pengelolaan sampah desa sukunan

22
Makalah Ilmu Lingkungan PENGELOLAAN SAMPAH SECARA MANDIRI di DESA SUKUNAN, YOGYAKARTA Disusun oleh Nurul Endah Rahmawati 13304241074 Pendidikan Biologi Internasional 2013 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

description

pengeloaan sampah desa sukunan Yk

Transcript of pengelolaan sampah desa sukunan

Makalah Ilmu LingkunganPENGELOLAAN SAMPAH SECARA MANDIRI di DESA SUKUNAN, YOGYAKARTA

Disusun olehNurul Endah Rahmawati13304241074Pendidikan Biologi Internasional 2013

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2015

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDalam suatu system selalu dihasilkan zat sisa dalam kegiatan demikian pula dalam suatu system rumah tangga maupun pada sekelompok masyarakat yang hidup dilingkungan yang sama. Sampah menjadi permasalahan utama hampir di setiap daerah. Frekuensi orang membuang sampah semakin bertambah, mulai dari sampah rumah tangga, sampah industri, bahkan instansi-instansi juga membuang sampah yang volumenya tidak bisa dikatakan sedikit.Peningkatan volume sampah yang dibuang tidak diikuti dengan kesadaran pengelolaan sampah. Jangankan untuk mengelola sampah, kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya bisa dibilang masih sangat rendah. Fenomena ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di berbagai tempat yang harusnya bebas dari sampah contohnya disungai maupun di sawah. Bahkan, tak jarang ditaman kota maupun tempat umum lainnya banyak ditemukan sampah berserakan sehingga mengganggu pemandangan.Masalah penumpukan sampah terutama didaerah pemukiman menimbulkan lebih banyak masalah baru. Masyarakat seringkali membuang sampah pada lahan orang lain sehingga akan menimbulkan masalah social antara pembuang sampah dan pemilik lahan.B. Rumusan Masalah Apa dampak yang bisa ditimbulkan dari permasalahan penumpukan sampah? Bagaimana pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat desa Sukunan? Manfaat apa yang bisa diambil dari pengelolaan sampah secara mandiri di Desa Sukunan?C. Tujuan Mengetahui dampak yang bisa ditimbulkan dari permasalahan penumpukan sampah; Mengetahui pengelolaan sampah di Desa Sukunan; Mengetahui manfaat yang bisa diambil dari pengelolaan secara mandiri di Desa Sukunan.

