SKRIPSI HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL …
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL …
SKRIPSI
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN BBLR DI PUSKESMAS PAYA LOMBANG KECAMATAN
TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018
DEWI RASTUTI NIM : P07524517007
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV
TAHUN 2018
SKRIPSI
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN BBLR DI PUSKESMAS PAYA LOMBANG KECAMATAN
TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma D.IV Alih Jenjang Kebidanan
DEWI RASTUTI NIM : P07524517007
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV
TAHUN 2018
xi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN SKRIPSI, JULI 2018 Dewi Rastuti P07524517007 HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN BBLR DI PUSKESMAS PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018
xi + 38 halaman + 8 tabel + 2 gambar + 12 lampiran
ABSTRAK
Angka kejadian BBLR di dunia menurut WHO mencapai 15,5%. Bayi
dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang ditemukan sebanyak 16 kasus. BBLR memiliki risiko meninggal lebih tinggi ketimbang bayi dengan bobot lahir normal sehingga meningkatkan AKB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan pada ibu hamil dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.
Jenis penelitian ini analitik dengan desain case control. Sampel penelitian ini semua anak batita yang pernah mengalami BBLR di wilayah kerja Puskesmas Paya Lombang sebanyak 16 orang dan semua ibu hamil yang mempunyai ciri yang sama dengan ibu batita yang pernah mengalami BBLR sebanyak 16 orang, secara keseluruhan 32 orang. Data yang digunakan data primer dan data sekunder, dikumpulkan melalui lembar kuesioner, dianalisa menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu yang memiliki anak BBLR memiliki kebiasaan makan kurang baik sebanyak 10 orang (62,5%), sedangkan ibu yang tidak memiliki anak BBLR memiliki kebiasaan makan yang baik sebanyak 7 orang (43,7%). Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square, dengan nilai P-value < 0,05. Disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan pada ibu hamil dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2018.
Maka perlu peningkatan upaya penanganan pada bayi dengan BBLR agar tidak berlanjut pada kematian atau terhambatnya tumbuh kembang fisik dan mental bayi.
Kata Kunci : Eating Habits, LBW Daftar Pustaka : 17 Buku + 7 Website (2012-2017)
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Kebiasaan Makan pada Ibu Hamil Dengan BBLR di Puskesmas
Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2018”, sebagai salah satu kewajiban peneliti selaku mahasiswa dalam
menyelesaikan program studi D-IV Kebidanan Alih Jenjang Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan sekaligus Ketua Penguji dalam Skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan sekaligus Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
4. Bebaskita Ginting, S.SiT, MPH, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
5. Tri Marini Suprianingsih, SST, M.Keb selaku Ketua Penguji dalam Skripsi ini.
6. dr. Rosnani Silaen selaku Kepala Puskesmas Paya Lombang yang telah
memberikan izin terlaksananya penelitian ini.
7. Kedua orangtua dan Mertua yang telah memberikan doa dan dukungan
kepada peneliti sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan selama mengikuti
Skripsi ini.
9. Seluruh mahasiswa D-IV Kebidanan Alih Jenjang atas semangat dan
dukungan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
xi
Peneliti menyadari dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat diterima untuk dilanjutkan
sampai ke penelitian.
Medan, Juli 2018
Penulis,
(Dewi Rastuti)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ........................................................................................... iii KATA PENGANTAR .......................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ....................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................... 4 1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 4 1.5 Keaslian Penelitian .......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ................................. 7 2.1.1 Definisi ................................................................... 7 2.1.2 Etiologi ................................................................... 7 2.1.3 Tanda-Tanda Bayi BBLR ........................................ 8 2.1.4 Gambaran Klinis ..................................................... 8 2.1.5 Penatalaksanaan BBLR ......................................... 9 2.1.6 Pencegahan BBLR ................................................. 10
2.2. Kehamilan ....................................................................... 11 2.2.1 Definisi ................................................................... 11 2.2.2 Gizi Ibu Hamil ......................................................... 11 2.2.3 Kebutuhan Gizi di Waktu Hamil .............................. 12 2.2.4 Menu Seimbang Ibu Hamil ..................................... 13
2.3. Kebiasaan Makan ........................................................... 14 2.4. Kerangka Teori................................................................ 19 2.5. Kerangka Konsep ............................................................ 20 2.6. Definisi Operasional ........................................................ 20 2.7. Hipotesis Penelitian ......................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ............................................ 22 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 22
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................... 22 3.2.2 Waktu Penelitian .................................................... 23
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 23 3.3.1 Populasi ................................................................. 23 3.3.2 Sampel ................................................................... 23
xi
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................ 24 3.4.1 Jenis Data ............................................................. 24 3.4.2 Cara Pengumpulan Data ....................................... 24
3.5. Alat Ukur / Instrumen Penelitian ..................................... 25 3.6. Prosedur Penelitian ......................................................... 25 3.7. Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 26
3.7.1 Pengolahan Data .................................................... 26 3.7.2 Analisa Data ........................................................... 27
3.8. Etika Penelitian ............................................................... 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................. 29 4.2. Hasil Penelitian ............................................................... 30 4.3. Pembahasan ................................................................... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................... 37 5.2. Saran .............................................................................. 37
Daftar Pustaka Lampiran
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian ................................................................ 5 Tabel 2.1. Kecukupan Gizi Ibu Saat Hamil (Per Orang Per Hari) ........... 12 Tabel 2.2. Menu Ibu Hamil ...................................................................... 15 Tabel 2.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................. 20 Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................... 23 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di
Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 ............................. 30
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Pada Ibu Hamil
di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 ............................. 31
Tabel 4.3 Hubungan Kebiasaan Makan Pada Ibu Hamil Dengan
BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 ................... 32
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 19 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 20
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Biodata Peneliti Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Poltekes Kemenkes Medan Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Paya Lombang Kabupaten Srdang Bedagai Lampiran 4 Ethical Clearance Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6 Lembar Kuesioner Lampiran 7 Master Data Lampiran 8 Hasil Pengolahan Data Komputerisasi (SPSS) Lampiran 9 Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Lampiran 10 Lembar Pernyataan Otentifikasi Lampiran 11 Lembar Konsultasi Lampiran 12 Lembar Bukti Persetujuan Perbaikan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di dunia menurut
World Health Organization (WHO) mencapai 15,5%. Dan 90% dari kasus
tersebut terjadi pada able -negara berkembang. Selain abl menurunkan
kualitas tumbuh kembang anak, bayi dengan BBLR juga memiliki risiko
meninggal lebih ketinggi ketimbang bayi dengan bobot lahir normal sehingga
meningkatkan Angka Kematian Bayi (AKB). (Ika, 2015).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan AKB yang
tinggi. Menurut Kemenkes RI bahwa AKB di Indonesia mencapai 23 per 1000
kelahiran hidup. Adapun jumlah kasus kematian bayi tahun 2015 sebanyak
33.278 kasus, kemudian menurun menjadi 32.007 pada tahun 2016 dan tahun
2017 di semester I sebanyak 10.294 kasus. Salah satu penyebab kematian bayi
di Indonesia adalah kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 38.85%
(Kemenkes RI, 2017).
Masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia yaitu 23 per 1000
kelahiran hidup, membuat Indonesia menempati urutan kelima sebagai able
dengan jumlah BBLR terbanyak di dunia dan kelahiran bayi dengan berat badan
lahir rendah diidentifikasi sebagai penyumbang terbesar angka kematian bayi.
Tingginya angka kelahiran BBLR di Indonesia salah satunya dikarenakan masih
kurangnya asupan gizi yang mencukupi pada janin dan ibu (Pramita, 2017).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
bahwa kasus bayi berat badan lahir rendah adalah 992 kasus (0,38%) dari
261.008 bayi baru lahir di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan data yang
diperoleh dari Kabupaten Serdang Bedagai, bahwa dari 11.526 bayi baru lahir,
terdapat 39 kasus BBLR (0,3%). (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara, 2016).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Aisyah (2013), tentang budaya
pantang makan, status ekonomi dan pengetahuan zat gizi ibu hamil pada ibu
hamil trimester III dengan status gizi. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara budaya pantang makan dengan status gizi pada ibu hamil
2
trimester III, tidak ada hubungan antara status ekonomi dan pengetahuan zat gizi
dengan status gizi pada ibu hamil trimester III.
Status gizi ibu hamil yang kurang dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin yang salah satunya adalah BBLR (Agria, dkk., 2013). Pemenuhan
kebutuhan gizi selama hamil sangatlah penting karena pertumbuhan janin di
dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil. Jika ibu hamil status
gizinya kurang maka akan mempengaruhi pertumbuhan, pembentukan dan
perkembangan organ serta fungsi organ janin menjadi kurang optimal
dikhawatirkan akan terjadi cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan, bahkan bisa
juga ukuran kepala bayi kecil karena kurangnya asupan gizi janin untuk
perkembangan otak sehingga perkembangan otak tidak optimal. Selain itu
kematian bayi karena BBLR yaitu kurang dari 2,5 kg dan bayi prematur, juga
karena status gizi ibu yang kurang. (Febry, dkk., 2013).
Pencegahan terhadap kejadian BBLR adalah dengan mengantisipasi
terjadinya persalinan prematur, melalui peningkatan akses terhadap layanan
kesehatan berkualitas tinggi merupakan strategi efektif untuk pencegahan BBLR
(Sujianti, 2017). Dengan pemeriksaan kehamilan secara teratur maka akan
terpantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang ibu dan janin. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan,
melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin (Walyani, 2015).
Masa hamil adalah masa seorang wanita memerlukan berbagai unsur gizi
yang jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan tidak hamil.
Status gizi ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal (Agria, dkk., 2013). Ibu yang sedang hamil dengan kekurangan zat gizi
yang penting bagi tubuh akan menyebabkan anak lahir prematur dan BBLR.
(Proverawati dan Asfuah, 2014).
