KB campaign-05

25
Kawi Boedisetio [email protected] Pijakan Klaster Industri Strategi penyampaian

Transcript of KB campaign-05

Page 1: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pijakan Klaster Industri

Strategi penyampaian

Page 2: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Latar Belakang

Pijakan Klaster Industri merupakan ancangan yang

perlu dipertimbangkan dalam agenda peningkatan

daya saing

Dasar operasional prakarsa KI adalah “kolaboratif”

Setiap elemen pelaku memiliki “interest” sendiri

Perlu pengetahuan tentang tipologi kelompok

sasaran untuk menetapkan strategi penyampaian

konsep KI

Page 3: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kelompok Sasaran

Kepala Daerah

Instansi perencana

Instansi sektoral

Lembaga legislatif

Asosiasi sektoral

Asosiasi fungsional

Usaha Besar

Perguruan Tinggi

Lembaga Litbang

LPSM “lokal”

LPSM “nasional”

Pemerintah Peneliti

Pelaku Usaha

LPSM

Usaha Kecil

Bank

Non-Bank

Lemb. Pembiayaan

Komunitas “Donor”

Page 4: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Karakter tipikal

Setiap kelompok memiliki karakter yang

mendukung atau menghambat adopsi pijakan

Klaster Industri.

Karakter tersebut perlu dikenali untuk

memudahkan penyampaian gagasan.

Page 5: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

hambatan

Hambatan Tipikal

• Belum pernah (jarang sekali) melakukan tahapan perencanaan

yang terstruktur dan komprehensif.

• “Persaingan” dipandang sebagai proses yang destruktif.

• Kurang sekali adanya prakarsa untuk melakukan perbaikan. Selalu

menunggu prakarsa pihak lain.

• Komitmen jangka menengah/panjang sulit dicapai.

• Tidak terbiasa untuk menetapkan tujuan jangka menengah /

panjang. Setiap upaya dianggap dapat memperoleh hasil secara

“instant”

Page 6: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

PenghambatPendukung

Kepala Daerah

• Sangat tertarik dengan isu

meningkatkan daya saing

daerah

• Seringkali hanya berorientasi

pada capaian jangka pendek

Page 7: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

PenghambatPendukung

Kelompok Instansi Perencana

• Agenda aksi kolaboratif

merupakan dambaan, karena

mendukung proses

pengendalian perencanaan

daerah

• Sebagian instansi perencana

kurang memiliki “daya rekat”

terhadap instansi sektoral

• Tidak terbiasa membuat

rencana “exit policy” pada

setiap intervensi-nya.

Page 8: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

PenghambatPendukung

Kelompok Instansi Sektoral

• Merupakan instansi yang dekat

dengan implementasi,

sehingga mudah untuk diajak

berkolaborasi (oleh inisiator).

• Perspektif sektoral cenderung

mengarah pada “arogansi

sektoral”, sehingga sulit untuk

melibatkan instansi lain.

• Cenderung melupakan

fungsinya sebagai fasilitator.

Ingin langsung berperan

sebagai pelaku usaha.

• Sulit untuk memahami

perspektif daya saing daerah

yang merupakan dasar

tumbuhnya klaster

Page 9: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

PenghambatPendukung

Badan Legislatif

• Merupakan katalisator

reformasi anggaran daerah.

• Kurang mendalami bidang

pembangunan dalam lingkup

tugasnya.

• Seringkali hanya berorientasi

pada PAD jangka pendek.

Page 10: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

PenghambatPendukung

Kelompok Usaha Kecil

• Apapun agendanya, selama

mengandung topik peningkatan

Usaha Kecil, pasti setuju.

• Sering dipengaruhi oleh

paradigma lama yang

memanjakan UK. Upaya

Kolaboratif lebih ditafsirkan

sebagai “bersama-sama

memanjakan UK”

Page 11: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Kelompok Usaha Besar

• Memiliki kemampuan finansial

untuk ber-prakarsa

• Masih terpaku dengan

paradigma lama, yaitu:

memisahkan kegiatan

ekonomi/industri dengan

kegiatan sosial.

Page 12: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Asosiasi Sektoral

• Sangat faham akan situasi

bisnis di sektor-nya.

• Relatif lebih mudah didorong

untuk berprakarsa.

