Ke Was Pad a an Universal

27
KEWASPADAAN UNIVERSAL (UNIVERSAL PRECAUTION) A. Kewaspadaan Universal 1. Pengertian Kewaspadaan Universal Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya (Dr. Akhmad Wiryawan, 2007). Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi. Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena ia merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu (Depkes RI, 2003). 2. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal

Transcript of Ke Was Pad a an Universal

Page 1: Ke Was Pad a an Universal

KEWASPADAAN UNIVERSAL (UNIVERSAL PRECAUTION)

A. Kewaspadaan Universal

1. Pengertian Kewaspadaan Universal

Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal

Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari

cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari

pasien ke pasien lainnya (Dr. Akhmad Wiryawan, 2007). Menurut Prof. Dr.

Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan

baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien,

tanpa memperdulikan status infeksi.

Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan

karena ia merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang

dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para

pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan

melalui darah dan cairan tubuh tertentu (Depkes RI, 2003).

2. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal

Penerapan Kewaspadaan Universal merupakan bagian dari upaya

pengendalian infeksi di sarana pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari

peran masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya yaitu pimpinan termasuk

staf administrasi, staf pelaksana pelayanan termasuk staf penunjangnya dan

juga pengguna yaitu pasien dan pengunjung sarana kesehatan tersebut.

Penerapan Kewaspadaan Umum didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan

9

Page 2: Ke Was Pad a an Universal

cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit baik yang berasal dari pasien

maupun petugas kesehatan.

Adapun prinsip utama prosedur Kewaspadaan Universal dalam pelayanan

kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan

dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan

pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna

mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain.

c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.

e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

(Depkes RI, 2003)

Perawat harus memiliki buku pedoman dalam menerapkan Kewaspadaan

Universal dalam upayanya untuk mencegah terjadinya infeksi silang. Buku

pedoman penerapan Kewaspadaan Universal dimaksudkan untuk meningkatkan

pengetahuan dan untuk membantu petugas kesehatan dalam mengurangi resiko

infeksi pada diri sendiri, pasien dan masyarakat. Perawat membantu

administrator dan manajer rumah sakit untuk membuat kebijakan pengendalian

infeksi berdasarkan bukti dalam dan panduan pelayanan yang seragam.

Memperluas penggunaan praktik dan prosedur yang dianjurkan serta mampu

melaksanakan, walaupun di lingkungan dengan sumber daya yang sangat

Page 3: Ke Was Pad a an Universal

terbatas, memberikan landasan ilmiah untuk memperkuat prasarana

pencegahan infeksi yang telah ada.

Adapun prosedur dari Kewaspadaan Universal meliputi :

a. Cuci tangan atau permukaan kulit segera secara rata untuk mencegah

kontaminasi kuman pada tangan.

b. Pemakaian sarung tangan bila akan menjamah darah atau cairan tubuh lain

(cairan amnion, cairan peritoneal, cairan pleura, sekret sinovial, cairan

pericardial, cairan ketuban, dan cairan tubuh yang mengandung darah secara

kasat mata); bila menyentuh selaput mukosa dan kulit yang luka setiap

pasien; untuk menangani benda-benda atau permukaan yang dikotori oleh

darah atau cairan tubuh; atau untuk melaksanakan tindakan yang melibatkan

pembuluh darah atau tindakan invasif. Sarung tangan diganti untuk setiap

pasien dan cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan.

c. Perlu ada perhatian khusus untuk mencegah kecelakaan tusuk jarum,

skalpel, dan alat tajam lainnya selama melaksanakan tindakan medis, pada

saat membawa, membersihkan atau membuang, untuk membengkokkannya,

mematahkan dengan tangan melepaskan dari semprit bekas dengan tangan.

Setelah dipakai maka benda tajam seperti jarum suntik dan semprit, skalpel,

pisau dan lain-lain, harus ditempatkan pada wadah yang tahan tusukan dan

letakkan di tempat yang mudah di jangkau. Jarum dan alat tajam yang

dipakai ulang ditaruh di dalam wadah yang tahan tusukan untuk dibawa

ketempat proses selanjutnya.

