeluarkan sanksi kepada Iran melalui Resolusi 1737
8Ferial, Keunggulan PLTN Dibanding Pembangkit Batubara, Tersedia di
http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/10/19/1386/keunggulan.pltn.dibanding.pembangkit.batubara;
Internet; diunduh pada 8 Juni 2017. 9 Pujayanti, Sanksi Ekonomi, 5.
4
pada 23 Desember 2006, dengan kurun waktu selama dua bulan untuk
menghentikan aktivitas pengayaan nuklirnya serta berlakunya sanksi ekonomi dan
komersial.10
Sanksi kembali dikeluarkan DK PBB, pada 24 Maret 2007 dalam
Resolusi 1747. Kemudian Resolusi 1803 pada 3 Maret 2008 yang menyebabkan
larangan terhadap entitas dan individu tertentu dengan larangan perjalanan.
Kemudian yang terakhir Resolusi 1929 dikeluarkan pada 9 Juni 2010.11
Selain AS, UE pun mulai memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Iran
secara efektif pada 1 Juli 2012.12
Sanksi tersebut berupa pembekuan aset-aset
yang dimiliki oleh Bank Sentral Iran, larangan tehadap ekspor berbagai macam
logam mulia berupa emas, berlian, barang berharga milik badan publik Iran, dan
embargo minyak sebagai senjata utama untuk memberikan sanksi terhadap Iran.13
Kebijakan luar negeri Iran dalam program pengembangan nuklir bila
dipahami secara mendalam menggunakan aspek sejarah, terlihat bahwa kebutuhan
program pengembangan nuklir sebagai pemenuhan kebutuhan energi dalam
negeri. Iran menyadari bahwa keunggulan sumber daya alamnya bersifat terbatas
dan memiliki konsekuensi ke depan dengan ekspor sumberdaya minyak dan gas
yang cukup besar, di samping itu kebutuhan energi dalam negeri juga meningkat.
10
Gusti Eni Putri, Pandangan Politik Mahmoud Ahmadinejad Studi Kasus : Hubungan Iran
Amerika serikat (2005-2009), [Journal Online], 6-10, internet; diunduh pada pada 2 januari 2017 11
Atmaja, Yan Crishna Dwi., Menlu Rusia Bergabung dalam Perundingan Nuklir Iran di
Jenewa. (2013) tersedia di http://satuharapan.com/read-detail/read/menlurusia-bergabung-dalam-
perundingan-nuklir-irandi-jenewa/ internet; diunduh pada 8 Juni 2017 12
Pujayanti, Sanksi Ekonomi, 6. 13
Pujayanti, Sanksi ekonomi, 6.
5
Permintaan ketersediaan listrik dalam negeri terus meningkat sebanyak 5%
sampai 8% per-tahun, di mana sampai pada tahun 2010 kebutuhan energi listrik
dalam negeri membutuhkan pasokan tambahan sebesar 7000 Megawatt.14
Prespektif tersebut, tetap melanjutkan program pengembangan nuklir
merupakam kebijakan luar negeri sebagai bentuk pemenuhan hak suatu negara
yang merdeka. Memasuki pertengahan 2013 Iran mengubah kebijakan luar
negerinya dengan menunjukan sikap yang lebih terbuka terkait dengan program
pengembangan nuklirnya. Iran membuat kesepakatan bersama negara P5+1 (AS,
Inggris, Perancis, Rusia, China+ Jerman) dengan penandatanganan kesepakatan
The Joint Comprehensive Plan Of Action (JCPOA).15
Hal itu berarti Iran bersedia mengehentika program pengembangan
nuklirnya sampai proses negosiasi berakhir dan turut mengikuti prosedural akan
ketentuan negosiasi selanjutnya. Iran tentu berhadapan dengan pilihan yang cukup
sulit, Untuk itu penelitian akan melihat bagaimana Iran akan bertarung dengan
dinamika perubahan kebijakan luar negerinya terkait program nuklir dalam
menghadapi sanksi sebagai bentuk penolakan terhadap kepentingan nasional Iran
tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dinamika perubahan kebijakan luar negeri Iran
dalam pengembangan program nuklirnya terikat dengan sanksi ekonomi sebagai
14
Mohammad Sahimi, “Iran’s Nuclear Program: Are Nuclear Reactors Necessary?”,
Payvand Iran News, tersedia di www.Payvand.com/news/03/oct/1022.html, internet; diunduh
pada 11 Juni 2017 15
Joint Comprehensive Plan of Action Vienna, 14 July 2015, tersedia di
http://eeas.europa.eu/statementseeas/docs/iran_agreement/iran_jointcomprehensive-plan-of-
action_en.pdf. Internet; diunduh pada 13 Desember 2017
6
bentuk penolakan dunia atas program pengembangan nukrilnya. Oleh karena itu,
untuk memperjelas dan membatasi penelitian ini, rumusan masalah yang disusun
ialah: “Mengapa Iran mengubah kebijkan luar negerinya dalam menghadapi
sanksi ekonomi terkait program nuklir tahun 2013?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun oleh peneliti sekaligus
sebagai pembatas dari bahasan dalam penelitian ini, peneliti bertujuan agar
penelitian ini dapat membedah penyebab perubahan kebijakan luar negeri Iran
dalam menghadapi sanksi ekonomi terkait program nuklir tahun 2013.
Setelah tujuan dari penelitian ini terpenuhi, peneliti mengharapkan agar
penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan untuk penstudi baru dalam memulai
penelitian selanjutnya. Kemudian, penelitian ini akan menjelaskan lebih
komprehensif terkait kebijakan luar negeri Iran dan dampak yang diberikan dari
kebijakan luar negeri tersebut terhadap sanksi ekonomi. Dimaksudkan penelitian
ini, dapat bermanfaat bagi kementrian luar negeri untuk menjadi acuan dalam
membangun kerjasama secara khusus dengan Iran dan secara umum dengan
negara-negara di kawasan Timur Tengah.
1.4 Tinjauan Pustaka
Perkembangan Ilmu pengetahuan semakin signifikan dari masa ke masa,
perkembangan ini pula yang memperlihatkan proses perubahan dunia.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya begitu mempengaruhi dunia yang
berdampak pada kehiduan sosial masyarakat. Perkembangan teori-teori sosial
7
mulai berdatangan sebagai suatu kontribusi baru dalam melihat pola kehidupan
masyarakat sebagai mahluk sosial.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengawali penelitian dengan
mengumpulkan beberapa sumber yang berkaitan dengan pandangan baru dalam
lingkup politik luar negeri Iran. Sumber pertama, Iran Sanctions karya Kenneth
Katzman. Kedua, The Apparent Success of Iran Sanctions Iran, Rouhani, and the
Nuclear Deal oleh Agnese Macaluso. Ketiga, Iran's Foreign Policy during
Ahmadinejad: From Confrontation to Accommodation oleh Amir M. Haji-Yousefi
(Ph.D).
Penelitian pertama Iran Sanctions yang ditulis oleh Kenneth Katzman
membahas sanksi ekonomi yang ditujukan terhadap Iran. Bagaimana dukungan
internasional terhadap penerapan sanksi ekonomi yang semakin ketat terhadap
Iran dan mencoba memaksakan pembatasan program pengembangan nuklirnya.
Dukungan terhadap sanksi tersebut datang dari banyak petinggi AS dan
internasional tampaknya setuju bahwa sanksi tersebut sampai saat ini tidak
memberikan dampak terhadap ekonomi Iran sampai pada titik di mana Iran
merasa tertekan untuk mengakomodasi tujuan utama program pengembangan
nuklirnya.
AS dan UE tampaknya setuju bahwa sanksi mungkin belum berhasil dan
tekanan tersebut harus ditambahkan untuk melemahkan sektor energi Iran lebih
jauh, serta mengisolasi Iran dari sistem keuangan internasional. Sektor energi
menyediakan hampir 70% pendapatan pemerintah. Komunitas perdagangan besar
Iran membutuhkan pembiayaan untuk membeli barang dari Barat dan menjualnya
8
di Iran. Telah terjadi serangkaian pengumuman oleh perusahaan internasional
sejak awal tahun 2010 bahwa mereka menolak untuk melakukan pekerjaan lebih
lanjut di pasar Iran, khususnya sektor energi.
Namun, kemampuan Iran secara keseluruhan untuk membatasi dampak
sanksi telah dibantu oleh harga minyak yang relatif tinggi di tahun 2011.
Optimisme AS tentang keberhasilan tekanan sanksi terhadap Iran, datang kembali
dengan perluasan dukungan dan kepatuhan internasional terhadap AS. UE dan
beberapa negara lainnya melalui otoritas U.N. Resolusi Dewan Keamanan 1929,
yang diadopsi pada 9 Juni 2010. Langkah-langkah yang diadopsi sejak
pertengahan tahun 2010 oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa,
menargetkan sektor energi dan keuangan utama Iran.
Penelitian kedua The Apparent Success of Iran Sanctions Iran, Rouhani,
and the Nuclear Deal oleh Agnese Macaluso. Dalam penjabarannya macaluso
menyatakan banyak yang telah ditulis mengenai dampak dan keberhasilan sanksi
dalam mencapainya tujuan politik terkait program pengembangan nuklir Iran
dengan penuh wawasan dalam memeriksa biaya dan manfaatnya, namun
Macaluso mencoba melihat ketahanan yang luar biasa dari negara dengan melihat
titik awal pemilihan Hassan Rouhani ke kursi kepresidenan Republik Islam Iran
yang kemudian menghasilkan negosiasi saat ini mengenai kesepakatan nuklir
yang komprehensif.
Tujuan jurnal ini adalah untuk mempertimbangkan kembali hasil sanksi dan
untuk menilai sejauh mana pencapaian langsung sanksi tersebut. Sanksi biasanya
dimaksudkan untuk mengisolasi negara sasaran dan menempatkan ekonominya di
9
bawah tekanan yang cukup untuk memaksa pemerintahnya mengubah
kebijakannya. Dalam tulisan ini, Macaluso berpendapat bahwa tekanan yang
dipaksakan oleh sanksi tidak memicu perubahan kebijakan, artinya sanksi bukan
hanya tidak efektif dan merugikan Iran dari segi populasi dan ekonomi, mereka
juga kontraproduktif untuk kepentingan sanksi negara
Penelitin ketiga, Iran's Foreign Policy during Ahmadinejad: From
Confrontation to Accommodation oleh Amir M. Haji-Yousefi (Ph.D). Beberapa
ilmuwan dari kebijakan luar negeri Republik Islam Iran percaya bahwa kebijakan
luar negeri negara tersebut telah mengakui sisi radikal, terutama konfrontatif
pendekatan sejak presiden Ahmadinejad mengambil alih kekuasaan di tahun 2005.
Pertama jurnal ini membahas kebijakan luar negeri Iran telah bersifat konfrontatif-
tegas dan tegas akomodatif-aktif secara bersamaan.
Kedua, asal mula munculnya pendekatan konfrontatif-aktif dan akomodatif-
aktif secara bersamaan kebijakan luar negeri Iran sejak diambilnya kekuasaan
Ahmadinejad psikologis (sistem keyakinan Ahmadinejad), Sosial (asal sosial
Administrasi Ahmadinejad), politik (persaingan antar politik Iran faksi), sejarah
(cita-cita Revolusi Islam) dan faktor internasional (perilaku negara-negara Barat
terhadap Iran, khususnya selama Khatami Administrasi).
Ketiga, beberapa perkembangan domestik dan internasional menyiratkan
prospek yang lebih konfrontatif untuk kebijakan luar negeri Iran yang mungkin
serius konsekuensi untuk hubungannya dengan Barat, khususnya AS` Makalah ini
mempublikasikan secara singkat kebijakan luar negeri Republik Islam Iran dari
awal sampai Ahmadinejad mengambil alih kekuasaan pada tahun 2005.
10
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Neorealis
Teori neorealisme memiliki merupakan salah satu teori yang berkembang
dari teori realis. Sebagaimana realis, neorealis percaya bahwa dalam sistem
internasional tidak terdapat hirarki. Artinya dalam dinamika internasional tidak
ada yang memegang peran sentral selain negara.16
Kennet Waltz menyatakan
bahwa dalam suatu sistem global yang anarki, semua berkaitan dengan
power,sehingga setiap negara akan berupaya untuk mengambil peran dalam
sistem internasional tanpa ada hirarki yang mengatur.17
Negara menjadi aktor utama dalam hubungan internasional menurut
neorealis. Peran negara dalam dinamika internasional sangat penting, namun
neorealis juga tidak melupakan peran non-negara dalam dinamika tersebut.
Negara tidak dapat memaksimalkan perolehan kekuasaannya tandap dukungan
aktor non-negara. Aktor non-negara tidak ditafsirkan sebagaimana kelompok
liberal yang metakan bahwa aktor non-negara terlepeas dari negara atau otonom.
Namun, neorealis menyatakan bahwa aktor non-negara memiliki peran untk
memaksimalkan keuntungan negar ayang lebih besar.18
Neorealis memiliki perbedaan yang signifikan dibanding teori realis.
Neorealis memandang bahwa negara harus lebih terbuka dan memandang bahwa
16
Lihat Charles W. Kegley Jr; Eugene R. Wittkopf, World Politics: Trend and Transformation,
(Boston: Bedford/St Martin’s, 2001), hal. 35-38 17
Jackson, R. & G. Sorensen, Introduction to International Relations, (Oxford University Press),
hal. 68 18
Baldwin, David, Neorealism and Neoliberalism: The Contemporary Debate, (New York:
Colombia University Press, 1993), hal. 142
11
negara dapat berkerjasama dalam dinamika global untuk memenuhi kekuasaan
dan memenuhi kepentingan negara.19
Keterkaitan neorealis dalam skripsi ini ialah level analisa yang digunakan
merupakan level analisa negara, sehingga paradigma neorealis dapat membatu
memperjelas bagaimana mendudukkan persoalan dalam skripsi ini. Selain itu,
neorealis juga menenpatkan aktor non-negara sebagai bagaian dalam dinamika
internasional dimana dalam skripsi ini terdapat peran dari aktor-aktor non negara
yang aktif dalam dinamika perubahan kebijakan luar negeri Iran. Serta
keterbuakaan Iran terhadap kerjasama Internasional dibalik kehendak pemenuhan
power menempatkan paradigma neprealis tepat untuk menjadi bagaian dari pisai
analisa.
1.5.2 Teori Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri menurut Alex Mintz dan Karl DeRouen merupakan
sekumpulan pilihan yang dimbil atau diputuskan oleh koalisi, kelompok, maupun
individu yang mempengaruhi dinamika lingkungan internasional namun dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi kebijakan luar negeri tersebut
terdapat karakter yang menentukan seperti ketidakpastian dan resiko dari
pengambilan kebijakan tersebut.20
Kebijakan luar negeri menjadi penting karena dengan kebijakan luar negeri
tersebut negara menciptakan intraksi dalam lingkup global dan karenanya
19
Jackson, R. & G. Sorensen, Introduction to International Relations. 20
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr., Understanding Foreign Policy Decision Making,
(Cambridge: Cambrige University Press, 2010), 3.
12
beberapa merumuskan kebijakan dengan perhitungan yang cermat namun ada pula
yang menggunakan intuisi.21
Kebijakan luar negeri Iran menjadi salah satu kebijakan luar negeri yang
dapat dipertimbangkan dan menjadi fokus utama dari proses penelitian ini. untuk
membedah kebijakan luar negeri tersebut teori kebijakan luar negeri menjadi
pisau analisa yang dapat membantu penulis menemukan titik terang dari kebijakan
luar negeri Iran terkait dengan program pengembangan nuklir disertai dengan
sanksi yang terus mengikuti.
Alex Mintz dan Karl DeRouen mencoba mengkomparasikan tipe dari
proses pengambilan keputusan, level analisa dari kebijakan luar negeri, proses dan
dinamika yang mempengaruhi keputusan, faktor pisikologi, keyakinan emosional,
analogi, kepripadian pemimpin, gaya kepemimpinan, kesalahan perhitungan dan
pengertian, faktor lingkungan, ketidakpastian, dan resiko.22
Dalam foreign policy decision making Alex Mintz dan Karl DeRouen
mencoba membahas sebuah pilihan yang mengacu pada individu, groups, dan
koalisi yang berpengaruh dan memiliki peran dalam hubungan internasional.23
Keputusan dalam kebijakan luar negeri ini dapat dikategorikan dalam
beberapa jenis dengan memperhatikan bentuk pengambilan keputusan tersebut,
pertama bentuk keputusan tunggal (one-shot atau single decision), kedua
keputusan Interaktif atau keputusan yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh
aktor lain, ketiga ialah keputusan berurutan (sequential decisons), kemudian
21
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 3. 22
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 3. 23
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 3.
13
keputusan interaktif – berurutan (sequential-interactive decision), dan keputusan
kelompok.24
Kebijakan luar negeri memiliki tujuan tertentu sehingga dibuat sedemikian
rupa untuk mempertahankan ataupun mengubah kondisi tertentu sesuai dengan
kepentingan pembuat kebijakan atau negara yang mengeluarkannya. Alex Mintz
dan Karl DeRouen menyempurnakan faktor yang mempengaruhi kebijakan luar
negeri dalam dua faktor, yang pertama faktor Internasional (faktor eksternal) dan
kedua faktor domestik (faktor Internal).25
1.5.2.1 Faktor Internasional
Keputusan kebijakan luar negeri pada umumnya dibuat dalam situasi
strategis. Dengan demikian, perilaku musuh dan sekutu mempengaruhi keputusan
kebijakan luar negeri secara interaktif. Faktor-faktor seperti perlombaan senjata,
pencegahan, tipe rezim dari musuh, kejutan strategis, dan tentu saja aliansi
mempengaruhi keputusan kebijakan luar negeri.26
Penemuan ini berimplikasi pada kebijakan luar negeri setiap negara. Ada
pertentangan yang adil mengenai apakah teori perdamaian demokrasi hanya
berlaku untuk negara demokrasi. Artinya, demokrasi pada hakekatnya lebih damai
daripada negara-negara non-demokrasi. Secara khusus, mereka menunjukkan
bahwa negara-negara demokrasi lebih memilih untuk melakukan perundingan
dengan negara-negara yang mengalami kekerasan internasional. Mereka
24
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 15-18. 25
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 121. 26
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 121.
14
memasukkan literatur "institusi baru" yang menunjukkan bahwa norma demokrasi
meningkat.27
Ketika Iran menghadapi keputusan selama krisis Program nuklir, jenis rezim
musuh dapat menjadi faktor yang berpengaruh bagi pengambilan kebijakan luar
negeri Iran. Sebagaimana dijelaskan bahwa negara demokrasi tidak akan
mempengaruhi demokrasi lain. Demokrasi di AS, Ue dan Iran yang mendorong
sengketa menuju resolusi damai daripada melakukan konfrontasi kekerasan
langsung. Bedahalnya jika rezim musih Iran merupakan negara non-demokrasi,
para pemimpin memerintah dengan paksaan dalam sistem-sistem pendukung. Jika
sebuah demokrasi berada dalam perselisihan dengan nondemokrasi, maka
demokrasi lebih cenderung menggunakan norma-norma yang lebih agresif dari
sistem peraturan perundang-undangan di tingkat nasional.
