KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB...

54
KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG (Skripsi) Oleh MUHAMMAD RASYID LUBIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESASUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN

PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD RASYID LUBIS

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

ABSTRAK

KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESASUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN

PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Muhammad Rasyid Lubis

Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku yang terdapat di dalam

masyarakat lokal untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kearifan lokal

masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan mata air

tetap berjalan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi dan sikap

masyarakat mengenai mata air, mengetahui kearifan lokal dalam pengelolaan

mata air dan membuat database kearifan lokal. Penelitian ini dilakukan pada

bulan Agustus 2017 dengan menggunakan metode purposive sampling dan

metode pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data

dianalisis menggunakan WIN AKT 5.55 dan ditabulasi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa kearifan lokal yang dilakukan masyarakat Desa Sungai

Langka yaitu gotong royong pada satu suro dan menanam pohon di daerah

resapan air sebagai upaya konservasi mata air. Jenis pohon tersebut antara lain

kemadu (Laportea sinuata), pohon winong (Tetrameles nudiflora) dan beringin

Page 3: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

Muhammad Rasyid Lubis(Ficus benyamina). Tradisi yang dilakukan masyarakat di mata air seperti potong

kambing (ruwat bumi) yang disimbolkan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil

bumi pertanian maupun peternakan yang diberikan tuhan serta agar terhindar dari

berbagai macam bencana, makan bersama (ambengan), Berdo’a (kenduren) dan

semedi di mata air (tirakatan). Saran dari penelitian ini diharapkan Pemerintah

Desa dapat mendukung tradisi masyarakat dalam menjaga mata air agar mata air

tetap lestari dan berpotensi untuk dijadikan wisata tradisi di Desa Sungai Langka.

Kata kunci : kearifan lokal, mata air, software WIN AKT.

Page 4: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

Muhammad Rasyid Lubis

ABSTRACT

THE LOCAL WISDOM OF SPRINGS MANAGEMENTIN SUNGAI LANGKA VILLAGE, GEDONG TATAAN DISTRICT,

PESAWARAN REGENCY, LAMPUNG PROVINCE

By

Muhammad Rasyid Lubis

Local wisdom is the values or behaviors that exist within the local community to

interaction with their environment. The local wisdom of community in Sungai

Langka Village was needed to protected for sustainability of springs management.

The research aims to know perception and attitude of community about springs, to

know local wisdom and to create local wisdom database. The research conducted

on August 2017 used purposive sampling method and data collection by interview

used questionnaire. The data analysis used WIN AKT 5.55 and tabulated. The

result showed that local wisdom in Sungai Langka Village were cooperation on

1st Suro (the mounth in java calender) and planting the trees in catchment area as

conservation effort of springs management. Species of trees were kemadu tree

(Laportea sinuata), winong tree (Tetrameles nudiflora) and beringin tree (Ficus

benjamina). Tradition of the people conducted in springs like slaughter a goat

(ruwat bumi) which symbolized as an expression of gratitude for agriculture

Page 5: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

Muhammad Rasyid Lubisproducts and livestock given by god and to avoid various disasters, eating together

(ambengan), pray (kenduren) and meditation in the spring (tirakatan). Suggestion

from this research is expected Village government can support society tradition in

keeping spring water so that the production water remain sustainable and to be

potency as a tradition tourism in Sungai Langka Village.

Key word : local wisdom, spring, WIN AKT software.

Page 6: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA

SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN

PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG

Oleh

MUHAMMAD RASYID LUBIS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 7: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan
Page 8: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan
Page 9: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

RIWAYAT HIDUP

Bismillahhirohmannirrohim, penulis dilahirkan di Kota

Tangerang pada tanggal 19 Juli 1995. Penulis merupakan

putra dari pasangan Bapak Ismail Lubis dan Ibu Siti

Aisyah Nasution. Pada Tahun 2001 menyelesaikan

Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Nurul Islam.

Sekolah Dasar di SD Nurul Islam dan selesai pada tahun

2007, melanjutkan pendidikan di SMP Islamic Centre dan selesai pada tahun

2010. Melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 7 Kota Tangerang dan selesai pada

tahun 2013 yang kemudian diterima melalui jalur undangan Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa

Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Pada tahun 2017 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama ± 40 hari

di Desa Simpang Agung Kecamatan Seputuh Agung Kabupaten Lampung Tengah

dan melakukan Praktek Umum selama ± 40 hari di RPH Bogangin BKPH

Gombong Utara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Jawa Tengah. Selama

menjadi mahasiswa, penulis Mengikuti Kegiatan UKM Futsal UNILA.

Page 10: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

Untuk Ayah dan Ibu Serta kedua Saudariku Tersayang

Page 11: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

SANWACANA

Asslamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini

dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “ Kearifan Lokal dalam Pengelolaan

Mata Air Di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

Pesawaran, Provinsi Lampung” adalah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan

kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P., Ph.D. sebagai pembimbing pertama dan

Bapak Dr.Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S. sebagai pembimbing kedua yang

telah memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai

dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

3. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P. selaku dosen penguji atas saran dan

kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Page 12: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

iii

4. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

5. Masyarakat Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten

Pesawaram yang telah bersedia menjadi responden untuk penulis

mengumpulkan data di lapangan.

6. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si. selaku pembimbing akademik penulis

7. Bapak Ismail Lubis dan Ibu Siti Aisyah Nasution selaku kedua orangtua

penulis yang tak henti mendo’akan dan membekali penulis hingga penulis

dapat menyelesaikan tulisan ini.

8. Kedua saudari penulis Ismi Anisah Lubis dan Fatmah Khairani Lubis yang

selalu membantu dan mendo’akan penulis hingga dapat menyelesaikan

tulisan ini.

9. Focus’13 yang selalu membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan

skripsi dalam suka maupun duka.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 2018

Muhammad Rasyid Lubis

Page 13: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1A. Latar Belakang ................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4E. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7A. Keadaan Umum Daerah Penelitian ................................................. 7B. Hutan dan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaannya ............ 10C. Pengetahuan Lokal dan Kearifan Lokal .......................................... 12D. Persepsi............................................................................................ 19E. Sikap................................................................................................ 20F. Database Pengetahuan Lokal dengan Menggunakan WIN AKT

(Agroecological Knowledge Toolkit) .............................................. 21

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 23A. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... 23B. Objek dan Alat Penelitian .............................................................. 24C. Batasan Penelitian .......................................................................... 24D. Pengumpulan Data .......................................................................... 24

1. Data Primer ................................................................................. 242. Data Sekunder ............................................................................ 25

D. Metode Pengambilan Sampel.......................................................... 25F. Analisis Data ................................................................................... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 28A. Karakteristik Responden ................................................................. 28

1. Usia Responden .......................................................................... 292. Pekerjaan Utama ........................................................................ 29

Page 14: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

v

Halaman3. Pendapatan ................................................................................. 304. Tingkat Pendidikan ..................................................................... 31

B. Persepsi Masyarakat Desa Sungai Langka...................................... 331. Persepsi Masyarakat Desa Sungai Langka Mengenai

Pengetahuan Tentang Hutan....................................................... 342. Persepsi Masyarakat Desa Sungai Langka Mengenai

Pengetahuan Manfaat Hutan....................................................... 353. Persepsi Masyarakat Desa Sungai Langka Mengenai

Penyebab Kerusakan Hutan........................................................ 364. Persepsi Masyarakat Desa Sungai Langka Mengenai

Dampak Kerusakan Hutan.......................................................... 375. Persepsi Masyarakat Desa Sungai Langka Mengenai

Definisi Mata air ......................................................................... 38C. Sikap Masyarakat Desa Sungai Langka .......................................... 40

1. Sikap Masyarakat Desa Sungai Langka MengenaiPemanfaatan Mata Air ................................................................ 41

2. Sikap Masyarakat Desa Sungai Langka Berpartisipasidalam Kegiatan Gotong Royong .............................................. 42

3. Sikap Masyarakat Desa Sungai Langka MengenaiKeberadaan Lembaga Pengelola Mata Air ................................. 44