Keadaan sosial dan ekonomi ibu selama hamil mempengaruhi status
gizinya, dan asupan gizi selama hamil akan menentukan bayi yang dilahirkan
tidak BBLR. Berdasarkan hasil penelitian Asmi bahwa faktor-faktor biologis yang
3
berpengaruh kuat pada berat bayi lahir rendah adalah status gizi ibu. Penelitian
Thomson juga membuktikan bahwa berat badan lahir bayi naik dan insidensi
berat badan bayi lahir rendah menurun, bila kandungan energi makanan ibu
bertambah. Dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu hamil sebelum dan pada
saat hamil sangat berpengaruh pada berat bayi yang akan dilahirkan. Pada
status gizi kurang sampai buruk akan melahirkan bayi yang malnutrisi (BBLR
dalam beberapa stadium) dan premature (Badriah, 2014).
Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja
Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang
Bedagai, bahwa kasus BBLR di Puskesmas Paya Lombang selama tahun 2017
adalah 6 kasus (3,1%) dari 194 bayi baru lahir yang ada. Kasus ini mengalami
penurunan karena pada tahun 2016, kasus BBLR ditemukan sebanyak 10 kasus
(4,9%) dari 201 bayi baru lahir yang ada.
Peneliti melakukan survey terhadap 6 kasus bayi BBLR yang terjadi pada
tahun 2017. Hasil survey diperoleh bahwa dari 6 kasus BBLR tersebut, dilakukan
wawancara terhadap ibu, dan diketahui bahwa masih ditemukan ibu hamil yang
memiliki keperayaan-kepercayaan tentang makanan dan kebiasaan makan yang
sudah turun temurun dilakukan seperti contoh larangan untuk makan makanan
tertentu selama hamil. Hasil survey menemukan bahwa terdapat 3 orang ibu
memiliki kebiasaan pantang makan selama hamil dari keluarga secara turun
temurun, yaitu tidak boleh makan ikan terlalu banyak, karena takut anaknya
amis, tidak boleh makan seafood karena takut urinya lengket dan tidak boleh
makan beberapa sayuran dan buah karena takut membahayakan janin yang
dikandung.
Adanya kebiasaan makan di lingkungan sekitar ibu hamil juga
mempengaruhi tingkat pemenuhan nutrisinya. Adanya kebiasaan-kebiasaan
makan yang dianut secara turun temurun yang tidak benar mengenai makanan
yang boleh atau tidak boleh dikonsumsi oleh ibu selama kehamilannya akan
mempengaruhi status gizinya. Faktor yang berhubungan dengan apa yang
disukai dan tidak disukai, kepercayaan-kepercayaan terhadap apa yang dapat
dimakan dan tidak dapat dimakan, dan keyakinan-keyakinan dalam hal yang
berhubungan dengan keadaan kesehatan merupakan penyebab dari kekurangan
gizi sehingga berdampak pada janin yang dikandung seperti terjadinya BBLR
(Pratiwi, 2015).
4
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Makan pada Ibu Hamil
Dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah hubungan kebiasaan makan
pada ibu hamil dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan pada ibu hamil dengan
BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2018.
1.3.2. Tujuan Khusus
1). Untuk mengetahui distribusi BBLR di Puskesmas Paya Lombang
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.
2). Untuk mengetahui kebiasaan makan pada ibu hamil di Puskesmas
Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2018
3). Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan pada ibu hamil
dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
tentang pemenuhan gizi selama hamil namun tidak harus yang mahal, dan
sebagai acuan bagi ibu hamil untuk lebih memperhatikan kebutuhan zat gizi bagi
5
dirinya dan memberikan informasi kepada ibu hamil bahwa penyebab terjadinya
BBLR salah satunya adalah status gizi yang kurang saat hamil dan diharapkan
dengan peningkatan gizi yang baik dapat menurunkan angka kejadian BBLR.
1.4.2. Manfaat Praktis
1). Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan tenaga kesehatan sebagai referensi
dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil tentang makanan
yang dianjurkan dan dilarang pada saat kehamilan serta meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang makanan yang bergizi di sekitar rumah sehingga
tidak perlu harus membeli dengan harga yang mahal untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi.
2). Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
dan bahan bacaan tentang BBLR dan pemenuhan gizi selama hamil.
3). Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan referensi dan acuan bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian selanjutnya, sehingga hasil penelitian selanjutnya akan semakin baik
serta dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang baru.
1.5. Keaslian Peneitian
Adapun beberapa penelitian baik dalam bentuk jurnal maupun laporan
penelitian yang mirip dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti Judul Penelitian, Metode, Variabel,
Analisa Data Perbedaan Dengan
Penelitian Ini
Aisyah
Susanti
(2013)
Budaya Pantang makan, Status Ekonomi
dan Pengetahuan Zat Gizi Ibu Hamil pada
Ibu Hamil Trimester III Dengan Status Gizi
Metode : survey analitik dengan
pendekatan cross sectional
Variabel : budaya pantang makan, status
ekonomi, pengetahuan zat gizi ibu hamil
dan status gizi ibu hamil.
Analisa data : chi-square
Metode analitik case
control dengan
pendekatan retrosfektif
Variabel : kebiasaan
makan dan BBLR
6
Peneliti Judul Penelitian, Metode, Variabel,
Analisa Data
Perbedaan Dengan
Penelitian Ini
Siti
Indrawati
(2015)
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan
Kejadian BBLR di Wilayah Puskesmas
Minggir Kabupaten Sleman
Metode : deskriptif korelasi dengan desain
case control
Variabel : status gizi ibu hamil, BBLR
Analisa data : chi-square
Variabel independent :
kebiasaan makan
Fabella K,
dkk
(2015)
Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu
Selama Hamil Dengan Berat Bayi Lahir
Rendah
Metode : observasional dengan
pendekatan cross sectional.
Variabel : pertambahan BB ibu selama
hamil, BBLR
Analisa data : chi-square
Metode : analitik case
control dengan
pendekatan retrosfektif
Variabel independent :
kebiasaan makan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
2.1.1. Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat kurang dari 2500 gram (Purnamaningrum, 2014). BBLR adalah
bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
Sedangkan bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram termasuk bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah. Dari pengertian di atas, maka BBLR
dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1). Prematuritas murni kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan masa
kehamilan/gestasi (neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan)
2). Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat
bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa pertumbuhan. Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan
postterm yang terbadi dalam :
a. Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)
b. Neonatus Cukup Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NCB-KMK)
c. Neonatus Lebih Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NLB-KMK)
(Lestari, 2016).
2.1.2. Etiologi
Banyak faktor yang terkait dengan kelahiran BBLR, sedangkan untuk
memisahkan secara sempurna faktor-faktor yang terkait dengan prematuritas
dengan bayi KMK adalah sangat sulit. Bayi lahir prematur yang berat lahirnya
sesuai dengan umur gestasinya, biasanya dihubungkan dengan keadaan medis
dimana terjadi ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin, gangguan
dalam perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta prematur, rangsangan tidak
pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan
mencapai umur cukup bulan. Bayi KMK dihubungkan dengan keadaan medik
yang mengganggu, misalnya sirkulasi dan efisiensi plasenta, perkembangan atau
8
pertumbuhan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu (Purnamaningrum,
2014).
Menurut Lestari (2016), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya BBLR yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ibu, seperti riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronis lainnya,
umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan
yang terlalu dekat, infeksi dan penderita diabetes mellitus berat.
b. Faktor janin, seperti cacat bawaan, kehamilan ganda (gemeli) dan ketuban
pecah dini/KPD.
c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga akses terhadap kecukupan
dan kualitas nutrisi menjadi menurun.
d. Kebiasaan misalnya konsumsi makanan dengan nilai nutrisi yang buruk
karna berpantang makan tertentu.
e. Idiopatik yaitu kondisi medis yang belum dapat terungkap jelas
penyebabnya.
2.1.3. Tanda-Tanda Bayi BBLR
a. Bayi dengan BB <2500 gram, TB <45 cm, lingkar dada <30 cm, lingkar
kepala <33 cm.
b. Tanda-tanda neonatus : kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus
(lanugo) pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak alam jaringan sub-
kutan sedikit, kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari, bayi
prematur laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan labia minora
lebih menonjol.
c. Tanda-tanda fisiologis : gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun
lapar, lebih banyak tidur dan malas. Sedangkan suhu tubuh mudah berubah
menjadi hipotermis (Lestari, 2016).
9
2.1.4. Gambaran Klinis
Banyak masalah klinis yang dihadapi bayi BBLR baik prematur maupun
KMK dikarenakan belum maturnya fungsi-fungsi tubuh untuk hidup di luar uterus.
Masalah-masalah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Masalah pernafasan, antara lain sindrom kegawatan pernapasan, displasia
bronkopulmonal, pneumotoraks, pneumomediastinum, emfisema,
pneumonia kongenital, hipoplasia paru, perdarahan paru dan apneu.
b. Masalah saluran pencernaan, antara lan motilitas jelek, enterokolitis
nekrotikans, anomali kongenital yang menghasilkan polihidramnion.
c. Masalah metabolik endokrin, antara lain hipokalsemia, hipoglikemi,
hiperglikemi, asidosis metabolik lanjut, hipotermia serta eutorioid dengan T4
rendah.
d. Masalah pada ginjal antara lain hiponatremia, hipernatremia, hiperkalemia,
asidosis tubular ginjal, glikosuri ginjal, edema.
e. Masalah kardiovaskular, antara lain duktus arterious paten, hipotensi,
hipertensi, bradikardi dengan apneu, malformasi kongenital.
f. Masalah hematologis antara lain anemia hiperbilirubinemia, perdarahan
subkutan dan organ, koagulopati intravaskular tersebar, defisiensi vitamin K,
hidropsimun atau non imun.
g. Masalah pada susunan saraf pusat, antara lain perdarahan intraventrikuler,
leukomalasia periventrikular, enselopati kejang, retinopati, ketulian,
hipotonia, masalah lain antara lain infeksi (kongenital, perinatal, nosokomial)
(Purnamaningrum, 2014).