1.5.2.2 Faktor Domestik
Faktor Domestik dalam penentuan kebijakan luar negeri pada umunya akan
berkaitan erat dengan politik domestik yang akan mempengaruhi dinamika
pengambilan kebijakan luar negeri. Kedua kondisi ekonomi suatu negara turut
memengaruhi pengambilan keputusan. Ketiga opini publik yang akan terus
memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan atau pengambil
keputusan. Faktor-faktor tersebut akan mewarnai dinamika kebijakan luar negeri
suatu negara.28
Kebijakan luar negeri yang dipengaruhi oleh faktor domestik di kategorikan
kedalam beberapa spesifikasi. Alex Mintz dan Karl DeRouen menjelaskan faktor
27
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 128. 28
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 129.
15
domestik yang mempengaruhi kebijakan luar negeri dari proses pemilih yang
terjadi sebagi suatu siklus dalam setiap negara yang menjalakan sistem pemilihan
umum.29
Teori ini menunjukkan bahwa politik elektoral di Iran dapat memainkan
peran penting dalam pengambilan keputusan. Pemilihan, permintaan pemimpin,
dan persaingan politik akan mempengaruhi keputusan terkait ekonomi maupun
pencarian kesepakatan damai. Sederhananya, pemimpin yang terpilih tentunya
memiliki komitmen dengan konstituennya sesuai dengan apa yang dijanjikan
terhadap pemilihnya, janji tersebut membawa keingin publik akan kebijakan luar
negeri yang dikeluarkan. Sehingga memperngaruh prilaku dalam pengambilan
kebijakan luar negeri Iran.
Bagan I.5.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri
1.5.3 Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional menjadikan negara sebagai aktor utama,
sebagaimana pandangan Tomas Hobbes bahwa negara merupakan pemeran utama
dalam perlindungan warga negara, wilayah atau teritorial negara, maupun ciri
29
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 132.
16
khas atau identitas dari negara tersebut. Negara menjadi sangat penting dalam
merealisasikan kepentingan nasional dan menjamin kelangsungan dari perangkat-
perangkat negara tersebut.30
Menurut Hans J. Morgenthau didalam "The Concept of Interest defined in
Terms of power", konsep kepentingan Nasional yang didefiniskan dalam istilah
kekuasaan (Power) menurut Morgenthau berada diantara nalar dan akal yang
berusaha untuk memahami politik internasional dengan fakta-fakta yang harus
dimengerti dan dipahami. Dengan kata lain, power menjadi instrumen penting
untuk mencapai kepentingan nasional.31
Kepentingan nasional dapat juga diuraikan dalam dua sifat untuk melihat
bagaimana prilaku negara dalam hubungan internasional. Dua sifat tersebut:
pertama, kepentingan nasional yang bersifat vital atau kepentingan nasional yang
identik dengan kelangsungan suatu negara sehingga negara cenderung untuk
segera mengambil sikap dan keputusan yang jelas. Kedua, kepentingan nasional
yang bersifat non-vital atau tidak secara langsung berdampak pada
keberlangsungan suatu negara namun kepentingan nasional ini tetap
diperjuangankan untuk memberikan jaminan dari berbagai macam kemungkinan
yang dapat terjadi.32
Konsep kepentingan nasional merupakan penghubung antara pemikiran
yang berusaha memahami politik internasional dan realita di dalamnya. Konsep
30
Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 89. 31
Aleksius Jemadu, Politik Global Dalam Teori dan Politik.(Yogyakarta : Graha Ilmu,
2008), 67. 32
Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008),
67-69.
17
ini menentukan politik Iran sebagai bentuk pengertian dan tindakan yang berdiri
sendiri dan terpisah lingkungan lainya. Kepentingan Iran merupakan bentuk dari
politik luar negerinya berdasarkan suatu yang sifatnya permanen dan memiliki
sifat dasar yang harus dilindungi.
Kennet Waltz kemudian memperbarui pandangan kepentingan nasional,
dengan membaginya dalam tiga kepentingan nasional yaitu: kekuasaan,
keamanan, dan ekonomi.33
Ketiga kepentingan nasional ini tidak dapat dilepaskan
cara pandang bagaimana adanya kerjasama serta peran dari institusi dalam
hubungan internasional.34
1.5.3.1 Kekuasaan
Pada dasarnya Kennet waltz mewarisi tradisi realis sehingga tidak jauh
berbeda mendefinisikan kekuasaan. Kekuasaan pada umumnya merupakan
kemampuan untuk mempengaruhi atau mengubah tingkah laku untuk
mendominasi. Artinya individu yang kita pandang sebagai negara mempunyai
kemampuan yang tidak dapat dimiliki pihak lain.35
Kekuasaan dapat pula
dijabarkan sebagai kemapuan untuk menangkal serangan dalam bentuk tertentu,
sehingga menjamin keamanan suatu negara.36
Konsep ini melihat bagaiman Iran mencoba mengubah prilaku sebagai
kehendak negara untuk menentukan kebijakan luar negerinya untuk pemenuhan
kekuasaan tersebut. Arnya perubahan kebijakan luar negeri Iran bukan merupakan
33
Martha Finnemore, National Interest in International Society.( London: Cornell University
Press, 1996), 1. 34
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional: Prespektif dan Tema,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 74. 35
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 62. 36
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 62.
18
suatu tukanan, namun kehendak negara untuk pemenuhan kepentingan nasional.
Dengan perubahan kebijakan menjadi suatu kehendak Iran sebagai aktor dalam
skripsi ini.
1.5.3.2 Keamanan
Keamanan dipandang menjadi kepentingan nasional karena kita tidak dapat
mengesampingkan pandangan Kannet Waltz pada tradisi realis. Keamanan
merupakan konsep dasar di mana negara dipandang sebagai aktor yang harus terus
memastikan keberlangsungan hidupnya dalam sistem internasional.37
Konsep
keamanan sendiri merupakan sebuah kata yang dapat ditarik ke dalam berbagai
kontek maupun jenis pembahasan disesuaikan dengan berbagai macam isu yang
mempengaruhi keselamatan suatu negara.38
Konsep keamanan yang digunakan dalam kepentingan nasional Iran dalam
pembahasan ini ialah konsep keamanan energi. Karena kemanan energi
merupakan isu yang telah menyebabkan Iran berani mengembangan teknologi
nuklir. Keamanan energi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk menghindari
resiko yang mempengaruhi keberlanjutan pasokan komoditas energi yang sifatnya
relatif terhadap permintaan.39
Artinya dalam bahsan ini keamanan energi merupakan konsep yang
mendukung pembahasan penting terkait keterbatasan suber daya di Iran. Karena
Iran telah menghawatirkan ketersediaan sumberdaya dalam jangka waktu tertentu
yang artinya terdapat batasan bagi setiap sumber daya tertentu.
37
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 69. 38
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 69. 39
Christian Winze, Conceptualizing Energy Security, July 2011,6, Tersedia di
http://www.econ.cam.ac.uk/dae/repec/cam/pdf/cwpe1151.pdf; Internet; diunduh pda 11 Juni 2017.
19
1.5.3.3 Ekonomi
Kesejahteraan dipandang sebagai kepentingan nasional dengan melihat
bagaimana negara-negara memaksimalkan kekayaan. Cara terbaik untuk
mencapai kekayaan tersebut negara harus menjamin akses perekonomian seluas-
luasnya bagi pasar internasional.40
Proses pemenuhan kesejahteraan tidak dipahami sebagai suatu kewajiban
sebagaimana kelompok liberal memusatkan hubungan atara ekonomi dan politik.
Tetapi hubungan tersebut dilandaskan pada kepentingan untuk pemenuhan
kepentingan nasional semata.41
Kegiatan ekonomi dari perusahaan-perusahaan multi nasional (MNCs),
sebagai alat pemenuhan kepentingan negara. MNCs tidak ditempatkan sebagai
aktor otonom dalam hubungan internasional sebagaimana kelompok liberal.
Artinya MNCs merupakan perpanjangan tangan negara dalam melakukan
kegiatan ekonomi.42
Dalam kasus Iran terutama bahasan terkait sanksi ekonomi, tentu memiliki
hubungan secara langsung bagi kondisi prekonomia Iran. sehangga di perlukan
sebuah konsep yang bisa membedah bagaiman Iran mengatasi kepentingan
nasionalnya dari segi ekonomi. Dalam konsep ini pula akan dijabarkan bagaimana
Iran memaksimalkan setiap bentuk kekuasana untuk memaksimalkan
kesejahteraan rakyatnya.
1.6 Metode Penelitian
40
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 76. 41
Jill Steans & Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 76. 42
Jill Steans & Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 76.
20
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif, metode kulitatif
merupakan suatu bentuk penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan secara
sistematis dan rinci mengenai kasus atau fenomena yang akan dianalisa. Hal
tersebut relevan dengan masalah yang diteliti namun tidak dapat diukur secara
kuantitatif.
Sedangkan metode deskriptif merupakan penlitian dalam hubungan
internasional yang dikaitkan dengan teori dalam hubungan internasional. Uraian
tersebut selanjutnya akan dianalisis, sehingga akan berujung pada kesimpulan
yang bersifat analitik dan dapat dipertanggung jawabkan.43
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder sendiri merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
dalam penelitian ini berupa buku, jurnal, dokumen, dan bahan dari internet.
Dengan sumber-sumber utamanya ialah laman resmi United Nations (UN),
International Atomic Energy Agency (IAEA), International Monetary Fund
(IMF), serta World Bank. Sumber data ini diharapkan dapat membantu penelitian
terutama dalam ruang lingkup kajian analitisnya, di mana harus menghubungkan
ranah konseptual dengan realita yang terjadi sebagaimana alur pendahuluan
sampai pada kesimpulan penelitian.
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis
kualitatif artinya anlisa ini tidak menggunakan hitungan yang bersifat matematis
namun lebih kepada pendalaman masalah. Analisis kualitatif ini dilakukan untuk
43
Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan metodologi Dictionary
(Jakarta: LP3ES, 1990), 223.
21
menghasilkan penelitian mendalam, di mana data yang dikumpulkan bersifat
khusus dan data penelitian ini berisi informasi spesifik.44
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini terbagi dalam lima bab, setiap bab
terdiri dri bab terdiri dari bahasan yang berbeda, tujan dari pembagian bab ini
untuk mempermudah dalam membahas setiap bahasan sampai pada menjawab
pertanyaan dari penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
Bab satu dibagi dalam tujuh sub bahasan terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan daan manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual,
Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II PROGRAM NUKLIR IRAN
Bab dua dibagi ke dalam tiga sub bahasan dengan tema utama “PROGRAM
NUKLIR IRAN”. Pertama, Tujuan Program Nuklir Iran. Kedua, Program Nuklir
Iran Dalam Prespektif Amerika Dan Uni Eropa, dan dibagi dalam dua bahasan
yakni; Pertama, Prespektif AS Terhadap Program Nuklir Iran. Kedua, Prespektif
UE Terhadap Program Nuklir Iran. Sub-bahasan ketiga dalam tema Program
Nuklir iran adalah Dukungan Terhadap Program Nuklir Iran.
BAB III SANKSI EKONOMI TERHADAP IRAN
Bab ketiga terbagi dalam tiga sub bahasan dengan tema utama “SANKSI
EKONOMI TERHADAP IRAN”. Dibagi dalam tiga pembahsanan. Pertama,
44
Anselm Strauss, dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Yogyaakarta:
Pustaka Pelajar, 2003), 5.
22
Resolusi IAEA. Kedua, Amerika Serikat dan Resolusi Dewan Keamanan PBB
Terhdap Program Nuklir Iran. Ketiga, Sanksi Ekonomi Uni Eropa Terhadap Iran.
BAB IV ANALISA PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN
DALAM MENGHADAPI SANKSI EKONOMI TERKAIT PROGRAM
NUKLIR TAHUN 2013
Bab empat terbagi ke dalam tiga sub bahasan dengan tema utama “Analisa
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Iran Dalam Menghadapi Sanksi Ekonomi
Terkait Program Nuklir Tahun 2013”. Konsep kebijakan luar negeri dan
kepentingan nasional akan menjadi pisau analisa dalam menjelasan faktor-fakor
perubahan kebijakan luar negeri Iran dalam menghadapi sanksi ekonomi terkait
program nuklir tahun 2013.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan hasil
dari penelitian yang memuat kesimpulan akhir dari pertanyaan penelitian, hasil
akhir dari metode yang sesuai dengan teori dan konsep yang digunakan. Saran
merupakan sebuah kebutuhan masukan terkait dengan skripsi ini.
23
BAB II
PROGRAM NUKLIR IRAN
2.1 Tujuan Program Pengembangan Nuklir dalam Perspektif Iran
Bahan bakar fosil masih menjadi kebutuhan yang besar bagi pemenuhan
kebutuhan nasional suatu negara, namun tidak semua negara memiliki keunggulan
yang sama dalam energi. Keunggulan dalam kepemilikan lahan subur akan
minyak tidak akan memberikan jaminan apapun pada masa yang akan datang,
sebagaimana yang dicanangkan Iran.
Iran sebagai suatu negara berdaulat dengan berbagai keunggulan dan
kekurangannya kembali optimis dengan program pengembangan teknologi nuklir
yang akan menjadi salah satu pendukung kekuatan energi dalam negeri. Program
nuklir Iran sendiri sebenarnya bukan program baru, namun program nuklir Iran
telah berjalan pada masa Presiden Shah Reza Pahlevi dalam program atom for
24
peace yang dikomandoi oleh presiden AS ke-34 Dwight D Eisenhower dan
berlangsung sampai pada Rovolusi Islam Iran 1979.45
Iran kemudian terus melakukan setiap tahapan program nuklirnya setelah
melakukan kerjasama dengan pemerintah AS. Iran juga telah menandatangani
Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) yang menandai bahwa program nuklir
Iran untuk tujuan sipil dan kedamaian.46
Program nuklir semakin serius direncanakan oleh pemerintah Iran setelah
Stanford Research Institute pada tahun 1973 mengeluarkan hasil penelitian bahwa
Iran memerlukan energi alternatif berbasis non-minyak sebagai sumber energi
terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri dan menyarankan
pembangunan fasilitas nuklir untuk penuhan energi tersebut.47
Memasuki tahun 1979, kerjasama terkait program nuklir Iran mengalami
persoalan yang cukup serius. Pemerintahan Shah Reza Pahlevi ditumbangkan
melalui proses Revolusi Islam di Iran, pada saat itu program nuklir Iran seketika
terhenti bersamaan degan berbagai program kerjasama yang dijalankan Iran
dengan AS dan beberpa negara di kawasan Eropa dan Prancis juga ikut terhenti.48
Dinamika pemerintahan baru pasca Revolusi Islam menandai babak baru dari
program pengembangan nuklir Iran.
45
Bruno, Greg, 2010. Iran’s Nuclear Program, CFR, tersedia di
<http://www.cfr.org/iran/irans-nuclear-program/p16811> internet; diunduh pada 16 Juni 2017 46
Anne Hessing Cahn, "Determinants of the Nuclear Option: The Case of Iran," Nuclear
Proliferation in the NearNuclear Countries (Cambridge: Ballinger Publishing Co., 1975), Hlm. 186 47
Mohammad Javad Zarif, “Tackling The Iran-U.S. Crisis: The Need for A Paradigm Shift”,
Journal of International Affairs, (Spring/Summer 2007), Vol.60, No.2, 80. Tersedia di
https://www.questia.com/read/1G1-163199293/tackling-the-iran-u-s-crisis-the-need-for-a-
paradigm internet; diunduh pada 16 Juni 2017 48
Mohammad Sahimi, “Iran’s Nuclear Program, Part I: it’s History”, Payvand Iran News,
[artikel online] tersedia di http://www.payvand.com/news/03/oct/1015.html; Internet; diunduh
pada 16 Juni 2017.
25
Pasca diberhentikannya semua bantuan terkait program nuklir dari negara
AS dan UE, Iran tidak dapat menjalankan program pengembangan nuklir sendiri.
Kebutuhan akan energi semakin tinggi dirasakan oleh Iran, kondisi semakin
diperparah dengan perang Iran-Irak. Pada masa pemerintahan Hashemi Rafsanjani
pembanganunan program nuklir kembali di ajukan sebagai kebutuhan mendesak
dilihat dari kebutuhan pasokan listrik dan pertumbuhan populasi menjadi rujukan
pemerintah.49
Upaya pemerintah Iran disambut baik oleh pemerintahan Federasi Rusia
dengan dialog antara kedua negara terkait program nuklir. Federasi Rusia secara
resmi menyatakan membantu Iran untuk menyelesaikan proses pembangunan
reaktor Bushehr dan dilanjutkan dengan penambahan tiga reaktor.50
Iran akhirnya menyelesaikan pembangunan reaktor nuklir yang sempat
terhenti, kemudian pemerintahan secara resmi mengumumkan sumber listrik
tenaga nuklir sebagai salah satu penunjang kebutuhan energi dalam negri akan
beroprasi menggunakan sumber-sumber lokal.51
49
“Nuclear Overview”, [artikel online] tersedia di
http://www.nti.org/e_research/profiles/Iran/1819.html, internet; diunduh pada 17 Juni 2017 50
“Nuclear Overview”, [artikel online] tersedia di
http://www.nti.org/e_research/profiles/Iran/1819.html, internet; diunduh pada 17 Juni 2017 51
“Nuclear Overview”, [artikel online] tersedia di
http://www.nti.org/e_research/profiles/Iran/1819.html, internet; diunduh pada 17 Juni 2017
26
Bagan II.2.1. Negara-Negara Dengan Cadangan Minyak Terbesar Di Dunia
Sumber: http://www.opec.org/opec_web/en/data_graphs/330.htm
Berdasar pada data terbaru yang disediakan Organization of Petroleum
Exporting Contries (OPEC) pada tahun 2016, Iran memiliki sumberdaya
cadangan minyak terbesar ketiga setelah Venezuela dan Arab Saudi. Kekayaan
sumber daya minyak tidak menjadi alasan bagi Iran menghentikan program
pengembangan nuklirnya.
Pada tahun 2005 Iran mengutarakan secara rasional kebutuhan Iran dalam
program nuklir sehingga program nuklir tetap harus dilanjutkan. Pertama, Nuklir
merupakan energi terbarukan yang paling mutakhir saat ini. Jika Iran berhasil
mengembangkan teknologi listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam
negeri. Terdapat beberapa keuntungan yang bersifat substansial di mana
pembangkit listrik tenaga nuklir akan mengurangi anggaran karena lebih murah
dan sangat efektif.
27
Bila dilihat dari keuntungan jangka pendek dari pengembangan tenknologi
nuklir ini, maka Iran akan memperoleh cadangan devisa yang sangat besar seiring
meningkatnya harga gas dan minyak dunia. Keuntungan jangka panjang bagi Iran
ialah dengan adanya energi alternatif termutakhir dengan teknologi nuklir dengan
cadangan minyak yang besar dapat dipastikan Iran akan menjadi negara kaya.
Kedua, teknologi nuklir dapat membantu Iran untuk meningkatkan
keuntungan di semua bidang dan menjadi perisai dari kepentingan nasional Iran
untuk memajukan serta mengembangkan negaranya. Ketiga, Iran menggap bahwa
mengembangkan teknologi nuklir merupakan hak legal suatu bangsa, sekalipun
mendapat penentangan dari beberapa negara termasuk negara-negara hegemon.