D. Kearifan Lokal Masyarakat Desa Sungai Langka dalamPengelolaan Mata air ...................................................................... 45

VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 53A. Simpulan ......................................................................................... 53B. Saran................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55

LAMPIRAN .............................................................................................. 61

Gambar 17-24.............................................................................................. 62Tabel 3......................................................................................................... 66Responden Statments .................................................................................. 67Kuesioner .................................................................................................... 68

Page 15: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Debit air berdasarkan pembagian waktu .............................................. 48

2. Tradisi masyarakat Desa Sungai Langka ............................................. 51

3. Daftar responden penelitian di Desa Sungai Langka ........................... 66

Page 16: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Bagan alir kerangka pemikiran ......................................................... 6

2. Peta lokasi penelitian Desa Sungai Langka ....................................... 23

3. Grafik karakteristik responden Desa Sungai Langka beradarkanTingkat usia........................................................................................ 28

4. Grafik karakteristik responden Desa Sungai Langka berdasarkantingkat pekerjaan utama .................................................................... 29

5. Grafik karakteristik responden Desa Sungai Langka berdasarkanpendapatan ........................................................................................... 30

6. Grafik karakteristik responden Desa Sungai Langka berdasarkantingkat pendidikan................................................................................ 32

7. Grafik persepsi masyarakat Desa Sungai Langka mengenaipengetahuan hutan .............................................................................. 34

8. Grafik persepsi masyarakat Desa Sungai Langka mengenaipengetahuan manfaat hutan ................................................................. 36

9. Grafik persepsi masyarakat Desa Sungai Langka mengenaipenyebab kerusakan hutan .................................................................. 37

10. Grafik persepsi masyarakat Desa Sungai Langka mengenaidampak kerusakan hutan ..................................................................... 38

11. Grafik persepsi masyarakat Desa Sungai Langka mengenaidefinisi mata air ................................................................................... 39

12. Grafik sikap masyarakat Desa Sungai Langka mengenaipemanfaatan mata air .......................................................................... 41

13. Grafik sikap masyarakat Desa Sungai Langka dalam berpartisipasikegiatan gotong royong........................................................................ 43

Page 17: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

viii

Halaman14. Surat perintah dari Kepala Desa Kepada Lembaga pengelola

mata air................................................................................................. 45

15. Model kearifan lokal berdasarkan Local Ecological Knowledge(LEK) dalam pengelolaan mata air ...................................................... 46

16. Model kearifan lokal berdasarkan Local Ecological Knowledge(LEK) dalam konservasi mata air ....................................................... 50

17. Wawancara dengan Kepala Urusan (KAUR) PemerintahanDesa Sungai Langka ............................................................................ 61

18. Wawancara dengan anggota kelompok pengelola mata airDesa Sungai Langka ............................................................................ 61

19. Salah satu anggota kelompok pengelola mata air memasangselang ................................................................................................... 62

20. Pengguna mata air memanfaatan mata air untuk membudidayakanikan...................................................................................................... 62

21. Tanaman bambu yang berada di sekitar mata air................................ 63

22. Pohon Bringin (Ficus benjamina) yang berada di sekitarmata air................................................................................................. 63

23. Pohon Winong (Tetrameles nudiflora) yang berada di sekitarmata air................................................................................................. 64

24. Pohon Bringin (Ficus benjamina) yang berada di sekitarmata air................................................................................................. 64

Page 18: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan dan pemanfaatan lahan hutan di Tahura Wan Abdul Rachman oleh

kelompok pengelola dan pelestari hutan sudah dilakukan lebih dari 15 tahun.

Pengelolaan dan pemanfaatan lahan hutan sangat tergantung kepada partisipasi

masyarakat lokal (Magdalena, 2013). Pengelolaan sumberdaya alam yang

dilakukan masyarakat lokal memiliki pengetahuan lokal mengenai ekologi,

pertanian dan kehutanan yang terbentuk secara turun temurun dari generasi ke

generasi (Hilmanto, 2009).

Pengetahuan lokal didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui

kontak sehari-hari dengan dunia alam dan proses-proses ekologis (Knapp dan

Fernandez, 2009). Menurut Siswadi dkk (2011), pengetahuan lokal (local

knowledge), kecerdasan setempat (local genius) dan kebijakan setempat (local

wisdom) merupakan konsep dari kearifan lokal.

Kearifan lokal pada setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Suatu komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan lokal yang terkait dengan

pengelolaan sumberdaya alam sebagai tata pengaturan lokal yang telah ada sejak

masa lalu dengan sejarah dan adaptasi yang lama. Kearifan lokal tidak hanya

Page 19: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

2berfungsi sebagai ciri khas suatu komunitas saja, tetapi juga berfungsi dalam

untuk pelestarian lingkungan ekologis suatu komunitas masyarakat (Oktaviani dan

Dharmawan, 2010).

Kearifan lokal pengelolaan sumberdaya air bertujuan untuk mempertahankan

keberadaan mata air pada Desa Sungai Langka. Mata air dapat berperan

multiguna, yaitu sebagai air minum dan MCK (mandi, cuci, kakus), religius

(mendukung pelaksanaan ibadah), dan ekonomi. Pengelolaan sumberdaya air

diperlukan agar keberadaannya tetap bermanfaat dan berkelanjutan (Oktaviani dan

Dharmawan, 2010).

Mata air di Desa Sungai Langka ini sudah dimanfaatkan sejak masa penjajahan

Belanda. Setelah Indonesia merdeka mata air tersebut dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari. Kondisi mata air di Desa Sungai

Langka sangat baik dengan acuan meneurut Khatun (2016), parameter kondisi

mata air dilihat panca indra antara lain warna, aroma dan rasa dimana mata air

Desa Sungai Langka ini memiliki kondisi air yang jernih, tidak berbau dan tidak

berasa serta ketersediannya yang dapat mencukupi masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Beberapa dari masyarakat memanfaatkannya untuk

membudidayakan ikan atau perikanan. Informasi mengenai kearifan lokal dalam

pengelolaan mata air ini belum teridentifikasi dan terdokumentasi.

Menurut Sunaryo dan Joshi (2003), banyak kasus petani tidak

mendokumentasikan pengetahuannya, sehingga tidak mudah untuk diakses oleh

orang di luar lingkungan masyarakat tersebut. Pengetahuan lokal ini seringkali

Page 20: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

3sulit terdeteksi karena sudah demikian menyatu dalam praktek bertani mereka.

Seringkali pengetahuan tertentu yang sangat spesifik menyatu demikian erat

dengan peran ekonomi dan budaya seseorang di dalam masyarakat dan mungkin

tidak diketahui oleh anggota masyarakat lainnya. Pendokumentasian ini penting

dilakukan sebagai acuan pengelolaan untuk masa yang akan datang sekaligus

mengkombinasikan informasi dan teknologi yang ada tanpa meninggalkan

keberadaan kearifan lokal masyarakat. Akibat dari lemahnya pendokumentasian,

banyak tradisi dan pengetahuan lokal bertani masa lalu yang telah mereka

‘simpan’ hilang begitu saja. Pengikisan teknologi, pendidikan, kepercayaan dan

nilai dari luar, seringkali menyebabkan terjadinya marginalisasi baik pengetahuan

petani maupun cara penyebarannya (Sunaryo dan Joshi, 2003)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian kali mengenai kearifan lokal pengelolaan mata

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana persepsi dan sikap masyarakat Desa Sungai Langka dalam

pengelolaan mata air?

2. Bagaimana kearifan lokal yang masyarakat miliki dalam pengelolaan hutan

dan mata air?

3. Bagaimana bentuk atau database mengenai kearifan lokal jika dibuat

menggunakan software Win AKT 5.55.

Page 21: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

4C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan mata air

adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui bagaimana persepsi dan sikap masyarakat mengenai mata air.

2. Mengetahui kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan hutan dan mata air.

3. Membuat database kearifan lokal dalam pengelolaan mata air.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat untuk masyarakat Desa Sungai Langka adalah memberikan

pemahaman tentang kearifan lokal yang masyarakat miliki sehingga

masyarakat senantiasa menjaga dan melestarikan kearifan lokal.