Page 4: Ke Was Pad a an Universal

d. Masker dan pelindung mata, atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah

pajanan pada mukosa mulut, hidung dan mata pada tindakan yang dapat

menimbulkan tetesan darah atau cairan tubuh lain yang mengharuskan

Kewaspadaan Universal.

e. Jubah atau celemek dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan

atau tumpahan darah atau cairan tubuh yang mengharuskan penerapan

Kewaspadaan Universal.

f. Mouthpiece, resusitation bags, atau alat bantu nafas tersedia dan siap

digunakan sewaktu-waktu sebagai pengganti resusitasi mulut ke mulut di

tempat dimana resusitasi sering dilakukan.

g. Petugas kesehatan yang mempunyai luka basah atau luka mengucurkan

darah atau cairan harus menjauhi tugas perawatan langsung kepada pasien

atau menangani alat perawatan pasien sampai sembuh. Hal tersebut

ditekankan kembali untuk melindungi kedua belah pihak baik pasien ataupun

petugas itu sendiri.

h. Cara membawa linen dan bahan-bahan yang dikotori darah atau cairan tubuh

harus ditempatkan dalam kantong anti bocor.

i. Pengelolaan limbah medis dari lingkungan yang sesuai standar.

(Sulianti, 2007)

3. Komponen-komponen dan Pelaksanaan Kewaspadaan Universal

Komponen-komponen dari Kewaspaaan Universal yaitu :

a. Cuci Tangan

Page 5: Ke Was Pad a an Universal

Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang

dapat dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran kuman.

Mencuci tangan adalah tindakan aktif, singkat dengan menggosok

bersamaan semua permukaan tangan yang bersabun, yang kemudian diikuti

dengan membasuhnya dibawah air hangat yang mengalir (Barbara, 2002).

Tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel

dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba pada saat itu.

Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan

sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan

atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi

mikroorganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat

dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.

Aspek terpenting dari mencuci tangan adalah pergesekan yang ditimbulkan

dengan menggosok tangan bersamaan mencuci tangan dengan sabun,

dengan air mengalir dan pergesekan yang dilakukan secara rutin.

Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan

yaitu :

1) Cuci tangan higienik / rutin – mengurangi kotoran dan flora yang ada di

tangan dengan menggunakan sabun atau detergen.

2) Cuci tangan aseptik – sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan

menggunakan anti septik.

3) Cuci tangan bedah (surgical handscrub) – sebelum dilakukan tindakan

bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikap steril.

Page 6: Ke Was Pad a an Universal

Pencucian tangan sangat penting dalam setiap lingkungan

perawatan kesehatan karena organisme transion dapat dengan mudah

dihilangkan sebelum pindah ke pasien lain. Pencucian tangan yang

efektif adalah 10-15 detik, tetapi akan dibutuhkan lebih banyak waktu

jika tangan tersebut terlihat kotor.

Beberapa jenis larutan antiseptik yang sering digunakan

diantaranya adalah Alkohol (etil/isopropil), Chlorhexedin (HibitaneR,

HibiscrubR), Hexachlorophen (pHisoHexR), Yodium/Yod + Alkohol, dan

Yodophor (BetadineR).

Page 7: Ke Was Pad a an Universal

Gambar. 1 Prosedur Cuci Tangan (SPPI, 2008)b. Alat pelindung

Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir

petugas dari resiko pajanan darah, semua cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit

yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan yang dianggap

beresiko dan memerlukan penggunaan alat pelindung diri mencakup tindakan

rutin, tindakan bedah tulang, otopsi atau perawatan gigi yang menggunakan

bor dengan kecepatan putar yang tinggi.

Jenis-jenis alat pelindung yaitu :

1) Sarung tangan

2) Pelindung wajah / masker / kaca mata

3) Penutup kepala

4) Gaun pelindung ( baju kerja / celemek )

5) Sepatu pelindung

Page 8: Ke Was Pad a an Universal

Gambar 2. Alat Pelindung (Depkes, 2003)

1) Sarung tangan

CDC (Williams, 1983) menyebutkan alasan mengenakan

sarung tangan adalah :

a) Mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan organisme infeksi

yang menginfeksi klien.

b) Mengurangi kemungkinan pekerja memindahkan flora endogen

mereka sendiri ke klien.

c) Mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat kolonisasi

sementara mikroorganisme yang dapat dipindahkan pada klien lain.

Sarung tangan harus dipakai bilamana :

a) Akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah, cairan tubuh,

selaput lendir, atau kulit yang terluka.

Penutup kepala

Kaca Mata Masker

SarungTangan

Gaun Pelindung

SepatuPelindun

g

Page 9: Ke Was Pad a an Universal

b) Akan melakukan tindakan medik invasif (pemasangan alat-alat

vaskular seperti intravena perifer).

c) Akan membersihkan sampah terkontaminasi atau memegang

permukaan yang terkontaminasi.