2.1.5. Penatalaksanaan BBLR
Berbagai masalah klinis yang dihadapi BBLR disebabkan karena belum
maturnya organ-organ, untuk itu diperlukan perhatian dan perawatan khusus
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Purnamaningrum, 2014).
a. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat
dan istirahat, konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam able le maka
suhunya untuk bayi dengan berat badan 2 kg adalah 35C dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 34C. Bila tidak ada able le ,
10
pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-
botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat
tidur bayi. Bayi dalam able le hanya dipakaikan popok untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin (Lestari, 2016).
b. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi able le adalah sedikit
demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini
berupa glukosa, ASI atau Pendamping ASI atau mengurangi resiko hipoglikemia,
dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat
dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari
1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum
adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan. Dianjurkan untuk
minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan
berat kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500
gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram. Apabila dengan
pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian
ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam (Lestari, 2016).
c. Mencegah infeksi
Bayi able le mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya
tubuh bayi terhadap infeksi kurang able le able le belum terbentuk dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan
infeksi adalah mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi; mencuci tangan dengan zat
anti septic/sabun sebelum dan sesudah memegang seorang bayi; mengurangi
kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan dengan
bayi; membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan; melarang petugas yang
menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi (Lestari, 2016).
2.1.6. Pencegahan BBLR
Ada beberapa langkah positif yang abl ibu lakukan untuk awal yang
sehat bagi pertumbuhan janin, antara lain jika ibu memiliki gangguan kesehatan
seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, maka ibu harus selalu mengontrol
kondisi kesehatan Ibu dan rajin berkonsultasi dengan dokter. Kemudian berhenti
11
merokok dan meminum alcohol. Mengonsumsi makanan yang sehat dengan
nutrisi seimbang, dan menaikkan berat badan secara bertahap. Memonitor
kondisi kehamilan secara rutin dengan rajin melakukan pemeriksaan kehamilan
ke sarana pelayanan kesehatan serta mengonsumsi vitamin dan mineral yang
penting untuk perkembangan janin (Nutriclub, 2017).
2.2. Kehamilan
2.2.1. Definisi
Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).
(Walyani, 2015).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280
hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). (Rukiyah, dkk., 2013).
2.2.2. Gizi Ibu Hamil
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan, yaitu
diantaranya kebutuhan selama hamil yang berbeda-beda untuk setiap individu
dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya.
Kekurangan asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan
terhadap sesuatu nutrien terganggu, dan kebutuhan nutrisi yang tidak konstan
selama kehamilan (Agria, dkk., 2014).
Gizi yang berkualitas bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk menambah
berat badan dan peningkatan cadangan lemak ibu yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Cadangan lemak ibu sangat dibutuhkan
pada saat masa laktasi dan membantu mempertahankan bentuk tubuh setelah
melahirkan. Selama proses kehamilan seorang ibu akan mengalami perubahan,
12
baik anatomis, fisiologis maupun perubahan yang lainnya. Perubahan tersebut
akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan asupan zat gizi dalam
menunya (Badriah, 2014).
2.2.3. Kebutuhan Gizi di Waktu Hamil
Pengaturan gizi selama kehamilan perlu diperhatikan sejak trimester
pertama, trimester kedua sampai dengan trimester ketiga. Pengaturan gizi
selama kehamilan ini bertujuan agar:
a. Ibu hamil dan janin tercukupi kebutuhan zat gizinya yaitu energi, protein
bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan.
b. Status gizi ibu hamil normal, sehingga dapat menjalani kehamilan dengan baik
dan aman, bayi yang dilahirkan sehat fisik dan mental.
c. Makanan yang dikonsumsi membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan
lemak.
d. Masalah kurangnya asupan makanan karena mual dan muntah dapat teratasi.
e. Masalah ibu hamil yang menderita diabetes, anemia, hipertensi dapat diatur
makanannya sehingga tidak menyulitkan selama kehamilan.
f. Ibu memperoleh energi yang cukup untuk menyusui dan merawat bayi yang
dilahirkan nantinya (Febry, dkk., 2013).
Tabel 2.1. Kecukupan Gizi Ibu Saat Hamil (Per Orang Per Hari)
Zat Gizi Gizi Wanita Tidak Hamil
Tambahan Gizi Wanita Hamil
19-29 Tahun 30-49 Tahun TM1 TM2 TM3
Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Vitamin D (mcg) Vitamin E (mg) Vitamin K (mcg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Asam folat (mcg) Piridoksin (mcg) Vitamin B12 (mcg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium (mg) Besi (mg) Yodium (mcg)
1900 50 500 5
15 55 1,0 1,1 14 400 1,3 2,4 75 800 600 240 26 150
1800 50
500 5 15 55 1,0 1,1 14
400 1,3 2,4 75
800 600 270 26
150
+ 180 + 17 + 300 + 0 + 0 + 0 + 0,3 + 0,3 + 4 + 200 + 0,4 + 0,2 + 10 + 150 + 0 + 30 + 0 + 50
+ 300 + 17 + 300 + 0 + 0 + 0 + 0,3 + 0,3 + 4 + 200 + 0,4 + 0,2 + 10 + 150 + 0 + 30 + 9 + 50
+ 300 + 17 + 300 + 0 + 0 + 0 + 0,3 + 0,3 + 4 + 200 + 0,4 + 0,2 + 10 + 150 + 0 + 30 + 13 + 50
13
Seng (mg) Selenium (mcg) Mangan (mg) Fluor (mg)
9,3 30 1,8 2,5
9,8 30 1,8 2,7
+ 1,7 + 5 + 0,2 + 0,2
+ 4,2 + 5 + 0,2 + 0,2
+ 10,2 + 5 + 0,2 + 0,2
Sumber (Febry, dkk., 2013).
2.2.4. Menu Seimbang Ibu Hamil
Pada wanita hamil, kebutuhan zat gizi akan mengalami penambahan
kebutuhan dan dipengaruhi oleh status gizi sebelum ia hamil. Menu seimbang
adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta
pertumbuhan dan perkembangan. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam
zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan
disederhanakan yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi yaitu
sebagai:
a. Sumber energi atau tenaga yang diperoleh dari padi-padian, tepung, umbi-
umbian, sagu dan pisang.
b. Sumber zat pembangun yang diperoleh dari sayur-sayuran dan buah-
buahan.
c. Sumber zat pengatur yang diberikan dari ikan, telur, susu, kacang-kacangan
dan hasil olahannya seperti tempe, tahu dan oncom (Waryana, 2013).
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah
ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga akan mempengaruhi pemilihan
kualitas dan variasi bahan makanan. Apalagi di masa sekarang dimana ekonomi
sangat sulit, dimana harga bahan makanan melambung tinggi. Tetapi bukan
berarti ibu hamil harus selalu membeli bahan makanan yang mahal, dengan
harapan zat gizinya lebih baik. Ibu hamil bisa memilih bahan makanan yang
harganya murah tetapi kualitas gizinya sama baiknya dengan bahan makanan
yang harganya lebih mahal. Misalnya untuk protein hewani, dapat membeli ikan
segar, telur ayam, telur puyuh, dan ikan teri sebagai pengganti daging sapi.
Bahan-bahan tersebut kandungan proteinnya sama baiknya dengan daging sapi,
walaupun harganya relatif lebih murah (Febry, dkk., 2013).
Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi selama hamil
sangatlah penting karena pertumbuhan janin di dalam kandungan dipengaruhi
oleh status gizi ibu hamil. Semakin besar janin, maka komposisi dan
metabolisme tubuh ibu pun berubah. Jika ibu hamil status gizinya kurang maka
14
akan mempengaruhi pertumbuhan, pembentukan dan perkembangan organ
serta fungsi organ janin menjadi kurang optimal dikhawatirkan akan terjadi cacat
bawaan pada bayi yang dilahirkan, bahkan bisa juga ukuran kepala bayi kecil
karena kurangnya asupan gizi janin untuk perkembangan otak sehingga
perkembangan otak tidak optimal. Selain itu kematian bayi karena BBLR yaitu
kurang dari 2,5 kg dan bayi prematur, juga karena status gizi ibu yang kurang.
Untuk mengatasi masalah ini sebaiknya berat badan ibu rutin dipantau (Febry,
dkk., 2013). Status gizi ibu hamil yang kurang dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin yang salah satunya adalah BBLR (Agria, dkk., 2013).
Keadaan sosial dan ekonomi ibu selama hamil mempengaruhi status
gizinya, dan asupan gizi selama hamil akan menentukan bayi yang dilahirkan
BBLR atau tidak BBLR. Berdasarkan hasil penelitian Asmi bahwa faktor-faktor
biologis yang berpengaruh kuat pada berat bayi lahir rendah adalah status gizi
ibu. Penelitian Thomson juga membuktikan bahwa berat badan lahir bayi naik
dan insidensi berat badan bayi lahir rendah menurun, bila kandungan energi
makanan ibu bertambah. Dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu hamil sebelum
dan pada saat hamil sangat berpengaruh pada berat bayi yang akan dilahirkan.
Pada status gizi kurang sampai buruk akan melahirkan bayi yang malnutrisi
(BBLR dalam beberapa stadium) dan premature (Badriah, 2014).
2.3. Kebiasaan Makan
Kebiasaan adalah tindakan yang lazim dilakukan oleh masyarakat.
Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang
akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu
dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain. Kebiasaan makan
adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan apa yang
dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologi dan able
budaya (Pratiwi, 2015).
Wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih
memperhatikan akan gizi dari anggota keluarga yang lain. Padahal sebenarnya
dirinyalah yang memperlukan perhatian yang serius mengenai penambahan gizi.
Ibu harus teratur dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi demi pertumbuhan
dan perkembangan (Proverawati & Asfuah, 2014).