BAB IIDASAR TEORIPermasalahan sampah merupakan hal yang paling krusial, bahakan samapah bisa dikatakan sebagai masalah kultural karena dampaknya terkena pada berbagai sisi kehidupan. Permasalahan samapah menjadi penting disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya Volume sampah sangnat besat sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Lahan TPA semakin sempit akibat penggunaan untuk tujuan lain Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah membusuk lebih lama sehingga meningkatnya volume sampah Sampah yang sudah menjadi kompos tidak dikeluarkan dari TPA Managemen pengelolaan sampah tidak efektif Pengelolaan sampah dianggap tidak memberi damapak positif bagi lingkungan Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan penumpukan sampah di TPA(Purwendro.2006).Menurut prakiraan, volume sampah yang dihasilkan per orang rata-rata sekitar 0,5 kg/kapita/hari. Jika sampah dibiarkan terus menerus maka akan menimbulkan berbagai permasalahan kebersihan yang berdapampak pada gangguan ekosistem dan gangguan kesehatan (Purwendro.2006).Sumber sampah terbanyak berasal dari pemukiman dan pasar tradisional. Sampah di pasar tradisonal sebagian besar berupa sisa sayur mayur, buah maupun ikan yang busuk sehingga masih mudah ditangani. Namun, sampah yang berasal dari pemukiman umumnya beragam mulai dari sampah sisa makanan, plastik, maupun kertas. Meskipun demikian, sampah dari pemukiman sebagian besar berupa sampah organik (Sudrajat.2006).Meskipun bahan organic bisa terurai oleh mikroba, tetapi setiap bahan berbeda tingkat kemudajan dalam penguraiannua. Pada table berikut ditampilkan degradibilitas dari berbagai bahan sampah organik(Sudrajat.2006).Di Indonesia, model pengelolaan sampah yang dapat kita temui ada 2 macam urugan, dan tumpukan. Pada model urugan, sampah dibuang kedalam lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan apapun. Pengelolaan sampah yang kedua yaitu tumpukan. Pada model ini tumpukan perlu dilengkapi dengan unit saluran air pembuangan, pengelolaan air buangan (leachate), dan pembakaran ekses gas metan (flare). Salah satu TPA di Surabaya bahkan mengimport 1 unit incinerator (pembakar sampah) dari Inggris. Namun metode penanggulangan sampah dengan alat tersebut memberikan dampak pencemaran udara. Asap dan debu sisa pembakaran menjadi polutan yang bersifat toksik bagi makhluk hidup. Selain menimbulkan polusi udara, pembakaran dengan incinerator menimbulkan water polutan yang akan mengotori perairan. Dilihat dari jenis sampah yang dikelola, metode ini kurang sesuai diterapkan untuk sampah di Indonesia yang memiliki kadar air tinggi (Sudrajat.2006).Jika dibandingkan dengan pengelolaan sampah diluar negeri, pengelolaan samaph di Indonesia masih tertinggal jauh. Sebagai contohnya engelolaan sampah di Jepang difokuskan pada program 3R (reduce, reuse, recycle). Di Eropa, sampah rumah tangga dipisahkan antara sampah organic dan anorganik. Kantong sampah yang digunakan juga terbuat dari bahan yang bisa didaur ulang. Warna kantong sampah dibedakan antara sampah organic dan anorganik. Kantong sampa organic biasanya berwarna hijau, sedangkan untuk sampah anorganik berwarna cokelat dan warna merah untuk sampah barang beracun (Sudrajat.2006).Sampah organik diambil oleh truk yang memiliki drum berputar, dilengkapi dengan pisau pencacah dan mikroba perombak bahan organic. Dengan cara ini pencampuran bisa dilakukan secara efisien dan merata karena volume sampah tidak begitu besar. Setelah sampai di lokasi pengelolahan, sampah dituangkan kedalam tempat penampungan, lalu diangkut ke conveyor untuk dipisahkan dari material anorganik. Pemisahannya menggunakan magnetic separator. Material anorganik yang bisa diaur ulang dipisahkan, sedangkan yang tidak bisa didaur ulang dibakar menggunakan incinerator (Sudrajat.2006).Sampah yang dibiarkan menumpuk akan menimbulkan berbagai permasalahan bagi manusia dan lingkungannya.1. Dampak bagi kesehatan manusiaSampah dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti diare, tifus, muntaber, demam berdarah, dan penyakit lain yang penyebarannya sangat cepat akibat pengelolaan sampah yang tidak tepat. Sampah yang mengandung merkuri, atau jika dibuang ke laut atau sungai dapat mengontaminasi makhluk hidup yang tinggal didaerah tersebut misalnya saja ikan. Dengan demikian, jika ikan dikonsumsi manusia, maka merkuri atau raksa yang terkandung dalam ikan akan mengontaminasi tubuh manusia. 2. Dampak bagi lingkunganSampah cair yang masuk kedalam aliran sungai atau air tanah dapat mencemari air. Jika sampah ikut bersama aliran air dan bermuara disuatu ekosistem air, maka akan menyebabkan eutrofikasi pada ekosistem tersebut. (Basriyanta. 2011).

BAB IIIPEMBAHASANJika membicarakan mengenai permasalahan sampah, erat kaitannya dengan perilaku keseharian masyarakat. Seperti halnya pada daerah lain, permasalahan sampah di desa Sukuna menjadi satu permasalahan penting. Produksi sampah didesa Sukunan tergolong besar, utamanya sampah rumah tangga berupa plastic dan kertas yang sulit terdegradasi. Permasalahan sampah di Sukunan semakin menjadi saat petugas kebersihan yang biasanya memungut sampah terlambat datang sementara produksi sampah terus meningkat. Akibatnya terjadi penumpukan sampah ditempat-tempat yang tidak diinginkan seperti pada lahan kosong warga, ditepi jalan, pada areal persawahan, bahkan ditepian sungai. Penumpukan sampah ditepi jalan menjadi pemandangan yang mengganggu kebersihan lingkungan.Selain itu, warga yang membuang sampah di areal persawahan mengganggu produktivitas petani. Tumpukan sampah ditepian sungai mengganggu arus air sungai dan mencemarinya. Permasalahan selanjutnya dating pada saat musim hujan, sungai yang dikiri-kanannya terdapat timbunan sampah mengalami penyempitan dan arusnya terganggu sehingga air akan meluap dan membawa sampah yang berada ditepiannya. Sebagai jalan pintas, masyarakat lebih memilih untuk membakar sampah, membuang di lahan warga yang masih kosong, atau bahakan menimbun sampah didalam tanah.Pembakaran sampah menghasilkan asap yang bersifat polutan bagi lingkungan. Selain berdampak bagi lingkungan, asap sisa pembakaran sampah berbahaya jika terhirup oleh manusia maupun makhluk hdup lainnya. Pembakaran sampah mengemisikan gas metana. Menurut Dadang Rusbiantoro (2008) untuk pembakaran 1 ton sampah padat akan menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah-sampah tersebut sebenarnya bisa dikembangkan menjadi pembangkit lstrik tenaga sampah.Sampah yang dibuang sembarangan di lahan kosong warga akan menimbulkan konflik antara pemilik lahan dengan warga sekitar yang membuang sampah. Usaha lain yang dilakukan oleh masyarakat sebagai jalan singkat mengatasi permasalahan sampah didesa mereka adalah dengan menimbun dihalaman rumah maupun dilahan lain secara sembarangan. Penimbunan sampah secara sembarangan dapat merusak ekosistem dan struktur tanah serta kualitas air tanah. Sebagian besar sampah yang ditimbun berupa sampah plastic yang sulit diuraikan. Beberapa dampak dari penimbunan kantong plastic antara lain tercemarnya air bawah tanah, racun dari partikel plastic yang masuk kedalam tanah akan membunuh hewan pengurai yang berada didalam tanah, mennurunkan kesuburan tanah karena mengganggu aerasi udara didalam tanah dan masih banyak lagi permasalahan yang ditimbulkan oleh penimbunan sampah utamanya plastic.Berawal dari permasalahan tersebut maka dikembangkan pengelolaan sampah secara mandiri. Pada awalnya dilakukan pemilahan sampah pada tingkat rumah tangga sehingga memudahkan pemrosesan lebih lanjut. Dengan adanya kewajiban rumah tangga untuk memilah smpah sesuai dengan jenisnya maka akan memudahkan petugas pengambil sampah dari rumah-rumah untuk dibawa ke bank sampah untuk proses selanjutnnya. Sampah-sampah yang laku akan dijual, sebagian lagi bisa diolah secara mandiri oleh warga Sukunan.Prinsip dasar penyelesaian sampah secara mandiri di desa Sukunan digambarkan seperti pada diagram berikut:

Untuk pengolahan sampah organik seperti sisa makana, sisa sayuran dikelola sendiri oleh warga untuk dijadikan kompos pada bak pengomposan. Dalam pembuatan kompos, sampah organic yang berada dalam bak pengomposan setelah berumur 2-3 bulan siap dipanen sehingga menjadi kompos yang siap untuk dijual.Alur pengelolaan sampah organic di desa Sukunan bisa dilihat dari diagram berikut

(bak pengomposan / komposter yang ada di desa Sukunan)Selain penanganan permasalahan sampah, di desa Sukunan juga dikembangkan pemanfaatan kotoran ternak untuk bahan bakar biogas. Biogas bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar kompor sebagai pengganti gas. Kotoran ternak dan air ditampung dalam inlet dengan perbandingan 1:1. Pada dasar inlet diberi saluran menuju ruang digester untuk menampung gas metana yang dihasilkan oleh kotoran ternak. Gas tersebut kemudian berperan sebagai bahan biogas. Ruang digester dilengkapi dengan pipa yang menyalurkn biogas menuju kompor atau alat pembakaran lain sebagai bahan bakar.Permasalahan lain yang dihadapi bukan hanya permasalahan sampah tapi juga permasalahan limbah sisa rumah tangga. Dalam pengolahan limbah rumah tangga, setiap rumah dilengkapi dengan pipa sebgai jalan saluran menuju bak sedimentasi. Dari bak sedimentasi dialirkan menuju anaerobik filter untuk diolah secara anaerob. dari anaerobik filter selanjutnya menuju kotak aerasi untuk diproses secara anaerob untuk selanjutnya menuju outlet.Pengelolaan sampah organic di desa Sukunan tidak hanya mencakup pengomposan, dan pengolahan biogas namun pada pekkarangan rumah-rumah warga juga dilengkapi dengan bipori. Biopori sendiri memiliki banyak manfaat dalam menciptakan lingkungan hidup yang nyaman. Beberapa manfaat biopori antara lain, memperbaiki kondisi ekosistem tanah, mempercepat peresapan air hujan sehingga dapat mencegah timbulnya genangan air dan banjir, meningkatkan kesuburan tanah dan dapat meningkatkan cadangan air bersih seperti yang tela diungkapkan Kamrir dan Anne (2008)Pengelolahan limbah anorganik, khususnya limbah plastic bisa diubah menjadi berbagai macam kerajinan yang memiliki nilai ekonomis sehingga bisa mendukung perekonomian masyarakat Sukunan. Limbah sterofom maupun gabus bisa diubah menjadi batako, pot, dan lain-lain. Beberapa contoh hasil produksi dari pengelolaan sampah khususnya untuk sampah anorganik:Pemanfaatan sampah plastic menjadi kerajinan