(Spiritia, 2004)

Sarung tangan mencegah penularan kuman patogen melalui

cara kontak langsung maupun tidak langsung. Ada 3 jenis sarung

tangan, yaitu :

a) Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif

atau pembedahan.

b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas

kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.

c) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses

peralatan menangani bahan-bahan terkontaminasi dan sewaktu

membersihkan permukaan yang terkontaminasi.

(Depkes, 2003)

Yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam pemakaian sarung

tangan :

a) Pakailah ukuran yang sesuai.

b) Gantilah sarung tangan secara berkala pada tindakan yang

memerlukan waktu lama.

c) Potonglah kuku cukup pendek untuk mengurangi risiko robek atau

berlubang.

Page 10: Ke Was Pad a an Universal

d) Tariklah sarung tangan sampai meliputi tangan baju (jika pakai baju

operasi).

e) Pakailah cairan pelembab untuk mencegah kulit dari kekeringan

atau berkerut.

f) Jangan pakai cairan atau krim berbasis minyak, karena akan

merusak sarung tangan.

g) Jangan pakai cairan pelembab yang terlalu wangi karena dapat

merangsang kulit dan menyebabkan iritasi.

h) Jangan simpan sarung tangan di tempat dengan suhu terlalu panas

atau terlalu dingin.

(Depkes, 2003)

Langkah-langkah penggunaan sarung tangan :

a) Siapkan kemasan sarung tangan steril yang sesuai.

b) Lakukan cuci tangan dengan seksama.

c) Buka pembungkus bagian paling luar dari kemasan sarung tangan.

Pisahkan dan lepaskan sisi-sisinya.

d) Pegang bagian dalam kemasan dan letakkan pada permukaan

yang bersih datar tepat di atas tinggi siku. Buka kemasan, jaga

supaya sarung tangan tetap di atas permukaan bagian dalam

pembungkus.

e) Jika sarung tangan tidak dibedak, ambil pak bedak dan pakai tipis-

tipis pada tangan diatas wastafel atau keranjang sampah.

Page 11: Ke Was Pad a an Universal

f) Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Kenakan sarung tangan

dominan terlebih dahulu.

g) Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tengah dari tangan non

dominan, pegang tepi dari manset sarung tangan untuk tangan

dominan sentuh hanya permukaan bagian dalam sarung tangan.

h) Pakai sarung tangan pada tangan dominan, biarkan manset dan

pastikan manset tidak bertumpuk di pergelangan tangan. Pastikan

ibu dan jari lainnya berada pada tempat yang tepat.

i) Dengan tangan yang dominan yang bersarung tangan selipkan jari

di dalam manset sarung tangan kedua.

j) Kenakan sarung tangan kedua pada tangan nondominan. Jangan

biarkan jari tangan dan ibu jari tangan dominan yang bersarung

tangan menyentuh setiap bagian tangan non dominan yang dibuka.

Jaga supaya ibu jari tangan dominan terabduksi kebelakang.

k) Setelah sarung tangan kedua dikenakan tautkan kedua tangan.

(Potter & Perry, 1997)

Gambar. 3 Cara Memakai Sarung Tangan Steril (Depkes, 2003)

Membuang sarung tangan :

Page 12: Ke Was Pad a an Universal

a) Pegang bagian luar dari satu manset dengan tangan yang

bersarung tangan hindari menyentuh pergelangan tangan.

b) Lepaskan sarung tangan, balikan menjadi bagian dalam keluar.

Buang ke pembuangan.

c) Dengan jari yang telah lepas tersebut ambil bagian dalam dari

sarung tangan yang masih dikenakan lepaskan sarung tangan

bagian dalam keluar. Buang di tempat pembuangan.

(Potter & Perry, 1997)

Gambar. 4 Cara Melepas Sarung Tangan (Depkes, 2003)

2) Masker

Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau

semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker

menghindarkan perawat menghirup mikroorganisme dari saluran

pernapasan klien dan mencegah penularan kuman patogen dari

saluran pernapasan perawat ke klien.

Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di

atas mulut dan hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak

dapat memasuki atau keluar dari sela-selanya.

Langkah-langkah penggunaan masker :

Page 13: Ke Was Pad a an Universal

a) Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada

stip motal yang tipis).

b) Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang

kepala dengan tali melewati atas telinga.

c) Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.

d) Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.