15
Kepercayaan terhadap adat juga dapat mempengaruhi asupan makanan
ibu hamil. Misalnya pada waktu hamil dilarang makan ikan, dikhawatirkan
bayinya cacingan dan berbau amis. Pada kenyataannya justru konsumsi ikan
terutama ikan laut sangat dianjurkan karena kandungan lemak rendah,
proteinnya tinggi juga mengandung omega 3 dan omega 6 yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan otak janin dalam kandungan (Febry, dkk., 2013).
Pengaturan makanan ibu hamil sebenarnya sama dengan pada ibu yang
tidak hamil, namun kualitas dan kuantitasnya harus ditingkatkan melalui pola
makan dengan kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan makan yang baik di sini
adalah menu seimbang dengan jenis makanan yang bervariasi. Pada masa
kehamilan kebutuhan nutrisi tidak konstan. Adapun contoh menu ibu hamil
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2. Menu Ibu Hamil
Waktu Menu Gram Ukuran RT Manfaat
Nutrisi
Pagi
Pukul
07.00
Nasi
goreng
Telur
dadar
Lalapan
tomat
dan
timun
Jus jeruk
200
50
100
200
38. gelas
1 butir
1 gelas
1 gelas
Zat tenaga
Zat
pembangun
Zat
pengatur
Zat
pengatur
Pukul
10.00
Bubur
kacang
hijau
Jus
tomat
200
200
1 gelas
1 gelas
Zat
pembangun
Zat
pengatur
Siang
Pukul
12.00
Nasi
Empal
daging
Tumir
sawi dan
wortel
Oseng
tahu
200
100
100
100
100
39. gelas
40. potong
4 potong
1 gelas
1 buah
Zat tenaga
Zat
pembangun
Zat
pembangun
Zat
pengatur
16
Pir Zat
pengatur
Pukul
15.00
Rujak
buah
Susu
200
200
1 gelas
1 gelas
Zat
pengatur
Zat
pembangun
Malam
Pukul
18.00
Nasi
Ayam
bakar
Tempe
penyet
Lalapan
sayur
Sambal
Melon
200
100
50
100
200
41. gelas
42. potong
43. potong
1 gelas
1 potong
Zat tenaga
Zat
pembangun
Zat
pembangun
Zat
pengatur
Zat
pengatur
Pukul
21.00
Susu 200 1 gelas Zat
pembangun
Sumber (Ariani, 2017)
Pengaturan makanan bagi ibu hamil sangat penting untuk menjaga kadar
gula darah dalam keadaan normal. Dengan makanan yang baik selama
kehamilan, ibu tidak saja menjadi lebih fit dan sehat, tetapi perkembangan janin
di dalam kandungan juga dapat dioptimalkan karena ibu dan janin juga
membutuhkan nutrisi. Adapun beberapa kebiasaan makan yang perlu diterapkan
agar kehamilan tetap sehat adalah sebagai berikut:
a. Sarapan pagi
Usahakan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi saat
sarapan. Menghindari sarapan akan menimbulkan keinginan untuk makan
lebih banyak pada waktu makan berikutnya tiba. Selain itu, melewatkan
sarapan juga menyebabkan keluhan berupa kepala pusing, mual dan lain-
lain.
b. Menyusun daftar makanan
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar ibu tidak mengkonsumsi makanan
secara berlebihan dan mengatur asupan kalori harian.
c. Memilih makanan berserat, rendah lemak dan gula
17
Menghindari makanan yang mengandung gula juga perlu untuk mencegah
diabetes gestasional, yang biasanya menyerang ibu hamil. Hindari kue,
permen atau es krim. Ganti camilan dengan buah atau kismis. Pasta, roti
dan kentang adalah sumber karbohidrat dan glukosa yang tetap baik bagi
ibu dan janin.
d. Mengusahakan untuk mengolah makanan
Bisa dengan cara dibakar, dipanggang atau dikukus. Termasuk pada saat
mengunjungi rumah makan, jangan ragu untuk menanyakan proses yang
digunakan untuk memasak makanan yang dipesan.
e. Menjadikan buah sebagai cemilan yang sehat
Selain bisa mengurangi kemungkinan konsumsi camilan yang tinggi lemak
dan gula, hal tersebut juga membantu ibu mengurangi jumlah pengeluaran.
Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari.
f. Tidak membiasakan untuk makan dalam porsi banyak
Masih banyak yang menganggap bahwa seseorang yang sedang hamil
harus banyak makan. Jangan ragu untuk mengatakan tidak, saat diminta
untuk menghabiskan makanan dalam jumlah yang banyak.
g. Makanan yang perlu dikonsumsi yaitu:
Untuk mendukung pembentukan sel darah merah di dalam tubuh, ibu hamil
perlu mengkonsumsi zat besi. Mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung asam folat untuk pembentukan syaraf janin. Mengkonsumsi
garam juga perlu untuk mengganti elektrolit yang hilang akibat sering mual
dan muntah pada trimester pertama kehamilan. Multivitamin efektif
menurunkan risiko preeklampsia pada ibu hamil (Ariani, 2017).
Beberapa makanan sebaiknya dihindari oleh ibu hamil. Adapun makanan
tersebut adalah nanas muda, buah pepaya muda, menghindari makan durian,
sayuran mentah, sayuran yang tidak dicuci, kecambah sayur mentah (tauge),
tidak makan daun kelor, tidak dianjurkan makan seafood, menghindari mie instan
dan camilan ringan, menghindari makanan kaleng, tidak makan telur mentah,
mengurangi makanan pedas, menghindari minuman berkafein, menghindari teh
herbal, menghindari minuman dengan pemanis buatan, dan menghindari
minuman beralkohol (Ariani, 2017).
Ibu hamil merupakan kelompok yang cukup rawat gizi. Kekurangan gizi
pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses
18
pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Bila ibu hamil mengalami
kekurangan gizi maka akibat yang akan ditimbulkan antara lain keguguran, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi dan bayi lahir
dengan BBLR. Untuk memperkecil risiko BBLR diperlukan upaya
mempertahankan kondisi gizi yang baik pada ibu hamil dengan membiasakan
makan yang sehat. Upaya yang dilakukan berupa pengaturan konsumsi
makanan, pemantauan pertambahan berat badan, pemeriksaan kadar Hb dan
pengukuran LILA sebelum atau saat hamil (Ariani, 2017).
19
2.4. Kerangka Teori
Menurut Lestari (2016), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya BBLR yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber : (Lestari, 2016)
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian BBLR
Faktor Ibu
1. Riwayat prematur sebelumnya
2. Perdarahan antepartum
3. Malnutrisi
4. Hidramnion
5. Penyakit jantung/kronis
6. Umur
7. Jarak kehamilan
8. Infeksi
9. DM berat
Faktor Janin
1. Cacat bawaan 2. Gemeli 3. Ketuban Pecah Dini
Faktor Lainnya
1. Sosial Ekonomi
2. Kebiasaan
3. Idiopatik
20
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (x)
yaitu kebiasaan makan, variabel dependen (y) yaitu BBLR. Adapun kerangka
konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen (x) Variabel Dependen (y)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
2.6. Definisi Operasional
Tabel 2.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Kebiasaan
Makan
Cara ibu hamil
memilih makanan
yang dikonsumsi
selama
kehamilannya.
Kuesioner a. Baik, apabila
menjawab benar
>75%
b. Cukup, apabila
menjawab benar
56-75%
c. Kurang, apabila
menjawab benar
<56%
Ordinal
BBLR
Bayi yang lahir
dengan berat
badan kurang
dari atau sama
dengan 2500
gram.
Kuesioner a. Ya (BB ≤2500
gram saat lahir)
b. Tidak (BB >2500
gram saat lahir)
Ordinal
Kebiasaan Makan
BBLR
21
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atau kesimpulan sementara
dari apa yang menjadi permasalahan, kebenarannya akan dibuktikan dengan
fakta empiris dari hasil penelitian yang dilakukan (Susila & Suyanto, 2014).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan kebiasaan makan
pada ibu hamil dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2018”.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel satu dengan variabel yang
lain untuk menerangkan kejadian atau fenomena yang diamati (Susila &
Suyanto, 2014).
3.1.2. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Case Control. Case control adalah
penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara dua kelompok
yaitu kelompok kasus dan kelompok able l. Studi kasus able l dilakukan
dengan mengindentifikasi kelompok kasus dan kelompok able l, kemudian
secara retrospektif diteliti able -faktor resiko yang mungkin dapat
menerangkan apakah kasus dan able l dapat terkena paparan atau tidak.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan seberapa jauh able risiko
mempengaruhi terjadinya penyakit, untuk mengetahui hubungan kebiasaan
makan dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2018.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun alasan pemilihan lokasi
adalah karena adanya masalah di Puskesmas Paya Lombang yaitu
ditemukannya kasus BBLR sebanyak 6 kasus, belum pernah dilakukan penelitian
mengenai hubungan kebiasaan makan pada ibu hamil dengan BBLR di
Puskesmas Paya Lombang ini, didukung pula oleh peneliti yang bertugas di
Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi sehingga memudahkan
pengumpulan data penelitian.
23
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari pengajuan judul pada bulan Maret
2018, persiapan proposal dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai minggu
kedua bulan Mei 2018. Pada minggu ketiga dilaksanakan ujian seminar proposal.
Perbaikan proposal dilaksanakan pada minggu ketempat. Penyiapan izin lokasi
penelitian dilaksanakan pada minggu pertama bulan Juni 2018. Pengumpulan
data pada minggu kedua bulan Juni 2018, pengolahan data dilaksanakan pada
minggu ketiga bulan Juni 2018. Analisa data dilaksanakan pada minggu keempat
bulan Juni 2018 dan minggu pertama bulan Juli 2018. Pengajuan hasil seminar
penelitian dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Juli 2018. Penyusunan
laporan sampai penggandaan laporan dilaksanakan pada minggu keempat bulan
Juli 2018 sampai bulan Agustus 2018.