2. Manfaat untuk akademisi adalah sebagai database tentang kearifan lokal yang

diterapkan oleh masyarakat yang dapat dijadikan acuan atau literatur untuk

melakukan penelitian sejenis yang akan datang.

E. Kerangka Pemikiran

Sumberdaya alam berupa hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat

diperbarui. Desa Sungai Langka ini bagian selatan berbatasan langsung dengan

kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ( Tahura WAR) yang mana

terdapat suatu sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui yaitu mata air.

Page 22: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

5Keberadaan mata air tergantung pada kondisi hutan yang ada di wilayah tersebut.

Sudut pandang pemakaian hutan dan air harus dikelola dan dipakai secara

bijaksana. Kegiatan pengelolaan hutan dan mata air setiap masyarakat memiliki

persepsi dan sikap. Persepsi dan sikap yang masyarakat lakukan ini berdasarkan

pengetahuan lokal yang masyarakat miliki. Penelitian ini ingin menggali

bagaimana persepsi dan sikap masyarakat atas keberadaan hutan dan mata air.

Hasil data yang diperoleh mengenai persepsi dan sikap masyarakat dilakukan

pengolahan data menggunakan tabulasi. Data mengenai kearifan lokal oleh

menggunakan software Win AKT 5.55 yang menghasilkan suatu bentuk model

kearifan lokal yang dapat dijadikan sebagai database mengenai kearifan lokal.

Kedua data tersebut di analisis menggunakan analisis deskriptif. Database

tersebut dapat dipergunakan sebagai gambaran atau acuan pemerintah dan

masyarakat lokal dalam melakukan pengelolaan hutan dan mata air sekaligus

senantiasa menjaga kearifan lokal tersebut. Kerangka pemikiran dalam bentuk

diagram alir dapat diligar pada Gambar 1.

Page 23: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

6

Gambar 1. Kerangka pemikiran.

Sumber Daya Alam

Hutan Mata Air

Pengelolaan

Masyarakat

Persepsi

Tabulasi

Sikap

Analisis Deskriptifdan WIN AKT 5.55

Kearifan Lokal

Informasi

Pengetahuan Data

Diagram 1. Gambaran diagram informasi sebagai suatu kontinum,dengan data dan pengetahuan sebagai dua perbedaan ( Dixon,2001)

Pemahaman/Pemikiranmanusia

Page 24: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keadaan Umum Daerah Penelitian

Keadaan umum daerah penelitian Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung yang terdiri atas sejarah desa dan letak

geografis desa adalah sebagai berikut.

1. Sejarah Desa Sungai Langka

Desa Sungai Langka merupakan suatu desa yang awal mulanya berasal dari areal

perkebunan Belanda yang dibumihanguskan oleh bala tentara Jepang pada tahun

1945. Kemudian pada tahun yang sama 1945 tanah tersebut dikelola yang

bertindak sebagai koordinator adalah Bapak Sabichun sampai tahun 1950.

Bapak residen Lampung pada saat itu Mr. Gele Harun menempatkan satu kompi

Corps Tjandangan Nasional (CTJ) yang didatangkan dari Jawa Timur kompi C

dibawah pimpinan Lettu Suprapto. Rombongan kompi ini diberikan areal tanah

perkebunan Sungai Langka untuk dijadikan kegiatan atau usaha yang dipimpin

oleh Bapak Sadikin dan Ki Lettu Suprapto yang meliputi kegiatan usaha sebagai

berikut.

Page 25: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

8a. Perkebunan kopi dan karet

b. Pembuatan Dam pengairan

c. Pembuatan kolam pemandian

d. Pembangunan perumahan untuk anggota kompi C.

Berdasarkan keputusan Presiden RI pada perkembangannya tanggal 3 Mei 1954

seluruh CTN dikembalikan kepada masyarakat. Sejak 4 Januari 1963 pengelolaan

areal perkebunan yang dipimpin oleh Bapak Sabichun diserahkan kepada PTP.

VII Nusantara Berulu.

Tahun 1975 Desa Sungai Langka resmi berpisah dengan Desa Bernung yang

menjadikan Desa Sungai Langka menjadi desa pemekaran dari desa induk

Bernung dengan sebuah Kampung Susukan yang tercantum dalam surat

keputusan Bupati Daerah Tingkat II Lampung Selatan Nomor 108/V/Des. Desa

Sungai Langka memiliki 8 dusun yang terdiri dari dusun 1 sampai dusun 8. Dusun

yang menggunakan mata air terdiri dari dusun 1 sampai dusun 6

2. Letak Geografis Desa Sungai Langka

Berdasarkan data monografi letak dan wilayah Desa Sungai Langka berdasarkan

keadaan geografi adalah sebagai berikut.

Luas Wilayah : 900 Hektar

Letak Wilayah : 100-400 mdpl dengan suhu 15o C - 30oC

Batas-batas Desa Sungai Langka adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Bernung dan Negrisakti

Page 26: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

9Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Kurungannyawa

Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Hutan Negara/Gunung Betung

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Wiyono dan PTP IV Nusantara

Berulu.

Desa Sungai Langka merupakan desa bertipologi daratan dan perbukitan yang

terdiri dari :

Perladangan : 171 Ha

Perumahan/Pekarangan : 138 Ha

Perikanan : 4 Ha

Milik Swasta : 3 Ha

Milik Perorangan : 573 Ha

Orbitasi atau Jarak Desa Sungai Langka ke pusat Pemerintahan sebagai berikut :

Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 7 Km

Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten : 12 Km

Jarak dari Pusat Pemerintahan Provinsi : 20 Km

Desa Sungai Langka dibagian selatan berbatasan dengan kawasan hutan yang

statusnya sebagai kawasan Tahura WAR yang merupakan salah satu taman hutan

raya di Indonesia yang memiliki luas 22.249,31 ha dan ditetapkan berdasarkan

Besluit Residen Lampung No. 307 tanggal 31 Maret 1941, kawasan Gunung

Betung masih berstatus sebagai hutan lindung dengan nama hutan lindung

Register 19 Gunung Betung. Sejak tahun 1987, melalui surat Gubernur Lampung

(Yasir Hadibroto) kepada Menteri Kehutanan diusulkan perubahan fungsi

Page 27: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

10kawasan menjadi Tahura WAR. Penetapan kawasan ini menjadi Tahura WAR

berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 408/Kpts-II/1993.

Pertimbangan usulan yang diajukan adalah untuk kepentingan tersedianya

pasokan air bersih bagi warga kota Bandar Lampung. Putro (2007), menyatakan

dikawasan Tahura WAR memiliki potensi air yaitu:

1. Potensi air kawasan Tahura WAR telah dimanfaatkan oleh PDAM (bahan

baku air bersih) dan bahan baku air mineral.

2. Beberapa sungai menjadi sumber air irigasi (pengairan), Persawahan,

pertanian dan perikanan darat desa di sekitar kawasan Tahura.

3. Sumber air bersih bagi kehidupan masyarakat desa sekitar kawasan Tahura.

4. Sumber tenaga listrik Mikrohidro (di beberapa desa sekitar Tahura)

B. Hutan dan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaannya

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan

tumbuhan lainnya (Nagel, 2011). Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 1999,

hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya

alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah

tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan

keberadannya sebagai hutan tetap.

Sebagaimana tercantum dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, bahwa

pengelolaan hutan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :

a. Tata guna lahan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

Page 28: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

11b. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan

c. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

d. Perlindungan hutan dan konservasi alam

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan menurut UU Kehutanan No. 41

tahun 1999 pasal 68 meliputi: 1) masyarakat berhak menikmati kualitas

lingkungan hidup yang dihasilkan hutan 2) masyarakat dapat memanfaatkan hutan

dan hasil hutan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengetahui rencana

peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, memberi informasi, saran, serta

pertimbangan dalam pembangunan kehutanan dan melakukan pengawasan, 3)

berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses atau hak atas tanah

miliknya.