(Potter & Perry, 1997)

3) Gaun / baju pelindung

Gaun / baju pelindung atau jubah atau celemek, merupakan

salah satu jenis pakaian kerja. Seperti diketahui bahwa pakaian kerja

dapat berupa seragam kerja, gaun bedah, jas laboratorium dan

celemek.

Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk melindungi

petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan

tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.

Adapun jenis gaun pelindung tersebut ada berbagai macam

bila dipandang dari berbagai macam aspeknya, seperti gaun pelindung

tidak kedap air dan gaun pelindung kedap air, gaun pelindung steril

dan non steril.

Gaun pelindung steril dipakai oleh ahli bedah dan para

asistennya pada saat melakukan pembedahan sedang gaun pelindung

non-steril dipakai di berbagai unit yang berisiko tinggi, misalnya

Page 14: Ke Was Pad a an Universal

pengunjung kamar bersalin, ruang pulih di kamar bedah, ruang rawat

intensif (ICU), rawat darurat dan kamar bayi.

Gaun pelindung dapat dibuat dari bahan yang dapat dicuci

dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan

kertas kedap air yang hanya dapat dipakai sekali saja (disposable).

Gaun pelindung sekali pakai ini biasanya dipakai dalam kamar bedah,

karena lebih banyak terpajan cairan tubuh yang dapat menyebabkan

infeksi.

Gaun pelindung kedap air dapat pula dibuat dari bahan yang

dapat dicuci melalui proses dekontaminasi dan dapat dipakai ulang.

Seperti misalnya plastik. Biasanya dipakai sebagai pelapis di bagian

dalam gaun pelindung steril tidak kedap air, untuk mencegah

tembusnya cairan tubuh kepada pemakai atau untuk keperluan lain,

seperti misalnya pada saat membersihkan luka, melakukan irigasi,

melakukan tindakan drainase, menuangkan cairan terkontaminasi ke

dalam lubang pembuangan WC atau toilet, mengganti pembalut,

menangani pasien dengan pendarahan masif, melakukan tindakan

bedah termasuk otopsi, perawatan gigi, dan sebagainya.

Sebaiknya setiap kali bertugas, tenaga kesehatan selalu

memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk gaun pelindung atau

celemek. Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena kotoran,

darah atau cairan tubuh. (Depkes RI, 2003)

Penggunaan gaun pelindung :

Page 15: Ke Was Pad a an Universal

a) Lepaskan jam tangan anda dan letakkan di sisi yang bersih dari

handuk kerja yang terbuka.

b) Cuci tangan anda.

c) Gaun dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh

orang lain.

d) Kenakan gaun pelindung dengan memasukkan kedua lengan ke

dalam lengan baju.

e) Selipkan jari-jari anda di bawah dalam tali leher baju dan tarik tali-

tali tersebut ke belakang. Ikat tali leher tersebut dengan simpul

yang sederhana.

f) Raihlah bagian belakang dan tarik sisi gaun sehingga seragam

anda tertutup seluruhnya. Ikat tali pinggang dengan simpul

sederhana.

(Barbara, 2002)

Gambar. 5 Cara Memakai Gaun (Depkes, 2003)

Page 16: Ke Was Pad a an Universal

Gambar. 6 Memakai Gaun Steril Dengan Bantuan (Depkes, 2003)

b. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan

kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan

dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan habis

pakai.

Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi

melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda, misalnya HIV, hepatitis

dan kotoran lain yang tidak tampak, sehingga dapat melindungi petugas

maupun pasien.

Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan,

yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang digunakan untuk membunuh

mikroorganisme pada benda mati, dan tidak digunakan untuk kulit dan

jaringan mukosa.

Dapat dijumpai berbagai macam desinfektan di pasaran dengan

daya kerja masing-masing. Desinfektan yang biasa dipergunakan di negara

berkembang seperti Indonesia adalah larutan klorin 0,5% atau 0,05% sesuai

Page 17: Ke Was Pad a an Universal

dengan intensitas cemaran dan jenis alat atau permukaan yang akan

didekontaminasi.

Kebanyakan alat kesehatan terkontaminasi oleh darah atau cairan

tubuh yang membawa berbagai organisme penyakit. Oleh karena itu petugas

kesehatan yang bekerja dengan resiko terpajan oleh darah dan cairan tubuh

harus menggunakan alat pelindung yang memadai dan melaksanakan

prosedur kerja yang meminimalkan resiko pajanan terhadap lapisan mukosa

dan kontak parenteral melalui bahan-bahan terkontaminasi.