Program nuklir Iran sendiri telah dianggap menjadi visi bersama rakyat
untuk memantik kemajuan dalam berbagai bidang dalam negeri yang telah lama
berada dalam ketertinggalan karena pengaruh embargo dari negara-negara
hegemon. Energi fosil hampir mencapai titik terkurasnya sehingga Iran tidak
dapat tinggal diam untuk selalu mengambil keuntungan dari energi fosil.52
2.2 Program Nuklir Iran dalam Perspektif Amerika Serikat dan Uni Eropa
2.2.1 Perspektif AS Terhadap Program Nuklir Iran
Perseteruan Iran dan AS bukan hal baru dalam hubungan Internasional,
terutama terkait program pengembangan nuklir Iran. Perseteruan AS dan Iran bisa
dirunut melalui latar belakang sejarah yang panjang dalam dinamika perpolitikan
kedua negara. Sebelum Revolusi Islam, Amerika yang menjadi kawan dekat
Pemerintahan Shah pada saat menjadi pemimpin dengan menawarkan kerjasama
52
D. Danny H. Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika: Dari Nuklir Iran, Zionisme,
Hingga Penyangkalan Holocaust (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2007), 39.
28
strategis dengan agenda pembangunan program nuklir dengan tujuan sipil. AS
menawarkan berbagai macam bantuan dari tenaga ahli, pelatihan ilmuan, dan
pemenuhan segala kebutuhan dari peralatan sampai perlengkapan program
nuklir.53
Pasca Revolusi Islam Iran, AS menjadi negara yang menolak secara jelas
rovolusi tersebut yang mengakibatkan berkurangnya dominasi AS di kawasan
Timur Tengah. AS berupaya mencari berbagai metode untuk menyerang balik
Revolusi Islam yang pada akhirnya tidak menemukan titik temu sampai saat ini.54
Sikap yang ditunjukan oleh AS tidak hadir begitu saja sebagai kebijakan
luar negeri suatu negara yang bersifat dinamis, namun Francis Fukuyama
menyebut peran kelompok neo-konservatif cukup kental dalam prilaku AS dalam
lingkup Internasional. Neo-konservatif merupakan sebuah ideologi dan sebuah
gerakan politik yang sering melakukan tindakan dan tekanan terhadap presiden
AS. Sehingga kelompok ini banyak memberikan pengaruh melalui kritik terhadap
sistem internasional. Selain itu, kelompok ini juga memaksa AS untuk
menjalankan politik anti komunisme yang bertujuan untuk menguasai rezim dunia
dan menjadi negara hegemon serta meningkatkan keamanan nasional.55
Tahun 1970-an AS sedang menghadapi krisis setelah konflik Vietnam, yang
kemudian dilanjutkan dengan wacana pengunduran diri Presiden Richard Nixon
yang menyebabkan terganggunya ekonomi dan politik AS. Namun, kelompok ini
gagal mendapatkan posisi di pemerintahan. Kemudian di Era Ronald Reagan,
53
Simanjuntak. Ahmadinejad Menentang Amerika, 39-40. 54
Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika, 39-40. 55
Francis Fukuyama, America at the Crossroads: Democracy, Power, and the
NeoConservative Legacy (New Haven: Yale University Press, 2006), 115.
29
kelompok ini dengan gagasan liberalisme dan anti komunismenya tidak hanya
berhasil masuk ke pemerintahan. Namun memberikan ide berupa dorongan untuk
membentuk (Think Tanks, Foundations, Associations, Interest and Pressure
Groups).56
Kelompok neo-konservatif menanamkan prespektif bahwa AS perlu untuk
menarik pasukannya untuk menjaga keamanan negaranya serta bergantung kepada
mekanisme keamanan kolektif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di dunia.
Selain itu, pasca Perang Dingin juga dibutuhkan kesamaan visi setiap negara
untuk melawan pemerintahan diktator dan negara-negara yang memiliki ideologi
berbeda dengan menanamkan demokrasi yang dibawa oleh kaum ini. Sehingga
periode 1990-an merupakan periode aktivisme politik yang paling besar, serta
berpengaruh terhadap doktrin pertahanan dan keamanan yang menjadikan AS
sebagai pusat sistem internasional.57
Kaum neo-konservatif membentuk 5 prinsip dasar dalam menjalankan
kebijakan luar negeri AS, Pertama, AS berada di dalam dunia yang berbahaya.
Kedua, negara merupakan aktor utama dalam sistem internasional, jadi negara
berhak untuk melakukan tindakannya untuk mengejar kepentingan nasionalnya.
Ketiga, kekuatan militer diperlukan untuk menjadi negara terkuat dan menjadikan
AS negara hegemon. Keempat, perjanjian internasional dan badan-badan lainnya
yang tidak berpengaruh besar sebaiknya ditiadakan. Kelima, AS merupakan
negara satu-satunya yang menjadi super power didunia.58
56
Francis Fukuyama, America at the Crossroads, 115. 57
Francis Fukuyama, America at the Crossroads, 115. 58
Francis Fukuyama, America at the Crossroads, 116.
30
Program nuklir Iran menjadi ancaman bagi pemerintah AS, dunia
merupakan tempat yang berbahaya dan sebisa mungkin AS meminimalisir potensi
bahaya bagi negaranya termasuk kehadiran program nuklir Iran. Bagiamana pun
program nuklir Iran tidak menguntungkan bagi AS, program nuklir tersebut
menjadi ancaman bila tanpa pengawasan langsung dari pemerintah AS. Untuk itu
program nuklir Iran harus berhasil untuk dihentikan sampai menemui kesepakatan
yang menguntungkan dan dianggap aman bagi pemerintah AS.
Visi neo-konservatif adalah mempertahankan hegemoni AS melalui
“Imperialisme baru” (New Imperialism) dengan beberapa agenda utama, di
antaranya AS harus memiliki kekuatan militer yang dominan, tidak ada yang
menyamai kekuatan militer AS “power beyond challenge” sehingga mereka taat
dan terciptanya keamanan dunia karena sifatnya bipolar. Kedua, neo-konservatif
bercita-cita untuk mengekspor demokrasi AS ke seluruh dunia, karena mereka
beranggapan bahwa dengan demokrasi akan tercipta perdamaian. Hal ini
dikarenakan tidak adanya pemerintahan yang semena-mena dan seluruh aspirasi
rakyatnya bisa didengarkan.
Selain itu mereka beranggapan bahwa demokrasi adalah nilai universal yang
menarik bagi semua bangsa tanpa membedakan latar belakang budaya dan
sejarah. Ketiga dalam rangka menjual demokrasi ke seluruh dunia, neo
konservatifme mendukung politik luar negeri yang cenderung menggunakan hard
power dalam mengatasi masalah, termasuk didalamnya terdapat proses “regime
31
change” pergantian rezim dengan menggunakan konsep preemptive military
strike59
Prespektif yang dibagun oleh kelompok neo-konserfatif terhadap AS
menyebabkan pola prilaku yang sama oleh AS terhadap-negara-negara
penentangnya. Setiap negara penentang hegomoni AS akan menjadi prioritas
utama kewaspadaan dan setiap potensi kemajuan yang dapat merugikan peran
serta keuntungan AS menjadi hal yang harus dihentikan sejak awal.
Jadi kepentingan utama AS terhadap Iran ialah keamanan nasionalnya. AS
berupaya untuk memasuki lembaga-lembaga pemerintahan dan memanfaatkan
lembaga lobi yang ada untuk mewujudkan visi politik mereka. Dengan demokrasi
yang dimiliki, AS mempunyai lahan subur untuk tumbuh dan mengembangkan
kepentingan nasionalnya.
2.2.2 Perspektif Uni Eropa Terhadap Program Nuklir Iran
UE dengan kekuatan yang signifikan sebagai suatu organisasi tingkat
kawasan yang memiliki hubungan latar belakang sejarah dengan AS. Negara-
negara besar seperti, Jerman, Prancis, dan Inggris turut serta dalam upaya
penghentikan program nuklir Iran. Hal demikian, terjadi tidak karena latar
belakang desakan AS atau pun tekanan kuat dari negara adidaya tersebut,
melainkan adanya peranan sebagai aktor untuk menjaga keamanan dan
kepentingan UE. Hal ini ditandai dengan munculnya gagasan keamanan UE yang
bersifat multinasional dan konprehensif.60
59
Richard M Daulay, Amerika vs Irak Bahaya Politisasi Agama (Jakarta: Libri, 2009), 32. 60
Sven Biscop, “The European Security Strategy:Implementing a Distinctive Approach to
Security”, Securite & Strategie,,Paper No. 82, Maret 2004 (Brussels: Royal Defence College,
32
UE sebagai salah satu organisasi kawasan paling berpengaruh di tingkat
global. Dalam pendekatan keamanan di tingkat regional maupun global selalu
mengedepankan penggunaan kekuatan soft power. UE menganggap penggunaan
kekerasan merupakan isntrumen terakhir dalam menyoroti semua ancaman yang
baru yang bersifat militeristik.61
Sehingga, penggunaan kekuatan yang bersifat
militeristik terhadap setiap ancaman keamanan yang bersifat regional maupun
global merupakan metode masa lampau yang tidak lagi relevan untuk digunakan
saat ini.
Tabel II.2.2.2.1. Tingkat Konflik Berkaita Dengan Aktor
2004), 4. Tersedia di https://www.cvce.eu/content/publication/2014/1/23/a5d0d939-a188-4e1f-
8d2f-8deae988776e/publishable_en.pdf internet; diunduh pada 20 Juni 2017 61
Cesare Onestini, The European Union and Global Security: is the EU becoming the
indispensable partner?,EUC Background Brief No. 11, ( April 2014), 5-6`terdapat di
http://aei.pitt.edu/63482/1/BB11-EU-and-Global-Security.pdf internet; diunduh pada 20 Juni 2017
33
Sumber: https://media.neliti.com/media/publications/81293-ID-relasi-antara-
tingkat-konflik-di-dunia-i.pdf
Melihat tingkatan tabel tingkatan aktor konflik UE memiliki European
Security Strategy (ESS) yang menjadi rujukan untuk menganalisa lebih jauh
berbagai macam pola dan dinamika konflik. Sementara konflik tersebut, seperti
terorisme, senjata pemusnah masal, konflik regional, berbagai macam kejahatan
yang terorganisir, dan negara gagal yang keseluruhan memiliki potensi untuk
mengganggu stabilitas kawasan UE dan keamanan global.62
Tentunya setiap
proses dinamika konflik regonal dan global dengan berbagai instrumen
pendukungnya memiliki keterkaitan satu sama lain yang selalu memberikan
pengaruh bagi keamanan UE itu sendiri.
Tabel II.2.2.2.2 Tingkat Konflik Berdasarkan isu
62
The european union Institute for Security studies, A Secure Europe in a Batter World,
Brussels, 12 Desember 2003, (Paris: The European Union Institute for Security Studies, 2003), 6.
[jurnal on-line]; tersedia di https://europa.eu/globalstrategy/en/european-security-strategy-secure-
europe-better-world; internet; diunduh pada 23 Juni 2017
34
Sumber: https://media.neliti.com/media/publications/81293-ID-relasi-antara-
tingkat-konflik-di-dunia-i.pdf
Tabel kedua memberikan gambaran dari mudah terbentuknya berbagai
konflik baru, hal tersebut menghasilkan arus perdangan sejata yang cukup masif
dan yang patut diantisipasi dari arus perdagangan senjata ialah senjata pemusnah
masal. ESS mencoba untuk menggarisbawahi beberapa wilayah yang memiliki
potensi terhadap gangguan stabiliats keamanan tersebut, di mana senjata
pemusnah masal di khwatirkan jatuh pada kelompok teroris. Pada akhirnya,
pendekatan strategis yang dilakukan untuk meniadakan ancaman akan senjata
35
pemusnah masal dengan tetap mendukung dan menindaklanjuti program non-
proliferasi nuklir.63
Dengan perkembangan pesat Iran, UE mulai memfokuskan upaya non
proliriferasi terhdap Iran di Timur Tengah. Upaya UE pun sudah tidak mmpu
mencapai kehendak UE untuk meniadakan nuklir sepenuhnya dari Iran, sehingga
upaya peniadaan tersebut berubah menjadi pembatasan bagi Iran untuk tidak
melanjutkan pengayaan ke tingkat yang lebih tinggi di mana telah mencapai 1000
kilogram LEU, Lebih dari 3000 sentrifungal di kawasan Natanz pada tahun
2009.64
Iran dengan program pengembangan nuklirnya telah menunjukan
perkembangan pesat sampai pada tahapan pengembangann teknologi infrastruktur
dan pengayaan uranium sebagai bahan pokok dari program nuklir Iran, dengan
hadirnya nuklir Iran menimbulkan gejolak proliferasi nuklir yang tentu akan
dilakukan oleh negara-negara yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan
program nukli seperti Arab Saudi, Mesir, dan Turki.65
Antisipasi UE menggunakan strategi diplomasi yang besifat koersif yang
terdiri dari permintaan UE terhadap pemberhentian program nuklir Iran, ancaman
63
Thomas Valasek, “The European Union’s Role in Nonproliferation”, U.S-Eropean
Nonproliferation Perspectives, Center for Strategic and International Studies, (2009), 44. [jurnal
on-line]; tersedia di https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/legacy_files/files/publication/090408_Grand_USEuroNonpro_web.pdf; internet; diunduh
pada 24 Juni 2013 64
International Atomic Energy Agency, Board of Governors, Implimentation of the NTP
Safeguards Agreement and Relevant Provisions of Security Council Resulution 1737 (2006), 1747
(2004, 1803 (2008) in the Islam Republic of Iran, GOV/2009/8, (19 Februari 2009) [jurnal on-
line]; tersedia di https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2009-8.pdf; internet; diunduh pada 24
juni 2017 65
Kenneth N. Waltz, “Why Iran Should Get the Bomb”, Foregn Affairs 91, No.4
(July/August 2012) [jurnal on-line]; tersedia di https://www.foreignaffairs.com/articles/iran/2012-
06-15/why-iran-should-get-bomb; internet; diunduh pada 27 Juni 2017
36
dan tekanan waktu untuk segera untuk menghentikan program nuklir Iran.
Pemberian ancama oleh UE pada diplomasi koersifnya ditujukan agar Iran
kembali mempertimbangkan langkah strategisnya dan menghasilkan prubahan
prilaku bagi Iran.66
2.3 Dukungan Terhadap Program Nuklir Iran
Iran tidak tinggal diam dengan berbagai proses desakan yang dilayangkan
terhadap program nuklirnya. Pemerintah Iran berusaha untuk selalu mencari jalan
keluar dari program nuklirnya, baik melalui dialog yang sempat dilakukan dengan
beberapa negara Eropa yang berujung pada jalan buntu. Setelah mendapati jalan
buntu dari proses rekonsiliasi yang coba dilakukan oleh Iran terhadap beberapa
negara yang melakukan penolakan keras atas program nuklirnya. Pemerintah Iran
segera melakukan langkah cepat dengan mencari dukungan dari program nuklir
tersebut.67
Upaya Iran tidak sia-sia dengan cepat dukungan bergerak, 114 negara non-
blok memberikan tanggapan positif dari upaya Iran untuk melanjutkan
pengembangan program nuklirnya, dan dukungan tersebut diumumkan pada
pertemuan anggota Tenaga Badan Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria.
Dukugan tidak hanya datang dari negara-negara yang berlatar belakang sejarah
sama, namun beberapa negara Amerika Latin sperti Kuba dan Venezuela ikut
66
P. Bratton, “When Is Coercion Successful?”, Inaval Wal College ReviewI, Vol. 58, No. 3,
(2005), 101. [jurnal on-line]; tersedia di http://carterscott.com/General/Bratton%20-
%20When%20is%20Coercion%20Successful.pdf; internet; diunduh pada 7 September 2017 67
Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika, 65.
37
menyatakan dukungannya, China, Korea Utara, dan Rusia memberikan dorongan
agar Iran tidak menghentikan program nuklirnya.68
Dukungan yang datang untuk Iran segera dimanfaatkan untuk terus
melanjutkan program nuklir, hubungan yang berhasil dibangun Iran dengan Kuba,
Venezuela, China, Korea Utara, dan Rusia. Upaya Iran langsung mendapatkan
respon secara positif dari pemerintah Kuba di bawah pimpinan Fidel Castro, Iran
dan Kuba segera merealisakikan berbagai dukungan dengan membentuk front
perlawanan tidak berhenti sampai di situ. Castro menyakini bahwa dari proses
yang terjadi sedikit demi sedikit opini publik internasional dapat berubah dengan
adanya dukungan yang tepat terhadap Iran sebagaiman bangsa yang lain memiliki
hak yang sama.69
Venezuela menjadi salah satu negara Amerika Latin yang berhasil
diyakinkan oleh Iran, tidak hanya pada program nuklirnnya. Venezuela bersedia
bekerjasama dengan Iran, dikarenakan oleh segala potensi yang dimiliki Iran
untuk menjadi besar telah ada.70
Kerjasama keduanya menghasilkan keuntungan
bagi kedua belah pihak, baik Iran yang secara ekonomi membuka pasar baru
dalam bidang kerjasama dengan negara Amerika Latin dan sekaligus kawan
dalam perang urat saraf melawan AS.
Sebelum negara-negara Amerika Latin lebih serius membangun hubungan
diplomatik untuk Iran, China dan Rusia sejak lama telah mendampingi Iran untuk
68
Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika, 65. 69
Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika, 66-67. 70
Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika, 68.
38
terus mengembangkan dan melajutkan program nuklirnya.71
Iran dan China
sendiri telah membangun kerjasama tidak sebatas pada bidang teknologi nuklir,
namun menjelang akhir 2004 Iran dan China menandatangani kerjasama dalam
bidang energi untuk jangka waktu 25 tahun ke depan.72
Iran tidak menjadi negara yang pasif dalam kerjsama denga China. Iran
mengambil berbagai keuntungan dengan kerjasama dengan negara sebesar. China
berusaha keras menyampaikan desakannya pada IAEA untuk dapat memberikan
penyelesaian bagi program nuklir Iran, desakan tersebut begitu diplomatis untuk
menekan IAEA dan negara-negara yang cenderung menolak program nuklir Iran,
China mendesak agar IAEA segera mencegah penyebaran senjata nuklir namun
juga menjamin kebebasan mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.73
Rusia turut memainkan peran dalam program nuklir Iran, Rusia telah
menempatkan diri sebagai mitra kerjasama yang tepat dalam bidang nuklir.
Peranan Rusia sebagai salah satu negara besar dan juga salah satu negara anggota
Dewan Keamanan memerankan sikap yang lebih konsolidatif terhadap negara-
negara di kawasan Eropa untuk mendukung program nukllir Iran. Sama halnya
denga China, Rusia juga mendesak IAEA untuk keluar dari tekanan dan
meberikan hak dan keadilan yang sama untuk krisis nuklir Iran selama tidak
digunakan untuk mengembangkan sejata nuklir.74
71
Agung Nugroho, Dukungan Cina Terhadap Program Nuklir Iran (2006-2009), [jurnal on-
line]; tersedia di http://download.portalgaruda.org/article.php?article=31733&val=2274; internet;
diakses pada 7 September 2017 72
Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika, 70. 73
Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika, 71-72. 74
Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika, 74-75.