Sinery dan Manusawai (2016), menyatakan keterlibatan masyarakat dalam

pengelolaan hutan Hutan Lindung Wosi Rendani pada fungsi partisipasi dalam

program pengelolaan kawasan hutan lindung tersebut ditentukan oleh partisipasi

masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan akan

menumbuhkan pengalaman dan rasa memiliki yang pada tahap berikutnya akan

dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kemauan untuk mempertahankan

kawasan hutan lindung. Guna mengembalikan fungsi kawasan sebagaimana

mestinya, maka perlu diupayakan peningkatan kegiatan sosialisasi terkait status

dan fungsi kawasan bagi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.

Page 29: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

12C. Pengetahuan Lokal dan Kearifan Lokal

Degradasi hutan yang mengarah ke tahap berkurangnya jenis keanekaragaman

hayati, struktur hutan, fungsi ekologis, dan penyediaan jasa ekosistem sangat

mengkhawatirkan dalam mencegah degradasi hutan dibutuhkan kesadaran

masyarakat dan keikutsertaan masyarakat sekitar hutan dalam pengawasan dan

pengelolaan hutan dengan menerapkan pengetahuan lokal yang mereka miliki

(Parrotta dkk, 2016). Menurut Mulyonoutami dkk (2004), pengetahuan lokal

yang dimiliki petani merupakan pengalaman bertani dan berkebun serta

berinteraksi dengan lingkungannya. Sunaryo dan Joshi (2003), menyatakan

pengetahuan lokal merupakan konsep yang lebih luas yang merujuk pada

pengetahuan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang hidup di wilayah tertentu

untuk jangka waktu yang lama. Seringkali dari sistem pertanian lokal setempat

dan praktek yang ada merupakan sumber ide yang potensial dalam pemanfaatan

sumber daya secara lestari sehingga menciptakan kearifan lokal.

Menurut Situmorang dan Simanjuntak (2015), dan Sumarmi (2015), kearifan

lokal merupakan bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan etika yang

menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.

Menurut Suhartini (2009), kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan

lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah

yang merujuk pada lokalitas dan komunitas tertentu. Kearifan lokal menurut

Vitasurya (2016), adalah perilaku manusia ketika berinteraksi dengan alam dan

lingkungan lokal yang berasal dari nilai mereka kebiasaan agama, saran dari

Page 30: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

13nenek moyang atau budaya lokal, secara alami dibangun dalam suatu komunitas

untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Kearifan lokal merupakan sebuah sistem dalam tatanan kehidupan sosial, politik,

budaya, ekonomi, serta lingkungan yang hidup di tengah-tengah masyarakat lokal.

Ciri yang melekat dalam kearifan tradisional adalah sifatnya yang dinamis,

berkelanjutan dan dapat diterima oleh komunitasnya. Komunitas masyarakat

lokal yang memiliki kearifan tradisional terwujud dalam bentuk seperangkat

aturan, pengetahuan, dan juga keterampilan serta tata nilai dan etika yang

mengatur tatanan sosial komunitas yang terus hidup dan berkembang dari generasi

ke generasi. Posisi kearifan lokal saat ini berada dalam posisi yang lemah. Arus

kapitalisme lebih mendominasi kehidupan komunitas masyarakat (Thamrin,

2013).

Keraf (2002), Fairhead dan Scoones (2005), menegaskan bahwa kearifan lokal

adalah suatu pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat

kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam

komunitas ekologis. Kearifan lokal bukan saja tradisi semata melainkan

pemahaman dari setiap individu dan diterapkan dalam kehidupan. Fairhead dan

Scoones (2005), menyatakan pemahaman mengenai kearifan lokal di atas semakin

menegaskan bahwa kearifan lokal menjadi modal penting dalam pengelolaan

sumber daya alam dan pelestarian lingkungan.

Penguatan modal sosial dalam bentuk kearifan lokal masyarakat dapat

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengatasi berbagai permasalahan

sosial yang berpengaruh pada kelestarian sumberdaya alam termasuk di antaranya

Page 31: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

14hutan (Ekawati dan Nurrochmat, 2014). Modal sosial adalah suatu bentuk sosial

yang melibatkan norma-norma, dan kepercayaan sosial, yang mendorong pada

sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama (Adit, 2017). Penjelasan

diatas dapat dilihat bahwa kearifan lokal dan modal sosial ini berjalan beriringan

berdasarkan norma-norma, keyakinan atau kepercayaan dan pemahaman

masyarakat dalam membangun dan mengelola sumberdaya alam.

1. Kearifan Lokal Pengelolaan Sumberdaya Alam

Menurut Leret dkk (2014), pengelolaan sumber daya alam membutuhkan

pemahaman dari masyarakat dalam penerapan pengelolaannya dengan

menggabungkan pengetahuan tradisional atau pengetahuan lokal sama halnya

menurut Dung dan Webb (2008), masyarakat pedesaan dapat dilibatkan dalam

proses pemantauan. Masyarakat setempat juga dapat mengusulkan langkah-

langkah dalam melakukan konservasi hutan dan perbaikan melalui pengetahuan

lokal yang masyarakat pedesaan miliki. Rist dkk (2010), menyatakan banyak

masyarakat hutan memiliki pengetahuan yang cukup dari sumberdaya alam yang

mereka gunakan. Pengetahuan tersebut berpotensi dapat menginformasikan

terhadap pendekatan ilmiah untuk pengelolaan sumber daya, baik sebagai sumber

dasar data untuk mengisi kesenjangan informasi sekaligus untuk menyediakan

pendekatan dalam alternatif pengelolaan. Pendekatan dengan lingkungan

masyarakat memperoleh dan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud

pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya, aktivitas, dan peralatan sebagai

hasil abstraksi mengelola lingkungan.

Page 32: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

15

Pengenalan pengelolaan kehutanan modern dipengaruhi oleh pengelolaan hutan

tradisional dan bentuk campur tangan dari adanya tekanan politik, sosial, dan

ekonomi, hal ini memperkuat peranan pengetahuan yang berkaitan dengan hutan

tradisional semakin penting untuk pembangunan pedesaan berkelanjutan (Johann,

2007). Pengelolaan sumber daya alam yang sukses tergantung pada pertukaran

pengetahuan yang efektif dari pemanfaatan pengetahuan tradisional atau adat

setempat yang berasal dari berbasis tempat pengalaman dan pengetahuan ilmiah

yang dihasilkan oleh penyelidikan sistematis adalah pengetahuan domain yang

paling umum dikenal (Fleischman dan Briske, 2016)

Pendekatan kebudayaan seperti kearifan lokal, dan norma-norma yang terkait

dengan pelestarian lingkungan hidup penting menjadi basis yang utama.

Masyarakat yang hidup dengan menggantungkan alam dan mampu menjaga

keseimbangan lingkungannya dengan kearifan lokal yang dimiliki dan dilakukan

tidak begitu merasakan adanya krisis ekonomi, atau pun tidak merasa terpukul

seperti halnya masyarakat yang hidupnya sangat dipengaruhi oleh kehidupan

modern. Kearifan lokal penting untuk dilestarikan dalam suatu masyarakat guna

menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan

lingkungannya. Berkembangnya kearifan lokal tersebut tidak terlepas dari

pengaruh berbagai faktor yang akan mempengaruhi perilaku manusia terhadap

lingkungannya (Suhartini, 2009).

Mengintegrasikan pengetahuan ekologi tradisional dan lokal ke konservasi

keanekaragaman hayati hutan yang paling mungkin berhasil jika pemegang

pengetahuan secara langsung terlibat sebagai peserta aktif dalam upaya ini.

Page 33: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

16Beberapa model menjanjikan untuk bagaimana mengintegrasikan pengetahuan

ekologi tradisional dan lokal dalam pengelolaan hutan dengan memperhatikan

kendala ekonomi dan kendala kebijakan sosial. Kendala ini harus ditangani

bersama dengan strategi untuk mengintegrasi pengetahuan lokal dengan

pengetahuan modern atau pengetahuan yang berkembang saat ini, selain itu juga

dibutuhkan informasi lebih lanjut tentang bagaimana kelompok-kelompok yang

berbeda dari praktisi hutan saat menerapkan ekologi tradisional dan pengetahuan

lokal ekologi dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan (Charnley dkk, 2007).