3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi adalah kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil
penelitian yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang
membedakannya dari kelompok subyek lain (Susila & Suyanto, 2014). Populasi
penelitian ini adalah semua anak batita yang pernah mengalami BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang
Bedagai sebanyak 16 orang dan semua ibu hamil yang mempunyai ciri yang
sama dengan ibu batita yang pernah mengalami BBLR sebanyak 16 orang
sehingga populasi penelitian ini adalah 32 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara total
sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel penelitian yaitu:
a. Semua ibu yang memiliki anak batita yang pernah mengalami BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Paya Lombang (jumlah seluruhnya adalah 16
orang sebagai kelompok kasus).
b. Untuk menentukan kelompok kontrol adalah dengan mengambil sampel
yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan kelompok kasus yaitu semua ibu
yang memiliki anak batita tetapi tidak BBLR sebanyak 16 orang.
Sehingga besar sampel adalah 32 orang.
24
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan data
primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari responden melalui
kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti dan dibagikan kepada
responden.
b. Data sekunder meliputi data deskriptif lokasi penelitian yaitu data tentang
Puskesmas Paya Lombang, jumlah ibu yang mempunyai batita, jumlah
BBLR dan data pendukung lainnya yang mendukung analisis dari data
primer.
3.4.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti. Adapun cara pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Peneliti meminta izin Kepala Puskesmas Paya Lombang untuk meneliti di
Puskesmas Paya Lombang.
b. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti mendata semua ibu yang
mempunyai batita yang pernah BBLR (sebanyak 16 orang) di wilayah kerja
Puskesmas Paya Lombang.
c. Kemudian mendata ibu hamil yang akan dijadikan kelompok kontrol.
d. Peneliti menjelaskan kepada ibu tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.
e. Lalu peneliti memberikan informed consent untuk ditanda tangani oleh ibu
sebagai tanda setuju untuk dijadikan responden.
f. Setelah itu, kuesioner diberikan kepada responden untuk diisi setelah
sebelumnya diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.
g. Setelah semua kuesioner terisi, peneliti mengambil kembali kuesioner
tersebut untuk diolah dan dianalisa datanya.
h. Begitu seterusnya sampai jumlah sampel terpenuhi.
25
3.5. Alat Ukur / Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah lembar kuesioner yang telah disiapkan
oleh penulis dan diisi oleh responden. Kuesioner adalah salah satu teknik
pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah
daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh
responden. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang sudah
dilengkapi dengan jawaban pilihan, dimana setiap item terdiri dari beberapa
able le e jawaban, ditujukan kepada responden dalam penelitian ini (Susila
& Suyanto, 2014).
Untuk kuesioner kebiasaan makan, dilihat dari kebiasaan yang dilakukan
ibu berhubungan dengan pola makan ketika hamil sehingga kategori kebiasaan
makan pada ibu hamil adalah:
a. Baik, apabila menjawab benar >75% (skor 14-19)
b. Cukup, apabila menjawab benar 56-75% (skor 10-13)
c. Kurang, apabila menjawab benar <56% (skor 0-9)
3.6. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Identifikasi variable-variabel penelitian (factor risiko dan efek) yaitu variabel
dependen adalah BBLR dan variabel independen adalah kebiasaan makan.
b. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel). Objek penelitian di sini
adalah anak batita dan ibu hamil yang dianggap menjadi populasi dan
sampel penelitian ini.
c. Identifikasi kasus yaitu anak batita yang pernah mengalami BBLR. Yang
dimaksud kasus di sini adalah anak yang memenuhi kriteria mengalami
BBLR yang telah ditetapkan. Kasus diambil dari populasi yang telah
ditetapkan.
d. Pemilihan subjek sebagai control, yaitu ibu-ibu hamil yang memiliki
karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Pemilihan control
hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik subjek pada kasus.
Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, social ekonominya, letak geografis dan
sebagainya. Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih kelompok
control yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok kasus.
26
Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri tersebut kiranya dapat dianggap
mewakili.
e. Melakukan pengukuran “retrospektif” (melihat ke belakang) untuk melihat
able resiko. Yaitu dari kasus (BBLR) itu diukur atau dinyatakan kepada
ibunya dengan ,menggunakan metode “recall” mengenai perilaku atau
kebiasaan makan selama hamil. Recall disini maksudnya menanyakan
kepada ibu kasus tentang jenis-jenis makanan yang dimakan selama hamil.
f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi abtara variable-variabel
objek penelitian dengan variable control. Analisis data dilakukan dengan
membandingkan proporsi kebiasaan makan ibu yang baik dan yang kurang
baik selama hamil pada kelompok kasus, dengan proporsi kebiasaan makan
ibu yang sama pada kelompok control. Dari sini akan diperoleh bukti atau
tidak adanya hubungan antara kebiasaan makan dengan BBLR.
3.7. Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan
atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus
tertentu. Adapun cara pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk atau data terkumpul itu
tidak logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan
kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat
koreksi. Pada kesempatan ini, kekurangan data atau kesalahan data dapat
dilengkapi atau diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan
interpolasi (penyisipan).
b. Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data
yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat
27
dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau
identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
c. Scoring
Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi
sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor.
d. Tabulating
Tabulasi adalah membuat able-tabel yang berisikan data yang telah
diberikan kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Untuk melakukan
tabulasi ini dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan
khususnya dalam tabulasi silang.
3.7.2. Analisa Data
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dianalisis. Penelitian ini adalah penelitian analitik sehingga akan
menggunakan statistik analitik yaitu statistika yang membahas cara-cara
meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar
mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna. Adapun langkah-langkah
analisa data adalah sebagai berikut:
b. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap able le
yang diteliti baik able le kebiasaan makan maupun able le BBLR. Dengan
melihat distribusi frekuensi dapat diketahui deskripsi masing-masing able le
dalam penelitian.
c. Analisa able le
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara able le
independen dengan able le dependen dengan menggunakan uji chi-square
melalui sistem komputerisasi.
28
3.8. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika
yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
a. Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed Consent adalah agar
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
b. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembaran alat ukur dan hanya
menuliskan kode lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan.
38. Confidentality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset (Susila & Suyanto, 2014).
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Puskesmas Paya Lombang adalah salah satu Puskesmas di Kota Tebing
Tinggi. Puskesmas Paya Lombang terletak di Jalan Taman Bahagia Kelurahan
Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Tebing Tinggi Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan dan
Kelurahan, maka Puskesmas Paya Lombang berbatasan langsung:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Perkebunan Rambutan;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tebing Tinggi Kota;
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Hulu;
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Lintas Sumatera.
Secara administrasi Wilayah Kerja Puskesmas Paya Lombang terdiri dari
2 Kelurahan yaitu Kelurahan Tanjung Marulak Hilir dan Kelurahan Paya
Lombang. Wilayah kerja Puskesmas Paya Lombang memiliki 8 pos pelayanan
terpadu, 2 pos kesehatan kelurahan dan 1 puskesmas pembantu.
Luas wilayah Kerja Puskesmas Paya Lombang adalah 3,31 km2.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi tahun 2015 jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Paya Lombang sebanyak 17.634 jiwa,
dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 4,091 jiwa setiap km2.
Mayoritas penduduk di wilayah kerja Puskesmas Paya Lombang adalah Suku
Jawa yang mencapai kisaran 48%, diikuti Suku Melayu, Tapanuli, Cina dan suku-
suku lainnya. Menurut agama dan kepercayaan, penduduk mayoritas adalah
beragama Islam, disusul agama Kristen Protestan dan Katolik serta Budha atau
Hindu. Dilihat dari tingkat pendidikan, mayoritas penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Paya Lombang berpendidikan SMA dan dari segi pekerjaan banyak
yang bekerja sebagai petani.
36
4.2 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian terhadap 32 orang responden yang terdiri
dari 16 orang ibu yang memiliki BBLR dan 16 orang ibu yang tidak memiliki
BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kota Tebing Tinggi, diperoleh karakteristik
responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2018
Data Responden BBLR Tidak BBLR
Umur
21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
1
7
5
3
6,3
43,8
31,3
18,8
3
4
7
2
18,8
25,0
43,8
12,5
Pendidikan
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
1
14
1
6,3
87,5
6,3
2
13
1
12,5
81,3
6,3
Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
Pedagang
PNS
12
3
0
1
75,0
18,8
0
6,3
12
1
2
1
75,5
6,3
12,5
6,3
Gravida
Gravida 1
Gravida 2
Gravida 3
Gravida 4
4
6
5
1
25,0
37,5
31,3
6,3
2
11
0
3
12,5
68,8
0
18,8
Usia Kehamilan
34-36 minggu
36-38 minggu
38-40 minggu
4
5
7
25,0
31,3
43,8
0
4
12
0
25,0
75,0
36
Berdasarkan able di atas, terlihat bahwa karakteristik responden yang
mempunyai bayi BBLR dilihat dari umur responden mayoritas berumur 26-30
tahun sebanyak 7 orang (43,8%), berpendidikan SMA sebanyak 14 orang
(87,5%), dilihat dari pekerjaan mayoritas adalah tidak bekerja / ibu rumah tangga
sebanyak 12 orang (75,0%), gravida 2 sebanyak 6 orang (37,5%) dan bersalin
dengan usia kehamilan 38-40 minggu sebanyak 7 orang (43,8%).
Sedangkan responden yang tidak mempunyai bayi BBLR, dilihat dari
umur responden mayoritas berumur 31-35 tahun sebanyak 7 orang (43,8%),
berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (81,3%), dilihat dari pekerjaan mayoritas
adalah tidak bekerja / ibu rumah tangga sebanyak 12 orang (75,0%), gravida 2
sebanyak 1 orang (68,8%) dan bersalin dengan usia kehamilan 38-40 minggu
sebanyak 12 orang (75,0%).