39
BAB III
SANKSI EKONOMI TERHADAP IRAN
3.1 Resolusi IAEA Terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran
Pada awalnya hubungan Iran dan IAEA sebagai pengawas berjalan lancar
dan penuh keterbukaan sampai pada 6 Juni 2003. IAEA melaporkan terkait
pelanggaran kewajiban yang seharusnya dipenuhi Iran untuk melaporkan jumlah
material yang digunakan dalam proses serta penggunaan material tersebut juga
tidak menlaporkan dimana fasilitas yang digunakan dalam pemerosesan material
tersebut.75
Berdasarkan laporan tersebut, Inggris menganjurkan Iran untuk segera
melakukan penandatanganan protokol tambahan untuk menjamin keamanan
program nuklir tersebut. namun Iran menolak permintaan tersebut sebelum ada
kesepakatan internasional terkait laporan tersebut.76
UE-3 (Inggris, Prancis, dan Jerman) akan memberikan bantuan teknologi
kepada Iran, jika bersedia menunda pengayaan uraniumnya dan menandatangi
75
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di
http://www.iaea.org/newscenter/focus/iaeairan/iaea_reports.shtml. Internet; diunduh pada 12
September 2017 76
"Iran refuses to budge on nuclear inspections after Straw warning," AFP (Paris), 30 June
2003[jurnal on-line]; tersedia di Lexis-Nexis, www.lexis-nexis.com.; internet; diunduh pada 12
September 2017
40
protokol tambahan sebagai bentuk komitmen bersama untuk saling mendukung
program pengembanagn nuklir untuk kedamaian.77
IAEA kemudian menemukan persoalan serius setelah melakukan inspeksi di
fasilitas Natanz pada 26 Agustus 2003 karenan menemukan bekasa High Enriched
Uranium (HEU).78
IAEA memberikan batas waktu bagi Iran untuk
mengklarifikasi temuan tersebut. Akhirnya IAEA mengeluarkan resolusi pada 12
September 2003 untuk Iran agar segera melakukan transparansi dengan mematuhi
dan memenuhi permintaan IAEA sampai pada 31 Oktober 2003.79
Hubungan Iran dan IAEA kembali membaik setelah IAEA mengeluarkan
resolisi keduanya yang memberiakan laporan tentang implemntasi safeguard
agrement atas NPT pada 26 November 2003.80
IAEA kembali mengeluarkan
resolusi ketiga terkait dengan pengaduan AS akan hasil laporan yang didapat, di
mana tidak selaras dengan intelejen AS yang berisi terkait pengembangan nuklir
Iran pada 13 Maret 2004.81
Iran mencoba untuk mendapatkan kepercayaan internasional dengan terus
mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh IAEA, pada 1 Juni 2004 IAEA kembali
77
Paula Taylor and Louis Charbonneau, "E.U. big three offer Iran carrot for nuclear deal,"
Reuters, 19 September 2003, tersedia di www.iranexpert.com. Internet; diunduh pada 12
September 2017 78
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2003-
63.pdf; Internet; diunduh pada 20 September 2017 79
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2003-
75.pdf; Internet; diunduh pada 20 September 2017 80
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2003-
75.pdf; Internet; diunduh pada 20 September 2017 81
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-
34.pdf; Internet; diunduh pada 20 September 2017
41
melaporkan kemajuan safeguard agrement NPT serta resolusi keempatnya untuk
Iran pada 18 Juni 2004.82
IAEA segera mengeluarkan resolusinya yang kelima pada 18 September
2004, sebagai kesimpulan IAEA atas implementasi safeguards agrement.83
IAEA
mengiyakan bantahan-bantahan Iran atas tuduhan pengembangan senjata nuklir
pada 15 November 2004, IAEA menyatakan bahwa Iran siap untuk bekerjasama
untuk memberikan jaminan tidak adanya pengembangan senjata nuklir dari
aktivitas pengembangan nuklir Irannya.84
Namun, Amerika tetap menyatakan bahwa Iran mengembangkan senjata
nuklir, DK PBB menjadi jalan rujukan bagi AS untuk menekan Iran
menghentikan Program nuklilrnya. Akhirnya dengan tekanan tersebut, IAEA
kembali mengeluarkan resolusinya yang meminta Iran segera menangguhkan
program nuklirnya termasuk pengayaan dan pemrosesan pada tanggal 29
November 2004.85
Iran memiliki kepentingan yang harus dipertahankan terkait dengan
perogram pengembangan nuklirnya, namun di balik itu IAEA memiliki tekanan
tersendiri dengan dukungan ketertutupan Iran serta AS. Akhirnya, pada 11
Agustus 2005 IAEA kembali mengeluarkan resolusi yang menjadi resolusi
82
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-
34.pdf; Internet; diunduh pada 20 September 2017 83
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-79.pdf; internet: diunduh pada 23 September
2017 84
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-90.pdf; internet: diunduh pada 25 September
2017 85
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-90.pdf; internet: diunduh pada 26 September
2017
42
ketujuh terkait dengan program pengembangan nuklir Iran di mana berfokus pada
penghentian pengayaan uraniumnya yang masih berlangsung.86
IAEA dan Iran berupaya untuk membangun hubungan berlatar kepercayaan
terkait dengan program pengembangan nuklir terkait kerjasama Iran dengan
resolusi yang dikeluarkan. Hubungan Iran dalam komunikasi dengan IAEA lebih
baik dari hubungan komunikasi Iran terhadap UE dan AS yang memiliki
kehendak masing-masing. Namun, hubungan yang coba dibangun Iran dengan
IAEA tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap sikap IAEA terhadap
Iran yang mana ada kecendrungan forum IAEA yang dikuasai oleh AS dan UE.
Kehendak Iran yang tidak ingin dikendalikan oleh AS maupun UE, Iran
menolak proposal yang ditawarkan oleh UE untuk segera menghentikan
pengayaan uranium hingga 12 September 2005. Hal itu, akhirnya menyebabkan
IAEA mengeluarkan resolusi kedelapan pada 24 September 2005 yang
menyatakan Iran telah melanggar perjanjian di dalam NTP dan DK PBB yang
menjadi solusi bersama untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.87
Adanya resolusi kedelapan, Iran merasa IAEA tidak lagi menempatkan diri
secara proporsional dalam menyikapi persoalan nuklir Iran, sehingga beberapa
fasilitas yang memiliki segel IAEA dicabut. Pencabutan tersebut mendapatkan
86
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2005-64.pdf; internet: diunduh pada 26 September
2017 87
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2005-77.pdf; internet: diunduh pada 2 Oktober 2017
43
sambutan dengan siapnya UE-3 membawa sikap tersebut kepada DK PBB untuk
dibahas.88
Sebelum sikap tersebut dibawa ke hadapan DK PBB UE-3 mengajukan draf
tersebut pada IAEA untuk dibahas pada pertemuan Dewan Gubernur pada 2-3
Februari 2006, dan kemudian disetujui sebagai draf resolusi ke sembilan dan
menjadi draf yang akan diajukan pada DK PBB. Resolusi tanggal 4 Februari
tahun 2006 tersebut akan menjadi latar belakang pelaporan sikap Iran akan
program pengembangan nuklirnya ke DK PBB serta meminta Iran mengikuti
setiap peraturan dan bekerjasama secara penuh serta akan dilanjutkan dengan
diplomasi dan negosisasi sampai Maret 2006.89
Tahunan 2009 tepatnya pada 27 November 2009, IAEA kembali
mengeluarkan resolusi terkait dengan Implementasi pengamanan NPT yang
berkaitan dengan Resolusi DK PBB tahun 2006, 2007, dan 2008.90
Berselang
beberapa tahun pada 2011 tanggal 8 November IAEA kembali mengeluarkan
resolusi terkait dengan implementaasi pengamanan kesepakatan dan ketentuan
yang relevan bagi Resolusi DK PBB terhadap Republik Islam Iran.91
Resolusi
kembali dikeluarkan oleh IAEA pada 18 November 2012.92
88
"EU calls for UN action over Iran," BBC, 12 January 2006 tersedia di
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/4604088.stm; internet; diunduh pada 2 Oktober 2017 89
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2006-14.pdf; internet; diunduh pada 6 Oktober 2017 90
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2009-82.pdf; internet; diunduh pada 6 Oktober 2017 91
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2011-69.pdf; internet; diunduh pada 7 Oktober 2017 92
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2012-50.pdf; internet; diunduh pada 7 Oktober 2017
44
3.2 Resolusi Dewan Keamanan PBB Terhadap Program Nuklir Iran
PBB melalui Dewan Kemanan mencoba mengontrol prilaku Iran
berdasarkan kekhawatiran dengan terbatasnya akses IAEA akan pemantauan
nuklilr Iran, sehingga DK PBB dengan resolusi 1696 sebagai resolusi pertama
yang dikeluarkan untuk Iran pada 31 Juli 2006. Sedangkan isinya menekankan
Iran untuk segera menghentikan berbagai macam aktivitas nuklirnya sampai
memenuhi syarat dan ketentuan setelah diverifikasi oleh IAEA, pengembangan
nuklir tersebut untuk tujuan damai. Tenggat waktu Iran untuk segera
menghentikan setiap aktifitas tersebut ialah 31 Agustus 2006. Dari 15 anggota DK
PBB Qatar menjadi satu-satunya negara yang tidak menyetujui resolusi tersebut.93
Iran dipaksa untuk segera mematuhi untuk menghentikan segala aktifitas
nuklirnya dengan segera memenuhi ketentuan yang diinginkan oleh IAEA untuk
menjamin keamanan nuklir Iran, dikarenakan Resolusi 1696 Iran telah melanggar
dan tidak memenuhi ukuran kewajaran sebagiamana dalam Ayat 41 Bab VII
Piagam PBB.94
Namun, Iran bersikeras bahwa program pengembangan nuklirnya tidak
mengakibatkan kerusakan ataupun ancaman bagi siapapun dan murni bertujuan
untuk masyarakat. Namun, Iran tidak mengupayakan pelaporan dan pemenuhan
93
United Nation Security Council. 2006. Resolution 1696 (2006). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1696%282006%29. Internet; diunduh
pada 12 Oktober 2017. 94
United Nation Security Council. Resolution 1696 (2006). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1696%282006%29. Internet; Diunduh
pada 12 Oktober 2017
45
protokol tambahan serta inspeksi dari aktifitas nuklirnya sampai pada batas waktu
yang ditentukan pada 31 Agustus 2006.95
Namun ketentuan tersebut tidak diupayakan oleh Iran, oleh karena itu DK
PBB mengeluarkan Resolusi 1737 pada 23 Desember 2006, bahkan resolusi
tersebut disetujuai oleh keseluruhan Anggota DK PBB dengan kesepakatan
pemberian sanksi ekonomi terhadap Iran.96
AS mendorong dikeluarkannya
resolusi DK PBB 1737 untuk memberikan pengaruh dan penekanan yang lebih
luas terhadap Iran.97
IAEA akan mengawasi dan melaporkan setiap aktifitas nuklir Iran
berdasarkan suara bulat dalam DK PBB yang menyetujui sanksi ekonomi
tersebut. IAEA akan melaporkan segala aktifitas penghentian tersebut pada PBB,
serta tidak diperkenankan bagi negara manapun untuk mengekspor apapun yang
berhubungan dengan nuklir Iran.98
Resolusi 1737 di antara lain mengatir sanksi-sanksi yaitu: pertama, setiap
negara dilarang melakukan perdagangan dalam bentuk apapun baik barang
maupun teknologi, bahan, dan peralatan yang memiliki hubungan denga nuklir
dan program pengayaan uranium. Kedua, 12 Pejabat negara yang memiliki
keterkaitan dengan program nuklir dibatasi aksesnya untuk bepergian keluar
95
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
http://www.iaea.org/newscenter/focus/iaeairan/iaea_resolutions.shtml, internet; diunduh pada 16
Oktober 2017 96
United Nation Security Council. 2006. Resolution 1737 (2006). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1737%282006%29. Internet; diunduh
pada 16 Oktober 2017 97
US issues new sanctions on Iran’s State Bank -Seeks to Push Regime to Halt Nuclear
Effort. The Boston Globe. [artikel on-line];
http://archive.boston.com/news/nation/articles/2007/10/26/us_issues_new_sanctions_on_irans_stat
e_banks/; internet; diunduh pada 20 Oktober 2017 98
United Nation Security Council. 2006. Resolution 1737 (2006).
46
negeri. Ketiga, Pembekuan aset dari 12 pejabat dan 10 lembaga yang memiliki
keterkaitan dengan program pengembangan nuklir Iran.99
Iran tetap melanjutkan program pengembangan nuklir, sekalipun DK PBB
telah mengeluarkan sanksi ekonomi yang cukup serius, sehingga pada 22 Februari
2007 IAEA telah mencabut dukungannya terhadap program pengembangan nuklir
Iran yang selama ini telah diberikan dan coba dimediasikan.100
Resolusi 1737 tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi upaya
penghentian program pengembangan nuklir Iran. Iran terus melakukan aktifitas
pengembangannya dengan melanjutkan pembangunan reaktor air berat, kemudia
pengangkutan 9 ton gas ke Natanz, serta melengkapi mesin sentrifungal dari
kebutuhan hingga 3000 mesin, yang di rencanakan mencapai 54000 mesin
sentrifungal.101
Berdasarkan laporan tersebut DK PBB kemudian menggelar pertemuan
kembali dan membahas resolusi terbaru untuk menekan Iran agar menghentikan
program pengembangan nuklirnya sampai Iran memenuhi persyaratan dari IAEA.
Pada 24 maret 2007 Resolusi 1747 dikeluarkan oleh DK PBB sebagai resolusi ke
tiga untuk Iran.102
Resolusi ketiga ini berisi penambahan sanksi terhadap Iran namun lebih
bersifat lunak dikarenakan AS dan sekutu menyadari bahwa dalam DK terdapat
99
United Nation Security Council. 2006. Resolution 1737 (2006). 100
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
http://www.iaea.org/newscenter/focus/iaeairan/iaea_resolutions.shtml, internet; diunduh pada 23
oktober 2017 101
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
http://www.iaea.org/newscenter/focus/iaeairan/iaea_resolutions.shtml, internet; diunduh pada 23
oktober 2017 102
United Nation Security Council. 2007. Resolution 1747 (2007). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1747%282007%29. Internet; diunduh
pada 26 Oktober 2017.
47
Rusia dan Cina yang bisa sewaktu-waktu menolak resolusi tersebut bila merasa
dirugikan.
Resolusi 1747 berisikan penambahan sanksi terhadap Iran, di mana Iran
dilarang mengekspor senjata ke luar negeri, begitu pula sebaliknya negara-negara
tersebut dilarang menginpor senjata dari Iran. Negara-negara yang dibatasi dalam
penjualan peralatan tempur terhadap Iran seperti pesawat, kapal perang, misil dan
alusista lainnya. Aset luar negeri 15 pejabat dibekukan serta 13 lembaga yang
kesemuanya terkait dengan program pengembangan nuklir Iran. Tidak
diperkenankan bagi setiap pemerintah maupun lembaga keuangan untuk
memberikan pinjaman terhadap Iran. 15 pejabat tersebut dibatasi lawatannya dan
diawasasi setiap lawatannya.103
Namun bila Iran mau mematuhi resolusi yang diberikan oleh DK PBB
serta memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh IAEA maka
Iran akan diberikan hak penuh untuk terus mengembangkan program nuklirnya
sesuai denga NPT yang juga telah diratifikasinya. PBB turut mendukung
pengembangan new light water power reactor melalui lembaga-lembaga
Internasional yang sesuai ketentuan IAEA. Iran dapat pula mengajukan kerja sama
internasional terkait dengan penelitian lanjutan terkait pengembangan program
nuklir Iran sehingga dapat mengarah pada pencabutan moratorium dan
memperbaiki presepsi publik akan tujuan pengembangan nuklir Iran. PBB juga
103
United Nation Security Council. 2007. Resolution 1747 (2007).
48
akan mendukung setiap kerjasama keamanan di bidang militer maupun investasi
yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi Iran.104
Oleh karenanya penekanan ultimatum dengan insentif yang diberikan jika
Iran menuruti keinginan DK PBB memperjelas keinginan AS dan sekutunya
untuk mengehentikan sesegera mungkin program pengembangan nuklir Iran yang
sangat pesat pengembangannya sekalipun di bawah tekanan dan sanksi yang
diberikan. Iran memiliki prespektif jika mereka bersedia mengikuti arahan dari
DK PBB artinya benar jika ada kesalahan dan pelanggaran regulasi yang
dilakukan oleh Iran yang tidak sesuai dengan NTP. Akhirnya Iran mencoba untuk
bekerja sama dan menerima para inspektor PBB pada 26 April 2007.105
Selajutnya IAEA menyampaikan pengayaan uranium Iran yang berada di
batas kewajaran dan masih sesuai dengan yang ditentukan pada 30 Agustus
2007.106
Namun, AS tidak serta merta melepaskan sanksi atas program
pengembangan nuklir Iran, Bahkan pada 22 Februari 2008 akhirnya IAEA sendiri
yang melaporkan pada DK PBB bahwa Iran belum sepenuhnya melaksanakan
kewajibannya, terutama terkait dengan uji coba mesin sentrifungalnya.107
104
Toni Ervianto. 2014. Memahami Sikap Indonesia Dalam Soal Resolusi DK PBB No 1747
Tentang Nuklir Iran. tersedia di http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=2604. Internet;
diunduh pada 26 Oktober 2017 105
Iran Nuclear Chronology, NTI may 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/iran_nuclear.pdf?_=1316542527; internet; diunduh pada 27
oktober 2017 106
"IAEA: Iran Cooperating in Nuclear Investigation," The Washington Post, 31 August 2007
tersedia di http://www.washingtonpost.com/wp-
dyn/content/article/2007/08/30/AR2007083000460.html?hpid=sec-world; internet; diunduh pada
27 Oktober 2017 107
Iran Nuclear Chronology, NTI may 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/iran_nuclear.pdf?_=1316542527; internet; diunduh pada 27
oktober 2017
49
DK PBB akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan Resolusi ke-4 DK
PBB pada 3 Maret 2008, yakni Resolusi 1803.108
Namun, resolusi ini tidak
didukung sepenuhnya oleh 15 negara anggota Dewan Keaman PBB, karena
Indonesia menjadi satu-satunya pihak yang abstain dalam voting ini.109
Resolusi tersebut dikeluarkan sebagai pandangan kegagalan dari
pemerintah Iran untuk menyepakati atau menuruti arahan DK PBB dalam resolusi
sebelumnya. Iran dianggap gagal menangguhkan pengayaan uraniumnya. Sanksi
ini dapat dikatakan lebih keras di mana DK PBB tidak hanya memberikan
larangan perdagangan barang-barang militer saja, namun keperluan sipil juga
menjadi bagian dari sanksi dalam resolusi keempat ini.110
serta adanya inspeksi
bagi setiap barang dagang yang keluar masuk Iran.111
Memasuki bulan September tepatnya pada 15 September 2008 IAEA
memberikan informasi akan adanya fasilitas dan aktifitas nuklir Iran, di mana hal
itu tidak dilaporkan pemerintah Iran, ditambah Iran telah mulai mengoprasikan
3800 mesin sentrifungalnya.112
Berdasarkan laporan tersebut dan jelas menurut DK PBB, tertutupnya Iran
dalam memberikan informasi atas aktivitas nuklirnya merupakan sebuah ancaman
108
United Nation Security Council. 2008. Resolution 1803 (2008). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1803%282008%29. Internet; diunduh
pada 29 Oktober 2017. 109
United Nation Security Council. Resolution 1803 (2008). 110
Iran Nuclear Chronology, NTI may 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/iran_nuclear.pdf?_=1316542527; internet; diunduh pada 7
November 2017 111
Iran Nuclear Chronology, NTI may 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/iran_nuclear.pdf?_=1316542527; internet; diunduh pada 7
November 2017 112
Iran Nuclear Chronology, NTI may 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/iran_nuclear.pdf?_=1316542527; internet; diunduh pada 7
November 2017
50
yang berpotensi pada penyalah guanaan dari program pengembangan nuklirnya
tidak butuh waktu lama bagi DK PBB untuk mengeluarkan resolusi 1929 pada 26
Juli 2010 sebagai resolusi keliama untuk menekan Iran dan aktifitas nuklirnya.113
3.3 Sanksi Ekonomi Uni Eropa Terhadap Iran
Sanksi dalam hubungan antar negara memiliki dua sifat, positif dan negatif.