Pola penggunaan sumber daya hutan di Korea Selatan telah ditinjau bersama

dengan ketersediaan sumber daya hutan untuk para pengguna hutan dan dalam

kaitannya dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakat setempat. Di Korea Selatan,

pendapatan dari hutan muncul lebih dari produk hasil hutan bukan kayu (HHBK)

dan jasa ekosistem hutan. Hubungan antara ketersediaan sumber daya hutan dan

pendapatan penduduk di desa-desa pegunungan ditujukan dengan analisis statistik

hasil survei rumah tangga yang dilakukan di Provinsi Gangwon-do. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa eksistensi sumber daya hutan dan warisan budaya

yang terkait tidak cukup bagi masyarakat setempat untuk memperoleh penghasilan

dari lahan hutan (Youn, 2009).

Pengaturan yang tepat bagi masyarakat lokal dalam mengakses sumber daya hutan

dan pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya yang diperlukan untuk

membuat hubungan yang konstruktif untuk mata pencaharian masyarakat.

Kesepakatan pengelolaan bersama antara masyarakat hutan dan pemilik hutan

bermanfaat untuk kedua belah pihak agar pengelolaan hutan di Korea tetap lestari

Page 34: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

17seperti yang terlihat dalam kasus koleksi getah maple dalam hutan Universitas

Nasional Seoul. Pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh penduduk lokal

adalah nilai bagi masyarakat yang bergantung pada hutan dan dianggap sebagai

bagian dari pengelolaan hutan lestari seperti yang terlihat dalam kasus asli

menjaga lebah madu di dekat kawasan hutan lindung yang dikelola oleh otoritas

hutan nasional (Youn, 2009).

2. Kearifan Lokal Pengelolaan Sumberdaya Air

Jenis kearifan lokal dalam mengelola sumber daya air Lam Ta Kong River Basin

ini ada dua jenis, pertama adalah kearifan lokal asli termasuk bendungan bumi,

batu bendungan, batu tanggul, bendungan kayu kincir air dan sumur dangkal yang

ditemukan dalam sumber air dan tengah daerah aliran sungai. Tujuan komunitas

masyarakat membangun bendungan ini untuk mengelola air yang tersedia yang

berguna untuk kegiatan pertanian, industri, aktivitas keluarga dan kebutuhan

hidup. Masyarakat membangun bendungan aliran sungai penghalang sepanjang

Lam Ta Kong River untuk penyimpanan air yang bertujuan menjaga kesediaan air

pada musim kemarau dan untuk mengurangi banjir selama musim hujan. Jenis

kedua adalah kearifan lokal asli dikombinasikan dengan teknologi modern

termasuk beton bendungan, Watergate, mengairi tabung, saluran irigasi, pompa

air, pompa air dinamo dan air bawah tanah pengeboran sumber air (Kongsat dkk,

2009).

Page 35: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

18Siswadi dkk (2011), menyatakan dari hasil penelitian mengenai kearifan lokal

masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya berupa air Tuk Serco di Desa

Purwogondo berupa :

1. Pengetahuan masyarakat, yang berupa ilmu titen.

2. Nilai-nilai : nilai-nilai kebersamaan, kepatuhan, kemufakatan, keadilan, dan

kepedulian.

3. Etika dan moral : terwujud dalam sikap dan perilaku arif lingkungan, sopan,

bertanggungjawab secara moral atas keberadaan dan kelestarian Tuk Serco,

tidak merusak, tidak mengancam eksistensi Tuk Serco. Masyarakat menyadari

bahwa Tuk Serco dan segala isinya adalah sebagai sesama makluk Allah yang

harus dihargai dan dihormati.

4. Norma-norma, berupa : anjuran-anjuran, larangan-larangan, sanksi-sanksi, dan

ungkapan-ungkapan.

Menurut Camacho dkk (2015), di Filipina, banyak masyarakat adat seperti Ifugaos

di Cordillera Mountains masyarakat yang relatif terpencil belum mandiri akan

tetapi pengetahuan mereka terus berkembang. Meskipun transformasi dari banyak

sistem pengetahuan lokal, praktek yang membantu mempromosikan kelestarian

hutan tetap utuh. Pengetahuan lokal yang masyarakat adat Ifugaos miliki yaitu

praktek adat di woodlot dan DAS secara kolektif dikenal sebagai muyong.

Partisipasi masyarakat di dalam mengelola sumberdaya air lebih nampak kepada

pengelolaan mata air untuk berbagai keperluan. Budaya masyarakat perdesaan

nampak sangat menonjol di dalam mengelola mata air, terutama di dalam

memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapinya mengedepankan

Page 36: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

19kepada musyawarah, kebersamaan dan gotong royong (Darmanto dan Sudarmaji,

2013).

D. Persepsi

Persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu obyek atau

peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat memandang,

mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan

keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada, sehingga ia dapat menentukan

tindakannya. Persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai

faktor, mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal,

juga motivasi dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang akan

menyebabkan seseorang dapat menginterpretasikan sesuatu mempunyai

perbedaan pendapat (Muchtar, 1998).

Berawal dari persepsi terhadap hutan besar pengaruhnya pada wujud hubungan

manusia dengan hutan, yang dapat dibedakan menjadi seseorang menolak

lingkungannya, bekerjasama dan mengurus lingkungan (mengekploitasi).

Seseorang menolak lingkungan disebabkan seseorang tersebut mempunyai

pandangan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, sehinggga orang

tersebut dapat memberikan bentuk tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa

yang dikehendakinya. Sebaliknya bagi seseorang yang mempunyai persepsi

menerima lingkungan, sesorang dapat memanfaatkan hutan sekaligus menjaga dan

menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan memberi manfaat yang

Page 37: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

20terus menerus. Dengan demikian lingkungan akan terjaga dari kerusakan dan

memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar (Junianto, 2007).

E. Sikap

Definisi sikap itu menggambarkan bahwa sikap adalah kesiapan, kesediaan untuk

bereaksi terhadap suatu objek, jadi hal ini masih berupa kecenderungan dalam

bertindak (Junianto, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Sarwono (2002),

menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang,

perilaku, situasi, benda) juga mengandung penilaian setuju tidak setuju, suka tidak

suka. Perbedaan terletak pada proses selanjutnya dan penerapan konsep tentang

sikap mengenai proses terjadinya, sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap

adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Sikap lebih dapat dibentuk,

dikembangkan, dipengaruhi dan diubah. Sikap mempunyai tiga komponen, yaitu.

1. Kognitif adalah kepercayaan seseorang terhadap sesuatu atau pengalaman

faktual seseorang mengenai suatu objek.

2. Afektif adalah penilaian seseorang, kesukaan atau respon emosional terhadap

sesuatu.

3. Konatif merupakan perilaku yang jelas dari seseorang yang diarahkan

terhadap suatu objek (bertingkah laku).

Berdasarkan ketiga komponen tersebut dapat dikatakan bahwa sikap merupakan

kumpulan dari berfikir, keyakinan, dan pengetahuan serta memiliki evaluasi

negatif maupun positif yang berakar emosi.

Page 38: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

21F. Database Pengetahuan lokal dengan Win AKT (Agroecological Knowledge

Toolkit)

Perangkat lunak Win AKT 5.55 dikembangkan oleh Bangor University bersama

dengan Departemen Artificial Intelligence di Universitas Edinburgh. Bangor

University bekerja sama dengan World Agroforestry Centre (ICRAF) untuk

mengintegrasikan AKT dalam penelitian dan pengembangan proyek-proyek

internasional untuk merancang intervensi yang lebih efektif yang bekerja di

lapangan. Tujuan dari toolkit adalah untuk memperoleh pengetahuan ekologi

lokal dengan cara yang ketat dan sistematis. Software ini dirancang untuk

menyediakan pengetahuan berbasis lingkungan dari berbagai sumber.

