Kebiasaan Makan Sofi

9
Tugas Praktikum Hari/Tanggal: 16 Mei 2014 MK. Ekologi Pangan dan Gizi KEBIASAAN MAKAN Oleh : SOFYA MAYA I-14134006 Asisten Praktikum: Vitria Melani, S.Si Fajar Dimyati Koordinator Mata Kuliah: Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS

description

kebiasaan makan

Transcript of Kebiasaan Makan Sofi

Tugas PraktikumHari/Tanggal: 16 Mei 2014

MK. Ekologi Pangan dan Gizi

KEBIASAAN MAKAN

Oleh :

SOFYA MAYA I-14134006

Asisten Praktikum:

Vitria Melani, S.Si

Fajar Dimyati

Koordinator Mata Kuliah:

Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain (Khomsan 2004). Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan individu baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat, tiga diantaranya yang penting adalah ketersediaan pangan, pola sosial budaya, dan faktor-faktor pribadi (Harper et al. 1989). Sanjur (1982) menyatakan bahwa terdapat dimensi biologi maupun budaya yang mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan proses budaya, yang perlu diperhatikan dalam mempelajari pangan. Oleh karena itu, bioculture merupakan perspektif yang komprehensif dalam mengelola pemenuhan kebutuhan pangan penduduk. Pola pikir bioculture menurut Sanjur yaitu kebutuhan biogenik, kebutuhan psikogenik, dan kebutuhan sosiogenik.

Menurut Hartog (1995), kebiasaan makan dipengaruhi oleh faktor lingkungan budaya yang saling berhubungan dengan lingkungan alam dan penduduk. Suhardjo (1989) mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu ketersediaan pangan, faktor pribadi, dan pola sosiobudaya. Menurut Sanjur (1982) ada empat komponen kebiasaan makan yaitu konsumsi pangan, preferensi pangan, ideologi/pengetahuan, dan sosiobudaya pangan. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh preferensi pangan yang dilatarbelakangi oleh tiga karakteristik yaitu karakteristik individu, pangan, dan lingkungan.

Khumaidi (1989) menyatakan bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi pembentukan kebiasaan makan, yaitu faktor instrinsik (asosiasi emosional, keadaan jasmani, keadaan kejiwaan, penilaian terhadap makanan itu sendiri) dan ekstrinsik (lingkungan alam, sosial, budaya, agama, dan ekonomi). Oleh karena itu, kebiasaan makan bersifat dinamis dan dapat berubah-ubah. Besar kecilnya perubahan tersebut tergantung pada identitas dan kekuatan faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan kebiasaan makan.

Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menganalisis perubahan yang terjadi pada kebiasaan makan individu dan dihubungkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebiasaan makan awal

Frekuensi makan saya pada saat Sekolah Dasar (SD) sampai SMA adalah tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Pada jam istirahat sekolah, saya biasanya makan selingan yaitu berupa goreng-gorengan ataupun kue-kue yang dijual disekitar sekolah. Proporsi makan saya cenderung mengonsumsi lebih banyak nasi, sedikit lauk dan sayur, jarang mengonsumsi buah-buahan protein nabati seperti tempe atau tahu. Makanan kesukaan saya adalah goreng-gorengan seperti bakwan, pisang goreng, dan pergedel. Sedangkan makanan yang tidak saya sukai berupa sayur-sayuran yang rasanya pahit, seperti daun pepaya dan pare.

Pada waktu Sekolah Dasar, saya mempunyai makanan pantang berupa ikan asin dan telur, karena saya mengalami alergi jika mengonsumsi ikan asin dan telur. Saya berasal dari Jambi. Olahan makanan di Jambi hampir sama dengan olahan makanan di Sumatera Barat yaitu bersantan, pedas, dan jenis makanan lauk diolah dengan cara digoreng.