Di mana sanksi positif terdiri dari penurunan atau pemberhentian tarif, pemberian
imbalan, sampai pada pemberian bantuan yang dapat membantu dan memberikan
efek positif bagi pihak yang dikenakan sanksi. Sedangkan sanksi dari yang
bersifat negatif berupa pemberian hukuman yang memberikan tekanan terhadap
berbagai lini sampai pada efek tertentu bagi penerima sanksi.114
Sanksi dalam The Political Economy of Economic Sanctions oleh Wiliam
dan Anton dibagi dalam tiga kategori, yaitu: pertama, ialah pembatasan ekspor
impor, di mana negara penerima sanksi mendapatkan penekanan yang
berhubungan dengan keluar masuknya kebutuhan negara. Kedua, sanksi finansial,
di mana adanya pembatasan terhadap setiap transaksi keuangan dari negara
penerima sanksi. Ketiga, smart sancsion yang bersifat lebih sempit.115
Pada 26 Juli 2010, Dewan UE memutuskan untuk memberikan sanksi
finansial terhadap Iran berdasarkan pemberlakuan Resolusi DK PBB 1929 tanggal
9 Juni 2010. Sanksi tersebut memberikan pelarangan bagi setiap negara anggota
UE pada sektor gas dan minyak Iran. Negara-negara UE tidak diperkenankan
113
United Nation Security Council. 2008. Resolution 1835 (2008). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1835%282008%29. Internet; diunduh
pada 11 November 2017. 114
David A. Baldawin, Economic Statecraft (Princeton: Princton university Press, 1985), 20. 115
Wiliam H. Kaempfer dan Anton D. Lowenberg, “The political Economy of Economic
Sanctions”, Handbook of Defense Economics, Vol. 2, 2007, 869 [jurnal on-line]; tersedia di
http://www.sfu.ca/~schmitt/sanctions.pdf; internet; diunduh pada 12 Novemeber 2017
51
untuk memberikan bantuan untuk pemurnian, eksplorasi, dan produksi, termasuk
pada penyediaan teknologi baru yang dapat membantu perkebangan teknologi
Iran terkhusus program nuklir Iran.116
Kemudian sanksi tersebut diperkuat dengan penerapan sanksi finansial
untuk membatasi Iran dalam proses transaksi keuangan dengan pembekuan aset
bank-bank sentral Iran yang berada di kawasan UE, serta entitas-entitas, sampai
larangan visa bagi individu tertentu.117
Penanganan akan pemberian sanksi langsung diakomodir oleh Common
Foreign and Security Policy (CFSP) sebagaimana diatur dalam Treaty on
European Union pasal 30 dan 31 untuk dapat mengambil dan menentukan
langkah-langkah strategis pemberian sanksi.118
Tepatnya tanggal 23 Januari 2012 UE memulai seperangkat pemberian
sanksi terhadap Iran dengan pemberlakuan embargo yang berhubungan dengan
ekspor impor minyak Iran, serta produk petrokimia. UE kemudian menambah
sanksi dengan melarang asuransi, pembiayaan, pengangkutan minyak, dan
petrokimia dan juga perdagangan logam mulia berharga seperti emas dan berlian
pun dilarang.119
116
Council of the European Union, Press Release 3029th Council meeting, Foreign Affairs
12560/10, (Brussels, 26 Juli 2010), 10. Tersedia di
http://www.consilium.europa.eu/ueDocs/cms_Data/docs/pressData/EN/foraff/115976.pdf; internet
diunduh pada 17 November 2017 117
Barbara Lewis, Tougher EU Sanctions against Iran Come into Force, Reuters, 22
Desember 2012, tersedia di http://www.reuters.com./article/2012/12/22/us-eu-iran-sanctions-
idUSBRE8BL04L20121222 internet; diunduh pada 18 November 2017. 118
Francesco Giumelli, How EU Sanction Work: A New Narrative, Institute for Security
Studies, ISSUE Chailot Paper No. 129, (Mei 2013), 10 [paper on-line]; tersedia di
https://www.iss.europa.eu/sites/default/files/EUISSFiles/Chaillot_129.pdf; internet; diunduh pada
18 November 2017 119
Ruairi Patterson, “EU Sanction on Iran: The European Political Context”, Middle East
Pliciy Council, Journal Essay, Vol. XX, No. 1, (2013) [jurnal on-line]; tersedia di
52
Sanksi Finansial dilanjutkan pada 15 Oktober 2012, di mana UE
membekukan aset bank sentral Iran yang berada di kawasan UE.120
Sanksi
Finansial kembali diperkuat oleh UE dengan segera mengatur alur keluar masuk
transaksi keuangan dengan mengetatkan aturan terhadap setiap lembaga keuangan
UE untuk tidak memiliki transaksi yang dapat berkontribusi terhadap nuklir Iran,
pelarangan ketat tersebut mengakibatkan transaksi Bank UE dan Iran hanya
melakukan transaksi yang telah di setujui atau mendapatkan izin sebelumnya.121
Embargo sendiri secara definisi merupakan suatu tindakan berupa
pernyataan resmi yang menimbulkan kebijakan dari suatu negara untuk
membatasi kegiatan perdagangan dan atau finansial suatu negara.122
Sehingga negara-negara yang menerima sanksi berupa embargo akan
mendapatkan penekanan pada kebutuhan keluar masuknya barang, dimana
kebutuhan keluarnya barang untuk memenuhi kebutuhan finansial dalam negeri
untuk menggerakkan berbagai macam sektor, kebutuhan masuknya barang untuk
memenuhi ketidaktersediaan pasokan tertentu yang harus didapat atau diakses dari
luar negara tersebut. Embargo diharapkan memiliki pengaruh besar bagi negara
penerima sanksi untuk mengubah kebijakan luar negeri yang tidak dikehendaki
oleh pemberi sanksi.
http://www.mepc.org/eu-sanctions-iran-european-political-context; internet; diunduh pada 21
November 2017 120
EIFEC, The European Union (EU) Strengthens Sanction on Iran, tersedia di
http://www.exportcompliance.eu/index.php/en/99-latest-news/200-european-union-strengthens-
sanctions-regulations-for-iran-latest-regulations internet; diunduh pada 22 November 2017 121
EIFEC, The European Union (EU) Strengthens Sanction on Iran. 122
Definition of Embargo, tersedia di http://www.investopedia.com/term/e/embargo.asp
internet; diunduh pada 23 November 2017
53
BAB IV
ANALISA PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN
DALAM MENGHADAPI SANKSI EKONOMI TERKAIT
PROGRAM NUKLIR TAHUN 2013
4.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri Iran
Kebijakan luar negeri Iran terkait program pengembangan nuklir dimulai
kembali pada tahun 2006, saat itu pemerintah Iran menetapkan akan akan
mengembangkan teknologi nuklir damai.123
Kebijakan tersebut menjadi babak
baru hubungan Iran dengan AS dan UE sebagai pihak yang terus menekan
program pengembangan nuklir tersebut.
Pemerintah Iran menambahkan bahwa tawaran dalam bentuk apapun tidak
akan pernah diterima oleh pemerintah Iran jika konsekuensinya ialah
menghentikan program pengembangan nuklilr. Kebijkan ini dilandaskan pada
realitas sejarah masa lampau, di mana Iran menjadi negara yang berada di bawah
tekanan dan intervensi asing. Apabila Iran kembali menunda atau menghentikan
program pengembangan nuklir, maka hal tersebut merupakan penghinaan
terhadap kedaulatan Iran.124
Dengan menetapkan kebijakan luar negerinya, sanksi terus dijatuhkan AS
dan UE terhadap Iran. Iran dengan tegas menolak dan menganggap bahwa sanksi
tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena tidak menciptakan krisis. Pemerintah
123
Mahmoud Ahmadinejad, Ahmadinejad Menggugat! Republik Islam Iran Mematahkan
Arogansi Amerika & Israel – Cet I – (Jakarta: Zahra, 2008), 42. 124
Kasra Naji, Ahmadinejad; Kisah Rahasia Sang Pemimpin Radikal Iran,(Jakarta; Gramedia
Pustaka Utama, 2009) 140.
54
Iran yang tetap melanjutkan program pengembangan nuklirnya dan bersihkeras
bahwa program nuklir Iran tidak dapat dihentiakan oleh cara apapun.125
Pemerintah Iran menyatakan nuklir tetap dibutuhkan sebagai sebuah proses
membaca kemajuan zaman dan tidak boleh terbelakang dalam hal ini. Apabila
Iran mengikuti keinginan AS dan UE untuk menghentikan terlebih dahulu
program pengembangan nuklir maka sama artinya dengan mempertaruhkan masa
depan Iran dan merendahkan kedaulatan suatu negara.126
Iran menegaskan bahwa pengembangan energi nuklir merupakan hak suatu
negara untuk membangun sebuah tatanan yang lebih baik. Penolakan terakhir
dilakukan Iran terhadap proposal yang ditawarkan oleh negara P5+1, Iran kembali
meminta penghentian program pengembangan nuklir Iran.127
Memasuki pertengahan 2013 Iran mengubah kebijakan luar negerinya
dengan menunjukkan sikap yang lebih terbuka terkait dengan program
pengembangan nuklirnya. Iran melakukan komunikasi dengan presiden AS, ketika
itu obama, untuk melakukan dialog internasional dengan pokok bahasan
pengembangan program nuklir. Melalui PBB, akhirnya Iran menerima
kesepakatan bersama negara P5+1 (AS, Inggris, Perancis, Rusia, China+ Jerman)
dengan penandatanganan kesepakatan The Joint Comprehensive Plan Of Action
(JCPOA).128
125
Kasra Naji, Ahmadinejad; Kisah Rahasia, 139-140. 126
Kasrah Naji, Ahmadinejad ; Kisah Rahasia, 140. 127
Iran Tolaj Hentikan Pengayaan Nuklir tersedia di
http://okezone.com/read/2012/05/24/412/635099/iran-tolak-hentikan-pengayaan-nuklir internet;
diunduh pada 1 Desember 2017 128
Joint Comprehensive Plan of Action Vienna, 14 July 2015, tersedia di
http://eeas.europa.eu/statementseeas/docs/iran_agreement/iran_jointcomprehensive-plan-of-
action_en.pdf. Internet; diunduh pada 13 Desember 2017
55
Iran kemudian mendukung upaya dari perundingan terkait program
nuklirnya bersama negara-negara P5+1 sebagai salah satu cara mengakhiri sanksi
ekonomi yang diberikan. Upaya pemerintah kemudian dilanjutkan dengan
perundingan bersama negara P5+1 di Jenewa, Swiss pada 22 November 2013.
Dalam perundingan tersebut, Iran diharuskan menghentikan sebagian aktivitas inti
dari program pengembangan nuklirnya dalam jangka waktu 6 bulan.129
Hasil perudingan tersebut mengakibatkan beberapa pusat pengembangan
teknologi nuklir Iran harus dihentikan. Yaitu antara lain: pusat penelitian dan
pengembangan kompleks militer di Parchin, pabrik tenaga Nuklir Isfahan,
Bushehr, Natanz, Arak dan Frodo, kemudian tambang uranium di Gachin harus di
hentikan.130
Iran harus merelakan pengurangan pengayaan uranium sebesar 89 %,
dengan begitu hanya menghasilkan 300kg tidak seperti sebelumnya sebesar
10.000kg, ditambah lagi Iran perlu mengurangi 2/3 sentrifungal yang telah
berhasil dioperasikan. Perjanjian mengarahkan kesepakatan dalam jangka waktu
yang panjang, Iran menyepakati bahwa perjanjian ini akan berjalan sampai 15
tahun ke depan. Iran juga menyepakati untuk tidak memperkaya uranium melebihi
3,67% dan tidak melakukan pembangunan terhadap setiap fasilitas pengayaan
uranium.131
129
IAEA Desak Iran Agar Lebih Kooperatif tersedia di http://www.dw.de/iaea-desakiran-
agarlebih-kooperatif/a-16240539 internet; diunduh pada 8 Desember 2017 130
Iran's key nuclear sites, tersedia di www.bbc.com/news/world-middle-east-11927720
internet; diunduh pada 12 Desember 2017 131
Joint Comprehensive Plan of Action Vienna, 14 July 2015, tersedia di
http://eeas.europa.eu/statementseeas/docs/iran_agreement/iran_jointcomprehensive-plan-of-
action_en.pdf. Internet; diunduh pada 13 Desember 2017
56
4.2 Kepentingan Nasional
Perubahan kebijakan tersebut, dapat dianalisa dengan melihat terlebih
dahulu konsep kepentingan nasional. Pada awalnya, Iran bertahan dengan tetap
melanjutkan program pengembangan nuklir dan kemudian merubahnya dalam
situasi yang sama di bawah sanksi ekonomi. Kepentingan nasional yang
mempengaruhi kebijakan luar negeri Iran, pertama kepentingan energi. Kedua,
kepentingan ekonomi.
4.2.1 Kepentingan Energi
Menurut ECE (Energy Comission for Europe) ancaman keamanan energi
memiliki empat dimensi yaitu: pertama, adanya gangguan fisik bagi suplai energi
dan bisa disebabkan faktor kesengajaan maupuan tidak seperti bencana alam,
kerusakan infrasruktur, gejolak sosial,atau aksi politik. Kedua, kemampuan fisik
suplai energi dalam jangka waktu yang panjang untuk mengamankan pemenuhan
di masa yang akan datang. Ketiga, kegiatan ekonomi dan manusia yang
memberikan dampak berbahaya disebabkan fluktuasi harga atau sampai pada
kelangkaan dan kekurangan energi. Keempat, adanya aksi terorisme yang
menyebabkan kerusakan fatal dan jathnya korban jiwa dikarenakan sektor energi
merupakan sektor pimadona kegiatan internasional.132
Pada dasarnya negeara-negara maju merupakan negara yang mampu
mengoptimalkan teknologi dibalik kekurangan mereka akan sumber daya alam.
Iran memiliki peluang yang sama dalam perkembangan tekonologi terutama
132
Emerging Global Energy Security Risks, ECE Series No. 36, (Geneva: United Nations
Publication, 2007), h. 8.
57
dalam proses pengembangan energi terbarukan. Perpindahan energi lama ke
energi nuklir sekitar telah mencapai 16% di dunia, bahkan dipresiksi pada saat
2030 Asia akan menjadi rumah bagi separuh reaktor nuklir, yakni dari 442
terdapat 109 yang berada di asia dan perkembangan terbaru sekitar 28 reaktor
baru yang dibangun di dunia 19 diataranya beraada di Asia.133
Walaupun Iran menempati urutan kedua cadangan minyak bumi, sebesar
133 miliar barrel atau sekitar 10% cadangan minyak dunia dan cadangan gas alam
terbesar kedua di dunia yang belum menjadi fokus pengelolaan pemerintah
Iran.134
Iran menyadari bahwa program pengembangan nuklir ini akan secara
langsung memberikan keamanan akan beban pasokan energi yang selalu di
eksopor Iran, sehingga keamanan energi Iran dalam situasi tidak dapat dikatakan
aman dalam jangka panjang.135
Terdapat beberapa faktor lain yang menjadikan program pengembangan
nuklir tetap dilanjutkan oleh pemerintah Iran salah satunya ialah indikator dari
konsumsi minyak Iran sebagai sumber utama kebutuhan energi dalam negeri,
sejak tahun 1990 konsumsi minyak Iran mengalami peningkatan yang signifikan
sebesar 8% per-tahun dan total dari konsumsi energi meningkat sebesar 280% dari
1.6 Btu pada tahun 1980 sampai 5.5 Btu pada tahun 2005.136
133
Michel Backman, Asia Future Shock (Jakarta; Ufuk Pres, 2008), 83-86. 134
Musa Kazhim & Alfian Hamzah, Iran SkenarioPenghabisan (Jakarta; Ufuk Press, 200&).
11. 135
“Kemenangan Diplomasi Nuklir Iran” tersedia di
http://www.kompasiana.com/rezasyariati/kemenangan-diplomasi-
nukliriran_552adc7b6ea8344013552d30; internet; diunduh pada 15 Desember 2017. 136
Mohammad Sahimi, “Iran’s Nuclear Program: Are Nuclear Reactors Necessary?”,
Payvand Iran News, tersedia di www.Payvand.com/news/03/oct/1022.html; internet; diunduh
pada 16 Desember 2017
58
Tabel IV.4.2.1 Konsumsi Energi Iran Tahun 2012
Sumber: https://energypedia.info/wiki/Iran_Energy_Situation
Tabel diatas memperlihatkan konsumsi listrik di Iran terus meningkat di
tahun-tahun terakhir. Sektor utama yang mengkonsumsi listrik pada tahun 2012
adalah industri (36,1%), diikuti oleh perumahan (30,8%).137
Untuk itu
kepentingan energi ini coba direalisasikan oleh Iran sebagaimana rancangan
pembangunan jangka panjang. Jika program ini berhasil maka Iran dapat
memproduksi energi untuk kebutuhan listrik secaara efisien, di samping itu dapat
mengasilkan tenaga listrik dengan biaya yang lebih murah untuk masyarakat
Iran.138
Konsumsi yang semakin besar ini didasarkan pada pertumbuhan populasi.
Sejak 1979, populasi Iran bertambah dua kali lipat dari 32 juta menjadi 70 juta
jiwa. Kebutuhan energi dari produksi minyak Iran hanya mampu mensuplai
sebesar hampir mencapai 70% kebutuhan dalam negeri. Apabila pemerintah Iran
137
Iran Energy Situation, [artikel on-line]; tersedia di https://energypedia.info/wiki/Iran_Energy_Situation;internet; dinduh pada 16 Januari 2018
138“Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Terbesar Dunia”, tersedia di
http://www.indoberita.co.id/2015/04/pembangkit-listrik-tenaga-nuklir-terbesar-dunia.html.
Internet; diunduh pada 15 Desember 2017.