Sedapat mungkin pemilahan dilakukan oleh sipemakai di tempat

segera setelah pemakaian selagi mereka mengenakan alat pelindung yang

memadai, seperti misalnya di ruang operasi. Apabila pemilahan harus

dilakukan diluar tempat pemakai maka harus dibatasi pada pemilahan antara

alat yang akan diproses lebih lanjut dan alat sekali pakai. Pemilahan meliputi

pelepasan alat dari engsel dan kuncinya agar mudah dibersihkan namun

harus dijaga agar alat tersebut tetap berada dalam satu bungkus untuk

memudahkan pemasangan kembali kala akan digunakan nanti.

c. Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh

mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri. Sterilisasi

biasanya dilaksanakan di rumah sakit baik secara fisik maupun secara

kimiawi. Cara dan zat yang sering digunakan untuk sterilisasi di rumah sakit

adalah uap panas bertekanan, pemanasan kering, gas etilin oksida, zat kimia

cair. Istilah steril mengandung arti mutlak yang berarti semua bentuk dan

Page 18: Ke Was Pad a an Universal

jenis mikroorganisme betul-betul musnah. Bila kontak dengan bahan kimia

tersebut lebih singkat maka hanya sebagian mikroorganisme saja yang mati

dann proses tersebut disebut proses desinfeksi. Jadi tidak ada istilah ”semi

steril”.

Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan dengan

tujuan mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi

adalah cara yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat

kesehatan yang berhubungan langsung dengan darah atau jaringan di bawah

kulit yang secara normal bersifat steril.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisik dan

kimiawi. Sterilasi secara fisik yaitu dengan pemanasan, radiasi, dan filtrasi

sedangkan sterilisasi secara kimiawi adalah dengan menggunakan bahan

kimia dengan cara merendam (misalnya dalam larutan glutardehid) dan

menguapi dengan gas kimia (diantaranya dengan gas etilin oksida).

Pada sterilisasi fisik dengan pemanasan basah (uap panas)

bertekanan tinggi (otoklaf) sterilisasi terjadi melalui koagulasi dan denaturasi

protein. Perlu diingat bahwa merebus bukan cara untuk sterilisasi melainkan

cara untuk desinfeksi. Sterilisasi dengan otoklaf adalah cara yang paling

efisien karena suhu yang dicapai melebihi titik didih air, yaitu setinggi 121o C

dengan membutuhkan waktu sterilisasi selama 20-30 menit yang dihitung

setelah suhu 121o C tercapai. Untuk mengawasi kualitas sterilisasi maka

digunakan indikator spora tahan panas seperti bacillus stearothermophilus.

Sterilisasi harus dikalibrasi setiap 6 bulan.

Page 19: Ke Was Pad a an Universal

Sterilisasi fisik dengan pemanasan kering (dryheat) dapat dilakukan

dengan menggunakan oven, membakar dan sinar ultraviolet. Sterilisasi terjadi

melalui oksidasi dan denaturasi protein. Pada pemanasan dengan oven

dibutuhkan panas setinggi 150-170o C dengan waktu yang lebih lama dari

otoklaf. Sebagai gambaran untuk mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam

dengan suhu 180o C.

Sterilisasi fisik radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar gamma.

Namun cara ini tidak sesuai untuk sterilisasi skala kecil seperti rumas sakit.

Cara ini hanya cocok digunakan untuk industri besar seperti jarum suntik,

semprit sekali pakai, dan alat infus.

Sterilsasi fisik filtrasi dilakukan untuk mensterilkan cairan yang tidak

tahan terhadap panas seperti serum, plsama atau vaksin. Sterilisasi ini

menggunakan saringan atau filter yang terbuat dari selulosa berpori. Ukuran

penyaring untuk sterilisasi adalah 0,22 μm, yang berarti lebih kecil dari

bakteri.

3. Tujuan Kewaspadaan Universal

Tujuan Kewaspadaan Universal ini adalah mencegah penularan dan

penyebaran infeksi dari :

a. Pasien ke petugas kesehatan

b. Petugas kesehatan ke pasien

c. Pasien ke pasien lainnya

d. Pasien ke keluarga dan pengunjung sarana kesehatan lainnya.

(Depkes, 2003)

Page 20: Ke Was Pad a an Universal