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Pada Ibu Hamil di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2018
No Kebiasaan Makan Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
8
12
12
25,0
37,5
37,5
Total 32 100
Berdasarkan analisa tabel 4.2, terlihat bahwa kebiasaan makan
responden bervariasi antara cukup dan kurang masing-masing 37,5% dan
minoritas memiliki kebiasaan makan yang baik sebanyak 8 orang (25,0%).
36
Tabel 4.3
Hubungan Kebiasaan Makan Pada Ibu Hamil Dengan BBLR
di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018
No Kebiasaan
Makan
BBLR
P-Value Ya Tidak
f % f %
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
1
5
10
6,3
31,2
62,5
7
7
2
43,7
43,8
12,5
0,006
Jumlah 16 100 16 100
Berdasarkan tabel di atas, bahwa mayoritas ibu yang memiliki anak BBLR
memiliki kebiasaan makan kurang baik sebanyak 10 orang (62,5%), sedangkan
ibu yang tidak memiliki anak BBLR memiliki kebiasaan makan yang baik masing-
masing sebanyak 7 orang (43,7%).
Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square, terlihat bahwa nilai
P-value < α (0,006 < 0,05), berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Ini menunjukkan
bahwa ada hubungan kebiasaan makan pada ibu hamil dengan BBLR di
Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang
Bedagai tahun 2018.
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian BBLR di Puskesmas Paya
Lombang adalah 16 orang. Angka ini cukup tinggi dan harus perlu menjadi
perhatian semua pihak khususnya Puskesmas Paya Lombang itu sendiri. Karena
salah satu penyebab kematian bayi adalah kejadian Berat Badan Lahir Rendah.
Bayi dengan BBLR berpotensi mengalami perkembangan kognitif lebih lambat
dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal. BBLR diartikan sebagai bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab ini dipengaruhi
oleh faktor risiko seperti faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor risiko
tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa
kehamilan. Nutrisi yang diberikan kepada janin tentunya harus diperoleh dari
ibunya selama hamil (gizi ibu hamil).
36
Menurut teori Purnamaningrum (2014), bahwa Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500
gram. Sedangkan menurut teori Lestari (2016), terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya BBLR, salah satu diantaranya adalah kebiasaan
misalnya konsumsi makanan dengan nilai nutrisi yang buruk karna berpantang
makan tertentu.
Penelitian ini sesuai dengan jurnal penelitian terdahulu yaitu jurnal
penelitian Indrawati, S (2015), bahwa angka kejadian BBLR dari hasil penelitian
yang telah dilakukan adalah 50%. Berbagai faktor yang diduga berpengaruh
pada BBLR adalah karakteristik antara lain, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, ibu
perokok, jumlah anak (paritas), komplikasi kehamilan, status ekonomi, lokasi
tempat tinggal, dan jenis kelamin bayi.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki kebiasaan makan yang kurang baik. Kebiasaan makan yang kurang baik
ini terlihat dari jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan. Dari 16
orang responden yang memiliki bayi BBLR, sebagian besar dari mereka tidak
makan dengan porsi kecil namun sering, tetapi mereka makan 3 kali sehari tapi
dengan porsi yang banyak. Mereka juga menganggap bahwa makanan yang
dikonsumsi telah memenuhi 4 sehat lima sempurna. Ibu-ibu disana jarang
mengkonsumsi vitamin atau suplemen untuk meningkatkan gizi ibu hamil, begitu
juga proteinnya. Mereka juga memiliki pola makan yang berantakan, karena
makan setiap harinya berubah jamnya. Bahkan ada ibu hamil yang terbiasa
makan makanan cepat saji. Ditemukan pula ibu hamil yang hanya makan lemak
(daging dan ikan), tetapi tidak barengi dengan sayur dan buah. Ada pula ibu
hamil yang memiliki pantangan makanan sehingga mempengaruhi asupan gizi
ibu selama hamil, karena belum tentu makanan yang dipantangnkan itu makanan
yang tidak baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil.
Menurut teori Febry, dkk., (2013), bahwa kepercayaan terhadap adat juga
dapat mempengaruhi asupan makanan ibu hamil. Misalnya pada waktu hamil
dilarang makan ikan, dikhawatirkan bayinya cacingan dan berbau amis. Pada
kenyataannya justru konsumsi ikan terutama ikan laut sangat dianjurkan karena
kandungan lemak rendah, proteinnya tinggi juga mengandung omega 3 dan
omega 6 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak janin dalam
kandungan.
36
Selain itu, menurut Ariani (2017), bahwa beberapa makanan sebaiknya
dihindari oleh ibu hamil. Adapun makanan tersebut adalah nanas muda, buah
pepaya muda, menghindari makan durian, sayuran mentah, sayuran yang tidak
dicuci, kecambah sayur mentah (tauge), tidak makan daun kelor, tidak dianjurkan
makan seafood, menghindari mie instan dan camilan ringan, menghindari
makanan kaleng, tidak makan telur mentah, mengurangi makanan pedas,
menghindari minuman berkafein, menghindari teh herbal, menghindari minuman
dengan pemanis buatan, dan menghindari minuman beralkohol.
Jika dilihat dari karakteristiknya, bahwa responden yang mempunyai bayi
BBLR dilihat dari umur responden mayoritas berumur 26-30 tahun, berpendidikan
SMA, dilihat dari pekerjaan mayoritas adalah tidak bekerja / ibu rumah tangga,
gravida 2 dan bersalin dengan usia kehamilan 38-40 minggu.
Menurut jurnal penelitian Iltaf (2017) adanya hubungan yang signifikan
secara statistik antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR. Penghasilan
keluarga juga mempengaruhi kejadian BBLR. Persentase tertinggi 54.3%
kejadian BBLR pada keluarga dengan penghasilan rendah dan terendah 3.1%
pada keluarga dengan penghasilan rendah. Penelitian yang mendukung hasil ini
adalah penelitian Dhanker (2013), Joshi et.al (2010), dan Verma et al (2016).
Penelitian nasional maupun internasional mengungkapkan bahwa tingkat
pendidikan ibu yang rendah meningkatkan risiko kejadian BBLR. Iltaf (2017) juga
menunjukkan bahwa terminasi kehamilan pada usia 8 bulan meningkatkan
kejadian BBLR (43,47%) dibandingkan dengan kehamilan cukup bulan.
Peningkatan kejadian BBLR pada ibu rumah tangga (ibu tidak bekerja) dan ibu
bekerja menunjukkan bahwa stres kerja selama hamil dapat mempengaruhi
kondisi kehamilan yang berdampak pada bayi yang dilahirkan BBLR.
Menurut asumsi peneliti bahwa pengaturan makanan ibu hamil
sebenarnya sama dengan pada ibu yang tidak hamil, namun kualitas dan
kuantitasnya harus ditingkatkan melalui pola makan dengan kebiasaan makan
yang baik. Kebiasaan makan yang baik di sini adalah menu seimbang dengan
jenis makanan yang bervariasi. Pada masa kehamilan kebutuhan nutrisi tidak
konstan.
Hasil penelitian berdasarkan tabulasi silang, diperoleh bahwa mayoritas
ibu yang memiliki anak BBLR memiliki kebiasaan makan kurang baik sebanyak
10 orang (62,5%), sedangkan ibu yang tidak memiliki anak BBLR memiliki
36
kebiasaan makan yang baik sebanyak 7 orang (43,7%). Ini menunjukkan bahwa
ibu-ibu yang memiliki kebiasaan makan yang baik, akan memiliki status gizi baik
sehingga akan melahirkan bayi yang sehat serta kemungkinan kecil terhindar
dari kondisi BBLR. Sedangkan ibu-ibu dengan kebiasaan makan yang kurang
baik, akan memiliki status gizi yang kurang baik pula sehingga lebih besar
kemungkinan akan melahirkan bayi dengan BBLR.
Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square, terlihat bahwa nilai
P-value < α (0,006 < 0,05), berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Ini menunjukkan
bahwa ada hubungan kebiasaan makan pada ibu hamil dengan BBLR di
Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang
Bedagai tahun 2018.
Menurut Ariani (2017), bahwa ibu hamil merupakan kelompok yang cukup
rawan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup
besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Bila
ibu hamil mengalami kekurangan gizi maka akibat yang akan ditimbulkan antara
lain keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada
bayi dan bayi lahir dengan BBLR. Untuk memperkecil risiko BBLR diperlukan
upaya mempertahankan kondisi gizi yang baik pada ibu hamil dengan
membiasakan makan yang sehat. Upaya yang dilakukan berupa pengaturan
konsumsi makanan, pemantauan pertambahan berat badan, pemeriksaan kadar
Hb dan pengukuran LILA sebelum atau saat hamil.
Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal penelitian yang pernah dilakukan
oleh Aisyah (2013), tentang budaya pantang makan, status ekonomi dan
pengetahuan zat gizi ibu hamil pada ibu hamil trimester III dengan status gizi.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara budaya pantang makan
dengan status gizi pada ibu hamil trimester III, tidak ada hubungan antara status
ekonomi dan pengetahuan zat gizi dengan status gizi pada ibu hamil trimester III.
Menurut teori Agria, dkk (2013), bahwa status gizi ibu hamil yang kurang
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang salah satunya adalah BBLR.
Begitu juga menurut teori Febry, dkk., (2013), bahwa pemenuhan kebutuhan gizi
selama hamil sangatlah penting karena pertumbuhan janin di dalam kandungan
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil. Jika ibu hamil status gizinya kurang maka
akan mempengaruhi pertumbuhan, pembentukan dan perkembangan organ
serta fungsi organ janin menjadi kurang optimal dikhawatirkan akan terjadi cacat
36
bawaan pada bayi yang dilahirkan, bahkan bisa juga ukuran kepala bayi kecil
karena kurangnya asupan gizi janin untuk perkembangan otak sehingga
perkembangan otak tidak optimal. Selain itu kematian bayi karena BBLR yaitu
kurang dari 2,5 kg dan bayi prematur, juga karena status gizi ibu yang kurang..