59
mengabaikan kebutuhan energi alternatif untuk menjadi pendukung kebutuhan
energi dalam negeri maka pada tahun 2025 Iran dipastikan berada pada titik kritis
dari pertumbuhan dalam negeri.139
Tabel IV.4.2.2 Sektor Pemenuhan Energi Iran Tahun 2012
Sumber: https://energypedia.info/wiki/Iran_Energy_Situation
Kepentigan energi ini kemudian dipahami Iran sebagai hal substansial yang
tidak bisa dipaksakan karena kontaradiktif dengan realisasi dan masih didominasi
oleh energi minyak. Sebagai ganti perubahan kebijakan terkait dengan
kesepakatan nuklir Iran, sanksi yang dikenakan terhadap Iran dapat dicabut dan
program pengembangan nuklir Iran dapat dijalankan secara bertahap dengan
bantuan negera-negara P5+1 untuk pemenuhan energi mendatang.
Iran memahami bahwa proses politik dalam mempertahankan kebijakan luar
negerinya justru menyebabkan serangan balik untuk negara tersebut. Karena
gangguan keamanan energi sudah bukan lagi hadir dari kekhawatiran Iran akan
suplai fisik sumber daya alam di masa yang akan datang, namun hadir melalui
139
Mohammad Sahimi, “Iran’s Nuclear Program: Are Nuclear Reactors Necessary?”,
Payvand Iran News, tersedia di dari www.Payvand.com/news/03/oct/1022.html; internet; diunduh
pada 16 Desember 2017
60
proses politik luar negeri yang mengakibatkan keamanan energi negara tersebut
terganggu dengan sendirinya.
4.2.2 Kepentingan Ekonomi
Kepentingan ekonomi Pemerintah Iran pada dasarnya merupakan
pencabutan sanksi ekonomi. Sanksi ekonomi memberikan dampak kesejahteraan
bagi Iran. Kesejahteraan dipandang sebagai kepentingan nasional dengan melihat
bagaimana negara-negara memaksimalkan kekayaan serta sumberdayanya.
Menurut Kennet Waltz cara terbaik baik Iran untuk mencapai kekayaan tersebut
negara harus menjamin akses perekonomian seluas-luasnya bagi pasar
internasional.140
Pemenuhan kesejahteraan tidak dipahami sebagai suatu kewajiban
sebagaimana kelompok liberal memusatkan hubungan atara ekonomi dan politik.
Tetapi, hubungan tersebut dilandaskan pada kepentingan untuk pemenuhan
kepentingan nasional semata, artinya tidak seperti negara-negara kapitalis.141
Kepentingan ekonomi tersebut harus direalisasikan Iran dengan
menempatkan kegiatan dari perusahaan-perusahaan multi nasional (MNCs),
sebagai alat pemenuhan kepentingan negara, bukan sebagai aktor yang terpisah.
MNCs tidak ditempatkan sebagai aktor otonom dalam hubungan internasional
sebagaimana kelompok liberal. Artinya, MNCs merupakan perpanjangan tangan
negara dalam melakukan kegiatan ekonomi.142
Dengan demikian, gangguan bagi
MNCs Iran juga merupakan gangguan bagi kepentingan negara untuk memenuhi
kesejahteraan rakyatnya.
140
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 76. 141
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 76. 142
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional, 76.
61
Pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran memiliki tiga komponen utama.
Pertama adalah pencabutan embargo minyak EU. Embargo minyak Iran oleh UE
tahun 2012 adalah sanksi yang paling luas karena membatasi volume ekspor Iran,
dan banyak komoditas ekspor penting.143
Kedua, adalah inspeksi terhadap pemindahan dan pengurangan muatan
terhadap ekspor dan impor Iran. Biaya transportasi perdagangan dengan Iran
diperkirakan akan menurun. Hal ini pada gilirannya akan berpengaruh pada Iran
perdagangan barang dan peningkatan ekspor dan impor barang dan barang
lainnya, margin transportasi yang besar seperti produk pertanian dan industri dan
mesin.
Ketiga, perbaikan hambatan non-tarif yang mempengaruhi lintas batas Iran
impor, jasa keuangan, dan transportasi. Seperti pembatasan pembatasan AS dan
mitra lainnya terhadap transaksi keuangan dan layanan transportasi, impor Iran
atas layanan ini diperkirakan akan meningkat.144
Ketiga komponen tersebut coba
dicapai Iran melalui perubahan kebijakan luar negerinya terkait program nuklir.
Dan memperbaiki perekonomian sebagaimana Iran sebelum di embargo.
143
Elena Ianchivichina,, Shantayanan Devarajan, dan Csilla Lakatos, Lifting Economic
Sanctions on Iran: Global Effects and Strategic Response. World Bank Group: Middle East and
North Africa Region February 2016., hal. 3-4 [Jurnal on-line]; tersedia di
https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/23726; internet; diunduh pada 16 Desember
2017 144
Elena Ianchivichina,, Shantayanan Devarajan, dan Csilla Lakatos, Lifting Economic
Sanctions on Iran: Global Effects and Strategic Response. World Bank Group: Middle East and
North Africa Region February 2016., 3-4
62
Bagan IV.4.1.2.1. Struktur Perdangan Iran sebelum di Embargo
Sumber : https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/23726
World Bank menunjukkan bahwa keuntungan dari pelepasan embargo
adalah yang terbesar bagi Iran, penghapusan embargo minyak UE diperkirakan
akan menciptakan dampak makroekonomi besar terhadap Iran, karena minyak
mencapai sekitar 64 persen dari pendapatan ekspor Iran. Keuntungan berupa
peningkatan kesejahteraan per kapita sebesar 3,0 persen pada periode
2014/2015.145
Hampir setengah dari kenaikan ini (1,7 persen atau sekitar $ 8,2
145
Economic of Lifting Sanctions on Iran, World Bank Middle East And North Africa Region, Mena Quarterly Economic Brief, Juli 2015, hal. 12, [Jurnal on-line]; tersedia di, http://documents.worldbank.org/curated/en/575391468187800406/pdf/98389-REVISION-BRI-PUBLIC-Box393170B-QEB-issue-5-FINAL-7-27-15.pdf; internet; diakses pada 14 Januari 2018
63
miliar) yang bersumber dari pencabutan embargo minyak UE.146
Memasuki
periode 2015/2016 Iran mengalami peningkatan pendapatan perkapita sebesar 3,3
persen, tahun 2016-2017 meningkat kembali menjadi 5,1 persen dan diakhiri
padaperiode 2017/2018 sebesar 5,5 persen.147
sedangkan pengurangan biaya dan
perbaikan perdagangan layanan lintas-perbatasan menghasilkan keuntungan
tambahan sebesar $ 2,0 miliar dan $ 7,5 miliar, masing-masing.148
Walapun Iran memiliki pasar yang besar dalam ekspor minyaknya selain
UE atau mencoba mencari pasar baru, namun sanksi finansial memberikan
batasan transaksi terhadap Iran. Dalam sebuah pernyataan, Komisi Eropa
mengatakan undang-undang baru tersebut membawa jumlah entitas yang dikenai
sanksi kepada 490 dan jumlah total orang menjadi 105 orang.Perusahaan terbaru
yang ditambahkan ke daftar terlarang termasuk perusahaan distribusi energi dan
baja dan perusahaan keuangan.Individu terbaru yang akan ditambahkan adalah
Babak Zanjani, pemilik Grup Sorinet, yang berbasis di Uni Emirat Arab. Dia
disebut sebagai "fasilitator kunci untuk kesepakatan minyak Iran dan mentransfer
uang terkait minyak".149
Sehingga mempengaruhi arus keuangan ekspor Iran dengan setiap mitra
bisnisnya. Dapat dilihat dalam tabel dibawah Iran tidak hanya kehilangan
146
Elena Ianchivichina,, Shantayanan Devarajan, dan Csilla Lakatos, Lifting Economic
Sanctions on Iran: Global Effects and Strategic Response. World Bank Group: Middle East and
North Africa Region February 2016., hal. 3-4 147
Economic of Lifting Sanctions on Iran, World Bank Middle East And North Africa Region, hal. 12,
148 Elena Ianchivichina,, Shantayanan Devarajan, dan Csilla Lakatos, Lifting Economic
Sanctions on Iran: Global Effects and Strategic Response. World Bank Group: Middle East and
North Africa Region February 2016., hal. 3-4 149
Barbara Lewis, Tougher EU Sanctions against Iran Come into Force, Reuters, 22 Desember 2012, http://www.reuters.com./article/2012/12/22/us-eu-iran-sanctions-idUSBRE8BL04L20121222 diakses pada 9 Juli 2017.
64
keuntungan ekspor minyak d UE namun kehilangan keuntungan pula di negara-
negara utama pengekspor minyak Iran.
Tabel IV.4.1.2.1. Hilangnya Ekspor Iran Akibat Sanksi
Sumber: : http://documents.worldbank.org/curated/en/575391468187800406/pdf/98389-
REVISION-BRI-PUBLIC-Box393170B-QEB-issue-5-FINAL-7-27-15.pdf
Sementara dalam sektor impor barang modal, pencabutan sanksi memiliki
dampak moderat terhadap kesejahteraan Iran, menghasilkan keuntungan tambahan
sebesar $ 1,8 miliar, meningkatkan investasi sebesar 6,9 persen atau hampir 2
poin persentase lebih banyak daripada jika tidak ada pemotongan tarif.
Selain itu, karena sektor liberal sangat intensif dalam penggunaan tenaga
kerja terampil dan modal, Sebagian besar keuntungan diperoleh pada dua faktor
65
ini, dengan upah pekerja terampil meningkat sebesar 2,8 persen dibandingkan
hanya 1,2 persen.
Impor kendaraan bermotor dan Peralatan transportasi meningkat sebesar
52,3 persen, dibandingkan dengan 17,7 persen pada periode sanksi, sementara
impor mesin dan peralatan lainnya meningkat 16,7 persen, dibandingkan dengan
8,2 persen pada periode sanksi. Akhirnya, liberalisasi impor barang modal tidak
hanya meningkatkan impor dari produk ini dan komponen terkait namun, karena
Iran meningkatkan basis produksinya, memungkinkannya melakukannya
merangsang ekspor Iran dibandingkan dengan kenaikan 3,8 persen dan 10,3
persen, dalam hal ini ekspor kendaraan bermotor dan mesin diperkirakan
meningkat lima kali lipat dan tiga kali lipat, masing-masing.150
4.3 Faktor-Faktor Perubahan Kebijakan Luar Negeri Iran Dalam
Menghadapi Sanksi Ekonomi Tahun 2013
4.3.1 Faktor Domestik
Perumusan kebijakan luar negeri tidak bebas dari faktor-faktor tertentu,
dalam kalkulasinya terdapat isu-isu yang menentukan terutama isu domestik yang
dapat memberikan pengaruh terhadap kebijakan luar negeri suatu negara. Isu
domestik memberikan pengaruh dikarenakan nilai-nilai yang telah melekat pada
suatu sistem yang mempengaruhi pola politik dari lingkup internasional dan
domestik.151
150
Elena Ianchivichina,, Shantayanan Devarajan, dan Csilla Lakatos, Lifting Economic
Sanctions on Iran: Global Effects and Strategic Response. World Bank Group: Middle East and
North Africa Region February 2016., hal. 22 151
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr., Understanding Foreign Policy Decision Making,
(Cambridge: Cambrige University Press, 2010), 6
66
Kebijakan luar negeri yang dipengaruhi oleh faktor domestik dalam konteks
persoalan Iran penulis mengambil pendapat Alex Mintz dan Karl DeRouen yang
menyatakan bahwa faktor domestik yang mempengaruhi kebijakan luar negeri
adalah proses pemilih yang terjadi sebagi suatu siklus dalam setiap negara yang
menjalakan sistem demokrasi.152
Proses elektoral menunjukan pengaruh signifikan bagi perubahan kebijakan
luar negeri Iran, sehingga memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan. Pemilihan, permintaan pemimpin, dan persaingan politik akan
mempengaruhi keputusan terkait arah kebijakan politik dalam negeri maupun luar
negeri sampai pada pencarian kesepakatan damai. Sederhananya, pemimpin yang
terpilih dalam pemilihan umum di Iran tentunya memiliki komitmen dengan
konstituennya sesuai dengan apa yang dijanjikan terhadap pemilihnya, janji
tersebut membawa keingin publik akan kebijakan luar negeri yang dikeluarkan.153
Sebelum perubahan itu terjadi, Iran dipimpin oleh Ahmadinejad yang
memimpin selam dua periode sejak terpilih pada pemilihan umum putaran kedua
pada 24 Juni 2005. Ahmadinejad berhasil menumbangkan lawan yang
diunggulkan dengan berbagai dukungan para elit politik pada tahun 2005, bahkan
kemenangan tersebut didapatkan secara telak oleh Ahmadinejad dengan peroleh
suara 61% sedangkan sang lawan 35%. Hasil kemenangan ini menjadi babak baru
hubungan Amerika dan Iran sampai tahun 2013.154
152
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 132. 153
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy, 132. 154
Mirza maulana Ar-Rusyid, Mahmoud Ahmadinejad, Singa Persia vs Amerika Serikat-Cet
1-(Jogjakarta: garasi,2007), hal. 25
67
Ahmadinejad menerapkan kebijakan luar negeri dengan merealisasikan janji
kampanyenya. Ahmadinejad kemudian menamakan janji kampanyenya sebagai
kebijakan Revolusi Islam tahun 1384 (2005), atau yang dikenal dengan Revolusi
Ketiga.155
Revolusi ketiga yang dibawa oleh Ahmadinejad sangat berkaitan erat
dengan bagaimana Ia memahami pergolakan Iran pada masa Revolusi Islam 1979.
Ahmadinejad membawa beberapa gagasan besar terkait standar ganda yang
diterapkan oleh Dunia AS dan UE terhadap dunia Islam. Artinya sudah ada
kesiapan untuk melakukan konfrontasi gagasan dalam lingkup Internasional.156
Kebijakan tersebut sangat di pengaruhi oleh posisi Ahmadinejad ketika
Revolusi Islam Iran terjadi, Ia merupakan seorang aktivis yang bergerak dalam
proses revolusi pada masa Imam Khomeini. Ahmadinejad juga salah satu pendiri
anjoman e Eslami ye Danesyjuyan (Himpunan Mahasiswa Islam).157
Amhadinejad merupakan salah satu tokoh pendukung pemikiran Imam
Khomeini.158
Kebijakan luar negeri Iran berubah setelah memasuki tahun 2013 dengan
terpilihnya Hassan Rouhani menjadi presiden Iran pada 14 Juni 2013 dengan
prolehan suara sebesar 50,71 %.159
Cara pandang pemerintahan terpilih dijelaskan
lebih jauh oleh Menlu Iran Javad Zarif dalam beberapa kali kesempatan. Ia
155
Musa Kazhim & Alfian Hamzah, Iran SkenarioPenghabisan (Jakarta; Ufuk Press, 200&),
h. 160. 156
Musa kazhim & Alfian hamzah, Iran Skenario Penghabisan.h. 160. 157
Muhsin Labib, Dkk, Ahmadinejad, David Ditengah Angkara Goliath Dunia (Jakarta:
Mizan, 2006) 106. 158
Kasra Naji, Ahmadinejad; Kisah, 31-32. 159
Ulama Moderat Hassan Rohani Terpilih Jadi Presiden Iran, tersedia di
http://www.tribunnews.com/internasional/2013/06/16/ulama-moderat-hassan-rohaniterpilih-jadi-
presiden-iran internet; diunduh pada 17 Desember 2017
68
menjelaskan dinamika politik global telah berubah, tidak ada lagi era politik zero-
sum, karena semua dinamika yang terjadi di salah satu belahan bumi akan ikut
dirasakan oleh belahan bumi yang lain.160
Tidak seperti pada masa Perang Dingin, saat itu dunia hanya dipengaruhi
oleh dua kekuatan global (AS dan Uni Soviet). Pada masa itu, identik dengan
kondisi commonity of nations, namun saat ini dunia mengalami peralihan tersebut,
karena dunia sudah mulai terhubung satu sama lain sehingga sebelumnya
community of nation berubah menjadi global community.161
Zarif kembali mengutarakan pandangan politik pemerintahan Iran terkait
zero-sum, negara-negara tidak dapat lagi memandang menang dan kalah dalam
peperangan. Semua pihak dalam peperangan mengalami kekalahan sekalipun
derajat kekalahan setiap negara berbeda-beda. Zarif melihat dengan jelas tragedi
9/11 yang terjadi di Amerika, negara dengan anggaran militer sebesar Amerika
mampu ditembus oleh serangan teroris sampai ke Pentagon. Artinya, saling
menekan bukanlah solusi untuk menempatkan diri pada keamanan yang mutlak.162
Zarif menambahkan bahwa pengembangan nuklir juga bukan sebuah solusi
suatu negara untuk mengedepankan keamanan, karena AS telah membuktikannya
sebagai negara yang memiliki senjata nuklir dan negara pertama dan satu-satunya
yang menggunakan senjata tersebut tidak luput dari serangan. Sehingga siapapun
160
Dina Y. Sulaeman, Politik Luar Negeri Iran: Global prespektif , [artikel on-line]; tersedia
di http://indonesian.irib.ir/artikel/wacana/item/77655-Politik_Luar_Negeri_Iran-
_Global_Perspektif; internet; diunduh pada 18 Desember 2017 161
Dina Y. Sulaeman, Politik Luar Negeri Iran: Global prespektif , [artikel on-line]; tersedia
di http://indonesian.irib.ir/artikel/wacana/item/77655-Politik_Luar_Negeri_Iran-
_Global_Perspektif; internet; diunduh pada 20 Desember 2017 162
Dina Y. Sulaeman, Politik Luar Negeri Iran: Global prespektif , [artikel on-line]; tersedia
di http://indonesian.irib.ir/artikel/wacana/item/77655-Politik_Luar_Negeri_Iran-
_Global_Perspektif; internet; diunduh pada 21 Desember 2017
69
pada dasarnya berhak mengembangkan nuklir terlebih telah ada perjanjian NTP,
sebagaimana NTP berdiri diatas tiga pilar utama, tidak memproduksi seenjata
nuklir, melucuti senjata nuklir yang telah ada, dan terakhir adalah penggunaan
nuklir untuk kepentingan damai.163
Sebelum terpilih menjadi Presiden Hassan Rouhani telah memiliki visi yang
berbeda dengan kepemimpinan sebelumnya, yakni mengubah pola Revolusi Islam
Iran. Politik domestik Iran mengalami perubahan signifikan pada tahun 2013 dan
menjadi babak baru kebijakan luar negeri Iran. Kebijakan luar negeri Iran dalam
merespon sanksi ekonomi terkait dengan program pengembangan nuklir berubah.