Memungkinkan menimbulkan representasi pengetahuan dari petani dan ilmuwan

yang pada akhirnya terbentuk suatu model pengetahuan ekologi lokal.

Informasi yang didapat dari observasi lapangan akan disusun menjadi pernyataan.

Pernyataan merupakan gabungan dari elemen-elemen yang menyusun statement

(Dixon, 2001). Elemen-elemen tersebut adalah.

1. Objek (Object), yaitu sesuatu yang bersifat fisik, seperti pohon, tanah, lahan,

dan tanaman tetapi bisa juga berhubungan dengan pengertian atau istilah

seperti niche atau musim hujan.

2. Proses (process) atau kejadian, yaitu menggambarkan perubahan yang terjadi

di alam, seperti erosi tanah yang menggambarkan kejadian hilangnya partikel

tanah, gerreminaation yang menggambarkan perubahan biji dari masa

dormansi atau istirahat menjadi tumbuh.

Page 39: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

223. Kegiatan (action), hampir sama dengan proses, tetapi kegiatan dilakukan oleh

manusia, dan selalu berhubungan dengan satu atau dua objek. Contohnya

membajak merupakan kegiatan yang berhubungan dengan lahan.

Jenis atau tipe pernyataan yang digunakan dalam program Win AKT 5.55 adalah.

1. Attribute Value Statements

Bentuk dasar yang paling banyak digunakan pada pernyataan (Statements) adalah

attribute value statments. Attribute value statements bersifat deskriptif yang

menerangkan sebuah objek (object), atau proses (process), atau kegiatan (action).

2. Casual Statement

Causes statements bersifat menerangkan sebab-akibat sebuah objek (object), atau

proses (process), atau kegiatan (action).

3. Links Statements

Links Statements merupakan pernyataan yang disusun berdasarkan interpretasi

dari penulis atau pengarang dan biasanya pernyataan tersebut tidak bisa disusun

menjadi pernyataan lain selain links statements (Dixon, 2001).

Page 40: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017. Lokasi penelitian di

Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lampung. Desa Sungai Langka terbentuk tahun 1975, merupakan desa

pemekaran dari Desa Induk Bernung, yang bagian selatan berbatasan langsung

dengan kawasan Tahura WAR (Sumaryanto, 2016). Adapun peta lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian Desa Sungai Langka.

Page 41: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

24B. Objek dan Alat Penelitian

Responden penelitian ini merupakan tokoh masyarakat dan masyarakat yang

mengelola dan menggunakan mata air di Desa Sungai Langka. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, software Win AKT

5.55 (Agroecological Knowledge Toolkit), komputer atau laptop dan kamera.

C. Batasan Penelitian

Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah.

1. Responden Berdomisili dan sudah menetap lebih dari 10 tahun di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

2. Responden merupakan masyarakat yang menggunakan mata air di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden pemilihan

responden menggunakan metode purposive sampling. Wawancara yang

dilakukan menggunakan panduan kuesioner dengan melakukan metode

wawancara indepth-interview yang merupakan suatu metode untuk menggali

informasi dengan cara melakukan wawancara mendalam terhadap responden.

Data primer meliputi karakteristik responden (nama, umur, pekerjaan, pendidikan

Page 42: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

25jumlah tanggungan, suku, pendapatan dan agama) serta data mengenai

pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan pengelolaan mata air dan hutan serta

pemanfaatan yang dilakukan masyarakat.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data ini dilakukan dengan studi pustaka dari beberapa dinas terkait

dan instansi terkait di daerah penelitian yang meliputi dokumen atau arsip,

penelitian– penelitian terdahulu dan beberapa data literartur lainnya untuk

menunjang penelitian ini.

E. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling

Method. Menurut Fardian dkk (2012), dan Sekaran (2000), yang menyatakan

purposive Sampling Method merupakan metode yang dilakukan dengan

menentukan siapa yang termasuk anggota sampel penelitian dan seorang peneliti

harus benar-benar mengetahui bahwa responden yang dipilihnya dapat

memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian.

Kriteria dari responden penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan masyarakat

yang menggunakan mata air. Penentuan jumlah sampel responden menggunakan

rumus slovin dengan ketetapan batas eror yang digunakan sebesar 15% karena

menurut Arikunto (2006), menyatakan populasi lebih dari 100 dapat

Page 43: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

26menggunakan batas eror 15% . Penentuan besar sampel menggunakan Rumus

Slovin yaitu (Arikunto, 2006) :

n = NN (e2)+1

Keterangan:

n = Jumlah Responden

N = Jumlah total kepala keluarga (KK) yang menggunakan mata air di Desa

Sungai Langka

e = Margin/batas eror

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk yang menggunakan atau

memanfaatkan mata air sebanyak 800 KK dihitung menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut :

n= 800 = 43 Responden800(0,152)+1

Hasil yang didapat sebanyak 43 responden ditambah dengan tokoh masyarakat

berdasarkan hasil prasurvei didapatkan sebanyak 4 orang yang melakukan

pengelolaan mata air dan 4 orang yang dianggap memahami mengenai sejarah

desa tersebut sehingga sampel yang diperoleh sebanyak 51 responden.

F. Analisa Data

Data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan responden selanjutnya

pengolahan data. Data tentang persepsi dan sikap masyarakat mengenai

pengelolaan mata air di tabulasi dan data tentang kearifan lokal dalam pengelolaan

mata air di olah menggunakan software Win AKT 5.55 untuk membuat database

Page 44: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

27kearifan lokal dalam mengelola mata air. Penyusunan database mengenai

kearifan lokal pengelolaan mata air dibutuhkan elemen-elemen dalam penyusunan

pernyataan antara lain objek, proses dan kegiatan dan jenis pernyataan yang

digunakan yaitu, Attribute Value Statements, Casual Statement, Links Statements.

Data mengenai persepsi dan sikap serta database kearifan lokal dianalisis

menggunakan analisis deskriptif. Usman dan Akbar (2009), mendefinisikan

deskriptif adalah menggambarkan atau menjelaskan objek yang di peroleh dari

suatu pengamatan atau penelitian. Penelitian deskriptif dapat berupa kualitatif

atau kuantitatif. Penelitian kali ini menggabungkan penelitian deskriptif kualitatif

yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan kearifan lokal pengelolaan

mata air di Desa Sungai Langka dan penelitian deskriptif kuantitatif yang

digunakan untuk mengetahui mengenai persepsi dan sikap masyarakat mengenai

pengelolaan mata air. Usman dan Akbar (2009), dan Sarwono (2006),

menyatakan penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-kata menurut

pendapat responden apa adanya sesuai pernyataan responden dan mencoba untuk

mendapatkan pemahaman dari proses dan interaksi. Penelitian deskriptif

kuantitatif berupa angka dapat digambarkan dalam bentuk statistik deskriptif.

Page 45: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa.

1. Persepsi masyarakat Desa Sungai Langka mengenai mata air sebagai berikut :

76,84% mengetahui definisi mata air sebagai air yang keluar dari dalam tanah

dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, 9,80% kurang tahu dan

13,72% tidak tahu definisi mata air. Sikap masyarakat mengenai manfaat mata

air, yaitu 92,72% memanfaatkan mata air untuk kegiatan sehari-hari, 7,28%

untuk kegiatan lain seperti budidaya ikan dan menyiram bibit.

2. Kearifan lokal yang dilakukan masyarakat Desa Sungai Langka yaitu tindakan

pengelolaan air seperti gotong royong yang dilakukan pada satu Suro dan

menanam tanaman bambu. Tindakan konservasi yang masyarakat lakukan

yaitu menanam pohon dengan jenis pohon yang masyarakat ketahui baik untuk

resapan air yaitu pohon kemadu (Laportea sinuata), pohon winong (Tetrameles

nudiflora) dan beringin (Ficus benyaamina) serta terdapat suatu tradisi yang

dilakukan masyarakat seperti gotong royong membersihkan mata air, potong

kambing (ruwat bumi), makan bersama (ambengan), kirim do’a (kenduren) dan

menunggu di mata air (tirakatan).