Kebiasaan makan akhir

Pada saat memasuki dunia perkuliahan, saya harus belajar mandiri, mengatur waktu makan sendiri, dan memilih sendiri makanan yang akan dikonsumsi. Frekuensi makan saya selama kuliah adalah tiga kali sehari dan selalu menyempatkan sarapan pagi. Proporsi makan saya adalah banyak mengonsumsi nasi sedikit lauk, jarang mengonsumsi sayur, buah, dan protein nabati seperti tahu dan tempe. Goreng-gorengan tetap menjadi makanan kesukaan saya sampai semester 2 di bangku perkuliahan. Pada semester selanjutnya, saya mengurangi konsumsi bakwan, pergedel, goreng pisang, dan jenis makanan gorengan lainnya.

Pada saat SMP sampai sekarang saya tidak mempunyai makanan pantangan. Selain itu, semenjak SMP saya sudah mulai menyukai olahan sayur daun pepaya terutama dalam bentuk urap daun pepaya. Semenjak berada di Bogor, saya lebih sering mengonsumsi sayur dan buah, protein nabati seperti tempe atau tahu, dan olahan makanan bersantan jarang dikonsumsi.

Analisis perubahan kebiasaan makan

Frekuensi makan saya dari Sekolah Dasar (SD) sampai kuliah tidak mengalami perubahan, yaitu tetap makan dengan frekuensi tiga kali dalam sehari, walaupun ada jadwal kuliah masuk pagi, saya tetap menyempatkan diri untuk sarapan terebih dahulu. Proporsi makan saya selama berada di Bogor mengalami perubahan jika dibandingkan dengan saat saya berada di Sumatera (Jambi dan Sumatera Barat), yaitu makanan yang bersantan jarang dikonsumsi, sering mengonsumsi sayur, protein nabati (tahu atau tempe), dan setiap hari diusahakan untuk mengonsumsi buah-buahan.

Sebelum mendapatkan pendidikan gizi, saya sering mengonsumsi jenis makanan goreng-gorengan, seperti bakwan, pergedel, dan goreng pisang. Pendidikan gizi yang saya dapatkan memberikan pengetahuan tentang bahaya seringnya mengonsumsi makanan jenis goreng-gorengan bagi kesehatan. Berlandaskan pengetahuan tersebut, saya mulai mengatur pola makan dan mengurangi konsumsi cemilan berupa goreng-gorengan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan

Menurut Sanjur (1982), ada empat komponen kebiasaan makan, yaitu:

1. Konsumsi pangan

Konsumsi pangan terdiri dari jenis, jumlah, frekuensi, pangan yang dikonsumsi atau susunan komposisi pangan

2. Preferensi pangan

Preferensi pangan merupakan sikap terhadap pangan, yaitu sikap suka atau tidak suka terhadap pangan

3. Ideologi/pengetahuan

Ideologi/pengetahuan mencakup kepercayaan/tabu terhadap suatu jenis makanan

4. Sosio budaya pangan

Sosio budaya pangan terdiri atas umur, asal, pendidikan, akses info, susunan keluarga, mata pencaharian, luas pemilikan lahan, dan ketersediaan pangan

Pengaruh terbesar kebiasaan makan saya adalah aspek sosio budaya pangan, yaitu tempat tinggal/asal daerah. Pada saat berada di Jambi dan Sumatera Barat, konsumsi makanan yang bersantan, rasa yang pedas, dan jenis makanan goreng-gorengan lebih sering saya konsumsi dibandingkan dengan sayur atau buah. Santan kental kadang-kadang juga digunakan untuk memasak sayur. Tetapi, setelah berada di Bogor, yang masyarakatnya lebih suka mengonsumsi sayur-sayuran/lalapan, maka kebiasaan makan saya mengalami perubahan yaitu sering mengonsumsi sayur-sayuran.

Masyarakat di Jambi tidak telalu sering mengonsumsi tahu atau tempe, berbeda dengan kebiasaan makan di Bogor. Oleh karena itu, semenjak berada di Bogor saya sering mengonsumsi tempe atau tahu.