• Memiliki struktur organisasi

yang solid.

• Kolaborasi dengan “sektor” lain

lebih diartikan sebagai bantuan

kepada “sektor” nya dan bukan

membangun hubungan bisnis.

Page 13: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Usahawan Kecil

• Sudah terlalu lama dalam

lingkungan yang memanjakan.

• Menempatkan diri sebagai

produsen atau pembudidaya,

dan jarang berupaya untuk

mencari sumberdaya

pendukung maupun pembeli.

Page 14: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Asosiasi Fungsional

• Biasanya memiliki jaringan

organisasi yang luas.

• Memiliki struktur organisasi

yang relatif lemah.

Page 15: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Perguruan Tinggi

• Lebih siap menerima istilah

yang “baru”.

• Beranggapan bahwa

melakukan analisis dapat

dilakukan sendiri.

Page 16: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Lembaga litbang

• Memiliki prakarsa untuk

melakukan sesuatu

• Jarang memikirkan penerapan

hasil litbang

• Kelompok sasaran

• Mekanisme penerapan

• Tahapan penerapan

• Menganggap bahwa hasil

litbang dapat membuat

perubahan dengan otomatis.

Page 17: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

LPSM “lokal”

• Terbiasa dengan skema

proteksi terhadap pelaku usaha

kecil.

• Sebagian masih sangat

bergantung pada skema pihak

“donor”.

• Lebih memiliki waktu untuk

memikirkan “inovasi”.

• Lebih faham akan dinamika

masyarakat lokal

Page 18: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

LPSM “nasional”

• Terbiasa dengan skema

proteksi terhadap pelaku usaha

kecil.

• Sebagian masih sangat

bergantung pada skema pihak

“donor”.

• Masih (juga) bersifat sektoral

• Lebih terbuka terhadap

ancangan baru

• Lebih memiliki waktu untuk

memikirkan “inovasi”.

• Lebih memiliki ketrampilan

administratif.

Page 19: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Bank

• Memiliki anggapan bahwa

pihak lain harus menyesuaikan

diri dengan Bank.

• Memiliki prioritas nasabah

dengan basis “sektor”

• Sudah terbiasa dengan analisis

usaha.

• Ketika paham akan peta pelaku

dan rantai pasok di suatu

wilayah, mudah untuk ikut

berkegiatan di seputar klaster.

Page 20: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Non-Bank

• Walaupun sesungguhnya

memiliki memiliki keunikan

“produk”, masih saja cenderung

berkampanye dengan basis

“kredit”

• Kurang memiliki alokasi

sumberdaya untuk

“pemberdayaan” nasabah.

• Memiliki “produk” yang lebih

bervariasi.

• Lebih memiliki dimensi

lokalitas.

Page 21: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pendukung Penghambat

Komunitas “Donor”

• Tidak terbiasa untuk melakukan

kolaborasi antar lembaga

donor.

• Tidak terbiasa untuk

menerapkan “cost-benefit

analysis” secara konsekuen.

• Memiliki rentang waktu

kegiatan relatif panjang.

• Memiliki dana yang cukup

banyak.

• Lebih sadar akan “data/

informasi”

Page 22: KB campaign-05

Wieke Irawati Kodri

[email protected]

Kawi Boedisetio

[email protected]

Pedoman Umum

• Klaster Industri tidak bisa diciptakan, hanya bisa dirangsang

atau diperkuat.

• Lapis-lapis pemasok dan industri pendukung dapat diawali/

dilakukan oleh pemerintah selama disiapkan langkah “exit”.

• Siklus suksesi pemerintahan masih mengganggu program

pengembangan daya saing.

Page 23: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Strategi Penyampaian

• Istilah “Klaster” banyak digunakan dengan pengertian yang

berbeda sehingga perlu diberikan penjelasan khusus

tentang ancangan “Klaster Industri”.

• Perlu dijelaskan bahwa pengertian “industri” meliputi barang

dan jasa karena seringkali “industri” hanya diartikan sebagai

“manufaktur”

Page 24: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Mulai dibuat

11/08/2003

Fonts tambahan

Arial Rounded MT Bold

Jumlah halaman

25

Page 25: KB campaign-05

Kawi Boedisetio

[email protected]

Kawi Boedisetio

+62 817 219 755

[email protected]

kawi.4shared.com