Visi tersebut dituangkan dalam janji kampanye, Hasan Rouhani akan membangun
komunikasi dengan dunia luar, terutama negara AS dan UE, menghidupkan
kembali moralitas, serta memulai kembali negosiasi terkait program nuklirnya,
dan mengakhiri isolasi yang telah menaimpa Iran beberapa tahun belakangan
ini.164
Peralihan kepemimpian dari proses elektoral yang kemudian mendukung
perubahan kebijakan luar negeri menjadi lebih dinamis. Dengan menyepakati
kesepakatan bersama negara P5+1 (AS, Inggris, Perancis, Rusia, China+ Jerman)
dengan penandatanganan kesepakatan The Joint Comprehensive Plan Of Action
(JCPOA).165
163
Dina Y. Sulaeman, Politik Luar Negeri Iran: Global prespektif , [artikel on-line]; tersedia
di http://indonesian.irib.ir/artikel/wacana/item/77655-Politik_Luar_Negeri_Iran-
_Global_Perspektif; internet; diunduh pada 21 Desember 2017 164
Hassan Rouhani: reformist insider who has anded iran’s isolation, tersedia di
http://www.theguardian.com/world/2015/apr/05/profilehassan-rouhani-iran; internet; diunduh pada
18 Desember 2017 165
Joint Comprehensive Plan of Action Vienna, 14 July 2015, tersedia di
http://eeas.europa.eu/statementseeas/docs/iran_agreement/iran_jointcomprehensive-plan-of-
action_en.pdf. Internet; diunduh pada 13 Desember 2017
70
4.3.2 Faktor Internasional
Faktor Internasional merupakan faktor kedua yang menjelaskan perubahan
kebijakan luar negeri Iran. Sebagai mana diajarkan oleh Alex Mintz bahwa rezim
musuh menjadi salah satu faktor penentu dari perubahan kebijakan luar negeri
suatu negara. AS menjadi rezim utama utama penentang program pengembangan
nuklir dan berpegaruh terhadap sanksi ekonomi berupa resolusi PBB dan
keputusan UE.
Ketika Iran menghadapi persoalan selama menjalankan program nuklir,
jenis rezim musuh dapat menjadi faktor yang berpengaruh. Alex Mintz dan Karl
DeRouen menyatkan bahwa terdapat indikasi kuat bahwa negara-negara
demokrasi tidak akan berkonflik dengan sesama negara demokrasi lain. Artinya,
dalam persoalan konflik terkait program nuklir Iran Ada sesuatu yang melekat
dalam negara yang menerapkan demokrasi terkhusus AS dan UE yang mendorong
sengketa menuju resolusi damai daripada melakukan konfrontasi kekerasan
langsung. Perselisihan di negara-negara ini dapat dipecahkan dengan damai.
Sedangkan berbeda halnya dengan negara-negara non-demokrasi, para
pemimpin memerintah dengan paksaan dalam sistem-sistem pendukung. Jika
sebuah demokrasi berada dalam perselisihan dengan non-demokrasi, maka
demokrasi lebih cenderung menggunakan norma-norma yang lebih agresif, namun
sangat memungkinkan menuju resolusi perdamaian karena negara-negara
demokrasi dapat mengarahkan pada perundingan dan kerjasama.
Penemuan ini berimplikasi pada kebijakan luar negeri setiap negara. Ada
pertentangan yang adil mengenai apakah teori perdamaian demokrasi hanya
71
berlaku untuk negara demokrasi. Artinya, demokrasi pada hakekatnya lebih damai
daripada negara-negara non-demokrasi. Secara khusus, kita dapat melihat
pengaruh demokrasi di AS mempengaruhi dinamika politiknya terhadap Iran.
Memasuki tahun 2009, dinamika politik luar negeri AS berubah, Obama sebagai
presidem AS berkulit hitam pertama menarik perhatian dunia.
Pemerintah AS mengkampanyekan ”Change We Can Believe In” Obama
ingin memperbaiki hubungan luar negeri AS dengan negara-negara Islam yang
selama ini terjalin buruk. Jelas AS dan Iran saling menyimpan kecurigaan satu
sama lain, Obama ingin memperbaiki hubungan yang selama ini berlandaskan
ketidak percayaan dan karenannya harus kembali merajut hubungan tersebut
dengan landasan kepercaan dan saling menghormati.166
Tidak lama berselang pada bulan Juni Presiden Obama mengumumkan
kesediaan AS untuk mengakui hak dari pengembangan nuklir Iran untuk tujuan
damai dan karenanya Iran harus mengikuti kewajiban yang telah disepakati
bersama dalam artian mengikuti aturan yang ada berdasarkan NPT dan bersedia
untuk di awasi agar menghilangkan kecurigaan satu sama lain dimana Iran bukan
hanya harus menghilangkan kekhawatiran AS namun juga dunia Internasional.167
Perubahan pada masa pemerintahan Obama terjadi tidak hanya dalam
cakupan para elit pemangku kekuasaan namun masyarakat AS. Sebagaimana
survei yang dilakukan oleh Washington Post menyatakan 59% rakyat AS
166
John Limbert, “The Obama Administration”, tersedia di
http://iranprimer.usip.org/resource/obama-administration; internet; diunduh pada 22 Desember
2017 167
Maseh Zarif, “U.S. Policy Toward Iran's Nuclear Program”, tersedia di
https://www.criticalthreats.org/analysis/u-s-policy-toward-irans-nuclear-
program#expressed%20policy; internet; diunduh pada 22 Desember 2017
72
mendukung pencabutan sanksi ekonomi dengan adanya pembatasan pada program
nuklir Iran. Artinya sudah muncul prespektif bahwa setiap persoalan internaisonal
di bawa ke meja perundingan sebagaimana pendekatan yang dilakukan Obama.168
Sejak awal, AS dan UE telah menawarkan insentif bagi Iran jika bersedia
menghentikan program pengembangan nuklirnya. Insentif tersebut berupa tawaran
kerjasama jangka panjang, kerjasama perdagangan, investasi dan mempermudah
Iran bergabung dengan World Trade Organization (WTO).169
Penawaran tersebut
ditolak pemerintah Iran dan menjelaskan bahwa program pengembangan nuklir
merupakan capaian emas yang akan diperoleh jika diteruskan dan penawaran
insentif AS dan UE sebuh permen.170
Sedangkan UE sendiri merupakan sejak awal telah mengedepankan
diplomasi dalam mempengaruh kebijakan luar negeri Iran. UE dalam bahasan
sebelumnya telah mencoba memediasikan program nuklir Iran melalui Institusi-
institusi Internasional. Hal ini dibuktikan dengan tawaran kerjasama terakhir UE
dengan Iran melalui JCPOA.171
Faktor domestik dan internasional yang mempengaruhi pengambilan
kebijak luar negeri Iran dapat disesuaikan sehingga membentuk skema yang
rasional dalam perubahan kebijakan luar negeri Iran pada tahun 2013. Kedua
faktor ini menjadi penentu dalam perubahan kebijakan luar negeri Iran dan kita
168
Scott Clement dan Peyton M. Craighill, “Poll: Clear majority supports nuclear deal with
Iran”, tersedia di https://www.washingtonpost.com/world/national-security/poll-2-to-1-support-
for-nuclear-dealwith-iran/2015/03/30/9a5a5ac8-d720-11e4-ba28-
f2a685dc7f89_story.html?utm_term=.c72cffe9c499, internet; diunduh pada 23 Desember 2017 169
Kasrah Naji. Ahmdinejad; Kisah Rahasia, 141. 170
Kasrah Naji. Ahmdinejad; Kisah Rahasia, h. 142 171
Iran nuclear deal: EU Statement on the Joint Comprehensive Plan of Action, [artikel on-
line]; tersedia di http://www.consilium.europa.eu/en/press/press-releases/2017/10/16/iran-nuclear-
deal-eu-jcpoa/; internet; di unduh pada 23 Dedember 2017.
73
dapat melihat bagaimana perubahan kebijakan tersebut terjadi. Bila disajikan
dalam bentuk bagan dibawah ini.
Perubahan kebijakan luar negeri Iran terjadi karena terdapat kesesuaian
atara faktor eksternal dan domestik yang satu sama lain saling mempengaruhi.
sebelumnya faktor eksternal telah mengalami dinamika politik tersendiri yang
seharusnya mendorong Intuk merubah kebijakan luar negerinya, namun hal itu
tidak terjadi karena faktor domestik Iran tidak mengalami peruabahan.
Sampai akhirnya, pada 2013 Iran mengalami perubahan pada faktor
demestik yang sesuai dengan faktor eksternal sehingga menghasilkan kesesuaian
para pengambil kebijakan dan menghasilkan perubahan kebijakan luar negeri Iran.
Perubahan kebijakan luar negeri tersebut memberikan dampak yang signifikan
bagi kedua faktor penentu tersebut.
74
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Program pengembangan nuklir Iran menjadi salah satu polemik yang sulit
di selesai dalam dinamika hubungan internasional. Polemik itu hadir berdasarkan
latar belakang sejarah panjang antara Iran dan AS dan UE pasca Revolusi Islam
Iran Tahun 1979.
Permasalahan tersebut ada karena setiap negara yang terlibat dalam
polemik program pengembangan nuklir Iran menyimpan kecurigaan satu sama
lain. Di balik kecurigaan tersebut, Iran memiliki landasan sama kuatnya dengan
tuduhan-tuduhan yang mengarah pada pembuatan senjata nuklir, Iran juga telah
melakukan penandatanganan NPT yang artinya tujuan program pengembangan
nuklir secara damai.
Upaya pencegahan program nuklir Iran telah dilakukan setelah revolusi
yang menjatuhkan Presiden Shah, dan revolusi tersebut mengakhiri persahabatan
antara Iran dengan AS dan UE. Program nuklir Iran, telah melalui proses yang
cukup panjang dengan beberapa kali terhenti, akibat tekanan yang dilakukan oleh
AS dan UE.
Program pengembangan nuklir Iran kembali naik ke permukaan,
memasuki tahun 2006. Dimulai dengan dideklarasikannya Program
75
Pengembangan Nuklir tersebut akan dilanjutkan kembali. Setelah itu, Iran mulai
mendapatkan tekanan dan tawaran kerjasama sebagai intensif untuk menghentikan
program pengembangan nuklir. Proses negosiasi tidak menemukan kesepakatan
yang di inginkan oleh Iran dan barat. Iran menolak setiap insentif yang ditawarkan
dengan konsekuensi harus menghentikan program nuklirnya.
Proses negosiasi program pengambangan nuklir Iran yang tidak pernah
berujung pada kesepakatan dengan AS dan UE membuat persoalan ini berlanjut
sampai pada PBB. Laporan-laporan tersebut ditindaklanjuti oleh PBB dengan
mengeluarkan Resolusi agar Iran segera menghentikan program pengembangan
nuklirnya, sampai proses negosiasi di sepakati bersama. Resolusi yang
dikeluarkan PBB rupanya tidak menghentikan program tersebut, Iran tetap
melanjutakannya dengan keyakinan bahwa program itu merupakan kedaulatan
Iran. Meski bukan hal yang mudah, program nuklir tetap dilanjutkan dan
dipertahanka sebagai suatu kebijan luar negeri Iran.
Konsekuensi dari kebijakan luar negeri tersbut berakhir pada sanksi
ekonomi yang tidak kunjung selesai, hingga diakhiri oleh sanksi yang diberikan
UE pada tahun 2013. Sanksi ekonomi tersebut ditujukan untuk menghentikan
program pengembangan nuklir dan melemahkan ekonomi Iran, agar kembali
bersedia bernegosiasi untuk menghentikan program nuklirnya.
Iran mengubah kebijakan luar negerinya hingga mendekati akhir tahun
2013. Iran kembali mencoba bernegosiasi dengan AS dan UE terkait dengan
program nuklirnya. Melalui negosiasi tersebut, Iran bersedia menghapus beberapa
76
program pengembangan nuklirnya, bahkan sampai 15 tahun mendatang.
Perubahan kebijakan luar negeri yang cukup segnifikan terjadi dalam dinamika
tersebut. Hal itu menandai perubahan kebijakan luar negeri Iran dalam
menghadapi sanksi ekonomi tahun 2013.
Perubahan kebijakan luar negeri perihal program pengembangan nuklir,
merupakan hal yang menarik untuk dianalisa. Selama masa dideklarasikannya
program tersebut, Iran telah menjumpai sanksi yang tidak berujung pada kata
sepakat. Mendekati penghujung tahun 2013, akhirnya Iran dengan sadar
mengubah kebijakan luar negeri terkait program pengembangan nuklirnya. Dari
perubahan tersebut, penelitian ini menganalisa untuk mencari jawaban mengenai
perubahan kebijakan luar negeri Iran, ketika mengahadapi sanksi ekonomi tahun
2013.
Perubahan kebijakan luar negeri Iran pada awalnya menolak setiap
tawaran maupun insentif dari program pengembangan nuklirnya. Setelah
memasuki tahun 2013, Iran justru menerima tawaran penghentian program
pengembangan nuklir, sampai menemukan kesepahaman dengan AS dan UE.
Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa kondisi. Kondisi tersebut,
antara lain pengaruh kepentingan nasional. Kepentingan nasional yang
mempengaruhi kebijakan luar negeri Iran dibagi kedalam dua yakni; kepentinagan
energi dan kepentingan ekonomi. Kepentingan energi, dipengaruhi oleh
kebutuhan energi. Kebutuhan Iran akan energi, merupakan penyebab utama
kerjasama Iran dan AS tahun 1959. Kerjasama tersebut bertujuan menjawab
77
tantangan Iran dari acaman keamanan energi dimasa yang akan datang. Karenanya
kondisi keamanan energi merupakan persoalan yang harus dijawab untuk
mengamankan pasokan energi terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
Iran.
Energi alternatif yang menjadi pilihan Iran pada dasarnya kembali pada
kesepakatan AS dan Iran yang mencoba mengembangan teknologi nuklir sebagai
energi terbarukan di Iran. Untuk itu, Iran melihat bahwa cara pandang
memaksimalkan kepentingan energi dengan melawan sistem internasional tidak
berdapak positif. Namun, bila Iran bersedia melakukan dialog dan kerjasama
targetan dari kepentingan energi akan terpenuhi.
Kepentingan kedua, Iran dihadapkan pada kepentingan ekonomi.
Kepentingan ekonomi inilah yang mempengaruhi perubahan kebijakan luar
negeri. Iran pada awalnya bertahan dengan berbagai sanksi ekonomi yang
menyebabkan isolasi berkepanjangan. Setelah perubahan kebijakan luar negeri
Iran terjadi peningkatan kesejahteraan per kapita sebesar 3,0 persen pada periode
2014/2015, periode 2015/2016 Iran mengalami peningkatan pendapatan perkapita
sebesar 3,3 persen, tahun 2016-2017 meningkat kembali menjadi 5,1 persen dan
diakhiri padaperiode 2017/2018 sebesar 5,5 persen.
Namun, bila kita cukupkan perubahan kebijakan luar negeri Iran pada
kepentingan nasional, belum memenuhi faktor pendukun untuk menjawab
perubahan kebijakan luar negeri Iran. Sehingga, analisa perubahan kebiajakan luar
negeri memiliki faktor yang mendukung perubahan kebijakan laur negeri tersebut.
78
Kemudian merujuk pada Teori Kebijakan Luar Negeri yang dijabarkan oleh Alex
Mintz.
Kebijakan luar negeri Alex Mintz pada analisa ini didasarkan pada dua
faktor. Pertama, faktor domestik dan kedua faktor internasonal. Pertama, faktor
domestik menjelaskan bahwa dinamika politik dalam negeri dapat mempengaruhi
pengambilan kebijakan luar negeri. Dalam dinamika tersebut terdapat, siklus
pemilu yang artinya, terdapat proses peralihan kepemimpinan. Proses peralihan
menjadi faktor penentu karena sangat dimungkinkan perubahan kebijakan luar
negeri terjadi karena pergantian pemimpin setelah selesai proses elektoral
tersebut.
Kedua, faktor internasional. Dilihat sebagai pendukung perubahan
kebijakan luar negeri di suatu negara. Pengaruh perubahan kebijakan itu, dapat
dilihat dari rezim musuh yang sedang berkuasa. Pada saat Iran mengalami
peralihan kepemimpinan, AS sebagai negara adikuasa juga telah terlebih dahulu
melakukan mekanisme pemilihan umum. Hal ini sangat mempengaruhi kebjakan
luar negeri suatu negara, karena apabila negara tersebut merupakan negara yang
demokratis, maka akan cenderung untuk lebih mudah dalam melakukan negosiasi.
Pada kasus ini, AS merupakan negara utama yang mendorong sanksi
terhadap Iran, sebagai bentuk penolakan program nuklirnya. Berdasarkan sistem
pemerintahan, AS juga merupakan negara yang menggunakan sistem demokratis.
Ditambah lagi, telah terjadi peralihan kepemimpian yang didukung oleh partai
79
republik ke partai demokrat. Oleh karena itu, AS menjadi negara yang lebih
terbuka akan negosiasi terkait program nuklir Iran.
5.2 Saran
Penulisan skripsi dengan judul “Perubahan Kebijakan Luar Negeri Iran
Dalam Menghadapi Sanksi Ekonomi Terkait Program Nuklir Tahun 2013”
tentunya memiliki banyak kekurangan. Kekurangan tersebut hadir baik dalam
bentuk teknis penulisan maupun substansial. Untuk itu, dibutuhkan saran yang
membangun demi meutupi kekurangan penulisan skripsi ini.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmadinejad, Mahmoud. 2008. Ahmadinejad Menggugat! Republik Islam Iran
Mematahkan Arogansi Amerika & Israel. Jakarta: Zahra. Cet. Ke-1.
Ansari, Ali M. 2008. Supremasi Iran. Jakarta: Zahra.
Backman, Michel. 2008. Asia Future Shock. Jakarta: Ufuk Press.
Baldawin, David A. 1985. Economic Statecraft (Princeton: Princton university
Press.
Daulay, Richard M. 2009. Amerika vs Irak Bahaya Politisasi Agama. Jakarta:
Libri.
Finnemore, Martha. 1996. National Interest in International Society. London:
Cornell University Press.
Fukuyama, Francis. 2006. America at the Crossroads: Democracy, Power, and
the NeoConservative Legacy. New Haven: Yale University Press.
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global Dalam Teori dan Politik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Kasra Naji. 2009. Ahmadinejad; Kisah Rahasia Sang Pemimpin Radikal
Iran.Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.
Kazhim, Musa & Alfian Hamzah. 2007. Iran Skenario Penghabisan. Jakarta:
Ufuk Press.
Masoed, Mohtar. 2009. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan metodologi
Dictionary. Jakarta: LP3ES.
Mintz, Alex dan Karl DeRouen Jr. 2010. Understanding Foreign Policy Decision
Making. Cambridge: Cambrige University Press.
Muhsin Labib, Dkk. 2006. Ahmadinejad, David Ditengah Angkara Goliath
Dunia.Jakarta: Mizan.
Mirza maulana Ar-Rusyid.2007. Mahmoud Ahmadinejad, Singa Persia vs
Amerika Serikat-Cet 1-.Jogjakarta: garasi.
xiv
Musa Kazhim & Alfian Hamzah. 2007. Iran SkenarioPenghabisan. Jakarta; Ufuk
Press.
Simanjuntak, D. Danny H. 2007 Ahmadinejad Menentang Amerika: Dari Nuklir
Iran, Zionisme, Hingga Penyangkalan Holocaust. Yogyakarta: Penerbit
Narasi.
Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Prespektif dan
Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Emerging Global Energy Security Risks, ECE Series No. 36, Geneva: United
Nations Publication, 2007.
Jurnal Online
Pujayanti, Andirini. Sanksi Ekonomi Terhadap Iran dan Dampak
Internasionalnya, Vol. IV No. 04 II/P3DI/Februari/2012, 6; Tersedia di
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-4-II-
P3DI-Februari-2012-16.pdf, Internet; diunduh pada 6 Mei 2017.