Pemanfaatan ban mobil atau motor bekas untuk dibuat menjadi meja dan kursi

Batako yang terbuat dari sisa styrofoam dan gabus

Selain dilihat dari segi biofisikal, dan perekonomian, manfaat pengolahan secara mandiri juga bisa dilihat dari segi social masyarakatnya. Kegiatan ini juga berperan dalam memberdayakan masyarakat untuk memiliki keterampilan dan bahkan bisa untuk membuka lapangan pekerjaan baru sehingga bisa mengurangi angka pengangguran desa tersebut.Pengelolaan sampah secara mandiri bisa bermanfaat untuk mengurangi beban pemerintah dalam menangani permasalahan sampah. Manfaat lain yang bisa diambil dari adanya pengolahan smah secara mandiri di desa Sukunan adalah pengembangan sukunan sebagai desa wisata yang bisa mendatangkan wisatawan. Untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan dan tetap berlangsungnya kegiatan tersebut maka di desa Sukunan diberlakukan beberapa kebijakan.Kewajiban: Setiap rumah tangga wajib memilah sampah sesuai jenisnya Setiap rumah tangga wajib membawa dan memasikkan sampah kertas, plastic, dan logam kaca yang telah dipilah kedalam drum sampah terdekat sesuai dengan kenisnya pula Setiap rumah tangga wajib mengolah sampah organiknya sendiri-sendiri menjadi kompos.

Larangan bagi warga Sukunan: Dilarang membakar sampah Dilarang memakai kotak makanan dari gabus Styrofoam Dilarang membuang sampah ke saluran irigasi, sungai, saluran IPAL dan tempat lain yang bukan tempatnya.Setiap warga desa Sukunan juga dihimbau untuk: Menyajikan makanan dan minuman pada pertemuan menggunakan piring dan gelas Membawa tas belanjadari rumah untuk mengurangi sampah plastic Tidak memakaikan popok sekali pakai pada bayi atau anak Melakukan kerja bakti kebersihan lingkungan sebulan sekali.

BAB IVPENUTUPA. KesimpulanPermasalahan sampah membawa banya sekali dampak negatif bagi warga sekitar. Misalnya alih fungsi lahan warga sebagai tempat pembuangan sampah yang bisa menimbulkan konflik sosial, penumpukan sampah ditepi sungai bisa mengganggu kelancaran aliran air sungai sehingga pada saat musim hujan bisa menimbulkan banjir, sampah-sampah utamanya sampah yang sulit terdegradasi jika dibakar asap sisa pembakaran akan menjadi polutan yang berbahaya jika terhirup manusia kemudian jika sampah tersebut ditimbun secara sembarangan akan merusak kualitas tanah, dalam kasus yang ekstrim bisa menyebabkan longsor.Pengelolaan sampah didesa Sukunan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pada tingkat rumah tangga, sampah dipilah sesuai dengan jenisnya yang kemudian diangkut oleh petugas untuk dikumpulkan dibank sampah atau diolah secara mandiri. Untuk sampah organik bisa diolah menjadi kompos, biogas, serta pembuatan biopori pada pekarangan warga. Sampah-sampah anorganik khususnya yang sulit terdegrdasi diolah lagi menjadi berbagai macam kerajinan seperti tas, sarung bantal, dan dompet dari bahan plastik; batako dari styrofoam dan gabus, serta kerajinan meja dan kursi dari ban bekas.Manfaat yang bisa diambil dari pengelolaan sampah secara mandiri yang paling signifikan yaitu berkurangnya volume sampah yang dibuang ke lingkungan sekitar maupun ke TPA, hasil dari kerajinan maupun kompos memiliki nilai jual yang tinggi sehingga bisa membantu perekonomian warga sekitar. Dilihat dari aspek sosial, kegiatan ini mampu memberdayakan masyarakat agar memiliki ketrampilan baru yang berguna bagi mereka sehingga bisa mendapatkan pekerjaan. Dengan adanya kegiatan pengelolaan smpah secara mandiri, lingkungan desa bisa dikembangkan menjadi desa wisata yang mampu mendatangkan wisatawan bahkan mendapatkan penghargaan dari pemerintah.

B. SaranPengembangan Sukunan sebagai desa wisata dan kemadiriannya dalam mengelola sampah serta limbah yang diproduksi pemukiman perlu diterapkan pada daerah lain sehingga volume sampah bisa berkurang dan penumpukan sampah bisa berkurang. Dengan denikian permasalahan yang timbul akibat sampah dan limbah bisa berkurang

DAFTAR PUSTAKA

Basriyanta. 2011.Memanen Sampah. Yogyakarta: Penerbit KanisiusBrata, Kamrir R. dan Anne Nelistya. 2008. Lubang Resapan Biopori. Bogor: Penebar SwadayaPurwendro, Setyo. 2006. Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida. Jakarta: Penebar SwadayaRusbiantoro, Dadang. 2008. Global Warming for Beginer. Yogyakarta: O2Sudrajat. Mengelola Sampah Kota. Jakarta: Penebar Swadaya