Sanjur (1982) menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah preferensi pangan. Preferensi pangan dipengaruhi oleh tiga karakteristik, yaitu:

1. Karakteristik individu,

Karakteristik individu mencakup umur, pendidikan, jenis kelamin, pendapatan, pengetahuan gizi, keterampilan memasak, kesehatan, dan persepsi

2. Karakteristik pangan,

Karakteristik pangan mencakup rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk, bumbu, dan kombinasi makanan.

3. Karakteristik lingkungan.

Karakteristik lingkungan mencakup musim, pekerjaan, mobilitas, jumlah keluarga, stratifikasi sosial, interaksi sosial, isu kesehatan, keamanan, dan kehalalan pangan

Setelah memperoleh pendidikan gizi selama perkuliahan, pola makan dan komposisi makanan saya mengalami perubahan. Sebelum kuliah, saya jarang mengonsumsi buah-buahan dan protein nabati (tahu/tempe). Adanya pendidikan gizi yang saya dapatkan, memberi pengetahuan kepada saya bahwa kita harus mengonsumsi beragam makanan yang bergizi dan berimbang karena setiap makanan mengandung zat gizi yang berbeda-beda. Konsumsi beragam makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi kita sehari-hari.

Pada saat Sekolah Dasar (SD), saya tidak menyukai daun pepaya karena rasanya pahit. Tetapi, semenjak SMP saya menyukai daun pepaya dengan syarat diolah menjadi urap. Penambahan bumbu pada proses pembuatan urap tersebut mengurangi rasa pahit pada daun pepaya.

Selama berada di Sumatera (Jambi dan Sumatera Barat) saya lebih menyukai jenis makanan yang bersantan, rasa pedas, dan diolah dengan cara digoreng. Setelah berada di Bogor, makanan bersantan sudah saya kurangi, dan lebih sering mengonsumsi sayur-sayuran serta protein nabati.

Berdasarkan adanya isu tentang keamanan pangan seperti penggunaan formalin pada pembuatan tahu, maka saya lebih sering mengonsumsi tempe sebagai protein nabati dibandingkan mengonsumsi tahu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kebiasaan makan bersifat dinamis dan dapat berubah. Besar kecilnya perubahan tersebut tergantung pada identitas dan kekuatan faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan kebiasaan makan. Faktor-faktor tersebut seperti preferensi pangan, pengetahuan/ideologi, dan sosio budaya pangan. Preferensi kebiasaan makan merupakan salah satu faktor yang mengubah konsumsi makanan individu/kelompok. Preferensi pangan dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti pengetahuan gizi maupun pendidikan; karakteristik pangan yang mencakup rasa, rupa, bumbu, bentuk, dan tipe makanan tersebut; dan karakteristik lingkungan yang terdiri atas isu kesehatan, keamanan, dan kehalalan pangan.

Saran

Perubahan kebiasaan makan seharusnya berupa mengatur pola makan yang baik; mengonsumsi makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang; mengolah jenis pangan yang tidak disukai menjadi makanan yang disukai dengan penambahan bumbu ataupun mengubah bentuk dan tekstur pangan tersebut menjadi suatu olahan makanan; sebaiknya suatu makanan yang dianggap tabu atau tidak boleh dimakan karena alasan tertentu harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya dan dihubungkan dengan pengetahuan atau literatur.

DAFTAR PUSTAKA

Harper LJ, BJ Deaton, JA Driskel. 1989. Pangan, gizi, dan pertanian. Jakarta (ID): Universitas Indonesia

Hartog, van Staveren, Broower. 1995. Manual for Social Survey on Food Habits and Consumption Developing Countries. Germany (DE ): Magraf Verlag Weikersheim

Khomsan, Ali. 2004. Pengantar pangan dan gizi. Jakarta (ID): Swadaya

Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Sanjur. 1982. Social and cultural perapektifes in nutrition. New York (US): Prentice Hall Inc., Engelwood Cliffs