Jurnal penelitian Sujianti (2017), bahwa pencegahan terhadap kejadian
BBLR adalah dengan mengantisipasi terjadinya persalinan prematur, melalui
peningkatan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas tinggi merupakan
strategi efektif untuk pencegahan BBLR.
Menurut asumsi peneliti bahwa semakin baik kebiasaan makan ibu hamil
maka akan semakin meminimalkan angka kejadian BBLR. Namun sebaliknya,
semakin kurang baik kebiasaan makan ibu hamil, akan semakin meningkatkan
angka kejadian BBLR.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan tentang hubungan
kebiasaan makan pada ibu hamil dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
a. Kebiasaan makan pada ibu hamil di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 mayoritas adalah
memiliki kebiasaan yang kurang baik.
b. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan pada ibu hamil
dengan BBLR di Puskesmas Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2018 dengan nilai P < 0,05.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tempat Penelitian
Perlunya peningkatan upaya penanganan pada Bayi dengan BBLR agar
tidak berlanjut pada kematian atau terhambatnya tumbuh kembang fisik dan
mental bayi yang berdampak pada kualitas SDM Negara dan terjadi
pertambahan beban Negara. Serta peningkatan edukasi dan promosi kesehatan
di masyarakat mengenai berbagai faktor risiko terjadinya BBLR dan perlunya
pemahaman status gizi ibu sejak awal kehamilan. Penelitian mendatang antara
lain untuk mengetahui jenis komplikasi yang merupakan risiko terbesar pada
BBLR.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan yaitu Poltekkes Kemenkes RI
Medan, untuk menjadikan penelitian ini sebagai masukan dan sebagai
pengembangan ilmu yang telah ada dan dapat dijadikan bahan untuk penelitian
selanjutnya. Harapan peneliti terhadap institusi terkait akan dapat membuat
kebijakan untuk menurunkan kasus BBLR dan melakukan penelitian tentang
BBLR agar dapat mengetahui faktor-faktor penyebabnya.
38
5.2.3 Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kebiasaan
makan serta BBLR serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR
agar penelitian menjadi lebih luas. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar
dapat melanjutkan penelitian ini terutama terkait dengan variabel yang lain
misalnya hubungan pemeriksaan kehamilan dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Agria, I., Sari, R.N., Ircham. 2012. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. Aisyah. S. 2013. Budaya Pantang makan, Status Ekonomi dan Pengetahuan Zat
Gizi Ibu Hamil pada Ibu Hamil Trimester III Dengan Status Gizi. Jurnal. JIKK Vol. 4, No. 1 Januari 2013 : 1-9
Badriah. DL. 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media. Febry, A.B., Pujiastuti, N., Fajar, I. 2013. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Fadlun dan A. Feryanto. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba. Ika, 2015. Jumlah Bayi Berat Lahir Rendah Masih Tinggi. [serial on the internet].
[updated 2015 November 17]. Available from: https://ugm.ac.id diunduh oleh Dewi Rastuti pada tanggal 22 April 2018
ILO, 2014, Mengukur Nilai Ekonomi dan Sosial Pekerjaan Rumah Tangga.
Domestic Work Policy Brief. Kemenkes RI. 2017. Inilah Capaian Kinerja Kemenkes RI Tahun 2015-2017.
[serial on the internet]. [updated 2017 August 16]. Available from: http://www.depkes.go.id diunduh oleh Dewi Rastuti pada tanggal 14 Maret 2018
Lestari, T. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika Maulana W, 2015. Hubungan Status Ekonomi dan Tingkat Konsumsi Energi
Protein dengan Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Colamadu II. Naskah Publikasi. Program Studi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Notoatmodjo, S. 2014. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta. Nutriclub, 2017, Tips Mencegah Kelahiran Bayi dengan Berat Badan Rendah.
[serial on the internet]. [updated 2017 November 16]. Available from: https://www.nutriclub.co.id diunduh oleh Dewi Rastuti pada tanggal 21 April 2018
Pramita, 2017. Indonesia, Urutan Kelima dengan Jumlah Bayi Berat Lahir Lahir
Terbanyak. [serial on the internet]. [updated 2017 November 16]. Available from: http://www.kartini.co.id diunduh oleh Dewi Rastuti pada tanggal 21 April 2018
Pratiwi, A. 2015. Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2016 Profil Puskesmas Paya Lombang Kabupaten Serdang Bedagai. 2017 Proverawati. A, & Asfuah, S. 2014. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika. Purnamaningrum, Y.E. 2014. Penyakit pada Neonatus, Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitramaya Sujianti, 2017. Literatur Review Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Kesehatan Ibu
dan Anak, Volume 11, No.2, November 2017. Susanti, A, 2013. Budaya Pantang makan, Status Ekonomi dan Pengetahuan Zat
Gizi Ibu Hamil pada Ibu Hamil Trimester III Dengan Status Gizi. JIKK Vol. 4, No. 1 Januari 2013
Susila & Suyanto. 2014. Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran dan
Kesehatan. Bursa Ilmu. Yogyakarta Sutanto, A.V & Fitriana, Y. 2017. Asuhan pada Kehamilan, Panduan Lengkap
Asuhan Selama Kehamilan bagi Praktisi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Walyani, ES. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press Waryana. 2013. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama
L
A
M
P
I
R
A
N
BIODATA PENELITI
I. DATA PRIBADI
Nama : Dewi Rastuti
NIM : P07524517007
Tempat / Tanggal Lahir : Tebing Tinggi / 10 Oktober 1976
Agama : Islam
Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara
Telepon : 085276881291
Alamat : Jl. Gunung Martimbang I Kelurahan Lalang
Kota Tebing Tinggi
e-mail : [email protected]
II. DATA ORANGTUA
Nama Ayah : Alm. Sutiono
Nama Ibu : Almh. Nur Anum Lubis
III. PENDIDIKAN
Tahun 1982 – 1988 : SD Negeri 164523 Tebing Tinggi
Tahun 1988 – 1892 : Madrasah Tsanawiyah Percontohan
Tahun 1992 – 1995 : SPK Tanjung Pura
Tahun 1995 – 1996 : D-I Pendidikan Bidan Tanjung Pura
Tahun 2008 – 2011 : D-III Kebidanan Sari Mutiara Medan
Tahun 2017 – 2018 : D-IV Kebidanan Alih Jenjang
Poltekkes Kemenkes RI Medan
IV. PEKERJAAN
Tahun 1996 – Tahun 2006 : Bidan PTT di Tapanuli Selatan
Tahun 2006 – Sekarang : Puskesmas Paya Lombang Kabupaten Serdang Bedagai
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN BBLR DI PUSKESMAS PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2018
Saya adalah mahasiswa Program D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes
RI Medan. Penelitian ini dianjurkan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di program studi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Ri Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi “Hubungan
Kebiasaan Makan Pada Ibu Hamil Dengan BBLR Di Puskesmas Paya Lombang
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018”.
Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi oleh
orang lain. Informasi yang diberikan ibu hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk bermaksud
lain. Partisipasi dari saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara
bebas menjawab semua pernyataan tanpa sanksi apapun. Jika saudara bersedia
menjadi peserta penelitian ini silahkan saudara menandatangani surat
persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti
sukarela saudara.
Medan, Juli 2018
Responden Peneliti
( ) (Dewi Rastuti)
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN BBLR DI PUSKESMAS PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018
Petunjuk Pengisian
1. Isilah identitas anda dengan benar.
2. Bacalah pertanyaan dengan baik untuk menentukan jawaban yang akan
dipilih.
3. Cek list (√) jawaban yang saudara pilih.
4. Setelah selesai kembalikan kuesioner ini kepada petugas yang memberikan.
39. Identitas Responden
Nomor Responden :
Umur : Tahun
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hamil Ke (Gravida) :
Umur Kehamilan : Minggu
B. Kebiasaan Makan
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah ibu menerapkan pola makan 3 kali sehari di
masa kehamilan?
2. Apakah ibu makan dengan porsi kecil namun dengan
frekuensi sering di masa kehamilan?
3. Apakah menurut ibu, yang dikonsumsi setiap hari telah
memenuhi kategori 4 sehat 5 sempurna?
4. Apakah ibu setiap hari mengkonsumsi karbohidrat (nasi,
ubi, kentang, labu dan lain-lain)?
5. Apakah ibu mengkonsumsi vitamin atau suplemen
untuk meningkatkan nafsu makan selama hamil?
6. Apakah ibu setiap hari mengkonsumsi protein (ikan,
susu, telur, tempe dan tahu)?
7. Apakah ibu setiap hari mengkonsumsi lemak (daging,
ikan dan lain-lain)?
8. Apakah ibu memiliki kebiasaan makan terakhir di atas
pukul 18.00 pada malam hari?
9. Apakah ibu sering mengkonsumsi makanan cepat saji
selama hamil?
10 Apakah ibu selalu sarapan pagi setiap hari selama
hamil?
11 Apakah ibu sering mengkonsumsi makanan tambahan
seperti buah dan sayur di luar jadwal makan 3 kali
sehari?
12 Apakah ada sumber karbohidrat lain yang dikonsumsi
ibu selama hamil selain makan nasi?
13 Apakah ibu selalu menjaga dan mengusahakan pola
makan yang teratur selama hamil?
14 Apakah ibu makan makanan yang tidak matang
sempurna (setengah matang) selama hamil?
15 Apakah ibu sering mengkonsumsi air es atau apapun
yang bersifat dingin (seperti es krim) selama hamil?
16. Apakah ibu sering minum air yang bersoda selama
hamil?
17. Apakah selama hamil, ibu minum susu ibu hamil?
18. Apakah ada makanan-makanan yang dihindari atau
dipantangkan oleh ibu selama hamil?
19. Apakah ibu selalu mengolah makanannya sendiri untuk
kebutuhan kehamilan ibu?
MASTER DATA
No. Resp.