Page 46: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

543. Database kearifan lokal dalam bentuk model Local Ecological Knowledge

(LEK) pengelolaan mata air digunakan untuk mendokumentasikan tindakan

pengelolaan mata air seperti kegiatan menanam tanaman, gotong royong

membersihkan mata air, membuat saluran air, kelompok desa mengalirkan air

dan melakukan sosialisasi dalam menjaga mata air. Database LEK dalam

mendokumentasikan tindakan konservasi mata air yaitu tidak menebang pohon

disekitar mata air dan menanam pohon pada daerah yang kurang rapat untuk

meningkatan infiltrasi.

B. Saran

Saran dari penelitian ini diharapkan Pemerintah Desa dapat mendukung tradisi

masyarakat dalam menjaga mata air agar mata air tetap lestari dan berpotensi

untuk dijadikan wisata tradisi di Desa Sungai Langka.

Page 47: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

DAFTAR PUSTAKA

Page 48: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

55

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, B., Simon, H., Diniyati, D. dan Widyaningsih, T. 2012. Persepsi petaniterhadap pengelolaan dan fungsi hutan rakyat di kabupaten ciamis. J. BumiLestari. 12(1): 123—136.

Adit. 2017. Modal Sosial. Publikasi 04/10/2017 - 14:03. Kementrian Sosial.https://www.kemsos.go.id/search/node/modal%20sosial. Diakses tanggal20 mei 2018.

Afandi, Y., Sunoko, H. dan Kismartini. 2013. Status keberlanjutan sistempengelolaan air limbah domestik komunal berbasis masyarakat di kotaprobolinggo. J. Ilmu Lingkungan. 11(2): 100–109.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Buku.Rineka Cipta. Jakarta. 370 hlm.

Ariyanto, Rachman, I. dan Toknok, B. 2014. Kearifan masyarakat lokal dalampengelolaan hutan di desa rano kecamatan balaesang tanjung kabupatendonggala. J. Warta Rimba. 2(2): 84–91.

Arthana, I. 2012. Studi kualitas air beberapa mata air di sekitar bedugul bali. J.Bumi Lestari. 7(1): 1—9.

Badan Pusat Statistik. 2008. Analisis dan Perhitungan Tingkat KemiskinanTahun 2008. Buku. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 121 hlm.

Buwono, N., Muda, G. dan Arsad, S. 2017. Pengelolaan mata air sumberawanberbasis masyarakat di desa toyomarto kecamatan singosari kabupatenmalang. J. Perikanan dan Kelautan. 9(1): 25–36.

Camacho, L. D., Combalicer, M..S., Yeo-Chang, Y., Combalicer, E.A.,Carandang, A, P., Camacho, S.C., De Luna, C. C. dan Rebugio, L. L. 2015.Indigenous knowledge and practices for the sustainable management ofifugao forests in cordillera, philippines. J. Biodiversity Science, EcosystemServices and Management. 12 (1–2): 5–13.

Page 49: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

56Charnley,S., Fischer,A.P. dan Jones, E.T. 2007. Integrating traditional and local

ecological knowledge into forest biodiversity conservation in the pacificnorthwest. J. Forest Ecology and Management. 246(1): 14–28.

Damanik, R., Affandi, O.dan Asmono, L. 2013. Persepsi dan partisipasimasyarakat terhadap sumber daya hutan: studi kasus tahura bukit barisankawasan hutan sibanyak II kabupaten karo. J. Peronema forestry science.3(2): 1–9.

Darmanto, D. dan Sudarmadji. 2013. Pengelolaan sungai berbasis masyarakatlokal di daerah Lereng selatan gunung api merapi. J. Manusia danLingkungan. 20(2): 229–239.

Dixon, J.H. 2001. Agroecological knowledge toolkit for windows (WinAKT):Methodological Guidelines, Computer Software and Manual. Buku.Bangor: School of Agricultural and Forest Science. Gwynedd. 171 hlm.

Dung, N. T. dan Webb, E. L. 2008. Combining local ecological knowledge andquantitative forest surveys to select indicator species for forest conditionmonitoring in central vietnam. J. Ecological Indicators. 8(5): 767–770.

Ekawati dan Nurrochmat. 2014. Hubungan modal sosial dengan pemanfaatan dankelestarian hutan lindung. J. Analisis Kebijakan Kehutanan. 11(1): 40—53.

Fairhead, J. dan Scoones, I. 2005. Local knowledge and the social shaping of soilinvestments: critical perspectives on the assessment of soil degradation inafrica. J. Land Use Policy. 22(1): 33–41.

Fardian, F., Maulana, I. dan Rosidah. 2012. Analisis pemintaan ikan lele dimbo(clariasgariepinus) konsumsi di kecamatan losareng kabupaten indramayu.J. Perikanan dan Kelautan. 3(4): 93-98.

Fleischman, F. dan Briske. D. 2016. Professional ecological knowledge: anunrecognized knowledge domain within natural resource management. J.Ecology and Society. 21(1): 32.

Girda, S., Wulandari, C. dan Kaskoyo, H. 2016. Kajian pengetahuan ekologilokal dalam konservasi tanah dan air di sekitar taman hutan raya wan abdulrachman (studi kasus di desa bogorejo kecamatan gedong tataan). J. SylvaLestari. 5(2): 23–29.

Hafizianor. 2009. Interaksi, persepsi dan sikap masyarakat terhadap kawasansuaka margasatwa: studi kasus di kawasan suaka margasatwa pelaiharikabupaten tanah laut. J. Hutan Tropis Borneo. 10(26): 138–151.

Hidayah. 2013. Persepsi masyarakat terdahap tradisi malam satu suro. J.Democratia. 1(1): 11–20.

Page 50: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

57Hilmanto, R. 2009. Local Ecological Knowladge dalam Teknik Pengelolaan

Lahan pada Sistem Agroforestry. Buku. Universitas Lampung. BandarLampung. 105 hlm.

Johann, E. 2007. Traditional forest management under the influence of scienceand industry: the story of the alpine cultural landscapes. J. Forest Ecologyand Management. 249(1–2): 54–62.

Junianto, B. 2007. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Sekitar TerhadapKeberadaan Hutan Penelitian Haurbentes (Studi kasus di Desa Jugalaya,RPH Jasinga, BKPH Jasinga). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.79 hlm

Keraf, S. 2002. Etika Lingkungan. Buku. Kompas. Jakarta. 390 hlm

Khatun, M. 2016. Kualitas air dari mata air dampit dan petung kecamatanwindusari kabupaten magelang jawa tengah. J. Biologi. 5(4): 51—61.

Knapp, C. N. dan Fernandez-Gimenez, M. 2009. Knowing the land: a review oflocal knowledge revealed in ranch memoirs. J. Rangeland Ecol Manage.61(2): 148–155.

Kongsat, S., Kangrang, A. dan Srisa. A, K. 2009. An applied local wisdom tomanage water for developing riverside community: a case study of the lamta kong river basin. J. Social Sciences. 5(2): 134—138 .

Kurnianingtyas, R. 2009. Penerimaan Diri pada Wanita Bekerja Usia DewasaDini di Tinjau dari Status Pernikahan. Skripsi. Universitas MuhammadyahYogyakarta. Yogyakarta. 126 hlm.

Leret , R. C., Narel. P., Henrik. B., Anders. B., Juan. C. dan Manuel J. 2014.Ecological community traits and traditional knowledge shape palmecosystem services in northwestern South America. J. Forest Ecology andManagement. 334 : 28–42.

Magdalena. 2013. Peran hukum dalam pengelolaan dan perlindungan hutan didesa sasaot, nusa tenggara barat dan desa setulang, kalimantan timur. J.Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan . 10(2): 110–121.

Manik. 2012. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi TanahSebagai Basis Pembangunan Berkelanjutan. Buku. Lembaga PenelitianUniversitas Lampung. Bandar Lampung. 108 hlm.