Putri, Gusti Eni. Pandangan Politik Mahmoud Ahmadinejad Studi Kasus :
Hubungan Iran Amerika serikat (2005-2009), [Journal Online], 6-10,
internet; diunduh pada pada 2 januari 2017.
NTI. 2011. Iran. tersedia di http://www.nti.org/country-profiles/iran/nuclear/.
Internet; diunduh pada 6 Juni 2017.
Irib. 2012. Resistensi Nuklir: Sketsa Perjuangan Bangsa Iran Menggapai
Kemajuan. Tersedia di
http://www2.irib.ir/worldservice/melayuRadio/nuklir/resistensi.htm.
internet; diunduh pada 6 Juni 2017.
IISS. 2005. Iran's Strategic Weapons Programmes: A Net Assessment. (London:
The International Institute for Strategic Studies, 2005), tersedia di
https://www.iiss.org/en/about%20us/press%20room/press%20releases/press
%20releases/archive/2005-cbbd/september-4051/iran-strategic-sd-press-
statement-415d, internet; diunduh pada 6 Mei 2017.
Ferial, Keunggulan PLTN Dibanding Pembangkit Batubara, Tersedia di
http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/10/19/1386/keunggulan.pltn.dibanding.pe
mbangkit.batubara; Internet; diunduh pada 8 Mei 2017.
Atmaja, Yan Crishna Dwi., Menlu Rusia Bergabung dalam Perundingan Nuklir
Iran di Jenewa. (2013) tersedia di http://satuharapan.com/read-
detail/read/menlurusia-bergabung-dalam-perundingan-nuklir-irandi-jenewa/
internet; diunduh pada 30 September 2017.
xv
Mohammad Sahimi, “Iran’s Nuclear Program: Are Nuclear Reactors Necessary?”,
Payvand Iran News, tersedia di www.Payvand.com/news/03/oct/1022.html,
internet; diunduh pada 6 Juni 2017.
Karsan Budianto, Kebijakan Luar Negeri Iran Menyepakati Perjanjian The Joint
Comprehensive Plan Of Action (JCPOA) dalam Pembatasan Program
Nuklir Iran 2013-201, [Journal Online] tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/33036-ID-kebijakan-luar-
negeri-iran-menyepakati-perjanjian-the-joint-comprehensive-plan-o.pdf
internet; diunduh pada 6 Juni 2017.
Christian Winze, Conceptualizing Energy Security, July 2011,6, Tersedia di
http://www.econ.cam.ac.uk/dae/repec/cam/pdf/cwpe1151.pdf; Internet;
diunduh pda 10 Mei 2017.
Pengertian Keamanan Energi, Tedapat di
http://www.indoenergi.com/2012/04/pengertian-keamanan-energi.html;
Internet; diunduh pada 11 Mei 2017.
Bruno, Greg, 2010. Iran’s Nuclear Program, CFR, tersedia di
<http://www.cfr.org/iran/irans-nuclear-program/p16811> internet; diunduh
pada 6 Juni 2017.
Anne Hessing Cahn, "Determinants of the Nuclear Option: The Case of Iran,"
Nuclear Proliferation in the NearNuclear Countries (Cambridge: Ballinger
Publishing Co., 1975).
Mohammad Javad Zarif, “Tackling The Iran-U.S. Crisis: The Need for A
Paradigm Shift”, Journal of International Affairs, (Spring/Summer 2007),
Vol.60, No.2, 80. Tersedia di https://www.questia.com/read/1G1-
163199293/tackling-the-iran-u-s-crisis-the-need-for-a-paradigm internet;
diunduh pada 6 Juni 2017.
Mohammad Sahimi, “Iran’s Nuclear Program, Part I: it’s History”, Payvand
Iran News, [artikel onlen] tersedia di
http://www.Payvand.com/Payvand’sIranNews/03/oct/1015/html. Internet;
diunduh pada 6 Juni 2017.
“Nuclear Overview”, [artikel online] tersedia di
http://www.nti.org/e_research/profiles/Iran/1819.html, internet; diunduh
pada 6 Juni 2017.
Sven Biscop, “The European Security Strategy:Implementing a Distinctive
Approach to Security”, Securite & Strategie,,Paper No. 82, Maret 2004
(Brussels: Royal Defence College, 2004), 4. Tersedia di
https://www.cvce.eu/content/publication/2014/1/23/a5d0d939-a188-4e1f-
8d2f-8deae988776e/publishable_en.pdf internet; diunduh pada 7 Juni 2017.
xvi
Cesare Onestini, The European Union and Global Security: is the EU becoming
the indispensable partner?,EUC Background Brief No. 11, ( April 2014), 5-
6`terdapat di http://aei.pitt.edu/63482/1/BB11-EU-and-Global-Security.pdf
internet; diunduh pada 7 Juni 2017.
Surwandono, Relasi Antara Tingkat Konflik di Dunia Islam Dengan Setting
Geografi Politik: Studi Kasus Konflik di Kawasan Timur Tengah, hal 59,
[jurnal on-line]; tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/81293-ID-relasi-antara-tingkat-
konflik-di-dunia-i.pdf; internet; diunduh pada 7 Juni 2013.
The european union Institute for Security studies, A Secure Europe in a Batter
World, Brussels, 12 Desember 2003, (Paris: The European Union Institute
for Security Studies, 2003), 6. [jurnal on-line]; tersedia di
https://europa.eu/globalstrategy/en/european-security-strategy-secure-
europe-better-world; internet; diunduh pada 7 Juni 2017.
Surwandono, Relasi Antara Tingkat Konflik di Dunia Islam Dengan Setting
Geografi Politik: Studi Kasus Konflik di Kawasan Timur Tengah, hal 59,
[jurnal on-line]; tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/81293-ID-relasi-antara-tingkat-
konflik-di-dunia-i.pdf; internet; diunduh pada 7 Juni 2017.
Thomas Valasek, “The European Union’s Role in Nonproliferation”, U.S-
Eropean Nonproliferation Perspectives, Center for Strategic and
International Studies, (2009), 44. [jurnal on-line]; tersedia di https://csis-
prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/legacy_files/files/publication/090408_Grand_USEuroNonpro_web.p
df; internet; diunduh pada 7 Juni 2017.
Kenneth N. Waltz, “Why Iran Should Get the Bomb”, Foregn Affairs 91, No.4
(July/August 2012) [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.foreignaffairs.com/articles/iran/2012-06-15/why-iran-should-
get-bomb; internet; diunduh pada 7 Juni 2017.
International Atomic Energy Agency, Board of Governors, Implimentation of the
NTP Safeguards Agreement and Relevant Provisions of Security Council
Resulution 1737 (2006), 1747 (2004, 1803 (2008) in the Islam Republic of
Iran, GOV/2009/8, (19 Februari 2009) [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2009-8.pdf; internet; diunduh
pada 7 juni 2017.
P. Bratton, “When Is Coercion Successful?”, Inaval Wal College ReviewI, Vol.
58, No. 3, (2005), 101. [jurnal on-line]; tersedia di
http://carterscott.com/General/Bratton%20-
%20When%20is%20Coercion%20Successful.pdf; internet; diunduh pada 7
Juni 2017.
xvii
International Crisis Group (ICG), “Iran: Is There a Way out of the Nuclear
Impausse?”, middle East ReportI, No. 51, 92006), 11. [jurnal on-line];
tersedia di https://d2071andvip0wj.cloudfront.net/51-iran-is-there-a-way-
out-of-the-nuclear-impasse.pdf; internet: diunduh pada 7 Juni 2017.
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di
http://www.iaea.org/newscenter/focus/iaeairan/iaea_reports.shtml. Internet;
diunduh pada 2 Oktober 2017.
"Iran refuses to budge on nuclear inspections after Straw warning," AFP (Paris),
30 June 2003[jurnal on-line]; tersedia di Lexis-Nexis, www.lexis-
nexis.com.; internet; diunduh pada 2 Oktober 2017.
Paula Taylor and Louis Charbonneau, "E.U. big three offer Iran carrot for
nuclear deal," Reuters, 19 September 2003, tersedia di
www.iranexpert.com. Internet; diunduh pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2003-63.pdf; Internet; diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2003-75.pdf; Internet; diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-34.pdf; Internet; diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Reports. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-34.pdf; Internet; diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-79.pdf; internet: diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2004-90.pdf; internet: diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2005-64.pdf; internet: diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2005-77.pdf; internet: diunduh
pada 2 Oktober 2017.
xviii
"EU calls for UN action over Iran," BBC, 12 January 2006 tersedia di
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/4604088.stm; internet; diunduh pada
2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2006-14.pdf; internet; diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2009-82.pdf; internet; diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2011-69.pdf; internet; diunduh
pada 2 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/gov2012-50.pdf; internet; diunduh
pada 2 Oktober 2017.
United Nation Security Council. 2006. Resolution 1696 (2006). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1696%282006
%29. Internet; diunduh pada 26 Oktober 2017.
United Nation Security Council. Resolution 1696 (2006). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1696%282006
%29. Internet; Diunduh pada 26 Oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
http://www.iaea.org/newscenter/focus/iaeairan/iaea_resolutions.shtml,
internet; diunduh pada 2 Oktober 2017.
"Moscow presents West with list of watered-down sanctions on Iran," The island,
November 2006 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.island.lk/2006/11/10/world3.html; internet; diunduh pada 2
Oktober 2017.
"El Baradei approves of Iran's recent response to IAEA call," Islamic Republic
News Agency, 24 November 2006.
United Nation Security Council. 2006. Resolution 1737 (2006). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1737%282006
%29. Internet; diunduh pada 26 Oktober 2017.
US issues new sanctions on Iran’s State Bank -Seeks to Push Regime to Halt
Nuclear Effort. The Boston Globe. 26 Oktober 2007 tersedia di
http://archive.boston.com/news/nation/articles/2007/10/26/us_issues_new_s
anctions_on_irans_state_banks/; internet; diunduh pada 26 Oktober 2017.
xix
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
http://www.iaea.org/newscenter/focus/iaeairan/iaea_resolutions.shtml,
internet; diunduh pada 2 oktober 2017.
IAEA. 2014. IAEA Resolutions. Tersedia di
http://www.iaea.org/newscenter/focus/iaeairan/iaea_resolutions.shtml,
internet; diunduh pada 2 oktober 2017.
United Nation Security Council. 2007. Resolution 1747 (2007). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1747%282007
%29. Internet; diunduh pada 26 Oktober 2017.
Toni Ervianto. 2014. Memahami Sikap Indonesia Dalam Soal Resolusi DK PBB
No 1747 Tentang Nuklir Iran. tersedia di
http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=2604. Internet; diunduh pada
26 Oktober 2017.
Iran Nuclear Chronology, NTI may 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/iran_nuclear.pdf?_=1316542527; internet;
diunduh pada 27 oktober 2017.
"IAEA chief's report shows not deviation in Iran's nuclear programme," Iranian
News Agency (IRNA), 24 May 2007.
"IAEA: Iran Cooperating in Nuclear Investigation," The Washington Post, 31
August 2007 tersedia di http://www.washingtonpost.com/wp-
dyn/content/article/2007/08/30/AR2007083000460.html?hpid=sec-world;
internet; diunduh pada 27 Oktober 2017.
Iran Nuclear Chronology, NTI may 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/iran_nuclear.pdf?_=1316542527; internet;
diunduh pada 27 oktober 2017
United Nation Security Council. 2008. Resolution 1803 (2008). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1803%282008
%29. Internet; diunduh pada 26 Oktober 2017.
Iran Nuclear Chronology, NTI may 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/iran_nuclear.pdf?_=1316542527; internet;
diunduh pada 27 oktober 2017.
United Nation Security Council. 2008. Resolution 1835 (2008). Tersedia di
http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1835%282008
%29. Internet; diunduh pada 26 Oktober 2017.
Wiliam H. Kaempfer dan Anton D. Lowenberg, “The political Economy of
Economic Sanctions”, Handbook of Defense Economics, Vol. 2, 2007, 869
[jurnal on-line]; tersedia di http://www.sfu.ca/~schmitt/sanctions.pdf;
internet; diunduh pada 27 Oktober 2017.
xx
Barbara Lewis, Tougher EU Sanctions against Iran Come into Force, Reuters, 22
Desember 2012, tersedia di http://www.reuters.com./article/2012/12/22/us-
eu-iran-sanctions-idUSBRE8BL04L20121222 internet; diunduh pada 9 Juli
2017.
Francesco Giumelli, How EU Sanction Work: A New Narrative, Institute for
Security Studies, ISSUE Chailot Paper No. 129, (Mei 2013), 10 [paper on-
line]; tersedia di
https://www.iss.europa.eu/sites/default/files/EUISSFiles/Chaillot_129.pdf;
internet; diunduh pada 27 Oktober 2017.
Ruairi Patterson, “EU Sanction on Iran: The European Political Context”, Middle
East Pliciy Council, Journal Essay, Vol. XX, No. 1, (2013) [jurnal on-line];
tersedia di http://www.mepc.org/eu-sanctions-iran-european-political-
context; internet; diunduh pada 28 Oktober 2017.
Council of the European Union, Press Release 3029th Council meeting, Foreign
Affairs 12560/10, (Brussels, 26 Juli 2010), 10. Tersedia di
http://www.consilium.europa.eu/ueDocs/cms_Data/docs/pressData/EN/foraf
f/115976.pdf; internet diunduh pada 27 Oktober 2017.
EIFEC, The European Union (EU) Strengthens Sanction on Iran, tersedia di
http://www.exportcompliance.eu/index.php/en/99-latest-news/200-
european-union-strengthens-sanctions-regulations-for-iran-latest-regulations
internet; diunduh pada 10 Juli 2017.
Definition of Embargo, tersedia di
http://www.investopedia.com/term/e/embargo.asp internet; diunduh pada 10
Juli 2017.
Official Journal of the European Union, Coucil Descision 2012/635/CFSP of 15
October 2012, Amandeming Decision 2010/413/CFSP Concering
Restrictive Measures Againts Iran, tersedia di http://eur-
lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=OJ:L:2012:282:0058:0069:E
N:PDF; internet; diunduh pada 28 OKTOBER 2017.
Kasrah Naji. Ahmdinejad; Kisah Rahasia.
“UE Siapkan Paket baru, Iran Tolak Tawaran yang Mensyaratkan Penghentian
aktivitas Nuklir.” Kompas, Selasa, 16 Mei 2006.
Iran Tolaj Hentikan Pengayaan Nuklir tersedia di
http://okezone.com/read/2012/05/24/412/635099/iran-tolak-hentikan-
pengayaan-nuklir internet; diunduh pada 7 November 2017.
Karsan Budianto, Kebijaksn Luar Negeri iran Menyepakati Perjanjian The Joint
Comprehensive plan Of Action (JCPOA) Dalam Pembatasan Program
Nuklir Iran 2013-2015,[jurnal on-line]; tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/33036-ID-kebijakan-luar-
xxi
negeri-iran-menyepakati-perjanjian-the-joint-comprehensive-plan-o.pdf;
internet; diunduh pada 8 November 2017.
IAEA Desak Iran Agar Lebih Kooperatif tersedia di http://www.dw.de/iaea-
desakiran-agarlebih-kooperatif/a-16240539 internet; diunduh pada 08
November 2017.
Iran's key nuclear sites, tersedia di www.bbc.com/news/world-middle-east-
11927720 internet; diunduh pada 6 Oktober 2017.
Joint Comprehensive Plan of Action Vienna, 14 July 2015, tersedia di
http://eeas.europa.eu/statementseeas/docs/iran_agreement/iran_jointcompre
hensive-plan-of-action_en.pdf. Internet; diunduh pada 6 oktober 2017.
Musa kazhim & Alfian hamzah, Iran Skenario Penghabisan. 11.
“Kemenangan Diplomasi Nuklir Iran” tersedia di
http://www.kompasiana.com/rezasyariati/kemenangan-diplomasi-
nukliriran_552adc7b6ea8344013552d30; internet; diunduh pada 10 Juni
2017.
“Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Terbesar Dunia”, tersedia di
http://www.indoberita.co.id/2015/04/pembangkit-listrik-tenaga-nuklir-
terbesar-dunia.html. Internet; diunduh pada 10 juni 2017.
Mohammad Sahimi, “Iran’s Nuclear Program: Are Nuclear Reactors Necessary?”,
Payvand Iran News, tersedia di www.Payvand.com/news/03/oct/1022.html;
internet; diunduh pada 6 Juni 2017.
Mohammad Sahimi, “Iran’s Nuclear Program: Are Nuclear Reactors Necessary?”,
Payvand Iran News, tersedia di dari
www.Payvand.com/news/03/oct/1022.html; internet; diunduh pada 6 Juni
2017.
Elena Ianchivichina,, Shantayanan Devarajan, dan Csilla Lakatos, Lifting
Economic Sanctions on Iran: Global Effects and Strategic Response. World
Bank Group: Middle East and North Africa Region February 2016.
Mirza maulana Ar-Rusyid, Mahmoud Ahmadinejad, Singa Persia.
Musa kazhim & Alfian hamzah, Iran Skenario Penghabisan.
Muhsin Labib, Dkk, Ahmadinejad,
Kasra Naji, Ahmadinejad; Kisah,
Ulama Moderat Hassan Rohani Terpilih Jadi Presiden Iran, tersedia di
http://www.tribunnews.com/internasional/2013/06/16/ulama-moderat-
hassan-rohaniterpilih-jadi-presiden-iran internet; diunduh pada 30 Agustus
2017.
xxii
Hassan Rouhani: reformist insider who has anded iran’s isolation, tersedia di
http://www.theguardian.com/world/2015/apr/05/profilehassan-rouhani-iran;
internet; diunduh pada 1 September 2017.
Dina Y. Sulaeman, Politik Luar Negeri Iran: Global prespektif , [artikel on-line];
tersedia di http://indonesian.irib.ir/artikel/wacana/item/77655-
Politik_Luar_Negeri_Iran-_Global_Perspektif; internet; diunduh pada 1
September 2017.
John Limbert, “The Obama Administration”, tersedia di
http://iranprimer.usip.org/resource/obama-administration; internet; diunduh
pada 26 Oktober 2017.
Maseh Zarif, “U.S. Policy Toward Iran's Nuclear Program”, tersedia di
https://www.criticalthreats.org/analysis/u-s-policy-toward-irans-nuclear-
program#expressed%20policy; internet; diunduh pada 26 Oktober 2017.
Martin S. Indyk, Kenneth G. Lieberthal, dan Michael Ε. O7Hanion, dalam
“Council on Foreign Relations”, jstor.org, vol. 01 no.3 May/June 2012.
Scott Clement dan Peyton M. Craighill, “Poll: Clear majority supports nuclear
deal with Iran”, tersedia di
https://www.washingtonpost.com/world/national-security/poll-2-to-1-
support-for-nuclear-dealwith-iran/2015/03/30/9a5a5ac8-d720-11e4-ba28-
f2a685dc7f89_story.html?utm_term=.c72cffe9c499, internet; diunduh
pada 27 Oktober 2017.
Kamil, L. “Bush dan Politik Realisme AS” tersedia di
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4419&coid=1&caid=24&
gid=4 Internet; diunduh pada 27 Oktober 2017.