Kelompok Umur (Thn)
Pendidikan Pekerjaan Gravida Usia
Kehamilan
Pertanyaan tentang Kebiasaan Makanan Jumlah Kategori BBLR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Kasus 34 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 10 Cukup Ya
2 Kasus 32 SMA IRT 2 34-36 minggu 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 Kurang Ya
3 Kasus 28 SMA Karyawan 1 36-38 minggu 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 7 Kurang Ya
4 Kasus 26 SMA IRT 1 38-40 minggu 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 11 Cukup Ya
5 Kasus 29 SMA IRT 2 34-36 minggu 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 8 Kurang Ya
6 Kasus 29 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8 Kurang Ya
7 Kasus 31 SMA IRT 3 36-38 minggu 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 12 Cukup Ya
8 Kasus 37 SMA IRT 3 34-36 minggu 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 9 Kurang Ya
9 Kasus 32 SMA IRT 3 38-40 minggu 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9 Kurang Ya
10 Kasus 23 SMA Karyawan 1 38-40 minggu 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 9 Kurang Ya
11 Kasus 36 SMA IRT 3 34-36 minggu 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9 Kurang Ya
12 Kasus 33 SMP IRT 4 36-38 minggu 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 10 Cukup Ya
13 Kasus 37 SMP IRT 3 36-38 minggu 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik Ya
14 Kasus 28 SMA IRT 2 36-38 minggu 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 11 Cukup Ya
15 Kasus 26 SMA IRT 1 38-40 minggu 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 Kurang Ya
16 Kasus 29 SMA Karyawan 2 38-40 minggu 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 7 Kurang Ya
No. Resp.
Kelompok Umur (Thn)
Pendidikan Pekerjaan Gravida Usia
Kehamilan
Pertanyaan tentang Kebiasaan Makanan Jumlah Kategori BBLR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
17 Kontrol 30 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 13 Cukup Tidak
18 Kontrol 33 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 13 Cukup Tidak
19 Kontrol 31 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 14 Baik Tidak
20 Kontrol 31 SMA Pedagang 1 38-40 minggu 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik Tidak
21 Kontrol 32 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 11 Cukup Tidak
22 Kontrol 35 SMA IRT 4 36-38 minggu 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 14 Baik Tidak
23 Kontrol 32 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 13 Cukup Tidak
24 Kontrol 33 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 10 Cukup Tidak
25 Kontrol 37 S1 PNS 4 38-40 minggu 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik Tidak
26 Kontrol 38 SMP IRT 4 36-38 minggu 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 7 Kurang Tidak
27 Kontrol 29 SMA Pedagang 2 38-40 minggu 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 11 Cukup Tidak
28 Kontrol 24 SMA IRT 1 38-40 minggu 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik Tidak
29 Kontrol 28 S1 PNS 2 36-38 minggu 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik Tidak
30 Kontrol 28 SMA IRT 2 38-40 minggu 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik Tidak
31 Kontrol 25 SMA Karyawan 2 36-38 minggu 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 9 Kurang Tidak
32 Kontrol 25 SMA IRT 2 38-40 minggu 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 12 Cukup Tidak
Statistics
Umur Pendidikan Pekerjaan Gravida Usia_Keh
amilan Kebiasaan
_Makan BBLR
N Valid 32 32 32 32 32 32 32
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 23 1 3,1 3,1 3,1
24 1 3,1 3,1 6,3
25 2 6,3 6,3 12,5
26 2 6,3 6,3 18,8
28 4 12,5 12,5 31,3
29 4 12,5 12,5 43,8
30 1 3,1 3,1 46,9
31 3 9,4 9,4 56,3
32 4 12,5 12,5 68,8
33 3 9,4 9,4 78,1
34 1 3,1 3,1 81,3
35 1 3,1 3,1 84,4
36 1 3,1 3,1 87,5
37 3 9,4 9,4 96,9
38 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid SMP 3 9,4 9,4 9,4
SMA 27 84,4 84,4 93,8
S1 2 6,3 6,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid IRT 24 75,0 75,0 75,0
Karyawan 4 12,5 12,5 87,5
Pedagang 2 6,3 6,3 93,8
PNS 2 6,3 6,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
Gravida
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 6 18,8 18,8 18,8
2 17 53,1 53,1 71,9
3 5 15,6 15,6 87,5
4 4 12,5 12,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
Usia_Kehamilan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 34-36 minggu 4 12,5 12,5 12,5
36-38 minggu 9 28,1 28,1 40,6
38-40 minggu 19 59,4 59,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Kebiasaan_Makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Baik 8 25,0 25,0 25,0
Cukup 12 37,5 37,5 62,5
Kurang 12 37,5 37,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
BBLR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 16 50,0 50,0 50,0
Ya 16 50,0 50,0 100,0
Total 32 100,0 100,0
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kebiasaan_Makan * BBLR 32 100,0% 0 ,0% 32 100,0%
Kebiasaan_Makan * BBLR Crosstabulation
BBLR Total
Tidak Ya
Kebiasaan_Makan Baik Count 7 1 8
% within Kebiasaan_Makan 87,5% 12,5% 100,0%
% within BBLR 43,8% 6,3% 25,0%
% of Total 21,9% 3,1% 25,0%
Cukup Count 7 5 12
% within Kebiasaan_Makan 58,3% 41,7% 100,0%
% within BBLR 43,8% 31,3% 37,5%
% of Total 21,9% 15,6% 37,5%
Kurang Count 2 10 12
% within Kebiasaan_Makan 16,7% 83,3% 100,0%
% within BBLR 12,5% 62,5% 37,5%
% of Total 6,3% 31,3% 37,5%
Total Count 16 16 32
% within Kebiasaan_Makan 50,0% 50,0% 100,0%
% within BBLR 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 10,167(a) 2 ,006
Likelihood Ratio 11,219 2 ,004 Linear-by-Linear Association
9,737 1 ,002
N of Valid Cases 32
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes MEDAN, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Dewi Rastuti
NIM : P07524517007
Program Studi : D-IV
Jurusan : Kebidanan
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul :
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN BBLR DI PUSKESMAS PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018 Beserta Perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan Pada Tanggal : 25 Juli 2018 Peneliti (Dewi Rastuti)
PERNYATAAN OTENTIFIKASI
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN BBLR DI PUSKESMAS PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018 Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka.
Medan, 25 Juli 2018 Dewi Rastuti NIM : P07524517007
LEMBAR KONSULTASI
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN BBLR DI PUSKESMAS PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018
Nama Mahasiswa : DEWI RASTUTI N I M : P07524517007 Kelas : A Ketua Penguji : Tri Marini Suprianingsih, SST, M.Keb Dosen Pembimbing I : Yusniar Siregar, SST, M.Kes Dosen Pembimbing II : Bebaskita Ginting, S.Si.T, MPH
No Tanggal Materi
Pembimbing/ Konsultasi
Tanda Tangan Pembimbing
Keterangan
1 15 Feb 2018 Pengajuan Judul
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
Siapkan variabel independen dan variabel dependen
2 22 Feb 2018 Konsul Judul
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
Ganti variabel independen dan variabel dependen
3 28 Feb 2018 Konsul Judul
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
ACC Judul
4 05 Mar 2018 Konsul Judul
Bebaskita Br. Ginting, S.Si.T,
MPH
ACC Judul
5 08 Mar 2018 Konsul BAB I
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
Revisi Bab I
6 12 Mar 2018 Konsul BAB I
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
Revisi Bab I
7 14 Mar 2018 Konsul Bab I & II
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
ACC Ab I dan revisi Bab II
8 20 Mar 2018 Konsul Bab II & III
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
Revisi Bab II & III
9 21 Mar 2018 Konsul Bab II & III Revisi Bab II & III
Yusniar Siregar,
SST, M.Kes
sesuaikan panduan
10 26 Mar 2018 Konsul Bab II & III
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
Revisi Bab II & III lihat panduan lagi
11 02 Apr 2018 Konsul Bab I, II & III
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
Revisi Bab I, II & III
12 04 Apr 2018 Konsul Bab I, II & III
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
ACC Bab I & II Bab III, Maju Seminar Proposal
13 25 Apr 2018 ACC untuk diseminarkan
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
ACC Bab I, Bab II dan Bab III
14 30 Apr 2018 Revisi Proposal setelah Seminar
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
ACC Proposal
lanjut ke penelitian
15 2 Mei 2018 Revisi Proposal setelah Seminar
Bebaskita Br. Ginting, S.Si.T,
MPH
ACC Proposal
lanjut ke penelitian
16 3 Mei 2018 Revisi Proposal setelah Seminar
Tri Marini Suprianingsih, SST, M.Keb
ACC Proposal
lanjut ke penelitian
17 16 Juli 2018 Konsul Bab IV & V
Bebaskita Br. Ginting, S.Si.T,
MPH
Perbaikan
18 17 Juli 2018 Perbaikan Bab IV & V
Bebaskita Br. Ginting, S.Si.T,
MPH
Perbaikan
19 18 Juli 2018 Perbaikan Bab IV & V
Bebaskita Br. Ginting, S.Si.T,
MPH
Perbaikan
20 20 Juli 2018 Perbaikan ACC dan maju
kelengkapan bab IV & V
Bebaskita Br.
Ginting, S.Si.T, MPH
seminar skripsi
21 20 Juli 2018 Konsul bab IV & V
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
ACC dan maju seminar skripsi
22 27 Juli 2018 Revisi Skripsi, Bab
IV dan V
Yusniar Siregar, SST, M.Kes
Perbaiki Skripsi
23 02 Agust 2018
Perbaikan Skripsi
Bebaskita Br. Ginting, S.Si.T,
MPH
ACC Perbaikan Skripsi Bab IV, V
24 04 Agust 2018
Konsultasi Perbaikan Abstrak
Tri Marini Suprianingsih, SST, M.Keb
ACC Perbaikan Abstrak
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Yusniar Siregar, SST, M.Kes Bebaskita Br. Ginting, S.Si.T, MPH NIP. 196707081990032001 NIP. 197307291993032001