Masduki, Hadi, W., Endah, N. dan Soedjono, E. 2009. Teknologi Penyediaan AirBersih Perdesaan: Studi Kasus Di Kabupaten Mojokerto. ProsidingSeminar Nasional Teknik Sipil Bidang Pengelolaan Air dan Air Limbah.http://personal.its.ac.id/show_publikasi.php?id=2103. Diakses pada 13desember 2017.

Page 51: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

58Meiyanto, S. 2012. Persepsi, Nilai dan Sikap . Buku. Minat Utama Manajemen

Rumah Sakit. Yogyakarta. 14 hlm.

Muchtar, T. 1998. Hubungan Karakteristik Elit Formal dan Elit Informal Desadengan Persepsi dan Tingkat Partisipasi Mereka dalam Program P3DT diKabupaten Sukabumi. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hlm.

Muhammad, S. 2013. Masyarakat Ternate: Pergulatan Tradisi dan Modernitas.Buku. Ombak. Yogyakarta. 103 hlm.

Mulyonoutami, E., Stefanus, E., Schalenbourg, W., Rahayu, S. dan Joshi, L.2004. Pengetahuan lokal petani dan inovasi ekologi dalam konservasi danpengolahan tanah pada pertanian berbasis kopi di sumberjaya, lampungbarat. J. Agrivita. 26(1): 98–107.

Nagel, P. 2011. Pelestarian Hutan dalam Hubungan dengan Lingkungan danPotensi Ekonomi. http://repository.gunadarma.ac.id/1466/. Diakses pada 7maret 2018.

Normadewi, B. dan Arifin. 2012. Analisis Pengaruh Jenis Kelamin dan TingkatPendidikan terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love OfMoney sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Universitas Dipenogoro.Semarang. 55 hlm.

Novayanti, D., Banuwa, I., Safe’I, R., Wulandari, C. dan Febryano, I. G. 2017.Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat dalampembangunan hutan tanaman rakyat pada kph gedong wani. J. Hutan danMasyarakat. 9 (2): 61–74.

Noviyanti, R., Wulandari, C. dan Qurniati, R. 2016. Kompetensi sumberdayamanusia pada kesatuan pengelolaan hutan produksi di lampung. J. SylvaLestari. 4 (1): 11–20.

Novianty, R., Sastrawibawa,S. dan Prihadi, D. 2011. Identifikasi kerusakan danupaya rehabilitasi ekosistem mangrove di pantai utara kabupaten subang. J.Akuatik. 2(2). http://jurnal.unpad.ac.id/akuatika/article/view/539. Diaksespada 2 november 2017.

Oktaviani, T. dan Dharmawan. A. H. 2010. Kearifan lokal dalam pengelolaansumberdaya air di kampung kuta. J. Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi,dan Ekologi Manusia. 4(3): 345–355.

Parrotta, J., Yeo-Chang. Y. dan Camacho. L. D. 2016. Traditional knowledge forsustainable forest management and provision of ecosystem services. J.Biodiversity Science, Ecosystem Services and Management. 12(1-2): 1–4.

Page 52: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

59Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia

No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta.

Putro, P. 2007. Pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman Lampung.Prosiding ITTO National Workshops. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 13hlm.http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/65609/7/4.%20Prianto%20Putro.pdf. Diakses 13 desember 2017.

Reza, M. dan Hidayanti, A. 2017. Kearifan lokal suku sasak dalam pengelolaansumberdaya air desa lenek daya kecamatan aikmel kabupaten lombok timur.J. PWK Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITN. 30(15) : 1-14.

Rist, L., Shaanke, R.U., Milner-Gulland, E. J. dan Ghazoul, J. 2010. The use oftraditional ecological knowledge in forest management: an example fromindia. J. Ecology and Society. 15(1): 3.

Rolitia, M., Achdiani, Y. dan Eridiana, W. 2016. Nilai gotong royong untukmemperkuat solidaritas dalam kehidupan masyarakat kampung naga. J.Sosietas. 6(1): 1-17.

Sumaryanto. 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Perubahan(RPJM Desa Perubahan) 2016-2021. Sungai Langka. Laporan.Pesawaran. 92 hlm.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Buku. GrahaIlmu. Yogyakarta. 286 hlm.

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori Psikologi Sosial.Buku. Balai Pustaka. Jakarta. 412 hlm.

Schwab, M., Neuhauser, L., Margen, S., Syme, L., Ogar, D., Roppel, C. dan Elite,A. 1992. The wellness guide: towards a new model for communityparticipation in health promotion. J. Health Promotion International. 7(1):27–36.

Sekaran, U. 2000. Research Methods for Business: A Skill Business Approach.Buku. John Wiley & Sons. New York. 463 hlm.

Sinery, A. dan Manusawai, J. 2016. Partisipasi masyarakat dalam programpengelolaan hutan lindung wosi rendani. J. Manusia dan lingkungan.23(3): 394–401.

Siswadi, Taruna. T. dan Purnaweni, H. 2011. Kearifan lokal dalam melestarikanmata air (studi kasus di desa purwogondo, kecamatan boja, kabupatenkendal). J. Ilmu Ilmu Lingkungan. 9(2): 63–68.

Page 53: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

60Situmorang, R. dan Simanjuntak, E. R. 2015. Kearifan lokal pengelolaan hutan

oleh masyarakat sekitar kawasan taman wisata alam sicike-cike sumaterautara. J. Widyariset. 18(1): 145–154.

Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam PengelolaanSumberdaya Alam dan Lingkungan.http://eprints.uny.ac.id/12149/1/Bio_Suhartini2%20UNY.pdf. Diakses pada7 maret 2018.

Sunaryo dan L. Joshi. 2003. Peranan pengetahuan ekologi lokal dalam sistemagroforestri. Buku. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast AsiaRegional Office. Bogor. 28 hlm.

Sumarmi. 2015. Local wisdom of osing people in conserving water resources. J.Komunitas. 7(1): 43–51.

Supriharin, I. 2014. Perubahan perilaku gotong royong masyarakat sekitarperusahaan tambang batubara di desa mulawarman kecamatan tenggarongseberang. J. Sosiatri. 1(3): 63–77.

Thamrin, H. 2013. Kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan (the lokalwisdom in environmental sustainable. J. Kutubkhanah. 16(1): 46–59.

Usman, H. dan Akbar, P. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Buku. BumiAksara. Jakarta. 170 hlm.

Utami, H. 2009. Sikap Masyarakat terhadap Ganti Rugi Penggunaan KawasanHutan Payau. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 61 hlm.

Wahyuni, N. dan Mamonto, R. 2012. Persepsi masyarakat terhadap tamannasional dan sumberdaya hutan : studi kasus blok aketawaje, taman nasionalaketawaje lolobata. J. Balai Penelitian Kehutanan Manado. 2(1): 1–16.

Wulandari, C. 2010. Studi persepsi masyarakat tentang pengelolaan lanskapagroforestri di sekitar sub das way besai, provinsi lampung. J. IlmuPertanian Indonesia. 15 (3): 137–140.

Wulandari, C. dan Inuoe, M. 2017. The importence of social learning for thedevelopment of community based forest management in indonesia: the caseof community forest in lampung province. J. Small Scale. 17(57): 1–16.

Wulandari, C., Yuwono, S., Herwanti, S. dan Budiono, P. 2016. Status anddevelopment of payment watershed services program in taman hutan rayaregister 19, lampung province. International Journal of Agriculture andEnvironmental Research. 2(2): 285-297.

Page 54: KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA …digilib.unila.ac.id/31860/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat di Desa Sungai Langka perlu untuk dijaga, agar pengelolaan

61Vitasurya, V. R. 2016. Local wisdom for sustainable development of rural

tourism, case on kalibiru and lopati village. J. Procedia Social andBehavioral Sciences. 2(16): 97–108.

Youn, Y. 2009. Use of forest resources, traditional forest-related knowledge andlivelihood of forest dependent communities: cases in south korea. J. ForestEcology and Management. 257(10): 2027–2034.